Anda di halaman 1dari 8

Bab 1 pendahuluan

1.1 latar belakang


Sabun adalah surfaktan atau campuran surfaktan yang digunakan dengan air untuk
mencuci dan membersihkan lemak (kotoran). Sabun terdiri dari dua komponen utama yaitu
asam lemak dengan panjang rantai karbon C12 hingga C16. Sabun bersifat ampifilik, yaitu pada
bagian kepalanya memiliki gugus hidrofilik (polar), sedangkan pada bagian ekornya memiliki
gugus hidrofobik (non polar). Oleh sebab itu, dalam fungsinya, gugus hidrofobik akan mengikat
molekul lemak dan kotoran, yang kemudian akan ditarik oleh gugus hidrofilik yang dapat larut di
dalam air (nurhadi, s.c, 2012)

Sabun dibuat dengan melalui proses saponifikasi, proses saponifikasi terjadi karena reaksi
antara trigliserida dengan alkali (Ophardt, C.E, 2003). Saponifikasi merupakan salah satu metode
pemurnian secara fisik. Saponifikasi dilakukan dengan menambahkan basa pada minyak yang
akan dimurnikan. Sabun yang terbentuk dari proses ini dapat dipisahkan dengan 30 sentrifugasi.
Penambahan basa pada proses saponifikasi akan bereaksi dengan asam lemak bebas
membentuk sabun yang mengendap dengan membawa serta lendir, kotoran dan sebagian zat
warna. Saponifikasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau
lemak dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga
membentuk sabun (soap stock) (Ketaren, S. 1986)

Larutan alkali yang biasa digunakan selama proses saponifikasi adalah Natrium Hidroksida
(NaOH) dan kalium Hidroksida (KOH).(Sukeksi et Al., 2018). Sabun kalium merupakan sabun yang
dibuat dengan koh dikenal sebagai sabun lunak (soft soap) berfungsi sebagai sabun mandi. Sabun
natrium merupakan sabun yang dibuat dengan NaOH dikenal sabun keras (hard soap) berfungsi
sebagai sabun pencuci (Andi Christian s.t dan Wasis Setiadi s.t, 2018)
1.2 tujuan
tujuan dari percobaan saponifikasi dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium
hidroksida adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan
natrium hidroksida
2. mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen.

Bab 2 tinjauan Pustaka

1. akuades

Akuades merupakan hasil air penyulingan yang bebas dari zat-zat pengotor sehingga bersifat murni.
Akuades biasa digunakan sebagai pelarut dan untuk membersihkan alat-alat laboratorium dari zat
pengotor. Akuades berwujud cair, memiliki ph 7, tidak berwarna, tidak berbau serta memiliki titik
didih 100c dan titik lebur 0c. Akuades merupakan bahan vital dalam sebuah laboratorium. Menurut
Adani dan Pujiastuti (2018) kebutuhan akuades sangat besar karena akuades merupakan bahan pelarut
utama dalam kegiatan praktikum di laboratorium. Akuades umumnya digunakan sebagai pengencer
ataupun sebagai pelarut dalam kegiatan praktikum dan penelitian, walaupun dalam penelitian tertentu
akuades masih bisa diganti dengan jenis air yang lain (Simatupang, 2006)

