Anda di halaman 1dari 8

ANEMIA DEFISIENSI BESI

Emmy Kartamihardja
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Abstrak : Anemia defisiensi besi merupakan penurunan jumlah sel darah merah yang disebabkan oleh besi
terlalu sedikit. anemia defisiensi besi adalah bentuk paling umum dari anemia. Sekitar 20% wanita,
50% wanita hamil dan 3% laki-laki tidak memiliki cukup zat besi dalam tubuh mereka. Anemia
berkembang perlahan setelah toko besi normal dalam tubuh dan sumsum tulang sudah kehabisan.
Secara umum, wanita memiliki toko lebih kecil dari besi daripada laki-laki karena mereka kehilangan
lebih banyak melalui menstruasi. Anemia defisiensi besi juga dapat disebabkan oleh buruknya
penyerapan zat besi dalam makanan. Anemia defisiensi besi merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang serius karena berdampak pada perkembangan fisik dan psikis, perilaku dan kerja.
Dewasa pasien anemia kekurangan zat besi dapat mengakibatkan degradasi pekerjaan fisik,
penurunan daya tahan tubuh, lesu dan menurunnya produktivitas.

Kata kunci: Anemia, anemia defisiensi besi, produktivitas

IRON DEFICIENCY ANEMIA


Emmy Kartamihardja
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Abstrack : Iron deficiency anemia is a decrease in the number of red blood cells caused by too little iron. Iron
deficiency anemia is the most common form of anemia. About 20% of women, 50% of pregnant
women and 3% of men do not have enough iron in their body. Anemia develops slowly after the
normal iron stores in the body and bone marrow have run out. In general, women have smaller stores
of iron than men because they lose more through menstruation. Iron deficiency anemia may also be
caused by poor absorbtion of iron in the diet. Anemia of iron deficiency represent the problem of
serious society health because affecting at physical growth and psychical, behavior and work. Adult
patients of iron deficiency anemia can result the degradation work of physical, degradation of body
endurance, lethargy and downhill of the productivity.

