Anda di halaman 1dari 11

BAB III PROFIL MASYARAKAT

3.1 Latar Belakang


1. Sejarah Desa Mangunkerta
Desa Mangunkerta adalah salah satu desa di Wilayah Kecamatan Cugenang Kabupaten
Cianjur hasil Pemekaran dari Desa Gintung Kecamatan Cugenang pada tahun 1979, pada
saat itu Desa Gintung memiliki luas wilayah dan jumlah penduduk yang memungkinkan
untuk dipecah menjadi dua Desa.
Berdasarkan hasil musyawarah masyarakat desa pada saat itu, diputuskan 2 nama
untuk menamai Desa Pemecahan dari Desa Gintung yaitu menjadi Desa Sukamulya dan
Desa Mangunkerta, yang memiliki arti penting bagi 2 desa tersebut sebagaimana nama
Desa Mangunkerta yang memiliki arti bahwa penduduk desa Mangunkerta senantiasa
bekerja dan berkarya (Mangunkerta diambil dari istilah bahasa sunda yaitu wangun dan
kerta yang artinya membangun dan berkarya ).
Pemekaran Desa Mangunkerta dan Desa Sukamulya berdasarkan Surat Keputusan
Bupati Cianjur Nomor 118/HK.22.2/021.2-PM/1979 tanggal 24-11-1979 tentang
pemekaran Desa Gintung menjadi Desa Mangunkerta dan Desa Sukamulya.
2. Batasan Geografis
Desa Mangunkerta Dengan Batas wilayah administratif sebagai berikut:
- Sebelah Utara : Desa Nyalindung Kec. Cugenang
- Sebelah Timur : Desa Cijedil dan Desa Gasol
- Sebelah Selatan : Desa Sarampad Kec. Cugenang
- Sebelah Barat : Desa Sukamulya Kec. Cugenang
3. Luas Wilayah
Desa Mangunkerta Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur memiliki luas wilayah
212,885 ha, yang terbagi atas tanah pesawahan, tanah perkebunan, tanah pemukiman,
tanah desa dan lainnya yaitu :

Tanah Pesawahan 103,300 Ha

Tanah Ladang/kebun 68,500 Ha


Tanah Pemukiman 37,500 Ha
Tanah Desa 3,000 Ha
Lainnya 10,585 Ha

4. Keadaan geografis dan tofografis


Secara geografis, Desa Mangunkerta terletak di lereng kaki Gunung Gededengan
kemiringan tanah antara 20°-45° dan ketingian tanah dari permukaan laut 900 – 1.000
mdpal, dengan curah hujan rata-rata setiap tahun 1.000 ml dan suhu udara 18°-24° C,
hal ini tidak jauh berbeda dengan desa-desa di kecamatan lainnya. Secara Kordinat
Desa Mangunkerta terletak di Kordinat Bujur : 107,071567 dan kordinat lintang : -
6,799648. Berada tidak jauh dari pusat kota Kabupaten Cianjur. Mangunkerta
merupakan daerah transisi yang masyarakatnya sudah sedikit modern.
5. Perkembangan Masyarakat
Letak geografis yang tidak jauh berbeda, membuat keadaan sosial ekonomi
masyarakatnya pun hampir sama dengan Desa lainnya di Kecamatan Cugenang.
Masyarakat yang heterogen, mulai pekerja, karyawan, petani, peternak dan buruh pun
menjadi status sosial penduduknya. Meskipun sangat dekat dengan Ibu Kota
Kabupaten, namun masyarakat Desa Mangunkerta masih kental dengan budaya
sundanya. Hanya terdapat beberapa warga yang sudah mulai meninggalkan tradisi
dan adat setempat dan hal ini pun menjadi sesuatu yang wajar di jaman sekarang.
3.2 Komponen Khusus dalam Masyarakat
1. Karakteristik Demografi
Jumlah penduduk berdasarkan hasil pendataan penduduk per tanggal 16 juni 2020
seluruhnya tercatat :
a. Penduduk
Laki-Laki : 3.519 Jiwa
Perempuan : 3.206 Jiwa
Jumlah : 6.725 Jiwa
b. Kepala Keluarga
Kepala Keluarga Laki-laki : 1.651 KK
Kepala Keluarga Perempuan : 361 KK
Jumlah : 2.012 KK
c. Hak Pilih :
Laki-Laki : 2.454 Jiwa
Perempuan : 2.269 Jiwa
Jumlah : 4.723 Jiwa

