BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pektin 0,7%. Tingginya kadar karbohidrat pada kacang merah merupakan sumber
energi yang baik, yaitu sekitar 348 kkal per 100 gram. Sedangkan kadar lemak pa-
da kacang merah juga relafif rendah, yaitu 1,5 gram/100 gram. Adapun komponen
lemak dari kacang merah terdiri atas asam lemak jenuh 19% dan asam lemak tak
jenuh 63,3%. Selain itu, Kacang merah merupakan sumber mineral yang baik.
Komposisi mineral per 100 gram kacang merah adalah fosfor (410 mg), kalsium
(260 mg), mangan (194 mg), besi (5,8 mg), tembaga (0,95 mg), serta natrium (15
mg) sehingga baik untuk kesehatan manusia (Astawan, 2009).
dikonsumsi bagi mereka yang ingin mengontrol berat badan karena memberi rasa
kenyang yang lebih lama. Kacang merah terkenal kaya serat. Serat ini dapat
menurunkan tingkat metabolisme kandungan karbohidrat dalam kacang-kacangan.
Kacang merah juga memiliki kandungan vitamin yang berguna untuk
tubuh. Kacang merah mengandung vitamin A vitamin B1, dan vitamin B2.
Vitamin A yang terkandung berguna untuk kesehatan mata, kulit dan rambut,
memelihara membran selaput lendir pada hidung, memelihara tenggorokan,
lambung dan usus. Vitamin A juga dapat berperan penting dalam ketahanan tubuh.
Vitamin B yang terdapat dalam kacang merah walaupun hanya sedikit tetapi
memiliki peran yang cukup penting juga untuk tubuh manusia.
Kacang merah menawarkan manfaat yang luar biasa bagi otak. Makanan
ini mengandung banyak vitamin K yang menyediakan nutrisi penting untuk otak
dan sistem saraf. Kacang merah juga merupakan sumber yang baik untuk vitamin
B, yang penting untuk sel-sel otak. Vitamin ini memelihara saraf otak dan sel-sel
yang mencegah penyakit yang terkait usia seperti Alzheimer. Serat yang hadir da-
lam kacang merah dapat membantu mempertahankan gerakan usus yang sehat. Ji-
ka dimakan dalam jumlah yang tepat, kacang merah membantu membersihkan sa-
luran pencernaan. Buang air besar secara teratur berhubungan dengan rendahnya
risiko kanker usus besar. Kacang merah juga mengandung banyak magnesium dan
serat yang bertanggung jawab menurunkan kadar kolesterol jahat. Mengurangi
resiko stroke, serangan jantung, dan pembuluh darah perifer (Astawan, 2009).
Jamur yang tumbuh pada kacang merah akan menghidrolisis senyawa-
senyawa komplek seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi senyawa seder-
hana berupa glukosa, asam lemak dan juga asam amino yang mana senyawa ini
mudah dicerna oleh tubuh manusia dan berdampak untuk proses pemenuhan gizi
(Alrasyid, 2007). Disamping itu akibat proses fermentasi maka akan terbentuk
komponen antioksidan yang berfungsi sebagai penangkap radikal bebas atau
peredam radikal bebas yang ada di dalam tubuh (Haron, 2014).
Pemanfaatan kacang merah dengan kandungan komponen gizi yang tidak
jauh berbeda dengan kacang merah yang berlimpah saat ini sebagai tempe kacang
merah akan dapat menghasilkan suatu produk makanan baru yang kaya akan
protein dan juga kaya akan antioksidan yang disebabkan adanya senyawa tersebut
6
dalam bahan dasarnya (Hesti dkk, 2013). Akibatnya tempe kacang merah meru-
pakan pangan fungsional, suatu makanan yang apabila dimakan tidak hanya me-
ngenyangkan tetapi juga akan berdampak positif pada tubuh manusia karena dapat
meredam radikal bebas Kondisi ini akan mendorong masyarakat dalam peme-
nuhan kebutuhan gizi serta dihasilkannya bahan makanan tempe dengan nilai
tambah berupa pangan fungsional, yang disebabkan oleh adanya komponen anti-
oksidan yang terdapat dalam tempe termodifikasi sehingga nantinya keadaan gizi
buruk tidak akan terjadi di masyarakat yang memiliki ekonomi rendah.
