Metabolisme Besi
Besi merupakan trAce element yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.
Besi di alam terdapat dalam jumlah yang cukup berlimpah. Dilihat
26
Anemia Hipokromik Mikrositer 27
dari segi evolusinya, rnaka sejak awal manusia dipersiapkan untuk
menerima besi yang berasal dari sumber hewani, retapi kemudian
pola makanan berubah di mana sebagian besar besi berasal dari sumber
nabati, terutama di negara tropik, tetapi perangkat absorpsi besi
tidak mengalami evolusi yang sama, sehingga banyak menimbulkan
defisiensi besi.
Tabel 3-1
Kandungan Besi Seorang Laki-Laki dengan BB 75 kg
A Senyawa besi '''.' 'Hemoglobin 2300 mg
fungsional '' .', Mioglobin 320 mg
'- Ensim-ensim B0 mg'
B. Senyawa besi , , Transferin .
3mg
transportasi
C. Senyawa besi Feritin 700 mg
cadangan Hemosiderin 300 mg
Total 3803 mg
Absorpsi Besi
Tubuh mendapatkan masukan besi yang berasal dari makanan dalam
usus. Untuk memasukkan besi dari usus ke dalam tubuh diperlukan
proses absorpsi. Absorpsi besi paling banyak terjadi pada duodenum
28 Hematologi Klinik Ringkas
f Erit,op6sls
inetektit
Sum3um lulang
22
Tabel 3-2
8'e
Prevalensi Anemia Defisiensi Besi di Dunia
Afrika Amerika Latin lndonesia
Laki dewasa '' , 60/o 3o/a ,,',.':' ,;;,;,,,,.1 16-5'00/o
wanita takr h a:mil',''2o,/, 'll:lJo/o" ,i'.":' 25-48o/a
Wanitarhamil , '607q 39.46% '.". 46-920h
Anemia Hipokromik Mikrositer 31
Patogenesis
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadang
an besi makin menurun. Jika cadangan kosong maka keadaan ini
disebut iron depbted state. Apabila kekurangan besi berlanjut terus
maka penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang sehingga me-
nimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit tetapi anemia secara klinis
belum terjadi, keadaan ini disebut sebagai: iron deficient erythropoiesis.
Selanjutnya timbul anemia hipokromik mikrositer sehingga disebut
sebagai iron drficiency anemia. Fada saat ini juga terjadi kekurangan
besi pada epitel serta pada beberapa enzim yang dapat menimbulkan
lejala pada kuku, epitel mulut dan faring serta berbagai gejala lainnya.
Gejala Anemia Defisiensi Besi
.
Gejala anemia defisiensi besi dapat digolongkan menjadi 3 golongan
l-6
besar, yaitu:
32 Hematologl Klinik Ringkas
Pemeriksaan Laboratorium
Kelainan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat
dijumpai adalah:t-6
Anemia Hipokromik Mikrositer 33
Gambar 3-2. Kuku sendok (koilonychia) pada seorang penderita anemia defisiensi
besi A. pada jari tangan, B. pada jari kaki.
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi harus dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti disertai pemeriksaan
laboratorium yang repar. Secara laboratorik untuk menegakkan
diagnosis anemia defisiensi besi dapat dipakai kriteria diagnosis
anemia defisiensi besi (modifikasi dari kriteria Kerlin et al)11 sebagai
berikut:
Anemia hipolromik mikrositer pada apusan darah tepi, atau MCV
< 80 fl dan MCHC < 3lo/o dengan salah satu dari a, b, c, atau d.
1. dua dari tiga parameter di bawah ini:
a. Besi serum <50 mg/dl
Anemia Hipokromik Mikrositer 35
Gambar 3-3. Apusan darah tepi penderita anemia defisiensi besi, menunjukkan
anemia hipokromik mikrositer, anisositosis, poikilositosis (A). Tarnpak beberapa
sel pensil (panah), bandingkan dengan apusan darah tepi normal di sebelahnya
(B).
Diagnosis tsanding
Anemia defisiensi besi periu dibedakan dengan anemia hipokromik
lainnya, seperti:
1. Anemia akibat penyakit kronik
2. Thalassemia
3. Anemia sideroblastik.
Cara membedakan keempat jenis anemia tersebut dapat dilihat
pada tabel 3-3.
