0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
52 tayangan17 halaman
Bab II merangkum teori tentang bayam merah dan krokot. Bayam merah (Amaranthus tricolor) memiliki daun tunggal dan lunak, batang lunak berwarna merah, dan biji kecil bulat. Bayam merah kaya akan zat besi, vitamin C, dan antosianin yang bermanfaat untuk kesehatan. Kapang Monascus purpureus dapat memproduksi pigmen merah yang stabil untuk pewarna alami. Krokot (Portulaca oleracea) tumbuh liar di lapangan dan
Bab II merangkum teori tentang bayam merah dan krokot. Bayam merah (Amaranthus tricolor) memiliki daun tunggal dan lunak, batang lunak berwarna merah, dan biji kecil bulat. Bayam merah kaya akan zat besi, vitamin C, dan antosianin yang bermanfaat untuk kesehatan. Kapang Monascus purpureus dapat memproduksi pigmen merah yang stabil untuk pewarna alami. Krokot (Portulaca oleracea) tumbuh liar di lapangan dan
Bab II merangkum teori tentang bayam merah dan krokot. Bayam merah (Amaranthus tricolor) memiliki daun tunggal dan lunak, batang lunak berwarna merah, dan biji kecil bulat. Bayam merah kaya akan zat besi, vitamin C, dan antosianin yang bermanfaat untuk kesehatan. Kapang Monascus purpureus dapat memproduksi pigmen merah yang stabil untuk pewarna alami. Krokot (Portulaca oleracea) tumbuh liar di lapangan dan
Bayam (Amaranthus spp.) merupakan tanaman semusim yang berasal dari daerah Amerika Tropis. Di Indonesia hanya dikenal dua jenis bayam budidaya, yaitu bayam cabut (Amaranthus tricolor) dan bayam kakap (Amaranthus hybridus). Bayam kakap disebut juga sebagai bayam tahun, bayam turus atau bayam bathok, dan ditanam sebagai bayam petik. Bayam cabut terdiri dari dua varietas, yang salah satunya adalah bayam merah (Saparinto dan Maya, 2014). 2.1.1 Morfologi Bayam Merah Morfologi (biologi), adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk organisme, terutama hewan dan tumbuhan yang mencakup bagian-bagiannya. Bayam merupakan tanaman yang berbentuk perdu dan tingginya dapat mencapai ± 1½ meter. Bayam merah memiliki ciri- ciri berdaun tunggal, ujung runcing, lunak, dan lebar. Batangnya lunak dan berwarna putih kemerah-merahan. Bunga bayam merah ukurannya kecil mungil dari ketiak daun dan ujung batang pada rangkaian tandan. Buahnya tidak berdaging, tetapi bijinya banyak, sangat kecil, bulat, dan mudah pecah. Tanaman ini memilki akar tunggang dan berakar samping. Akar sampingnya kuat dan agak dalam (Sunarjono, 2014). Alat reproduksi bayam yaitu secara generatif (biji), dan dari setiap tandan bunga dapat dihasilkan ratusan hingga ribuan biji. Bayam merah, dipanen pada saat tanaman berumur muda, sekitar 40 hari setelah sebar, dengan tinggi sekitar 20 cm. Bayam ini dicabut bersama akarnya yang kemudian dijual dalam bentuk ikatan (Bandini, 1995). 2.1.2 Taksonomi Bayam Merah
Gambar 2.1 Bayam Merah
Menurut klasifikasi dalam tata nama (sistematika) tumbuhan, tanaman bayam merah termasuk ke dalam : Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Hamamelidae Ordo : Caryphyllales Famili : Amaranthaceae Genus : Amaranthus Spesies : Amaranthus tricolor L ( Saparinto, 2013) 2.1.3 Kandungan Daun Bayam Merah Bayam memiliki rasa yang hambar ketika dimakan. Namun, sayur bayam memiliki kandungan gizi yang tinggi. Dengan mengonsumsi sayur bayam maka nutrisi dalam tubuh kita akan memberikan banyak perlindungan. Berikut kandungan nutrisi yang lengkap dalam sayuran bayam (Sulihandri, 2013). Tabel 2.1 Kandungan nutrisi pada 100 g Bayamm Merah (Amaranthus tricolor L.) KOMPONEN NILAI GIZI SATUAN GIZI Air 88,5 g Energi 41,2 kkal Protein 2,2 g Lemak 0,8 g KH 6,3 g