Anda di halaman 1dari 32

BAB IV

HASIL DAN PENELITIAN

4.1 Deskripsi Data Umum

4.1.1 Kondisi Desa

Secara geografis Desa Sekarpuro terletak didaratan tinggi, desa ini terdiri

dari daratan sedang yaitu 800 m diatas permukaan air laut. Berdasarkan BPS

Kabupaten Malang curah hujan tahun 2015 di Desa Sekarpuro rata-rata mencapai

250-300 mm. Secara administratif Desa Sekarpuro terletak di wilayah Kecamatan

Pakis, Kabupaten Malang dengan posisi dibatasi oleh wilayah Desa sebelah Utara

berbatasan dengan Desa Asrikaton disebelah barat berbatasan dengan Desa

Mangliawan disebelah Selatan berbatasan kelurahan Madyopuro, sedangkan

disebelah Timur berbatasan Desa Ampeldento.

Jarak tempuh Desa Sekarpuro ke Ibu kota kecamatan adalah 5 km, yang

dapat di tempuh dengan waktu 15 menit, sedangkan jarak tempuh ke Ibu Kota

Kabupaten adalah 4 km yang dapat di tempuh dengan waktu sekitar 27 menit.

Tabel 4.1
Ciri Geologis Wilayah Desa Sekarpuro
No Jenis penggunaan tanah Luas tanah Presentase
1 Sawah 70 ha 35%
2 Pemukiman 115 ha 55%
3 Tempat kas desa 5 ha 2,5%
4 Lain-lain 10,02 ha 7,5%
Total 200,02 ha 100%

Desa Sekarpuro Kecamatan Pakis yang merupakan daerah otonom Desa

dengan jumlah penduduk 12.826 yng terdiri dari 6.045 jiwa penduduk laki-laki

53
54

dan 6.811 jiwa penduduk perempuan. Potensi Desa Sekarpuro cukup besar, baik

potensi yang sudah dimanfaatkan maupun yang belum dimanfaatkan secara

maksimal. Potensi yang ada baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia

perlu terus digali dan dikembangkan untuk kemakmuran masyarakat secara

umum. Secara umum potensi Desa Sekarpuro dapat dideskripsikan dengan

berbagai aspek yang secara langsung maupun tidak langsung merupakan mata

rantai dari system kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

4.1.2 Sejarah Desa

Berdasarkan cerita rakyat pada masa terdahulu, Desa Sekarpuro masih

berupa hutan belantara dan didalam hutan belantara itu tumbuh dua pohon

berbunga yang letaknya disebelah bangunan prasasti Gapuro. Gapuro itu

merupakan batas antara kelurahan Madyopuro dan Sekarpuro, kemudian

datanglah seseorang yang bernama mba Piteng yaitu orang yang tidak bisa melihat

(buta) dan melakukan babat alas, Bersama keluarga, kerabatnya, dan memberi

nama Desa Sekarpuro sehingga perkembangannya menjadi sebuah perkampungan

atau pendesaan.

Mba Piteng dan kerabat adalah Trah Mojopahit yang ada pada saat itu

sangat peduli dalam syiar agama islam dan peduli terhadap tatanan sosial

kemasyarakatan. Berdasarkan tulisan yang ada pada makam Mba Piteng, tertulis

meninggal tanggal 7 juli 1616. Desa Sekarpuro sebelum tahun 1990 mempunyai 4

(empat) pendukuhan yakni, Dukuh Dampul, Dukuh Gempol, Dukuh Penjara’an

dan Dukuh Sekaran, sekarang Desa Sekarpuro mempunyai 6 (enam) Dukuh yaitu

ditambah Dukuh Sawojajar II A dan Dukuh Sawojajar II B.


55

4.1.3 Demografi

Kebijakan sektoral di Kabupaten Malang di arahkan untuk meningkatkan

taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat di segala lapisan secara

merata, serta meletakan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan

selanjutnya, sehingga kedepan pelaksanaan pembangunan di Desa Sekarpuro

dapat benar-benar mencerminkan keterpaduan dan keserasian antara program-

program sektoral, dengan demikian sumber-sumber potensi daerah yang di

optimalkan pemanfaatannya dapat dikembangkan secara merata.

Pelaksanaan pembangunan tentunya tidak terlepas dari upaya

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, hal ini berkaitan dengan kondisi

ekonomi dan kemakmuran masyarakatnya, dilihat dari tingkat ekonomi

masyarakat, maka pertumbuhan dan perkembangan Kecamatan akan sangat

berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan Desa yang ada di sekitarnya.

Desa Sekarpuro yang secara struktural merupakan bagian integral yang

tidak terpisahkan dari system perwilayahan Kecamatan Pakis secara Geografis

Desa Sekarpuro terletak pada wilayah barat jalur alternatif transportasi barat,

memiliki potensi yang cukup strategis dengan luas wilayah 200,02 Ha yang

terbagi menjadi 7 (tujuh) dusun, yaitu:


56

Tabel 4.2
Daftar Nama Dusun
Nama Dusun Jumlah RW dan RT
Dusun Ngadipuro Lor Jumlah RW ada 3 yang terdiri dari 11
RT
Dusun Wiyagan Jumlah RW ada 1 yang terdiri dari 4
RT
Dusun Sekaran Jumlah RW ada 2 yang terdiri dari 5
RT
Dusun Gempol Jumlah RW ada 2 yang terdiri dari 6
RT
Dusun Penjara’an Jumlah RW ada 1 yang terdiri dari 2
RT
Dusun Sawojajar II A Jumlah RW ada 4 yang terdiri dari 27
RT
Dusun Sawojajar II B Jumlah RW ada 4 yang terdiri dari 28
RT