Selama proses pengolahan, baik melalui fermentasi maupun proses
nonfer-mentasi (perendaman kacang merah) maka sudah terjadi biokonversi
senyawa isoflavon yang terdapat pada kacang merah sebagai bahan dasar proses
pembuatan tempe kacang merah. Reaksi biokonversi ini, terutama melalui proses
hidrolisis dari senyawa isoflavon yang berikatan dengan gula sehingga dapat
diperoleh se-nyawa isoflavon bebas yang disebut aglikon yang lebih tinggi akti-
vitasnya dibandingkan dengan isoflavon yang masih terikat. Senyawa aglikon ter-
sebut adalah genistein, daidzein, glisitein dan faktor-2 (Haron, 2014).
Selama proses fermentasi, akan berlangsung pula proses hidrolisis yang
disebabkan dari tumbuhnya jamur atau hipa. Hipa yang tumbuh dapat menghasil-
kan enzim β glikosidase sehingga senyawa gula dan isoflavon ά-glukan dibebas-
kan. Senyawa isoflavon aglukan ini dapat mengalami transformasi lebih lanjut
membentuk senyawa transforman baru. Hasil transformasi lebih lanjut dari senya-
wa ά-glukan ini menghasilkan senyawa yang mempunyai aktivitas biologi tinggi.
Proses pembuatan tempe selain membutuhkan bahan baku, juga dibutuh-
kan ragi tempe untuk proses fermentasinya. Ragi tempe juga dikenal sebagai laru
atau usar merupakan kumpulan spora kapang yang digunakan untuk bahan pembi-
bitan dalam pembuatan tempe. Mikroba yang sering dijumpai pada laru tempe
adalah kapang jenis Rhizopus oligosporus atau kapang dari jenis Rhizopus oryzae.
2.2. Limbah Produksi Tempe
Tempe adalah makanan yang khas di Indonesia. Tempe telah diproduksi
dalam jumlah kecil dalam industri kecil rumahan hingga industri dengan jumlah
produksi yang lumayan besar. Makanan olahan yang berbahan dasar kedelai ter-
7
sebut banyak sekali dijual di pasar, serta dijadikan sebagai salah satu makanan
lauk pokok oleh masyarakat di Indonesia. Tempe adalah makanan yang dibuat dari
fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan
beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus rh, Oryzae rh, Sto-
lonifer (kapang roti), atau Rh arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dike-
nal sebagai ragi tempe. Proses fermentasi pada kapang tempe tersebut dapat mem-
bentuk sebuah enzim pencernaan sehingga zat gizi yang terkandung dalam tempe
menjadi lebih mudah dicerna oleh tubuh manusia secara langsung.
Proses produksi tempe menggunakan sejumlah besar air yang digunakan
untuk berbagai proses seperti perendaman, pencucian, perebusan. Limbah yang
diperoleh dari proses proses tersebut diatas dapat berupa limbah cair maupun
limbah padat. Sebagian besar limbah padat yang berasal dari kulit kedelai, kedelai
yang rusak dan mengambang pada proses pencucian serta lembaga yang lepas
pada waktu pelepasan kulit, sudah banyak yang dimanfaatkan untuk makanan
ternak. Limbah cair berupa air bekas rendaman kedelai dan air bekas rebusan ke-
delai masih dibuang langsung diperairan disekitarnya, dalam waktu yang relatif
singkat akan menimbulkan bau busuk dari gas H2S, amoniak ataupun fosfin seba-
gai akibat dari terjadinya fermentasi limbah organik tersebut. Limbah ini berpo-
tensi untuk dapat mencemari lingkungan dan perairan disekitarnya.
Temperatur limbah cair yang berasal dari rebusan kedelai mencapai 75ºC.
Perairan yang hampir setiap hari memperoleh pasokan limbah cair dengan suhu
yang tinggi maka akan membahayakan kehidupan organisme air. Suhu yang
optimum untuk kehidupan dalam air adalah 25-30ºC. Suhu air sungai naik dapat
mengganggu kehidupan hewan maupun tanaman air karena kadar oksigen yang
terlarut akan turun bersamaan dengan kenaikan suhunya. Tumbuhan air akan ter-
henti pertumbuhannya pada suhu air dibawah 10ºC atau diatas 40ºC. Hubungan
antara oksigen yang terlarut dengan laju pernapasan mahkluk hidup sangat erat.
