Anda di halaman 1dari 12

I.

PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan

Lipid I

B. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui proses pembuatan sabun dari campuran minyak kelapa dan
NaOH
2. Mengatahui pengaruh air sadah terhadap sabun
3. Mengetahui sifat – sifat emulsi sabun
4. Mengetahui jenuh dan ketidak jenuhan minyak
II. TINJAUAN PUSTAKA

Lipid adalah trigliserida, yakni ester tiga asam lemak (asam


monokarboksilat rantai lurus yang mengandung atom karbon genap mulai dari C-
4, tetapi terbanyak adalah C-16 dan C-18) dengan gliserol (triasilgliserol)
(Silalahi, 2006).

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol, kedua istilah ini
berarti “triester (dari) gliserol”. Perbedaan antara suatu lemak dan suatu minyak
bersifat sembarang, yang mana pada temperature kamar lemak berbentuk padat
dan minyak bersifat cair. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa
lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak, karena itu
biasa terdengar ungkapan lemak hewani (lemak babi, lemak sapi) dan minyak
nabati (minyak jagung, minyak bunga matahari) (Fessenden dan Fessenden,
1999).

Lipid merupakan senyawa ester asam lemak dengan gliserol yang terdiri
atas atom karbon, hidrogen, dan oksigen. Jenis lipid yang paling banyak terdapat
di alam ialah lemak atau triasilgliserol yang bersifat hidrofobik nonpolar
(Lehninger, 2004). Sedangkan menurut Westhem, (1956) lipid tersusun atas asam
lemak, biasanya merupakan molekul tak bercabang yang mengandung 14 sampai
22 atom karbon. Senyawa ini hampir selalu mempunyai jumlah atom yang genap.
Baik asam lemak jenuh maupun tidak jenuh dapat diperoleh kembali dari
hidrolisis senyawa lipid.

Proses pembentukan lipid merupakan hasil dari proses kondensasi satu


molekuk gliserol dan 3 molekul asam lemak (umumnya ketiga asam lemak
tersebut berbeda), yang membentuk satu molekul trigliseral dan satu molekul air
(Lehninger, 2004).
Gambar 1. Proses pembentukan lipid

Ciri khusus dari zat atau senyawa lipid ialah tidak larut dalam air, tetapi
dalam pelarut – pelarut lemak, yaitu cairan pelarut nonpolar seperti alkohol,
khloro eter, aseton, dan sebagainya. (Hawab, 2005). Lemak memilki peranan
penting dalam tubuh, yaitu berperan sebagai pelarut vitamin yang tidak larut air,
sebagai sumber energi yang efisien, serta sebagai sumber asam lemak esensial.
(Lehninger, 2004).

Menurut Naomi, dkk (2013), sabun dihasilkan memalui reaksi saponifikasi.


Saponifikasi merupakan proses hidrolisis basa terhadap lemak dan minyak, dan
bukan merupakan reaksi kesetimbangan. Hasil mula-mula dari penyabunan adalah
karboksilat karena campuran bersifat basa. Setelah campuran di asamkan,
karboksilat berubah menjadi asam karboksilat.

Gambar 2. Reaksi penyabunan


Menurut Fessenden (1986) sabun memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan
dihidrolisis parsial oleh air yang menyebabkan larutan sabun dalam air
bersifat basa.

2. Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih,
peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Sabun dapat
menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air
mengendap.

3. Sabun mempunyai sifat membersihkan yang disebabkan proses kimia


koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak), digunakan untuk
mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun
mempunyai gugus polar dan non polar

Bagian ekor sabun masuk (larut) ke dalam butiran minyak sebab sama-sama
nonpolar. Bagian kepala sabun berada di luar permukaan butiran minyak sebab
bersifat polar (tidak larut dalam minyak). Sedangkan bagian kepala larut dalam air
sebab sama-sama polar. Bagian kepala sabun bermuatan negatif maka setiap
butiran minyak seolah-olah dikelilingi oleh satu lapisan bermuatan negatif
membentuk misel.

Gambar 3. Struktur kimiawi sabun

Molekul sabun terdiri atas rantai seperti hidrokarbon yang panjang, terdiri
atas atom karbon dengan gugus yang sangat polar atau ionik pada satu ujungnya.
Bila sabun dikocok dengan air akan membentuk dispersi koloid, bukannya larutan
sejati, larutan sabun ini mengandung agregat molekul sabun yang disebut misel
(micelle). Rantai karbon nonpolar, atau lipofilik, mengarah kebagian pusat misel.
Ujung molekul yang polar, atau hidrofilik membentuk permukaan misel yang
berhadapan dengan air. Pada sabun biasa, bagian luar dari setiap misel bermuatan
negatif, dan ion natrium yang positif berkumpul di dekat keliling setiap misel.
(Sunarya dan Setiabudi,2007)
Deterjen berbeda dengan sabun. Deterjen adalah campuran zat kimia dari
sintetik maupun alam yang memiliki sifat dapat menarik zat pengotor dari media,
memiliki sifat daya pembersih seperti sabun, akan tetapi tidak terbuat dari lemak
atau minyak. Struktur dari deterjen adalah R-SO3Na dengan R=CH3(CH2)16.
Molekul deterjen dapat berupa molekul deterjen rantai lurus dan deterjen rantai
bercabang (Fessenden, 1999).

