Anda di halaman 1dari 19

P E N G E M B A N G A N K A PA S I TA S A PA R AT U R

P E M E R I N TA H A N D E S A D A L A M M E W U J U D K A N G O O D
GOVERNENCE (STUDI KASUS DESA NAMBO
K E C A M ATA N L A S A L I M U K A B U PAT E N B U T O N )

Andi Hendriata 1), Andy Arya 2), L.M. Azhar Sa’ban ³)


1
Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas
Muhammadiyah Buton

ABSTRAK

ANDI HENDRIATA, NPM. 091901009 “Pengembangan Kapasitas Aparatur


Pemerintah Desa Dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus Desa Nambo
Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton).”

Penelitian ini bertujuan untuk mewujudkan Bagaimana Pengembangan Kapasitas


Aparatur Pemerintah Desa Dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus Desa
Nambo Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton). Dalam Penelitian ini jenis metode yang
di gunakan peneliti adalah metode pendekatan kualitatif yang berfokus kepada
Pengembangan Kapasitas Aparatur Pemerintahan Desa. metode penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data di
lakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan triangulasi
(gabungan), Analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil peneliti kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi Sugiyono (2016:15). (1) Melakukan olah data,
yaitu berupa penyajian hasil data secara menyeluruh, baik dari hasil wawancara maupun
dokumentasi, (2) Reduksi data (3) Penyusunan ke dalam pengolahan data (4)
Pemeriksaan keabsahan data dalam upaya menentukan data riil yang memenuhi syarat
dalam penelitian. Dalam penelitian hasil yang didapatkan dalam pengamatan good
governance memberikan pelayanan secara transparansi, akuntabilitas, partisipasi, aturan
hukum, serta daya tanggap pelayanan dan berpegang teguh pada tupoksi desa yang telah
di atur.

Kata kunci: good governance, transparansi, akuntabilitas, partisipasi, aturan

PENDAHULUAN
Era reformasi ternyata memberikan dampak terjadinya pergeseran paradigma
sistem pemerintahan yang memiliki motif sentral menjadi sistem pemerintahan
desentralisasi. Pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah sebagai bentuk pemberian kepercayaan dan menciptakan sesuatu yang baru
di luar pengawasan pemerintah pusat. Pada hakekatnya kalimat otonomi daerah
dapat diartikan sebagai sebuah kebebasan untuk mengambil keputusan dalam hal
administrasi maupun politik dengan tetap mengacu pada peraturan perundang-
undangan.
Otonomi daerah diartikan sebagai sebuah daerah diberi hak otonom oleh
pemerintah pusat untuk mengatur dan mengurus kepentingan sendiri. Dalam hal
ini hak dan wewenang yang diberikan terutama dalam mengelola kekayaan alam
dan ekonomi rumah tangganya sendiri (Safitri, 2016). Berdasarkan pendapat
tersebut, otonomi daerah sebagai suatu kelebihan untuk mengambil keputusan
sendiri, baik keputusan politik atau administrasi dengan tetap menghormati
peraturan perundang-undangan. Otonomi daerah yang benar bukan hanya sekadar
pemerintahan daerah sendiri menjadi pemerintahan daerah mandiri. Perubahan
sistem pemerintahan tersebut juga berdampak pada tataran pemerintahan
kecamatan dan desa, yaitu kecamatan tidak lagi menjalankan urusan pemerintah
pusat yang ada di daerah.
Urusan-urusan tersebut sudah menjadi wewenang bagi pemerintah desa
dalam melaksanakan, mengoordinasikan pembangunan dan membina kehidupan
masyarakat di berbagai bidang, dengan begitu pemerintahan desa menjadi kunci
dalam pelaksanaan otonomi daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah menjadi dasar hukum yang kuat untuk mengatur
keperluan desa sesuai kepentingan masyarakat itu sendiri.
Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
memberikan motivasi lebih bagi aparatur pemerintah desa dalam melaksanakan
perkembangan desa. Desa diartikan sebagai desa dan desa adat atau yang disebut
dengan nama lain, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintahan desa yang di dalamnya terdapat
Badan Permusyawaratan Desa sebagai pelaksana urusan pemerintahan dalam
mengurus dan mengatur kepentingan masyarakat setempat (Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, 2014).
Hal tersebut dilaksanakan berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Kegiatan pemerintahan yang menjadi kekuasaan desa meliputi
urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa. Kegiatan
pemerintahan yang menjadi kekuasaan kabupaten atau kota yang diserahkan
pengaturannya kepada desa, tugas pembantuan dari pemerintah dan pemerintah
daerah. Aparatur desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa bertugas
untuk berkontribusi kepada kepala desa. Aparatur desa bertanggung jawab kepada
kepala desa.
Begitu juga kepala desa bertanggung jawab dengan tugas dan wewenangnya.
Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menjadikan motivasi lebih
bagi aparatur pemerintah desa dalam melaksanakan pembangunan desa.
Pemerintah desa merupakan garda terdepan dan berhadapan langsung dengan
pelayanan pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan. Pemerintah desa menjadi
tumpuan utama dalam keberhasilan program pemerintah. Memperkuat desa
menjadi suatu tujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
desa. Dalam rangka meningkatkan kapasitas pelayanan, desa harus melaksanakan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya. Selain itu, kepastian
tersedianya anggaran dan sumber daya manusia untuk menyelenggarakan
pemerintahan pemberdayaan masyarakat sangatlah penting.
Sejarah desa Nambo Desa Nambo merupakan pemekaran dari Desa Suandala
Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton provinsi sulawesi tenggara pada tahun
2012, desa nambo terdiri dari 3 dusun yaitu: Dusun Nambo, Dusun Lagunturu,
Dusun Tandaompure. Pada tahun 2012 desa nambo di pimpin oleh pj. Kepala desa
bapak LA DEDE sampai 2013 yang di lantik oleh bupati buton. Pada tahun 2013-
2018 bulan agustus di pimpin oleh kepala desa bapak SARMAN, S.Pd.I. Pada
tahun 2018 september-desember 2018 di pimpin oleh pj. Kepala desa bapak LA
ARUFI, S.IP. Pada tahun 2019 januari – desember 2024 di pimpin kembali oleh
bapak SARMAN, S.Pd.I.
Batas-batas wilayah desa Nambo. Sebelah timur berbatasan dengan hutan
lindung, Sebelah selatan berbatasan dengan desa Lawele, Sebelah utara berbatasan
dengan desa Suandala, Sebelah barat berbatasan dengan teluk Lawele. Adapun
jumlah Penduduk Desa Nambo Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton:
Tabel.1. Jumlah Penduduk

