Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknologi Pengolahan
Hasil Hortikultura dengan dosen pengampu Dewi Cakrawati, S.TP., M.Si
Kelompok 11
Haryati (1305666)
2014
I. TEORI
Pepaya
Pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu komoditas buah yang
hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan. Krishna et al. (2008)
mengemukakan bahwa bagian tanaman buah pepaya seperti akar, daun, buah dan
biji mengandung fitokimia: polisakarida, vitamin, mineral, enzim, protein,
alkaloid, glikosida, saponin dan flavonoid yang semuanya dapat digunakan
sebagai nutrisi dan obat.
Stadia kematangan buah pepaya ditentukan oleh perubahan warna kulit
buahnya. Hasil penelitian Suketi et al. (2010) menunjukkan bahwa stadia
kematangan saat buah dipanen tidak mempengaruhi karakter fisik buah,
sedangkan karakter kimia buah yang dipengaruhi stadia kematangan buah saat
dipanen ialah: kandungan padatan terlarut total dan vitamin C buah. Pada saat
proses pemasakan, buah mengalami banyak perubahan fisik dan kimia setelah
panen yang menentukan mutu buah untuk dikonsumsi. Penelitian Bari et al.
(2006) mengemukakan bahwa pada buah pepaya yang dipanen saat buah masih
hijau, matang, masak dan mendekati busuk, ternyata memiliki komposisi nutrisi
yang sangat bervariasi
Analisis komposisi nutrisi buah pepaya yang dilakukan oleh Pal et al.
(1980), Yon (1994), Desai dan Wagh (1995), Puslitbang Gizi RI (1995), Sankat
dan Maharaj (1997) dan Villegas (1997) menunjukkan hasil agak bervariasi,
misalnya untuk kandungan vitamin C dari 40-126 mg/100 g, mineral kalium dari
39-337 mg/100 g dan kalsium dari 8-51.mg/100 g.
Tabel Analisis Komposisi Buah dan Daun Papaya dalam satuan 100 gram
Unsur Komposisi Buah Masak Buah Mentah Daun
Energi (kal) 46 26 79
Air (g) 86.7 92.3 75.4
Protein 0.5 2.1 8
Lemak * 0.1 2
Karbohidrat (g) 12.2 4.9 11.9
B-karoten (IU) 365 50 18.25
Vitamin B (mg) 0.04 0.02 0.15
Vitamin C (mg) 78 19 140
Kalsium (mg) 23 50 353
Besi (mg) 1.7 0.4 0.8
Fosfor (mg) 12 16 63
Sumber : Direktorat Gizi, Depkes RI, 1979
Keterangan
*sedikit sekali, dapat diabaikan
Nanas
Nenas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah
Anenas comosus. Nenas merupakan tanaman buah berupa semak dengan daging
buah berwarna kuning. Kandungan air yang dimiliki buah nenas adalah 90%.
Rasa pada buah nanas merupakan perpeaduan antara gula dan asam. gula
yang terkandung dalam nanas yaitu glukosa 2.32%. fruktosa 1.42%, dan sukrosa
7.89% (Whiting, 1970 dalam Fitria, 2013). Asam-asam yang terkandung dalam
buah nanas adalah asam sitrat, asam malat, dan asam oksalat. Jenis asam yang
paling dominan yakni asam sitrat 78% dari total asam. Selama proses
pematangan, buah nanas mengalami peningkatan bobot kotor maupun bersih, total
padatan terlarut pada daging buah, peningkatan jumlah asam-asam dan penurunan
kandungan air.
Sudibyo et al(1992) mengungkapkan standar buah olahan kandungan
airnya 78.6-86.4%, kandungan asamnya 0.64-1.18% dan untuk buah konsumsi
segar Padatan Terlarut Total diatas 12% dengan kandungan asam 0.5-0.6%. Buah
nenas mempunyai nilai ekonomi penting selain dapat dikonsumsi sebagai buah
segar juga dapat diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman, seperti
selai, sirup, buah kalegan dan sebagainya (Dalimunthe,2008).
Menurut Kayser nanas segar mengandung zat padat 16,72%, asam citrate
0,63%, gula invert 4%, dan sukrosa sekitar 8,6 gram/100cc. buah mengandung
manitol +1% asam terdiri dari sitrat dan malat (13% dari keseluruhan sitrat) zat
warna karotine (1,5-2,5 mg/kg).
Perubahan fisiologi pada suatu buah dapat terjadi karena adanya perubahan kimia
dan perubahan fisik. Perubahan kimia yang terjadi meliputi perubahan kandungan
karbohidrat, etilen, asam, lipid, rotein. Sedangkan perubahan fisik meliputi
perubahan warna, tekstur, dan perubahan citarasa (Santoso, 2006)
Mentimun
Mentimun adalah salah satu jenis sayuran yang sering dijumpai pada
hampir setiap sajian makanan. Mentimun menjadi salah satu sayuran utama yang
dibudidayakan oleh petani Indonesia, disamping bawang merah, tomat, cabai,
kacang panjang, kentang, dan kubis. Menurut informasi dari Food and
Agriculture Organization (FAO), produksi mentimun di Indonesia terus
meningkat dari tahun ke tahun. Dari tahun 2000 yang hanya 423.282 ton, produksi
mentimun meningkat menjadi 505.241 ton pada tahun 2002 (Anwar, 2005). Pada
tahun 2008 produksi mentimun mencapai 540.122 ton dan mengalami
peningkatan lagi pada tahun 2009 menjadi 583.139 ton (badan Pusat Statistik,
2009).
Mentimun memiliki kadar air sekitar 96%. Dengan tingginya kadar air ini
menjadikan mentimun sebagai sayuran yang sangat baik untuk meningkatkan
serat dan asupan air. Selain itu, mentimun juga mengandung vitamin A, B6, C,
serta beberapa mineral seperti kalsium, kalium, magnesium, dan silika.
Kandungan mineral yang tinggi pada mentimun dapat membantu mencegah
pemecahan kuku. Salah satu jenis mineral dengan kadar air tertinggi adalah
kalium (K). Dengan adanya kandungan mineral kalium yang tinggi, konsumsi
mentimun dapat membantu menurunkan tekanan darah pada orang-orang
penderita darah tinggi (hipertensi). Polifenol dan flavonoid dalam mentimun dapat
berfungsi sebagai antiradang. Selain itu, kandungan asam manolat dalam
mentimun berfungsi menekan gula darah agar tidak berubah menjadi lemak
(Utami,2011).
