Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah gizi yang terjadi pada masa tertentu akan menimbulkan masalah
pembangunan di masa selanjutnya, seperti masalah gizi yang terjadi pada masa
anak-anak yang dapat mengakibatkan tubuh mudah terserang penyakit.
(Cakrawati dan Mustika, 2011). Menurut Depkes RI (2006) masalah kurang gizi
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan dapat menjadi penyebab
kematian terutama pada kelompok resiko tinggi (bayi dan balita).

Praktek belajar lapangan (PBL) adalah proses kegiatan untuk


meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam memecahkan masalah gizi
masyarakat pada kondisi real di masyarakat, dan sekaligus sebagai program
pengabdian untuk pemberdayaan masyarakat.

Program PBL ini selain merupakan sarana pembelajaran bagi mahasiswa,


sekaligus menjadi salah satu wujud kepedulian Prodi S1 Gizi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Pahlawan Tuanku Tmabusai dalam mengatasi
permasalahan pembangunan dan lingkungan, khususnya masalah gizi
masyarakat. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara membangun kemitraan
dengan berbagai sector seperti pihak kelurahan, puskesmas, posyandu dan juga
masyarakat setempat.

Desa Batu Belah merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan
Kampar Kabupaten Kampar dengan julmah Penduduk 6.520 Jiwa dan terbentuk
atas V Dusun didalamnya sebagai kekuatan dalam rangka pelaksanaan
programprogram Pemerintahan Desa. Diketahui jumlah penduduk Desa Batu
Belah Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar berjumlah 6.520 Jiwa, dengan
rincian 3.256 Laki-laki dan 3.264 Perempuan dari 1.306 Kepala Keluarga.

1
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini
telah membawa kehidupan manusia ketingkat kemajuan yang lebih baik.
Namun demikian, kemajuan yang telah dicapai masih menyisakan
permasalahan memprihatinkan seperti, masalah ketidak mampuan, kurangnya
sosialisasi dari tenaga kesehatan terhadap masyarakat, kurangnya pengetahuan
gizi, kurangnya variasi makanan, serta kurangnya kesadaran masyarakat
dalam mengonsumsi buah dan sayur.

B. Tujuan PBL
1. Tujuan Umum
Diperolehnya pengalaman dan pengalaman belajar dari masyarakat dan
institusi pelayanan kesehatan tentang permasalahan gizi masyarakat dan
upaya mengatasinya di lapangan.
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengumpulkan dan menganalisis data dasar (
baseline data) dalam mengidentifikasi masalah.
2. Mahasiswa mampu merumuskan dan menentukan prioritas masalah
gizi.
3. Mahasiswa mampu mencari alternative pemecahan masalah gizi
masyarakat dan menyusun rencana kerja operasional dalam melakukan
intervensi.
4. Mahasiswa mampu melakukan komunikasi kesehatan dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan / gizi.
5. Mahasiswa mampu melakukan pengorganisasian dan bekerja sama (
team work ) dalam kelompok dan masyarakat.
6. Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi dari rencana
kerja dan intervensi yang dilakukan.

2
C. Manfaat PBL
Dengan adanya kegiatan PBL ini, mahasiswa dapat mengetahui situasi
real dari tempat PBL dilaksanakan yaitu Kelurahan Batu Belah. Selain itu
mahasiswa juga dapat mengetahui kebiasaan makan masyarakat setempat dan
dapat mengetahui permasalahan gizi masyarakat dan teknik pengolahan gizi di
desa batu belah .