Keywords : Anemia, iron deficiency anemia, productivity

PENDAHULUAN maupun wanita, dimana banyak hal yang dapat


mendasari terjadinya anemia defisiensi besi.
Anemia defisiensi besi merupakan anemia Dampak dari anemia defisiensi besi ini
yang terbanyak baik di Negara maju maupun sangat luas, antara lain terjadi perubahan epitel,
Negara yang sedang berkembang. Padahal besi gangguan pertumbuhan jika terjadi pada anak-
merupakan suatu unsur terbanyak pada lapisan anak, kurangnya konsentrasi pada anak yang
kulit bumi, akan tetapi defisiensi besi merupakan mengakibatkan prestasi disekolahnya menurun,
penyebab anemia yang tersering. Hal ini penurunan kemampuan kerja bagi para pekerja
disebabkan tubuh manusia mempunyai sehingga produktivitasnya menurun.
kemampuan terbatas untuk menyerap besi dan Kebutuhan besi yang dibutuhkan setiap
seringkali tubuh mengalami kehilangan besi yang harinya untuk menggantikan zat besi yang hilang
berlebihan yang diakibatkan perdarahan. dari tubuh dan untuk pertumbuhan ini bervariasi,
(Hoffbrand.AV, et al, 2005, hal.25-34) tergantung dari umur, jenis kelamin. Kebutuhan
Besi merupakan bagian dari molekul meningkat pada bayi, remaja, wanita hamil,
Hemoglobin, dengan berkurangnya besi maka menyusui serta wanita menstruasi. Oleh karena itu
sintesa hemoglobin akan berkurang dan kelompok tersebut sangat mungkin menderita
mengakibatkan kadar hemoglobin akan turun. defisiensi besi jika terdapat kehilangan besi yang
Hemoglobin merupakan unsur yang sangat vital disebabkan hal lain maupun kurangnya intake besi
bagi tubuh manusia, karena kadar hemoglobin dalam jangka panjang.(Hoffbrand AV, et al,
yang rendah mempengaruhi kemampuan 2005,hal 25-34).
menghantarkan O2 yang sangat dibutuhkan oleh Disini penulis akan membahas masalah
seluruh jaringan tubuh. Anemia Defisiensi Besi dimana dapat
Anemia defisiensi besi ini dapat diderita oleh menyebabkan penurunan produktivitas kerja.
bayi, anak-anak, bahkan orang dewasa baik pria
METABOLISME BESI 1. Kehilangan darah yang bersifat kronis dan
patologis:
Senyawa-senyawa esensial yang a. Yang paling sering adalah perdarahan
mengandung besi dapat ditemukan dalam plasma uterus ( menorrhagi, metrorrhagia) pada
dan di dalam semua sel. Karena zat besi yang wanita, perdarahan gastrointestinal
terionisasi bersifat toksik terhadap tubuh, maka diantaranya adalah ulcus pepticum,
zat besi selalu hadir dalam bentuk ikatan dengan varices esophagus, gastritis, hernia hiatus
hem yang berupa hemoprotein (seperti , diverikulitis, karsinoma lambung,
hemoglobin, mioglobin dan sitokrom) atau karsinoma sekum, karsinoma kolon,
berikatan dengan sebuah protein (seperti maupun karsinoma rectum, infestasi
transferin, ferritin dan hemosiderin) (Jones.NCH, cacing tambang, angiodisplasia.
Wickramasinghe.SN, 2000, hal. 67-83). Jumlah Konsumsi alkohol atau aspirin yang
besi di dalam tubuh seorang normal berkisar berlebihan dapat menyebabkan gastritis,
antara 3-5 g tergantung dari jenis kelamin, berat hal ini tanpa disadari terjadi kehilangan
badan dan hemoglobin. Besi dalam tubuh terdapat darah sedikit-sedikit tapi berlangsung
dalam hemoglobin sebanyak 1,5 3g dan sisa terus menerus.
lainnya terdapat dalam plasma dan jaringan b. Yang jarang adalah perdarahan saluran
(Sacher.RA, Mc Pherson.RA, 2000, p.68-70) kemih, yang disebabkan tumor, batu
Kebanyakan besi tubuh adalah dalam ataupun infeksi kandung kemih.
hemoglobin dengan 1 ml sel darah merah Perdarahan saluran nafas (hemoptoe).
mengandung 1 mg besi (2000 ml darah dengan 2. Kebutuhan yang meningkat pada
hematokrit normal mengandung sekitar 2000 mg prematuritas, pada masa pertumbuhan
zat besi) (Ibister. JP,Pittiglio. DH, 1999, hal43-54) [remaja], kehamilan, wanita menyusui, wanita
Pertukaran zat besi dalam tubuh merupakan menstruasi.
lingkaran yang tertutup. Besi yang diserap usus Pertumbuhan yang sangat cepat disertai
setiap hari kira-kira 1-2 mg, ekskresi besi melalui dengan penambahan volume darah yang
eksfoliasi sama dengan jumlah besi yang diserap banyak, tentu akan meningkatkan kebutuhan
usus yaitu 1-2 mg. Besi yang diserap oleh usus besi
dalam bentuk transferin bersama dengan besi 3. Malabsorbsi : sering terjadi akibat dari
yang dibawa oleh makrofag sebesar 22 mg dengan penyakit coeliac, gastritis atropi dan pada
jumlah total yang dibawa tranferin yaitu 24mg pasien setelah dilakukan gastrektomi.
untuk dibawa ke sumsum tulang untuk 4. Diet yang buruk/ diet rendah besi
eritropoesis. Eritrosit yang terbentuk memerlukan Merupakan faktor yang banyak terjadi di
besi sebesar 17 mg yang merupakan eritrosit yang negara yang sedang berkembang dimana
beredar keseluruh tubuh, sedangkan yang 7 mg faktor ekonomi yang kurang dan latar
akan dikembalikan ke makrofag karena berupa belakang pendidikan yang rendah sehingga