Desa Sekarpuro Kecamatan Pakis yang merupakan daerah otonomi desa

dengan jumlah penduduk 12.856 jiwa terdiri dari 6.045 jiwa penduduk laki-laki

dan 6.811 jiwa penduduk perempuan. Potensi Desa Sekarpuro cukup besar, baik

potensi yang sudah dimanfaatkan maupun yang belum dimanfaatkan secara

maksimal. Potensi yang ada baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia

perlu terus digali dan dikembangkan untuk kemakmuran masyarakat secara

umum. Secara umum potensi Desa Sekarpuro dapat dideskripsikan dengan

berbagai aspek yang secara langsung maupun tidak langsung merupakan mata

rantai dari system kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, beberapa

aspek yang dimaksud sebagi berikut:

a) Jumlah penduduk menurut golongan umur

Data ini bermanfaat untuk mengetahui laju pertumbuhan penduduk dan

mengetahui jumlah angkatan kerja yang ada. Data penduduk menurut

golongan umur di Desa Sekarpuro dapat dilihat pada tabel berikut ini:
57

Tabel 4.3
Jumlah penduduk berdasarkan umur
Golongan umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0 Bln - 12 Bln 38 54 92
12 Bln - 5 Thn 168 208 376
6 Thn - 10 Thn 297 317 614
11 Thn - 15 Thn 245 267 512
16 Thn - 20 Thn 393 419 812
21 Thn - 25 Thn 269 285 554
26 Thn - 30 Thn 237 249 486
31 Thn - 35 Thn 198 228 426
36 Thn - 40 Thn 187 191 378
41 Thn - 45 Thn 172 192 245
46 Thn - 55 Thn 126 135 261
56 tahun keatas 106 124 230
Jumlah 6.045 6.811 12.856
Sumber: Data Sekunder
b) Jumlah penduduk menurut agama

Ditinjau dari segi agama dan kepercayaan masyarakat Desa Sekarpuro

mayoritas beragama Islam, dengan tabel data sebagai berikut:

Tabel 4.4
Jumlah penduduk berdasarkan agama
Agama Jumlah Orang
Islam 12.785 Orang
Kristen 65 orang
Hindu 6 Orang

c) Jumlah penduduk menurut Pendidikan

Tingkat Pendidikan berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia

proses pembangunan desa akan berjalan dengan lancar apabila masyarakat

memiliki tingkat Pendidikan yang cukup tinggi. Akses untuk mendapatkan

Pendidikan jauh lebih mudah karena jarak Pendidikan baik SD sampai

SMA/SMK dekat dengan pemukiman warga, akan tetapi kalau dilihat dari

data statistik masih rendah tingkat pendidikan masyarakat merupakan suatu

permasalahan yang harus segera dipecahkan terutama dalam membangun


58

kesadaran masyarakat arti pentingnya pendidikan. Data menurut tingkat

pendidikannya dapat di lihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.5
Presentase Penduduk Berdasarkan Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase
penduduk
1 Buta huruf 264 orang 4%
2 Tidak tamat 702 orang 10%
3 Tamat SD/sederajat 1.772 orang 27%
4 Tamat SLTP/Sederajat 1.752 orang 27%
5 Tamat SLTP/Sederajat 1.360 orang 21%
6 Tamat D1, D2, D3 118 oransg 4%
7 Sarjana /S1 430 orang 6%
8 Lulus S2 50 orang 1%
Jumlah 6.448 orang 100%
Sumber: Data Sekunder
d) Jumlah penduduk menurut mata pencaharian

Mata pencaharian di Desa Sekarpuro sebagian besar masih berada di

sektor pertanian. Hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian memegang

peranan penting dalam bidang ekonomi masyarakat. Data menurut mata

pencaharian penduduk dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.6
Presentase jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah penduduk Presentase
1 Petani 430 orang 26%
2 Pegawai Negeri 22 orang 1,3%
3 Peternak 25 orang 1,5%
Pengrajin 40 orang 2,4%
5 TNI/POLRI 300 orang 18%
6 Pensiunan 21 orang 1,3%
7 Pedagang 150 orang 9%
8 Lain-lain 650 orang 39%
Jumlah 1.638 orang 100%
Sumber: Data Sekunder
59

4.1.4 Keadaan Sosial

Dengan mayoritas mata pencaharian Desa Sekarpuro bergerak dibidang

pertanian, maka permasalah yang sering muncul berkaitan dengan mata

pencaharian penduduk adalah tersedianya lapangan pekerjaan yang kurang

memadai dibanding dengan pertumbuhan penduduk, sebagaimana tertuang dalam

perencanaan pembangunan daerah kabupaten Malang. Oleh karena itu hal yang

perlu diperhatikan dalam pembangunan Desa adalah melakukan usaha peluasan

kesempatan kerja dengan melakukan penguatan usaha kecil dengan pemberian

kredit sebagai modal untuk pengembangan usaha khususnya dibidang

perdagangan.

Tingkat angka kemiskinan di Desa Sekarpuro yang masih tinggi memicu

upaya untuk mencari peluang lain yang bisa menunjang peningkatan tarif

ekonomi bagi masyarakat. Banyak kegiatan ormas di Desa Sekarpuro seperti

remaja masjid, karang taruna, kelompok pengajian, PKK, posyandu dan kelompok

arisan yang merupakan aset Desa yang bermanfaat untuk dijadikan media

penyampaian informasi dalam setiap proses pembangunan Desa pada masyarakat.