Berikut merupakan nutrisi yang terdapat pada 100 gram bahan mentah
Nutrisi Jumlah
Air 96,10 g
Energi 12 kal
Protein 0,6 g
Lemak 0,2 g
Karbohidrat 2,4 g
Serat 0,5 g
Kalsium (Ca) 19 mg
Fosfor (P) 12 mg
Besi (Fe) 0,4 mg
Natrium (Na) 5 mg
Kalium (K) 122 mg
Vitamin A 0 SI
Vitamin B1 0,02 mg
Vitamin B2 0,02 mg
Niacin 0,1 mg
Asam askorbat 10 mg
Vitamin B6 0,04 mg
Magnesium 13,52 mg
Jambu Biji
Jambu biji atau jambu kulutuk “Guava”(Psidiumguajava) bukan tanaman
asli Indonesia. Jambu biji berasal dari Benua Amerika bagian tropis, antara
Mexsiko dan Amerika Serikat. Jambu biji ditemukan oleh bangsa Spanyol di
daerah Amerika pada tahun 1500-an. Buahnya dikenal lezat, nikmat dan baik
untuk kesehatan. Orang Spayol yang telah berjasa menyebarkan popularitas buah
jambu biji di daerah tropis maupun subtropics. (Rismunandar, 1989)
Di Indonesia sekalipun pembudidayaan jambu biji pada umumnya masih
dalam bentuk kultur pekarangan, namun berdasarkan jumlah produksi pada tahun
2000 termasuk urutan ke 10 dari 12 jenis buah-buahan komersil yang dihasilkan
di Negara Indonesia. Jumlah produksi terbanyak sampai triwulan III terdapat di
pulau Jawa. Produksi jambu biji pada triwulan III mencapai 60.664 ton.
Bentuk buah jambu biji yang beragam serta beraroma wangi. Rasa dan
aroma jambu biji yang khas dikarenakan adanya senyawa eugenol. Kulit buahnya
yang tipis berwarna hijau sampai hijau kekuningan. Panen buah jambu biji
dilakukan sepanjang tahun karena tanaman ini tidak mengenal musim. Di
Indonesia, jambubiji yang paling digemariadalah yang berdaginglunakdantebal,
rasanyamanis, berbijisedikit, danbuahnyaberukuranbesar (Soedarya, 2010).
KandunganGiziJambuBiji
Bagian yang paling penting dari jambu biji adalah buahnya. Buah yang
sudah masak selain enak untuk dikonsumsi juga baik untuk kesehatan, juga
mengandung gizi cukup tinggi dan komposisinya lengkap seperti disajikan pada
table 1.
Sirsak
Sirsak (Annonamucurata L) berasal dari daerah tropis Amerika Selatan.
Sosok tanaman sirsak berupa pohon yang ukurannya tidak begitu besar dengan
tinggi pohon antara 3 - 8 m, daunnya berwarna hijau tua, tampak mengkilat dan
kaku. Ukuran buahnya agak besar, berat rata-rata 0,2 – 2 kg, produksi rata-rata per
pohon sekitar 25 buah. Buahnya yang sudah tua memiliki tanda-tanda: jarak daun
renggang, tangkai buah menguning, aroma lebih harum dan menusuk (Widyastuti
dan Paimin, 1993).
Buah sirsak mengandung serat dan vitamin, setiap buah sirsak masing-
masing mengandung komposisi rata-rata 67,5% daging buah yang dapat dimakan,
20% kulit buah, 8,5% biji dan 4% hati atau empelur. Selain mengandung vitamin
A, B, C juga mengandung sukrosa 2,54%, dekstrosa 5,05% dan levulosa 0,04%
(Radi, 1997).
Dalam bentuk segar, daging buah sirsak mengandung vitamin C yang
cukup tinggi. Selain itu daun dan bijinya dapat digunakan sebagai obat pengusir
nyamuk. Selain dikonsumsi dalam bentuk segar buah ini dapat diolah dalam
bentuk lain (Widyastuti dan Paimin, 1993).
Buah sirsak kaya akan vitamin C yakni 20 mg/100 g daging buah dan
vitamin B. Daging buah mempunyai aroma dan flavour yang baik sekali, sehingga
sering digunakan untuk pengharum eskrim. Dalam industri sari buah, buah sirsak
merupakan bahan yang sangat penting (Ashari, 1995).
Setiap 100 g sirsak mengandung 65 kalori, 1 g protein, 0,3 g lemak dan
16,3 g karbohidrat, selain itu juga mengandung kalsium, fosfor, besi, vitamin A,
vitamin B, dan vitamin C. Sirsak juga mengandung senyawa caffeine hydrocyanic
acid, myricyl alcohol dan sterol, sedangkan daun dan batangnya mengandung
senyawa tanin, fitosterol, Ca-oksalatdan alkaloid murisine (Paimin, 2001). Secara
umum komposisi kimia dari buah sirsak dapat dilihat padaTabel 2 di bawah ini:
Jeruk
Tanaman jeruk dikenal dengan nama latin Citrus sinensis Linn. Tumbuhan
ini merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis.
Jeruk manis dapat beradaptasi dengan baik di daerah tropis pada ketinggian 900-
1200 m di atas permukaan laut dan udara senantiasa lembab, serta mempunyai
persyaratan air tertentu (Rismunandar, 1986).
Tanaman jeruk manis dapat mencapai ketinggian 3-10 m. Tangkai daun
0,5-3,5 cm. Daun berbentuk elips atau bulat telur memanjang. Buah jeruk
berbentuk bulat atau bulat rata dan memiliki kulit buah yang tebal (sekitar 0,3 –
0,5 cm), daging buah kuning, jingga atau kemerah merahan. Daging buah terbagi-
bagi atas 8-13 segmen yang mengelilingi sumbu buah. Biji jeruk berbentuk bulat
telur dan berwarna putih atau putih keabuan. Sistematika tumbuhan jeruk yaitu
sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Rutales
Suku : Rutaceae
Marga : Citrus
Spesies : Citrus sinensis
Komposisi kimia dan nilai gizi pada sari buah jeruk manis dapat dilihat
pada tabel 3
Wortel
Untuk mengetahui sifat kimia beberapa jenis buah meliputi total asam
tertitrasi, total padatan terlarut, pH dan kandungan asam askorbat.
Semangka Papaya
(Pengukuran Keasaman/ pH )
Aktivitas
Pengukuran Padatan Total Asam Pengukuran
Komoditas Kel
Keasaman Terlarut Titrasi (TAT) Kadar Vit C
(pH)
Sirsak 12 4,01 15 16,32 % 994,4 mg/100g
2 4 15 15,312 % 884,4 mg/100 g
Papaya 8 5,475 5 7,395 % 426,8 mg/100 g
7 5,25 4 5,22 % 532,4 mg/100 g
Wortel 5 5,5 6 15 % 220 mg/100 g
10 5,9 6 10,14 % 154 mg/100 g
Jambu 11 4,07 4 4,6284 % 1782 mg/100 g
3 4 4 36,54 % 1122 mg/100 g
Nanas 1 4 5,3 13,92 % 47,52 mg/100 g
Jeruk 4 4 4 13,5 % 451 mg/100 g
Mentimun 6 5 1 6,62 % 403,3 mg/100g
9 5,5 1 6,54 % 35,816 mg/100 g
Nama : Juliana M Nur Tanggal : 23 Februari 2015
NIM : 1306948 Judul : Pengamatan Sifat Kimia
Sayur dan Buah
VI. PEMBAHASAN
Tiap-tiap buah dan sayur memiliki sifat kimia yang berbeda. Perbedaan
tingkat kematangan juga menyebabkan berbedanya sifat fisik dan kimianya. Uji
coba kimia dapat dilakukan terhadap pH, total asam, padatan terlarut (soluble
solid) dan vitamin C seperti yang telah dilakukan pada praktikum kali ini. Untuk
mengetahui sifat kimia adalah dengan cara menguji bahan tersebut dengan bahan
kimia sesuai dengan kandungan buah tersebut seperti iod 0,01 N, NaOH 0,1, dan
kanji 1%, lugol, pektin dll maka akan mengalami perubahan warna yang nanti
akan diketahui kandungan bahan tersebut dengan lar IOD 0,01 N berubah warna
menjadi biru keungu-unguan, hal ini menandakan bahwa didalam buah tersebut
terdapat kandungan vit C. Alat-alat yang digunakan bisa berupa Refraktometer
untuk mengetahui padatan terlarut, pH meter dan indikator universal untuk
menghitung kandungan pH. Praktikum ini dilakukan pada beberapa jenis buah
dan sayur. sirsak, papaya, wortel, jambu biji, nanas, mentimun dan jeruk.
