Anda di halaman 1dari 10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Pengertian Buah
Buah adalah bagian dari tanaman yang merupakan elemen penting
yang dapat menghasilkan sumber nutrisi sangat baik yang dibutuhkan
oleh tubuh manusia.buah-buahan dikonsumsi lebih aman dan sehat
tanpa efek samping yang berbahaya bagi tubuh manusia. Kandungan
nutrisi dalam buah lebih banyak serat, vitamin, dan mineral yang
bermanfaat bagi tubuh kita sehingga penggunaan bahan-bahan herbal
dipercaya mampu menjadah alternatif pengobatan tubuh secara medis
dengan biaya yang terjangkau karena bahannya mudah ditemui disekitar
kita.Mengunyah makanan berserat dan berair seperti buah semangka
dan buah jambu air dapat membersihkan plak pada permukaan gigi dan
melindungi dari karies (Komarayanti, 2017).
2. Jambu Air
a. Definisi Buah Jambu Air
Jambu air berasal dari daerah Indo Cina dan Indonesia,
tersebar keMalaysia dan Pulau-Pulau di Pasifik. Selama ini masih
terkonsentrasi sebagai tanaman pekarangan untuk konsumsi
keluarga. Buah Jambu air tidak hanya sekedar manis menyegarkan,
tetapi memilik keragaman dalam penampilan. Jambu air
dikategorikan sebagai salah satu jenis buah-buahan potensial yang
belum banyak disentuh pembudidayannya untuk tujuan komersial.
Jambu air (Syzygium samarangense) adalah tumbuhan
dalam suku jambu-jambuan atau Myrtaceae yang berasal dari
Indonesia dan Malaysia. Jambu air ini memang memiliki
kandungan air yang melimpah di setiap buahnya. Hal ini yang
menjadikan begitu nikmat dan segar saat disantap. Banyak yang
menjadikannya buah pelepas dahaga oleh karena efeknya yang
memang membuat tubuh lebih fresh. Selain kandungan air yang
melimpah, buah dengan warna cerah yang satu ini juga

7
8

mengandung sejumlah senyawa. Buah jambu air juga sangat baik


untuk dikonsumsi karena berbagai manfaat dan khasiatnya bagi
kesehatan.

Gambar 2.1 Buah Jambu Air


b. Kandungan Gizi Buah Jambu Air
Jambu air mengandung senyawa yang menjadi penyusun buah
kaya air tersebut antara lain protein, karbohidrat, kalsium, Fe atau
zat besi, magnesium, potassium, zinc, copper, asam sitrat, fosfor,
serat, vitamin C juga vitamin A, niacin, riboflavin, thiamin dan
masih banyak lagi lainnya. Beragam kandungan jambu air ini yang
membuat manfaatnya cukup kompleks juga bagi tubuh manusia.
Dalam 100 gram buah jambu air terkandung beberapa energi
diantaranya:
Tabel 2.1
Kandungan Buah Jambu Air dalam 100 gram
KANDUNGAN JUMLAH
Air 87 g
Kalori 43 kkal
Protein 0,6 g
Lemak 0,2 g
Fosfor 9 mg
Besi 1,1 mg
Vitamin A 0
Vitamin C 5 mg
Karbohidrat 11,8 gr
Serat 0,9 g
9

Ash 0,4 g
Kalsium 8 mg
Niacin 0,6 mg
Riboflavin 0,03 mg

Sumber : Pujiastuti, Eny. 2015


c. Manfaat Jambu Air
Jambu air berfungsi tidak sekedar menghilang dahaga, tapi
juga sebagai antioksidan yang baik. Dengan kadar antioksidan
yang tinggi jambu air dapat diandalkan sebagian penetral radikal
bebas dan mengurangi kerusakan sel dalam tubuh. Oleh karena itu
jambu air dikatakan buah anti kanker. Dalam jambu air juga
terdapat serat-serat yang dapat digunakan sebagai sikat gigi alami
yang dapat meningkatkan kebersihan gigi dan mulut yang mampu
mengurangi penumpukan plak pada gigi dan gusi (Pujiastuti, Eny.
2015).
3. Belimbing Manis
a. Definisi Belimbing Manis
Belimbing manis (Averrhoa carambola L) merupakan buah
asli Indonesia yang sangat disukai oleh masyarakat Indonesia
karena bentuknya unik, berpenampilan menarik, rasanya manis dan
menyegarkan serta kaya akan vitamin, mineral dan zat gizi lainnya
(Mil, Rahmi, dan Sutoyo, 2019).