3
BAB II

GAMBARAN SITUASI

A. Sejarah desa
Desa Batu Belah yang berada di Kecamatan Kampar Kabupaten
Kampar ini berdiri pada tahun 1985, penduduk Desa Batu Belah
merupakan Masyarakat Kenegerian Airtiris, berasal dari masyarakat
Melayu Ocu Kampar.
Visi Desa Batu Belah “ Bersama dalam membangun demi Desa
Batu Belah yang lebih maju “ Rumusan Visi tersebut merupakan suatu
ungkapan dari suatu niat yang luhur untuk memperbaiki dalam
penyelenggaraan Pemerintah dan pelaksanaan Pembangunan di Desa Batu
Belah baik secara individu maupun kelembagaan sehingga 6 ( Enam )
tahun kedepan Desa Batu Belah mengalami suatu perubahan yang lebih
baik dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dilihat dari segi ekonomi
dengan dilandasi semangat kebersamaan dalam penyelenggaraan
pemerintah dan pelaksanaan pembangunan.
Misi Desa Batu Belah 1. Bersama masyarakat memperkuat
kelembagaan desa yang ada. 2. Bersama masyarakat dan kelembagaan desa
menyelenggarakan pemerintahan dan melaksanakan pembangunan yang
partisipatif. 3. Bersama masyarakat dan kelembagaan desa dalam
mewujudkan Desa Batu Belah yang aman, tentram dan damai. 4. Bersama
masyarakat dan kelembagaan desa memberdayakan masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
a. Luas wilayah dan Kependudukan
Setiap daerah yang terbentang dibelahan Bumi Nusantara ini
tentunya mempunyai karakteristik yang berbeda atau tidak sama dengan
daerah lain, yakni jika dilihat dari sudut geografis daerah bersangkutan.
Desa Batu Belah merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan
Kampar Kabupaten Kampar dengan julmah Penduduk 6.520 Jiwa dan

4
terbentuk atas V Dusun didalamnya sebagai kekuatan dalam rangka
pelaksanaan programprogram Pemerintahan Desa
b. Letak Geografis dan Demografis
Dalam tinjauan geografis Desa Batu Belah tidak terlepas dari daerah
sekitarnya dengan memeliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Batas Wilayah Desa
Sebelah Utara : Desa Sungai Kampar
Sebelah Selatan : Desa Ridan
Sebelah Barat : Desa Kumantan
SebelahTimur : Desa Tanjung Rambutan

b. Luas Wilayah Desa


Pemukiman : 3.600 Ha
Ladang tegalan : 40 Ha
Perkebunan : 2.286 Ha
Hutan : 5.000 Ha
Perkantoran : 0,3 Ha
Sekolah : 4,7 Ha
Jalan : 3,8 Ha
Lapangan Sepak Bola : -

c. Orbitasi

1. Jarak ke ibu kota kecamatan terdekat : 5 KM

2. Lama Jarak tempu ke ibu kota kecamatan : 15 Menit

3. Jarak ke ibu kota kabupaten : 4 KM

4. Lama Jarak tempu ke ibu kota kabupaten : 10 Menit

5
c. Keadaan Penduduk
Karakteristik suatu daerah tidak terlepas dari keadaan demografinya,
yakni tinjauan mengenai keadaan penduduk yang mendiami daerah tersebut
meliputi keadaan penduduk dilihat dari tingkat umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan dan mata pencarian, serta penyelenggaraan Pemerintah dan
pembangunan suatu Daerah.
Penduduk Desa Batu Belah Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar
jika diperhatikan dari segi mata pencaharian pada umumnya bergerakn pada
sektor pertanian. Sementara itu ada juga yang bermata pencaharian pada
sektor lainnya seperti Pedagang, Pegawai Negeri Sipil, Tukang, Guru,
Bidan/Perawat, TNI/Polri, Pensiunan, Sopir Angkutan, Buruh, Swasta,
Peternak.

B. Status Gizi Penduduk

Pengambilan data survey dilakukan dengan wawancara secara

langsung dan pencatatan dari dokumen kartu keluarga (KK). Data ini

tergolong data primer yang diambil langsung oleh mahasiswa. Berdasarkan

hasil survei lapangan di Desa Batu Belah pada tanggal 19 Oktober – 14

November 2020 terhadap 15 KK didapatlah hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota keluarga N %


< 4 orang 8 54
> 4 orang 7 46
Total 15 100

Berdasarkan tabel 1 diatas, jumlah KK yang didata berjumlah 15

rumah tangga. Adapun jumlah anggota yang kurang sama dengan 4 orang

6
yaitu berjumlah 8 rumah tangga (54% ) dan jumlah anggota yang besar dari 4

orang yaitu berjumlah 7 rumah tangga (46%).

