Definisi lanjut usia yang paling utama dilandasi peraturan yang mengacu pada Pasal 1 ayat (2)
Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia bahwa lanjut usia
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Lebih lanjut lagi
dalam undang-undang tersebut juga mendeskripsikan pengertian lanjut usia sebagai berikut :
Menurut Otto Pollak dikutip dalam Tody Lalenoh (1993), lanjut usia adalah orang-orang
yang mengalami proses kemunduran baik secara jasmani maupun rohani. Tambahan menurut
Surini & Utomo dalam Lilik Ma’rifatul Azizah (2011) mendefinisikan lanjut usia bukan suatu
penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang akan dijalani semua
individu, ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres
lingkungan. Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO (World Helath Organization) yang
dikutip oleh Lilik Ma’rifatul Azizah (2011), seseorang disebut lanjut usia (elderly) jika berumur
60-74 tahun. WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/biologis
menjadi 4 kelompok yaitu:
Menurut Marry Buckly (1972) yang dikutip oleh Argyo Demartoto (2007), karakteristik usia
lanjut adalah sebagai berikut :
1. Usia
Seseorang dikatakan lanjut usia apabila orang tersebut berusia tua dan orang tersebut
mengerti serta menghayati sebagai orang tua. Usia sebagai suatu faktor sekaligus merupakan
tantangan dan pusat perhatian. Hal ini terjadi karena pengambilan alih sikap-sikap dari luar
( sikap masyarakat terhadap lanjut usia ) menjadi sikap yang dimiliki oleh lanjut usia
merupakan salah satu faktor kepribadian manusia.
2. Kematian
Kematian merupakan fakta kehidupan bagi semua orang sebagai ancaman yang tidak dapat
dihindarkan dan ditanggapi secara berbeda-beda oleh para lanjut usia. Lanjut usia adalah
seseorang yang secara berangsur-angsur berada dalam dunia kehidupan yang semakin
menurun dan menghadapi kematian yang semakin hari semakin dekat.
3. Intensifikasi (peningkatan)
Umumnya orang lanjut usia menjadi lebih egosentris. Mereka kurang bertenggang rasa
dengan yang lainnya tetapi sibuk memikirkan atau merenungkan tentang kematian, agama,
dirinya sendiri, dan keadaan jasmaninya. Kondisi ini merupakan perilaku orang lanjut usia
yang berisifat alamiah yang merupakan reaksi pertahanan diri terhadap penolakan
masyarakat akan dirinya.
4. Penyakit Orang usia lanjut pada umumnya dikelilingi oleh penyakit sehingga mereka
biasanya dalam keadaan sakit. Dan yang perlu dipahami adalah akibatakibat emosional dari
penyakit terhadap semangat dan kekuatan lanjut usia.
5. Kesepian dan keterasingan Sebagian besar orang usia lanjut berada dalam situasi kesepian
sebagai akibat kehilangan berbagai aspek dalam kehidupannya. Seperti kehilangan sahabat,
anak, istri, atau suami.
Menurut Ericksson, kesiapan lansia untuk beradatasi atau menyesuaikan diri terhadap
perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap
sebelumnya.Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya melakukan kegiatan
sehari-hari dengan teratur dan baik serta membina hubungan yang serasi dengan orang-orang
disekitarnya, maka pada usia lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan
sebelumnya seperti olahraga, mengembangkan hobi bercocok tanam, dll. Adapun tugas
perkembagan lansia adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan biologis
Kebutuhan yang berkaitan dengan fisik lanjut usia. Misalnya kebutuhan akan makan-minum,
tempat tinggal, tempat istirahat, olahraga, seksual, dan kesehatan.
2. Kebutuhan sosial
Kebutuhan yang berkaitan dengan hubungan social lanjut usia dalam berinteraksi sosial
dengan anak, cucu, tetangga, dan sesama lanjut usia, serta berpartisipasi dalam berbagai
kegiatan sosial.
3. Kebutuhan emosional
Kebutuhan yang berkaitan dengan pengungkapan perasaan lanjut usia seperti kebutuhan
untuk menyalurkan perasaan suka, duka, cinta, bangga, dihargai, dihormati, bercerita
pengalaman, hiburan, rekreasi, dan memberikan nasehat.