No Uraian Sumber Daya Manusia Volume Satuan

I  Penduduk  
1. Laki-laki 3,519 orang
2. Perempuan 3,206 orang
3. Kepala Keluarga 2,012 KK
4. Keluarga Pra-Ks 778 KK
5. Keluarga Ks-I 504 KK
6. Keluarga Ks-II 393 KK
7. Keluarga Ks-III 228 KK
Penduduk berdasarkan kelompok
II
umur
1. 0 – 1 tahun 154 orang
2. 1 – 5 tahun 458 orang
3. 6 – 7 tahun 302 orang
4. 8 – 12 tahun 579 orang
5. 13 – 15 tahun 391 orang
6. 16 – 18 tahun 441 orang
7. 19 – 25 tahun 736 orang
8. 26 – 35 tahun 944 orang
9. 36 – 45 tahun 684 orang
10. 46 – 55 tahun 658 orang
11. 56 – 65 tahun 509 orang
12. 65 tahun keatas 230 orang
II Pendidikan  
1. Tidak tamat SD 353 Orang
2. Tamat SD 1.537 Orang
3. Tamat SLTP/MTs 617 Orang
4. Tamat SLTA/Man 601 Orang
5. S.I/S.II 102 Orang
6. DI-D3 37 orang
III Mata Pencaharian
1. Petani 172 orang
2. Buruh Tani 420 orang
3. Buruh Migran 30 orang
4. PNS 37 orang
5. Pengrajin Industri rumah tangga 17 orang
6. Pedagang keliling 81 orang
7. Peternak 34 orang
8. Montir 23 orang
9. TNI/Polri 2 orang
10. Pensiunan PNS/TNI/POLRI 48 orang
11. Pengusaha kecil 71 orang
12. Dukun kampung terlatih 6 orang
13. Karyawan perusahaan swasta 171 orang
14. Karyawan Perusahaan Pemerintah 31 orang
15. Karyawan 100 orang
16. Pedagang 191 orang
17. Tukang Kayu 53 orang
18. Sopir 97 orang
19. Ojek 53 orang
20. Tukang Las 15 orang
21. Pengrajin 47 orang
22. Lain-lain 447 orang

2. Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi digunakan untuk melihat komposisi sektor ekonomi disuatu
wilayah. Letak geografis Desa Mangunkerta yang tidak jauh berbeda, membuat
keadaan sosial ekonomi masyarakatnya pun hampir sama dengan Desa lainnya di
Kecamatan Cugenang. Masyarakat yang heterogen, mulai pekerja, karyawan, petani,
peternak dan buruh pun menjadi status sosial penduduknya.
3. Kondisi perumahan
Kondisi perumahan di Desa Mangunkerta sangat beragam. Mayoritas kondisi rumah
di Desa Mangunkertaadalah rumah permanen. Keadaan rumah di Desa Mangunkerta
bemacam-macam, ada yang mewah dan luas adapula rumah yang sangat sederhana.
Di setiap RW ada yang mempunyai rumah luas dan ada yang di gang-gang kecil
yang hanya bisa lewat satu motor. Untuk rumah yang notabenenya luas biasanya
berlokasi dipinggir jalan.
4. Tingkat Pendapatan Penduduk
Kondisi ekonomi suatu wilayah dapat juga dilihat dari struktur ekonomi, kondisi
perumahan, serta tingkat pendapatan penduduk. Ini dapat menjadi penilaian sendiri
bagaimana kesejahteraan ekonomi suatu wilayah. Tingkat pendapatan penduduk
paling dominan dipengaruhi oleh mata pencaharian penduduk.
5. Struktur Kepemimpinan
Struktur kepemimpinan di wilayan Desa Mangunkerta Kecamatan Cugenang adalah
sebagai berikut :
Gambar Struktur Pemerintahan Desa Mangunkerta Kecamatan Cugenang