Serat 2,2 g Abu 2,2 g Kalsium 520 mg Fosfor 80 mg Besi 7 mg Natrium 20 mg Kalium 60 mg Seng 0,8 mg ß Karoten 7325 ug Tiamin 0,2 mg Riboflavin 0,1 mg Niasin 0,1 mg Vitamin C 62 mg Bayam merah selain mengandung nutrisi diatas (Tabel komposisi pangan, 2009), juga memiliki pigmen antosianin. Antosianin adalah pigmen merah keunguan yang menandai warna merah pada bayam merah. Dan antosianin berperan sebagai antioksidan (Lingga, 2010). Bayam merah dan bayam hijau sebenarnya sama-sama memiliki manfaat yang baik. Di dalam 100 gram bayam hijau mengandung energi sebesar 16 Kkal, protein 0,9 g, lemak 0,4 g, karbohidrat 2,9g, kalsium 166 mg, serat 0,7 g, zat besi 3,5 g, dan vitamin C 4,1 g. Sedangkan untuk 100 gram bayam merah mengandung energi sebesar 41,2 kkal, 2,2 g protein, 0,8 g lemak, 6,3 g karbohidrat, 520 mg kalsium, serat 2,2 g, 7 mg zat besi, dan 62 mg Vitamin C. (detikfood, 2014) 2.1.4 Zat Besi pada Daun Bayam Merah Tidak dapat dipungkiri bahwa zat besi memang memiliki banyak manfaat bai tubuh manusia. Peran dan manfaat tersebut tidak terlepas dari fungsi zat besi itu sendiri dalam tubuh kita yaitu membantu metabolisme protein, berperan dalam produksi hemoglobin dan sel darah merah. 2.1.5 Manfaat Daun Bayam Merah Daun bayam biasanya dimanfaatkan sebagai sayuran yang dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan, antara lain sayur bening, sayur lodeh, pecel, rempeyek bayam dan lalap (Supriati, 2014). Dibandingkan dengan bayam hijau, bayam merah kurang populer, namun, bayam merah mengandung banyak zat gizi yang bermanfaat untuk kesehatan (Astawan, 2008). Bayam merah dapat menurunkan risiko terserang kanker, mengurangi kolesterol, meperlancar sistem pencernaan, dan antidiabetes. Selain itu, bayam merah dapat mencegah penyakit kuning, alergi terhadap cat, osteoporosis, sakit karena sengatan lipan atau kena gigitan ulat bulu. Batang dan daun bayam merah dapat digunakan untuk menyembuhkan luka bakar, memelihara kesehatan kulit, dan mengobati kepala pusing. Akar bayam merah bermanfaat sebagai obat disentri. Infus darurat bayam merah 30 persen per oral dapat meningkatkan kadar besi serum, haemoglobin dan hematokrit pada penderita anemia (Astawan, 2008). 2.1.6 Kapang Monacus purpureus 2.1.6.1 Taksonomi Kapang Monacus purpureus Menurut NCBI (2012), kedudukan taksonomi dari Monascus purpureus adalah sebagai berikut: Kerajaan : Fungi Filum : Ascomycota Kelas : Eurotiomycetes Bangsa : Eurotiales Keluarga : Elaphomycetaceae Marga : Monascus Spesies : Monascus purpureus Went. 2.1.6.2 Deskripsi Kapang Monacus purpureus Selama pertumbuhannya kapang jenis M. purpureus mengeluarkan cairan granular yang melewati ujung-ujung hifa. Menurut Yuan (1980) dalam Ridawati (1993), hasil ekstrusi cairan bersatu pada ujung hifa dan membentuk cairan seperti getah yang tidak beraturan bentuknya. Cairan ini kemudian pecah dan menyebarkan partikel-partikel bulat kecil ke sekeliling ujung hifa. Ketika kultur ini masih muda, cairan hasil ekstrusinya tidak berwarna,tetapi kemudian secara bertahap terjadi perubahan menjadi kemerahan, merah, kekuningan atau jingga apabila kultur ditumbuhkan pada media PDA (Potato Dextrose Agar) atau agar Saboraud. Zat warna merah yang dihasilkan tidak hanya dapat diamati pada kandungan bagian dalam hifa. Zat warna merah ini dapat berdifusi menembus bagian dalam substrat (Hesseltine, 1965 dalam Ridawati,1993). Pigmen merah yang dihasilkan oleh Monascus purpureus merupakan metabolit sekunder yang secara alami, sintesis dan produksi metabolit oleh mikroba sangat sedikit jumlahnya. Sehingga untuk memperoleh metabolit