4. Kebutuhan rohani
Kebutuhan yang berkaitan dengan keinginanuntuk mendapatkan ketenangan jiwa dan
kedekatan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Misalnya kebutuhan melaksanakan ibadah
keagamaan (sholat, berdoa, sembahyang), memerdalam iman (pengajian, pendalaman kitab
suci), dan melakukan kegiatan amal (kegiatan ke panti asuhan, memberi bantuan kepada
orang tidak mampu, dan sebagainya).
5. Kebutuhan intelektual
Kebutuhan untuk dapat menambah pengetahuan, keterampilan, dan mempertahankan daya
ingat. Misalnya kebutuhan membaca buku dan koran, mengisi teka-teki silang, membuat
kerajinan tangan, melakukan permainan dan sejenisnya.
6. Kebutuhan ekonomi
Kebutuhan yang berkaitan dengan pengelolaan penghasilan dan kekayaan lanjut usia.
Misalnya mengurus penghasilan, rumah, tanah, perusahaan, dan harta kekayaan lainnya.
1. Penurunan kemampuan gerak, pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa, dan daya ingat
2. Penyakit degeneratif
3. Kesepian
4. Mengatur harta dan warisan.
Selain yang dimaksudkan oleh Kementerian Sosial RI tahun 2010, terdapat pula pemaparan
tentang masalah yang dihadapi oleh Lanjut Usia yaitu yang dikeluarkan oleh Todi Lalenoh
(1996) adalah sebagai berikut :
1. Permasalahan Fisik
Permasalahan fisik yang dialami Lanjut Usia pada umumnya disebabkan karena menurunnya
metabolisme tubuh, fungsi-fungsi sel, dan proses pembakaran di jaringan sehingga tulang
punggung menjadi kaku, mobilitas sendi terbatas, dan tulang-tulang menjadi rapuh.
Permasalahan fisik dan kesehatan lebih dipermasalahkan oleh Lanjut Usia daripada
permasalahan lainnya seperti keuangan, kesepian dan perasaan tidak berguna karena sangat
menghambat dan paling dirasakan oleh seseorang pada usia lanjut.
2. Permasalahan
Psikologis Permasalahan psikologis yang dimaksud yaitu adanya perasaan kesepian, perasaan
tidak berguna karena keadaannya yang kurang meridapat perhatian baik oleh keluarga
maupun masyarakat. Sehingga hal ini menjadi masalah bagi orang-orang yang berusia lanjut.
3. Permasalahan Sosial Ekonomi
Permasalahan sosial ekonomi berkaitan dengan hambatan-hambatan dalam pelaksaaan
peranan-peranan sosial dan ketidakmampuan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pada hakekatnya permasalahan Lanjut Usia yang paling mendasar di Indonesia adalah
masalah kesehatan yang melebihi permasalahan keuangan, kesepian dan perasaan tidak
berguna karena masih besarnya kesulitan dalam mengakses pelayanan kesehatan.
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012, lanjut usia terlantar
adalah seseorang yang berusia 60 (enam puluh) tahun atau lebih, karena faktor-faktor tertentu
tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Menurut Tody Lalenoh (1993:69) lanjut usia
terlantar adalah mereka yang telah berusia 55 tahun ke atas, tidak mempunyai kemampuan dan
tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk kepentingan hidup sehari-hari, tidak memiliki sanak
keluarga yang dapat memberikan suatu bantuan untuk kelangsungan hidupnya.
Salah satu jenis dari Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yaitu lanjut usia terlantar.
Menurut Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012, lanjut usia telantar
memiliki kriteria sebagai berikut :
Penyebab lanjut usia terlantar menurut Tody Lalenoh dalam buku Gerontologi dan Pelayanan
Lanjut Usia (1993) adalah sebagai berikut:
1. Ketiadaan sanak keluarga, kerabat dan masyarakat lingkungan yang dapat memberikan
bantuan tempat tinggal dan penghidupan.