NO JUMLAH PENDUDUK

1. Jumlah Laki-Laki 493 Orang


2. Jumlah Perempuan 481 Orang
3. Jumlah Total 974 Orang
4. Jumlah Kepala Keluarga 248 KK

Adapun Mata Pencaharian warga Desa Nambo iyalah: Pertanian,


Pekebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Bahan Galian. Adapun untuk
Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Nambo Kecamatan Lasalimu
Kabupaten Buton ialah:
Tabel.2. Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan
Usia 3-6 Tahun Yang Belum Masuk Tk 4 Orang 2 Orang
Usia 3-6 Tahun Yang Sedang Tk/Play Group 22 Orang 19 Orang
Usia 7-18 Tahun Yang Sedang Sekolah 92 Orang 89 Orang
Usia 18-56 Tahun pernnah sd tapi tidak tamat 10 Orang 24 Orang
Tamat Sd/Sederajat 109 Orang 116 Orang
Jumlah Usia 12 – 56 Tahun Tidak Tamat Sltp 7 Orang 5 Orang
Jumlah Usia 18 – 56 Tahun Tidak Tamat Slta 85 Orang 90 Orang
Tamat Smp/Sederajat 70 Orang 50 Orang
Tamat Sma/Sederajat 50 Orang 40 Orang
Tamat D-3/Sederajat 5 Orang 8 Orang
Tamat S-1/Sederajat 10 Orang 15 Orang
Jumlah 464 Orang 458 Orang
Jumlah Total 927 orang
Kepala Desa Nambo menjelaskan bahwa berdasarkan temuan observasi
awal peneliti, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan tidak efisiennya
penyelenggaraan pemerintahan desa, salah satunya kapasitas aparatur desa
yang kurang memadai. Tingkat pendidikan merupakan salah satu variabel
yang dapat mempengaruhi kemampuan seorang pejabat dalam menjalankan
tugasnya. Kapasitas aparatur desa akan dipengaruhi oleh rendahnya tingkat
pendidikan.
Tabel.3.
Data Aparatur Desa Nambo, Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton,
Sulawesi Tenggara.
NO JABATAN PENDIDIKAN TERAKHIR
1. Kepala Desa S1
2. Sekertaris Dera S1
3. Kaur Umum S1
4. Kaur Keuangan SMA
5. Kasi Tata Usaha SMA
6. Kaur Pemerintahan SMA
7. Kaur. Kewilayahan Nambo SMA
8. Kaur. Kewilayahan S1
Tandaompure
9. Kaur. Kewilayan Lagunturu SMA
Sumber: Desa Nambo Kecamatan Lasalimu
Berdasarkan Tabel. 3, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan aparatur
Desa Nambo masih belum memadai. Hanya empat aparatur yang
berpendidikan sarjana, sedangkan aparatur yang lain berpendidikan SMA.
Selain tingkat pendidikan yang belum memadai, kendala lain yaitu jarang
dilakukan pelatihan dan diklat teknis untuk mengembangkan kemampuan
aparatur desa. Apalagi jika dibandingkan dengan beban tugas, wilayah yang
cenderung sangat luas, dan keterampilan yang dimiliki masih belum mahir
dalam menjalankan tugasnya.
Pemerintah desa merupakan bagian yang secara khusus menangani
pemberdayaan dan pelayanan masyarakat, serta menjadi tolok ukur
keberhasilan inisiatif pemerintah. Mengingat tanggung jawab dan fungsi
perangkat desa cukup kompleks, maka diperlukan profesionalisme
pemerintah desa sebagai level pemerintahan pemerintahan terendah. Salah
satu tanggung jawab dan fungsinya adalah mengatur pemerintahannya
sendiri, menegakkan hukum dan ketertiban, serta memperhatikan kebutuhan
dan kepentingan masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan dan
meningkatkan kekuatan dan potensi masyarakat. Saat ini aparatur desa
membutuhkan penciptaan sumber daya untuk meningkatkan kompetensi diri
yang tentunya ditujukan untuk meningkatkan kinerja dan outcome kinerja
aparatur (Darmawan, 2013).
Oleh karena itu, pengembangan kapasitas aparatur desa menjadi hal
yang penting bagi aparatur desa untuk mengikuti pelatihan perlu dilakukan.
Dengan adanya Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa menjadi
motivasi tersendiri khususnya aparatur desa dalam hal menciptakan
pembangunan desa sehingga terciptanya pemerintahan yang baik.

METODE PENELITIAN
Variabel dalam penelitian ini yaitu Variabel independen (y) :
pengembangan kapasitas aparatur pemerintahan desa Variabel dependen ( x) :
good governance
Populasi dalam penelitian ini ialah aparatur desa nambo yang berjumlah 9
orang dan badan permusyawaratan desa (BPD) yang berjumlah 5 orang sehingga
total jumlah populasi aparatur desa nambo adalah 14 orang. Sampelnya
yaitu ,penulis mengambil sebagian dari populasi yang dianggap memahami dan
mampu memberikan penjelasan yang ingin diteliti.
1. Kepala desa 1 orang
2. Sekertaris desa 1 orang
3. Kaur umum 1 orang
4. Kaur keuangan 1 orang
5. Kaur pemerintahan 1 orang
6. Ketua BPD 1 orang
7. Anggota BPD 2 orang
Jumlah 8 orang