2. nacl
Natrium klorida dikenal dengan garam dapur. Senyawa ini memiliki rumus NaCl dan larut
dalam air. Natrium klorida merupakan senyawa yang berwujud padat bentuk kristal dan
berwarna putih. Natrium klorida merupakan senyawa ionik karena adanya ikatan antara
logam natrium dengan non logam klorin. Natrium klorida, didalam air dapat terion menjadi
ion ion penyusunnya. Garam dapur (NaCl) merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi
manusia, diantaranya sebagai bumbu dan pengawet makanan.
3. koh
4. minyak
Minyak adalah turunan karboksilat dari ester gliserol yang disebut gliserida. Sebagian besar
gliserida berupa trigliserida atau triasilgliserol yang ketiga gugus -OH dari gliserol diesterkan
oleh asam lemak. Jadi hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol.
Minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa
organic yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic
non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform (CHCl3), benzene dan hidrokarbon
lainnya. Minyak dapat larut dalam pelarut tersebut karena minyak mempunyai polaritas yang
sama (I Putu, 2012)
5. cacl2
Kalsium klorida merupakan senyawa anorganik dengan rumus kimia CaCl2 berupa padatan
kristal yang tak berwarna pada suhu kamar dan sangat larut dalam air. Kalsium Klorida
dengan rumus molekul CaCl2 sering juga disebut Kalsium(II) klorida, dan Kalsium diklorida.
Senyawa ini memiliki nama IUPAC yaitu calcium chloride yang biasanya berguna dalam
penurunan titik beku, pengolahan air, medis, sterilisasi hewan, sumber ion kalsium,
pengering, dan proses industri. Senyawa ini berbentuk serbuk putih, yang bersifat
higroskopis dan tidak berbau, cacl2 biasanya dapat larut pada larutan etanol.
6. mgcl2

Magnesium klorida merupakan logam yang kuat, memiliki titik didih 714°C dan titik lebur
1412 °C mampu larut dalam air, Magnesium klorida berfungsi sebagai
pendahulu senyawa magnesium
Lainnya. Magnesium klorida adalah logam yang kuat, bewarna putih keperakan dan akan
menjadi kusam jika dibiarkan di udara, ringan (satu pertiga lebih ringan
daripada
aluminium). Dalam bentuk serbuk, logam ini sangat reaktif dan bisa terbakar dengan
nyala putih apabila udaranya lembab.
7. fecl2
Besi(II) klorida , atau dikenal pula sebagai fero klorida , adalah senyawa kimia dengan rumus
FeCl 2 . Senyawa ini merupakan padatan paramagnetik dengan titik leleh yang tinggi, berwarna
putih, namun terkadang agak pucat. FeCl 2 mengkristal dari udara sebagai padatan
hijau tetrahidrat , yang merupakan bentuk umum yang dijumpai di pasaran dan
laboratorium. Terdapat pula bentuk dihidratnya. Senyawa ini sangat larut dalam air, menghasilkan
larutan berwarna hijau pucat.
8. Deterjen
Deterjen merupakan sebgai suatu bahan pembersih yang berasal dari bahan kimia sintesis
sehingga berbeda dengan sabun (Klein, 1962).Deterjen terdiri atas tiga komponen utama,
yaitu surfaktan, bahan bulders (senyawa fosfat) dan bahan aditif (pemutih dan pewangi) (Eti
Nurpita, 2014). Surfaktan yang banyak digunakan sebagai detergen umumnya bersifat
anionic, toksik dan dapat menyebabkan destabilisasi bagi makhluk hidup. Selain itu surfaktan
yang memiliki gugus polar dan non polar dapat mempersatukan campuran minyak dan air.
Deterjen juga bisa berbentuk cair (liquid) ataupun serbuk (powder)
9. air kran
Bab 3 metodologi percobaan

3.1 alat dan bahan

3.1.1 alat

1. Tabung reaksi

2. Pipet volume

3. Pipet tetes

4. Beaker glass 250 ml

5. Kertas saring

6. Gelas arloji

7. Bunsen + korek api + penyangga

3.1.2 bahan

1. KOH 10% dalam etanol 95%

2. NaCl

3. Aquades

4. CaCl2 0,1%

5. MgCl2 0,1%

6. FeCl2 0,1%

7. Detergen

8. Air kran

9. Minyak

3.2 skema kerja

3.2.1 Saponifikasi Lemak : Pembuatan Sabun Kalium

1. Tempatkan lemak seberat 1,5 gram pada tabung reaksi

2. Tambahkan 10 mL larutan KOH 10% (v/v) dalam etanol 95%

3. Tempatkan tabung reaksi pada beaker glas 250 mL yang berisi air panas sebagai penangas air
(proses pemanasan diteruskan hingga mendidih