a. Pengukuran pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter dan
indikitor universal. Kelompok kami dengan sampel jambu biji
menggunakan pH meter dan pH yang terdapat pada jambu biji
kelompok 3 dengan sampel yang sama namun menggunakan indicator
universal adalah 4. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara
penggunaan dengan pH meter dan indikitor universal.
Pengamatan yang dilakukan pada sampel lain dengan cara
duplo dengan hasil yang bisa dilihat di tabel hasil pengamatan, maka
Apandi (1984) menyatakan bermacam-macam buah memiliki tingkat
kemasaman yang berbeda sesuai dengan jenisnya dan umurnya. Buah
tertentu akan memiliki pH yang rendah (asam) saat buah tersebut muda
(belum matang). Sejalan dengan bertambahnya masa umur nilai pH
akan menurun disertai dengan menurunnya sifat fisiknya.
Berdasarkan salah satu literatur dinyatakan bahwa buah yang
lebih muda cendrung untuk bersifat basa, hal ini disebabkan sedikitnya
kadar gula dalam buah. Seiring dengan bertambahnya umur buah,
maka kadar gula atau tingkat kemanisan akan meningkat sehingga
menyebabkan kadar asam berkurang.
b. Padatan terlarut
Penggunanan refraktometer yaitu dengan mengambil setetes
sampel yang diletakan diatas kaca pengamatan bila diamati ada dua
bagian lensa yang pertama agak lebih terang dan yang diatas
agak disesuaikan dangan bonggol pengatur hingga nilai yang keluar
pas ditengah-tengah tanda X yang membagi dua bagian. Semakin besar
nilai yang didapat pada refraktometer semakin tinggi juga tingkat
kemanisan buah.
Santoso dan Purwoko (1995) menjelaskan padatan terlarut total
dapat digunakan sebagai indikator tingkat kemanisan pada buah. Hal
ini dikarenakan gula merupakan komponen utama bahan padat yang
terlarut. Secara umum apabila buah-buahan menjadi matang, maka
kandungan gulanya meningkat dan kandungan asamnya akan menurun.
Keadaan ini berlaku untuk buah yang klimaterik.
Latifah (2011), total padatan terlarut memiliki hubungan yang
erat dengan kadar gula. Apabila total padatan terlarut tinggi maka
kadar gula akan tinggi pula.Total padatan terlarut akan sebanding
dengan kadar gula yang terkandung pada buah. Semakin tinggi kadar
gula, maka total padatan terlarut akan semakin meningkat.
Jika dilihat dari tabel hasil pengamatan, sampel sirsak memiliki
kadar padatan pelarut paling tinggi sebesar 15 brix, sedangkan
mentimun memiliki kadar padatan pelarut paling rendah sebesar 1 brix.
Artinya sirsak memiliki kadar gula yang lebih tinggi. Sementara itu
padatan terlarut pada jambu adalah sebesar 4 brix. Berdasarkan
literatur diketahui bahwa buah jambu biji termasuk kedalam buah
klimetrik sehingga kandungan gula meningkat sedangkan kandungan
asam menurun.
c. Total Asam Tertitrasi (TAT)
% TAT = 4.6
Berdasarkan penghitungan diatas diketahhui bahwa kadar TAT
pada jambu adalah sebesar 4.6%. Sedangkan Sudibyo (1992)
mengungkapkan standar untuk buah konsumsi segar Padatan Terlarut
Total diatas 12% dengan kandungan asam 0.5-0.6%. artinya praktikum
yang dilakukan terdapat ketidaksesuaian, dan hal tersebut terjadi pada
semua sampel. Kekeliruan hasil pengamatan ini diduga karena langkah
praktikum yang dilakukan tidak sesuai dengan metode praktikum yang
seharusnya atau penggunaan NaOH yang kualitasnya sudah tidak layak
untuk digunakan.
d. Pengukuran kadar vitamin C
Latifah (2011) menyatakan Asam askorbat (Vitamin C) adalah
suatu heksosa dan diklasifikasikan sebagai karbohidrat yang erat
kaitannya dengan monosakarida. Vitamin C sangat mudah larut dalam
air (1 gram dapat larut sempurna dalam 3 ml air), sedikit larut dalam
alkohol (1 gram larut dalam 50 ml alkohol absolute atau 100 ml
gliserin) dan tidak larut dalam benzene, eter, chloroform, minyak dan
sejenisnya. Sifat yang paling utama dari Vitamin C adalah kemampuan
mereduksinya yang kuat dan mudah teroksidasi yang dikatalis oleh
beberapa logam, terutam Cu dan Ag.
Metode yang digunakan untuk pengukuran kadar vitamin C
pada praktikum ini adalah metode kimia yaitu titrasi dengan iodin.
Kandungan vitamin C dalam larutan murni dapat ditentukan secara
titrasi menggunakan larutan 0,01 N iodin.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada jambu,
diketahui bahwa banyaknya iod 0.01N yang dibutuhkan untuk titrasi
adalah sebesar 40.5 ml, maka dapat diketahui kadar asam askorbatnya
sebagai berikut:
𝑚𝑙 𝐼𝑜𝑑 0.01 𝑁 𝑥 0.88 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 100
Asam askorbat (mg/100 mg bahan) = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
40.5 𝑥 0.88 𝑥50 𝑥 100
Asam askorbat (mg/100 mg bahan) = 100
VII. KESIMPULAN
a. pH normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukan zat
tersebut bersifat basa. Sedangkan nilai pH <7 menunjukan keasaman. pH 0
menunjukan derajat keasaman tertinggi, dan pH 14 menunjukan derajat
kebasaan tertinggi.
b. Sirsak, jambu biji, nanas dan jeruk memiliki pH yang paling rendah yaitu
4. Artinya derajat keasaman buah-buah tersebut adalah tinggi. Sedangkan
wortel kelompok 10 memiliki pH 5,9 artinya derajat kebasaan wortel
terebut tinggi.
c. Sirsak memiliki kadar gula yang lebih tinggi dan mentimun memiliki
kadar gula yang lebih rendah, dapat dilihat dari refraktometer dalam
pengukuran padatan terlarut.
d. Pada pengukuran TAT dan pengukuran kadar Vitamin C terjadi banyak
kesalahan sehingga nilai yang didapat tidak sesuai dengan standar yang
sudah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianty, Fitria. 2013. Keragaman Bakteri Endofit Pada Kultivar Nanas (Ananas
comosus (L.) Merr) Leor Daun dan Duri di Kabupaten Subang.