Sumber data yaitu bdata primer dan sekunder. Untuk teknik analisis data
yaitu reduksi data, penyajian data dan kesimpulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Penyelenggaraan Pemerintahan, Pembangunan dan pelayanan Publik
Menurut Paradigma Good Governance, dan prosesnya tidak hanya dilakukan
oleh pemerintah daerah berdasarkan pendekatan rule goverment (Legalitas),
atau hanya untuk kepentingan pemerintahan daerah. Paradigma good
Governance, mengedepankan proses dan prosedur, dimana dalam proses
persiapan, perencanaan, perumusan dan penyusunan suatu kebajikan
senantiasa mengedepankan kebersamaan dan dilakukan dengan melibatkan
seluruh pemangku kepentingan. Pelibatan elemen pemangku kepentingan di
lingkungan birokrasi sangat penting, karena merekalah yang memiliki
kompetensi untuk mendukung keberhasilan dalam pelaksananaan kebijakan.
Pelibatan masyarakat juga harus dilakukan, dan seharusnya tidak
dilakukan formalitas, penjaringan aspirasi masyarakat terhadap para
pemangku kepentingan dilakukan secara optimal melalui berbagai teknik dan
kegiatan, termasuk di dalam proses perumusan dan penyusunan kebijakan.
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik, pada dasarnya menuntut
keterlibatan seluruh komponen pemangku kepentingan, baik dilingkungan
biroksi maupun di lingkungan masyarakat. Penyelenggaraan pemerintahan
yang baik, adalah pemerintah yang dekat dengan masyarakat dan dalam
memberikanPelayanan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Esensi
kepemerintahan yang baik (good governance) dicirikan dengan
terselenggaranya pelayanan publik yang baik, hal ini sejalan dengan esensi
kebijakan desentralisasi dan otonomoi daerah yang di tujukan untuk
memberikan keleluasaan kepada daerah mengatur dan mengurus masyarakat
setempat, dan meningkatkan pelayanan publik. Karena itu penulisan skripsi
ini, penulis menggunakan prinsip prinsip good governance yang
dikemukakan oleh United Nation development Program (UNDP dalam
Mardiasmo, 2002): untuk mengukur kinerja aparat di Kantor Desa Nambo
Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton yaitu:
1. Transparansi (Transparency)
Transparansi sebagai prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi
setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan
pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan proses pembuatan dan
pelaksanaannya serta hasil – hasil yang dicapai. Ada pendapat dari
masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan mengungkapkan bahwa
agak susah mendapatkan proses pelayanan/informasi yang obyektif dan
transparan pasti ada saja yang disembunyikan. Kesemuanya itu sudah
menjadi rahasia umum ataupun menjadi pemandangan umum dalam setiap
kegiatan pelayanan/mendapatkan informasi bagi masyarakat terutama
masyarakat desa. Hal ini berdasarkan wawancara dengan masyarakat yang
tidak ingin disebutkan identitasnya (Wawancara tanggal 04 Juni 2023)
bahwa:
“Saya sendiri masih belum yakin kalau pelayanan/memperoleh
informasi di Kantor desa Nambo Kabupaten Buton bersifat
transparan, terkadang ada ketidaksesuaian dengan bawahannya yang
dibawahnya. Ini sudah menjadi rahasia umum.”
Menanggapi hal ini, Kepala desa Nambo, Sarman S.Pd.I (Wawancara
tanggal 4 Juni 2023) Menyatakan bahwa:
“Kami telah berusaha melaksanakan pelayanan secara transparan
agar dalam proses pelayanan terhindar dari segala hal yang
merugikan bahkan kami berusaha melakukan semua yang ada dalam
tupoksi pemerintahan desa. Mengenai tanggapan negative dari
masyarakat, hal seperti itu bisa saja ada oknum yang memanfaatkan
dengan mengatasnamakan desa. Mereka pun tidak menyampaikan
dengan memberikan informasi secara jelas dengan bukti yang
nyata.”
Berdasarkan dalam wawancara di atas, Kepala desa, tetap melaksanakan
pelayanan secara transparan sesuai dengan prinsip – prinsip good Governance
dengan berusaha memberikan pelayanan secara transparan dan tetap
berpegang teguh pada tupoksi desa yang telah di atur.
Pemikiran masyarakat akan adanya pelayanan yang tidak transparansi
dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sudah lama tertanam terutama
semenjak pengkucuran dana desa yang terbilang cukup besar jika
dibandingkan dengan kelurahan yang di kotamadya. Oleh karena itu, Kepala
desa Nambo, Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton harus lebih mampu
menunjukkan ke masyarakat penyelenggaraan pelayanan secara transparan.
Transparansi merupakan salah satu aspek mendasar bagi terwujudnya
penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Perwujudan tata pemerintahan
yang baik mensyaratkan adanya keterbukaan, keterlibatan, dan kemudahan
akses bagi masyarakat terhadap proses penyelenggaraan pemerintah.
Keterbukaan dan kemudahan informasi penyelenggaraan pemerintahan
memberikan pengaruh untuk mewujudkan berbagai indikator lainnya. Sistem
keterbukaan dan standarisasi yang jelas artinya semua proses yang
dilaksanakan diketahui secara umum dan prosedur diketahui dengan jelas
oleh masyarakat. Dalam memberikan informasi tentang persyaratan yang
harus dilengkapi oleh masyarakat, pihak pegawai kantor desa Nambo telah
memberikan pengumuman secara langsung pada semua masyarakat.
Mengenai persyaratan, biaya waktu dan prosedur yang ditempuh, penulis
menilai bahwa hal – hal tersebut telah di umumkan secara transparan di
kantor desa. Mengenai biaya dalam pelayanan biasanya hanya biaya
administrasi standar sekitaran 20 ribu kalau surat pengantar serta
penggandaan berkas dan lainnya yang dikenakan ke masyarakat. Hal ini
berdasarkan Wawancara dengan Sekretaris desa, Ibu Rasni, S.Pd (Wawancara
tanggal 05 Juni 2023) yang mengatakan bahwa :
“Tidak dipungut biaya apapun sebenarnya pada pelayanan
masyarakat. Biaya yang mereka keluarkan hanya untuk melengkapi
dokumen mereka saja seperti fotocopy berkas.”
Senada dengan kesimpulan wawancara terhadap Kepala desa di atas bahwa
transparansi telah dikerjakan dengan baik oleh perangkat desa dengan
memberikan keterbukaan informasi tentang pelayanan yang ada di kantor
desa dari kelengkapan dokumen hingga biaya yang relatif kecil untuk
kelancaran pengurusan administrasi.
Untuk memberantas KKN terutama dalam prinsip good governance
diperlukan keterbukaan dalam transaksi publik dan pengelolaan keuangan
desa serta turunannya, serta pengelolaan sektor-sektor publik. Tranparansi
dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan,
lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang
berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat
dimengerti dan dipantau. Transparansi penyelenggaraan pelayanan publik
adalah pelaksanaan tugas dan kegiatan yang bersifat terbuka bagi masyarakat
dari proses kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan /
pengendaliaannya, serta mudah di akses oleh semua pihak yang
membutuhkan informasi.
Transparansi tidak hanya penting dalam penyelenggaraan pemerintah
tetapi juga dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Warga seringkali tidak
memiliki akses terhadap informasi mengenai berbagai hal yang terkait dengan
pelayanan publik yang mereka perlukan. Bagi para pengguna,
penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia ibaratnya seperti hutan
belantara yang sangat sulit diketahui seluk beluknya. Warga yang
menggunakan pelayanan sering tidak memahami hak dan kewajibannya
sebagai pengguna. Mereka sering tidak mengetahui persyaratannya apa saja
yang harus dipenuhi dan mengapa persyaratan tersebut diperlukan. Mereka
juga sering tidak mengetahui hak dan kewajibannya dari pada penyelenggara
layanan. Akibatnya, ketika berhubungan dengan para penyelenggara, para
pengguna sering tidak dapat secara mudah apakah mereka diperlukan secara
wajar atau sebaliknya. Berkaitan dengan keterus terangan, sebagai salah satu
standar administrasi yang baik.
Tabel.5 Informasi Pelayanan Desa
Administrasi Pelayanan Terpadu Desa
1 Pengurusan Surat Pengantar SKCK