Sumber Dokumentasi Praktikum Komunitas 2022


6. Sistem Nilai Budaya
Meskipun sangat dekat dengan Ibu Kota Kabupaten, namun masyarakat Desa
Mangunkerta masih kental dengan budaya sundanya. Hanya terdapat beberapa warga
yang sudah mulai meninggalkan tradisi dan adat setempat dan hal ini pun menjadi
sesuatu yang wajar di jaman sekarang.
7. Sistem Pengelompokan Masyarakat
Sistem pengelompokkan dalam masyarakat di Desa Mangunkerta tidak begitu
signifikan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh
prakikan, terlihat tidak nampak adanya golongan-golongan tertentu yang menuutp
atau menarik diri dari satu dengan yang lainnya. Umumnya warga Desa Mangunkerta
memiliki hubungan keluarga antar tetangga sehingga kekerabatannya masih kuat.
Pengelompokkan di masyrakat sebatas pengelompokkan secara administratif yaitu
pengelompokkan berdasarkan wilayah dusun. Namun hal tersebut tidak
menimbulkan masalah yang besar di masyarakat.
8. Sistem Pelayanan Kesejahteraan Sosial
Sistem pelayanan kesejahteraan sosial di Desa Mangunkerta secara formal dikelola
terpusat di kantor desa dan adapula secara non formal yang digerakan di masyarakat.
Pelayanan tersebut umumnya secara bebas dapat diakses oleh masyarakat Desa
Mangunkerta. Pelayanan secara formal diekelola terpusat di Kantor Desa
Mangunkerta misalnya adalah pengurusan surat-surat keterangan dari kelurahan,
pengadaan posyandu, pembagian BPNT, pembinaan PKK, pendataan, pelaksanaan
himbauan dan program baik dari pemerintah kabupaten/provinsi/pusat dan lainnya.
Selanjutnya juga terdapat organisasi di kelurahan misalnya Karang Taruna, PKK,
Posyandu, dan yang lainnya. Kemudian pelayanan kesejahteraan sosial yang
digerakan di masyarakat adalah kegiatan yang dilakukan karena inisiatif dari
masyarakatt, misalnya adalah pengajian rutin disetiap RW ataupun mengadakan
kegiatan seperti JumSih (Jumat Bersih).
9. Kemungkinan menerima perubahan
Kemungkinan masyarakat menerima perubahan dalam konteks pengembangan
masyarakat dapat terlihat dari sambutan dan antusias masyarakat baik ketika
praktikan melakukan kunjungan maupun mengadakan kegiatan kumpul warga seperti
community meeting. Masyarakat menyambut kedatangan praktikan secara terbuka
baik untuk kegiatan formal maupun informal, terbuka terhadap perubahan yang akan
dilaksanakan bersama masyarakat dengan mencoba memahami apa yang
disampaikan praktikan dan bertanya untuk memperjelas apa yang sudah
disampaikan. Sebagian besar masyarakat juga memberikan persetujuan atas rencana
umum kegiatan yang akan dilaksanakan oleh praktikan. Meskipun begitu, terdapat
beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan dalam teknik pelaksanaannya karena
berkaitan dengan sistem nilai budaya yang berkembang di Desa Mangunkerta.
3.3 Kehidupan Interaksi Sosial Masyarakat
1. Kehidupan Kerja Sama
Kehidupan kerjasama masyarakat Desa Mangunkerta terlihat cukup baik. Semangat
gotong-royong masih terasa kuat di kehidupan masyarakat. Hal ini terbukti pada saat
ada kegiatan kerja bakti setiap hari Jumat, masyarakat saling membantu
membersihkan jalanan. Ibu-ibu akan memasak bersama untuk dibagikan di masjid
jika mengadakan Maulid Nabi atau hari-hari besar umat Islam.
2. Komunikasi Antar Anggota Masyarakat
Masyarakat Desa Mangunkerta kesehariannya berkomunikasi menggunakan Bahasa
Sunda, baik yang berusia anak-anak hingga orang dewasa. Bahasa Sunda dikenal
memiliki berbagai tingkatan. Bahasa Sunda halus biasanya digunakan untuk
berbicara kepada orang yang lebih tua, sedangkan Bahasa Sunda kasar digunakan
untuk berbicara dengan teman sebaya atau orang yang lebih muda. Masyarakat Desa
Mangunkertamasih dapat berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia.
Komunikasi antarwarga Desa Mangunkerta terjalin cukup baik, hal ini tercermin
ketika warga saling menyapa saat bertemu di jalan. Selain itu, terkadang terlihat
warga berkumpul untuk berbincang-bincang di teras rumah ataupun pos ronda.