Bandung:UPI
Ashari, S., 1995. Hortikultura Aspek Budaya. UI Press, Bandung.
Ambarwati, Erlina. dkk. 2011. Mutu Buah Tomat Dua Galur Harapan Keturunan
‘GM3’ dengan ‘Gondol Putih’. Yogyakarta:UGM.
Deman, John. 1997. Kimia Makanan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Diana, Sulastri. 2013. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan terhadap
Kandungan Total Asam, Kadar Gula serta Kematangan Buah Terung
Belanda. Undip
Haryoko, W dan Ernita, M. (2014) Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi dan
Konsentrasi Gandasil B terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Mentimun (Cucumis sativus L), Universitas Taman Siswa; Padang.
Latifah, DN.(2011).Pengaruh Efek Residu terhadap Karakter Fisik dan Kimiawi
serta Aktivitas Antioksidan Kulit Buah Manggis. Bogor:IPB.
Nurul, Nunung. 2009. Sifat Optik Buah Jambu Biji (Psidium guajava) yang
Disimpan dalam Toples Plastik Menggunakan Spektrofotometer Reflektans
UV-Vis. Bogor:IPB.
Paimin, F.R., 2001. Zuurzak, Sikantong Asam. Trubus 397-Juni 2001 / XXII,
Jakarta
Radi, J., 1997. Sirsak, Budidaya dan Pemanfaatannya.Kanisius, Jakarta
Rismunandar. 1986. Bertanam Jeruk. Terate. Bandung.
Satyantini, W, dkk. (2009) Penambahan Wortel Sebagai Sumber Beta Karoten
Alami dengan Beberapa Metode Pengolahan pada Pakan terhadap
Peningkatan Warna Biru Lobster Red Claw, 8(1): 19-27 (2009).
Suketi, Ketty, dkk. 2010. Studi Karakter Mutu Buah Pepaya. Bogor:IPB.
Tjahjadi, Carmencita. 2008. Teknologi Pengolahan Sayur dan Buah.
Jatinangor:Widya Padajdjaran.
Widyastuti, T.E., dan F.B. Paimin, 1993. Mengenal Buah Unggul Indonesia.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Winarno. 2002. Fisiologi Lepas Panen Produk Hortikultura. Bogor:M-Brio Press.
Wulandari, Indah. Roedhy Poerwanto. 2010. Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap
Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). J. Hort.
Indonesia.
Nama : Haryati Tanggal : 23 Februari 2015
NIM : 1305666 Judul : Pengamatan Sifat Kimia
Sayur dan Buah
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yang dilakukan adalah menguji sifat kimia yang
terdapat pada beberapa jenis sayur dan buah.Sifat kimia yang diuji diantaranya
total asam tertitrasi, pH, total padatan terlarut serta kandungan asam askorbatnya.
Sifatkimia adalah sifat materi yang dapat diamati setelah materi tersebut
mengalami perubahankimia.
1. Sebagai makanan buah segar maupun olahan yang mempunyai gizi dan
mengandung vitamin A dan vitamin C yang tinggi, dengan kadargula 8%.
Jambu biji mempunyai rasa dan aroma yang khas disebabkan oleh senyawa
eugenol;
2. Sebagai pohon pembatas di pekarangan dan sebagai tanaman hias;
3. Daun dan akarnya juga dapat digunakan sebagai obat tadisional; dan
4. Kayunya dapat dibuat berbagai alat dapur karena memilki kayu yang kuat dan
keras.
Total asam tertitrasi adalah jumlah asam-asam yang terkandung pada bahan dan
dapat teruji dengan titrasi. Proses ini terjadi pada jambu biji karena pada jambu
biji terdapat kandungan gula sekitar 8 % yang masih termetabolisme pada saat
pasca panen karena jambu biji akan terus mengalami metabolisme meskipun
setelah dipanen. Artinya, tingkat kematangan buah jambu pun mempengaruhi
karena semakin lama proses penyimpanan pascapanen menyebabkan semakin
lama pula atau semakin matang jambu bahkan hampir atau akan mengalami
kebusukan yang nantinya dapat menyebabkan tingkat asam tinggi. Selain itu,
banyaknya kandungan asam-asam lain yang terkandung pada jambu biji
sedikitnya dapat menyumbangkan jumlah total asam tertitrasi misalnya saja asam.
Jikadibandingkandengankelompok lain dengansampelsamamemilikihasil TAT
yang sangatjauhselisihnyayaitusebesar 36.54%
inibisaterjadikarenakesalahandalampengujian, pengamatansertahal lain yang
berpengaruh.
Sirsak
Sirsak atau Annona MuricataL. memiliki daging buah dengan aroma (flavor)
yang baik sekali. Dalam industri sari buah, buah sirsak merupakan bahan baku
yang sangat penting (Ashari, 2006). Buah sirsak memiliki daging buah sebesar
67.5%, 20% kulit buah, 8.5% biji dan 4% inti buah. Hasil pengujian karakteristik
kimianya yang dilakukan oleh kelompok 2 dan 12 menunjukan rata-rata pH
sebesar 4.005. pH sirsak ini dapat dikatakan asam karena < 7 serta mungkin saja
karena kandungan asam-asam organik non volatil yang dikandung oleh sirsak
misalnya saja asam malat, asam sitrat, asam isositrat serta kandungan lain yang
dapat mempengaruhi pH-nya. Rata-rata kadar padatan terlarut sebesar 15 brix,
cukup besar padatan terlarut ini bisa berasal dari serat, mineral, vitamin serta
kandungan lain yang larut dalam air. Rata-rata kadar TAT sebesar 15.816% yang
berasal dari kandungan asam-asam organik, hasil perombakan glukosa serta
kandungan lain yang mungkin. Rata-rata kadar asam askorbat sebesar 939.4mg/
100 gram.
Pepaya
Nanas
Jeruk
Wortel
Mentimun
Rata-rata pH
6
2 Rata-rata pH
0
Padatan Terlarut (brix)
16
14
12
10
8
6
Padatan Terlarut (brix)
4
2
0
20
15
10
Total Asam Tertitrasi (%)
5
0
Kadar As. Askorbat/ Vit C (mg/100 gr)
1600
1400
1200
1000
800
600 Kadar As. Askorbat/ Vit C
400 (mg/100 gr)
200
0
VII. KESIMPULAN
1. pH jambu biji hasil pengujian adalah 4.07 (asam) karena tingkat
kematangan jambu biji yang diuji sudah sangat matang dan cenderung
akan membusuk. Dari rata-rata pH tertinggi terdapat pada wortel. Baik
jambu, nanas, sirsak maupun jeruk cenderung memiliki pH yang sama.