Tabel 2. Jenis kelamin anggota keluarga

Balita Remaja Dewasa Lansia


Jenis kelamin
n % N % N % n %
Laki – laki 3 50 5 45 7 41 7 47
Perempuan 3 50 6 54 10 59 8 53
Total 6 100 % 11 100 % 17 100 % 15 100 %

Berdasarkan tabel 2 diatas, jumlah balita yang berjenis kelamin laki-

laki berjumlah 3 orang (50%) dan balita yang berjenis kelamin perempuan

berjumlah 3 orang (50%). Jumlah remaja yang berjenis kelamin laki-laki

berjumlah 5 orang (45%) dan remaja yang berjenis kelamin perempuan

berjumlah 6 orang (54%). Jumlah dewasa yang berjenis kelamin laki-laki

berjumlah 7 orang (41 %) dan dewasa yang berjenis kelamin perempuan

berjumlah 10 orang (59%). Jumlah lansia yang berjenis kelamin laki-laki

berjumlah 7 orang ( 47%) dan lansia yang berjenis kelamin perempuan

berjumlah 8 orang ( 53% ).

Tabel 3. Tingkat pendidikan Ayah / ibu dan responden

Tingkat pendidikan ayah / ibu Ayah / KK Ibu Responden


dan responden N % N % N %
Tidak pernah sekolah - - - - - -
Tidak tamat SD - - - - 5 18,5
Tamat SD 5 36 % 3 20 % 3 11,1
Tamat SMP 1 7% 3 20 % 3 11,1
Tamat SMA 7 50 % 5 33 % 3 11,1
Tamat Perguruan Tinggi 1 7% 4 26 % - -
Tidak Tahu - - - 13 48,1
Total 14 100 % 15 100 % 27 100%

7
Berdasarkan tabel 3 diatas, tingkat pendidikan ayah, ibu dan responden

bermacam-macam. Ayah yang tingkat pendidikan tamat SD yaitu

berjumlah 5 orang (36%), tingkat pendidikan tamat SMP yaitu berjumlah 1

orang (7%), tingkat pendidikan tamat SMA yaitu berjumlah 7 orang (50%),

tingkat pendidikan tamat perguruan tinggi yaitu berjumlah 1 orang (7%).

Ibu yang tingkat pendidikannya tamat SD yaitu berjumlah 3 orang

( 20% ), tingkat pendidikan tamat SMP yaitu berjumlah 3 orang (20%),

tingkat pendidikan tamat SMA yaitu berjumlah 5 orang (33%), tingkat

pendidikan tamat perguruan tinggi yaitu berjumlah 4 orang (26%).

Responden yang tingkat pendidikannya tidak tamat SD yaitu

berjumlah 5 orang (18,5%), Responden yang tingkat pendidikannya tamat

SD yaitu berjumlah 3 orang (11,1%), , tingkat pendidikan tamat SMP yaitu

berjumlah (11,1%), tingkat pendidikan tamat SMA yaitu berjumlah 3 orang

(11,1%), tingkat pendidikan tidak tahu yaitu berjumlah 13 orang (48,1%).

Tabel 4. Prevalensi status gizi anak balita berdasarkan indeks BB/U

Status Gizi BB / U
N %
Gizi buruk 0 -
Gizi kurang 5 45,45
Gizi baik 6 54,54
Gizi lebih 0 -
Total 11 100%

Berdasarkan tabel 4 diatas, prevalensi status gizi anak balita

berdasarkan indeks BB/U, balita yang berstatus gizi buruk, gizi buruk dan gizi

8
lebih tidak ada. Balita yang berstatus gizi baik berjumlah 6 orang (54,54%),

dan balita yang berstatus gizi kurang berjumlah 5 orang (45,45%).

Tabel 5. Prevalensi status gizi anak balita berdasarkan indeks TB / (PB) / U

Status Gizi TB (PB) / U


N %
Sangat pendek 1 8,33
Pendek 11 91,67
Normal - -
Tinggi - -
Total 12 100%

Berdasarkan tabel 5 diatas, prevalensi status gizi anak balita

berdasarkan indeks TB(PB)/U, anak balita yang berstatus gizi sangat pendek

berjumlah 1 orang (8,33%), dan anak balita yang berstatus gizi pendek

berjumlah 11 orang (91,67%).

