Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sabun merupakan produk kimia yang sering dijumpai dalam kehidupan seharihari. Dewan Standarisasi Nasional (DSN) menyatakan bahwa sabun adalah bahan
yang digunakan dengan tujuan untuk mencuci dan mengemulsi. Mencuci dan
mengemulsi terdiri atas asam lemak dengan rantai karbon C 12-C18 dan natrium atau
kalium.
Metode pembuatan sabun pada zaman dahulu tidak berbeda jauh dengan
metode yang digunakan saat ini. Metode pembuatan sabun melalui proses yang
dinamakan saponifikasi. Saponifikasi yakni mereaksikan trigliserida dengan senyawa
alkali NaOH atau KOH sehingga menghasilkan sabun sebagai produk utama dan
gliserin sebagai produk samping. Bahan baku dari pembuatan sabun dapat berupa
lemak nabati ataupun lemak hewani.
1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu mengetahui proses saponifikasi suatu lemak dengan
menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida.
Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan sifat sabun dan detergen.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Reaksi Saponifikasi Suatu Lemak
Trigliserida merupakan lemak yang dapat ditemukan dalam makanan. Gliserol
dan asam lemak merupakan subunit penyusun trigliserida. Gliserol mengandung
gugus fungsional OH- dan termasuk alkohol. Sedangkan asam lemak mengandung
gugus fungsional asam karboksilat. Akibat dari rantai panjang atom karbon dan
hidrogen pada asam lemak, mengakibatkan lemak tidak larut dalam air. Apabila
karbon dalam rantai hanya berikatan tunggal (C-C) maka disebut sebagai asam lemak
jenuh. Dan sebaliknya, apabila rantai karbon ganda (C=C) maka disebut asam lemak
tak jenuh. Asam lemak akan semakin membentuk minyak apabila semakin banyak
ikatan ganda pada rantai karbonnya. Trigliserida dapat terbentuk apabila ada tiga
asam lemak bergabung dengan satu molekul gliserol yang disertai dengan adanya
pelepasan molekul air. Trigliserida mengandung gugus fungsional ester (James et al,
2008)
Suatu proses hidrolisis basa terhadap lemak dan minyak disebut saponifikasi.
Saponifikasi berasal dari kata saponify berartikan membuat sabun Hasil awal dari
proses ini ialah karboksilat karena campurannya yang bersifat basa. Namun setelah
diasamkan, akan menjadi asam karboksilat. Pada proses saponifikasi trigliserida akan
direaksikan dengan alkali (Sodium hidroksia) sehingga ikatan atom oksigen pada
gugus karboksilat dan ataom karbon pada gliserol akan terpisah. Atom Oksigen akan
mengikat sodium yang berasal dari sodium hidroksida sehingga ujung rantai asam
karboksilat larut dalam air. Garam sodium dari asam lemak kemudian disebut sebagai
sabun. Gugus OH dalam hidroksida beriktan dengan molekul gliserol. Apabila ketiga
gugus asam lemak lepas, reaksi saponifikasi dinyatakan selesai (Sitompul, 2014).
Produk dari saponifikasi ialah sabun sebagai produk utama dan gliserin sebagai
produk samping. Sabun merupakan garam logam alkali yang berasal dari asam lemak.
Sabunmengandung garam C16 dan C18 , namun didalamnya juga terdapat beberapa
karboksilat dengan bobot atom lebih rendah. Sabun akan menurunkan tegangan
permukaan air, sehingga memungkinkan air untuk membasahi bahan yang dicuci lebih
efektif. Sabun akan bertindak sebagai pengemulsi untuk mendispersikan minyak dan
sabun teradsorpsi pada butiran kotoran. Suhu merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi laju reaksi dalam saponifikasi. Ketika suhu dinaikkan, maka laju reaksi
akan semakin besar, dan begitu pula sebaliknya. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi saponifikasi antara lain suhu, kecepatan pengadukan, waktu
pengadukan, konsentrasi basa, dan jumlah basa yang digunakan. (Naomi, 2013).
2.2 Perbedaan Sabun Kalium, Sabun Natrium dan Detergen secara Struktur dan
Sifatnya
Sabun Kalium (RCOOCK) ialah sabun yang dihasilkan dari reaksi trigliserida
dengan basa kalium hidroksida (KOH).Sabun yang terbuat dari KOH disebut juga
sebagai sabun lunak (soft soap). Sabun kalium memiliki struktur C17H35-C-K(O)-O.
Kalium hidroksida merupakan senyawa alkali dengan sifat basa yang berbentuk
butiran atau kristal padat yang higroskopis. KOH bereaksi dengan minyak membentuk
sabun lewat proses saponifikasi. Penambahan KOH yang berlebih kan menyebabkan
iritasi pada kulit. Sebaliknya, jika penggunaan KOH pada saponifikasi sedikit akan
menganggu emulsi sabun dan kotoran pada saat sabun digunakan (Sinaga, 2014).