2. Padatan terlarut sebesar 4 brix yang berarti dalam 100 gram jambu biji
sekitar 4% merupakan padatan dan 96% lainnya air yang mana 4% itu
merupakan serat serta bahan lain yang larut. Dari rata-rata padatan terlarut
yang paling besar terjadi pada sirsak dan terendah pada mentimun.
3. Total asam tertitrasi hasil perhitungan sebesar 4.6% yang berasal dari
kandungan asam-asam, hasil pemecahan gula yang larut dalam air. Dari
rata-rata total asam tertitrasi tertinggi pada jambu biji dan terendah pada
pepaya.
4. Kadar vitamin c sebesar 1782mg/ 100 gr melebihi dari standar yang ada
yaitu hanya 87 mg/ 100 gr, ini bisa jadi karena pengujian yang kurang
akurat. Dari hasil pengujian yang di rata-ratakan kadar vitamin C tertinggi
pada jambu biji dan terendah pada buah nanas.
DAFTAR PUSTAKA
Afriani. 2010. PengaruhPenggunaan Starter BakteriAsamLaktatLactobacillus
plantarumdanLactobacillus fermentumterhadap Total BakteriAsamLaktat,
Kadar AsamdanNilai pH DadihSusuSapi. JurnalIlmiahIlmu-IlmuPeternakan
Mei, 2010, Vol. XIII, No. 6.
VI. PEMBAHASAN
Secara garis besar komponen kimia buah dan sayur terdiri dari air,
karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, serta sedikit lipid. Buah dan sayur
mengandung air yang cukup tinggi, berkisar antara 80 – 90%. Karbohidrat dalam
bentuk fruktosa dan glukosa banyak dijumpai pada kelompok buah, sedangkan
pati dijumpai pada sayuran yang berasal dari umbi. Buah dan sayur mengandung
protein dan asam amino yang relatif cukup rendah sehingga tidak diposisikan
sebagai sumber protein bagi manusia. Beberapa jenis buah seperti alpukat
mengandung lipid yang cukup tinggi. Umumnya buah dan sayur dijadikan sebagai
sumber vitamin dan mineral (Wills et al., 1989; Aked, 2000).
Dalam praktikum kali ini, kami mengamati beberapa sifat kimia sayur dan
buah. Tujuannya adalah untuk mengetahui sifat kimia dari beberapa jenis buah
yang meliputi total asam tertitrasi, total padatan terlarut, keasaman (pH), dan
kandungan asam askorbat (vitamin C). Beberapa jenis dari sayur dan buah yang
kami amati tersebut diantaranya adalah nanas, sirsak, jambu biji, jeruk, wortel,
mentimun, dan pepaya. Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum
pengamatan sifat kimia sayur dan buah ini diantaranya adalah pisau, talenan,
timbangan, loyang, oven, baskom, tampah, gelas ukur, dan serok.
Dalam praktikum ini, kelompok kami mengamati sifat kimia jambu biji,
dalam pengamatan ini kami melakukan percobaan sebanyak tiga kali atau
biasa disebut triplo, hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang akurat
dan efektif. Perolehan nilai total asam tertitrasi dari ketiga percobaan tersebut
dirata-ratakan untuk dimasukan kedalam kedalam rumus perhitungan total
asam tertitrasi dalam satuan persen. Berikut merupakan perhitungan total
asam tertitrasi pada sampel jambu biji yang dilakukan oleh kelompok 11.
Diketahui : mL NaOH = 1,33
N NaOH = 0,0696
Faktor pengenceran = 50
Berat sampel = 100 gram
Ditanyakan = TAT (%) ?
Jawab =
DAFTAR PUSTAKA
Harjiyanti, dkk (2013) Total Asam, Viskositas, dan Kesukaan pada Yoghurt Drink
dengan Sari Buah Mangga (Mangifera indica) sebagai Perisa Alami, Vol
2 No. 2 Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan.
Utama, I.M.S dan Antara, N.S. (2013) Pasca Panen Tanaman Tropika Buah dan
Sayur. Bogor: IPB Press.
Nama : Yanni Handayani Tanggal : 23 Februari 2015
NIM : 1306681 Judul : Pengamatan Sifat Kimia
Sayur dan Buah
VI. PEMBAHASAN
(Sudarmadji, 1987).
Jika seluruh vitamin C telah diadisi oleh iodium, maka iodium yang
menetes selanjutnya saat titrasi akan bereaksi dengan larutan indikator amilum,
membentuk iod-amilum yang berwarna biru. Terbentuknya warna biru
menunjukkan bahwa proses titrasi telah selesai, karena seluruh vitamin C sudah
diadisi oleh iodium, Sehingga volume iodin yang dibutuhkan saat titrasi setara
dengan jumlah vitamin C. Pada akhir titrasi diketahui bahwa jumlah ml
standar iodium yang dibutuhkan untuk setiap jenis filtrat buah berbeda – beda.
Hal ini menunjukkan bahwa kandungan vitamin C dalam buah dan sayuran
berbeda – beda.
Setiap 1ml 0,01 N iodium setara dengan 0,88 mg asam askorbat.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan praktikan, didapatkan kadar
vitamin C yang berbeda dalam masing-masing buah dan sayur dalam satuan
mg/100 g bahan. Untuk buah sirsak sebesar 994,4; papaya 532,4; wortel 220;
jambu biji 1782; nanas 47,52; mentimun 403,3; dan jeruk 451. Kadar vitamin C
tertinggi dimiliki oleh buah jambu biji diikuti oleh sirsak, papaya, jeruk,
mentimun, wortel, dan nanas.
Hasil praktikum sangat berbeda dengan referensi yang didapat praktikan.
Menurut direktorat Gizi Depkes RI (1981), dalam Rukmana (1996), kandungan
vitamin C dalam setiap 100 gr buah jambu biji segar sebanyak 87,00 mg.
Menurut Dr. Nat. B. M. Chee Schramm dalam Rismunandar, 1990, kandungan
vitamin C pada wortel dan pepaya 6 mgdan 78 mgper 100 gram buah segar
masak. Menurut admin (2013) nanas mengandung 56 mg vitamin C per 100 gr
buahnya. Menurut DepKes RI (1989) kandungan vitamin C pada buah jeruk yaitu
49,00 mg per 100 gram bahan. Menurut DepKes Ri (2001) kandungan vitamin C
pada buah sirsak yaitu 20,00 mg per 100 gram bahan.
