Anda di halaman 1dari 17

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Growol Wijen

Growol wijen merupakan inovasi olahan pangan dari onde-onde yang

isiannya berupa growol. Onde-onde merupakan jajanan pasar yang popular di

Indonesia, yang diolah dari bahan dasar tepung ketan yang berbentuk bulat dan

dilumuri oleh wijen, dan biasanya dijual di pedagang kaki lima (Littlewood et al.,

2008). Growol wijen dibuat dengan cara melapisi growol dengan adonan tepung

beras ketan dan dilumuri wijen yang kemudian digoreng. Bahan-bahan yang

digunakan dalam pembuatan growol wijen antara lain growol, tepung ketan, biji

wijen, gula pasir, garam, air, dan minyak goreng.

1. Growol

Growol merupakan makanan fermentasi tradisional yang terbuat dari singkong

yang mempunyai rasa asam. Growol mempunyai ciri sebagai makanan yang

padat, berwarna putih, berasa hambar, tidak ada penambahan bumbu-bumbu,

pulen awet dan tidak berbau „kecing’ yang menyengat. Growol kadang-kadang

bertekstur kenyal, gelatinous (cenit-cenit, Jawa). Makanan ini tergolong makanan

semi basah dengan kadar air 35,52%, kadar pati 30,50% dan kadar protein 0,32%

(Maryanto, 2000).

Proses pembuatan growol dengan cara merendam singkong yang telah dikupas

dan diiris kecil-kecil selama 4 hari pada suhu kamar di dalam bejana yang terbuka

dari tanah liat, kemudian ditiriskan dan dihancurkan sebelum akhirnya dikukus.

Selama perendaman ini terjadi fermentasi alami, berbagai jenis mikrobia yang

6
7

tumbuh pada hari pertama adalah Streptococcus sp, hari kedua grup Coryneform,

hari ketiga khamir, Enterobacteriaceae, Bacillus sp, dan Actinobacter sp,

dilanjutkan hari keempat oleh Lactobacillus dan hari kelima Moraxella

sp(Wibowo dan Ristanto, 1988). Selama proses fermentasi, bakteri asam laktat

yang paling dominan tumbuh, bakteri tersebut bersifat anaerob, amilolitik dan

fermentatif. Jumlah bakteri asam laktat pada cairan fermentasi mencapai

1,64x108/ml (Suharni, 1984). Kandungan gizi growol dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kandungan gizi growol

Kandungan Gizi Growol


Air (%) 59,73-62,19b
Pati (% d.b.) 79,82-83,84b
Gula reduksi (% d.b.) 0,029-0,997b
Serat kasar (% d.b.) 1,49-2,29b
Lemak (% d.b.) 0,08-0,11a
Protein (% d.b.) 0,32a
Abu (% d.b.) 0,20-0,23a
pH 4,4-7,0ab
Total asam (ml NaOH/100 gr bahan) 1,10-4,37
- Asam laktat (%) 20,26c
- Asam asetat (%) 33,47-81,89c
- Asam propionate (%) 12,45-49,13c
- Asam butirat (%) 8,85-19,75c
- Asam formiat (%) 177-24,58c
Sumber: aGustati (1987), bHoa (1987), dan cSuharni dan Sutarto (1988).

1.1. Ubi kayu

Bahan baku growol merupakan ubi kayu. Ubi kayu atau singkong

merupakan salah satu sumber karbohidrat yang berasal dari umbi. Ubi

kayu bearsal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil (Amerika Selatan).

Penyebarannya hamper ke seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar,


8

India dan Tiongkok. Ubi kayu berkembang di Negara-negara yang

terkenal dengan wilayah pertaniannya (Purwono, 2009).