2. Kesulitan hubungan antara lanjut usia dengan keluarga dimana selama ini ia tinggal.
3. Ketiadaan kemampuan keuangan/ekonomi dari keluarga yang menjamin penghidupannya
secara layak.
4. Kebutuhan penghidupannya tidak dapat dipenuhi melalui lapangan kerja yang ada.
5. Perkawinan anak sehingga anak hidup mandiri dan terpisah dari orang tua, serta urbanisasi
yang menyebabkan lanjut usia terlantar.
Lanjut usia fokus pada seluruh layanan yang mereka terima, asesmen yang efektif,
perencanaan perawatan, dan peninjauan adalah aspek yang paling penting dari peran kerja sosial
dari sudut pandang mereka karena pekerjaan sosial dirancang dan terintegrasi seluruh paket
layanan. Para Pekerja Sosial (Pekerja sosial) adalah bagian penting dalam lembaga-lembaga
yang memberikan pelayanan kepada lansia. Di beberapa negara, misalnya, saat ini bahkan sudah
menetapkan bahwa setiap perawatan lansia di rumah itu wajib mempekerjakan seorang pekerja
sosial. Di bawah ini adalah beberapa keahlian pekerja sosial pada ranah lansia, yaitu
1. Brokering Service (Layanan Perantara) Lansia adalah kelompok manusia yang memiliki
kebutuhan khusus untuk difasilitasi, karena diantara mereka ada yang kesulitan dalam urusan
transportasi, komunikasi, dan lain-lain yang menyebabkan mereka butuh dibantu dalam
pemenuhan kebutuhan mereka.
2. Case Management or Care Management service ( Manajemen kasus/perawatan ) Fungsi
manajer kasus bagi klien lansia adalah: case finding (menemukan kasus), presceening
(penyaringan), intake, assessment, goal setting (membuat tujuan akhir), care planning
(merencanakan layanan), capacity building (penguatan kapasitas), care plan implementation
(mengimplementasikan rencana, re-assessment (assessment ulang), and termination
(pengakhiran).
3. Advocacy ( Advokasi ) Seringnya, layanan terhadap lansia itu memiliki kekurangan di sana-
sini, maka seorang pekerja sosial harus melakukan advokasi terhadap lembaga pelayanan
agar selalu ada penyempurnaan dan perbaikan layanan bagi lansia.
4. Individual and Family Counseling (Konseling pribadi dan keluarga) Fokus intervensi dengan
konseling itu adalah untuk mengetahui secara pasti kebutuhan dan potensi klien, kebutuhan
dan potensi keluarganya, dan sistem sumber apa saja yang bisa digunakan untuk membantu
pemenuhan kebutuhan mereka semua itu.
5. Grief Counseling (Konseling saat mengalami kesedihan) Lansia sering mengalami kesedihan
karena kehilangan orang-orang yang mereka cintai, baik isteri, suami, anak, cucu, dan harta-
bendanya, atau bahkan kehilangan kesehatan badan dan mentalnya. Oleh karena itu pekerja
sosial lansia harus bisa melaksanakan konseling pada saat lansia mengalami hal-hal tersebut.
6. Adult Day Care Service (Perawatan sehari-hari pada orang dewasa) Pekerja sosial dalam hal
ini memberikan layanan konseling bagi individual dan keluarganya, penjangkauan, dan
menjadi broker bagi mereka, memberikan dukungan, layanan kelompok, dan membuat
rencana layanan keperawatan yang akan dilaksanakan oleh lembaga pemberi layanan
keperawatan.
7. Crisis intervention services (Layanan intervensi saat mengalami krisis) Peran ini dilakukan
pekerja sosial agar situasi krisis menjadi stabil dan menghubungkan klien dan keluarganya
dengan lembaga pemberi layanan khusus lansia atau layanan apapun yang dibutuhkan klien.
8. Adult foster care services (Layanan pengasuhan orang dewasa) Pekerja sosial menyediakan
layanan ini dengan menyelaraskan dengan tempat tinggal keluarga besar dari lansia tersebut,
memonitor kualitas kehidupan klien selama ikut tinggal bersama keluarga besarnya.