4. Tambahkan etanol 2 mL untuk menggantikan etanol yang menguap

5. Setelah tabung dipanaskan selama 10 menit, lakukan uji penyabunan untuk melihat apakah proses
saponifikasi sudah berlangsung sempurna atau belum

6. Cara pengujian dilakukan dengan meneteskan hasil reaksi ke dalam air. Saponifikasi sempurna jika
tidak ada tetesan lemak
7. Jika saponifikasi sudah sempurna, tuang hasil reaksi pada gelas beaker dan panaskan sampai
alkohol menguap sempurna (dengan ditandai terbentuknya cairan kental dan liat, jangan sampai
gosong).

8. Tambahkan akuades 30 mL

9. Aduk secara konstan sehingga diperoleh sabun kalium

10. Larutan dibagi 2, untuk pembuatan sabun natrium (langkah b) dan untuk pengujian (langkah c).

3.2.2 Saponifikasi Lemak : Pembuatan Sabun Natrium

1. Separuh sampel dari langkah A ditambah 15 mL larutan NaCl jenuh

2. Campuran diaduk dengan kuat sampai terbentuk padatan

3. Padatan yang diperoleh dipisahkan dengan kertas saring

4. Padatan berupa sabun natrium ditekan supaya terbebas dari air

3.2.3 Sifat Sabun dan Detergen

1. Pengujian dilakukan dengan menggunakan masing – masing 1 mL larutan sabun kalium (dari
langkah a) dan 1 mL larutan sabun natrium (dari langkah b)

2. Oleskan minyak atau lemak pada permukaan gelas arloji

3. Gunakan larutan sabun kalium tersebut apakah dapat menghilangkan lemak yang ada (denga cara
menggoyangkan gelas arloji)

4. Proses diulangi dengan menggunakan detergen yang dihasilkan dari pelarutan 0,5 gram detergen
ke dalam 50 mL akuades

5. Ambil 4 tabung reaksi, masing – masing diisi berurutan 1 mL larutan CaCl2 0,1%, 1 mL larutan
MgCl2 0,1%, 1 mL larutan FeCl2 0,1% dan air kran.