Meningkatnya suhu menyebabkan penurunan oksigen terlarut dalam air.
Pengaruh Total Dissolved Solid (TDS) maupun Total Suspended Solid
(TSS) sangat beragam, tergantung dari sifat kimia dan alamiah dari bahan tarsus-
pensi tersebut. Pengaruh yang berbahaya pada ikan, zooplankton, maupun makh-
luk hidup yang lain pada prinsipnya adalah terjadinya penyumbatan insang oleh
8
digunakan tidak boleh tercemar oleh mikroorganisme dan disimpan dalam kondisi
yang memungkinkan aktivitas metabolisme karena dapat menimbulkan kerusakan
bahan pangan yang diproduksi dan membahayakan kesehatan pada konsumen.
Faktor yang mempengaruhi kondisi ini adalah faktor koreksi lingkungan yang
dibentuk oleh kemasan tersebut selama proses fermentasi dan reaksi yang
mungkin dapat terjadi antara bahan yang difermentasikan dengan komponen pada
kemasan. Pengemasan adalah suatu cara yang dilakukan dalam rangka memberi-
kan kondisi sekeliling yang tepat bagi bahan pangan yang akan dikemas dan
membutuhkan perhatian yang lebih besar secara nyata. Pengemasan berperan sa-
ngat penting dalam mempertahankan bahan tersebut dalam keadaan bersih
Sebelum kemasan plastik diperkenalkan didunia yaitu sekitar tahun 1900,
banyak jenis kemasan yang digunakan diantaranya adalah kemasan kertas seperti
bond, glassine, parchment, dan juga kertas logam. Kisaran tahun 1920, selofan
dan allumunium foil mulai di perkenalkan. Setelah perang dunia kedua usai,
berbagai jenis bahan kemasan plastik mulai bermunculan. Beberapa jenis plastik
yang telah diproduksi dan sering digunakan saat ini adalah polietilena,
polipropilena, poliester, dan juga nilon. Saat ini, kemasan plastik telah mampu
merebut pangsa pasar kemasan dunia, yang awalnya ditempati oleh kemasan
kaleng dan gelas. Kemasan plastik memiliki kelebihan yaitu kuat, ringan, serta
tidak karatan, sedangkan kelemahannya adalah molekul kecil yang terkandung
dalam plastik yang dapat melakukan migrasi bahan makanan yang dikemas.
Kemasan plastik merupakan kemasan modern dan kemasan ini lebih
sering dipilih dan digunakan oleh produsen makanan sebagai wadah karena lebih
praktis dan tidak merepotkan. Kelemahan dari kemasan ini adalah bekas dari
kemasan plastik akan menjadi limbah anorganik yang sulit dibusukkan. Kantong
plastik juga dapat digunakan untuk membungkus tempe, namun bersifat kedap
udara maka permukaan plastik harus dilubangi agar supaya aerasi dapat terjadi.
Apabila tidak dilubangi proses pembuatan tempe tidak akan terjadi dan menye-
babkan kegagalan dalam proses pembuatan tempe, karena kapang yang digunakan
tidak dapat mengolah nutrisi di dalam kedelai sehingga tidak terbentuk hifa.
Tempe adalah salah satu makanan tradisional khas Indonesia. Tempe te-
lah dikenal selama berabad-abad silam. Makanan ini diproduksi dan dikonsumsi
secara turun temurun, khususnya di daerah jawa tengah dan sekitarnya. Tempe
merupakan makanan yang terbuat dari kedelai atau beberapa bahan lainnya yang
diolah dengan cara di fermentasikan dengan menggunakan kapang yang dikenal
sebagai ragi tempe. sejak berabad-abad silam makanan tradisonal ini sudah di-
kenal oleh masyarakat Jawa, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta. Manuskrip
Serat Centhini, masyarakat Jawa pada abad ke-16 telah mengenal “tempe”. tempe
disebutkan sebagai hidangan bernama jae santen tempe (masakan tempe dengan
santan) dan kadhele tempe srundengan (Badan Standarisasi Nasional, 2012).
