Tinjauan Pustaka
Subbab
2.1. Sabun
2.2. Saponifikasi
2.3. Jenis-jenis Sabun
2.4. Alkali Bebas
2.5. Bahan Pendukung
2.6. Mekanisme Kerja Sabun
2.7. Metode Pembuatan Sabun
2.7.1 Metode Batch
2.7.2 Metode Kontinu
2.7.3 Metode Panas (Full Boiled)
2.7.4 Metode Dingin
2.7.5 Metode Neat Soap
2.8. Parameter Kualitas sabun
2.9. Penelitian Terkait
Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan
mengemulsi, terdiri dari dua komponen utama yaitu asam lemak
dengan rantai karbon C16 dan sodium atau potasium. Sabun
merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara
kalium atau natrium dengan asam lemak dari minyak nabati atau
lemak hewani serta tambahan zat pewangi dan antiseptik.
Saponifikasi merupakan salah satu metode atau proses pemurnian
secara fisik. Saponifikasi adalah suatu proses untuk memisahkan
asam lemak bebas dari minyak atau lemak dengan cara mereaksikan
asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga
membentuk sabun (soap stock).
Jenis sabun yang utama adalah sabun mandi dan sabun cuci, kedua
jenis sabun ini dibuat dengan beberapa cara. Sabun batangan yang
ada di pasaran terdiri dari sabun mandi kecantikan, sabun kesehatan,
sabun anti bakteri, sabun cair, dan sabun untuk air sadah.
Alkali bebas merupakan senyawa alkali dalam sabun yang tidak
terikat dengan senyawa lain. Kandungan alkali bebas dalam sabun
tidak boleh lebih dari 0,1% untuk sabun natrium dan 0,14% untuk
sabun KOH
Bahan pendukung sabun dianyaranya (NaCl untuk menghilangkan
kandungan gliserin dari larutan sabun. Builders sebagai pembentuk
dan penguat. Filler perlu ditambahkan dalam proses pembuatan
untuk menekan biaya supaya lebih murah. Parfum, pewarna dan
antioksidan sebagai nilai tambah dari sabun yang ingin digunakan
Sabun ketika dimasukkan ke dalam air, maka sabun akan mengalami
proses ionisasi. Gugus-gugus alkil dari sabun akan membentuk buih
akibat adanya dispersi koloid pada larutan.
Parameter dalam penentuan kualitas suatu sabun diantaranya yaitu
bilangan penyabunan, bilangan iodin, perbandingan kelarutan, asam
lemak, kadar air, dan kadar alkali bebas.
Naomi dkk (2013) dalam penelitian yang Pembuatan Sabun Lunak
dari Minyak Goreng Bekas ditinjau dari Kinetika Reaksi Kimia.
Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan minyak goreng bekas
sebagai bahan baku untuk pembuatan sabun yang dapat memberikan
nilai tambah pada minyak goreng bekas. Penelitian ini dilakukan
dengan variasi jumlah KOH 15 mL, 20 mL, 25 mL, dan 30 mL, serta
dengan waktu percobaan 30 menit, 40 menit, dan 50 menit. Menurut
Silsia dkk (2017) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh
Konsentrasi KOH terhadap Karakteristik Sabun Cair Beraroma
Jeruk Kalamansi dari Minyak Goreng Bekas menjelaskan
penambahan minyak atsiri jeruk kalamansi terhadap sabun, dan
pengaruhnya terhadap KOH. Variasi jumlah konsentrasi KOH yang
digunakan terdiri dari 3 variasi, yaitu 25%, 30%, dan 35%.
Karakteristik sabun cair yang diamati adalah viskositas, tinggi busa,
pH, dan kandungan alkali.
Naomi, P.,dkk. 2013. Pembuatan Sabun Lunak dari Minyak Goreng
Bekas ditinjau dari Kinetika Reaksi Kimia. Jurnal Teknik Kimia.
Vol. 2(19): 42-48.
Silsia, D.,dkk. 2017. Pengaruh Konsentrasi KOH terhadap
Karakteristik Sabun Cair Beraroma Jeruk Kalamansi dari Minyak
Goreng Bekas. Jurnal Agroindustri. Vol. 7(1):11-19.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Garam dihaluskan