Tanaman ubi kayu masuk ke wilayah Indonesia pada abad ke-18

yaitu tahun 1852 tepatnya di Kebun Raya Bogor. Penyebaran tanaman ubi

kayu di Indonesia terjadi pada sekitar tahun 1914-1918 bertepatan dengan

terjadinya kekurangan pangan. Penyebaran ubi kayu meluas ke semua

provinsi di Indonesia. Ubi kayu dijadikan sebagai makanan pokok ketiga

setelah padi dan jagung. Sentra produksi ubi kayu di Indonesia adalah

Jawa, Lampung dan Nusa Tenggara Timur (Sunarto, 2002). Seiring

kemajuan teknologi ubi kayu banyak diolah menjadi berbagai produk

olahan diantaranya pakan ternak, tepung tapioka, pembuatan alcohol,

tepung gaplek, ampas tapioka yang digunakan dalam industry kue, roti,

kerupuk dan lain-lain (Rukmana, 1997).

Menurut Tjitrosoepomo (2005) secara sistematika (taksonomi)

tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Manihot

Spesies : Manihott utilisima Pohl, Manihot esculenta


9

Ubi kayu merupakan jenis tanaman umbi yang mengandung

karbohidrat tinggi dengan kadar amilosa yang rendah dan amilopektin

tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai sumber karbohidrat sebagai

pengganti beras. Kandungan karbohidrat yang tinggi menjadikan ubi kayu

dapat dimanfaatkan secara luas (Rismayani, 2007). Kandungan gizi yang

terkandung dalam 100 g ubi kayu dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Kandungan gizi dalam 100 g ubi kayu


Komponen Gizi Jumlah per 100 g bahan
Energi 146 Kal
Karbohidrat 34,7 g
Protein 1,2 g
Lemak 0,3 g
Mineral 1,3 g
Zat besi 0,0007 mg
Kalsium 0,003 mg
Fosfor 0,004 mg
Vitamin C 0,003 mg
Vitamin B 0,006 mg
Air 62,5 g
Sumber : Suprapti, 2005

Sumber energi utama ubi kayu berasal dari umbinya yang mudah

dicerna dan memberikan kalori tetapi mengandung protein yang sedikit.

Nilai kalori ubi kayu sama dengan biji-bijian berdasarkan bobot

keringnya tetapi kadar proteinnya jauh lebih rendah (Walter, et al., 1986).

Ubi kayu juga dikenal mengandung senyawa HCN yang dapat bersifat

racun. Hal tersebut sudah umum diketahui oleh masyarakat yang pada

umumnya telah mengetahui cara menghilangkan racun ini. Timbul

anggapan bahwa ubi kayu beracun mengandung banyak HCN, sedangkan

ubi kayu yang tidak beracun kadar HCN-nya sangat rendah. Ubi kayu
10

dengan kandungan HCN tinggi disebut ubi kayu pahit sedangkan yang

rendah HCN disebut ubi kayu manis (Sediaoetama, 1999).

1.2. Proses pembuatan

Selama ini tidak ada metode baku dalam pembuatan growol.

Produsen satu dengan produsen lainnya memiliki perbedaan dalam

pembuatan growol. Secara umum pembuatan growol meliputi tahapan-

tahapan sebagai berikut.

1. Pengupasan dan pemotongan

Pengupasan dan pemotongan bertujuan untuk menghilangkan

kotoran, kulit singkong dan menjaga sanitasi agar fermentasi

berlangsung baik dan layak dikonsumsi manusia. Kulit singkong

mengandung sel gabus (feloderm) yang dapat menghambat penetrasi air

ke dalam ubi kayu sehingga harus dihilangkan. Sementara pemotongan

hanya dilakukan jika pengrajin merasa perlu. Beberapa pengrajin

membuat sayatan-sayatan pada singkong sebelum direndam untuk

memperluas permukaan kontak dengan air. Pada umumnya singkong

tidak dipotong apabila tempat perendaman luas (Epriliati, 1994).

2. Pencucian

Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan lendir yang

masih melekat pada singkong. Pencucian dilakukan dengan merendam

singkong dalam air sumur dan digosok-gosok tangan sampai kelihatan

bersih (Hoa, 1987).