6. Setiap tabung reaksi diaduk dan diamati endapan yang terjadi

7. Ulangi proses yang terjadi dengan menggunakan bahan sabun natrium dan detergen.

3.3 prosedur kerja


Msds penelitian 8

1. asam amino
asam amino merupakan bahan kimia berbentuk padat, berwarna putih san tidak berbau.
Serta tidak berlaku ambang bau. Asam amino memiliki ph 5,9 - 6,4 pada 50 g/l 20 °C, titik
lebur 233 °C, tidak berlaku titik didih dan tidak berlaku titik nyala. Perlindungan untuk tangan
saat kita berkontak langsung dengan asam amino yaitu dengan mengunkan sarung tangan.
Saran umum Pemberi pertolongan pertama harus melindungi dirinya. Setelah terhirup: hirup
udara segar.Jika napas terhenti: berikan napas buatan mulut ke mulut atau secara mekanik.
Berikan masker oksigen jika mungkin. Segera hubungi dokter. Bila terjadi kontak kulit:
bilaslah dengan air yang banyak. Hubungi dokter mata. Setelah kontak pada mata : bilaslah
dengan air yang banyak. Segera hubungi dokter mata. Lepaskan lensa kontak. Setelah
tertelan: segera beri korban minum air putih (dua gelas paling banyak). Periksakan ke dokter.
(smartlab, 2019)
2. butil alcohol
butil alcohol merupakan bahan kimia Bahaya berbentuk cair, tidak berwarna dan memiliki
bau seperti etanol. Butil alcohol memiliki ph 7 pada 70 g/l pada 20 °C, titik lebur -90 °C, titik
didih 116 - 118 °C, titik nyala 35 °C. dan cairain ini mudah terbakar. Setelah terhirup: hirup
udara segar. Panggil dokter. Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan segera semua pakaian yang
terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air. Setelah kontak pada mata : bilaslah
dengan air yang banyak. Segera hubungi dokter mata. Lepaskan lensa kontak. Setelah
tertelan: perhatian jika korban muntah. Resiko pengeluaran! Jaga agar aliran udara tetap
bebas. Kerusakan paru-paru mungkin terjadi setelah pengeluaran muntah. Segera panggil
dokter.asam asetat. Untuk menghindari hal hal yajng tidak inginkan ada baikkanya kita
menggunkan sarung tangan saat ingin berkontak langsung dengan cairan tersebut,
menggunkan pakaian tertutup serta memakai kacamata pelindung (smartlab, 2021)
3. air
air merupakan senyawa kimia yang paling berlimpah di alam, namun demikian sejalan
dengan meningkatnya taraf hidup manusia, maka kebutuhan air pun meningkat pula,
sehingga akhir-akhir ini air menjadi barang yang "mahal". Air berwujud cairan yang tidak
berwarna, tidak berbau dan tak ada rasanya. Air mempunyai titik beku 0°C pada tekanan 1
atm, titik didih 100°C dan kerapatan 1,0 g/cm3 pada suhu 4°C (SCHROEDER, 1977). Air dapat
melarutkan zat-zat kimia dan dapat digunakan sebagai medium yang di dalamnya
berlangsung berbagai reaksi kimia. Air memiliki kalor penguapan yang tinggi, hal ini nampak
ketika air dipanaskan maka proses penguapanrnya akan berlangsung lebih lambat
dibandingkan dengan cairancairan lainnya
4. ninhydrin
ninhydrin merupakan bahan kimia berbahaya berbentuk padat, berwarna kuning muda dan
memiliki bau khas yang lemah. Ninhdrin memiliki ph 4,6 - 5,0 pada 10 g/l 20 °C, titik lebur
250 - 258 °C, dan tidak memiliki ambang bau. Saran umum Pemberi pertolongan pertama
harus melindungi dirinya. Setelah terhirup: hirup udara segar.Jika napas terhenti: berikan
napas buatan mulut ke mulut atau secara mekanik. Berikan masker oksigen jika
mungkin.Segera hubungi dokter. Bila terjadi kontak kulit: bilaslah dengan air yang banyak.
Hubungi dokter mata. Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Segera
hubungi dokter mata.Lepaskan lensa kontak. Setelah tertelan: beri air minum (paling banyak
dua gelas). Segera cari anjuran pengobatan.Hanya di dalam kasus khusus, jika pertolongan
tidak tersedia dalam satu jam, rangsang untuk muntah (hanya jika korban tidak sadarkan
diri), telan karbon aktif and konsultasikan kepada dokter secepatnya. Cara menyimpan cairan
ninhydrin yang baik yaitu Lindungi dari cahaya. Pastikan Tertutup sangat rapat. Kering
(smartlab, 2019)
5. asam asetat

asam asetat merupakan bahan kimia berbahaya berbentuk cair, tidak memiliki warna dan memiliki
bau pedih serta memiiki ambang bau sebesar 0,2- 100,1 ppm. Asam asetat memiliki ph 2,5
pada 50 g/l 20 °C, titik lebur 17 °C, titik didih 116 - 118 °C dan titik menyala 39 °C. Saran umum

Pemberi pertolongan pertama harus melindungi dirinya.Setelah terhirup: hirup udara segar. Panggil
dokter.Setelah kontak dengan kulit: cuci dengan air yang banyak. Segera lepaska n pakaian yangterkontaminasi.
Jika tersedia, usap dengan polietilena gl ikol 400. Segera panggil dokter.Setelah kontak pada mata : bilaslah
dengan air yang banyak. Segera hubungi dokter mata.Setelah tertelan: beri air minum kepada korban (paling
banyak dua gelas) untuk berkumur, hidari muntah (resikoperforasi!). Segera panggil dokter. Jangan mencoba
menetralisir (menurut peraturan UE) No. 1907/2006, 2013)

