PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zat besi atau fe merupakan salah satu mineral yang dikenal sebagai zat gizi mikro
(mikronutrien). Tidak bisa dipungkiri bahwa Fe adalah nutrisi yang sanagat penting untuk tubuh
manusia meskipun tergolong mikronutrien (dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit). Zat besi
(Fe) merupakan mikroelement yang esensial bagi tubuh. Zat ini terutama diperlukan dalam
hemopobesis (pembentukan darah), yaitu dalam mensintesa hemoglobin (Hb) (Sediaoetama,
2006).
Mikroelemen tersebut merupakan mineral yang terdapat didalam darah dan dalam semua
sel tubuh serta bertindak sebagai pembawa oksigen yang diperlukan sel dan karbon dioksida
dari sel ke paru-paru (Harper, 2006). Kebutuhan zat besi pada setiap individu tentunya berbeda-
beda berdasarkan BB, kelompok usia maupun jenis kelamin. Zat besi mengambil peran penting
dalam proses distribusi oksigen dalam darah tubuh manusia. Zat besi juga berfungsi dalam
proses produksi haemoglobin. Selain itu zat besi juga berperan penting dalam fungsi kekebalan
tubuh.
Kekurangan zat besi akan semakin memperbesar potensi tubuh mudah terserang penyakit.
Zat besi adalah salah satu unsur yang diperlukan dalam proses pembentukan sel darah merah. Sel
darah merah ini mengandung senyawa kimia bernama hemoglobin, yang berfungsi membawa
oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Kekurangan zat besi
dalam menu makanan sehari hari dapat menimbulkan penyakit anemia gizi atau yang dikenal
masyarakat sebagai penyakit kurang darah.
BAB II
PEMBAHASAN
Distribusi Besi
Pada orang laki-lakidewasa normalnya memiliki kadar besi tubuh 35-45mg/kgBB. Pada
wanita premenopause memiliki simpanan besi yang lebih rendah, karena secara normal akan
mengalami kehilangan besi yang erulang pada saat menstruasi. Lebihdari 2/3 bei tubuh ada di
hemoglobin pada precursor eritroid dan eritrosit matur.
Pengambilan besi oleh eritroid sangat tergantung endositosis yang dimediasi reseptor
melalui ikatan antara transferin dan reseptor transferin. Setiap eritrosit mengandung jutaan atom
besi. Pada keadaan pergantian besi yang normal konsentrasinya adalah 2 X 10 20 atom besi
perhari. Akibatnya anemia adalah tanda cardinal dari kekurangan besi. Dalam keadaan seimbang
1-2 mg besi masuk dan keluar dari tubuh setiap harinya. Besi disimpan dalam sel parenkim hepar
dan makrofag jaringan retikuloendotelial. Makrofag akan menyediakan besi dari perusakan
eritrosit dan menghasilkan kembali besi ferri (Fe3+) yang akan ditangkap transferin untuk
diberikan ke sel-sel yang membutuhkan lagi. Sebagian sisa besi tubuh ditemukan dalam
hepatosit dan makrofag sel RE sebagai bentuk simpanan.
Penyerapan besi
Ada tiga factor penting yang menentukan jumlah besi yang diserap dari makanan, yaitu (1)
total kandungan besi dalam makanan, (2) control absorbsi besi oleh sel mukosa usus (3)
bioavailabilitas besi dalam makanan. Ada perbedaan mekanisme penyerapan besi antara besi
hem dan besi non heme. Besi hem akan diambil langsung oleh reseptor spesifik dari membrane
mukosa dan langsung melewati sitoplasma dalam keadaan tidak diubah, cincin porfirin akan
terbuka dan besi dikeluarkan. Meskipun bentuk ini hanya 10% dalam makanan tetapi lebih dari
25 % besi yang ada tersebut dapat diserap oleh usus. Besi non-heme sangat tidak larut dan
berbentuk ion ferri. Untuk bisa diabsorbsi harus direduksi dulu oleh ferrireduktase menjadi ferro
(Fe2+) dan akan berikatan dengan reseptor membrane mukosa usus dudodenum dan akan
melintasi sel mukosa duodenum masuk ke plasma dan diikat oleh apotransferin. Besi non-hem
hanya bisa diserap oleh mukosa usus dudodenum kira-kira 1-2 %. Pengambilan besi non heme
oleh sel mukosa usus dapat dipengaruhi oleh beberapa hal baik yang meningkatkan maupun yang
menurunkan penyerapan itu sendiri.