2 Surat Pengantar Keterangan Pindah & Surat Pengantar Pelayanan E-


KTP
3 Pelayanan Kartu Keluarga
4 Surat Keterangan Tidak Mampu
5 Surat Keterangan Belum Menikah/Surat Pengantar Administrasi
Pernikahan
6 Surat Rekomendasi Keterangan Usaha
7 Surat Keterangan Jual-Beli Tanah

2. Akuntabilitas (accountability)

Pertanggung jawaban dalam suatu kegiatan harus dilaksanakan untuk


mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Pertanggung
jawaban ditujukan pada lembaga – lembaga yang bersangkutan atau pihak
yang dikenai dampak kegiatan dalam suatu kegiatan. Akuntabilitas dalam
penyelenggaraan pemerintahaan dituntut disemua tahap mulai dari
penyusunan program kegiatan, pembiayaan, pelaksanaan, dan evaluasinya,
maupun hasil dan dampaknya. Untuk mengukur akuntabilitas pemerintahan
secara objektif perlu adanya standard sebuah indikator yang jelas untuk
mengukur pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan, hasil pengukuran
tersebut dipublikasikan serta ketika ada pelanggaran harus ada mekanisme
pelaporan dan tindak lanjut terhadap pelanggaran yang terjadi. Secara
internal, pertanggung Jawaban dapat berbentuk hasil kerja atas pelaksanaan
tugas dan fungsi kepada instansi/pihak yang memberikan kewenangan. Hasil
kerja tersebut diberikan dalam bentuk laporan yang kemudian dapat diukur
sejauh mana pencapaiannya sesuai standar – standar yang telah ditetapkan.
Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Kepala desa Nambo,
Sarman S.Pd.I (Wawancara tanggal 08 Juni 2023) sebagai berikut:
“Bahwa salah satu prinsip good governance adalah akuntabilitas dan
dalam hal ini, Kepala desa dalam setiap pelaporan pembangunan
desa, dan jika hal itu melibatkan penggunaan dana desa terkadang
mendapatkan kendala atau kesulitan yang didapati dalam
pertanggungjawaban penggunaan dana desa karena di setiap
penggunaannya pasti akan ada saja dana-dana yang berlebih
pembayarannya dikarenakan masalah transportasi serta pembelian
barang yang jauh dari desa dan pastinya akan menambah ongkos
transportasi serta logistik lainnya akan tetapi semua itu harus
dipertanggungjawabkan apapun resikonya karena itu bagian
akuntabilitas dari pelaksanaan good governance sebagai kepala desa
dan hal itu biasanya juga di bahas dalam musrembang desa tentang
berbagai kesulitan serta kendala pengelolaan yang menggunakan
dana desa yang membutuhkan akuntabilitas (pertanggung jawaban)
yang harus baik.”
Berdasarkan wawancara di atas walaupun kepala desa mengalami kendala
dalam pertanggungjaswaban serta pengelolaan dana desa, Kepala desa tetap
menjunjung azas akuntabilitas dalam pertanggungjawaban pengelolaan dana
desa.
Agar pengungkapan laporan akuntabilitas, aspek – aspek pendukung
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi instansi tersebut tidak tumpang tindih
dengan pengungkapan akuntabilitas kinerja sebagaimana dimaksud dalam
pedoman yang telah di tetapkan, maka harus di perhatikan hal – hal sebagai
berikut:
a. Uraian pertanggung jawaban keuangan dititik beratkan kepada perolehan dan
penggunaan dana.
b. Uraian pertanggung jawaban SDM, dititik beratkan pada penggunaan dan
Pembinaan dalam hubungannya dengan peningkatan kinerja yang
berorientasi pada hasil atau manfaat dan peningkatan kualitas pada
masyarakat.
c. Uraian mengenai pertanggung jawaban penggunaan sarana dan prasarana
dititk beratkan pada pengelolahan, pemeliharaan, pemanfaatan dan
pengembangan.
d. Uraian laporan pertanggung jawaban dari pelaksanaan dari pelaksanaan
pelayanan kemudian dapat diukur sejauh mana pencapaiannya sesuai
dengan standar – standar yang telah di tetapkan.
Miftah Thoha (2002:58) menjelaskan bahwa salah satu wujud dari
akuntabilitas itu ialah agar semua produk hukum dan kebijakan yang
menyangkut kehidupan rakyat banyak harus diupayakan didasarkan atas
undang – undang dan di jadikan sebagai salah satu indikator dalam mengukur
proses penyelenggaraan pemerintahan. Untuk mengukur akuntabilitas
pemerintahan secara objektif perlu adanya standard indikator yang jelas untuk
mengukur pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan, hasil pengukuran
tersebut dipublikasikan serta ketika ada pelanggaran harus ada mekanisme
pelaporan dan tindak lanjut terhadap pelanggaran yang terjadi. Akuntabilitas,
Pertanggungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat yang memberikan
kewenangan mengurus kepentingannya. Ada akuntabilitas vertical (pemegang
kekuasaan dengan rakyat; pemerintah dengan warga negara; pejabat dengan
pejabat di atasnya), dan akuntabilitas horizontal (pemegang jabatan publik
dengan lembaga setara; profesi setara). Para pengambil keputusan di
pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi masyarakat bertanggung
jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang
berkepentingan. Bentuk pertanggung jawaban tersebut tergantung dañ jenis
organisasi yang bersangkutan.