tertentu dalam jumlah yang cukup besar untuk diproduksi secara komersial diperlukan usaha dan modifikasi, baik terhadap mikrobanya maupun terhadap kondisi pertumbuhan mikroba tersebut. (Fifendy, n.d.) Katabolisme substrat oleh mikroba dimulai dengan pemecahan senyawa- senyawa makromolekul yang terdapat dalam substrat tersebut. Karbohidrat merupakan sumber energi yang dominan bagi mikroba yang diperlukan dalam proses glikolisis yang hasil akhirnya adalah senyawa piruvat. Menurut Carels dan Sherpherd (1978) dalam Ridawati (1993), bila nitrogen yang terdapat dalam substrat habis, maka hasil dari glikolisis dialihkan untuk membentuk metabolit sekunder. Asam piruvat dari lintasan Heksosa Difosfat mengalami dekarboksilasi oksidatif dengan bantuan enzim pirufat dehidrogenase dan koenzim A membentuk asetil KoA, kemudian terbentuk unit-unit malonil KoA. Asetil KoA dan Malonil KoA kemudian membentuk gugus poliketida yang dapat digunakan untuk pembentukan pigmen. (Fifendy, n.d.) Pigmen merah dikenal juga dengan pigmen angkak, karena dapat memproduksi angkak, yaitu makanan tradisional berupa beras yang sudah difermentasi oleh M.purpureus sehingga berwarna merah. Mevinolin dan lovastatin adalah dua komponen bioaktif yang diketahui terdapat di dalam angkak dan berfungsi menurunkan kolesterol di dalam darah (Ardyansyah,2007). Pewarna alami makanan lebih disukai karena lebih aman untuk kesehatan dibandingkan dengan pewarna sintetis yang beberapa diantaranya bersifat karsinogenik ( Jenie dkk., 1997). Sebagai pewarna alami, pigmen angkak memiliki sifat yang cukup stabil dan dapat bercampur dengan pigmen warna lain, serta tidak beracun. Pigmen warna utama yang dihasilkannya adalah monaskorubrin dan monaskoflavin. Stabilitas pigmen angkak dipengaruhi oleh sinar matahari, sinar ultra violet, kondisi asam basa (pH) dan juga suhu. (Fifendy, n.d.) Hasil penelitian Astawan (2008) menunjukkan bahwa pigmen angkak pigmen angkak memiliki aktifitas sebagai antimikroba, sehingga sangat cocok digunakan sebagai bahan pewarna pada bahan makanan yang mudah terkontaminasi mikroba. Dengan demikian angkak dapat berperan ganda, yaitu sebagai pewarna dan sekaligus pengawet, karena terbukti dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen dan perusak yang berspora seperti Bacillus cereus dan B. stearothermophilus .
2.2 Tumbuhan Krokot
Tanaman krokot (Portulaca oleracea L.) adalah tanaman yang tumbuh liar di lapangan dan dapat tumbuh di daerah yang berpasir dan tanah liat. Krokot ini dapat tumbuh meski kekurangan air dan memiliki sifat adaptasi yang baik terhadap lingkungan. Krokot termasuk salah satu gulma pada budidaya tanaman semusim (Dalimartha, 2009). 2.2.1 Morfologi Tumbuhan Krokot Morfologi (biologi), adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk organisme, terutama hewan dan tumbuhan yang mencakup bagian-bagiannya. Krokot merupakan tanaman yang dapat dikonsumsi sebagai masakan, obat herbal, dan juga bisa digunakan untuk tanaman hias karena keindahan bunganya. Batang krokot berbentu bulat, beruas,dan berwarna merah kecoklatan, daun tunggal, berbentuk bulat telur, ujung dan pangkalnya tumpul, tepi daun rata, berdaging, panjang 1-3 cm, lebar 1-2 cm, dan berwarna hijau. Bunganya majemuk, letaknya di ujung cabang, kecil, kelopak berwarna hijau, bertaju dan bersayap, lalu mahkota berbentuk jantung, kepala putiknya berjumlah tiga sampai dengan lima, berwarna putih, atau kuning. Buahnya berbentuk kotak, berbiji banyak, dan berwarna hijau, lalu bijinya berbentuk bulat, kecil, mengkilat, dan berwarna hitam, akar tunggang dan berwarna putih kotor.
