Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sejarah berdirinya Desa Pagergunung dibentuk oleh sekelompok

masyarakat yang diceritakan secara turun menurun oleh tetua desa yang

pada saat itu hanya sekelompok kecil masyarakat yang hidup di pinggiran

hutan dan sedikit demi sedikit membuka hutan untuk pemukiman dan lahan

pertanian. Lama kelamaan masyarakat tersebut berubah menjadi kelompok

yang besar dan terbentuklah sebuah desa.

Desa Paagergunung berdiri sejak Tahun 1815 berkat perjuangan para

pendiri antara lain Karyo Dongso, Surotirto, Kartooyitno, Sastro Wiryo dan

Dono Karyo, yang pada saat itu dipimpin oleh Surotirto yang akhirnya

dikukuhkan menjadi Kepala Desa Pagergunung yang pertama Tahun 1815

dan melaksanakan tugasnya sampai Tahun 1835. Adapun data-data Kepala

Desa yang pernah menjabat di Desa Pagergunung adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1.
Data Kepala Desa Pagergunung

No Nama Kepala Desa Masa Tugas Keterangan


1. SUROTIRTO 1815 s/d 1935 Almarhum
2. KARTOYITNO 1836 s/d 1880 Almarhum
3. SASTRO WIRYO 1881 s/d 1916 Almarhum
4. DONO KARYO 1917 s/d 1957 Almarhum
5. SAERAN 1958 s/d 1964 Almarhum
6. SUNARDI 1965 s/d 1978 Almarhum
7. KASTURI (PJ Kades) 1978 s/d 1981 Almarhum
8. NURYASIN 1982 s/d 2003 Ada
9. ASMANTO 2003 s/d 2013 Ada
10. EDDY SULISTIONO 2013 s/d 2019 Aktif
Sumber: Kantor Desa Pagergunung
Secara geografis terletak di antara titik  8º8’0”LS-8º9’5”LS dan

112º22’0”BT-112º22’6”BT, termasuk salah satu desa dalam kawasan

Kecamatan Kesamben yang merupakan bagian integral dari wilayah

Kabupaten Blitar dengan jarak dari Ibu Kota Kecamatan 1 km dan dari Ibu

Kota Kabupaten 35 km , sedangkan dari Ibu Kota Propinsi sekitar 134 km

dengan batas-batas wilayahnya sebagai berikut:

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kesamben Kecamatan

Kesamben.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sukoanyar Kecamatan

Keseamben.

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Jugo Kecamatan Kesamben.

4. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pagerwojo Kecamatan

Kesamben.

Desa Pagergunung merupakan wilayah yang terdiri dari pemukiman

penduduk , tanah tegalan , perkebunan rakyat,  lahan persawahan dengan 

luas wilayah desa 559.495 Ha. Di mana seluas 241.015 Ha adalah

merupakan pemukiman penduduk dan sisanya adalah lahan kering dan areal

persawahan.

Kebijakan pembagunan desa yang menyolok pada saat pemerintahan

orde baru adalah sangat ditentukan oleh swadaya kemandirian masyarakat

warga desa yang di dukung adanya dana subsidi Pemerintah Pusat yang

setiap tahun diberikan. Berbeda dengan sekarang dengan adanya UU

Nomor 33 Tahun 2004 yang mengatur keseimbangan keuangan antara


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, desa mendapatkan kucuran Dana

ADD.bagian dari DAU Pemerintah Kabupaten dari Pemerintah Pusat.

4.2. Analisa SWOT

Dengan mengenali kekuatan dan kelemahan yang ada serta

pemahaman akan ancaman dan peluang merupakan hal yang sangat penting

untuk dilakukan dalam menjabarkan strategi lembaga layanan kesehatan

masyarakat ke dalam langkah-langkah strategis meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan khususnya Posyandu Balita.