eritropoesis inefektif. ( Bakta.IM, 2007, hal.26- pengetahuan mereka sangat terbatas mengenai
39) diet/ asupan yang banyak mengandung zat
Secara umum, metabolisme besi ini besi.
menyeimbangkan antara absorbsi 1-2 mg/ hari Beberapa makanan yang mengandung
dan kehilangan 1-2 mg/ hari. Kehamilan dapat besi tinggi adalah daging, telur, ikan, hati,
meningkatkan keseimbangan besi, dimana kacang kedelai, kerang, tahu, gandum. Yang
dibutuhkan 2-5 mg besi perhari selama kehamilan dapat membantu penyerapan besi adalah
dan laktasi. Diet besi normal tidak dapat vitamin C, cuka, kecap. Dan yang dapat
memenuhi kebutuhan tersebut sehingga menghambat adalah mengkonsumsi banyak
diperlukan suplemen besi.(Soeparman Waspadji. serat sayuran, penyerapan besi teh, kopi,
S, 1990, hal 404-409). `oregano`.
Faktor nutrisi atau peningkatan
PENYEBAB kebutuhan besi jarang sebagai penyebab
utama. Penyebab paling sering pada laki-laki
Beberapa hal yang dapat menjadi kausa dari adalah perdarahan gastrointestinal,
anemia defisiensi besi diantaranya (Bakta IM, dimana dinegara tropik paling sering karena
2007, hal 26-39; Sacher RA, Mc Pherson RA, infeksi cacing tambang. Pada wanita
2000, p. 68-70; Theml Harald MD et al, 2004, paling sering karena menormettorhagia.(Bakta
p.128-133) IM, 2007, hal 26-39).
KLASIFIKASI DEFISIENSI BESI 1. koilonychia/ spoon nail/ kuku sendok
(Bakta IM, 2007, hal 26-39; Cielsa B, 2007, p.65- dimana kuku berubah jadi rapuh,
70; Sacher RA, Mc Pherson RA, 2000, p.68-70) bergaris-garis vertikal dan jadi
cekung sehingga mirip sendok.[lihat
Defisiensi besi dibagi menjadi tiga tingkatan gambar 1]
yaitu: 2. Atropi papil lidah. Permukaan lidah
1. Deplesi besi (Iron depleted state).: keadaan tampak licin dan mengkilap
dimana cadangan besinya menurun, tetapi disebabkan karena hilangnya papil
penyediaan besi untuk eritropoesis belum lidah.
terganggu. 3. Stomatitis angularis/ inflamasi sekitar
2. Eritropoesis Defisiensi Besi (Iron Deficient sudut mulut.
Erytropoesis) : keadaan dimana cadangan 4. Glositis
besinya kosong dan penyediaan besi untuk 5. Pica/ keinginan makan yang tidak
eritropoesis sudah terganggu, tetapi belum biasa
tampak anemia secara laboratorik. 6. Disfagia merupakan nyeri telan yang
3. Anemia defisiensi besi : keadaan dimana disebabkan `pharyngeal web`
cadangan besinya kosong dan sudah tampak 7. Atrofi mukosa gaster.
gejala anemia defisiensi besi. 8. Sindroma Plummer Vinson/ Paterson
kelly ini merupakan kumpulan gejala
GEJALA ANEMIA DEFISIENSI BESI dari anemia hipokromik mikrositik,
atrofi papil lidah dan disfagia.
Pada anemia defisiensi besi biasanya
penurunan hemoglobinnya terjadi perlahan-lahan Anemia defisiensi besi yang terjadi pada
dengan demikian memungkinkan terjadinya anak sangat bermakna, karena dapat menimbulkan
proses kompensasi dari tubuh, sehingga gejala irritabilitas, fungsi cognitif yang buruk dan
aneminya tidak terlalu tampak atau dirasa oleh perkembangan psikomotornya akan menurun.
penderita. Prestasi belajar menurun pada anak usia sekolah
Gejala klinis dari anemia defisiensi besi ini yang disebabkan kurangnya konsentrasi, mudah
dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :( Bakta lelah, rasa mengantuk. (Permono B, Ugrasena
IM, 2007, hal 26-39; Cielsa B, 2007, p.65-70: IDG, 2004, hal 34-37). Selain itu pada pria atau
Metha A, Hoffbrand AV, 2000, p. 32-33; Tierney wanita dewasa menyebabkan penurunan
LM, et al, 2001, hal 64-68) produktivitas kerja yang disebabkan oleh
1]. Gejala umum dari anemia itu sendiri, yang kelemahan tubuh, mudah lelah dalam melakukan
sering disebut sebagai sindroma anemia yaitu pekerjaan fisik/ bekerja.
merupakan kumpulan gejala dari anemia, dimana
hal ini akan tampak jelas jika hemoglobin 3]. Gejala yang ditimbulkan dari penyakit yang
dibawah 7 8 g/dl dengan tanda-tanda adanya mendasari terjadinya anemia defisiensi besi
kelemahan tubuh, lesu, mudah lelah, pucat, tersebut, misalkan yang disebabkan oleh infeksi
pusing, palpitasi, penurunan daya konsentrasi, cacing tambang maka akan dijumpai gejala
sulit nafas (khususnya saat latihan fisik), mata dispepsia, kelenjar parotis membengkak, kulit
berkunang-kunang, telinga mendenging, letargi, telapak tangan warna kuning seperti jerami. Jika
menurunnya daya tahan tubuh, dan keringat disebabkan oleh perdarahan kronis akibat dari
dingin. suatu karsinoma maka gejala yang ditimbulkan
2] Gejala dari anemia defisiensi besi: gejala ini tergantung pada lokasi dari karsinoma tersebut
merupakan khas pada anemia defisiensi besi dan beserta metastasenya.
tidak dijumpai pada anemia jenis lainnya, yaitu:
Gambar 1. Koilonychia (Metha A, Hoffbrand AV, 2000, p.33)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM: mikrositik, anisositosis (banyak variasi ukuran