Berdasarkan sumber dari berbagai referensi, kandungan vitamin C pada
berbagai jenih buah dan sayur kisarannya kurang dari 100 mg per 100 gram
bahan. Sedangkan, hasil praktikum menunjukkan kandungan vitamin C pada
berbagai buah dan sayur lebih dari 100 mg bahkan mencapai >1000 mg per 100
gram bahan. Hal ini menandakan bahwa telah terjadi penyimpangan hasil yang
sangat jauh.Pada saat praktikum dilakukan, praktikan mengalami kesulitan
pengamatan warna titik akhir pada saat titrasi karena warna awal larutan yang
berbeda-beda sehingga warna titik akhir titrasi sulit diperoleh.Hal ini dapat
menjadi salah satu factor yang menyebabkan kesalah pada saat praktikum
sehingga hasil yang diperoleh menjadi sangat berbeda dengan standar yang
seharusnya.
Selain itu ketidaksesuaian ini mungkin disebabkan karena kondisi buah
yang sudah tidak optimal dan metode titrasi yang digunakan.Menurut Andarwulan
dan Koswara (1992), metode iodimetri tidak efektif untuk mengukur kandungan
vitamin C dalam bahan pangan, karena adanya komponen lain selain vitamin C
yang juga bersifat pereduksi. Senyawa-senyawa tersebut mempunyai titik akhir
yang sama dengan warna titik akhir titrasi vitamin C dengan iodin.
Namun, berdasarkan beberapa referensi di atas menunjukkan bahwa
standar kandungan vitamin C terbesar yaitu terdapat pada buah jambu biji. Hal ini
sesuai dengan hasil praktikum diantara beberapa jenis buah yang dianalisa,
sampel buah jambu biji memiliki kandungan vitamin C tertinggi, ada[pun
kandungan vitamin C terendah terdapat pada buah nanas.
Berdasarkan referensi kandungan vitamin C pada buah sirsak yaitu 20,00
mg per 100 gram bahan. Adapun kandungan vitamin C akan mempengaruhi
aroma dan rasa buah, seperti rasanya yang menjadi asam. Rasa asam pada sirsak
berasal dari asam organik non volatil terutama asam malat asam sitrat dan asam
isositrat. Kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada sirsak merupakan anti
oksidan yang sangat baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh dalam
memperlambat proses penuaan (tetap awet muda).
Jambu biji mengandung vitamin C yang paling tinggi.Sebagian besar
vitamin C jambu biji terkonsentrasi pada kulit dan daging bagian luarnya yang
lunak dan tebal.Kandungan vitamin C jambu biji mencapai puncaknya menjelang
matang.Kandungan vitamin C nanas meningkat selama penyimpanan dan
menurun setelah mencapai titik tertinggi. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh
Handayani (1994), kandungan vitamin C akan terus meningkat dengan semakin
tuanya umur buah, dan menurun setelah mencapai kandungan tertinggi. Menurut
Winarno (1997) penurunan vitamin C selama penyimpanan terjadi karena adanya
proses oksidasi, vitamin C sangat mudah teroksidasi menjadi asam L-
dehidroaskorbat yang cenderung mengalami perubahan lebih lanjut menjadi L-
dikotigulonat.
Buah yang masih mentah mengandung vitamin C yang cukup banyak dan
semakin tua buah semakin berkurang kandungan vitamin C – nya.Vitamin C juga
disebut asam askorbat dapat disintesis dari D-glukosa atau D-galaktosa
merupakan gula heksosa (Winarno dan Aman, 1981).Pada umumnya semakin
banyak mendapat sinar matahari pada waktu tanaman tumbuh, semakin banyak
pula kandungan asam askorbat (Apandi, 1984). Hal ini disebabkan semakin
banyak mendapat cahaya, setiap proses fotosintesis akan semakin giat dan gula
heksosa akan semakin banyak terbentuk. Kandungan asam askorbat akan
mengalami penurunan selama penyimpanan terutama pada suhu penyimpanan
yang tinggi. Kandungan asam askorbat setelah penyimpanan kira-kira 1/2 sampai
2/3 pada waktu panen (Pantastico, 1986).
Pada umumnya buah merupakan sumber vitamin C yang penting, sehingga
stabilitas vitamin C dalam pengolahan dan penyimpanan buah serta hasil
pengolahannya merupakan masalah yang paling penting diperhatikan. Dalam
pengolahan dan penyimpanan sering terjadi kehilangan kandungan vitamin C
karena vitamin C tidak tahan terhadap panas dan mudah teroksidasi karena adanya
oksigen terutama pada suhu tinggi.
VII. KESIMPULAN
1. Nilai pH pada buah dan sayur sekitar 4-5. Nilai pH pada masing-masing
buah dan sayur berbeda-beda, bergantung pada jenis dan umur. Nilai pH
akan mempengaruhi sifat fisik buah dan sayur seperti aroma dan rasa.
2. Total padatan terlarut pada masing-masing sampel yang dianalisa
menunjukkan hasil yang beragam, hal ini dipengaruhi oleh tingkat
kematangan sampel buah dan sayur yang dianalisa. Total padatan terlarut
tertinggi terdapat pada buah sirsak sebesar 15 brix, sedangkan total
padatan terlarut terendah terdapat pada sayur mentimun sebesar 1 brix.
3. Total asam tertitrasi (TAT) sebagai parameter mutu produk yang dianalisa
menunjukkan hasil yang beragam pada masing-masing sampel. TAT
terbesar diperoleh pada buah sirsak sebesar 16,32% sedangkan TAT
terendah diperoleh pada buah jambu sebesar 4,63%.
4. Kadar vitamin C pada masing-masing buah dan sayur beragam bergantung
pada lamanya penyimpanan atau perlakuan pasca panen. Kandungan
vitamin C terbesar pada buah jambu biji sebesar 1782 mg/100 gram bahan,
dan kandungan terendah pada buah nanas sebesar 47,52 mg/100 gram
bahan.
5. Hasil praktikum menunjukkan terjadinya penyimpangan atau
ketidaksesuaian kandungan vitamin C sampel dengan standar, hal ini
disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya kesalahan pengamatan titik
akhir pada saat melakukan titrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, N., dan Koswara, S. (1992). Kimia Vitamin. Jakarta: Rajawali Press.
Hal. 32 - 35, 235.
Apandi M.1984.Teknologi Buah dan Sayuran.Bandung : PT Alumni.
Baldwin, EA., 1999. Edible coatings for fresh fruits and vegetables: past, present
and future. Dalam : Krochta JM, Baldwin EA, Nisperos-Carriedo MO,
eds. Edibles coatings and films to improve food quality. Lancaster.
Technomic Pub. CO. Inc.
Bari, L., P. Hasan, N. Absar, M.E. Haque, M.I.I.E. Khuda, M.M. Pervin, S.
Khatun, dan M.I. Hossain. 2006. Nutritional Analysis of Local Varieties of
Papaya (Carica papaya L.) at Different Maturation Stages. Pakistan J. Biol.
Sci. 9:137- 140.
Burhan, Lisma.,dkk. Formulasi Sediaan Granul EffervescentSari Buah Sirsak
(Annona Muricata L). FMIPA UNSRAT Manado.