Jumlah kandungan unsur Ca2+ dan Mg2+ dalam air yang keberadaannya
biasa disebut kesadahan air. Kesadahan dalam air sangat tidak dikehendaki ,
sebab tingkat kesadahan yang tinggi mengakibatkan konsumsi sabun lebih banyak
karena sabun jadi kurang efektif akibat salah satu bagian dari molekul sabun
diikat oleh unsur Ca atau Mg (Said, 2008).

Pada reaksi oksidasi, digunakan Bromin (Br2 )untuk menguji jenuh


tidaknya asalm lemak. Reaksi yang terjadi pada ikatan rangkap karbon-karbon,
yang mana memproduksi senyawa dibromo hasil reaksi ini tidak berwarna,
sehingga perubahan yang diamati sebab senyawa jenuh yang tidak memiliki
ikatan karbon-karbon ganda, mereka tidak dapat bereaksi dengan bromin dengan
cara ini. Sebaliknya jika asam lemak yang ikatan tunggal akan da perubahan
warna ( Sudarmadji, dkk 1997)
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, and Fessenden. 1999. Kimia Organik. Erlangga, Jakarta.

Fessenden.1986. Kimia Organik jilid 2 edisi ketiga. Terjemahan oleh Aloysius


Hadyana Pudjaatmaka, Ph. D.1992.Jakarta : Erlangga.

Hawab,HM. 2005. Pengantar Biokimia Edisi Revisi. Bayumedia:Medan

Lehninger, Albert L..1984.Dasar-dasar Biokimia Jilid 1.Penerjemah: Maggy


Thenawijaya.Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry

Naomi, P., Gaol, A.M., dan Toha, M.Y. 2013. Pembuatan Sabun Lunak dari
Minyak Goreng Bekas Ditinjau dari Kinetika Reaksi Kimia. Jurnal Teknik
Kimia, 2(19): 42-48.

Penerapan Teknologi, Jakarta.

Said, N.I. 2008. Teknologi Pengelolaan Air Minum. Badan Pengkajian dan

Silalahi, J. 2006. Makanan Fungsional. Kanisius, Yogyakarta

Sudarmadji, Slamet, Bambang.H, Suhardi. 1997. Prosedur Analisa Bahan


Makanan dan Pertanian. Penertbit Liberty. Yogyakarta

Sunarya, Y. dan Setiabudi, A. 2007. Kimia. PT Setia Purna, Jakarta

Westhem and Jeskey.1956.Introductory Organic Chemistry.New York: Mc


Graw_Hill Book Company Inc
III. METODE

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu, erlenmeyer, pipet,
propipet, gelas ukur, tabung rekasi, rak tabung reaksi, bunsen, dan pipet tetes.
Dan bahan yang digunakn dalam praktikum ini antara lain, minyak kelapa,
NaOH, alkohol, air, eter, larutan sabun, iodin, larutan CaCl2 1%, larutan
MgSO4 1%, larutan Pb Asetat 1%.

B. Cara kerja
Untuk praktikum lipida 1 dilakukan 4 percobaan yaitu:
1. Pembuatan sabun dari minyak kelapa
Diambil 4 ml minyak lalu di tambahkan 1,5 g NaOH dan
ditambahkan 25 ml alkohol dan juga 20 ml air, lalu dimasukan kedalam
erlenmeyer, kemudain di panaskan dengan menggunakan bunsen selama
15 menit. Kemudian, setelah semua campuran tercampur, di dinginkan
lalu ditambah 50 ml air. Kemudian di cek dengan mengambil 10 tetes
dan ditambahkan 1 ml air, selanjutnya dikocok, jika berbuih terbukti jadi
sabun. Maka jadilah larutan sabun.
2. Uji air sadah
Diambil sabun 10 ml, dimasukan ke dalam 3 tabung reaksi, yang
mana tabung 1 di isi CaCl2, tabung 2 MgSO4, tabung 3 Pb(CH3COO)2
yang masing-masing 3 ml. Lalu di amati kenampakan dan ada buih atau
tidak buih.
3. Sifat emulsi lemak
Diambil 2 tabung reaksi, lalu di beri label A dan B. Yang berlabel A
dimasukan 2 ml air dan 1ml minyak, lalu tabung B dimasukan air 2 ml,
minyak 1ml, dan sabun 2 ml. Kamudian kedua tabung di kocok dan
amati.
4. Ketidakjenuhan minyak
Diambil tabung reaksi, lalu di masukan eter 5 ml, dan 2 ml minyak
kemudian dikocok lalu ditambahkan 1 tetes iod lalu dikocok dan diamati,
lalu ditambahkan 2ml Iod lagi dan dikocok.
IV. PEMBAHASAN