Parameter awal dari hitung darah lengkap eritrosit), poikilositosis (banyak kelainan bentuk
biasanya menunjukkan klinisi arah dari anemia eritrosit), sel pensil, kadang- kadang adanya sel
defisiensi besi. MCV, MCH dan MCHC yang target. (Permono B, Ugrasena IDG, 2002, hal 55-
rendah dan film darah hipokromik sangat 66; Sacher RA, Mc Pherson RA, 2000, p 68-70).
mengarahkan terutama jika pasien diketahui (Lihat gambar 2)
mempunyai hitung darah yang normal dimasa Pada pemeriksaan hapusan darah, sel
lalu. (Ibister JP, Pittiglio DH, 1999, hal 43-54) darah merah mikrositik hipokromik apabila Hb <
Saturasi transferin biasanya dibawah 5%, 12 g/dl (laki-laki), Hb < 10 g/dl (perempuan),
serum ferritin kadarnya kurang dari 10ng/ ml, mungkin leukopeni,
protoporfirin eritrosit bebas sangat meningkat trombosit tinggi pada perdarahan aktif, retikulosit
yaitu 200 g/dl, terjadi peningkatan TIBC [normal rendah.(Metha A, Hoffbrand AV, 2000, p.32-33).
orang dewasa 240-360g/dl], kadar besi serum Pada pemeriksaan sumsum tulang : hiperplasi
kurang dari 40g/dl. (Sacher RA, Mc Pherson eritroid, besi yang terwarnai sangat rendah atau
RA, 2000, p. 68-70). tidak ada.
Hapusan darah menunjukkan anemia hipokromik
Gambar 2. Hapusan darah tepi pada anemia defisiensi besi. Tampak
hipokromik mikrositik, anisositosis dan poikilositosis.