Gambar 2.2 Tanaman Krokot
2.2.2 Taksonomi Tumbuhan Krokot Menurut Dalimartha (2009), krokot ini memiliki klasifikasi sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Bangsa : Caryophyllales Suku : Portulacaceae Marga : Portulaca Jenis : Portulaca oleracea L.. 2.2.3 Kandungan Daun Krokot Daun krokot kaya akan omega tiga (3). Dalam 100 gram daun krokot segar mengandung 225-300 mg asam linolenat (3. 18:3, 9, 12, 15). Senyawa ini dapat menurunkan kolesterol darah, sebab untuk membuang kolesterol diperlukan diantaranya omega tiga ini. Selain itu juga memiliki kandungan kimia antara lain : KCl, KSO, KNO3, nicotinic acid, tanin, saponin, vitamin A, vitamin B, vitamin C, I-noradrenalin, noradrenalin, dopamin, dan dopa. Krokot juga merupakan sumber beberapa vitamin B kompleks seperti riboflavin, niacin, pyridoxine, karotenoid, serta mineral diet, seperti besi, magnesium, kalsium, kalium, dan mangan. (Ahli Pengobatan, 2014) Tabel 2.1 Kandungan Gizi Krokot (Portulaca oleracea L.) per 100 gram Keterangan Jumlah Satuan Bagian Dapat Dimakan (BDD) 80 % Protein 1,7 gram Karbohidrat 3,8 gram Lemak 0,4 gram Kalsium 103 mg Fosfor 39 mg Kalori 21 kkal Vitamin C 25 mg Vitamin B1 0,03 mg Vitamin A 2550 IU Zat Besi 4 mg Sumber ; Kardinan (2007) 2.2.4 Manfaat Daun Krokot Menurut Kardinan (2007), tanaman krokot (Portulaca oleracea L.) berkhasiat sebagai penurun panas, menghilangkan rasa sakit, peluruh air seni, anti toksi, penenang, menurunkan gula darah, anti skorbut (bibir retak akibat kekurangan vitamin C), menguatkan jantung, menghilangkan bengkak, melancarkan darah, dan sebagai antioksidan pencegah pertumbuhan sel kanker di tubuh. 2.3 Bahan Pewarna Alami Onigiri 2.3.1 Bahan Tambahan Pangan (BTP) Bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komposisi khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut (Anonim, 1995). Pewarna makanan merupakan salah satu jenis BTP yang dapat memperbaiki penampakan makanan. Penambahan BTP mempunyai beberapa tujuan, di antaranya adalah memberi kesan menarik bagi konsumen, menyeragamkan dan menstabilkan warna, serta menutupi perubahan warna akibat proses pengolahan dan penyimpanan (Cahanar dan Suhanda, 2006). Pewarna dibedakan menjadi dua, yaitu pewarna alami dan sintetik. Bahan pewarna alami adalah bahan pewarna dari sumber nabati, hewani, atau mineral. Pewarna ini lebih aman digunakan untuk mewarnai bahan pangan (Nurjanah, 1992). Adapun jenis-jenis senyawa zat warna alam yang terkandung dalam tumbuhan antara lain klorofil (hijau) pada daun; karoten (kuning oranye) pada umbi dan daun; likopene (merah) pada bunga dan buah; flavon (kuning) pada bunga, akar dan kayu; dan antosianin (kuning kemerahan, merah lembayung) pada buah dan bunga (Tranggono, 1990). Menurut Nurjanah (1992), bila dibandingkan dengan pewarna sintetis, bahan pewarna alami mempunyai kelemahan-kelemahan yaitu: 1. Memberikan aroma dan rasa khas yang tidak diinginkan. 2. Konsentrasi pigmen rendah dan stabilitas pigmen rendah. 3. Keseragaman warna yang kurang baik. 4. Spektrum warna tidak seluas seperti pada pewarna sintetis. 2.4 Onigiri 2.4.1 Kajian Produk Onigiri Onigiri adalah sebutan untuk makanan yang terbuat dari nasi yang ditanak, diberi rasa, diberi isian kemudian dibentuk dengan menggunakan tangan menjadi bentuk segitiga, silinder maupun bulat. Ada juga yang menyebutnya omusubi atau nigiri-han. Namun ternyata masing-masing daerah mempunyai sebutan yang berbeda untuk makanan ini; seperti nigirimama [Aomori] dan onin’ko [Tochigi]. Di Indonesia onigiri sering disebut sebagai nasi kepal. Sejak jaman dahulu hingga sekarang kita bisa dengan mudah menjumpai onigiri sebagai makanan utama dalam bekal yang dibawa orang-orang. Malahan, saat ini kita juga bisa menjumpai onigiri dijual di supermarket. Onigiri