Akuntabilitas kinerja pelayanan publik dapat dilihat berdasarkan proses


yang antara lain meliputi tingkat ketelitian (akurasi), profesionalitas petugas,
kelengkapan sarana dan prasarana, kejelasan aturan (termasuk kejelasan
kebijakan atau peraturan perundang-undangan) dan kedisiplinan.
Akuntabilitas merupakan salah satu dari prinsip-prisnip governance yang
tertuang di dalam program UNDP (United Nation development Program)
dimana prinsip akuntabilitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam
mewujudkan suatu pemerintahan yang baik atau good governance, dimana
akuntabilitas memiliki beberapa dimensi dan beberapa model bagaimana
akuntabilitas tersebut dapat dilaksanakan dengan baik dan efektif,
akuntabilitas sebenarnya memiliki beberapa model dan beberapa pendekatan
jika dilihat dari berbagai presfektif atau dimensi, baik politik, ekonomi,
sosial. Akan tetapi pada prinsipnya akuntabilitas merupakan suatu konsep
bagaimana mengakomodasi nilai-nilai yang berkembang didalam pelayanan
yang dilakukan oleh pemerintah sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma
yang berkembang didalam masyarakat dan pelayanan yang diinginkan
masyarakat. Mengenai laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
pelaksanaan bantuan, pada saat itu akan diperkirakan sejauh mana pencapaian
tersebut sesuai dengan prinsip yang telah ditetapkan. Untuk mengukur
tanggung jawab pemerintah secara imparsial, penting untuk memiliki norma
dan penanda yang jelas untuk mengukur pelaksanaan penyelenggaraan
pemerintahan, efek samping dari perkiraan ini didistribusikan dan ketika ada
pelanggaran harus ada komponen pengumuman dan lingkaran kembali ke
pelanggaran itu terjadi.
1. Partisipasi (Participation) Semua warga Negara berhak terlibat dalam
pengambilan keputusan baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan
yang sah untuk mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh
tersebut dibangun berdasarkan kebebasan dan mengungkapkan pendapat
sertas kapasitas untk berpartisipasi secara konstruktif. Prinsip good
governance ini dalam demokrasi disamakan untuk mengutamakan kedaulatan
rakyat artinya bahwa kekuasaan dan pemerintahan Negara dilaksanakan
berdasarkan dari oleh dan untuk rakyat secara umum. Dalam konteks
pengambilan keputusan pada tingkat desa Nambo Kecamatan Lasalimu
Kabupaten Buton, sering melibatkan semua pihak yang terkait, masyarakat
dan pemerintahan desa. Misalnya persoalan pembangunan yang berbasis
pendidikan, pengembangan-pengembangan yang berhubungan dengan sarana
prasarana desa pihak pemerintah desa melibatkan semua pihak termasuk
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Begitu juga
dengan semua persoalan di Kantor desa, pihak desa selalu melibatkan
partisipasi semua pihak.