TERAPI - Ferro Glukonat: merupakan preparat


Pemberian terapi haruslah tepat setelah dengan kandungan besi lebih rendah daripada
diagnosis ditegakkan supaya terapi pada anemia ferro sulfat. Harga lebih mahal tetapi
ini berhasil. Dalam hal ini kausa yang mendasari efektifitasnya hampir sama.
terjadinya anemia defisiensi besi ini harus juga - Ferro Fumarat, Ferro Laktat.
diterapi.
Pemberian terapi ini dapat dibagi menjadi tiga Waktu pemberian besi peroral ini harus
bagian yaitu: cukup lama yaitu untuk memulihkan cadangan
1]. Terapi kausal: terapi ini diberikan berdasarkan besi tubuh kalau tidak, maka anemia sering
penyebab yang mendasari terjadinya anemia kambuh lagi. Berhasilnya terapi besi peroral ini
defisiensi besi. Terapi kausal ini harus dilakukan menyebabkan retikulositosis yang cepat dalam
segera kalau tidak, anemia ini dengan mudah akan waktu kira-kira satu minggu dan perbaikan
kambuh lagi atau bahkan pemberian preparat besi kadar hemoglobin yang berarti dalam waktu
tidak akan memberikan hasil yang diinginkan. 2-4 minggu, dimana akan terjadi perbaikan
2]. Terapi dengan preparat besi: pemberiannya anemia yang sempurna dalam waktu 1-3 bulan.
dapat secara: Hal ini bukan berarti terapi dihentikan tetapi
1. Oral : preparat besi yang diberikan peroral terapi harus dilanjutkan sampai 6 bulan untuk
merupakan terapi yang banyak disukai oleh mengisi cadangan besi tubuh. Jika pemberian
kebanyakan pasien, hal ini karena lebih terapi besi peroral ini responnya kurang baik,
efektif, lebih aman, dan dari segi perlu dipikirkan kemungkinan - kemungkinannya
ekonomi preparat ini lebih sebelum diganti dengan preparat besi parenteral.
murah.
Preparat yang ter sedia berupa: Beberapa hal yang menyebabkan kegagalan
- Ferro Sulfat : merupakan preparat yang respon terhadap pemberian preparat besi peroral
terbaik, dengan dosis 3 x 200 mg, diberikan saat antara lain perdarahan yang masih berkelanjutan
perut kosong [sebelum makan]. Jika hal ini (kausanya belum teratasi), ketidak patuhan
memberikan efek samping misalkan terjadi mual, pasien dalam minum obat (tidak teratur) dosis
nyeri perut, konstipasi maupun diare maka yang kurang, malabsorbsi, salah diagnosis atau
sebaiknya diberikan setelah makan/ bersamaan anemia multifaktorial. ( Bakta IM, 2007, hal 26-
dengan makan atau menggantikannya dengan 39; Hoffbrand AV, et al, 2005, hal 25-34)
preparat besi lain. (Metha A, Hoffbrand AV, 2000,
p.33)
2. Parenteral PENCEGAHAN
Pemberian preparat besi secara parenteral
yaitu pada pasien dengan malabsorbsi berat, Tindakan pencegahan yang terpadu sangat
penderita Crohn aktif, penderita yang tidak diperlukan mengingat tingginya prevalensi
member respon yang baik dengan terapi besi defisiensi besi di masyarakat. Pencegahan dapat
peroral, penderita yang tidak patuh dalam minum dilakukan dengan memberikan penyuluhan
preparat besi atau memang dianggap untuk kesehatan masyarakat tentang kebersihan
memulihkan besi tubuh secara cepat yaitu pada lingkungan tempat tinggal dan higiene sanitasi
kehamilan tua, pasien hemodialisis.(Bakta IM, masyarakat yang tingkat pendidikan dan faktor
2007, hal 26-39; Hoffbrand AV,et al, 2005, hal 25- sosial ekonominya yang rendah yaitu dengan
34) memberikan penyuluhan tentang pemakaian
Ada beberapa contoh preparat besi parenteral: jamban terutama di daerah pedesaan, atau daerah
- Besi Sorbitol Sitrat (Jectofer) Pemberian yang terpencil Menganjurkan supaya memakai
dilakukan secara intramuscular dalam dan alas kaki terutama ketika keluar rumah,
dilakukan berulang. membiasakan cuci tangan pakai sabun sebelum
- Ferri hidroksida-sucrosa (Venofer) makan. Juga dilakukan penyuluhan gizi yaitu
Pemberian secara intravena lambat atau infus. penyuluhan yang ditujukan kepada masyarakat
(Hoffbrand AV, et Al, 2005, hal 25-34) Harga pedesaan mengenai gizi keluarga, yaitu dengan
preparat besi parenteral ini jelas lebih mahal mengkonsumsi makanan yang banyak
dibandingkan dengan preparat besi yang peroral. mengandung zat besi terutama yang berasal dari
Selain itu efek samping preparat besi parental protein hewani,yaitu daging dan penjelasan
lebih berbahaya. Beberapa efek samping yang tentang bahan bahan makanan apa saja yang
dapat ditimbulkan dari pemberian besi parenteral dapat membantu penyerapan zat besi dan yang
meliputi nyeri setempat dan warna coklat pada dapat menghambat penyerapan besi.
tempat suntikan, flebitis, sakit kepala, demam, Untuk anak sekolah dilakukan melalui UKS
artralgia, nausea, vomitus, nyeri punggung, (Usaha Kesehatan Sekolah) yang melibatkan
flushing, urtikaria, bronkospasme, dan jarang murid, guru dan orang tua dengan cara
terjadi anafilaksis dan kematian. Mengingat mensosialisasikan tentang cara hidup sehat yaitu
banyaknya efek samping maka pemberian cuci tangan sebelum makan , makan makanan
parenteral perlu dipertimbangkan benar benar. yang mengandung zat besi.
Pemberian secara infus harus diberikan secara Pemberian suplementasi besi pada ibu
hati-hati. Terlebih dulu dilakukan tes hamil dan anak balita. Pada ibu hamil diberikan
hipersensitivitas, dan pasien hendaknya suplementasi besi oral sejak pertama kali
diobservasi selama pemberian secara infus agar pemeriksaan kehamilannya sampai post partum,
kemungkinan terjadinya anafilaksis dapat lebih sedangkan untuk bayi diberikan ASI dan
diantisipasi. (Bakta IM,2007, hal 26-39; pemberian sayur, buah/ jus buah saat usia 6 bulan.
Hoffbrand AV,et al, 2005, hal 25-34; Tierney LM, (Cielsa B, 2007, p. 65-70)
et al, 2001, hal 64-68) Dosis besi parenteral harus Selain itu dilakukan upaya
diperhitungkan dengan tepat supaya tidak kurang pemberantasan infeksi cacing tambang sebagai
atau berlebihan, karena jika kelebihan dosis akan sumber perdarahan kronik, yang paling sering
membahayakan si pasien. Menurut Bakta IM, terjadi didaerah tropik.
perhitungannya memakai rumus sebagai berikut:
(2007, hal 26-39) Kebutuhan besi [ng]= (15-Hb PENUTUP
sekarang) x BB x 3
3] Terapi lainnya berupa: (Bakta IM, 2007, hal 26- Anemia Defisiensi Besi merupakan jenis
39; Metha A, Hoffbrand AV, 2000, p.32-33) anemia yang paling banyak dijumpai di
1. Diet: perbaikan diet sehari-hari yaitu masyarakat. Banyak penyebab yang mendasari
diberikan makanan yang bergizi dengan tinggi terjadinya anemia ini, tetapi perdarahan
protein dalam hal ini diutamakan protein hewani. merupakan penyebab terbanyak terjadinya anemia
2. Vitamin C: pemberian vitamin C ini defisiensi besi ini.
sangat diperlukan mengingat vitamin C ini akan Anemia Defisiensi Besi ini memberikan
membantu penyerapan besi. Diberikan dengan dampak buruk bagi kesehatan masyarakat baik
dosis 3 x 100mg. anak-anak, para wanita baik yang hamil maupun
3. Transfusi darah: pada anemia defisiensi yang tidak, juga pada pria dewasa. Dengan
besi ini jarang memerlukan transfusi kecuali dilakukan pencegahan , masyarakat dapat
dengan indikasi tertentu. terhindar dari anemia ini, sehingga pada anak-
anak usia sekolah tidak terjadi penurunan prestasi
belajarnya dan pada orang dewasa tidak terjadi
penurunan kemampuan fisiknya yang berakibat
pada produktivitas kerja yang menurun.
Apabila sudah terjadi Anemia Defisiensi Besi
maka segera obati dengan menggunakan preparat
besi dan dicari kausanya serta pengobatan
terhadap kausa ini harus juga dilakukan. Dengan
pengobatan yang tepat dan adekuat maka Anemia
Defisiensi Besi ini dapat disembuhkan.