9. Adult protective services (Layanan perlindungan orang dewasa) Layanan perlindungan ini
diberikan kepada lansia yang mengalami atau berpotensi mengalami gangguan fisik,
gangguan keuangan (hartanya dicuri), salah perlakuan, pembiaran dari keluarganya.
10. Support and therapeutic groups (Kelompok dukungan dan terapi) Pekerja sosial terkadang
perlu membuat kelompok dukungan dan kelompok terapi bagi lansia dan bagi keluarganya.
Kedua kelompok ini sangat berguna bagi lansia yang memasuki masa pensiun, mengatasi
sakit seperti penyakit Alzeimer, penyalahgunaan alkohol, narkoba, klien yang akan
meninggal, lansia yang mengalami depresi, atau kendala emosional lainnya.
11. Respite care (Layanan 24 jam) Ketika seorang lansia membutuhkan layanan 24 jam di
rumahnya, maka pekerja sosial bisa memberikan layanan tersebut sehingga bisa berperan
menjadi “istri” atau anggota keluarganya sepanjang hari.
12. Transportation and housing assistance (Bantuan transportasi dan perumahan) Pekerja sosial
bisa menjadi broker dalam menyediakan layanan transportasi dan mencarikan rumah yang
layak di komunitasnya (keluarga besar lansia).
13. Social services in hospitals and nursing homes (Layanan sosial di rumah sakit dan perawatan
di rumah) Pekerja sosial di rumah sakit dan layanan keperawatan rumah, bisa melakukan
assessment tentang kebutuhan sosial lansia, pendidikan kesehatan bagi lansia dan
keluarganya, layanan langsung (semisal konseling) kepada lansia, keluarganya, dan orang-
orang yang berpengaruh kepadanya, advokasi, merencanakan pelepasan dari RS, membangun
komunikasi, partisipasi pada perencanaan program, memberikan konsultasi dalam
membangun lingkungan terapi, dan berpartisipasi dalam membuat layanan yang
memaksimalkan lansia untuk menjadi mandiri dengan potensi yang dimilikinya.
2.3.1 Kebijakan dan Program Penanganan Masalah Kesejahteraan Sosial yang Relevan
dengan Lanjut Usia Terlantar
Program dan pelayanan sosial bagi lansia terlantar merupakan salah satu usaha untuk
mengentaskan persoalan lansia terlantar. Pelayanan yang dibuat telah ada baik dari pemerintah
maupun masyarakat. Beberapa program Nasional untuk penanganan lanjut usia adalah sebagai
berikut :
Peraturan Bupati Cianjur No 13 tahun 2018 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Pemerintah Desa dan Perangkat Desa
Pasal 1
1. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliku batas-batas wilayah yang
berwenag untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asa usul, dan atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
2. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan NKRI
3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu Perangkat Desa sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Desa.
1. Kepala Desa adalah pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai wewenang, tugas dan
kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga Desanya dan melaksanakan tugas dari
Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
2. Badan Permusyawarat Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang
melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk
Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis
3. Perangkat Desa adalah pembantu Kepala Desa dalam ururaan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia
4. Sekretaris Desa adalah pimpinan sekretariat Desa yang merupakan unsur Perangkat Desa
yang bertugas membantu Kepala Desa dalam bidang adminitrasi pemerintahan.
5. Kepala Dusun adalah unsur Perangkat Desa yang bertugas membantu Kepala Desa
sebagai pelaksana teknis.
6. Kepala Seksi adalah unsur Perangkat Desa yang bertugas membantu Desa sebagai
pelaksana teknis.
7. Kepala Urusan adalah unsur Perangkat Desa yang bertugas membantu Sekretaris Desa
dalam bidang administradi pemerintahan
8. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan
kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat.
Pasal 2
bagian
1) Kepala Desa menyusun rancangan Peraturan Desa tentang susunan organisasi dan tata
kerja Pemerintah Desa berdasarkan kebutuhan dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
2) Kepala Desa mengusulkan rancangan Peraturan Desa tentang susunan organisasi dan tata
kerja Pemerintah Desa kepada BPD untuk dibahas dan disepakati bersama.