Hal ini berdasarkan yang disampaikan oleh Sekertaris desa Nambo,


Rasni, S.Pd (Wawancara tanggal 08 Juni 2023) sebagai berikut:
“Bahwa salah satu prinsip good governance adalah partisipasi, Kepala
desa dalam setiap pengambilan keputusan, selalu melibatkan semua
pihak, termasuk masyarakat. Misalnya dalam pembangunan, Kepala
desa melibatkan partisipasi masyarakat yang disebut dengan
mengadakan Musrembang desa. Dimana masyarakat terlibat dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan. Dikantor
desa Nambo, Kepala desa juga selalu melibatkan semua staf dalam
pengambilan keputusan, sehingga prinsip partisipasi telah diterapkan di
Kantor desa Nambo Kecamatan Lasalimu.”
Dengan pelibatan semua pihak, maka kinerja aparatur pemerintahan di Kantor
desa Nambo Kecamatan Lasalimu dalam pelayanan masyarakat menjadi
meningkat. Misalnya Indikator kinerja pegawai di lihat dari kuantitas, kualitas
dan waktu. Dengan partisipasi semua pihak, maka kuantitas atau banyaknya
hasil kerja yang seharusnya dicapai oleh Pegawai Kantor desa semakin
meningkat. Hal ini sesuai yang disampaikan oleh Sekertaris desa Nambo,
Rasni, S.Pd (Wawancara tanggal 08 Juni 2021) Sebagai berikut:
“Bahwa dengan partisipasi semua pihak, maka kuantitas pekerjaan
Pegawai Kantor desa Nambo Kecamatan lasalimu semakin meningkat
dalam memberikan pelayanan.”
“Begitu juga persoalan kualitas merupakan ukuran mutu setiap hasil
kerja yang dicapai oleh seorang pegawai. Dengan prinsip partisipasi ini,
kualitas Pekerjaan aparat di Kantor desa nambo Kecamatan Lasalimu
menjadi meningkat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.”
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan dapat
meningkat jika adanya partisipasi dari semua pihak yang terjadi dalam
pelayanan dalam kantor desa Nambo.
Partisipasi, Semua warga negara berhak terlibat dalam pengambilan
keputusan, dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan rnengungkapkan
pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif. Semua
warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik
secara langsung maupun melalui lembaga perwakilan sah yang mewakili
kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh dibangun berdasarkan kebebasan
berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi
secara konstruktif. Pelayanan Publik merupakan pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat umum yang menjadi warga negara atau secara sah
menjadi penduduk negara yang bersangkutan. Partisipasi masyarakat pada
dasarnya merupakan suatu bentuk keterlibatan dan keikut sertaan masyarakat
secara aktif dalam keseluruhan proses kegiatan. Partisipasi masayarakat
adalah kerja sama antara masyarakat dengan pemerintah, peran serta
masyarakat tidak hanya terbatas dalam pengertian ikut serta secara fisik tetapi
keterlibatan yang memungkinkan mereka melaksanakan penilaian terhadap
masalah dan potensi yang terdapat dalam lingkungan sendiri, kemudian
menetukan kegiatan yang mereka butuhkan. Keterlibatan masyarakat ini
adalah keterlibatan yang mengarah pada tumbuhnya kemampuan-kemampuan
mereka untuk lebih berdaya dalam menghadapi tantangan hidup tanpa harus
bergantung pada orang lain. Ketika peran masyarakat kuat peran orang luar
semakin dikurangi. Oleh sebab itu pelayanan publik yang partisipatif sangat
diperlukan bahkan pelayanan publik yang partisipatif dapat menjadi kekuatan
utama perbaikan dalam pelayanan publik. Dengan cara yang sama, masalah
kualitas adalah proporsi dari sifat setiap pekerjaan yang diselesaikan oleh
siapapun. Dengan pedoman yang baik, kualitas akan terbentuk dan dapat
dibuat menjadi nyata oleh staff di kantor desa Nambo Kecamatan Lasalimu
dapat berkembang dalam menawarkan berbagai jenis bantuan ke desa
setempat.
4. Aturan Hukum (Rule of Law) asas negara hukum, atau "supremasi hukum"
dalam bahasa Indonesia, memainkan peran penting dalam penerapan
pemerintahan yang baik. Berikut adalah beberapa cara di mana prinsip negara
hukum relevan dengan pemerintahan yang baik. Aturan hukum memastikan
bahwa pemerintah beroperasi dengan cara yang adil dan tidak memihak, dan
bahwa hak-hak warga negara dilindungi. Prinsip negara hukum memastikan
bahwa tidak ada penyalahgunaan kekuasaan oleh mereka yang berkuasa dan
bahwa setiap orang sama di depan hukum. Tata kelola yang baik
mensyaratkan partisipasi semua pemangku kepentingan dalam perumusan dan
penetapan kebijakan, dan prinsip negara hukum memastikan bahwa ketentuan
hukum diikuti dan bahwa hukum tidak dikesampingkan kecuali dalam kasus
di mana kepentingan publik benar-benar menuntutnya atau penerapannya.
aturan hukum akan melanggar prinsip-prinsip dasar keadilan yang berlaku di
masyarakat. Asas negara hukum melindungi hak-hak setiap individu, baik
fundamental maupun non-fundamental, dari tindakan pemerintah atau pihak
lain.
Pemerintahan yang baik mensyaratkan pengelolaan urusan
pemerintahan secara profesional, dan prinsip negara hukum memastikan
bahwa ketentuan hukum diikuti dan bahwa hukum tidak dikesampingkan
kecuali dalam kasus di mana kepentingan publik benar-benar menuntutnya
atau penerapan aturan hukum. akan melanggar prinsip-prinsip dasar keadilan
yang berlaku dalam masyarakat, singkatnya, prinsip negara hukum sangat
penting untuk memastikan bahwa pemerintahan yang baik diterapkan secara
adil dan tidak memihak, dan bahwa hak-hak warga negara dilindungi.
Hal ini berdasarkan yang disampaikan oleh Kepala desa Nambo,
Sarmin, S.Pd.I (Wawancara tanggal 08 Juni 2023) sebagai berikut:
“Bahwa dalam setiap proses yang berhubungan dengan penerapan
hukum, tidak hanya melibatkan pihak keamanan seperti kepolisian
tetapi juga kambtibmas yang ada dalam lingkup desa serta seluruh
lapisan masyarakat berusaha satu sama lain untuk mematuhi segala
peraturan yang ada dalam ruang lingkup desa dan saling bahu membahu
untuk menjaga keamanan dan ketertiban desa dan tidak terkecuali pula
oleh kepala desa sendiri yang acapkali terlibat langsung dalam
keamanan dan ketertiban desa.”
Berdasarkan wawancara di atas, bahwa penegakan hukum di lingkup desa
Nambo dapat terealisasi dengan adanya kesadaran bersama dalam menjaga
keamanan dari berbagai pihak yang terlibat dalam penegakan keamanan.
Aturan hukum yang baik dapat meningkatkan good governance dengan
memastikan bahwa pemerintah dan semua aktor dalam penyelenggaraan
pemerintahan mengikuti prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas,
transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektivitas, dan
supremasi hukum yang dapat diterima seluruh masyarakat. Aturan hukum
yang baik juga harus memastikan bahwa mekanisme dan prosedur sistem
administrasi dikembangkan dengan karakter sesuai prinsip-prinsip good
governance. Selain itu, aturan hukum yang baik juga harus memastikan
bahwa pemerintah menjalankan disiplin anggaran serta menciptakan legal and
political frameworks (kerangka dasar hukum dan politik) bagi tumbuhnya
pemerintahan dengan memastikan bahwa aturan hukum yang baik diikuti dan
diterapkan dengan baik, pemerintah dapat memastikan bahwa keputusan dan
pelaksanaannya dapat dipertanggungjawabkan secara bersama dan terhindar
dari hal-hal yang negative, baik secara politik maupun administrative.
5. Daya Tanggap (Responsiveness)