Tabel 6. Prevalensi status gizi anak balita berdasarkan indeks BB / TB (PB)

Status Gizi BB / TB (PB)


N %
Sangat kurus - -
Kurus 2 16,67
Normal 10 83,33
Gemuk - -
Total 12 100%

Berdasarkan tabel 6 diatas, prevalensi status gizi anak balita

berdasarkan indeks BB/TB(PB), anak balita yang berstatus gizi normal

berjumlah 10 orang (83,33%) dan anak balita yang berstatus gizi kurus

berjumlah 2 orang (16,67%).

9
Tabel 7. Prevalensi ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan WUS KEK

Bumil KEK
Status Gizi
N % n %
KEK 1 4,35 - -
Normal 22 95,65 - -
Total 23 100% - -

Berdasarkan tabel 7 diatas, prevalensi ibu hamil yang berstatus gizi

kurang energi kronis (KEK) berjumlah 1 orang (4,35%) sedangkan prevalensi

ibu hamil yang berstatus gizi normal berjumlah 22 orang (95,65 %).

Tabel 8. Jumlah bayi (0-1 bln) yang datang dan ditimbang di posyandu dalam
dua bulan terakhir

Bayi yang datang dan ditimbang 2 bulan terakhir n %


Tidak pernah - -
Satu kali - -
Dua kali 3 100%
Total 3 100%

Berdasarkan tabel 8 diatas, jumlah bayi (0-1 bulan) yang datang dan

ditimbang di posyandu dalam 2 bulan terakhir dengan jumlah kedatangan

dua kali yaitu berjumlah 3 orang (100 %).

Tabel 9. Jumlah bayi ( 2-3 bln ) yang datang di timbang di posyandu dalam
empat bulan terakhir

Bayi yang datang dan ditimbang 4 bulan terakhir n %


Tidak pernah - -
Satu kali - -
Dua kali - -
Tiga kali - -
Empat kali 11 100%
Total 11 100%

10
Berdasarkan tabel 9 diatas, jumlah bayi ( 2-3 bulan) yang datang dan

ditimbang di posyandu dalam 4 bulan terakhir dengan jumlah kedatangan

empat kali yaitu berjumlah 11 orang (100 %).

Tabel 10. Jumlah bayi ( 4-5 bln ) yang datang dan ditimbang diposyandu dalam
enam bulan terakhir

Bayi yang datang dan ditimbang 6 bulan terakhir n %


Tidak pernah - -
Satu kali - -
Dua kali - -
Tiga kali - -
Empat kali - -
Lima kali - -
Enam kali 9 100
Total 9 100%

Berdasarkan tabel 10 diatas, jumlah bayi ( 4-5 bulan) yang datang

dan ditimbang di posyandu dalam 6 bulan terakhir dengan jumlah

kedatangan enam kali yaitu berjumlah 9 orang (100%).

Tabel 11. Jumlah bayi ( 6 - 59 bln ) yang datang dan ditimbang diposyandu
dalam enam bulan terakhir

Bayi yang datang dan ditimbang 6 bulan terakhir n %


Tidak pernah - -
Satu kali - -
Dua kali - -
Tiga kali - -
Empat kali - -
Lima kali - -
Enam kali 122 100
Total 122 100%

11
Berdasarkan tabel 11 diatas, jumlah bayi ( 6-59 bulan) yang datang

dan ditimbang di posyandu dalam 6 bulan terakhir dengan jumlah

kedatangan enam kali yaitu berjumlah 122 orang (100%).

Tabel 12.Usia kehamilan dalam keluarga

Ibu hamil N %
Trimester I (1-3 bln) - -
Trimester II (4-6 bln) 2 50
Trimester III (7-9 bln) 2 50
Tidak tahu - -
Total 4 100%

Berdasarkan tabel 12 diatas, usia kehamilan ibu dalam keluarga pada

trimester II (4-6 bulan) berjumlah 2 orang (50%), dan usia kehamilan ibu dalam

keluarga pada trimester III (7-9 bulan) berjumlah 2 orang (50%).