11

3. Perendaman

Perendaman dilakukan dalam bak ataupun ember terbuka dengan

air yang cukup hingga semua singkong terendam dalam air.

Perendaman biasa dilakukan hinggga singkong menjadi lunak dan

berbau masam. Pada umumnya dipanen setelah 2-3 hari perendaman

(Epriliati, 1987 dan Hoa, 1987). Rendaman singkong yang siap diolah

menjadi growol, volumenya bertambah dan mengapung di permukaan

air. Beberapa pengrajin melakukan penggantian air perendaman setiap

hari. Maksud dari tindakan ini adalah agar growol yang dihasilkan tidak

terlalu berbau masam.

4. Peremasan

Singkong yang telah lunak diremas menggunakan tangan.

Peremasan singkong menjadikan serat-serat yang ada menjadi mudah

dipisahkan. Selain itu, peremasan juga mempermudah pengolahan pada

tahap selanjutnya.

5. Pencucian

Pencucian terhadap growol mentah bertujuan untuk menghilangkan

bau tidak enak dan melarutkan beberapa senyawa terutama senyawa

racun. Pencucian dilakukan dengan penambahan air, lalu diaduk-aduk

menggunakan tangan, didiamkan sejenak agar pati mengendap. Setelah

itu, supernatant dibuang dan diganti dengan air yang baru. Proses

pencucian diulang hingga beberapa kali (Hoa, 1987 dan Epriliati, 1987).
12

6. Pemipitan

Menurut Epriliati (1994), pemipitan bertujuan untuk mengurangi

kadar air karena berpengaruh terhadap tekstur growol masak yang

diperoleh. Secara konvensional, pengepresan dilakukan dengan cara

meletakkan karung yang berisi growol mentah di antara dua bilah kayu

yang saling terpaut. Pengepresan dihentikan hingga tidak ada lagi air

yang menetes dari karung.

7. Penggilingan

Penggilingan dilakukan untuk menyeragamkan ukuran hancuran

singkong sehingga pada saat pengukusan tingkat kematangan growol

dapat merata. Setelah digiling, biasanya growol mentah diayak

menggunakan saringan dengan ukuran lubang satu kali satu sentimeter.

Growol yang tidak lolos ayakan dilakukan penggilingan ulang.

8. Pengukusan

Pengukusan bertujuan untuk proses pemasakan growol. Selama

pengukusan terjadi proses gelatinisasi pati. Proses inilah yang

membentuk sifat growol. Pengukusan biasa dilakukan selama 15-40

menit, tergantung pada cara pengukusan.

9. Pencetakan

Setelah masak, growol yang masih panas dimasukkan ke dalam

keranjang bamboo (bahasa Jawa: Cething) yang terlebih dulu dialasi

dengan daun pisang. Growol panas sambil ditekan-tekan hingga

memadat.
13

2. Tepung ketan

Tepung ketan merupakan bahan pokok dalam pembuatan kue tradisional

Indonesia yang banyak digunakan sama seperti tepung beras. Tepung ketan saat

ini sangat mudah mendapatkannya karena banyak dijual di pasaran dalam bentuk

tepung yang halus dan kering. Tepung ketan dapat diperoleh dengan cara

perendaman beras ketan selama 2-3 jam, lalu beras ketan dicuci bersih dan

ditiriskan. Beras ketan kemudian digiling dan diayak dengan ayakan berukuran 80

mesh sampai diperoleh tepung ketan yang halus (Satuhu dan Sunarmani, 2004).

Kandungan amilopektin mempengaruhi kemampuan mengikat air suatu bahan.

Kandungan amilopektin yang tinggi dalam tepung ketan menyebabkan tepung

ketan lebih pulen dibandingkan dengan tepung lainnya. Makin tinggi kandungan

amilopektin pada pati maka makin pulen pati tersebut (Faridah, et al., 2008).