Faktor yang meningkatkan penyerapan besi non heme antara lain : (1) vitamin C dan asam
lambung (membantu meningkatkan produksi besi ferro) dan (2) adanya daging dalam makanan,
meskipun kandungan besinya adalah non heme. Sedangkan factor-faktor yang dapat menurunkan
penyerapan besi non heme oleh sel mukosa usus antara lain (1) Calsium dalam makanan, dapat
menghambat absorbsi besi heme maupun non heme (2) fosfat dan phytat dapat mencegah
pengurangan besi ferri menjadi ferro (3) antacid dan hipoklorid mengurangi jumlah besi ferro
dalam makanan (4) tannin (suatu polifenol) dapat menghambat penyerapan besi non heme.
Transport besi
Transferin adalah protein utama pengangkut besi, suatu beta globulin dan disintesis di
hepar.Tiap-tiap molekul transferin dapat mengikat dua molekul besi dalam bentuk ferri.
Transferin akan membawa besi ke sum-sum tulang atau ke organ lain apabila sum-sum tulang
mengalami kerusakan atau kelebihan jumlah besi yang siap disimpan dalam sum-sum tulang.
Pada saat tidak ada transferin, protein lain akan mengikat besi tetapi membawa besi ke organ lain
seperti hepar, limpa, pancreas dan sedikit ke sum-sum tulang.Transferin mempunyai reseptor
spesifik pada besi maupun ke sel RE dan normoblast yang baru berkembang. Sekali berikatan
dengan membrane sel transferin akan berubah bentuk dan mengeluarkan besi, kemudian akan
kembali lagi ke sirkulasi portal untuk mengikat besi lagi.
Dalam keadaan normal kira-kira sepertiga transferin bias mengikat besi. Transferin yang
sudah membawa besi berikatan dengan reseptor transferin pada permukaan precursor entroid.
Pompa proton mengalami penurunan pH dalam endosom dan akan mengakibatkan perubahan
komformasi protein yang pada akhirnya menyebabkan dikeluarkannya besi dari transferin.
Pengangkut besi yaitu DMT 1 memindahkan besi melintasi membrane endosom masuk ke
sitoplasma. Sementara itu transferin dan reseptor transferin mengalami siklus kembali ke
permukaan sel, dimana masing-masing dapat digunakan untuk siklus pengikatan dan
pengambilan besi kembali. Dalam sel eritroid sebagian besar besi pindah ke mitokondria, dimana
akan berganbung dengan protoporfirin untuk membentuk heme.
Penyimpanan besi
Dalam sel non-eritroid besi disimpan sebagai ferritin dan hemosiderin. Ferritin terdiri dari
tempurung protein bagian luarnya dan komplek besi dibagian tengah atau intinya. Tempurung
bagian luarnya terdiri dari 22 molekul apoferritin dan intinya terdiri dari fosfat/besi sejumlah
4000-5000 molekul besi tiap intinya. Ferritin bersifat larut air dan sejumlah kecil larut dalam
plasma. Semakin besar jumlah ferritin yang disimpan semakin besar ferritin yang larut dalam
plasma. Kadar ferritin untuk laki-laki 40-3000 ug/l dan 20-150 ug/l pada wanita.
A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa uraian pada pembahasan dapat disimpulkan bahwa Fe memiliki
banyak manfaat/fungsi. Bagi tubuh, fungsi vital, dalam dunia medis maupun kesehatan. Sumber
Fe bisa diperoleh dari hewani maupun nabati. Adapun faktor yang dapat mempengaruhi
penyerapanya yaitu: bentuk besi, asam orgnik, asam fitat dan asam oksalat, tanin, tingkat
keasaman lambung, faktor intrinsik dan kebutuhan tubuh.
B. Saran
Sebaiknya memperhatikan asupan Fe karena pentingnya berbagai fungsi/manfaat yang
dimiliki dan juga cara memperoleh sumber Fe mudah. Selain itu perhatikan juga faktor yang
dapat mempengaruhi penyerapan Fe agar penyerapannya Fe dapat optimal.