Gambar 2.2 Buah Belimbing Manis


10

b. Kandungan Belimbing Manis


Belimbing manis merupakan tanaman yang memiliki
berbagai kandungan berbagai zat gizi yang bermanfaat bagi tubuh,
seperti vitamin A, Vitamin C, Kalium, dan serat (Puspaningtyas,
2013). Kandungan 100 gram buah belimbing manis adalah 35 kal
energi, 50 gram protein, 7,70 gr karbohidrat, 8 mg kalsium, 0,90 gr
serat, 8 RE vitamin A1, 33 mg vtamin C, 40 gr niacin (Kartikasari,
2012).

Tabel 2.2 Kandungan Gizi Buah Belimbing Manis


KANDUNGAN JUMLAH
Air 90 g
Kalori 36 kkal
Protein 0,4 g
Lemak 0,4 g
Fosfor 12 mg
Besi 1,6 mg
Vitamin A 170 SI
Vitamin C 35 mg
Karbohidrat 8,8 gr
Serat 0,9 g
Vitamin B1 0,03 mg
Kalsium 4 mg

Zat-zat gizi dalam buah belimbing manis (Mahmud,dkk, 2008)


c. Manfaat Belimbing Manis
Secara umum buah belimbing digunakan masyarakat
sebagai obat tradisonal untuk mengobati penyakit malaria, asma,
sakit tenggorokan, diare, luka, koreng, bisul, dan influenza
(Raditya, A, 2015). Selain itu belimbing memiliki efek
farmakologis seperti anti radang usus, antirematik, analgesik, anti
malaria, peluruh liur, peluruh kencing (diuretic), menghilangkan
11

panas, dan sebagai pelembut kulit. Bagian buah secara empiris juga
dapat dimanfaatkan sebagai obat untuk menurunkan tekanan darah
tinggi, menurunkan kadar kolesterol darah, mencegah kanker,
memperlancar pencernaan, peluruh lemak, obat batuk, peluruh air
kencing dan radang usus. Belimbing berkhasiat untuk menekan
tekanan darah tinggi karena buah ini mengandung kalium yang
tinggi dan natrium yang rendah (Intan,2010).
4. Mekanisme Self-Cleansing
Self cleansing adalah pembersihan secara alami pada gigi terhadap
sisa-sisa makanan yang tertinggal di dalam mulut. Tindakan yang dapat
dilakukan untuk memelihara kebersihan gigi dan mulut adalah
dengan menyikat gigi dan memakan makanan yang mengandung
serat dan air, karena makanan tersebut mempunyai kemampuan
sebagai pembersih alami (self-cleansing) pada gigi yang dapat
membersihkan permukaan gigi dengan menstimulasi aliran saliva
(Prasetyowati, dkk, 2014).
Proses pengunyahan akan merangsang produksi saliva, dapat
mendorong sekresi ludah, dan secara fisiologis dapat melakukan self
cleansing dalam rongga mulut membantu membilas gigi dari partikel –
partikel makanan yang melekat pada gigi, juga melarutkan komponen
gula dari sisa makanan yang terperangkap dalam sela pit dan fissure
sehingga dapat mempengaruhi indeks debris seseorang (Purnomowati
dan Arianto, 2016).
5. Debris Indeks (DI)
a. Pengertian Debris Indeks (DI)
Debris adalah material lunak yang terdapat pada permukaan
gigi, terdiri dari lapisan biofilm, material alba, dan sisa makanan
sisa-sisa makanan yang terdapat di sekitargigi (Tumembow, dkk,
2018). Kebanyakan debris makanan akan segera mengalami
liquifikasi oleh enzim bakteri dan bersih 5-30 menit setelah makan,
tetapi ada kemungkinan sebagian masih tertinggal pada permukaan
gigi dan membran mukosa. Aliran saliva, aksi mekanisme lidah, pipi,
12