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan distribusi dari
komponen-komponen dalam fasa gerak dan fasa diam. Fasa gerak dapat berupa gas atau cairan,
sedangkan fasa diam dapat berupa cairan atau padatan. Fasa gerak berupa gas disebut kromatografi
gas (Gas Chromatography). Kegunaan dari gas chromatography adalah untuk identifikasi semua jenis
senyawa organik yang mudah menguap dan juga dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan
kuantitatif senyawa dalam suatu campuran (McNair & Miller, 2009). Analisis kuantitatif dengan gas
chromatography menggunakan metode standar internal. Metode ini digunakan karena terdapat
ketidakpastian yang disebabkan injeksi sampel dan kecepatan aliran. Metode ini seringkali digunakan
untuk sampel yang tidak sesuai atau tidak mungkin diinjeksi langsung pada gas chromatography
(Hidayat et al., 2015) jenis jenis kromatografi antara lain

Kromatografi gas adalah teknik kromatografi yang bisa digunakan untuk memisahkan senyawa
organik yang mudah menguap. Senyawa yang dapat dipisahkan dengan kromatografi gas sangat
banyak, namun ada batasanbatasannya.Senyawa tersebut harus mudah menguap dan stabil pada
temperaturpengujian, utamanya dari 50 – 300 0C. Jika senyawa tidak mudah menguap atautidak
stabil pada temperatur pengujian, maka senyawa tesebut bisa diderivatisasiagar dapat dianalisis
dengan kromatografi gas (Mardoni, dkk., 2007). Pada kromatografi gas, fase geraknya berupa gas
yang inert (tidakbereaksi), sedangkan fase diamnya dapat berupa dan zat padat atau zat cair.
Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas bergerak dan fase diam berupa cairan
dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat pada zat padat penunjangnnya
(Khopkar, 2003). Kromatografi gas cair yang lebih dikenal dengan kromatografi gas (GC)mempunyai
dasar pemisahan partisi cuplikan pada lapisan tipis fasa diam tersebut. Dengan menganggap bahwa
waktu penahanan untuk setiap senyawa berbeda

Kromatografi lapis tipis (Thin-layer chromatography/TLC) merupakan teknik kromatografi yang


berguna untuk memisahkan senyawa organik. Karena kesederhanaan dan kecepatan TLC, sering
digunakan untuk memantau kemajuan reaksi organik dan untuk memeriksa kemurnian produk.
Kromatografi lapis tipis adalah teknik kromatografi planar sederhana, hemat biaya, dan mudah
dioperasikan yang telah digunakan di laboratorium kimia umum selama beberapa dekade untuk
memisahkan senyawa kimia dan biokimia secara rutin. Kromatografi lapis tipis dilakukan dengan
menggunakan sepotong kaca, logam atau plastik kaku yang dilapisi lapisan tipis silika gel atau
alumina. Silika gel (atau alumina) adalah fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis juga
sering mengandung zat yang berfluoresensi dalam sinar UV. Fase gerak adalah pelarut cair yang
cocok atau campuran pelarut. (Rosamah, E. 2019)
Teknik pemisahan dengan KLT memiliki banyak kelebihan, karena KLT merupakan Teknik yang
serbaguna, yang dapat diaplikasikan untuk hamper semua senyawa. Pemisahan dapat dicapai
dengan biaya tidak terlalu mahal, yang dihasilkan dari adsorben yang baik dan pelarut yang murni.
Pemisahan dapat dicapai dalam waktu yang singkat, sehingga memungkinkan KLT merupakan suatu
Teknik dengan jaminan keberhasilan, di dalam pemisahan campuran yang tidak diketahui. Sedangkan
beberapa kerugia dari KLT diantaranya yaitu KLT bisa menjadi pekerjaan yang kurang bersih,
khususnya bila plat disiapkan sendiri. Para peneliti disarankan untuk menggunakan plat yang siap
pakai. KLT dapat dibuat sebagai kromatografi kuantitatif, dengan memodifikasi peralatan
kromatografi memerlukan biaya yang tidak sedikit. Lebih baik untuk menggunakan Analisa semi
kuantitatif. (Rosamah, E. 2019)