Tabel 4.7
Jumlah Kesejahteraan Warga
No Uraian Jumlah
1 Jumlah Kepala Keluarga 5.211 kk
2 Jumlah Penduduk Miskin 916 kk
3 Jumlah Penduduk Sedang 3.875 kk
4 Jumlah Penduduk Kaya 420 kk
60

Tabel 4.8
Presentase Pengangguran
No Uraian Jumlah Presentase
1 Jumlah penduduk usia 19-55 tahun yang 950 orang 10%
belum/tidak bekerja
2 Jumlah angkatan kerja usia 19-55 tahun 9.400 orang 90%
Total 10.350 orang 100%
Sumber: Data Sekunder yang Diolah

Tabel 4.9
Jumlah fasilitas pendidikan dan kesehatan
No Jenis fasilitas Jumla Jenis fasilitas Jumlah
pendidikan h kesehatan
1 Gedung TK/RA 4 Polindes 1
2 Gedung SD/MI 3 Posyandu 12
3 Gedung SLTP - Taman Posyandu -
4 Gedung SLTA - - -

4.1.5 Keadaan Ekonomi

Kekayaan sumber daya alam yang ada di Desa Sekarpuro sangat

mendukung perekonomian baik dari segi pengembangan ekonomi maupun sosial

budaya. Faktor pendukung yang lain adalah letak geografis Desa yang cukup

strategis dan merupakan jalur transportasi yang berada dalam jalur provinsi

menghubungkan kabupaten/kota Malang dengan Kabupaten/Kota Sidoarjo-

Surabaya.

Pendapatan Desa merupakan jumlah keseluruhan penerimaan Desa yang

dibukukan dalam APBdes setiap tahun anggaran. Menurut peraturan Desa

Sekarpuro Nomor 4 tahun 2014 bahwa sumber pendapatan Desa:


61

1) Sumber Pendapatan Desa

a. Pendapatan asli Desa terdiri dari hasil kekayaan Desa, hasil swadaya dan

partisipasi, hasil gotong royong dan lain-lain pendapatan asli Desa yang

sah;

b. Bagi hasil pajak daerah kabupaten paling sedikit 10% untuk Desa dari

retribusi kabupaten sebagian diperuntukan bagi desa yang merupakan

pembagian untuk setiap Desa secara proporsional;

c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima

oleh kabupaten untuk Desa paling sedikit 10% yang pembagiannya untuk

setiap Desa secara proporsional yang merupakan alokasi dana Desa;

d. Bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah

daerah dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintah;

e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.

2) Bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah

daerah sebagaimana yang di maksud pada ayat (1) huruf d di salurkan melalui

kas Desa.

3) Sumber pendapatan Desa yang telah di miliki dan dikelola Oleh Desa tidak

dibenarkan diambil alih oleh pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah

Daerah. Adapun kekayaan Desa terdiri dari:


62

a. Tanah kas Desa

b. Bangunan Desa yang dikelola oleh Desa

c. Lain-lain kekayaan milik Desa

Dilihat dari segi perekonomian penduduk Desa Sekarpuro yang

sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan mayoritas beragama

Islam juga memiliki kepatuhan adat istiadat dan tradisi keagamaan. Oleh

karena itu, arah pembangunan masyarakat Desa juga diharapkan bersumber

pada diri sendiri (kemandirian) dan perkembangan pembangunan harus

berdampak pada perubahan sosial, ekonomi dan budaya yang seimbang agar

dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas hidup masyarakat Desa menjadi

lebih baik secara jasmani dan rohani.

Pengelolaan sarana dan prasarana merupakan tahap berkelanjuatan

dimulai dengan proses penyiapan masyarakat agar mampu melanjutkan

pengelolaan progaram pembangunan secara mandiri. Proses penyiapan ini,

membutuhkan keterlibatan masyarakat, agar masyarakat mampu menghasilkan

keputusan pembangunan yang rasional dan adil serta semakin sadar akan hak

dan kewajibannya dalam pembangunan, mampu memenuhi kebutuhannya

sendiri, dan mampu mengelola berbagai potensi sumber daya yang ada dalam

rangka meningkatkan kesejahteraannya. Hal yang perlu diperhatikan untuk

mencapai kesuksesan dalam tahapan ini adalah:

1) Swadaya masyarakat merupakan faktor utama penggerak proses

pembangunan.
63

2) Peerencanaan secara partisipatif, terbuka dan demokratis sudah menjadi

kebiasaan bagi masyarakat dalam merencanakan kegiatan pembangunan

dan masyarakat mampu membangun kemitraan dengan berbagai pihak

untuk menggalang berbagai sumber daya dalam rangka melaksanakan

proses pembangunan.

3) Kapasitas pemerintahan daerah meningkat sehingga lebih tangkap dalam

upaya meningkatkan kesejateraan masyarakat, antara lain, dengan

menyediakan dana dan pedampingan.

4) Keberadaan fasilitator/konsultan atas permintaan dari masyarakat atau

pemerintah daerah sesuai keahlian yang dibutuhkan oleh masyarakat

dalam merencanakan kegiatan pembangunan agar masyarakat mampu

membangun kemitraan dengan berbagai pihak untuk menggalang berbagai

sumber daya dalam rangka melaksanakan proses pembangunan.

4.1.6 Struktur Organisasi Pemerintah Desa

Sebagaimana dipaparkana dalam UU No. 06 tahun 2014 bahwa didalam

Desa terdapat tiga kategori kelembagaan desa yang memiliki peranan dalam tata

kelola Desa, yaitu: pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa dan lembaga

kemasyarakatan. Dalam Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa

penyelenggaraan urusan pemerintahan ditingkat Desa (pemerintahan Desa)

dilaksanakan oleh pemerintah Desa dan Bdan permusyawaratan Desa.

