Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Karet alam adalah salah satu komoditas unggulan perkebunan Indonesia.
Perkebunan karet tersebar di banyak daerah di Indonesia. Masyarakat Indonesia
mayoritas bekerja di sektor agraris, baik itu perkebunan dan pertanian. Perkebunan
karet di Indonesia memiliki luas yang selalu meningkat dari tahun ke tahun, dengan
jumlah produksi yang semakin meningkat juga. Statistika ini dapat dilihat dari
tahun data tahun 2015-2017, luas area perkebunan karet di Indonesia mengalami
peningkatan dari 3.621.102-3.672.123 Ha dengan produksi karet juga mengalami
peningkatan 3.145.38-3.229.861 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2017).
Indonesia adalah eksportir kedua terbesar di dunia, menurut data dari Food
and Agriculture Organization of the United States (FAO) (2017), produsen utama
karet dunia adalah Thailand, Indonesia, Vietnam, China, dan Malaysia. Peman-
faatan karet alam domestik sendiri masih tergolong rendah, yaitu 16%. Rendahnya
pemanfaatan karet ini perlu ditingkatkan dengan cara mengembangkan teknologi
barang jadi karet sehingga penyerapan karet mentah domestik dapat sebanding
dengan ekspor karet mentah yang dilakukan oleh Indonesia.
Karet alam Indonesia berasal dari pohon tanaman Hevea brasiliensis yang
mampu menghasilkan getah karet alam dalam jumlah yang banyak. Latex adalah
koloid encer dari karet alam, yang diperoleh dengan cara menyadap kulit karet dan
mengumpulkannya ke dalam wadah cangkir. Latex mengandung berat 30-40%
karet kering (Simpson, 2002). Karet alam memiliki rantai polimer cis-1,4-
polyisoprene dengan berat molekul 200.000-500.000, dan mengandung sebagian
kecil bahan bukan karet seperti protein, gula, asam lemak, dan beberapa mineral
seperti potassium, mangan, fosfor dan besi.
Karet alam memiliki berbagai kelebihan diantaranya adalah daya pegas,
tensile strength tinggi, kelekatan elastisitas, karet alam juga mudah robek, tidak
tahan panas, dan minyak. Sehingga perlu dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan
sebelum digunakan. berbagai teknik modifikasi secara kimia yang digunakan untuk
memodifikasi sifat karet alam berupa clorination, epoxidation, hidrogenation, dan
grafting. Dibanding teknik modifikasi polimer karet secara kimia yang lain, metode
grafting merupakan metode yang paling baik (Dung dkk, 2017). Chemical grafting
adalah metode pencakokan yang digunakan melalui pembangkitan radikal bebas,
metode pembangkitan ionik, dan melalui proses polimerisasi. Proses grafting secara
kimia, dengan cara inisiator akan mengaktifkan radikal bebas, kemudian radikal
bebas di reaksikan dengan polimer yang ingin dicangkokkan (Koshy, 2016).
Keuntungan utama dari polistirena adalah transparency-nya yang baik,
kekentalan yang tinggi, processibility yang baik, dan dielectric yang baik (Zhang
dkk, 2012). Keuntungan utama styrene natural rubber adalah meningkatkan tensile
strength yang dimiliki oleh karet dan memperpanjang rantai putus polimer, namun
penggunaan polistirena mengurangi modulus young karet alam (Arifin, 2010).
Penelitian terdahulu tentang proses kopolimerisasi natural rubber dengan
monomer stirena dilakukan oleh pukkate (2007), mekanisme graft kopolimerisasi
stirena dengan menggunakan tert-butyl hydroperoxide/ tetraethylenepentamine
sebagai inisiator. Konsentrasi inisiator dan monomer terbukti memainkan peran
penting dalam konversi dan efisiensi grafting stirena kopolimerisasi karet alam.
Penelitian Puspitasari dkk (2016) tentang kopolimerisasi kimiawi cangkok
monomer vinil (metil metakrilat dan stirena) terhadap deproteinized natural rubber
(DPNR) dengan menggunakan inisiator persulfate berupa senyawa ammonium
peroksidisulfat (APS).
Ikhsan dan azizia (2019) dalam penelitiannya tentang kopolimerisasi karet
alam dengan menggunakan monomer stirena. Inisiator yang digunakan adalah
kalium persulfate (K2S2O8) yang penggunaannya menaikan efisiensi grafting
dibanding inisiator ammonium peroksidisulfat. Hasil uji struktur permukaan crepe
hasil kopolimerisasi masih lunak, sehingga diindikasikan bahwa monomer stirena
tidak ter-grafting pada lateks dengan sempurna. Hasil ini dikarenakan kualitas karet
alam yang tidak sesuai nilai Plasticity Retention Index (PRI) menurut SNI 1903-
2017. Indikasi lainnya adalah immiscibility antara partikel polistirena dan karet
alam, yang pada reaksi kopolimerisasinya monomer stirena saling berikatan
membentuk polistirena dan sedikit yang berikatan dengan karet alam.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dilakukan penelitian lanjutan
dengan tujuan memperbaiki hasil penelitian sebelumnya kopolimerisasi karet alam
dengan menggunakan monomer stirena sehingga didapat hasil yang sesuai dengan
harapan yang diinginkan yaitu menghasilkan lateks dengan sifat unggul polistirena
sehingga meningkatkan kualitas karet alam sebagai produk jadi karet.

1.2. Perumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh rasio polimer stirena dan natural rubber terhadap
keberhasilan proses grafting natural rubber latex dengan polimer stirena?
2. Bagaimana karakterisasi dari hasil kopolimerisasi grafting stirena dengan
natural rubber latex?
3. Bagaimana pengaruh variasi persen inisiator terhadap sifat kopolimerisasi
polimer stirena dengan natural rubber latex?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh rasio polimer styrene dan natural rubber terhadap
keberhasilan proses grafting natural rubber latex dengan menggunakan
polimer stirena.

2. Mengetahui karakterisasi dari hasil kopolimerisasi grafting stirena dengan


natural rubber latex.

3. Mengetahui pengaruh variasi persen inisiator terhadap sifat kopolimerisasi


polimer stirena dengan natural rubber latex.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Memperluas pengetahuan mengenai pengolahan di bidang karet
2. Sebagai bahan refrensi atau informasi untuk proses perbaikan sifat karet
yang di aplikasikan untuk aspal karet kedepannya.

1.5. Ruang Lingkup


1. Waktu reaksi grafting yang dilakukan selama 6 jam.

Anda mungkin juga menyukai