1. Kuwu Jangkung
2. Kuwu Dahir
48
49
3. Kuwu Djamari
Dari tahun 1946 setelah Indonesia merdeka hingga sekarang, Desa Nanggela
telah mengalami beberapa kali pergantian Kuwu/Kepala Desa diantaranya sebagai
berikut :
Tabel I
Jumlah Penduduk
Menurut Kelompok Umur Tahun 2015
No Kelompok Umur Jumlah
1 0 – 4 tahun 647
2 5 – 9 tahun 702
3 10 – 14 tahun 634
4 15 – 19 tahun 692
5 20 – 24 tahun 473
6 25 – 29 tahun 489
7 30 – 39 tahun 853
8 40 – 49 tahun 845
9 50 – 59 tahun 738
10 60 + tahun 363
Jumlah 6468
Tabel II
Jumlah Penduduk
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2015
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-laki 3297
2 Perempuan 3171
Jumlah 6468
52
3. Mata Pencaharian
Masyarakat yang ada di desa Nanggela pada umumnya bermata
pencaharian pada sektor pertanian. Sebagai masyarakat yang banyak
menggantungkan hidupnya dari mata pencaharian sebagai petani/buruh tani,
secara mutlak kondisi eknominya banyak dipengaruhi oleh sektor alam
sebagai pencari nafkah, kehidupan masyarakat Nanggela berdasarkan
ekonomi petani/buruh tani sering mengalami ketidak seimbangan karena
tingkat penghasilan yang tidak terlalu besar, dan musim yang ekstrim
sekarang-sekarang ini sering terjadi memaksa para petani/buruh tani harus
mencari pekerjaan lain sebagai upaya mencari nafkah untuk menyambung
hidup keluarganya.
Tabel V
Jumlah Penduduk
Menurut Mata Pencaharian Tahun 2015
(Bagi umur 10 tahun ke atas)
No Pekerjaan Jumlah
3 Pedagang 176
5 Pegawai negeri 16
6 Lain-lain 1509
Jumlah 3290
53
4. Pendidikan
Perkembangan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya
manusianya serta kualitas intelektual masyarakatnya, salah satu bentuk usaha
dalam pengembangan sumber daya manusia ini adalah meningkatkan mutu
pendidikan. Masyarakat yang ada di Desa Nanggela merupakan bagian dari
tuntutan yang telah dikemukakan sebelumnya mengingat bahwa pendidikan
merupakan hal yang terpenting bagi masa depan yang baik untuk setiap
orang.
Kenyataannya tingkat pendidikan yang ada di desa Nanggela tidak
seperti yang diharapkan sebab di desa tersebut hanya memiliki sarana
pendidikan di tingkat SD saja selain itu juga masyarakat yang ada di desa
tersebut tidak mementingkan dunia pendidikan terlihat di tabel 3 (tiga) yang
masih minimnya jumlah lulusan perguruan tinggi dan masih adanya warga
yg tidak sekolah. Ini juga dapat disebabkan karena tidak tersedianya sarana
dan prasarana yang lengkap atau memadai pada desa tersebut. Seperti terlihat
pada tabel 4 (empat) distribusi penduduk Desa Nanggela berdasarkan tempat
pendidikan yang hanya memiliki sarana pendidikan hanya di tingkat dasar,
yang hanya terdapat dua SD dan dua TK saja.
Tabel III
Jumlah Penduduk
Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2015
(Bagi umur 5 tahun ke atas)
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Tamat Akademik/PT 63
4 Tamat SD 1365
7 Tidak sekolah 41
Jumlah 4280
Tabel IV
Jumlah Sekolah
(Tempat Pendidikan) Tahun 2015
No Tempat Pendidikan Jumlah
1 TK & RA 2
2 SD 2
3 Madrasah Ibtidaiyah -
Jumlah 4
Tabel VI
Jumlah Tempat Ibadah Tahun 2015
No Tempat Ibadah Jumlah
1 Masjid 1
2 Mushola 13
3 Greja -
4 Kuil -
Jumlah 14
Tabel VII
Jumlah Sarana Pemerintahan Tahun 2015
No Jenis Sarana Jumlah
2 Kantor kelurahan 1
Jumlah
88
Arsip Desa Nanggela
58
89
http://excellent165.blogspot.co.id/2014/12/organisasi-nu-bahsul-masail-dan.html diakses
pada tanggal 20 Februari pada pukul 23.00
59
beberapa mazhab fiqh. Dalam bahasa Fazlur Rahman yang dikutip oleh Hamidi
Ilhami mengatakan bahwa, mereka lebih cenderung memahami syari’ah
sebagaimana yang telah diperaktekkan oleh ulama terdahulu. 90
Ciri-ciri Islam Tradisional:91
1. Eksklusif (tertutup) tidak mau menerima pemikiran, pendapat, dan saran yang
berasal dari luar, terutama dalam bidang keagamaan karena memandang
bahwa hanya kelompoknya saja yang benar, sedangkan kelompok yang
lainnya tidak benar.
2. Tidak membedakan antara hal-hal yang bersifat ajaran dengan non ajaran.
3. Berorientasi ke belakang. Menilai berbagai keputusan hukum para ulama di
masa lampau lebih agung dan menjadi contoh ideal, yang tidak mungkin
dikalahkan oleh para ulama atau sarjana yang muncul kemudian.