36 Hematologi KLinik Ringkas
Tabel 3-3
Diagnosis Diferensial Anemia Defisiensi Besi
Anemia Anemia Trait Anemia
defisiensi akibatpeny. thalassemia sideroblastik
besi kronik
Terapi
Setelah diagnosis diregakkan maka dibuat rencana pemberian terapi.
Terapi terhadap anemia defisiensi besi dapat berupa, 1-6
l Terapi kausal: tergantung penyebabnya, misalnya: pengobatan
cacing tambang, pengobatan hemoroid, pengobaran menoragia.
Terapi kausal harus dilakukan, kalau tidak maka anemia akan
kambuh kembali.
2. Pemberian preparar besi untuk mengganri kekurangan besi da-
lam tubuh:
a. Besi per oral: merupakan obat pilihan perrama karena efektif,
murah, dan aman. Preparat yang tersedia, yaitu:
i. Ferrous sulphat (sulfas ferosus): preparar pilihan pertama
(murah dan efektif). Dosis: 3 x 200 mg.
Anemia Hipokromik Mikrositer 37
3. Pengobatan laina
a. diet: sebaiknya diberikan makanan bergizi dengan tinggi
protein terutama yang berasal dari protein hewani
b. vitamin c: vitamin c diberikan 3 x 100 mg per hari untuk
meningkatkan absorpsi besi.
c. transfusi darah: anemia kekurangan besi jarang memerlukan
transfusi darah. Indikasi pemberian transfusi darah pada
anemia kekurangan besi adalah:
38 Hematologi Klinik Ringkas
Pencegahan
Mengingat tingginya prwalensi anemia defisiensi besi di masyarakat
maka diperlukan s,ratu tindakan pencegahan yang terpadu. Tindakan
pencegahan tersebut dapat berupa berikut:
1. Pendidikan kesehatan, yairu:
a. kesehatan lingkungan, misalnya tenrang pemakaian jamban,
dan perbaikan lingkungan kerja, misalnya pemakaian alas kaki
b. penyuluhan gizi: untuk mendorong konsumsi makanan
yang membantu absorpsi besi.
Anemia Hipokromik Mikrositer 39
2. Pemberantasan infeksi cacing rambang sebagai sumber perda-
rahan kronik paling sering di daerah tropik.
3. Suplementasi besi: rerurama untuk segmen penduduk yang
rentan, seperti ibu hamil dan anak balita.
4. Fortifikasi bahan makanan dengan besi.
Penyebab
Penyebab anemia akibat penyakit kronik belum diketahui dengan
pasti. Penyakit yang mendasari (und.erlying disease) timbulnya
anemia akibat penyakit kronik dapat dilihat pada tabel 34.
Patogenesis
Patogenesis anemia akibat penyakit kronik belum diketahui dengan
pasti, tetapi beberapa teori yang diajukan anrara lain: 1-7
l. Gangguan pelepasan besi dari RES (sel makrofag) ke plasma
2. Pemendekan masa hidup eritrosit
3. Pembentukan eritropoetin tidak adekuat
4. Respons sumsum tulang terhadap eritropoetin tak adekuat.
Diperkirakan semua perubahan di atas disebabkan oleh pengaruh
sitokin proinflamasi Qtroinflammatory cytokines), IL-1 dan TNF-cr ter-
hadap eritropoesis. Gangguan pelepasan besi ke plasma menyebabkan
berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis yang berakibat pada
40 Hematologi Klinik Ringkas
Tabel 3-4
Penyebab Anemia Akibat Penyakit Kronik
1. lnfeksi kronik.
a. tuberkulosis paru
b. infeksi jamur kronik
c. bronkhiektasis
d. penyakit radang panggul kronik
e. osteomielitis kronik
f. infeksi saluran kemih kronik
S. kolitis kronik
2. lnflamasi kronik
a. artritis rematoid
b. lupus eritematosus sistemik
c. inflammatory borarel dlsease
d. sarkoidosis
e. penyakit kolagen lain
3. Neoplasma ganas
a. karsinoma: ginjal, hati, kolon, pankreas, uterus, dan lain-lain.
b. limfoma maligna: limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin.
Diagnosis
Diagnosis anemia akibat penyakit kronik dibuat bila:
1. Dijumpai anemia ringan sampai sedang pada setting penyakit dasar
yang sesuai (seperti disebutkan pada tabei 3-4 di depan).
2. Anemia hipokromik mikrositer ringan atau normokromik
nor mositer.