Tabel 13. Jumlah ibu hamil pertama kali mendapat Tablet Tambah Darah
(TTD)

Ibuhamilmendapat Tablet TambahDarah N %


Trimester I (1-3 bln) - -
Trimester II (4-6 bln) 2 50
Trimester III (7-9 bln) 2 50
Tidak tahu - -
Total 4 100%

Berdasarkan tabel 13 diatas, jumlah ibu hamil pertama kali mendapat


tablet tambah darah (TTD) pada trimester II (4-6 bulan) berjumlah 2 orang
(50 %), pada trimester III (7- 9 bulan) berjumlah 2 orang (50%).

12
Tabel 14. Frekuensi ibu hamil mendapat Tablet Tambah Darah ( TTD )

Frekuensi ibu hamil mendapat Tablet Tambah Darah N %


Tidak pernah 0 0
1 (satu) kali 0 0
2 (dua) kali 0 0
3 (tiga) kali 4 100
Tidak tahu 0 0
Total 4 100%

Berdasarkan tabel 14 diatas, frekuensi ibu hamil yang mendapat tablet

tambah darah dengan jumlah pemberian 3 kali yaitu berjumlah 4 orang (100

%).

Tabel 15. Jumlah tablet tambah darah (TTD) yang diperoleh ibu hamil

Jumah tablet tambahdara (TTD) yang diperoleh ibu hamil N %


30 butir - -
60 butir - -
90 butir 4 100
Total 4 100%

Berdasarkan tabel 15 diatas, jumlah tablet tambah darah (TTD) yang

diperoleh ibu hamil dengan jumlah tablet tambah darah 60 butir yaitu 4 orang

(100 %).

Tabel 16. Jumlah tablet tambah darah ( TTD ) yang diminum ibu hamil

Jumlah ibu hamil mendapat Jumlah tablet tambah darah


tablet tambah darah ( butir )
0-30 31-60 61-90
N % N % n %
Diminum 4 100%
Tidak diminum -
Total 4 100%

13
Berdasarkan tabel 16 diatas, jumlah tablet tambah darah (TTD) yang diminum

ibu hamil dengan jumlah 61-90 butir yaitu 4 orang ( 100 %).

Tabel 17. Persentasi jenis garam yang di gunakan dalam rumah tangga

Jumlah garam yang dikonsumsi dirumah tangga N %


Garam bata - -
Garam cura 8 46,66
Garam halus 7 53,33
Garam gurih - -
Total 15 99%

Berdasarkan tabel 17 diatas, jenis garam yang digunakan dalam rumah

tangga yaitu garam halus dengan jumlah 7 rumah tangga (100 %), dan

garam cura dengan jumlah 8 rumah tangga (100%)

Tabel 18. Alasan mengggunakan garam

Jenis garam yang Alasan penggunaan


dikonsumsi Mengandung Ada di pasar Murah
iodium
N % N % n %
Garam bata - - - - - -
Garam cura - - 3 30 4 80
Garam halus - - 7 70 1 20
Garam gurih - - - - - -
Total - - 10 100% 5 100%

Berdasarkan tabel 18 diatas, alasan rumah tangga menggunakan

garam cura karena ada dinpasar yaitu berjumlah 3 rumah tangga (30%) dan

rumah tangga yang menggunakan garam halus karena ada dipasar yaitu

berjumlah 7 rumah tangga (70%) . Sedangkan alasan rumah tangga yang

menggunakan garam curah karena murah yaitu berjumlah 4 rumah tangga

14
(80%) dan rumah tangga yang menggunakan garam halus karena murah

yaitu berjumlah 1 rumah tangga (20%).

15
BAB III
ANALISIS MASALAH

A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan gambaran situasi Desa Batu Belah Dusun III dan status

gizi penduduk yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, ditemukan

masalah gizi yaitu terdapatnya 11 ( 91,67% ) balita yang memiliki status gizi

sangat pendek dari 2 balita yang ada berdasarkan indeks TB ( PB ) / U.

Balita dengan status gizi sangat pendek biasanya disebut dengan

stunting. Stunting merupakan gagal tumbuh pada anak balita akibat

kekurangan gizi kronis terutama dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan. Balita

stunting adalah balita dengan status gizi berdasarkan panjang atau tinggi

badan menurut umur bila dibandingkan dengan standar baku WHO, nilai Z-

scorenya kurang dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek jika nilai Z-

scorenya kurang dari -3SD ( Kemenkes, RI 2016 ).