memang memiliki beberapa kelebihan, selain praktis, onigiri juga lebih tahan lama dibandingkan nasi biasa. Bentuk onigiri bermacam-macam, antara lain; sankaku-kei (berbentuk segitiga sama sisi), tawara-kei (berbentuk silinder), maru-kei (berbentuk bulat agak gepeng), kyuu-kei (berbentuk bola, disebut juga temari-gata), shikaku-kei (berbentuk persegi empat), mirip oshizushi. Nasi yang digunakan untuk onigiri bermacam-macam jenisnya, mulai dari nasi putih, nasi yang dicampur kacang- kacangan, jewawut, jamur dan sayuran. Isian untuk onigiri pun beragam, seperti : Ikan-ikanan, seperti: katsuobushi , salmon, tuna, tarako/mentaiko, ikura. Saus mayonnaise. Gorengan, seperti : kroket, hamkatsu, menchikatsu. Acar, seperti : umeboshi, acar timun, acar wasabi, kimchi. Masakan yang dipanggang, tumisan, sayuran, tsukudani, dan lain-lain. Setelah itu onigiri diberi sentuhan terakhir dengan lapisan nori, konbu kering, asinan daun sakura, telur dadar tipis, irisan tipis daging, dan lain-lain ( 2.4.2 Kajian Alat Onigiri Dalam pembuatan Produk Riami, alat yang penting digunakan pada proses pembuatan Riami, antara lain : a. Mesh Mesh adalah ukuran dari jumlah lubang suatu jaring atau kasa pada luasan 1 inch persegi jaring. padat. Mesh 20 memilki arti terdapat 20 lubang pada bidang jaring/kasa seluas 1 inch, demikian seterusnya. b. Baskom (Mangkuk) Mangkuk berguna sebagai wadah atau tempat untuk menaruh bahan – bahan yang telah ditimbang. Menurut Syarbini (2014 : 56) memiliki fungsi untuk mencampurkan dan mengembangkan adonan, mengkrimkan telur dan dapat digunakan untuk menyimpan makanan. c. Oven Oven berguna untuk menjadikan masakan atau makanan lebih praktis, mudah, dan efisien, dan biasanya juga oven ini untuk menghilangkan kadar air yang terdapat dalam makanan. d. Blender Blender merupakan alat elektronik berupa sebuah wadah dilengkapi pisau berputar yang digunakan untuk mengaduk, mencampur, menggiling, atau melunakkan bahan makanan. Pisau berbentuk seperti sebuah baling-baling pendek yang dipasang pada bagian bawah wadah. e. Timbangan Merupakan salah satu alat terpenting pada proses pembuatan kue kering, karena sebagai alat untuk mengukur bahan-bahan yang dibutuhkan, agar mendapatkan hasil yang sempurna dan sesuai takaran. f. Loyang Loyang terdapat banyak bentuk dan ukuran, biasanya loyang berfungsi sebagai wadah simplisia saat proses pengovenan dan biasanya terbuat dari alumunium. g. Saringan Saringan ini berguna untuk memisahkan antara air dan filtrat dari tanaman krokot. h. Pisau Pisau ialah alat yang digunakan untuk memotong sebuah bahan-bahan. Pisau terdiri dari dua bagian utama, yaitu bilah pisau dan gagang atau pegangan pisau. Bilah pisau terbuat dari logam pipih yang tepinya dibuat tajam; tepi yang tajam ini disebut mata pisau. i. Pengaduk Kayu Pengaduk kayu ini terbuat dari kayu yang berfungsi untuk mencampurkab bahan-bahan agar menjadi homogen. 2.4.3 Kajian Bahan Onigiri Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan Riami meliputi : a. Simplisia Bayam Merah Salah satu cara meningkatkan nilai tambah daun suruhan adalah dengan mengolahnya menjadi berbagai produk olahan yang tahan lebih lama. Daun bayam merah diolah dengan cara dikeringkan dan dihaluskan menjadi tepung atau simplisia daun bayam merah, digunakan sebagai bahan pewarna alami yang mengandung kaya akan nutrisi dalam pembuatan produk Riami. b. Tanaman Krokot Tanaman atau rumput krokot merupakan tanaman liar yang kaya akan nutrisi dan digunakan sebagai bahan utama nori sebab memiliki warna dan rasa yang khas. c. Agar-agar Karagenan Karagenan merupakan senyawa polisakarida galaktosa hasil ekstraksi rumput laut. Karagenan digunakan karena selain bersifat hidrofilik, karagenan lebih stabil dalam mengimobilisasi air pada