Kata “tempe” diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada masyarakat
Jawa Kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang
disebut tumpi. Makanan bernama tumpi tersebut terlihat memiliki kesamaan de-
ngan tempe segar yang juga berwarna putih. Boleh jadi, ini menjadi asal muasal
dari mana kata “tempe” berasal. Indonesia merupakan negara produsen tempe ter-
besar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari
konsumsi kedelai Indonesia dijadikan untuk memproduksi tempe, 40% tahu, dan
10% dalam bentuk produk lain.Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di
Indonesia diperkirakan sekitar 6,45 kg (Badan Standarisasi Nasional, 2012).
Penyebaran tempe telah meluas menjangkau berbagai kawasan. Masya-
rakat Eropa cukup lama mengenal tempe. Tempe pertama kali diperkenalkan ke-
pada masyarakat Eropa adalah imigran asal Indonesia yang menetap di Belanda.
Melalui Belanda, keberadaan tempe menyebar ke negara Eropa lain seperti Belgia
dan Jerman. Tercatat, tempe cukup populer di beberapa negara sejak tahun 1946.
Di Amerika Serikat, tempe populer sejak pertama kali dibuat oleh Yap
Bwee Hwa pada tahun 1958. Yap Bwee Hwa merupakan orang Indonesia yang
pertama kali melakukan penelitian ilmiah mengenai tempe. Di Jepang, tempe di-
teliti sejak tahun 1926 dan mulai diproduksi secara komersial sekitar tahun 1983.
Sejak tahun 1984 sudah tercatat terdapat beberapa perusahaan tempe di Eropa, di
Amerika, dan di Jepang. Tahun 1984 sudah tercatat 18 perusahaan tempe di
Eropa, 53 di Amerika, dan 8 di Jepang. Tempe di beberapa negara lain, seperti
11
Republik Rakyat Cina (RRC), India, Taiwan, Sri Lanka, Kanada, Australia,
Amerika Latin, dan Afrika sudah mulai dikenal di berbagai kalangan.
Produksi tempe meningkat dan industrinya mulai dimodernisasi pada
tahun 1980-an, sebagian berkat peran serta Koperasi Produsen Tahu Tempe
Indonesia (KOPTI) yang berdiri pada 11 Maret 1979 di Jakarta dan pada tahun
1983 telah beranggotakan lebih dari 28.000 produsen tempe dan tahu di
Indonesia. Standar teknis untuk tempe telah ditetapkan dalam Standar Nasional
Indonesia dan yang berlaku sejak 9 Oktober 2009 ialah SNI 3144:2009. Tempe
kedelai dalam standar tersebut didefinisikan sebagai suatu produk yang diperoleh
dari fermentasi biji kedelai dengan menggunakan kapang Rhizopus sp. berbentuk
padatan kompak, berwarna putih sedikit keabu-abuan, dan berbau khas tempe.
Standar nasional Indonesia proses pembuatan tempe ini mengatur nilai
gizi tempe, proses produksi tempe, pengemasan dan pelabelan pada tempe kede-
lai. Standar ini juga mengatur kebersihan pekerja, karena kebersihan pekerja sa-
ngat penting untuk menjaga kehigienisan tempe yang dihasilkan, terdapat berba-
gai aturan yang mengatur kebersihan pekerja yang terbagi menjadi beberapa
kriteria berupa kesehatan kebersihan dan kebiasaan. Proses pengecekan kesehatan
seperti seperti karyawan yang sakit atau baru sembuh dari sakit dan diduga masih
membawa penyakit tidak diperkenankan bekerja di pengolahan pangan. Karyawan
yang menunjukkan gejala atau sakit, misalnya sakit kuning (virus hepatitis A),
diare, sakit perut, muntah, demam, sakit tenggorokan, sakit kulit (gatal, kudis,
luka, dan lain-lain), sakit mata (belekan), dan atau pilek tidak diperkenankan
mengolah pangan karena ditakutkan malah terjadi kontaminasi terhadap produk.
Kebersihan pekerja diatur dengan cara karyawan harus selalu menjaga
kebersihan badannya. Karyawan seharusnya mengenakan pakaian kerja/celemek
lengkap dengan penutup kepala, sarung tangan dan sepatu kerja. Pakaian dan per-
lengkapannya hanya dipakai bekerja. Karyawan harus menutup luka dan perban.
Karyawan harus selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum memulai kegiatan
mengolah pangan, sesudah menangani bahan mentah atau bahan/alat yang kotor
dan sesudah ke luar dari toilet sehingga tetap terjaga kebersihannya.
12