Stunting pada balita merupakan indikator utama dalam menilai

kualitas modal sumber daya manusia di masa mendatang. Gangguan

pertumbuhan yang diderita balita pada awal kehidupan, dapat menyebabkan

kerusakan yang permanen ( Anisa, 2012 ).

Masalah balita stunting menggambarkan masalah gizi kronis,

dipengaruhi dari kondisi ibu / calon ibu, masa janin dan masa bayi / balita,

termasuk penyakit yang diderita selama masa balita. Dalam kandungan, janin

akan tumbuh dan berkembang melalui pertambahan berat dan panjang badan,

16
perkembangan otak serta organ-organ lainnya. Kekurangan gizi yang terjadi

dalam kandungan dan awal kehidupan menyebabkan janin melakukan reaksi

penyesuaian. Secara peraler penyesuaian tersebut meliputi perlambatan

pertumbuhan dengan pengurangan jumlah dan pengembangan sel-sel tubuh

termasuk sel otak dan organ tubuh lainnya. Hasil reaksi penyesuaian akibat

kekurangan gizi di ekspresikan pada usia dewasa dalam bentuk tubuh yang

pendek ( Menko, Kesra, 2013 ).

B. Penetapan Prioritas Masalah

Berdasarkan data yang telah diperoleh, penetapan prioritas masalah

yaitu stunting dilihat dari prevalensi status gizi anak balita berdasarkan indeks

TB ( PB ) / U terdapat 1 balita dikategorikan sangat pendek. Selain itu,

berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Pembantu yang terdapat di

Desa Batu Belah Dusun III , terdapat 11 anak balita yang terkena stunting dari

25 anak balita yang terdapat di Desa Batu Belah Dusun III ini.

Alternatif Pemecahan Masalah

Upaya penurunan stunting dilakukan melalui dua intervensi, yaitu

intervensi gizi spesifik untuk mengatasi penyebab langsung dan intervensi gizi

sensitif untuk mengatasi penyebab tidak langsung. Selain mengatasi

penyebab langsung dan tidak langsung , diperlukan prasyarat pendukung yang

mencakup komitmen politik dan kebijakan untuk pelaksanaan, keterlibatan

pemerintah dan lintas sektor, serta kapasitas untuk melaksanakan.

Intervensi gizi spesifik merupakan kegiatan yang langsung mengatasi

terjadinya stunting seperti asupan makanan, infeksi, status gizi, penyakit

17
menular dan kesehatan lingkungan. Intervensi spesifik ini umumnya diberikan

oleh sektor kesehatan. Adapun intervensi gizi sensitif mencakup : (a)

peningkatan penyediaan air bersih dan sarana sanitasi; (b) peningkatan akses

da kualitas pelayanan gizi dan kesehatan; (c) peningkatan akses pangan

bergizi. Intervensi gizi sensitifumunya dilaksanakan di luar Kementerian

Kesehatan. Sasaran intervensi gizi sensitif adalah keluarga dan masyarakat

dan dilakukan melalui berbagai program dan kegiatan.

Terdapat 5 pilar pada intervensi konvergensi untuk menangani stunting,

yaitu:

1. PILAR 1 (Komitmen dan Visi Kepemimpinan)

2. PILAR 2 (Kampanye Nasional dan Perubahan Perilaku)

3. PILAR 3 (Konvergensi Program Pusat, Daerah dan Desa)

4. PILAR 4 (Ketahanan Pangan dan Gizi)

5. PILAR 5 (Pemantauan dan Evaluasi)

Selain itu, alternatif pemecahan masalah yaitu dengan cara BENAHI

GIZI merupakan singkatan dari :

