Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian Zat Besi (Fe)

Zat besi merupakan unsur yang sangat penting untuk membentuk Hemoglobin (Hb). Dalam
tubuh, zat besi mempunyai fungsi yang berhubungan dengan pengangkutan, penyimpanan
dan pemanfaatan oksigen dan berada dalam bentuk hemoglobin, mioglobin, atau cychrom.
Untuk memenuhi kebutuhan pembentukan hemoglobin sebagian besar zat besi yang
berasal dari pemecahan sel darah merah akan dimanfaatkan kembali dan kekurangannya
harus dipenuhi dan diperoleh melalui makanan. Taraf gizi besi seseorang sangat dipengaruhi
oleh jumlah konsumsi makanannya. Bagian yang diserap melalui saluran pencernaan,
cadangan besi dalam jaringan, ekskresi dan kebutuhan tubuh (Merryana 2016)

B. Sifat Zat Besi

Zat besi relatif tahan terhadap suhu panas (kecuali besi heme) karena adanya ikatan logam
yang menyebabkan titik leleh dan titik didih serta densitas unsur Fe cukup besar sehingga
bersifat keras dan kuat. Proses pemanasan dapat mendegradasi heme sehingga
bioavailabilitas heme besi akan menjadi rendah. Semakin lama proses pemanasan akan
menyebabkan zat besi semakin rendah.

C. Fungsi Zat Besi

1) Memproduksi Hemoglobin Pembentukan hemoglobin adalah fungsi utama dari zat besi
dalam tubuh kita. Dengan terbentuknya hemoglobin, seluruh sel di dalam tubuh bisa
mendapatkan oksigen yang sesuai kebutuhan karena hemoglobin lah yang mengantarkan
oksigen tersebut. Zat besi pun berperan penting dalam pembentukan sel darah merah
sehingga baik dikonsumsi ketika kehilangan darah akibat kecelakaan dan menstruasi yang
dialami oleh wanita setiap bulannya.

2) Menyalurkan Oksigen ke Seluruh Tubuh Setiap organ tubuh memerlukan suplai oksigen
agar dapat bekerja sebagaimana mestinya. Nah, disinilah fungsi zat besi untuk membawa
dan menyalurkan oksigen antar sel guna memastikan seluruh organ tubuh telah
mendapatkan suplai oksigen sehingga bisa bekerja optimal.

3) Berperan dalam Fungsi Otot Zat Besi merupakan elemen penting untuk kesehatan otot.
Zat Besi dapat ditemukan dalam protein Myoglobin, yaitu protein utama yang bisa
ditemukan dalam otot. Myoglobin sendiri memiliki fungsi sebagai tempat untuk menyimpan
Oksigen pada sel otot, untuk kemudian melepaskannya dalam proses metabolisme tubuh
yang dibutuhkan dalam proses kontraksi otot.

4) Kemampuan belajar Hubungan defisiensi besi dengan fungsi otak dijelaskan oleh Lozoff
dan Youdim pada tahun 1988. Beberapa bagian dari otak mempunyai kadar besi tinggi yang
diperoleh dari transport besi yang dipengaruhi oleh reseptor transferin. Kadar besi dalam
darah meningkat selama pertumbuhan hingga remaja. Kadar besi otak yang kurang pada
masa pertumbuhan tidak dapat diganti setelah dewasa. Defisiensi besi berpengaruh negatif
terhadap fungsi otak, terutama terhadap fungsi system neurotransmitter (pengantar saraf).
Hal inilah mengapa zat besi mempunyai peranan penting terhadap kemampuan belajar.

5) Sistem kekebalan Besi memegang peranan dalam system kekebalan tubuh. Respon
kekebalan sel oleh limfosit-T terganggu karena berkurangnya pembentukan sel-sel tersebut,
yang kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya sintesis DNA. Berkurangnya sintesis DNA
ini disebabkan oleh gangguan enzim reduktase ribonukleaotida yang membutuhkan besi
untuk dapat berfungsi. Di samping itu sel darah putih yang menghancurkan bakteri tidak
dapat bekerja secara efektif dalam keadaan tubuh kekurangan besi.

6) Membantu Menjaga Temperatur Tubuh Zat besi akan mengambil peran pada sebuah
bagian di otak yang mengelola sistem suhu tubuh, Metencephalon. Selain itu zat besi akan
membantu pengelolaan hidrasi dalam tubuh yang akan membantu suhu tetap terjaga. Suhu
yang stabil sangat penting untuk menjaga fungsi setiap bagian organ tubuh tetap optimal.

D. Metabolisme Zat Besi

- Pencernaan zat besi dimulai saat makanan berada pada lambung. Pada organ pencernaan
ini, zat besi yang umumnya berbentuk ferri (Fe 3+) akan diubah menjadi ferro (Fe2+). Proses
ini dapat berlangsung apabila lambung berada dalam kondisi asam dengan adanya HCl dan
vitamin C yang terdapat di dalam makanan.

- Setelah berbentuk ferro, zat besi akan dibawa ke usus halus (duodenum). Pada usus halus
ini, penyerapan zat besi dibantu oleh alat angkut protein khusus yaitu transferin.

- Protein tersebut berfungsi mengangkut zat besi dari saluran cerna ke seluruh jaringan
tubuh khususnya sumsum tulang belakang.
- Zat besi pada sumsum tulang belakang akan digunakan untuk membentuk hemoglobin,
yaitu bagian dari sel darah merah yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan
mengedarkannya ke seluruh tubuh.

- Zat besi yang tidak diubah menjadi hemoglobin akan disimpan dalam tubuh dalam bentuk
feritin dan hemosiderin di hati.