Selanjutnya dipaparkan faktor-faktor strategi internal maupun

eksternal untuk dikaji baik kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang di

Posyandu Kamboja Dusun Sebeng, Desa Pagergunung, Kecamatan

Kesamben Kabupaten Blitar yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 maupun

Tabel 4.2. di bawah ini:

Tabel 4.1.
Faktor-Faktor Strategi Internal
Posyandu Kamboja Dusun Sebeng, Desa Pagergunung,
Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar

Faktor-Faktor Strategi Internal Bobot Skor Nilai Skor


KEKUATAN (STRENGTH/S)
1. Program kegiatan posyandu 0,1 5 0,5
balita terbukti dan dirasakan oleh
masyarakat serta berjalan sesuai
dengan harapan masyarakat.
2. Memberikan pelayanan prima 0,1 4 0,4
kepada masyarakat.
3. Menggunakan dana secara
0,1 3 0,3
transparan terhadap alokasi
umum dan khusus. Untuk hal ini
terbukti pada:
a. Administrasi pembukuan
bagi tiap-tiap balita
b. Pemberian konsumsi yang
bergizi untuk balita yang
mengikuti posyandu
Faktor-Faktor Strategi Internal Bobot Skor Nilai Skor
4. Tidak terdapat indikasi korupsi 0,1 4 0,4
dan independen dalam
melaksanakan program kerja
5. Kepuasan masyarakat dilihat dari 0,1 3 0,3
respon mereka terhadap program
pemerintahan setempat.
SUB TOTAL 0,5 6,4
KELEMAHAN (WEAKNESS/W)
1. Program kegiatan posyandu 0,1 4 0,4
balita kurang diperhatikan secara
serius
2. Masih kurang memiliki nilai 0,1 3 0,3
yang baik
3. Kurangnya pengetahuan dan 0,1 4 0,4
dukungan inovasi teknologi.
4. Kurangnya hubungan dan
0,1 4 0,4
komunikasi perangkat dengan
masyarakat.
5. Tidak terbukti program-program
yang memperhatikan masyarakat 0,1 3 0,3
yang kurang mampu, lansia dan
anak/rang yang berkebutuhan
khusus
SUB TOTAL 0,5 1,8
TOTAL 1 8,2
Sumber: Data Diolah peneliti

Berdasarkan hasil tabel di atas menunjukkan bahwa kekuatan yang

dimiliki oleh Posyandu Kamboja Dusun Sebeng Desa Pagergunung

Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar adalah program kegiatan posyandu

balita terbukti dan dirasakan oleh masyarakat serta berjalan sesuai dengan

harapan masyarakat dengan nilai skor 0.5. Sedangkan kelemahan yang

dimiliki Posyandu Kamboja Dusun Sebeng Desa Pagergunung Kecamatan

Kesamben Kabupaten Blitar adalah program kegiatan posyandu balita

kurang diperhatikan secara serius, kurangnya pengetahuan dan dukungan

inovasi teknologi, dan kurangnya hubungan dan komunikasi perangkat

dengan masyarakat yang ketiga-tiganya sama dengan nilai skort 0,4.


Tabel 4.2.
Faktor-Faktor Strategi Eksternal
Posyandu Kamboja Dusun Sebeng, Desa Pagergunung,
Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar

Faktor-Faktor Strategi Eksternal Bobot Skor Nilai Skor


ANCAMAN (THREATS/T)
1. Pemberian inunisasi yang kurang 0,1 2 0,2
maksimal.
2. Kurangnya keaktifan bidan dan 0,1 2 0,2
kader posyandu
3. Rendahnya partisipasi dalam 0,1 3 0,3
kegiatan posyandu
4. Kurang sinergi penyuluhan 0,1 3 0,3
shunting dalam kegiatan
posyandu
5. Indikasi korupsi dana program
kegiatan posyandu 0,1 2 0,2
SUB TOTAL 0,5 1,2
PELUANG (OPPORTUNITIE.O)
1. Motivasi kehadiran ibu balita 0,1 3 0,3
dipengaruhi oleh kesadaran,
minat, antusianisme, dan
lingkungan sosial.
2. Implikasi Peraturan Menteri 0,1 4 0,4
Kesehatan (Permenkes) Nomor 8
Tahun 2019 tentang
Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Kesehatan.
3. Keberadaan Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) di Posyandu 0,1 4 0,4
berpengaruh kepada makin
tinggginya tingkat partisipasi
para ibu balita di Posyandu
4. Penggunaan sarpras (sarana dan
prosarana) yang efisien, efektif, 0,1 5 0,5
dan tepat sasaran terhadap
program posyandu
5. Peningkatan IPKM (Indeks
Pembangunan Kesehatan 0,1 3 0,3
Masyarakat) dalam kegiatan
posyandu yang dilaksanakan
dengan partisipasi penuh dari
masyarakat.
SUB TOTAL 0,5 1,9
TOTAL 1 3,1
Sumber: Data diolah peneliti