Daya tanggap merupakan salah satu prinsip dalam good governance yang
penting untuk memastikan bahwa pemerintah dapat merespons kebutuhan dan
aspirasi masyarakat secara efektif dan efisien, Daya tanggap dapat diartikan
sebagai kemampuan pemerintah untuk merespons keluhan, masukan, atau
permintaan dari masyarakat dengan cepat dan tepat dan hal ini dapat
membantu memperbaiki kualitas layanan publik, meningkatkan partisipasi
masyarakat, dan memperkuat hubungan antara pemerintah dan masyarakat.
Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Kepala desa Nambo,
Sarmin, S.Pd.I (Wawancara tanggal 09 Juni 2023) sebagai berikut:
“Bahwa prinsip daya tanggap/responsiveness dalam penerapannya
terutama dalam pemerintahan desa Nambo ini telah dikerjakan dengan
cukup baik seperti jika ada keluhan atau masukan yang berhubungan
dengan situasi atau keadaan desa serta masyarakatnya, maka
bahwasanya perangkat pemerintahan desa terutama kepala desa telah
berusaha dengan sikap yang baik dan merespon dengan cukup baik
dalam menerima keluhan maupun saran-saran dari masyarakat agar
tercipta kondusifitas yang baik antara masyarakat dengan pemerintah
yang ada dalam pemerintahan desa di desa Nambo ini, walaupun
penyebaran informasi untuk merespon keluhan dan saran dari
masyarakat terbilang lamban namun cukup baik dikarenakan kurangnya
staff pendukung dalam pemerintahan desa serta akses penguasaan
teknologi informasi.”
Berdasarkan wawancara di atas bahwa responsive dalam good governance
telah dikerjakan dengan baik dengan adanya daya tanggap yang cukup baik
dalam merespon keluhan serta permintaan pelayanan dalam masyarakat
walaupun masih kurangnya staff pendukung serta akses penguasaan teknologi
informasi.
Untuk memastikan daya tanggap yang baik, pemerintah perlu memiliki
sistem dan mekanisme yang memadai untuk menerima, menanggapi, dan
menindaklanjuti keluhan atau masukan dari masyarakat. Selain itu,
pemerintah juga perlu memastikan bahwa informasi yang dibutuhkan oleh
masyarakat tersedia dan mudah diakses, sehingga masyarakat dapat
memahami dan memanfaatkan layanan publik dengan baik. Dengan
demikian, daya tanggap yang baik dapat membantu memperkuat prinsip-
prinsip good governance, seperti partisipasi, akuntabilitas, dan transparansi.
Namun, dalam praktiknya, masih banyak tantangan yang dihadapi dalam
memastikan daya tanggap yang baik dalam good governance. Beberapa
tantangan tersebut antara lain kurangnya sumber daya manusia dan teknologi
yang memadai, kurangnya koordinasi antar instansi pemerintah, serta
kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam memberikan masukan
dan keluhan. Oleh karena itu, pemerintah perlu terus berupaya untuk
meningkatkan daya tanggapnya dalam good governance, dengan memperkuat
sistem dan mekanisme yang ada, serta meningkatkan partisipasi dan
kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan layanan publik.
Daya tanggap yang baik dapat membantu pemerintah dalam mengambil
keputusan yang lebih baik dalam penerapan good governance, seperti:
Meningkatkan partisipasi masyarakat: Daya tanggap yang baik dapat
memperkuat partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan
pemerintah. Dengan merespons keluhan atau masukan dari masyarakat
dengan cepat dan tepat, pemerintah dapat memperkuat hubungan antara
pemerintah dan masyarakat, serta memastikan bahwa kepentingan
masyarakat diakomodasi dengan baik.
Meningkatkan akuntabilitas: Daya tanggap yang baik dapat membantu
memastikan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas tindakan dan
keputusannya. Dengan merespons keluhan atau masukan dari masyarakat
dengan cepat dan tepat, pemerintah dapat memperkuat prinsip akuntabilitas
dalam good governance, sehingga masyarakat dapat merasa dihargai dan
dilindungi oleh negara.
Meningkatkan transparansi: Daya tanggap yang baik dapat membantu
memastikan bahwa informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat tersedia dan
mudah diakses. Hal ini dapat membantu memperkuat transparansi dalam
pengambilan keputusan pemerintah, sehingga masyarakat dapat mengetahui
bagaimana keputusan tersebut dibuat dan apa dampaknya bagi mereka.
Dengan demikian, daya tanggap yang baik dapat membantu pemerintah
dalam mengambil keputusan yang lebih baik dalam good governance, dengan
memperkuat partisipasi masyarakat, akuntabilitas, dan transparansi dalam
pengambilan keputusan. Hal ini dapat membantu memastikan bahwa
keputusan yang diambil pemerintah didasarkan pada kepentingan masyarakat
secara keseluruhan, sehingga dapat memperkuat kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah.

KESIMPULAN

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengembangan kapasitas


aparatur pemerintahan desa dalam mewujudkan good governence (studi kasus
desa Nambo Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton). Kepala desa beserta
bawahannya, tetap melaksanakan pelayanan secara transparan sesuai dengan
prinsip-prinsip good governance.