Pemerintahan Desa ini dijalankan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui

dan dihormati dalam sistem pemerintahan di negeri ini. Pemerintah Desa atau

yang disebut dengan nama lain adalah kepala Desa dan perangkat Desa sebagai
64

unsur penyelenggara pemerintahan Desa. Kepala Desa mempunyai tugas

menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

Badan permusyawaratan Desa adalah lembaga yang merupakan

perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa sebagai unsur

penyelenggaraan pemerintahan Desa. Badan permusyawaratan Desa berfungsi

menetapkan peraturan Desa bersama kepala Desa, menampung dan menyalurkan

aspirasi masyarakat. BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan Desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk Desa bersangkutan

berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan

mufakat. Anggota BPD terdiri ketua rukun warga, pemangku adat, golongan

profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. BPD

berfungsi menetapkan peraturan Desa bersama kepala Desa, menampung dan

menyalurkan aspirasi masayarakat. Berikut adalah gambar bagan susunan

organisasi dan tata kerja pemerintahan Desa Sekarpuro:


Kepala Desa
Gambar 4.1 Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
Sekarpuro.
BPD LPMD

Petugas Teknik Lapangann Sekretaris Desa


s

Kaur Kaur Kaur


Kasi Kasi Perenca
Umum Keuangan
Pemerintahan/K Kesra/Mudin naan
ebayanah

Kasi Pelayanan

Kasun Kasun Kasun Kasun Kasun


Ngadipuro Gempol dan Wiyagan dan Sawojajar Sawojajar
Lor Penjara’an Sekaran IIA IIB
65

4.2 Statistik Deskriptif Variabel penelitian

Penelitian ini memiliki tiga variabel yaitu kesadaran wajib pajak,

pengetahuan perpajakan dan kepatuhan wajib pajak. Deskripsi kategori variabel

menggambarkan tanggapan dan persepsi responden mengenai kepatuhan wajib

pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan.

4.2.1 Karakteristik Responden

Analisis karakteristik responden digunakan untuk memperoleh gambar

tentang responden yang diteliti. Selanjutnya peneliti akan menganalisis data yang

telah terkumpul, data yang telah dikumpulkan tersebut berupa hasil jawaban

responden untuk mengetahui pengaruh kesadaran wajib pajak dan pengetahuan

perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan

bangunan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan wajib pajak Desa

Sekarpuro, RT.03/RW.01, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Kuesioner yang

disebarkan 89 yang dapat dijadikan data penelitian.

Tabel 4.10
Presentase Kuesioner yang disebar
Keterangan Jumlah Presentase
Kuesioner yang disebar 89 100%
Kuesioner yang dijadikan data penelitian 89 100%
Sumber: data primer yang diolah
a. Profil responden berdasarkan Jenis Kelamin
66

Berdasarkan data primer yang telah diolah, maka dapat dilihat

profil responden berdasarkan jenis kelamin pada Tabel 4.11, sebagai

berikut:

Tabel 4.11
Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Keterangan Jumlah Presentase
Laki-laki 48 53,94%
Wanita 41 46,06%
Total 89 100%
Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan Tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa responden

berjenis kelamin laki-laki berjumlah 48 atau (53,94%), dan perempuan

sebanyak 41 atau (46,06%). Maka, dapat disimpulkan bahwa mayoritas

responden dalam penelitian ini adalah responden yang berjenis kelamin

laki-laki.

b. Profil Responden Berdasarkan Umur

Berdasarkan data primer yang telah diolah, maka dapat dilihat

profil responden berdasarkan Umur pada Tabel 4.12, sebagai berikut:

Tabel 4.12
Presentase Responden Berdasarkan Umur
Keterangan Jumlah Persentase
20-30 tahun 28 31,46%
31-40 tahun 30 33,71%
41-50 tahun 16 17,98%
Lainnya/atas 50 15 16,85%
Total 89 100%
Sumber: data primer yang diolah
67

Berdasarkan Tabel 4.12, diatas dapat dilihat responden yang

berumur 20-30 tahun berjumlah 28 atau 31,46%, responden berumur 31-40

tahun berjumlah 30 atau 33,71%, responden yang berumur 41-50

berjumlah 15 atau 16,85%, dan responden yang barumur diatas ( ¿) 50

tahun berjumlah 16 atau 17,98%. Maka, dapat disimpulkan bahwa

mayoritas responden berdasarkan usia adalah responden yang berusia 31-

40 tahun.

c. Profil Responden Berdasarkan Pendidikan terakhir

Berdasarkan data primer yang telah diolah, maka dapat dilihat

profil responden berdasarkan pendidikan pada Tabel 4.13, sebagai berikut:

Tabel 4.13
Presentase Responden Berdasarkan pendidikan
Keterangan Jumlah Presentase
SLTA 29 32,58%
Sarjana 8 8,99%
Diploma 2 2,25%
Magister - -
Lain-lain 50 56,18%
Total 89 100%
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.13 diatas dapat dilihat bahwa responden

memilik latar belakang pendidikan terakhir yang berbeda-beda. Dari

grafik/tabel di atas terlihat bahwa responden yang memilik pendidikan

terakhir SLTA sebanyak 29 responden atau 32,58 %, responden yang

memiliki pendidikan terakhir sarjana sebanyak 8 responden atau 8,99%,

responden yang memiliki pendidikan terakhir diploma sebanyak 2

responden atau 2,25%, responden yang memiliki pendidikan terakhir

magister sebanyak 0 responden atau 0%, dan responden yang memiliki


68

pendidikan terakhir lainnya/SD/SMP Sebanyak 50 atau 56,18%, Maka

dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden berdasarkan pendidikan

terakhir adalah lulusan lainnya/SD/SMP.

d. Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan data primer yang telah diolah, maka dapat dilihat

profil responden berdasarkan pekerjaan pada Tabel 4.14, sebagai berikut:

Tabel 4.14
Presentase Responden Berdasarkan Pekerjaan
Keterangan Jumlah Presentase
Swasta 33 37,08%
PNS 8 8,99%
Kontrak 20 22,47%
Lain-lain 28 31,46%
Total 89 100%
Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan Tabel 4.14, diatas dapat dilihat responden yang

berdasrkan pekerjaan. Responden yang pekerjaan Swasta sebanyak 33 atau

37,08%, Responden yang pekerjaan sebagai PNS sebanyak 8 atau 8,99%,

Responden yang pekerjaan kontrak sebanyak 20 atau 22,47% dan

Responden yang pekerjaan lainnya/rumah tangga sebanyak 28 atau

31,46%. Maka, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden

berdasarkan pekerjaan adalah responden yang pekerjaan Swasta.

e. Profil Responden Berdasarkan Sumber Pengetahuan Pajak


69

Berdasarkan data primer yang telah diolah, maka dapat dilihat

profil responden berdasarkan pengetahuan pajak pada Tabel 4.15, sebagai

berikut:

Tabel 4.15
Presentase Responden Berdasarkan Pengetahuan Pajak
Keterangan Jumlah Presentase
Kursus 10 11,23%
Pelatihan 19 21,35%
Penyuluhan 47 52.81%
Belajar sendiri 13 14,61%
Total 89 100%
Sumber: Data Primer Yang Diolah

Berdasarkan Tabel 4.15, diatas dapat dilihat responden yang

berdasrkan pengetahuan pajak. Responden yang melalui kursus sebanyak

10 atau 11,23%%, responden yang melalui pelatihan sebanyak 19 atau

19,35%, responden yang melalui penyuluhan sebanyak 47 atau 53,81%

dan Responden yang melalui Belajar Sendiri sebanyak 13 atau 14,61%.

Maka, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden berdasarkan

pengetahuan pajak adalah responden yang melalui penyuluhan.

4.2.2 Uji Coba Instrumen


Yang dilakukan terlebih dahulu adalah uji coba instrument sebelum

pengujian lain dilanjutkan agar instrument memperoleh hasil yang akurat.

Dalam penelitian uji validitas dan reliabilitas butir instrument ini, data

yang diambil sebanyak 89 responden yang sudah ditetapkan diatas,


70

kemudian data yang terkumpul dianalisis menggunakan program SPSS

versi 20.

a) Uji Validitas

Berikut adalah hasil uji validitas penelitian yang dilakukan dengan

mencari nilai korelasi r hitung (product moment) antara masing-masing

item dengan skor total, dengan taraf signifikan (α ) 5% dengan mean 89.

Berdasarkan hal tersebut, maka diperoleh r tabel sebesar 0,206. Butir

pertanyaan dinyatakan valid apabila r hitung > r tabel Sedangkan jika r hitung <

r tabel maka dinyatakan tidak valid.

Tabel 4.16
Hasil Uji Validitas

Varabel r Hitung r Tabel Keterangan


Kepatuhan Wajib Pajak
0,469
(Y) 0,206 Valid
0,641 0,206 Valid
0,388 0,206 Valid
0,617 0,206 Valid
0,485 0,206 Valid
Kesadaran Wajib Pajak
(X1) 0,632 0,206 Valid
0,598 0,206 Valid
0,567 0,206 Valid
0,493 0,206 Valid
0,659 0,206 Valid
Pengetahuan Perpajakan
(X2) 0,710 0,206 Valid
0,702 0,206 Valid
0,568 0,206 Valid
0,711 0,206 Valid
Sumber: Data Primer yang diolah

Berdasarkan Tabel 4.16 diatas, dapat diketahui bahwa seluruh butir

pernyataan variabel independen dan dependen atau variabel X dan Y


71

dinyatakan valid karena seluruh butir pernyataan memiliki nilai dari r hitung

¿ r tabel .

b) Uji Reliabilitas

Uji reliabititas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indicator dari variabel. Untuk mengukur reliabilitas dengan

menggunakan uji statistik adalah Cronbach’s Alpha (α ). Uji signifikansi

dilakukan pada taraf signifikansi 5%.

Tabel 4.17
Hasil Uji Reabilitas
Variabel Cronbach’s Alpa Keterangan
Kesadaran wajib pajak 0,535 Reliabel
Pengetahuan perpajakan 0,601 Reliabel
Kepatuhan wajib pajak 0,338 Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah

Dari Tabel 4.17 diatas dapat diketahui bahwa nilai dari variabel

kesadaran wajib pajak sebesar 0,535, hal ini mengindikasikan bahwa

instrument dinyatakan reliabel dengan reliabilitas tinggi. Nilai dari

variabel pengetahuan perpajakan sebesar 0,601, hal ini mengindikasikan

bahwa instrument dinyatakan reliabilitas moderar. Dan nilai dari variabel

kepatuhan wajib pajak sebesar 0,338 hal ini mengindikasikan bahwa

instrument dinyatakan reliabilitas Moderar.

4.3 Hasil Pengujian Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Uji normalitas berfungsi untuk menguji apakah model regresi

memenuhi asumsi normalitas. Untuk mengujinya digunakan normal


72

probality plot. Dari normal probality plot terlihat bahwa titik-titik data

membentuk pola linier sehingga konsisten dengan distribusi normal.