Semakin tinggi kadar amilopektin dari suatu bahan makanan maka kemampuan

mengikat air semakin meningkat pula, sehingga kadar air cenderung menurun

seiring dengan meningkatnya konsentrasi penambahan tepung beras ketan. Hal ini

terjadi karena adanya proses pengikatan air oleh gugus hidroksil amilopektin dari

tepung beras ketan yang ditambahkan (Siswoputranto, 1989). Komposisi kimia

tepung beras ketan dapat dilihat pada tabel 3.


14

Tabel 3. Komposisi kimia tepung beras ketan

Komponen Komposisi
Kadar air (%) 11,05
Abu (%) 0,29
Lemak (%) 1,00
Protein (%) 6,61
Karbohidrat (%) 81,05
Pati (%) 63,31
Amilosa (% dari pati) 0,88
Amilopektin (% dari pati) 99,11
Sumber: Imanningsih, (2012)
3. Biji wijen

Biji wijen sebelum diolah biasanya disangrai terlebih dahulu. Biji wijen biasa

digunakan untuk onde-onde dan tidak perlu disangrai terlebih dahulu karena

selanjutnya akan digoreng. Mutu biji wijen dapat dideteksi dengan mudah dengan

cara mengunyah sejumput wijen, jika wijen masih terasa gurih maka biji wijen

masih bagus dan masih dapat digunakan, tetapi jika sudah terasa pahit dan tengik

maka wijen sudah tidak layak untuk dikonsumsi (Anonim, 2006).

4. Gula pasir

Menurut Darwin (2013), gula pasir adalah jenis gula yang paling mudah

dijumpai, digunakan sehari-hari untuk pemanis makanan dan minuman. Gula pasir

berasal dari cairan sari tebu. Setelah dikristalkan, sari tebu akan mengalami

kristalisasi dan berubah menjadi butiran gula berwarna putih bersih atau putih

agak kecokltatan (raw sugar). Komposisi zat gizi gula pasir dapat dilihat pada

tabel 4.
15

Tabel 4. Komposisi zat gizi gula pasir (per 100 gram berat bahan)

Zat Gizi Jumlah


Energi (kkal) 364
Protein (g) 0
Lemak (g) 0
Karbohidrat (g) 94,0
Kalsium (mg) 5
Fosfor (mg) 1
Sumber: Darwin, 2013

5. Garam

Garam merupakan senyawa yang terbentuk dari reaksi asam dan basa. Terdapat

beberapa contoh garam, antara lain: NaCl, CaCl2, ZnSO4, NaNO2, dan lain-lain.

Garam yang digunakan untuk pembuatan growol wijen adalah garam dapur , yaitu

garam yang dipergunakan untuk keperluan memasak. Garam dapur berasal dari air

laut, yang diuapkan dan dikristalisasi, garam yang diperoleh kemudian diiodisasi

(garam kalium, KI), sehingga diperoleh garam beriodium. Fungsi garam dalam

pembuatan growol wijen yaitu untuk memberikan rasa gurih pada growol wijen.

6. Air

Air merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat

mempengaruhi kenampakan , tekstur serta cita rasa makanan. Air terdiri dari

molekul H2O yang terikat satu dengan yang lain membentuk ikatan hidrogen

(Winarno, 1997). Air merupakan molekul polar, sifat air yang tinggi polaritasnya

akan melemahkan ikatan hidrogen dan komponen-komponen lain sehingga dapat

mempercepat pencampuran (Aurand dan Wood, 1973), air juga berperan sangat

penting saat pembentukan adonan (Greenwood, 1979).


16

7. Minyak

Minyak adalah termasuk golongan lipid (netral). Minyak adalah lemak yang

berwujud cair pada suhu kamar yaitu 25oC. minyak merupakan trigliserida (triasil

gliserol) dari gliserol dan berbagai asam lemak (Winarno, 1997).