Berdasarkan hasil tabel di atas menunjukkan bahwa ancaman yang

dimiliki oleh Posyandu Kamboja Dusun Sebeng Desa Pagergunung


Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar adalah rendahnya partisipasi dalam

kegiatan posyandu dan kurang sinergi penyuluhan shunting dalam kegiatan

posyandu yang keduanya sama dengan nilai skor 0,3. Untuk peluang yang

dimiliki oleh Posyandu Kamboja Dusun Sebeng Desa Pagergunung

Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar adalah penggunaan sarpras (sarana

dan prosarana) yang efisien, efektif, dan tepat sasaran terhadap program

posyandu dengan nilai skor 0,5.

4.3. Matriks SWOT

Dalam penelitian ini, peneliti mempergunakan analisa SWOT dalam

Sondang P.Siagian (2008: 172) yang meliputi faktor-faktor internalnya

yaitu kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses) dan faktor-faktor

eksternalnya yaitu ancaman (Threats) dan peluang (Opportunities).

Oleh karena itu peneliti membuat matriks SWOT untuk dapat

menghasilkan empat alternatif rangkaian strategi bagi perkembangan dan

kemajuan program kesehatan masyarakat dalam hal ini penyelenggaraan

Posyandu Balita. Berikut ini ditampilkan matriks SWOT pada tabel di

bawah ini:
Tabel 4.3.
Matriks SWOT

Faktor-Faktor Kekuatan (S) Kelemahan (W)


Internal (IFAS) 1. Program kegiatan 1. Program kegiatan
posyandu balita terbukti posyandu balita
dan dirasakan oleh kurang diperhatikan
masyarakat serta berjalan secara serius
sesuai dengan harapan 2. Masih kurang
masyarakat memiliki nilai yang
2. Memberikan pelayanan baik
prima kepada masyarakat 3. Kurangnya
3. Menggunakan dana pengetahuan dan
secara transparan dukungan inovasi
terhadap alokasi umum teknologi
dan khusus. Untuk hal ini 4. Kurangnya
terbukti pada: hubungan dan
a. Administrasi komunikasi
pembukuan bagi perangkat dengan
tiap-tiap balita masyarakat
b. Pemberian konsumsi 5. Tidak terbukti
yang bergizi untuk program-program
balita yang yang memperhatikan
mengikuti posyandu masyarakat yang
4. Tidak terdapat indikasi kurang mampu,
korupsi dan independen lansia dan anak/rang
dalam melaksanakan yang berkebutuhan
program kerja khusus
5. Kepuasan masyarakat
dilihat dari respon
mereka terhadap program
pemerintahan setempat.