Prinsip kerja kromatografi

Prinsip Dasar Kromatografi adalah: pemisahan yang didasarkan atas distribusi diferensial komponen-
komponen sampel diantara dua fasa yaitu fasa diam (stasionary phase) dan fasa gerak (mobile
phase). Gerakan fasa gerak ini mengakibatkan terjadinya migrasi diferensial komponenkomponen
dalam sampel. Kromatografi mempunyai kegunaan utama untuk memisahkan senyawa-senyawa
dalam campuran dan menghasilkan senyawa-senyawa murninya di akhir proses. Pada langkah-
langkah kerjanya, kadang-kadang langkah pemisahan hanyalah langkah awal. Tahapan utama dalam
kerja analitik adalah langkah analisis. Untuk itu, sering kali kromatografi digabung dengan metode
analisis lain secara tidak terpisah. Pada Kromatografi lapisan tipis menggunakan lapisan tipis yang
disusun dari gel silika yang berlapis-lapis atau dari sepotong kaca yang dilapisi alumina atau logam,
juga bisa dilapisi dengan plastik yang kaku. Gel silika atau lapisan alumina bertindak sebagai fasa
stasioner, namun juga bisa sebagai komponen kromatografi yang akan disinari oleh sinar UV. Fasa
geraknya adalah plearut atau biasa disebut eluen. Prinsip kerja dari kromatografi lapisan tipis adalah
pemisahan yang berdasarkan perbedaan kelarutan antara komponen fasa stasioner dan fasa gerak. K
o m p o n e n p a d a f a s a g e r a k a k a n menggunakan prinsip kapiler dan akan melewati
komponen pada fasa stasioner ( Ali, M, dan Inamuddin. 2013)

PENELITIAN 1

Bab 1 pendahuluan

Bab 2 tinjauan Pustaka

Msds

1. Amonium hidroksida
AMONIUM HIDROKSIDA merupakan bahan kimia Bahaya berbentuk cair, tidak berwarna dan
memiliki bau pedih. Amonium hidroksida titik lebur -57,5 °C, titik didih 37,7 °C pada 1.013
hP,. dan cairain ini tidak mudah terbakar, tetapi dapat membentuk campuran amo nia/udara
yang dapat terbakar dengan penggasan. Nilai ambang batas (NAB) 27 ppm, 17 mg/m³ dan
Nilai Ambang Batas Paparan yang diperkenankan (PSD) 35 ppm, 24 mg/ m³ Dalam kasus
kontak dengan kulit Tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi. Bilaslah kulit
dengan air/ pancuran air yang banyak. Hubungi dokter . Dalam kasus kontak pada mata Bilas
dengan air yang banyak selama minimal 15 menit , angkat kelopak mata bagian atas dan
bawah sesekali. Segera dapatkan bantuan medis / periksakan ke Dokter mata. Jika tertelan
beri air minum kepada korban (paling banyak dua gelas), hidari muntah (resiko perforasi!).
Segera panggil dokter. Jangan mencoba menetralisir. Untuk menghindari hal hal yajng tidak
inginkan ada baikkanya kita menggunkan sarung tangan saat ingin berkontak langsung
dengan cairan tersebut, menggunkan pakaian tertutup serta memakai kacamata pelindung
(smartlab, 2021)
2. Asam klorida

3. Dimetilglioksima
4. Nikel klorida
5. Aquadest

Anda mungkin juga menyukai