TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 2.2 Komposisi gizi pangan buah nanas segar per 100 g dengan Berat
Dapat Dimakan (BDD) 53 %
Kandungan Jumlah
Air (Water) 88.9 g
Energi (Energy) 40 Kal
Protein (Protein) 0.6 g
Lemak (Fat) 0.3 g
Karbohidrat (CHO) 9.9 g
Serat (Fibre) 0.6 g
Abu (ASH) 0.3 g
Kalsium (Ca) 22 mg
Fosfor (P) 14 mg
Besi (Fe) 0.9 mg
Natrium (Na) 18 mg
Kalium (K) 111.0 mg
Tembaga (Cu) 0.03 mg
Seng (Zn) 0.1 mg
Retinol (Vit. A) 0 mcg
Beta-Karoten (Carotenes) 17 mcg
Karoten Total (Re) 90 mcg
Thiamin (Vit. B1) 0.02 mg
Riboflavin (Vit. B2) 0.04 mg
Niasin (Niacin) 0.2 mg
Vitamin C (Vit. C) 22 mg
Sumber: Data Komposisi Pangan Indonesia (Kemenkes RI)
pada pH 3,0 – 5,5. Suhu optimum enzim bromelin adalah 500 C – 80o C
(Nur Surahman dkk, 2017). Enzim bromelin terdapat dalam semua jaringan
tanaman nenas yaitu sekitar setengah dari protein dalam nenas mengandung
protease bromelin (Wuryanti, 2006). Di antara berbagai jenis buah, nenas
merupakan sumber protease dengan konsentrasi tinggi dalam buah yang
masak (Purwaningsih, 2017). Distribusi bromelin pada batang nanas tidak
merata dan tergantung pada umur tanaman, sehingga kandungan bromelin
pada jaringan yang umurnya belum tua terutama yang bergetah sangat sedikit
sekali bahkan kadang-kadang tidak ada sama sekali (Herdyastuti 2006).
2.3 Kasein
2.3 Tahu
Tahu merupakan salah satu bentuk olahan yang terbuat dari kedelai
bersifat non-fermentasi dan sudah dikenali di seluruh dunia. Di Indonesia tahu
menjadi makanan tradisional yang di gemari masyarakat karena harganya yang
murah dan juga bergizi. Tahu memiliki kandungan protein yang berasal dari
ekstrak kedelai yang di koagulasi dengan berbagai jenis koagulan (Mawaddatul,
2017). Ada tiga jenis koagulan yang dapat digunakan dalam koagulasi protein
kedelai pada tahu yaitu: garam (CaCl2, CaSO4, MgCl2), proteinase dan asam
(Asam Asetat, Glukano δ-lactone). Tahu memiliki berbagai kandungan gizi yang
bermanfaat seperti tabel 2.2
Tabel 2.2 Komposisi gizi pangan tahu dihitung per 100 g, dengan Berat Dapat
Dimakan (BDD) 100 %
Komposisi Jumlah
Air (Water) 82.2 g
Energi (Energy) 80 Kal
Protein (Protein) 10.9 g
Lemak (Fat) 4.7 g
Karbohidrat (CHO) 0.8 g
Serat (Fibre) 0.1 g
Abu (ASH) 1.4 g
Kalsium (Ca) 223 mg
Fosfor (P) 183 mg
Besi (Fe) 3.4 mg
Natrium (Na) 2 mg
Kalium (K) 50.6 mg
Tembaga (Cu) 0.19 mg
Seng (Zn) 0.8 mg
Beta-Karoten (Carotenes) 118 mcg
Thiamin (Vit. B1) 0.01 mg
Riboflavin (Vit. B2) 0.08 mg
Niasin (Niacin) 0.1 mg
Sumber: Data Komposisi Pangan Indonesia (Kemenkes RI)
Kandungan senyawa organik pada limbah cair tahu yaitu seperti 40-60%
protein, 25-50% karbohidrat, 10% lemak, dan padatan tersuspensi lainnya.
Limbah cair tahu dapat mengalami perubahan fisika, kimia maupun hayati yang
akan menghasilkan racun atau sebagai media pertumbuhan mikroorganisme.
Jika dibiarkan begitu saja tanpa proses lanjutan pada limbah cair tahu akan
mengakibatkan sarang nyamuk, bau tidak sedap, sumber penyakit hingga
menjadi penyebab kematian pada makhluk hidup, terutama pada biota air yang
ada. Sumber penyakit yang dapat ditimbulkan dari pencemaran air sungai
diantaranya, gatal-gatal, diare, radang usus, kolera, dan penyakit lainnya,
diantaranya:
Ketika bahan organik dalam air sedikit, maka untuk proses metabolisme
makhluk air membutuhkan oksigen dan oksigen dalam air akan segera diganti
dengan oksigen hasil fotosintesis atau hasil proses reaerasi melalui udara. Apabila
kadar bahan organik dalam air sangat tinggi dapat terjadi proses anaerobik,
dimana proses tersebut dapat menghasilkan produk dekomposisi berupa gas-gas,
seperti gas karbondioksida (CO2), amoniak (NH3), hidrogen sulfida (H2S), asam
asetat, dan metana (CH4). Dimana gas tersebut sangat beracun pada sebagian
besar makhluk air dan dapat menimbulkan bau tak sedap.
2. Diperlukan proses inaktivasi enzim pada akhir reaksi, sehingga enzim dapat
digunakan lebih efisien dan berulang kali. Pada suatu proses industri
digunakan enzim amobil (Lee, 1996)
2.5 Karagenan
Dari jenis rumput laut yang tersebar di perairan pantai terdapat 23 jenis
yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Salah satu jenis rumput laut yang cukup
potensial dan banyak dijumpai di perairan Indonesia adalah Eucheuma cottonii
(termasuk alga merah) yang dapat menghasilkan karagenan. Karaginan adalah
campuran yang kompleks dari beberapa polisakarida. Ada tiga jenis karaginan,
yaitu lambda, kappa dan iota. Pada Industri, karaginan dipakai sebagai
stabilisator, pengental, pembentuk gel, pengemulsi, pengikat dan pencegah
kristalisasi dalam industri makanan ataupun minuman, farmasi, kosmetik lain-
lain. Rumput laut diketahui kaya akan essential seperti enzim, asam nukleat,
asam amino, mineral, trace elements, dan vitamin A, B, C, D, E dan K. Rumput
laut (sea weeds) atau yang biasa juga disebut ganggang (algae) merupakan
tumbuhan berklorofil dimana seluruh bagian tanaman dapat menyerupai akar,
batang, daun, atau buah semuanya disebut talus. Beberapa produk yang
menggunakan karaginan adalah jeli, jamu, saus, permen, sirup, puding, dodol,
salad dressing, gel ikan, nugget dan produk susu. Karaginan juga digunakan di
industri kosmetika, tekstil, cat, obat dan pakan ternak (muhammed, 2012).