4. Cenderung tekstualitas-literalis tanpa melihat latar belakang dan situasi sosial
yang menyebabkan ayat al-Qur`an itu diturunkan, serta pesan yang
terkandung di balik satu ayat. Maka mereka meniru segala macam yang
dicontohkan Nabi dan ulama masa lampau seperti pola busana nabi yang
mengenakan jubah, berjanggut, memakai sorban, makan dengan tangan, tidak
menggunakan produk-produk teknologi modern, cenderung kembali ke alam.
5. Tidak membatasi waktu, misalnya belajar di pesantren tanpa batas waktu
tertentu.
6. Cenderung tidak mempermasalahkan tradisi masyarakat lokal setempat
sebelum agama Islam diterima, yang penting menentramkan hati dan perasaan
umat.
90
Hamidi Ilhami, Dinamika Islami Tradisional : Potret Praktik Keagamaan Umat Islam
Banjarmasin Pada Bulan Ramadhan 1431 H, Jurnal Darussalam, Volume 11, No.2, Juli – Desember
2010 , hal. 74.
91
http://www.sabda.org/publikasi/40hari/2008/16 diakses pada hari hari sabtu tanggal 23
Januari 2016 pukul 22.05
60
50 orang santri putra dan santri putri. Fokus pengajaran beliau adalah al-
Qur’an, dan kitab-kitab kuning nahwu dan sorof.92
2. Bapak Ahmad Jahid
Bapak Jahid lahir di Cirebon 03 September 1951, beliau merupakan
salah satu sesepuh Desa Nanggela, pendidikan formal beliau hanya sampai
SD akan tetapi pendidikan non formal beliau yaitu menimba ilmu di pesantren
dari mulai pesantren di Cianjur kemudian pesantren di Purwakarta dan yang
terkahir adalah pesantren di Kali Wungu Kendal Jawa Tengah, semua
pesantren yang beliau timba ilmunya adalah pesantren salaf dengan ajaran
utamanya adalah al-Qur’an dan kitab kuning. Beliau kini hanya mengajar
ngaji di Mushola depan rumahnya dan muridnya adalah anak-anak dari sekitar
tempat kediaman beliau atau bisa disebut dengan santri kalong. 93
3. Bapak Junaidi
Bapak Junaidi lahir di Cirebon pada tanggal 27 November 1964, riwayat
pendidikan formal beliau adalah SD Nanggela, MTs di Lirboyo, MAN di
Kediri dan UIT di Kediri pada Jurusan Hukum Keluarga Fakultas Syariah,
adapun pendidikan non formal beliau adalah menimba ilmu di pesantren dari
mulai MTs hingga tamat kuliah. Kini beliau menjadi penghulu/lebe di Desa
Nanggela Kecamatan Greged Kabupaten Cirebon.94
4. Bapak Fauzi
Bapak Fauzi lahir pada tanggal 19 Juni 1974, Riwayat pendidikan
formal beliau hanya sebatas SD, pendidikan formal beliau menimba ilmu di
pesantren Lengkong Kuningan dan pesantren di Purwakarta, beliau
merupakan satu angkatan dengan bapak Yusuf ketika belajar di peantren,
beliau kini mengajar ngaji di mushola dekat kediamannya dengan muridnya
92
Wawancara dengan bapak Yusuf (tokoh ulama Desa Nanggela) pada hari Sabtu tanggal 27
Februari 2016 pukul 16.00 WIB
93
Wawancara dengan bapak Ahmad Jahid (tokoh ulama Desa Nanggela) pada hari Sabtu
tanggal 27 Februari 2016 pukul 17.00 WIB
94
Wawancara dengan bapak Junaidi (Penghulu/Lebe Desa Nanggela) pada hari Minggu
tanggal 28 Februari 2016 pukul 10.00 WIB
62
95
Wawancara dengan bapak Fauzi (tokoh ulama Desa Nanggela) pada hari Sabtu tanggal 27
Februari 2016 pukul 20.10 WIB
63
96
Wawancara dengan Ibu Kulsum pada hari Minggu tanggal 28 Februari 2016 pukul 13.00
WIB
97
Wawancara dengan ibu Ilah pada hari Minggu tanggal 28 Februari 2016 pukul 14.00 WIB
64
Ibu Uus memiliki lima anak dua diantaranya telah berumah tangga dan
tiga lainnya masih bersekolah, dengan keadaan suami yang tidak bekerja
penghasilan keluarga tidak ada sedangkan kebutuhan makan dan biaya
sekolah harus dipenuhi, beranjak dari situlah ibu Uus mencoba mencari
pekerjaan dari mulai menjadi pembantu rumah tangga sampai akhirnya ibu
Uus berjualan serabi, penghasilan ibu Uus dari berjualan serabi cukup untuk
kebutuhan biaya makan, sekolah dan masih bisa menyimpan sekitar Rp.
20.000,00 – Rp. 30.000,00.
Berdasarkan penuturan Ibu Uus :
98
Wawancara dengan ibu Uus pada hari Minggu tanggal 28 Februari 2016 pukul 16.20 WIB