Faktor-Faktor
Eksternal (EFAS)
Peluang (O) STRATEGI (SO) STRATEGI (WO)
1. Motivasi kehadiran 1. Meningkatkan pelayanan 1. Pengadaan
ibu balita prima dengan sosialisasi secara
dipengaruhi oleh penggunaan sarpras berkala pengetahuan
kesadaran, minat, (sarana dan prosarana) masyarakat akan
antusianisme, dan yang efisien, efektif, dan IPKM (Indeks
lingkungan sosial tepat sasaran terhadap Pembangunan
2. Implikasi Peraturan program posyandu (S2, Kesehatan
Menteri Kesehatan O4) Masyarakat) dalam
(Permenkes) Nomor 2. Mengoptimalkan kegiatan posyandu
8 Tahun 2019 pengadaan knsumsi balita (W3, O5)
tentang Pemberian Makanan 2. Pengadaan dan
Pemberdayaan Tambahan (PMT) yang pengembangan
Masyarakat Bidang bergizi bagi balita yang inovasi teknologi
Kesehatan mengikuti posyandu (S3, sarpras kegiatan
3. Keberadaan O3) posyandu balita
Pemberian Makanan 3. Meningkatkan kesadaran (W3, O4)
Tambahan (PMT) di masyarakat (khususnya 3. Menjalin hubungan
Posyandu ibu balita) dalam komunikasi
berpengaruh kepada partisipasi program perangkat dengan
makin tinggginya posyandu dengan cara masyarakat
tingkat partisipasi sosialisasi implementasi khususnya keluarga
para ibu balita di Peraturan Menteri balita (W4, O1)
Posyandu Kesehatan (Permenkes)
4. Penggunaan sarpras Nomor 8 Tahun 2019
(sarana dan tentang Pemberdayaan
prosarana) yang Masyarakat Bidang
efisien, efektif, dan Kesehatan (S5,O2)
tepat sasaran
terhadap program
posyandu
5. Peningkatan IPKM
(Indeks
Pembangunan
Kesehatan
Masyarakat) dalam
kegiatan posyandu
yang dilaksanakan
dengan partisipasi
penuh dari
masyarakat
Ancaman (T) STRATEGI (ST) STRATEGI (WT)
1. Pemberian inunisasi 1. Pelayanan prima dalam 1. Memaksimalkan
yang kurang pemberian imunisasi perhatian serius
maksimal kepada balita lebih pemberian imunisasi
2. Kurangnya keaktifan ditingkatkan (S2, T1) kepada balita secara
bidan dan kader 2. Meningkatkan sistem rutin (W1, T1)
posyandu administrasi dengan 2. Menjalin hubungan
3. Rendahnya mengoptimalkan peran yang erat dan aktif
partisipasi dalam aktif bidan dan kader antara bidan, kader
kegiatan posyandu posyandu (S3, T2) posyandu, dan
4. Kurang sinergi 3. Mencegah terjadinya perangkat Desa (W4,
penyuluhan shunting indikasi korupsi dana T2)
dalam kegiatan posyandu balita (S4, T5) 3. Meningkatkan
posyandu 4. Meningkatkan kepuasan pengetahuan dan
5. Indikasi korupsi masyarakat dengan dukungan inovasi
dana program pemberian penyuluhan teknologi melalui
kegiatan posyandu shunting dalam kegiatan peyuluhan shunting
posyandu balita (S5, T4) dalam kegiatan
posyandu balita
(W3, T4)
Sumber: Data diolah peneliti

Dari tabel matriks SWOT di atas dapat digunakan dalam penentuan

strategi pengembangan pelayanan publik di bidang kesehatan dalam

program kesehatan masyarakat dan posyandu khusunya posyandu balita di

Posyandu Kamboja Dusun Sebeng Desa Pagerwojo Kecamatan Kesamben


Kabupaten Blitar. Adapun pengembangan strategi dari analisa SWOT di

atas adalah sebagai berikut:

a. Strategi SO (Strengths Opportunities)

Strategi yang berdasarkan kekuatan dan peluang yang dimiliki oleh

Posyandu Kamboja Dusun Sebeng Desa Pagerwojo Kecamatan

Kesamben Kabupaten Blitar adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pelayanan prima dengan penggunaan sarpras

(sarana dan prosarana) yang efisien, efektif, dan tepat sasaran

terhadap program posyandu.

2. Mengoptimalkan pengadaan konsumsi Pemberian Makanan

Tambahan (PMT) yang bergizi bagi balita yang mengikuti

posyandu.

3. Meningkatkan kesadaran masyarakat (khususnya ibu balita)

dalam partisipasi program posyandu dengan cara sosialisasi

implementasi Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor

8 Tahun 2019 tentang Pemberdayaan Masyarakat Bidang

Kesehatan.