Sabun Natrium (RCOOCNa) ialah sabun yang dihasilkan dari reaksi trigliserida
dengan basa natrium hidroksida (NaOH).Sabun yang terbuat dari NaOH disebut juga
sebagai sabun keras (hard soap). Sabun natrium memiliki struktur C17H35-C-Na(O)-O.
Sabun Natrium (RCOOCNa) ialah sabun mandi yang ditambah dengan zat pewangi
didalamnya. Fungsinya untuk membersihkan tubuh manusia dan tidak berbahaya bagi
kesehatan. Sabun natrium digunakan untuk membersihkan kotoran baik bersifat polar
maupun nonpolar, hal ini dikarenakan sabun mempunyai gugus polar dan non polar.
Molekul sabun memiliki rantai hidrogen CH3(CH2)16 yang sifatnya hidrofobik,
sedangkan COONa+ bersifat hidrofilik yang larut dalam air.Senyawa alkali yang
digunkaan dalam proses pembuatan sabun natrium ialah natrium hidroksida (NaOH).
Natrium hidroksida ini banyak digunakan karena sifatnya yang tidak mudah larut
dalam air, sering dijadikan sebagai sabun padat. Senyawa NaOH berwarna putih,
massa lebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lainnya, sangat basa,
keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur. Kristal NaOH memiliki sifat
hidroskopis sehingga harus disimpan pada tempat yang tertutup. Pemberian senyawa
NaOH harus dengan takarana yang tepat. Apabila pemberian NaOH terlalu banyak
maka alkali bebas tidak akan dapat berikatan dengan trigliserida yang nantinya akan
menyebabkan iritasi terhadap kulit. Sebaliknya, apabila penggunaan terlalu sedikit,
maka sabun yang dihasilkan mengandung asam lemak bebas yang tinggi yang
mengganggu proses emulsi sabun dan kotoran pada saat sabun digunakan (Sitompul,
2014).
Detergen dibuat dari senyawa buatan serta tambahan bahan aditif. Zat aktif
pada detergen memiliki gugus ujung berbeda yakni hidrofilik dan hidrofobik, dimana
yang disebut sebagai surfaktan. Detergen memiliki struktur R-SO3Na dengan
R=CH3(CH2)16. Fungsi dari bahan aktif tersebut dapat menurunkan permukaan air yang
nantinya akn menurunkan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Beberapa
kategori surfaktan antara lain : Anionik yang tersusun atas bahan pembentuk, Alkyl
Benzene Sulfonat (ABS), Linier Alkyl Benzene Sulfonat (LAS), dan Alpha Olein
Sulfonate (AOS), serta ada pula bahan kationik berupa garam amonium. Selain kedua
bahan tersebut, ada pula builder. Builder disebut juga pembentuk yang fungsinya
meningkatkan efisiensi pencuci dan surfaktan. Cara kerjanya dengan menonaktifkan
mineral yang menyebabkan kesadahan air. Terdapat pula filter yang merupakan bahan
tambahan pada detergen yang berfungsi menambah kuantitas atau dapat
memadatkan dan memantapkan, contohnya Sodium Sulfat (Rajasa, 2010).
2.3 Prinsip Dasar Proses Saponifikasi dan Pengujian Sifat Sabun yang Dihasilkan
2sts
Prinsip dasar proses saponifikasi pada lemak yakni lemak akan terhidrolisis oleh
basa, menghasilkan sabun mentah dan gliserol. Proses pencampuran anatar minyak
dan alkali/basa akan membentuk cairan yang mengental, disebut sebagai trace.
Kemudian menambahkan garam NaCl. Garam NaCl dimaksudkan sebagai pemisah
sabun, sehingga produk sabun akan tergumpal sebagai sabun padat yang terpisah
dari gliserol (Mufida, 2014).
Menurut (Sitompul, 2014), Pengujian sifat sabun yang dihasilkan sebagai syarat
mutu beredarnya sabun dipasaran. Sifat mutu yang terpenting ialah total asam lemak,
asam lemak bebas, dan alkali bebas. Parameter uji dapat dilakukan dengan uji emulsi

untuk pengujian sifat emulsinya, uji sadah, atau pengujian dengan pH. Seperti yang
telah ditetapkan oleh Dewan Standarisasi Nasional standar mutu sabun yakni :
N
o
1
2

3
4

Uraian
Asam lemak bebas (%)
Alkali bebas (%)
Dihitung sebagai NaOH(%)
Dihitung sebagai KOH (%)
Kadar air (%)
Minyak mineral

Tipe I

Tipe II

< 2,5

<2,5

Maks 0,1

Maks 0,1

Maks 0,14
Maks 15
Negatif

Maks 0,14
Maks 15
Negatif

DAFTAR PUSTAKA
James, Joyce et al.2008.Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan.Jakarta : Erlangga
Naomi, Phatalina dkk.2013.Pembuatan Sabun Lunak dari Minyak Goreng Bekas Ditinjau
dari Kinetika Reaksi Kimia. Palembang : Jurnal Teknik Kimia Vol.19, No.2 Universitas
Sriwijaya.
Sinaga, Yenny.2014.Pemanfaatan Minyak Jelantah dalam Pembuatan Sabun Cair
Transparan Melalui Proses Saponifikasi KOH dengan Penambahan Essence Kulit
Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia).Palembang : Other Thesis Politeknik Negeri Sriwijaya.
Sitompul, Vera Agustin.2014.Pemanfaatan Minyak Jelantah dalam Pembuatan Sabun Padat
Transparan Melalui Proses Saponifikasi NaOH dengan Penambahan Essence Kulit
Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia). Palembang : Other Thesis, Politeknik Negeri
Sriwijaya.
Rajasa, Getty.2010.Pemanfaatan Biofilm Mikrobentos untuk Menurunkan Kadar Fosfat Pada
Limbah Deterjen Laundry.Palembang : Skripsi Universitas Atmajaya Yogyakarta.
Mufida, Naufal.2014. Sabun dan Detergen. Sukabumi : Other Thesis Universitas
Muhammadiyah.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai