Aksi ini diwujudkan dengan melakukan penjangkauan yang sistematis kepada para
pengambil keputusan, baik dari unsur pemerintah maupun non-pemerintah. Komitmen
dukungan mereka terhadap pencegahan stunting harus sejalan dengan strategi komunikasi
dan perubahan perilaku yang sudah dirancang. Alat yang digunakan untuk melaksanakan
aksi ini adalah:
a. Panduan advokasi yang mencakup perencanaan, pembagian tugas dan tanggung jawab,
pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan diseminasi hasil untuk perbaikan penyelenggaraan
berikutnya.
b. Dukungan kebijakan, pengembangan kapasitas, dan sumber daya dari pembuat keputusan,
seperti penetapan strategi komunikasi perubahan perilaku dalam Peraturan Bupati/Walikota
atau kebijakan daerah, penetapan anggaran dalam APBD, penyisipan materi-materi
kampanye dan komunikasi perubahan perilaku dalam kurikulum pendidikan dan pelatihan.
c. Kegiatan ini dikoordinasikan oleh Kementerian Kesehatan dan Kementerian Komunikasi
dan Informatika di tingkat pusat dan Pemerintah Daerah di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota.
a. Penyediaan pangan yang bergizi, dengan memastikan agar program fortifikasi pangan
utama yang sudah berjalan, seperti fortifikasi garam, tepung terigu, dan minyak goreng
ditingkatkan cakupan dan kualitasnya sehingga bisa menjangkau seluruh masyarakat.
b. Perluasan program bantuan sosial dan bantuan pangan yang bergizi untuk keluarga
kurang mampu agar dapat memenuhi kebutuhan gizi sasaran prioritas dari keluarga kurang
mampu.
c. Pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, dengan mempercepat diversifikasi
pangan berbasis sumber daya pangan lokal, dan pengembangan Kawasan Rumah Pangan
Lestari (KRPL) berkelanjutan sehingga menjangkau seluruh kabupaten/kota prioritas
pencegahan stunting.
d. Penguatan regulasi mengenai label dan iklan pangan, dengan memperkuat koordinasi
kelembagaan, penegakan hukum, dan mekanisme pelabelan dan penyampaian iklan pangan
untuk memastikan keamanan dan mutu pangan.
2. Penambahan item bahan pangan yang bergizi dan perluasan cakupan wilayah dan
penerima program bantuan sosial dan bantuan pangan, seperti Bantuan Pangan Non
Tunai (BPNT) agar dapat memenuhi kebutuhan gizi sasaran prioritas.
3. Fortifikasi pangan; dilakukan dengan memastikan pangan yang bergizi tersedia kapan
pun dan terjangkau oleh rumah tangga. Alat yang digunakan untuk melaksanakan aksi ini
adalah:
a. Peningkatan cakupan dan kualitas program fortifikasi pangan utama yang sudah berjalan
seperti fortifikasi garam, tepung terigu, dan minyak goreng sehingga dapat diterima oleh
seluruh masyarakat.
b. Instrumen ini dikelola oleh Kementerian Perindustrian untuk tingkat pusat dan Dinas
Perindustrian untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
4. Pengawasan Keamanan Pangan. Alat yang digunakan untuk melaksanakan aksi ini
adalah:
[1] Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2016. Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
Tahun2016. Jakarta
[2] Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan,Kementerian Kesehatan RI, Tahun 2013.
[3] Sandjaja dkk. 2009. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.
[4] UNICEF. 2017. Progress for Children : Achieving the MDGs with Equity. The
Conventionon the Right of the Children.
[5] McDonald CM, Karim PM, Roland K, David CB, Donna S, et. al. 2013. Stunting and
Wasting Are Associated withPoorer Psychomotor and Mental Developmentin HIV-Exposed
Tanzanian Infants. Journal of Nutrition. 143: 204–214, 2013.
[6] UNICEF. 1998. The state of the world’s children. Oxford University Press.
[7] Gibson, John. 1999. How Can Women’s Education Aid Economic Development? The
Effect on Child Stunting in Papua New Guinea. Pacific Economic Buletin
[8] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 2014. Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Jakarta
[9] N. K. Aryastami, “Kajian Kebijakan dan Penanggulangan Masalah Gizi Stunting di
Indonesia,” Bul. Penelit. Kesehat., vol. 45, no. 4, Dec. 2017.