Gambar 4.2
Grafik Normal Probability Plot

Sumber: data primer yang diolah


Gambar 4.2 diatas terlihat bahwa dari grafik histrogram berbentuk

simetris tidak menceng ke kiri dan ke kanan dan penyebaran data berada di

sekitar garis diagonal, mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian

model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Uji Heterokedatisitas

Uji heterokedatisitas berfungsi untuk menguji kemungkinan adanya

gejala heterokedatisitas dengan dilakukan menggunakan diagram

scatterplot, dimana sumbu X adalah residual dan sumbu Y adalah nilai Y


73

yang diprediksi. Jika pada grafik tidak ada pola yang jelas serta titik-titik

menyebar diatas dan dibawah sumbu 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak

terjadi heterokedatisitas pada model regresi.

Gambar 4.3
Grafik Scatterplot

Sumber: Data Primer yang diolah

Dari Gambar 4.3 dapat dilihat scatterplot antara standardized

residual *ZREZID dan standardized predicted value *ZPRED tidak

membentuk pola yang jelas, sehingga dapat dianggap residual mempunyai

variance konstan, artinya tidak terjadi heterokedatisitas.

3) Uji Multikolinieritas
74

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditentukan adanya korelasi antara variabel independen (bebas). Untuk

dapat menentukan apakah terdapat multikorelasi dalam model regresi pada

penelitian ini adalah dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor)

dan toleransi serta menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas.

Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya

multikolinieritas adalah nilia tolerance ¿ 0,10 /atau VIF ¿ 10,0

(Nugroho,2012). Untuk mengetahui nilai tolerance dan VIF dapat dilihat

pada Tabel 4.18 sebagai berikut:

Tabel 4.18
Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel VIF Tolerance Keterangan
Kesadaran Tidak Terjadi
Wajib Pajak 1,248 0,108 Multikolinieritas
( X ¿ ¿1)¿
Pengetahuan Tidak Terjadi
Perpajakan 1,248 0,108 Multikolinieritas
(X ¿ ¿2)¿
Sumber: data primer yang diolah
Dari hasil Tabel 4.18 diatas dapat diketahui bahwa nilai tolerance

variabel X 1 sebesar 0,108 dan variabel X 2 sebesar 0,108 lebih besar dari (¿

) 0,10. Sementara nilai VIF (Variance Inflation Factor) variabel X 1

sebesar 1,248 dan variabel X 2 sebesar 1,248 lebih kecil dari (¿) 10,0.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar

variabel independen ( X 1−2 ) dan merupakan prasyarat dalam model regresi

untuk layak diteliti.

4.4 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda


75

Analisis data dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan

model regresi linier berganda, dimana pengolahan data menggunakan program

komputer SPSS versi 20. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari 89 responden.

Hasil analisis yang dilakukan diperoleh koefisien regresi, nilai t hitung dan tingkat

signifikansi pada Tabel 4.19 sebagai berikut:

Tabel 4.19
Regresi Linier Berganda
Coefficients(a)

Model Unstandardized Standardiz T Sig. Collinearity


Coefficients ed Statistics
Coefficien
ts
B Std. Beta Toleran VIF
Error ce
(Constant) .272 2.262 .120 .905
kesadaran
.471 .100 .403 4.696 .000 .801 1.248
1 waji pajak
pengetahu
an .570 .115 .423 4.931 .000 .801 1.248
perpajakan
Sumber: Data Primer yang diolah dengan SPSS
a. Dependent Variable: kepatuhan wajib pajak (Y)

Dari hasil Tabel 4.19, persamaan regresi yang diperoleh adalah


sebagai berikut:
Y = 0.272 + 0,471 X 1 + 0,570 X 2 + ϵ

Keterangan:
Y = kepatuhan wajib pajak
a = konstanta
= kesadaran wajib pajak
76

= pengetahuan perpajakan
ε = eror

Persamaan regresi linier berganda tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1) Nilai konstanta sebesar 0,272. Artinya jika variabel kesadaran wajib pajak

dan pengetahuan perpajakan tidak termasuk dalam penelitian ini, maka

wajib pajak masih ada kepatuhan dalam membayar pajak bumi dan

bangunan sebesar 27,2%.

2) Koefisien sebesar 0,471 atau 47%, artinya varibel kesadaran wajib pajak (

X 1) mempunyai pengaruh yang positif terhadap kepatuhan wajib pajak (Y)

sebesar 0,471 atau 47,1%. Maka dapat disimpulkan bahwa jika kesadaran

wajib pajak meningkat sebesar satu satuan maka, kepatuhan wajib pajak

akan meningkat sebesar 47,1%.

3) Koefisien sebesar 0,570 atau 57%, artinya varibel pengetahuan perpajakan

mempunyai pengaruh yang positif terhadap kepatuhan wajib pajak (Y)

sebesar 0,570 atau 57%. Maka dapat disimpulkan bahwa jika pengetahuan

perpajakan meningkat sebesar satu satuan maka, kepatuhan wajib pajak

akan meningkat sebesar 57%.

4.5 Hasil Pengujian Hipotesis

1. Uji Koefisien Determinasi ( R2)

Koefisien Determinasi ( R2) dari hasil regresi linear berganda

menunjukan seberapa besar variabel dependen (kepatuhan wajib pajak)

dipengaruhi variabel independen (kesadaran wajib pajak dan pengetahuan

perpajakan). Nilai koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel 4.20

Tabel 4.20
77

Hasil Koefisien Determinasi ( R2 ¿


Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-
Square the Estimate Watson
1 .702 a
.493 .481 1.494 1.758
Sumber: data primer yang diolah

a. Predictors: (Constant), pengetahuan perpajakan, kesadaran wajib pajak (X1) dan


pengetahuan perpajakan (X2)
b. Dependent Variable: kepatuhan wajib pajak (Y)

Berdasarkan Tabel 4.20 hasil koefisien deterrminasi (R2 )

mununjukkan sebesar 0, 493 atau 49,3%. Bahwa kepatuhan wajib pajak (Y)

dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen di atas yaitu kesadaaran

wajib pajak ( X 1 ) dan pengetahuan perpajakan ( X 2 ). Sedangkan sisanya

50,7% (hasil dari 100% - 49,3% = 50,7%) dipengaruhi oleh variabel lainnya.