dan bibir serta bentuk dan susunan gigi dan rahang akan
mempengaruhi kecepatan pembersihan sisa makanan. Pembersihan
ini dipercepat oleh proses pengunyahan dan viskositas ludah yang
rendah (Basuni, dkk, 2014).
Indeks merupakan angka yang menyatakan keadaan klinis
yang didapatkan pada waktu dilakukan pemeriksaan, dengan cara
mengukur luas dari permukaan gigi yang ditutupi oleh plak maupun
kalkulus, dengan demikian angka yang diperoleh berdasarkan
penilaian yang objektif (Prasetyowati dan Wahyuni, 2016). Debris
indeks adalah nilai atau skor dari endapan lunak yang menempel
pada permukaan gigi penentu (Mandalika, dkk, 2014).

b. Fakor yang Mempengaruhi Debris Indeks (DI)


Adapun faktor yang mempengaruhi Debris Indeks (DI) diantaranya
yaitu:
1. Struktur gigi
Pit dan fissure pada gigi posterior merupakan struktur
enamel pada gigi dimana Debris mudah menumpuk di daerah
tersebut, terutama pada pit dan fissure yang dalam. Sisa-sisa
makanan yang tersangkut pada bagian fissure gigi posterior
biasanya lebih sulit dibersihkan dibandingkan sisa makanan
pada gigi anterior. Fisure gigi posterior biasanya sempit
(lebarnya sekitar 0,1 mm) dan berliku-liku, serta tidak
beraturan, sehingga ini menjadi tempat yang mudah menetapnya
bakteri dan makanan. Saliva tidak dapat membersihkan sampai
ke dalam dasar fisura. Pembersihan dengan menggunakan sikat
gigi pun terasa sulit, karena bulu sikat gigi yang terlalu lebar
(berdiameter 0,2 mm) sulit untuk masuk ke daerah ini (Ticoalu,
2013).
2. Keadaan saliva
Saliva adalah cairan oral yang kompleks yang terdiri atas
campuran sekresi dari kelenjar saliva mayor dan minor yang ada
pada rongga mulut. Saliva sebagian besar yaitu sekitar 90
13

persennya dihasilkan saat makan yang merupakan reaksi atas


rangsangan yang berupa pengecapan dan pengunyahan
makanan. Saliva yang terbentuk di rongga mulut, sekitar 90%
dihasilkan oleh kelenjar submaxiller dan kelenjar parotis, 5%
oleh kelenjar sublingual, dan 5% lagi oleh kelenjar- kelenjar
saliva kecil (Asridiana dan Thioritz, 2019)
Keadaan saliva dapat menjadi faktor yang mempengaruhi
Debris Indeks (DI) karena Secara fisiologis Debris dapat
dibersihkan dengan aliran saliva dan pergerakan otot-otot
rongga mulut pada saat proses pengunyahan. Selain itu ada cara
lain seperti berkumur, flossing (menggunakan benan ggigi),
membersihkan lidah, mengunyah permenkaret, menghindari
makanan yang mengandung sukrosa, dan memperbanyak
mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang berserat
dan berair (Purnomowati dan Arianto,2016).
3. Pola makan
Status kebersihan gigi seseorang dapat diketahui dari nilai
debris indeks. Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi
rendahnya nilai debris indeks adalah pola makan.
Mengkonsumsi makanan yang baik untuk gigi adalah cara
mencegah pembentukan debris(Yauri dan Mirawati, 2018).
Makanan yang baik untuk kesehatan gigi adalah makanan
yang mengandung serat seperti buah-buahan dan sayuran,
sedangkan makanan yang bisa mempengaruhi kesehatan gigi
adalah makanan yang manis dan melekat. Makanan tersebut
akan meninggalkan sisa-sisa makanan pada permukaan gigi.
Sisa-sisa makanan tersebut berupa lapisan lunak yang terdapat
di permukaan gigi yang terdiri dari musin, bakteri, dan sisa
makanan yang kita makan disebut dengan Debris (Aljufri dan
Sriani, 2018).
14