Depkes RI. 1989. Hematologi. Pusdiknes Depkes RI: Jakarta
Direktorat Gizi Depkes R.I 1981. Dalam: Daftar Komposisi Bahan Makanan.
Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Handayani, Sri. 1994. Pangan dan Gizi. Jakarta: Sebelas Maret University Press.
Helmiyesi dkk. 2008. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Gula dan
Vitamin C pada Buah Jeruk Siam ( Citrus nobilis var. microcarpa ),
Bulentin Anatomi dan Fisiologi. Volume XVI : 2, 33-37.
Hofman PJ, Smith LG, Joyce DC, dan Johnson GI.1997. Bagging of Mango
(Mangifera indica cv Keitt) Fruit Influence Fruit Quality and Mineral
Composition. Postharvest Biol. And Technol. 12 :285-292.
Laksmi, Natya. 2010. Analisis Buah–Buahan
:http://natyalaksmi.wordpress.com/laporan-analisis-pangan-buah/ (diakses
pada 28 Februari 2015).
Nasution, Indera Sakti.,dkk. Pengaruh Penggunaan Lapisan Edibel (Edible
Coating), Kalsium Klorida, Dan Kemasan Plastik Terhadap Mutu Nanas
(Ananas Comosus Merr.). Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh.
Novita, Melly.(2012). Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia
:Pengaruh Pelapisan Kitosan Terhadap Sifat Fisik Dan Kimia Tomat
Segar (Lycopersicum Pyriforme) Pada Berbagai Tingkat Kematanga. Vol.
(4) No.Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda
Aceh .
Nurlaela, Ai.2003. Penyimpanan Buah Jambu Biji Jenis Bangkok Segar Pada
Suhu Kamar Yang Telah Diradiasi Sinar Gamma
(60Co).Skripsi.Departemen .Fisika.Institut Pertanian Bogor.
Nurul, Nunung. (2009). Skripsi: Sifat Optik Buah Jambu Biji (Psidium Guajava)
Yang Disimpandalam Toples Plastik Menggunakan Spektrofotometer
Reflektans Uv-Vis. Bogor: FMIPA Institut Pertanian Bogor.
Pantastico, B. 1986. Fisiologi Pasca Panen. Penanganan dan Pemanfaatan
Buahbuahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Terjemahan oleh
: Kamariyani. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Rismunandar. 1986. Bertanam Jeruk. Terate. Bandung.
Rismunandar. 1990. Membudidayakan Tanaman Buah-Buahan. Penerbit Sinar
Baru, Bandung.
VI. PEMBAHASAN
Buah dan sayur memiliki komponen yang berbeda-beda. Perbedaan
tersebut diakibatkan oleh beberapa hal seperti sifat fisik dan kimia serta umur
sampel. Buah mengandung berbagai zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak,
protein, serat pangan, vitamin dan mineral. Sifat fisik dan kimia dari setiap jenis
buah dan sayur pun akan berbeda pula misalnya tingkat keasaman tomat akan
berbeda dengan tingkat keasaman sirsak hal ini dikarenakan total asam
didalamnya juga memiliki kadar yang berbeda.
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan sifat kimia sayur dan buah yang
meliputipengukuran keasaman (pH), padatan terlarut, total asam tertitrasi, dan
pengukuran kadar vitamin C. sampel yang digunakan adalah sirsak, papaya,
wortel, jambu biji, nanas, mentimun dan jeruk.
a. Pengukuran keasaman pH
Pengukuran keasaman pH dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.
Pengukuran pH merupakan parameter yang penting dilakukan karena menentukan
mutu pangan tersebut.
Keasaman (pH) pada sayur dan buah menunjukan konsentrasi ion H+ yang
berada dalam larutan.Jika nilai pH semakin tinggi, maka semakin banyak ion H+
yang berada dalam larutan (Saputera, 2004 dalam SulastriDiana, 2013).
Berdasarkan salah satu literatur dinyatakan bahwa buah yang lebih muda
cendrung untuk bersifat basa, hal ini disebabkan sedikitnya kadar gula dalam
buah. Seiring dengan bertambahnya umur buah, maka kadar gula atau tingkat
kemanisan akan meningkat sehingga menyebabkan kadar asam berkurang.
Berdasarkan hasil pengamatan pengukuran keasaman yang dilakukan
secara duplo pada beberapa jenis buah dan sayuran sepertisirsak, papaya, wortel,
jambu biji, nanas, mentimun, dan jeruk diketahui bahwa buah dan sayur tersebut
berada pada pH antara 4 sampai 6, artinya buah dan sayur tersebut bersifat asam.
Misalnya saja pH pada jambu adalah sebesar 4.07. pH tersebut merupakan pH
yang optimum untuk pertumbuhan berbagai mikroorganisme, maka dari itu
diperlukan penanganan yang tepat untuk menjaga kesegaran dari buah tersebut.
Berikut ini adalah hasil pengamatan yang disajikan dalam sebuah grafik:
b. Padatan terlarut
Padatan terlarut diukur denganmenggunakan alat refraktometer. Buah
dihaluskan dan diambil sarinya lalu diteteskan pada lensa refraktometer. Angka
yang muncul pada lensamerupakan kadar padatan terlarut total yang terdapat pada
buah tersebut yang dinyatakan dalam °Brix. Setiap akan melakukan pengukuran
dilakukankalibrasi pada lensa refraktometer dengan membilas lensa pembaca
menggunakanair akuades lalu dikeringkan menggunakan tissue. Satuan padatan
terlarut totaldinyatakan dalam (% Brix).
Nilai TPT digunakan untukmengindentifikasi tingkat kematangan buah.
Menurut Santoso dan Purwoko (1995), padatan terlarut total dapat digunakan
sebagai indikator tingkat kemanisan pada buah. Hal ini dikarenakan gula
merupakan komponen utama bahan padat yang terlarut. Secara umum apabila
buah-buahan menjadi matang, maka kandungan gulanya meningkat dan
kandungan asamnya akan menurun. Keadaan ini berlaku untuk buah yang
klimaterik.
Berikut ini disajikan grafik Totatl Padatan Terlarut pada berbagai macam
sayur dan buah:
% TAT = 4.6
Berdasarkan penghitungan diatas diketahhui bahwa kadar TAT pada
jambu adalah sebesar 4.6%. Sedangkan Sudibyo et al (1992) mengungkapkan
standar untuk buah konsumsi segar Padatan Terlarut Total diatas 12% dengan
kandungan asam 0.5-0.6%. Persentasi Total Padatan Terlarut pada jambu sebagai
buah konsumsi segar dalam praktikum ini sangat berbanding jauh dengan standar
TAT dari buah segar itu sendiri. Ketidaksesuaian juga terjadi pada semua sampel,
persentase TAT yang dihasilkan berbanding jauh dengan standarnya, dan bahkan
terjadi ketidaksesuaian persentase TAT pada buah dengan jenis yang sama,
ketidaksesuaian yang paling menonjol terjadi pada jambu biji, sampel jambu biji
yang pertama memiliki persentase TAT 4.6284%, sedangkan sampel jambu biji
yang kedua persentase TATnya adalah 36.54%, angka tersebut sangat jauh
berbeda. Dan tidak hanya itu, kekeliruan juga terjadi pada sampel-sampel lain
yang diuji. Tidak ada sampel yang memiliki total asam tertitrasi antara 0.5-0.6%.