Keramahan warga Desa Mangunkertajuga terlihat dari penerimaan warga sekitar
kepada praktikan saat pertama kali datang.
3. Keeratan Hubungan Antar Anggota Masyarakat
Pada umumnya masyarakat Desa Mangunkerta memiliki hubungan kekeluargaan
antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya, sehingga terlihat kekerabatan
yang masih kuat di lingkungan masyarakat. Masyarakat Desa Mangunkertatidak
menolak kedatangan dari pendatang di wilayah Kelurahan, hal ini dapat dilihat dari
adanya beberapa warga yang menikah dengan masyarakat luar Desa
Mangunkertadan keterbukaan terhadap praktikan yang memudahkan proses
Praktikum Komunitas. Selain itu, kepedulian antar warga masih sangat terasa,
misalnya saat ada tetangga yang sakit, tetangga yang lain akan membantu dengan
memberikan bantuan baik materi maupun mengasuh anak tetangga yang orang
tuanya sakit.
4. Konflik Antar Masyarakat dan Penyelesaiannya
Kehidupan bermasyarakat tentu terdapat keharmonisan dan juga gangguannya
tersendiri. Konflik yang terjadi di Desa Mangunkerta biasanya terkait dengan
kesalahpahaman antar pemuda. Penyelesaian tersebut dilakukan dengan cara
kekeluargaan, mengingat budaya masyarakat disana yang masih menjunjung tinggi
sopan santun dan kebudayaan sehingga konflik yang terjadi tidak berkepanjangan.
3.4 Identifikasi Potensi dan Sumber
1. Potensi
Potensi adalah sumber daya yang tersedia yang mungkin dapat digunakan untuk
mengatasi permasalahan. Hasil kajian sketsa desa, secara umum potensi yang dimiliki
Desa Mangunkerta menggambarkan banyak potensi, namun belum tergali serta belum
dimanfaatkan secara optimal. Namun demikian, berdasarkan hasil kajian potensi ini
bisa maksimal dan dapat digolongkan ke dalam 2 kategori yaitu:
A. Dapat maksimal jika dilakukan bila dilakukan pendekatan, penyuluhan,
pengarahan, penekanan, terhadap unsur manusia.
B. Dapat maksimal bila ada stimulus dalam bentuk pendanaan, dan ini biasanya
sering terjadi di Desa Mangunkerta.
Pada umumnya masyarakat perdesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan
batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat
yang sangat kuat yang hakekatnya. Adapun yang menjadi ciri masyarakat desa antara
lain :
- Didalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih
mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar
batas wilayahnya.
- Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan
- Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian
2. Sumber
a. Sumber Daya Alam
Desa Mangunkerta merupakan salah satu dari 16 desa yang berada di Kecamatan
Cugenang. Luas wilayah Desa Mangunkerta secara keseluruhan adalah seluas
212,885 ha. Desa Mangunkerta berada di ketinggian 600 – 1200 meter di atas
permukaan laut. Desa Mangunkerta Kecamatan Cugenang secara topografi
merupakan perbukitan. Wilayah Desa Mangunkerta yang beriklim tropik basah
memiliki curah hujan sebesar 2000-3000 mm per tahun. Desa Mangunkerta memiliki
intensitas curah hujan cukup tinggi sehingga suhu udara rendah sehingga dapat
mendukung kegiatan masyarakat dalam bidang pertanian. Potensi di bidang pertanian
dan perkebunan merupakan potensi unggulan yang terdapat di Desa Mangunkerta.
Komoditas padi, jagung, singkong, tanaman hortikultura sangat dominan didukung
oleh lahan yang subur, iklim yang baik serta kemampuan petani dalam bidang
pertanian yang memadai. Adanya beberapa sumber air di Desa Mangunkerta
menjadikan sumber pengairan utama bagi masyarakat petani disekitar Desa
Mangunkerta sehingga pada saat musim kemarau dapat menjadi sumber cadangan air
yang cukup potensial untuk dimanfaatkan. Iklim di Desa Mangunkerta terdapat dua
musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan
November hingga Mei. Musim kemarau umumnya terjadi pada bulan Juni sampai
Oktober. Desa Mangunkerta merupakan salah satu desa yang terdapat dibawah kaki
gunung gede sehingga sangat menunjang aktivitas ekonomi dalam bidang pertanian.