konsentrasi yang lebih rendah, dan lebih kuat dalam membentuk gel (Sidi, 2014). Karagenan diperoleh dari rumput laut yang banyak dibudidayakan di Indonesia, yaitu Eucheuma denticulatum (Eucheuma spinosium) dan Kappaphycus alvarezii (Eucheuma cottonii) (Wisnu dan Rachmawati, 2011). Menurut Fauziah dkk (2015), karagenan jenis kappa paling baik diantara iota dan lambda karena jenis kappa merupakan karagenan yang dapat membentuk gel jika bertemu dengan ion kalium, gel yang terbentuk elastis dan lentur serta gel kappa karagenan stabil terhadap asam atau tidak mengalami hidrolisa. Karagenan jenis lambda tidak mempunyai kemampuan membentuk gel dan terhadap asam gel lambda mengalami hidrolisa namun merupakan pengikat air yang baik. Jenis karagenan iota merupakan jenis yang dapat membentuk gel jika bertemu dengan ion kalsium namun gel yang terbentuk stabil/kaku dan jika terhadap asam gel iota karagenan mengalami hidrolisa. Kappa karagenan merupakan fraksi yang mampu membentuk gel dalam air dan bersifat reversible, yaitu meleleh jika dipanaskan dan membentuk gel kembali jika didinginkan. Kappa karagenan akan mebentuk gel yang paling kuat dengan sifat gel elastis serta stabil dalam larutan asam (Imeson, 2010). Menurut Cahyadi (2006), karagenan diperoleh dari ekstrak rumput laut merah Chondrus sp., Gogartina sp., dan Eucheuma sp. Karagenan larut dalam air, tetapi sedikit larut dalam pelarut lainnya, umumnya perlu pemanasan agar karagenan larut semuanya. Biasanya pemanasan dilakukan sampai suhu 50-80oC. Kemampuan karagenan untuk membentuk gel dengan ion-ion merupakan dasar dalam penggunaannya di bidang pangan. Pengaplikasian karagenan terutama dalam produk jelly, saos, permen, sirup, pudding, dodol, dan nugget. e. Beras Jepang
2.4.4 Formulasi Riami
2.4.4.1 Formulasi Krokot Leature Keunggulan dari Leather Vegetable yang bergizi tinggi yaitu : Berbentuk lembaran sehingga lebih mudah disimpan dan tahan lama. Teksturnya yang kenyal seperti agar-agar tidak seperti sayuran sehingga cocok bagi anak-anak yang sulit makan sayur. Dapat diaplikasi sebagai pembungkus siomay, campuran cap cay, campuran salad, agar-agar yang kemudian dapat dikonsumsi. Peralatan pembuatan cukup sederhana dan proses produksinya relatif murah. Bahan baku yang digunakan tersedia di Indonesia dalam jumlah melimpah. Formulasi Krokot Leature ini berfomulasi dari proses pembuatan fruit leather terdiri dari tiga tahap yaitu pembuatan bubur buah sirsak, pembuatan bubur buah melon, dan pembuatan fruit leather. Pertama, Pembuatan Bubur buah sirsak yaitu dengan cara buah sirsak dicuci dengan air yang mengalir, dikupas serta dipisahkan dari biji kemudian dipotong-potong dan dihancurkan dengan menggunakan blender menjadi bubur buah sirsak. Kedua, Pembuatan Bubur buah melon dengan cara buah melon dicuci dengan air yang mengalir, dikupas serta dipisahkan dari biji kemudian dipotong-potong dan dihancurkan dengan menggunakan blender menjadi bubur buah melon. Proses pembuatan fruit leather mengacu pada Safitri (2012), bubur buah sirsak dan buah melon ditimbang sesuai perlakuan kemudian ditambahkan gula 40%, gum arab 1%, dan asam sitrat 0,1%, dilakukan pemanasan suhu 70-80oC selama 2 menit, kemudian dituang adonan kedalam loyang yang telah dilapisi plastik wrap dan dilakukan pengeringan di dalam oven suhu 60oC selama 8 jam dipotong sesuai ukuran dan menjadi produk fruit leather. (Andika, 2017) 2.4.4.2 Formulasi Onigiri Menurut Resep Koki, 2017 onigiri atau nasi kepal khas Jepang ini bisa dijadikan bekal, baik bekal sekolah, kantor, atau piknik agar tidak mudah basi, dipilih isian onigiri yang tahan lama atau dimasak isian hingga kering dan bumbunya meresap sempurna. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk produk onigiri yaitu 300 gram beras, 75 gram beras ketan, 500 mL air, ½ sdt garam, 10 lembar nori suruhan, 1 sdm bon cabe, ¼ sdt kaldu jamur. Sedangkan untuk isian Tuna Mayo yaitu ½ kaleng tuna yang ditiriskan airnya, 1 siung bawang putih, ½ butir bawang bombay, 1/8 sdt merica, 2 sdm mayonaise, dan minyak secukupnya. Adapun isian Ayam Tumis yaitu 50 gram ayam fillet yang direbus dan disuwir, 1 siung bawang putih, 2 butir bawang merah, 1 batang serai dimemarkan, 1 lembar daun salam, ¼ sdt kaldu bubuk, 1/8 sdt merica, 25 mL air, dan minyak secukupnya. Proses pengolahannya sebagai berikut : pertama , dicampur beras dan beras ketan jadi satu. Dicuci bersih lalu dimasukkan ke dalam rice cooker. Ditambahkan air dan garam lalu diaduk rata. Masak seperti biasa hingga matang. Bagi nasi menjadi 2 bagian dan ditaruh di wadah masing-masing. Dibiarkan dingin dan disisihkan. Selanjutnya, diambil 4 lembar nori. Dipotong masing-masing menjadi 2 bagian dan disisihkan. Diambil 6 lembar nori sisanya lalu remas-remas hingga mejadi serpihan kecil dan disisihkan. Untuk Isian Tuna Mayo: dipanaskan minyak dan ditumis bawang putih dan bawang bombay hingga harum. Dimasukkan tuna dan merica lalu diaduk hingga rata. Setelah itu, diangkat. Dalam wadah, dicampur tumisan tuna dengan saus mayonaise hingga rata dan disisihkan. Untuk Isian Ayam Tumis: Dipanaskan minyak dan ditumis bawang putih, bawang merah, serai, dan daun salam hingga harum. Dimasukkan ayam, kaldu bubuk, merica, dan air. Dimasak hingga bumbu meresap dan air menyusut habis. Setelah itu, diangkat dan disisihkan. Proses pencetakan Onigiri Tuna Mayo yaitu diambil 1 bagian nasi lalu bagi jadi 4 bagian sama banyak. Dikepal-kepal tiap bagiannya dan dimasukkan isian tuna mayo ke tengahnya. Dibentuk jadi segitiga lalu tempel 1 lembar nori kecil di bagian bawahnya. Sedangkan, Onigiri Ayam Tumis yaitu diambil 1 bagian nasi laludi masukkan bon cabe dan serpihan nori. Diaduk hingga rata. Dibagi nasi jadi 4 bagian sama banyak. Dikepal-kepal tiap bagiannya dan dimasukkan isian ayam tumis ke tengahnya. Dibentuk jadi segitiga lalu tempel 1 lembar nori kecil di bagian bawahnya. Akhirnya, onigiri siap untuk disajikan. 2.4.5 Pengujian Produk Riami Mutu pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gizi, dan standar perdagangan terhadap bahan makanan, makanan dan minuman. Metode yang digunakan dalam pengujian gizi produk Riami adalah
2.4.5.1 Mutu Organoleptik
Sifat organoleptik adalah sifat dari bahan pangan yang dinilai dengan menggunakan panca indra, merupakan penilaian yang bersifat subyektif. Penilaian cara ini banyak digunakan untuk menilai mutu komoditi hasil pertanian dan makanan. Penilaian cara ini banyak disenangi karena dapat dilaksanakan dengan cepat dan langsung (Soekarto, 1985). Penilaian sifat organoleptik pada produk mie kering dari ampas kedelai tahu meliputi : a. Warna Warna adalah kenampakan dari tahu dan diamati dengan indera penglihatan. Penentuan mutu bahan makanan pada umumnya tergantung pada faktor mikrobiologis secara visual faktor-faktor penunjang yang lain. Selain sebagai faktor-faktor yang lain sebagai faktor yang ikut menentukan mutu, warna dapat juga digunakan sebagai indikator penentuan mutu, warna dapat digunakan sebagai indikator kematangan (Winarno, 1997). b. Aroma Aroma adalah rangsangan yang dihasilkan oleh tahu kedelai yang diketahui dengan indera pembau. Indera pembau adalah instrumen yang paling banyak berperan mengetahui aroma terhadap makanan. Dalam industri makanan pengujian terhadap bau dianggap karena dengan cepat dapat memberikan hasil penelitian terhadap suatu produk. Dalam pengujian alat indra, bau lebih komplek daripada rasa. Bau atau aroma akan mempercepat timbulnya rangsangan kelenjar air liur (Kartika, 1998). c. Rasa Rasa adalah rangsangan yang dihasilkan