Strategi SO di atas sesuai dengan penelitian yang sudah pernah

dilakukan oleh Ifa Nur Rosyidah (2022) yang mengatakan bahwa

strategi SO antara lain yaitu pendampingan pemberian asupan gizi,

mengaktifkan posyandu, mengoptimalkan dan meningkatkan

manajemen program perbaikan gizi, dan mewujudkan keluarga sadar

gizi melalui sosialisasi.


b. Strategi WO (Weakness Opportunities)

Strategi yang didasarkan pada kelemahan dan peluang yang dimiliki

oleh Posyandu Kamboja Dusun Sebeng Desa Pagerwojo Kecamatan

Kesamben Kabupaten Blitar adalah sebagai berikut:

1. Pengadaan sosialisasi secara berkala pengetahuan masyarakat

akan IPKM (Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat)

dalam kegiatan posyandu balita.

2. Pengadaan dan pengembangan inovasi teknologi sarpras

kegiatan posyandu balita.

3. Menjalin hubungan komunikasi perangkat dengan masyarakat

khususnya keluarga balita.

Strategi di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kamelia

Irfani, dkk (2021), di mana strategi WO yang menyebutkan

menciptakan sistem pendaftaran berbasis komputerisasi. Selain itu juga

sama pendapat dari Iffan Maflahah (2019) yang mengatakan bahwa

hasil strategi WO-nya menyebutkan mengembalikan fungsi posyandu

dan meningkatkan kembali partisipasi masyarakat dan keluarga dalam

memantau, mengenali dan menanggulangi secara dini gangguan

pertumbuhan pada balita utamanya baduta, meningkatkan kemampuan

dan ketrampilan SDM Puskesmas beserta jaringannya dalam

tatalaksana gizi buruk dan masalah gizi lain, manajemen laktasi dan
konseling gizi, serta akses jalan dan sarana prasarana kesehatan dibuat

memadai.

c. Strategi ST (Strengths Treats)

Strategi ST merupakan strategi yang didasarkan pada kekuatan dan

ancaman yang dimiliki oleh Posyandu Kamboja Dusun Sebeng Desa

Pagerwojo Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar sebagai berikut:

1. Pelayanan prima dalam pemberian imunisasi kepada balita lebih

ditingkatkan.

2. Meningkatkan sistem administrasi dengan mengoptimalkan

peran aktif bidan dan kader posyandu.

3. Mencegah terjadinya indikasi korupsi dana posyandu balita

dengan sistem administrasi yang transparan.

4. Meningkatkan kepuasan masyarakat dengan pemberian

penyuluhan shunting dalam kegiatan posyandu balita.

Strategi ST di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Maliani (2021) antara lain sebagai berikut: melakukan sosialisasi

program-program penanggulangan gizi buruk, melakukan sosialisasi

dan koordinasi kegiatan program gizi kepada lintas sektor terkait,

meningkatkan peran dan kemampuan kader posyandu untuk melakukan

inovasi kegiatan posyandu untuk meningkatkan kunjungan, dan

melakukan monev pencatatan dan pelaporan kasus gizi buruk secara

berjenjang sesuai dengan kasus riil agar semua kasus terlaporkan dan

ditangani sesuai SOP.


d. Strategi WT (Weakness Treats)

Merupakan strategi yang berdasarkan kelemahan dan ancaman yang

dimiliki oleh Posyandu Kamboja Dusun Sebeng Desa Pagerwojo

Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar yaitu sebagai berikut:

1. Memaksimalkan perhatian serius pemberian imunisasi kepada

balita secara rutin.

2. Menjalin hubungan yang erat dan aktif antara bidan, kader

posyandu, dan perangkat Desa.

3. Meningkatkan pengetahuan dan dukungan inovasi teknologi

melalui peyuluhan shunting dalam kegiatan posyandu balita.

Strategi di atas sesuai dengan strategi WT dari penelitian Nur Susanti

(2022) yang mengatakan bahwa strategi yang dlakukan antara lain

penyamaan public concern melalui berbagai kegiatan apersepsi

penanganan program stunting, penguatan peran Desa yang

berkoordiansi dengan OPD Leading sektor dan lintas sektor dalma

peningkatan ketrampilan kader stunting.

Anda mungkin juga menyukai