Di Desa Mangunkerta terdapat jalan utama yang merupakan aksesibilitas atau jalur
penghubung yaitu menghubungkan antar beberapa kecamatan dan merupakan jalur
penghubung untuk memasarkan hasil pertanian. Saluran air dan saluran irigasi yang
cukup memadai dan didukung oleh sumber daya air yang cukup. Potensi sumber
daya alam lainnya yang juga banyak terdapat di desa Mangunkerta adalah berupa
batu, pasir dan kerikil yang merupakan bahan dasar dalam pembangunan
infrastruktur jalan, jembatan, bangunan dan lain-lain. Selain itu masih banyak
sumber daya alam yang masih bisa digali dan dikembangkan, yang diantaranya :
- Lahan Pertanian yang masih bisa ditingkatkan produktifitasnya apabila
ditunjang dengan pengelolaan yang menggunakan teknologi modern.
- Lahan pekarangan masih belum digunakan secara maksimal sehingga
dibiarkan kosong. - Wilayah yang merupakan perkampungan sehingga sangat
potensial untuk beternak, namun belum banyak yang menyentuh.
b. Sumber Daya Manusia
Potensi Sumber Daya Manusia yang ada di Desa Mangunkerta masih perlu digali,
berbagai tenaga trampil di bidang pertanian, perkebunan, industry mesin pertanian,
perbengkelan, dan teknologi dan informasi serta lainnya merupakan modal bagi
pembangunan ekonomi dan pertanian, namun potensi ini belum bisa dimaksimalkan.
Meski Desa Mangunkerta populasi jumlah penduduk yang tidak terlalu padat dan
cepat, tetapi sumber daya manusia yang ada cukup berkembang. Desa Mangunkerta
memiliki beberapa tenaga trampil di bidang industri kerajinan, pertanian dan
peternakan. Selain itu terdapat juga industri dan jasa pembuatan meubel,
perbengkelan, ahli dibidang bangunan. Berbagai potensi yang terdapat di desa
Mangunkerta seperti potensi industri seperti industri kerajinan, industry meubel,
perbengkelan dan pertukangan lainnya. Potensi tersebut berpengaruh terhadap
peningkatan perekonomian di Desa Mangunkerta. Selain potensi diatas banyak juga
potensi sumber daya manusia yang lainnya, yang diantaranya :
- Adanya Sarjana lulusan perguruan tinggi dari berbagai lulusan.
- Sumber daya Usia produktif baik laki-laki maupun perempuan.
- Adanya kader kesehatan posyandu di setiap RW yang bisa menunjang tarap
kesehatan warga dan mengurangi resiko kematian disaat melahirkan.
- Unsur kelembagaan yang sudah lengkap mulai dari Perangkat Desa, BPD, LPM,
PKK, Posyandu, Kelompok tani, desa siaga.
3.5 Masalah Utama yang Nampak
Seiring dengan perkembangannya yang semakin pesat, di Desa Mangunkerta juga masih
terdapat beberapa beberapa gambaran permasalahan permasalahan yang yang harus
dihadapai segera ditangani dan perlu penanganan segera berdasarkan Penjaringan
masalah yang dilakukan disetiap dusun diantaranya sebagai berikut :
1. Pendidikan
o Tidak ada taman bacaan masyarakat.
o Budaya dan minat baca di kalangan masyarakat masyarakat masih rendah;
o Masih banyak Lulusan SLTP tidak melanjutkan ke SMU/SMK karena
kemampuan ekonomi yang masih rendah.
o MCK di setiap lingkungan SD Rusak dan tidak bisa digunakan
o Sebagian masyarakat masih ada yang kurang peduli terhadap pendidikan anak-
anak;
2. Kesehatan
o Kegiatan Posyandu belum maksimal karena tidak memiliki gedung dan tidak ada
peralatan (numpang dirumah warga)
o Masih rendahnya SDM Kader yang dilibatkan dalam kegiatan Posyandu;
o Masih rendahnya Perilaku Hidup Bersih dan sehat di masyarakat;
o Tidak ada pengawasan terhadap pemakain zat kimia berbahaya dalam produk
makanan;
o Banyak hewan unggas milik masyarakat berkeliaran dan mengotori lingkungan.
o Masih banyak kandang ternak bercampur dengan pemukiman penduduk.
o Pertolongan persalinan masih ada yang dilakukan oleh paraji;
o Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai tanda – tanda berbahaya dalam
persalinan.
3. Sosial
o Anak –anak terlantar akibat orang tua menjadi TKW.
o Sebagian besar masyarakat tidak memilki Buku Nikah sebagai bukti sah
perkawinan.
o Masih ada pernikahan dibawah umur;