Minyak dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu : (1) minyak nabati, contohnya:

minyak jagung, minyak zaitun, minyak kedelai, minyak kacang tanah, minyak biji

wijen, minyak kelapa, dan minyak kelapa sawit, (2) minyak hewani, contohnya:

mentega, minyak sardine, lemak sapi, dan minyak babi (Winarno, 1999).

Minyak yang baik digunakan sebagai minyak goreng adalah minyak kelapa,

kacang tanah, dan kelapa sawit. Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar

panas, penambah rasa gurih, dan penambah nilai kalori bahan pangan (Winarno,

1997). Suhu penggorengan yang normal sekitar 163-196oC, tapi terkadang harus

memperhatikan produk yang digoreng (Auliana, 2001).

B. Kemasan

Didalam pengemasan bahan pangan terdapat dua macam wadah, yaitu

wadah utama atau wadah yang langsung berhubungan dengan bahan pangan dan

wadah kedua atau wadah yang tidak langsung berhubungan dengan bahan pangan.

Wadah utama harus bersifat non toksik dan inert sehingga tidak terjadi reaksi

kimia yang dapat menyebabkan perubahan warna, flavor dan perubahan lainnya.

Selain itu, untuk wadah utama biasanya diperlukan syarat-syarat tertentu

bergantung pada jenis makanannya, misalnya melindungi makanan dari

kontaminasi, melindungi makanan dari sinar matahari, tahan terhadap tekanan


17

atau benturan dan transparan (Winarno, 1983).Menurut Winarno, et al. (1986)

makanan yang dikemas mempunyai tujuan untuk mengawetkan makanan, yaitu

mempertahankan mutu kesegaran, warnanya yang tetap, untuk menarik

konsumen, memberikan kemudahan penyimpanan dan distribusi, serta yang lebih

penting lagi dapat menekan peluang terjadinya kontaminasi dari udara , air, dan

tanah baik oleh mikroorganisme maupun ahan kimia yang bersifat merusak atau

racun. Beberapa faktor yang epnting diperhatikan dalam pengemasan bahan

pangan adalah sifat bahan pangan tersebut, keadaan lingkungan dan sifat bahan

pengemas. Sifat bahan pangan antara lain adalah adanya kecenderungan untuk

mengeras dalam kadar air dan suhu yang berbeda-beda, daya tahan terhadap

cahaya, oksigen dan mikroorganisme.

1. Bahan kemasan plastik

Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebut

polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun

sambung menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Dalam plastik juga

terkandung beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat fisiko

kimia plastik itu sendiri. Bahan aditif yang ditambahkan tersebut disebut

komponen nonplastik yang berupa senyawa anorganik yang memiliki berat

molekul rendah. Bahan aditif dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan,

penyerap sinar UV, anti lekat dan masih banya lagi (Winarno,1994). Penggunaan

plastik sebagai bahan pengemas mempunyai keunggulan dibanding bahan

pengemas lain karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat, termoplastis dan

selektif dalam permeabilitasnya terhadap uap air, O2, CO2. Sifat permeabilitas
18

plastik terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampu berperan

memodifikasi ruang kemas selama penyimpanan (Winarno, 1987).

Plastik dengan jenis 7 (OTHER) terdapat 4 jenis yaitu: SAN (styrene

acrylonitrile), ABS (acrylonitrile butadiene styrene), PC (polycarbonate), dan

Nylon. Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum

olahraga, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, computer, alat-alat

elektronik, dan plastik kemasan (Anonima, 2013). Paling sering produk dengan

label 7 terbuat dari campuran dua atau lebih jenis plastik (1 sampai 6). Kadang

kala label 7 mengindikasikan bahwa bahan baku resinnya tidak diketahui. Plastik

jenis 7 bisa digunakan untuk segala macam benda tapi akan lebih sering dijumpai

plastik jenis 7 digunakan dalam industri minuman ataupun makanan (Anonimb,

2013).

Plastik dengan jenis 7 yaitu SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik

yang sangat baik untuk digunakan dalam kemasan makanan ataupun minuman.

SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap terhadap reaksi kimia dan

suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan.

Acrylonitrile butadiene styrene (akrilonitril butadiene stirena, ABS)termasuk

kelompok engineering thermoplastik yang berisi 3 monomer pembentuk.

Akrilonitril bersifat tahan terhadap bahan kimia dan stabil terhadap panas.

Butadiene member perbaikan terhadap sifat ketahanan pukul dan sifat liat

(toughness). Sedangkan stirena menjamin kekakuan (rigidity) dan mudah

diproses. Beberapa grade ABS ada juga yang mempunyai karakteristik yang

berfariasi, dari kilap tinggi sampai rendah dan dari yang mempunyai impact
19

resistance tinggi sampai rendah. Berbagai sifat lebih lanjut juga dapat diperoleh

dengan penambahan aditif sehingga diperoleh grade ABS yang bersifat

menghambat nyala api, transparan, tahan panas tinggi, tahan terhadap sinar UV,

dll.ABS mempunyai sifat-sifat :

a. tahan bahan kimia – biaya proses rendah

b. liat, keras, kaku – dapat direkatkan

c. tahan korosi – dapat dielektroplating

d. dapat didesain menjadi berbagai bentuk. – memberi kilap permukaan yang

baik

Polycarbonate (polikarbonat) merupakan engineering plastik yang dibuat dari

reaksi kondensasi bisphenol A dengan fosgen (phosgene) dalam media alkali.

Polikarbonat mempunyai sifat-sifat : jernih seperti air, impact strengthnya sangat

bagus, ketahanan terhadap pengaruh cuaca bagus, suhu penggunaannya tinggi,

mudah diproses, flameabilitasnya rendah. Untuk menghasilkan produk –

produknya melalui proses dengan tehnik pengolahan thermoplastik pada

umumnya, yaitu: cetak injeksi, ekstruksi, cetak tiup, dan structural foam

moulding. Sheet polikarbonat dapat diproses dengan tehnik thermoforming

menggunakan tekanan maupun vakum. PC juga dapat dikenai proses finishing

meliputi pelarut dan adhesive bonding, pengecatan, printing, hot-stamping,

ultrasonic welding, dll. Dalam sektor makanan, PC digunakan untuk tempat

minuman, mangkuk pengolah makanan, alat makan/minum, alat masak

microvwave, dll, khususnya yang memerlukan produk yang jernih.


20

Nylon merupakan istilah yang digunakan terhadap poliamida yang mempunyai

sifat-sifat dapat dibentuk serat, film dan plastik. Struktur nylon ditunjukkan oleh

gugus amida yang berkaitan dengan unit hidrokarbon ulangan yang panjangnya

berbeda-beda dalam suatu polimer. Plastik nylon ini dpat digunakan untuk

mengemas makanan seperti : ikan, daging, saus, keju, coklat, kopi, dll.Sifat-sifat

nylon :

a. Secara umum nylon bersifat keras, berwarna cream, sedikit tembus cahaya.

b. Berat molekul nylon bervariasi dari 11.000-34.000

c. Nylon merupakan polimer semi kristalin dengan titik leleh 350-570 oF. titik

leleh erat kaitannya dengan jumlah atom karbon. Jumlah atom karbon makin

besar, kosentrasi amida makin kecil, titik lelehnyapun menurun.

d. Sedikit higroskopis : oleh karena itu perlu dikeringkan sebelum dipakai,

karena sifat mekanis maupun elektriknya dipengaruhi juga oleh kelembaban

relative dari admosfir.

e. Tahan terhadap solvent organic seperti alcohol, eter, aseton, petroleum eter,

benzene, CCl4 maupun xylene.

f. Dapat bereaksi dengan phenol, formaldehida, alcohol, benzene panas dan

nitrobenzene panas.

g. Nylon relative tidak dipengaruhi oleh waktu simpan yang lama pada suhu

kamar. Tetapi pada suhu yang lebih tinggi akan teroksidasi menjadi

berwarna kuning dan rapuh. Demikian juga sinar matahari yang kuat akan

kurang baik terhadap sifat mekanikalnya.