E. Sumber Fe (Zat Besi)

(Tabel Komposisi Pangan Indonesia,2017)

Kekurangan zat besi bisa diatasi dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi
seperti bayam, kentang, daging sapi, Oncom, Ikan Peda segar, Hati ayam, Kerang, Abon sapi

F. Gangguan Kesehatan

1) Defisiensi zat besi

- Anemia

Anemia merupakan kondisi ketika jumlah sel darah merah lebih rendah dari jumlah normal.
Selain itu, anemia terjadi ketika hemoglobin di dalam sel-sel darah merah tidak cukup,
seperti protein kaya zat besi yang memberikan warna merah darah. Protein ini membantu
sel-sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Oleh karena itu,
tubuh yang tidak mendapatkan cukup darah yang kaya oksigen akan mengalami anemia.

- Sesak napas

Hal ini karena tubuh tidak mendapat cukup oksigen karena produksi sel darah merah yang
minim. Alhasil, paru-paru akan bekerja lebih keras untuk membawa oksigen ke seluruh
tubuh.

- Rambut rontok

Tidak hanya berpengaruh pada warna kulit, kekurangan zat besi juga bisa menyebabkan
folikel rambut tidak memperoleh oksigen secara maksimal. Pada kondisi ini, tubuh akan
lebih memfokuskan oksigen pada organ-organ yang lebih penting, seperti jantung.

- Sakit kepala
Mereka yang kekurangan zat besi bisa mengalami sakit kepala. Tingkat hemoglobin yang
rendah dalam sel darah merah dapat mencegah oksigen mencapai otak. Hal ini bisa
mengakibatkan pembengkakan pembuluh darah, yang pada akhirnya menyebabkan sakit
kepala.

2) Kelebihan zat besi

 Hemokromatosis

- Hemochromatosis primer

Hemochromatosis primer berarti bersifat turun temurun dan diwariskan dari orangtua
kepada anak-anaknya. Biasanya jenis primer ini terjadi pada 90% kasus. Dikarenakan
bersifat turunan maka kondisi ini tidak bisa dicegah.

- Hemochromatosis sekunder

Hemochromatosis sekunder berarti terjadi karena masalah kesehatan yang dimiliki sehingga
memicu kondisi ini. Berbagai kondisi pemicunya seperti:

 Penyakit hati kronis seperti infeksi hepatitis C kronis.

 Pil dan suntikan yang mengandung zat besi dengan dosis sangat tinggi.

 Penyakit hati karena alkohol

- Hemochromatosis neonatal

Hemochromatosis neonatal adalah kondisi kelebihan zat besi pada bayi yang baru lahir.
Sehingga, zat besi terkumpul di hati. Akibatnya, bayi lahir dalam kondisi meninggal atau
hidup tetapi tidak dapat bertahan lama setelah lahir. Kondisi ini umumnya terjadi karena
sistem kekebalan tubuh ibu yang menghasilkan antibodi yang merusak hati janin.

G. Struktur Kimia Fe
Sifat Fisik dan Kimia Besi (Fe)

Lambang : Fe

No. Atom : 26

Golongan, periode : 8,4

Penampilan : Metalik Mengkilap keabu-abuan

Massa Atom : 55,854 (2) g/mol

Konfigurasi Elektron : [ Ar ] 3d6 4s2

Fase : Padat

Massa Jenis (Suhu Kamar) : 7,86 g/cm3

Titik Lebur : 1811 ºK (1538 ºC, 2800 ºF)

Titik Didih : 3134 ºK (2861 ºC, 5182 ºF)

Kapasitas Kalor : (25 ºC) 25,10 J/ (mol.K)

Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak digunakan untuk
kehidupan manusia sehari-hari. Dalam tabel periodik, besi mempunyai simbol Fe dan nomor
atom 26. Besi juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Besi telah ditemukan sejak zaman
dahulu dan tidak diketahui siapa penemu sebenarnya dari unsur ini. Besi dan unsur keempat
banyak dibumi dan merupakan logam yang terpenting dalam industri. Besi murni bersifat
agak lunak dan kenyal. Oleh karena itu, dalam industri, besi selalu dipadukan dengan baja.
Baja adalah berbagai macam paduan logam yang dibuat dari besi tuang kedalamnya
ditambahkan unsur-unsur lain seperti Mn, Ni, V, atau W tergantung keperluannya. Besi
tempa adalah besi yang hampir murni dengan kandungan sekitar 0.2% karbon.

H. Toksisitas Besi

toksisitasbesi biasanya terjadi pada tanah masam dataran rendah, lahan rawa, rawa
pesisir, dan Ultisoldan Oksisol yang diirigasi. Toksisitas besi hanya terjadi pada tanah
yang telah tergenang dalam periode waktu yang panjang, dengan menurunkan potensial
redoks tanah menyebabkan Fe3+ pada mineral tanah direduksi menjadi Fe2+ yang lebih
larut dalam air, sehingga memicu kelebihan besi bahkan konsentrasinya mencapai 1000
mg l-1(Kirk,2004). Jumlah besi ferro (Fe2+) yang tinggi didalam larutan tanah juga dapat
mengakibatkan terjadinya ketidak seimbangan hara mineral yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman
Tingkat Bahaya Besi

Adapun besi terlarut yang berasal dari pipa atau tangki-tangki besi adalah akibat dari
beberapa kondisi, di antaranya adalah :

1. Akibat pengaruh pH yang rendah (bersifat asam), dapat melarutkan logam besi.

2. Pengaruh akibat adanya CO2 agresif yang menyebabkan larutnya logam besi.

3. Pengaruh tingginya temperature air akan melarutkan besi-besi dalam air.

4. Kuatnya daya hantar listrik akan melarutkan besi.

5. Adanya bakteri besi dalam air akan memakan besi.

Anda mungkin juga menyukai