3. Besi serum menurun disertai dengan TIBC menurun dengan
cadangan besi sumsum tulang masih positif.
4. Dengan menyingkirkan adanya gagal ginjal klonik, penyakir
hati kronrk dan hipotiroid.
Diagnosis Diferensial
Anemia akibat penyakit kronik perlu dibedakan dengan anemia
hipokromik lainnya. seperri:
l. anemia defisiensi besi;
2. uait thaiassemia;
3. anemia sideroblastik
Cara membedakannya dapat dilihat pada tabel 3-3.
Terapi
Dalam terapi anemia akibat penyakit kronik, beberapa hal yang
perlu mendapat perhatian adalah:
1. jika penyakit dasar dapat diobati dengan baik, anemia akan
sembuh dengan sendirinya.
2. Anemia tidak memberi respons pada pemberian besi, asam folat,
atau vitamin B12.
3. Tiansfusi jarang diperlukan karena derajat anemia ringan.
4. Sekarang pemberian eritropoetin terbukti dapat menaikkan
hemoglobin, tetapi harus diberikan terus menerus.
Jika anemia akibat penyakit kronik disertai defisiensi besi pem-
berian preparat besi akan meningkatkan hemoglobin, tetapi kenaikan
akan berhenti setelah hemoglobin mencapai kadar 9-10 g/dl.
42 Hematologi Klinik Ringkas
ANEMIA SIDEROBLASTIK
Anemia sideroblastik adalah anemia dengan sideroblas cincin (ring
sidzroblat) dalam sumsum tulang. Anemia ini relatif jarang dijumpai,
tetapi perlu mendapat perhatian karena merupakan salah satu dignosis
banding anemia hipokromik mikrositer.l-7
Klasifikasi
I. Anemia sideroblastik primer
l. "Hereditary sex linhed sideroblastic anemia
2. Primary acquired sidrroblastic anemia (PASA) atau idiopathic
acquired sidzroblastic anemia (IASA). Dapat dimasukkan di
sini adalah refactory anemia tuith ring sideroblast (RARS) yang
tergolong dalam sindrom mielodisplastik.
II. Anemia sideroblastik sekunder
L Akibat obat: INH, pirasinamid dan sikloserin
2. Akibat alkohol
3. Akibat keracunan timah hitam
IIl. Pyridoxin responsiue anernia.
Patofisiologi
Perubahan patofisiologi pada anemia sideroblastik pada dasarnya
terjadi kegagalan inkorporasi besi ke dalam senyawa hem pada mito-
khondria yang mengakibatkan besi mengendap pada mitokhondria
sehingga jika dicat dengan cat besi akan kelihatan sebagai bintik-
bintik yang mengelilingi inti yang disebut sebagai sideroblas cincin
(gambar 34). HaI ini menyebabkan kegagalan pembentukan he-
moglobin yang disertai eritropoesis inefektif dan menimbulkan ane-
mia hipokromik mikrosit.r. r-7
Bentuk Klinik
Anemia sideroblastik dapat dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu
bentuk herediter dan bentuk didapat (acquirefi.
I . Bentuk herediter
a. jarang dijumpai, herediter dan sex linhed (X-linhed). Sebagian
menunjukkan defek enzim AIA synthetase
2. Idiopathic acquired sidrroblastic anemia
Anemia Hipokromik Mikrostter 43
I
I
I
t
I
iI
Gambaran Klinik
Gambaran klinik anemia sideroblastik sangat bervariasi di mana pada
bentuk yang didapat dijumpai anemia refrakter terhadap pengobatan.
Gambaran Laboratorik
Pada anemia sideroblastik dijumpai antara lain:
l. Anemia bervariasi dari ringan sampai berat.
2. Anemia bersifat hipolaomik mikrositer dengan gambaran
populasi ganda (dauble popuktion) dimana dijumpai eritrosit
hipokromik mikrositer berdampingan dengan eritrosit
normokromik normositer.
44 Hematologi Klinik Ringkas
Terapi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan anemia si-
deroblastik adalah:
l. Grapi untuk anemia sideroblastik herediter bersifat simtomatik
dengan transfusi darah.
2. Pemberian vitamin 85 dapat dicoba karena sebagian kecil
penderita responsif terhadap piridoksin
3. Untuk bentuk didapat (RARS) pengobatannya dapat dilihat
pada bab sindroma mielodisplastik.