DAFTAR PUSTAKA
Bakta, IM. 2007. Hematologi Klinik Ringkas.
Jakarta: EGC.
Cielsa ,B. 2007. Hematology in Practice.
Philadelphia: FA Davis Company.
Hoffbrand, AV. et all. 2005. Kapita Selekta
Hematologi. Jakarta: EGC.
Isbister, JP. Pittiglio, DH. 1999. Hematologi
Klinik Pendekatan Berorentasi Masalah.
Jakarta: Hipokrates.

Jones, NCH. Wickramasinghe, SN. 2000.


Catatan Kuliah Hematologi. Jakarta: EGC.

Mehta, A. Hoffbrand, AV. 2000. Hematology


at Glance. London: Blackwell Science
Ltd.

Permono, B. Ugrasena, IDG. 2002.


Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak.
Surabaya: SIC.

Permono,B. Ugrasena, IDG.2004. Pedoman


Diagnosis dan Terapi. Surabaya: FK
Unair.

Sacher, RA. MC Pherson, RA. 2000 .


Widmans Clinical Interpretation of Laboratory
Tests. Philadelphia: FA Davis Company.

Soeparman. Waspadji, S. 1990. Ilmu Penyakit


Dalam II . Jakarta: FKUI.

Theml Harald, MD. et all. 2004. Color Atlas


Hematology Practical Microscopic and
And Clinical Diagnosis. New York:
Thieme.

Tierney, LM. et all. 2001. Current Medical


Diagnosis and Treatment . San Fransisco :
Mc Graw-Hill Companies.

Anda mungkin juga menyukai