Tujuan dari pembuatan sabun dari minyak kelapa yaitu untuk mengetahui
reaksi pembentukan sabun dari campuran antara minyak kelapa dan NaOH, yang
mana komponen pembentuknya antara lain minyak kelapa yang berfungsi sebagai
penyedia asam lemak, NaOH yang bertindak untuk memutuskan glisero dan asam
lemak serta membentuk suasana basa. Lalu air dan alkohol. Kemudian dilakukan
pemansan dengan tujuan untuk hidrolisis asam lemak, mempercepat reaksi, dan
menguapkan alkohol. Dan sebagai penentu bahwa penyabunan berhasil jika
terbentuk buih dari hasil pengoocokan, yang di peroleh dari sampel pencampuran
antara hasil pemansan yang ditambahkan air.
Dari parktikum yang telah dilakukan untuk uji air sadah diperoleh hasil
yang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil uji air sadah

Warna
Larutan Endapan Garam
Awal Akhir

CaCl2 Bening Putih keruh +

MgSO4 Bening Putih keruh +

Pb (CaCOOH) Bening Putih keruh +

Tujuan dari uji air sadah yaitu untuk mengetahui pengaruh logam terhadap
sabun.Yang mana dalam uji ini ditambahkan CaCl2, MgSO4 dan Pb(CH3COOH),
sebagai pendonor logam (Ca2+, Mg2+, dan Pb), yang akan menempel dengan asam
lemak yang akan menggumpal dan membentuk endapan. Menurut Said (2008),
adanya endapan hal ini menunjukan tingkat kesadahan yang tinggi sehingga
mengakibatkan konsumsi sabun lebih banyak karenanya sabun jadi kurang efektif.

Untuk uji yang ketiga yaitu, uji sifat emulsi sabun, diperoleh hasil yang
dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Emulsi lemak

Minyak Warna Emulsi Keterangan

Ditambahkan (A) Bening Tidak terbentuk -

larutan sabun (B) Bening Terbentuk -

Tujuan dari uji ini untuk melarutkan minyak, air dan sabun sehingga dapat
membentuk emulsi, sebab minyak bersifat nonpolar sedangkan air bersifat polar,
tidak akan bersatu oleh karena itu diperlukan sabun untuk dapat mengikat lemak
dalam minyak sehingga dapat bercampur. Jadi, dari tabel di atas jelas terlihat
bahwa untuk tabug reaksi berlabel A yang berisi air dan minyak membentuk 2
lapisan sehingga tidak bisa larut sehingga tidak membentuk emulsi, sebaliknya
untuk tabung reaksi B yang berisi air, sabun dan minyak, membentuk emulsi
sebab minyak di ikat oleh sabun. Menurut Sunarya dan Setiabudi (2007) larutan
sabun yang membentuk dispersi koloid ini mengandung agregat molekul sabun
yang disebut misel (micelle). Dan warnanya putih karena,

Untuk uji ketidak jenuhan minyak, diperoleh hasil yang dapat dilihat pada
tabel 3.

Tabel 3. Ketidak jenuhan minyak

Warna
Keterangan
Awal Akhir

Minyak + Eter
Pink Merah tua -
+ iod

Tujuan dari uji ini untuk menentukan jenuh atau tidak jenuhnya lemak. Dalam uji
ini diatambahkan eter yang berfungsi sebagai pelarut dan indikator kelebihan I2.
I2 ini berfungsi sebagi pengadisi minyak. sehingga waktu ditambahkan 1 tetes Iod
itu utntuk mengecek apakah semua minyak telah diadisi ataukah belum. Sehingga
asam lemak tidak jenuh yang memiliki ikatan ganda,dapat diputskan ikatan
rangkapnya oleh I2, bila warnanya pink pucat berarti masih ada I2 yang bebas
seabab iodnya masih sedikit dan ikatan rangkapnya sudah ada yang teradisi . Lalu
penambahan 2 ml Iod untuk mengadisi semua ikatannya, sehingga warnanya
berubah menjadi merah tua sebab iod yang bebas sudah dalam jumlah yang
banyak, sehingga asam lemak ini bersifat jenuh.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat di simpulkan bahwa:
1. Dari campuran antara minyak dan NaOH dapat membentuk sabun
dengan di tandai adanya buih pada saat pengocokan.
2. Tingkat kesadahan yang tinggi mengakibatkan konsumsi sabun lebih
banyak sehingga kerja sabun kurang efektif.
3. Larutan sabun yang membentuk dispersi koloid ini mengandung agregat
molekul sabun yang disebut misel (micelle).
4. Jenuh tidak jenuhnya ditentukan dari perubahan warna yang terjadi, bila
warna pink berarti tidak jenuh sedangkan biladiatambah iod warnanya
menjadi merah berarti asam lemak bersifat jenuh.

Anda mungkin juga menyukai