DAFTAR PUSTAKA
Akhmad, Israwaty, Ahmad Mustanir, and Muhammad Rohady Ramadhan.
"Pengaruh Pemanfaatan Tekhnologi Informasi Dan Pengawasan
Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Kabupaten Enrekang." Sosial Politik & Ekonomi 7.1 (2017): 89-
103.
Adya Barata, A. (2003). Dasar-dasar Pelayanan Prima. Jakarta: Yudhistira.
Bakry, M. R. (2010). Implementasi Hak Asasi Manusia Dalam Konsep
Good Governance Di Indonesia. Jurnal Hukum Fakultas Hukum
Universitas Indonesia.
Badan, P., Daerah, K., & Jombang, K. (2005). Pengembangan kapasitas (.
1(3), 103–110.
BAPPENAS. (n.d.). Sekertariat Pengembangan Kebijakan Nasional Tata
KeAparaturan yang Baik.
BAPPENAS. (2004). Menumbuhkan Kesadaran Tata KeAparaturan yang
baik.
Chalid, P. (2005). Otonomi Daerah: Masalah. Pemberdayaan, Dan
Konflik, Jakarta: Kemitraan.
Domai, T. (2005). Dari Aparaturan ke Aparaturan yang Baik, Depdagri.
Dwiyanto, A. (2021). Mewujudkan good governance melalui pelayanan
publik. UGM PRESS.
Damayanti, Erlin, Mochammad Saleh Soeaidy, and Heru Ribawanto.
"Strategi capacity building pemerintah desa dalam pengembangan
potensi kampoeng ekowisata berbasis masyarakat lokal (studi di
Kampoeng Ekowisata, Desa Bendosari, Kecamatan Pujon,
Kabupaten Malang)." Jurnal Administrasi Publik 2.3 (2014): 464-
470
Efendi, S. (2005). Membangun Budaya Birokrasi untuk Good Governance.
Lokakarya Reformasi
Eko, S. (2008). Mengkaji Ulang Good Governance. IREYOGYA.
Yogyakarta.
Fajarwati, N. (2019). Pengembangan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa
dalam Rangka Mewujudkan Good Governance. Jurnal Wacana
Kinerja: Kajian Praktis-Akademis Kinerja Dan Administrasi
Pelayanan Publik, 22(2), 219–234.
https://doi.org/10.31845/jwk.v22i1.165
Grindle, Merilee S. Politics and policy implementation in the Third World.
Vol. 5159. Princeton University Press, 2017.
Guthrie, J. P. (2022). Upaya Pengembangan Kapasitas Aparatur
Pemerintah Desa Dalam Mewujudkan Good Governance. Can. J.
Chem, 55, 3562–3574.
https://satra.desa.id/artikel/2018/8/6/pemerintah-desa09/03/2023
https://bdiyogyakarta.kemenperin.go.id/news/post/2017/05/9/151/
pendidikan-dan-pelatihan-bagi-pegawai11/03/2023
Ilmiah, J., Government, C., Mustanir, A., Sellang, K., Ali, A., Ilmu, D.,
Universitas, P., Rappang, M., Ilmu, D., Publik, A.,
Muhammadiyah, U., Ilmu, M., Universitas, P., Tonrongnge, D.,
Baranti, K., Sidenreng, K., Pembangunan, M. P., & Aparatur, P.
(2018). No Title. 2(1), 67–84.
Jannah, Raudatul. "Analisis Kepuasan Kerja Karyawan yang Pernah
Bekerja pada Hotel Non-Syariah dan Hotel Syariah (Studi
Deskriptif pada Hotel Q-Grand Dafam Syariah Banjarbaru)."
(2016).
Krina, L. L. (2003). Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas,
Transparansi dan Partisipasi. Jakarta: Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional.
LAN. (2003). Penyusunan Standar Pelayanan Publik. Laporan Kajian
Pengadaan Aparatur.
Mustanir, Ahmad, Barisan Barisan, and Hariyanti Hamid. "Participatory
rural appraisal as the participatory planning method of
development planning." Indonesian Association for Public
Administration (IAPA) International Conference Towards Open
Government: Finding the Whole Government Approach, edited by
Philipus Keban Nanang Haryono, Agie Nugroho Soegiono, Putu
Aditya Ferdy Ariawantara. 2017.
Negara, L. A. (2000). Lembaga Administrasi Negara dan Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Jakarta.
Nugroho, S., Wijaya, A. F., & Said, M. (2016). PENGEMBANGAN
KAPASITAS APARATUR PEMERINTAHAN DESA DALAM
UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE ( Studi Pada
Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang ).
Jurnal Administrasi Publik, 1(5), 1010–1016.
http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/artic
le/view/589
Peterson, Randall T., et al. "Chemical suppression of a genetic mutation in
a zebrafish model of aortic coarctation." Nature biotechnology 22.5
(2004): 595-599.
Ratnasari, Jenivia Dwi, Mochamad Makmur, and Heru Ribawanto.
"Pengembangan kapasitas (capacity building) kelembagaan pada
badan kepegawaian daerah kabupaten jombang." Jurnal
Administrasi Publik (JAP) 1.3 (2013): 103-110.
Rodiyah, I., Sukmana, H., & Choiriyah, I. U. (2021). Pengembangan
kapasitas SDM aparatur dalam penyelenggraan pemerintahan desa
di Desa Kenongo Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.
Publisia: Jurnal Ilmu Administrasi Publik, 6(1), 32–41.
https://doi.org/10.26905/pjiap.v6i1.5631
Ryan. (2002). Kemitraan, Jakarta Purwo Santoso, Makalah 2002 “Institusi
Lokal Dalam Perspektif GoodGovernance”, IRE, Yogyakarta.
Studi, P., Fakultas, A., Dan, E., & Magelang, U. M. (2019). No Title.
suryani, A, D. (2019). Peran Pemerintah Desa Panggungharjo Bantul
Dalam Mewujudkan Good Governance Melalui Pengembangan
Sistem Informasi Desa g.

Anda mungkin juga menyukai