oleh tahu setelah dimakan terutama dirasakan oleh indera pengecap sehingga dapat mengidentifikasinya. Instrumen yang paling berperan mengetahui rasa suatu bahan pangan adalah indera lidah. Dalam pengawasan mutu makanan, rasa termasuk komponen yang sangat penting untuk menentukan penerimaan konsumen. Meskipun rasa dapat dijadikan standar dalam penilaian mutu disisi lain rasa adalah suatu yang nilainya sangat relatif (Winarno, 1997). Umumnya bahan pangan tidak hanya terdiri dari salah satu rasa, tetapi merupakan gabungan dari berbagai rasa secara terpadu sehingga menimbulkan cita rasa yang utuh (Kartika, 1988). d. Tekstur Tekstur adalah sifat kekompakan dari tahu yang diamati dengan indera peraba. Stabilitas emulsi merupakan faktor yang menentukan mutu tahu yang dihasilkan. Emulsi tahu yang stabil akan menghasilkan tekstur lunak atau kompak dan sifat irisan halus. Tekstur yang kompak pada tahu akan membuat produk tersebut lebih enak. e. Uji Kesukaan Uji kesukaan merupakan salah satu uji yang mana panelis diminta untuk mengungkapkan tanggapannya tentang kesukaan dan ketidaksukaan. Tingkat tingkat kesukaan ini disebut sebagai skala hedonik, misalnya sangat suka sekali, sangat suka, agak suka, suka, agak tidak suka, tidak suka dan sangat tidak suka (Soekarto, 1985). BAB III METODE PENULISAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian ini telah dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan dimulai dari tanggal 1 Juni – 15 Agustus 2018. Lokasi penelitian di Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium Kimia Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. 3.2 Sumber dan Jenis Data Data yang digunakan untuk menyusun karya tulis ilmiah ini adalah kutipan data kualitatif serta kuantitatif yang bersumber dari berbagai jurnal dan website online. 3.3 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data Metode penulisan bersifat studi pustaka. Informasi didapatkan dari berbagai jurnal dan website online yang meneliti, menjelaskan, dan menerangkan mengenai pemanfaatan simplisia daun bayam merah, proses pembuatan produk Riami dan Krokot Leature, dan kandungan dalam simplisia daun bayam merah dan tanaman krokot yang memiliki kandungan tinggi antioksidan yang berguna di dalam tubuh kita. Data disusun dengan mengumpulkan hasil kutipan dari beberapa jurnal, website online, dan hasil percobaan sehingga didapat data yang mendukung penyusunan karya tulis ilmiah ini. 3.4 Analisis Data Data yang telah terkumpul berupa keterangan yang sudah dapat menunjukkan konsep-konsep yang relevan atas masalah yang dikaji. Pemanfaatan daun bayam merah untuk dijadikan tepung atau serbuk simplisia ini merupakan salah satu cara eksplorasi potensi lokal, sebab tanaman bayam merah saat ini pemanfaatannya masih minim sekali, biasanya dimanfaatkan sebagai sayur saja, sedangkan tanaman krokot dieksplorasi sebagai pengganti nori. Selain itu nutrisi pada daun bayam merah dan krokot tidak dapat dipandang sebelah mata, salah satunya yaitu kandungan zat besi dan kalsium pada kedua tanaman tersebut yang cukup tinggi dapat bermanfaat untuk tubuh. Bentuk olahan makanan yang dipilih yaitu diolah menjadi onigiri sehat ini karena dapat dinikmati oleh semua umur dan juga penyajiannya yang sederhana, hemat waktu, dan juga produk tahan lama. 3.5 Penarikan Kesimpulan Simpulan didapatkan setelah merujuk kembali pada rumusan masalah, tujuan penulisan, serta pembahasan. Simpulan yang ditarik mempresentasikan pokok bahasan karya tulis, yaitu diketahuinya alasan dipilihnya daun bayam merah dan tanaman krokot ini sebagai bahan utama Produk Riami, cara pembuatan produk Riami, serta kandungan zat besi dan kalsium yang tinggi berguna bagi tubuh serta didukung dengan saran praktis sebagai rekomendasi selanjutnya.