1. B = Berikan Tablet Tambah Darah pada ibu hamil dan remaja putri

2. E = Edukasi gizi keluarga melalui pemberdayaan kearifan lokal

3. N = Nutrisi ibu hamil dan balita kurus

4. A= Akses air bersih sanitasi lingkungan yang tersedia dan memenuhi

syarat kesehatan

18
5. H = Hidup sehat dimulai dari diri sendiri Intervensi gizi pada ibu

hamil KEK

6. G = Gerakan masyarakat hidup sehat pada setiap siklus kehidupan

Intervensi makanan pada balita gizi kurang dan gizi buruk

7. Z = Zink diberikan pada balita Ingat fokus perhatian 1000 hari

pertama kehidupan melalui pendekatan keluarga

C. Intervensi

Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka stunting ini

adalah ibu hamil harus mencukupi kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan oleh

tubuhnya dan janinnya. Kebutuhan zat gizi dapat diperoleh dari asupan

makanan yang dikonsumsi ibu, tablet tambah darah yang diberikan oleh pihak

posyandu, makanan tambahan berupa biskuit yang diberikan oleh pihak

posyandu. Selain itu pengolahan bahan makanan harus dilakukan dengan

benar agar tidak terjadinya kehilangan zat gizi yang banyak akibat pemanasan.

Ibu juga harus menerapkan pemberian Asi Ekslusif kepada bayi

sampai bayi berusia 6 bulan dan diberikan tambahan MPASI pada usia 6

bulan lebih agar zat gizi untuk bayi terpenuhi. Selain itu, ibu juga harus

melakukan imunisasi kepada bayi agar bayi terhindar dari berbagai macam

penyakit.

19
D. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi yang dapat dilakukan dalam mengatasi

masalah stunting ini yaitu mengajak ibu untuk rutin datang ke posyandu

membawa balita agar bisa ditimbang di posyandu setiap bulannya untuk

memantau status gizi balita. Selain itu, memberikan edukasi kepada ibu hamil

untuk mengonsumsi tablet tambah darah secara rutin dan mengonsumsi

makanan tambahan untuk mengurangi resiko stunting pada anak. Selanjutnya,

diberikan materi penyuluhan kepada masyarakat untuk mengonsumsi

makanan berdasarkan pedoman makanan sehat “ ISI PIRINGKU”.

20
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Praktik Belajar Lapangan (PBL) merupakan suatu kegiatan untuk

meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam memecahkan masalah gizi

masyarakat pada kondisi real di masyarakat, dan sekaligus sebagai program

pengabdian untuk pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan gambaran situasi Desa Batu Belah Dusun III dan status

gizi penduduk yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa

terdapatnya 1 balita yang memiliki status gizi sangat pendek dari 2 balita yang

ada berdasarkan indeks TB (PB) / U. Di Batu Belah Dusun III, terdapat 11

anak balita yang terkena stunting dari 25 anak balita yang terdapat di Batu

Belah Dusun III ini.

Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka stunting ini

adalah ibu hamil harus mencukupi kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan oleh

tubuhnya dan janinnya. Kebutuhan zat gizi dapat diperoleh dari asupan

makanan yang dikonsumsi ibu, tablet tambah darah yang diberikan oleh pihak

posyandu, makanan tambahan berupa biskuit yang diberikan oleh pihak

posyandu. Selain itu pengolahan bahan makanan harus dilakukan dengan

benar agar tidak terjadinya kehilangan zat gizi yang banyak akibat pemanasan.

Ibu juga harus menerapkan pemberian Asi Ekslusif kepada bayi

sampai bayi berusia 6 bulan dan diberikan tambahan MPASI pada usia 6

21
bulan lebih agar zat gizi untuk bayi terpenuhi. Selain itu, ibu juga harus

melakukan imunisasi kepada bayi agar bayi terhindar dari berbagai macam

penyakit.

B. Saran

Penulis berharap semoga laporan ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baik

nya.

22
DAFTAR PUSTAKA

ACC/SCN & International Food Policy Research Institute (IFRI).2002. “4”

Report On The World Nutrition Situation Throughout The Life

Cycle”. Geneva : ACC/SCN In Collaboration With IFPRI.

Anisa P. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting

Pada Balita Usia 25-60 Bulan Di Kelurahan Kalibaru Depok.

Depok: Universitas Andalas.

Kesehatan K. 2016. Pusat Data Dan Informasi Situasi Anak Pendek. Jakarta :

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Menko Kesra RI. 2013. Pedoman Perencnaan Program. Gerakan Nasional

Percepatan Perbaikan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama

Kehidupan (Gerakan 1000 HPK). Jakarta.

UNICEF. 2012. Ringkasan Kajian Gizi: Pusat Promosi Kesehatan-

Kementerian Kesehatan RI

23

Anda mungkin juga menyukai