Kekeliruan hasil pengamatan ini diduga karena langkah praktikum yang
dilakukan tidak sesuai dengan metode praktikum yang seharusnya yang berakibat
pada ketidakakurataannya angka-angka tersebut. maka dari itu perlu dilakukan
praktikum ulang yang sesuai dengan metode agar dihasilkan nilai yang akurat.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pengukuran keasaman pH dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.
Keasaman (pH) pada sayur dan buah menunjukan konsentrasi ion H+ yang
berada dalam larutan.Jika nilai pH semakin tinggi, maka semakin banyak
ion H+ yang berada dalam larutan Pengukuran pH merupakan parameter
yang penting dilakukan karena menentukan mutu pangan tersebut.
2. Sirsak, papaya, wortel, jambu biji, nanas, mentimun, dan jeruk memiliki
pH antara 4 sampai 6, artinya buah dan sayur tersebut bersifat asam.
3. Padatan terlarut diukur dengan menggunakan alat refraktometer. Padatan
terlarut total dapat digunakan sebagai indikator tingkat kemanisan pada
buah. Hal ini dikarenakan gula merupakan komponen utama bahan padat
yang terlarut.
4. Padatan terlarut tertinggi ada pada buah sirsak sebesar 15 brix, sedangkan
padatan terlarut terendah ada pada buah mentimun sebesar 1 brix. Ini
berarti bahwa sirsak memiliki tingkat kemanisan paling tinggi diantara
yang lainnya dan mentimun adalah buah dengan tingkat kemanisan yang
paling rendah.
5. Pengukuran Total asam tertitrasi (TAT) merupakan pengukuran yang
bertujuan untuk mengetahui kandungan asam organik pada buah.
6. Asam askorbat (Vitamin C) adalah suatu heksosa dan diklasifikasikan
sebagai karbohidrat yang erat kaitannya dengan monosakarida. Kandungan
vitamin C dalam larutan murni ditentukan secara titrasi menggunakan
larutan 0,01 N iodin. Iodine ini menjadi indikator, karena reaksi antara
asam askorbat dalam vitamin C dan iodin akan menghilangkan warna dari
iodine.
7. Terjadi ketidaksesuaian antara TAT standar dengan TAT hasil
pengamatan, serta kadar Vitamin C standar dengan kadar vitamin C hasil
pengamatan. Hal ini diduga karena kesalahan metode pengujian dan perlu
dilakukan pengujian ulang.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianty, Fitria. 2013. Keragaman Bakteri Endofit Pada Kultivar Nanas (Ananas
comosus (L.) Merr) Leor Daun dan Duri di Kabupaten Subang.
Bandung:UPI
Ambarwati, Erlina. dkk. 2011. Mutu Buah Tomat Dua Galur Harapan Keturunan
‘GM3’ dengan ‘Gondol Putih’. Yogyakarta:UGM.
Deman, John. 1997. Kimia Makanan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Diana, Sulastri. 2013. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan terhadap
Kandungan Total Asam, Kadar Gula serta Kematangan Buah Terung
Belanda. Undip
Latifah, DN.(2011).Pengaruh Efek Residu terhadap Karakter Fisik dan Kimiawi
serta Aktivitas Antioksidan Kulit Buah Manggis. Bogor:IPB.
Nurul, Nunung. 2009. Sifat Optik Buah Jambu Biji (Psidium guajava) yang
Disimpan dalam Toples Plastik Menggunakan Spektrofotometer Reflektans
UV-Vis. Bogor:IPB.
Suketi, Ketty, dkk. 2010. Studi Karakter Mutu Buah Pepaya. Bogor:IPB.
Tjahjadi, Carmencita. 2008. Teknologi Pengolahan Sayur dan Buah.
Jatinangor:Widya Padajdjaran.
Winarno. 2002. Fisiologi Lepas Panen Produk Hortikultura. Bogor:M-Brio Press.
Wulandari, Indah. Roedhy Poerwanto. 2010. Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap
Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). J. Hort.
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA TEORI
Afrianty, Fitria. 2013. Keragaman Bakteri Endofit Pada Kultivar Nanas (Ananas
comosus (L.) Merr) Leor Daun dan Duri di Kabupaten Subang.
Bandung:UPI
Ashari, S., 1995. Hortikultura Aspek Budaya. UI Press, Bandung.
Ambarwati, Erlina. dkk. 2011. Mutu Buah Tomat Dua Galur Harapan Keturunan
‘GM3’ dengan ‘Gondol Putih’. Yogyakarta:UGM.
Deman, John. 1997. Kimia Makanan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Diana, Sulastri. 2013. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan terhadap
Kandungan Total Asam, Kadar Gula serta Kematangan Buah Terung
Belanda. Undip
Haryoko, W dan Ernita, M. (2014) Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi dan
Konsentrasi Gandasil B terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Mentimun (Cucumis sativus L), Universitas Taman Siswa; Padang.
Latifah, DN.(2011).Pengaruh Efek Residu terhadap Karakter Fisik dan Kimiawi
serta Aktivitas Antioksidan Kulit Buah Manggis. Bogor:IPB.
Nurul, Nunung. 2009. Sifat Optik Buah Jambu Biji (Psidium guajava) yang
Disimpan dalam Toples Plastik Menggunakan Spektrofotometer Reflektans
UV-Vis. Bogor:IPB.
Paimin, F.R., 2001. Zuurzak, Sikantong Asam. Trubus 397-Juni 2001 / XXII,
Jakarta
Radi, J., 1997. Sirsak, Budidaya dan Pemanfaatannya.Kanisius, Jakarta
Rismunandar. 1986. Bertanam Jeruk. Terate. Bandung.
Satyantini, W, dkk. (2009) Penambahan Wortel Sebagai Sumber Beta Karoten
Alami dengan Beberapa Metode Pengolahan pada Pakan terhadap
Peningkatan Warna Biru Lobster Red Claw, 8(1): 19-27 (2009).
Singal, CY, dkk. (2013) Pengaruh Penambahan Tepung Wortel (Daucus carota
L) Pada Pembuatan Sosis Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus),
UNSRAT.
Suketi, Ketty, dkk. 2010. Studi Karakter Mutu Buah Pepaya. Bogor:IPB.
Tjahjadi, Carmencita. 2008. Teknologi Pengolahan Sayur dan Buah.
Jatinangor:Widya Padajdjaran.
Widyastuti, T.E., dan F.B. Paimin, 1993. Mengenal Buah Unggul Indonesia.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Winarno. 2002. Fisiologi Lepas Panen Produk Hortikultura. Bogor:M-Brio Press.
Wulandari, Indah. Roedhy Poerwanto. 2010. Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap
Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). J. Hort.
Indonesia.