o Perhatian lembaga masih rendah dalam masalah sosial.
o Penduduk Usia Produktif masih banyak yang menganggur.
o Masih lemahnya kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam perwujudan
pelayanan kesejahteraan sosial yang melembaga dan berkelanjutan.
o Bertambahnya penduduk sehingga tidak seimbang dengan persediaan lahan
pertanian
o Terdesaknya industri rumahan di desa oleh produk industri modern.
o Sebagian Kawin – Cerai dilakukan dibawah tangan.
4. Keagamaan
o Pembinaan generasi muda yang berintikan budaya dan nilai-nilai agama masih
kurang sehingga mudah terpengaruh dengan budaya luar akibat dari realitas
kemajuan di era globalisasi;
o Kesadaran masyarakat dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
ajaran agama masih rendah sehingga perwujudan landasan moral, spiritual, serta
etika dalam kehidupan bermasyarakat dan dalam penyelenggaraan pemerintahan
masih lemah;
o Pembangunan sarana keagamaan sebagaian terbengkalai akibat kekurangan biaya;
5. Kepemudaan dan Olahraga
o Masih terbatasnya sarana dan prasana kepemudaan untuk mewadahi aktivitas dan
kreativitas generasi muda yang lebih berkualitas dan mandiri;
o Masih kurangnya pembinaan keolahragaan sehingga potensi bibit unggul bidang
olah raga sulit dikembangkan;
o Fasilitas lapangan sepak bola di RW 2 tidak terkelola dengan baik;
6. Infrastruktur
o Tidak ada pengawasan terhadap kendaraan yang melebihi standar Muatan Sumbu
Terberat (MST) pada jaringan jalan yang tidak sesuai dengan kelasnya;
o Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam upaya pemeliharaan dan
pelestarian pembangunan sarana jalan;
o Sebagian besar jalan setapak antar kampung masih berupa tanah sehingga
menyulitkan aktifitas masyarakat ketika musim hujan.
o Rusaknya fasilitas jaringan pipa air bersih dan bak penampung air dari
Kp.Karamat ke Kp.Cariu;
o Kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan MCK yang telah dibangun masih
rendah;
o Kondisi Jalan yang dipergunakan akses lalu lintas penduduk kondisinya rusak;
o Sebagian besar saluran air berada ditebing - tebing sehingga mudah terkena
longsoran tanah;
7. Penataan Ruang Wilayah Desa
o Tidak ada pengawasan dan aturan yang jelas mengenai pembangunan perumahan
yang masih menggunakan sepadan jalan terutama di jalan ruas jalan desa dan
daerah aliran sungai;
o Ada pemukiman warga pada jalur rawan longsor di Kp.Gintung
o Pada musim hujan air sering meluap ke jalan akibat saluran air dikanan dan kiri
jalan tidak berfungsi;
o Masyarakat membuang sampah sembarangan;
o Penggunaan lahan pekarangan untuk Toga masih rendah;
8. Ekonomi/UMKM
o Kurangnya kemampuan pelaku UMKM melakukan inovasi dalam wirausaha,
akses permodalan, dan promosi pemasaran;
o Kurangnya akses permodalan dari perbankan, kurangnya penguasaan teknologi
tepat guna (TTG).
9. Ketentraman & Ketertiban
o Tingkat kriminalitas dan pelanggaran hukum masih tinggi.
o Rasio Jumlah Petugas Keamanan tidak sebanding dengan populasi penduduk;
o Kurangnya daya dukung sarana dan prasarana keamanan (Pos Ronda, Lampu
Penerangan Jalan);
o Kesadaran masyarakat dalam melaksanakan siskamling masih rendah.
o Tidak ada penataan di lokasi pasar desa yang menggunakan badan jalan sehingga
mengganggu arus lalu lintas;
o Tawuran antar pelajar;
10. Pemerintahan Desa;
o Etos kerja Aparatur Desa masih rendah;
o Peran serta lembaga kemasyarakatan di desa masih rendah.
o Tumpang tindihnya kepengurusan lembaga kemasyarakatan;
o Masih rendahnya pemahaman mengenai tugas pokok dan fungsi pengurus
lembaga RW dan RT dalam pelayanan masyarakat;
o Masih rendahnya produk hukum yang dibuat dan publikasi produk hukum desa
terhadap masyarakat.
o Sarana prasarana pelayanan perkantoran desa masih terbatas sehingga
menghambat pelayanan masyarakat;
o Kepengurusan RW dan RT kurang berfungsi di masyarakat;
o Tidak ada Kantor Dusun dan Kantor RW
o Produk hukum desa yang dibuat masih sangat sedikit;

Anda mungkin juga menyukai