Dari presentase tersebut dapat dikatakan bahwa masih terdapat faktor

individual lain sebesar 50,7% yang dapat dijelaskan oleh variabel lain yang

tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

2. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji secara parsial masing-masing parsial.

Hasil uji t dapat dilihat pada tabel coefficients pada kolom signifikansi. Jika

probabilitas nilai t atau signifikansi < 0.05, maka dapat dikatakan bahwa

terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara

parsial. Namun jika probabilitas nilai t atau signifikansi > 0,05, maka dapat

dikatakan tidak dapat pengaruh yang signifikan antara masing-masing variabel

bebas terhadap variabel terikat. Nilai uji t dapat dilihat pada Tabel 4.21.

Tabel 4.21
Hasil Uji t
78

Coefficientsa

Model Unstandardized Standardized T Sig. Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics

B Std. Error Beta Toleran VIF


ce
(Constant) .272 2.262 .120 .905
kesadaran waji
1pajak .471 .100 .403 4.696 .000 .801 1.248
pengetahuan
.570 .115 .423 4.931 .000 .801 1.248
perpajakan
a. Dependent Variable: kepatuhan wajib pajak

Berdasarkan tabel 4.21 dapat dijelaskan Hasil uji t tersebut sebagai berikut:

1) Variabel kesadaran wajib

Hasil pengujian variabel pengetahuan perpajakan mempunyai

signifikansi 0.000 < 0.05 atau lebih besar dari 0,05. Nilai t hitung 4.696.

Hal ini menyatakan bahwa variabel independen mempunyai pengaruh

positif signifikan terhadap variabel dependen. Sehingga H1 diterima dan

dapat disimpulkan bahwa variabel kesadaran wajib pajak berpengaruh

positif signifikan terhadap kepatuhan wajib Pajak Bumi dan Bangunan.

2) Variabel Pengetahuan Perpajakan

Hasil pengujian variabel pengetahuan perpajakan mempunyai

signifikansi 0.000 < 0.05 atau lebih besar dari 0,05. Nilai t hitung 4.931.

Hal ini menyatakan bahwa variabel independen mempunyai pengaruh

positif signifikan terhadap variabel dependen. Sehingga H2 diterima dan

dapat disimpulkan bahwa variabel pengetahuan perpajakan berpengaruh

positif signifikan terhadap kepatuhan wajib Pajak Bumi dan Bangunan.


79

3. Uji F

Uji F dilakukan untuk melihat ada tidaknya pengaruh variabel

independen yaitu kesadaran wajib pajak dan pengetahuan perpajakan terhadap

variabel dependen yaitu kepatuhan wajib pajak secara bersama-sama. uji F

dilakukan untuk melihat nilai signifikansinya pada tabel 4.22 ANOVA.

Apabila nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka modelnya layak untuk

digunakan.

Tabel 4.22
Hasi Uji F

ANOVAa
Model Sum of Df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 186.551 2 93.276 41.817 .000b
1Residual 191.831 86 2.231
Total 378.382 88
Sumber: data primer yang diolah

b. Dependent Variable: kepatuhan wajib pajak (Y)

c. Predictors: (Constant), kesadaran wajib pajak ( X 1 ) dan pengetahuan


perpajakan ( X 2 )

Hasil uji F hitung pada Tabel 4.22 sebesar 41,817. berdasarkan F tabel

dengan taraf signifikansi (α )= 5% diketahui bahwa F tabel dengan df1 = k-

1=3-1=2dan df2 = n-k =89-2 = 87. Maka F tabel (df1) dan (df2) sebesar

3,10. Sehingga F hitung sebesar 41,817¿F tabel sebesar 3,10 dengan tingkat

signifikansi 5% diperoleh nilai signifikan 0,000 ¿ 0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa uji F dinyatakan signifikan yang artinya model yang


80

dikembangkan layak, sehingga variabel independen (bebas) berpengaruh

terhadap variabel dependen (terikat).

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen (X)

terhadap variabel dependen (Y). berdasarkan hasil analisis, maka dpat dapat

dilihat sebagai berikut:

1) Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak ( X 1 ) Terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak (Y).

Dari hasil yang ditunjukkan pada perhitungan uji statistik t,

berdasarkan uji signifikansi pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak didapatkan sebesar 0,000 ¿ 0,10 yang artinya bahwa

variabel kesadaran wajib pajak secara parsial memiliki pengaruh yang positif

terhadap kepatuhan wajib pajak. Dilihat dari nilai koefisien determinasi R

Square yang diperoleh sebesar 0,493 atau 49,3% artinya kepatuhan wajib

pajak (Y) dipengaruhi oleh variabel kesadaran wajib pajak ( X 1 ), sedangkan

sisa sebesar 50,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak analisis dalam

uji hipotesis ini.

Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak

mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan

benar dan sukarela, sedangkan kepatuhan wajib pajak ialah ketaatan tunjuk

dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan yang terbagi atas

kepatuhan formal dan material. Berdasarkan hasil penelitian yang telah


81

dianalisis, kesadaran wajib pajak berpengaruh namun tidak signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak. hal ini dikarenakan pemahaman dalam

melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela dapat

meningkatkan ketaatan dan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan

ketentuan perpajakan terkait pembayaran Pajak dan Bangunan, namun

adanya faktor formal dan material dapat mempengaruhi kesadaran wajib

pajak menjadi rendah akibat wajib pajak memiliki kendala dalam faktor

formal dan material.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Dewi dan Merkusiwati (2018) menemukan bahwa kesadaran wajib pajak

memiliki pengaruh dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak. perbedaan

penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang adalah tahun penelitian

yang dilakukan serta objek penelitian. Jika pada penelitian yang terdahulu

objek adalah kantor pelayanan pajak pratama dan pasar Timur dan dilakukan

pada tahun 2018, sedangkan penelitian yang sekarang dilakukan di Desa

Sekarpuro, RT.03/RW.01, Pada Tahun 2020 dengan menggunakan variabel

kesadaran wajib pajak, pengetahuan perpajakan dan kepatuhan wajib pajak.

2) Pengaruh Pengetahuan Perpajakan ( X 2 ) Terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak (Y).

Dari hasil yang ditunjukkan pada perhitungan uji statistik t,

berdasarkan uji signifikansi didapatkan sebesar 0,000 ¿0,10 yang artinya

bahwa variabel pengetahuan perpajakan ( X 2 ) secara parsial memiliki

pengaruh yang positif (atau berpengaruh) terhadap kepatuhan wajib pajak.

Dilihat dari nilai koefisien determinasi R Square yang diperoleh sebesar


82

0,493 atau 49,3% artinya kepatuhan wajib pajak (Y) dipengaruhi oleh

variabel pengetahuan perpajakan ( X 2 ), sedangkan sisa sebesar 50,7%

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak analisis dalam uji hipotesis ini.

Pengetahuan perpajakan merupakan pengetahuan mengenai ketentuan

umum perpajakan, tatacara perpajakan, sistem perpajakan dan fungsi

perpajakan, sedangkan kepatuhan wajib pajak ialah ketaatan, tunduk dan

patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan. Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dianalisis, pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan wajib pajak di

Desa Sekarpuro masih tergolong rendah serta kurangnya sosialisasi

perpajakan, sehingga pengetahuan mengenai ketentuan umum perpajakan,

tata cara perpajakan, sistem perpajakan dan fungsi perpajakan tidak dapat

meningkatkan ketaatan dan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan

ketentuan perpajakan terkait pembayaran pajak Bumi dan Bangunan.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Adi (2018) yang menemukan bahwa pengetahuan pajak

memiliki pengaruh dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Perpedaan

penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang adalah tahun penelitian

yang dilakukan serta objek penelitian. Jika pada penelitian yang terdahulu

objeknya adalah Kota Cilacap dan dilakukan pada tahun 2018, sedangkan

penelitian ini hanya mencakup di Desa Sekarpuro, RT.03/RW.01, dan

dilakukan pada tahun 2020.


83

3) Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak (X ¿ ¿1)¿Dan Pengetahuan

Perpajakan ( X 2 ) Secara Simultan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

(Y).

Hasil penelitian tidak mendukung hipotesis ketiga bahwa terdapat

pengaruh kesadaran wajib pajak dan pengetahuan perpajakan secara simultan

terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan.

Kesadaran wajib pajak dari hasil yang ditunjukkan pada perhitungan

uji statistik t, berdasarkan uji signifikansi pengaruh kesadaran wajib pajak

terhadap kepatuhan wajib pajak didapatkan sebesar 0,000 ¿ 0,10 yang artinya

bahwa variabel kesadaran wajib pajak secara parsial memiliki pengaruh yang

positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Dilihat dari nilai koefisien

determinasi R Square yang diperoleh sebesar 0,493 atau 49,3% artinya

kepatuhan wajib pajak (Y) dipengaruhi oleh variabel kesadaran wajib pajak (

X 1 ), sedangkan sisa sebesar 50,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak

analisis dalam uji hipotesis ini. Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi

dimana wajib pajak mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan

perpajakan dengan benar dan sukarela, sedangkan kepatuhan wajib pajak

ialah ketaatan tunjuk dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan

yang terbagi atas kepatuhan formal dan material. Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dianalisis, kesadaran wajib pajak berpengaruh namun tidak

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Pengetahuan perpajakan dari hasil yang ditunjukkan pada

perhitungan uji statistik t, berdasarkan uji signifikansi didapatkan sebesar

0,000 ¿0,10 yang artinya bahwa variabel pengetahuan perpajakan ( X 2 ) secara


84

parsial memiliki pengaruh yang positif (atau berpengaruh) terhadap

kepatuhan wajib pajak. Dilihat dari nilai koefisien determinasi R Square yang

diperoleh sebesar 0,493 atau 49,3% artinya kepatuhan wajib pajak (Y)

dipengaruhi oleh variabel pengetahuan perpajakan ( X 2 ), sedangkan sisa

sebesar 50,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak analisis dalam uji

hipotesis ini. Pengetahuan perpajakan merupakan pengetahuan mengenai

ketentuan umum perpajakan, tatacara perpajakan, sistem perpajakan dan

fungsi perpajakan, sedangkan kepatuhan wajib pajak ialah ketaatan, tunduk

dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan.

Hasil penelitian ini, tidak sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Dewi dan Merkusiwati (2018) dan Adi (2018) yang

menemukan bahwa kesadaran wajib pajak dan pengetahuan perpajakan

secara simultan memiliki pengaruh dalam meningkatkan kepatuhan wajib

pajak. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang

adalah tahun penelitian yang dilakukan serta objek penelitian. Jika pada

penelitian yang terdahulu objeknya adalah Kota Cilacap dan kantor

pelayanan pajak pratama dan pasar Timur dilakukan pada tahun 2018,

sedangkan penelitian ini hanya mencakup Desa Sekarpuro, RT.03/RW.01,

dan dilakukan pada tahun 2020.

Anda mungkin juga menyukai