21

h. Penambahan aditif dalam nylon dimaksud untuk memperbaiki sifat-sifat

nylon.

i. Tehnik pengolahan nylon yang utama adalah cetak injeksi dan ekstrusi.

Tehnik lain seperti cetak tiup, rotational moulding, reaction injection

moulding (RIM) (Anonim, 2009).

2. Bahan kemasan kertas

Kemasan kertas merupakan salah satu jenis kemasan yang banyak digunakan

untuk mengemas bahan pangan. Baik untuk kemasan primer maupun kemasan

sekunder. Kemasan kertas memiliki kelebihan antara lain: ringan, relatif murah,

hemat tempat dalam penyimpanan dan mudah didaur ulang. Sedangkan

kelemahan dari kemasan kertas antara lain: mudah robek dan terbakar, tidak dapat

mengemas cairan karena sifatnya yang sensitif terhadap air, tidak dapat

dipanaskan, dan mudah dipengaruhi oleh kelembaban udara lingkungan.

Karton lipat (folding carton) yang sering pula disebut KARTON adalah suatu

bentuk wadah yang dibuat dengan melipat karton menurut pola tertentu sehingga

bentuknya kotak. Kemas ini sewaktu masih kosong dapat dilipat sehingga

merupakan lembaran pipih, dan baru dibuka pada saat akan diisi. Karton biasanya

berukuran kecil sehingga dapat diangkat dengan satu tangan. Diantara wadah yang

bersifat kaku, karton merupakan salah satu jenis yang dipakai secara meluas. Hal

ini antara lain disebabkan karena harganya murah, dapat dilihat sehingga hanya

memerlukan ruang sedikit dan ukuran dan bentuknya dapat divariasi secara

mudah sesuai dengan yang dikendaki. Ukuran karton biasanya dinyatakan dalam

panjang x lebar x tinggi. Karton lipat dibuat dari jenis karton khusus yang tidak
22

retak jika dilipat. Untuk mengemas bahan pangan digunakan karton kraft dengan

warna krem atau putih. Karton dengan mutu lebih rendah dengan bahan dasar

yang dicampur dengan kertas bekas dapat pula digunakan untuk pembuatan karton

lipat bagi berbagai keperluan. Ketebalan karton yang digunakan pada pembuatan

karton lipat bervariasi antara 0,35-0,8 mm tergantung dari kekuatan wadah yang

diinginkan, semakin tipis, kekuatan (kekakuan) wadah makin berkurang,

sedangkan kalau terlalu tebal akan sulit dilipat oleh mesin-mesin pelipat. Karton

lipat terdapat dalam beranekaragam bentuk dan paling banyak dijumpai adalah

karton lipat-rekat (reverse tuck carton). Untuk membuat tabung (kotak), karton

dilipat pada empat buah garis sejajar dengan sedikit tautan pada kedua sisinya,

kalau keempat lipatan tadi dilipat dan kedua sisi tautannya direkat maka akan

terbentuklah sebuah tabung (kotak). Salah satu ujungnya dipotong kemudian

dilekuk dan dikunci sehingga terbentuk bagian dasar kotak, sedang ujung yang

lain dilekuk dengan pola tertentu sehingga berperan sebagai tutup. Pilihan bahan

dan model karton lipat tergantung dari jenis produk dan persyaratan pasaran yang

dikehendaki. Apabila yang diutamakan kegunaannya (fungsi) seperti untuk

kemasan industry atau penyalur, maka pertimbangan utamanya adalah harga

(Kamarijani, 1990).

C. Hipotesa

Jenis growol dan bahan kemasan diduga mempengaruhi sifat fisik, kimia

dan mikrobia koloni produk growol wijen selama penyimpanan pada suhu ruang.

Anda mungkin juga menyukai