c. Menentukan gigi penentuan untuk pemeriksaan

Tabel 2.3 Permukaan Gigi Penentu Pemeriksaan


Bidang yang Buccal Labial Buccal
diperiksa (RA)
Gigi RA 1.6 1.1 2.6
Gigi RB 4.6 3.1 4.6
Bidang yang Lingual Labial Lingual
diperiksa (RB)
Keterangan : RA = Rahang Atas, RB = Rahang Bawah

d. Kriteria penilaian
Untuk mengetahui nilai debris indeks ada beberapa
kriteria yang telah ditentukan yang perlu diperhatikan untuk
memperoleh keseragaman penilaian yaitu: (Basuni, dkk, 2014).
Tabel 2.4 Kriteria Penilaian
No Kriteria Nilai
1. Pada permukaan gigi terlihat, tidak ada
debris lunak dan tidak ada pewarnaan 0
ekstrinsik
2. a. Pada permukaan gigi terlihat, tidak
ada debris lunak, yang menutupi 1/3
atau kurang dari 1/3 permukaan
gingival/gusi (dari servikal).
1
b. Pada permukaan gigi terlihat, tidak ada
debrislunak tetapi ada pewarnaan
enstrinsik yang menutupi sebagian atau
seluruh dari permukaan gigi.
3. Pada permukaan gigi terlihat, ada debris
lunak menutupi lebih dari 1/3 tetapi kurang 2
dari 2/3 permukaan gigi dari tepi gingiva/gusi
4. Pada permukaan gigi terlihat ada debris
yang menutupi lebih dari 2/3 permukaan 3
gigi dari tepi gusi.
e. Skor penilaian
Menurut Greene dan Vermillion (Basuni, dkk, 2014)
ketentuan untuk penilaian skordebris adalah sebagai berikut :
1) Baik, apabila nilai berada diantara 0,0-0,6
2) Sedang, apabila nilai berada diantara 0,7-1,8
3) Buruk, apabila nilai berada diantara 1,9-3,0
15

6. Hubungan Buah Jambu Air dan Belimbing Manis terhadap


Mekanisme Self-cleansing
Mengkonsumsi makanan yang keras seperti buah dan sayuran
yang tidak dapat ditelan tanpa pengunyahan yang lama mengakibatkan
terjadinya aksi pembersihan alami pada permukaan gigi. Buah dan
sayur juga sangat baik untuk memberikan efek pemijatan pada gusi dan
menyegarkan aroma mulut, selain itu mengunyah buah dan sayur yang
mengandung serat juga sangat efektif berfungsi sebagai pembersih gigi
yang alami (Wilis , 2017)
Sifat mekanis dari mengunyah buah yang berserat dapat
membantu menimbulkan efek seperti sikat yang dapat menghilangkan
debris pada permukaan gigi. Kandungan air pada buah juga
memiliki efek merangsang sekresi saliva dalam meningkatkan efek
self-cleansing dalam rongga mulut (Haida, dkk, 2014).
Buah jambu air dan belimbing manis mempunyai daya
pembersih yang kurang lebih sama dengan menyikat gigi. Makanan
yang berair dan berserat dapat melarutkan makanan yang melekat di
permukaan gigi, akan tetapi harus tetap membersihkan gigi dengan
gosok gigi atau benang gigi.
16

B. Kerangka Konsep
Variable Pengaruh Variable Terpengaruh
Mengkonsumsi buah jambu air
Mekanisme Self-
Mengkonsumsi buah belimbing cleansing
manis

Variabel Terkendali Variabel Tidak Terkendali

1. Mengunyah : 2 sisi
rahang 1. Keadaan
2. Frekuensi : 32 kali saliva
mengunyah 2. Pola makan
3. Ukuran Buah : 40 gram 3. Struktur gigi

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Keterangan :
= variabel Diteliti
= Variabel Tidak Diteliti

C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan variabel yang ada, dapat di hasilkan pertanyaan sebagai berikut:
“Bagaimana Efektivitas Mengkonsumsi Buah Jambu Air dan Belimbing
Manis Terhadap Mekanisme Self-cleansing di SDN II Donorojo Demak?”

Anda mungkin juga menyukai