Dari enam minggu kehidupan janin, hati merupakan organ utama penghasil sel darah merah
lalu pada pertengahan kehidupan janin limpa dan nodus limfatikus berperan kecil dan pada
kehidupan janin selanjutnya sumsum tulang adalah tempat terpenting pembentukan sel-sel
darah
Sel yang darah yang dewasa ukurannya akan semakin kecil, kemudian intinya akan pecah dan
hilang(khusus seri eritrosit)
Bagan eritropoiesis:
BFU-E
CFU-E
Pronormoblas/proeritroblas
Normoblas basofil
Normoblas polikromatofil
normoblas polikromatofil
Eritrosit
PRASYARAT 2 - SITOLOGI SEL-SEL DARAH MERAH
Pronormoblas
o Sitoplasma sedikit , berwarna biru tua dan tidak merata,dibagian dekat inti
pucat disebut halo dan mempunyai tonjolan sitoplasma disebut cytoplasm tag
Normoblas basophil
o Sitoplasma berwarna biru tua dan mengelilingi inti secara merata, kromatin
tersusun seperti jari-jari roda (radier)
Normoblas Polikromatofil
o Sitoplasma berwarna biru kemerahan
Normoblas asidofil
o Inti sel lebih kecil,bundar ,dan merupakan masa yang kompak karena
mengalami destruksi, sitoplasma berwarna merah
Retikulosit
o Inti sel menghilang dan hanya terdapat sisa-sisa RNA yang dengan pewarnaan
khusus tampak sebagai granula-granula yang tersusun seperti pagar disebut
substansia granulofilamentosa
Eritrosit
o Stadium akhir dari sel matur dengan ukuran 6-8mikron
PRASYARAT 4 – METABOLISME FE
Fe merupakan komponen yang essential di dalam sintesis hemoglobin (Hb), myoglobin, dan
beberapa heme dan metalloflavoprotein enzyme
3
Transport Fe ( Iron transport )
Iron utilization in erythropoiesis
1. Iron absorption
a. Tubuh mendapatkan masukan besi yang berasal dari makanan. Yang dimana
akan diserap pada bagian duodenum usus
b. Pada individu yang normal zat besi hanya diserap 1 -2 mg/hari
4
c. Penyerapan zat besi terjadi melalui mukosa duodenum dan jejunum proximal.
Zat besi masuk ke dalam sel usus melalui DMT1 ( Divalent metal transporter)
beberapa zat besi Fe akan disimpan dalam bentuk ferritin Keluar dari
permukaan basolateral yang diperantai oleh Ferroprotin yang dimana Fe 2+
akan diubah menjadi Fe 3+ oleh ferrous oxidase
d. Export zat besi dari permukaan apical duodenal dapat di hambat oleh hepcidin
(Hormon yang dirpoduksi oleh liver) yang disebabkan kadar Fe sudah
berlebihan. Hepcidin akan berikatan dengan ferroprotein
2. Iron Transport
a. Zat besi yang diserap oleh epitel sus kemudian melewati basal epitell usus ,
masuk delama kapiler usus akan diikat oleh apotrasferin transferrin dalam
darah. Satu molekul transferrin dapat mengikat dau molekul besi.
b. Transferrin akan berikatan dengan Transferrin receptor (TfR) yang terdapat
pada permukaan sel darah teruatama dalam sel normoblast
3. Iron utilization in erythropoiesis
a. Ferritin akan di bawa masuk ke dalam sel sedangkan Tfr akan kembali kedalam
permukaan sel.
b. Zat besi yang terdapat didalam sel akan di reduksi menjadi Fe2+ oleh
Ferrireductase (STEAP£) yang akan dikeluarkan ke sitosol melalui DMT1 untuk
5
penyimpanan sebagai ferritin. Untuk mensintesi heme diperlukan untuk
transport zat ke dalam mitokondria melalui mitoferrin.
Keseimbangan intraselluer zat besi sangatlah dibutuhkan untuk produksi heme. Terdiri atas dua zat
yang meregulasi keseimbangan ini :
6
Mengontrol ekspresi Tfr
Ketika zat besi↓ IRP-1 akan mengikat pada mRNA IRE sintesis ferritin ↓ dan Tfr ↑. Sebaliknya
ketika zat besi ↑ IRP binding diinhibits sintesis ferritin ↑ dan tfr ↓.
7
Anemia def Fe
Definisi :
anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron store)
sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang, yang pada akhirnya
pembentukan hemoglobin (Hb) berkurang.
Epidemiologi :
> 50% penderita ADB mengenai bayi,anak sekolah, ibu hamil dan menyusui.
Di Indonesia masih merupakan masalah gizi utama selain kekurangaan kalori protein,
vitamin A dan yodium.
prevalensi ADB pada anak balita sekita 30-40%, pada anak sekolah 25-35%
Klasifikasi
Berdasarkan stadium :
1. Stadium 1 : Kehilangan zat besi melebihi asupannya, sehingga menghabiskan
cadangan dalam tubuh, terutama di sumsum tulang.
2. Stadium 2 : Cadangan besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan
untuk pembentukan sel darah merah, sehingga sel darah merah yang dihasilkan
jumlahnya lebih sedikit.
3. Stadium 3 : mulai terjadi anemia → sel darah merah tampak normal, tetapi jumlahnya
lebih sedikit ; Kadar hemoglogin dan hematokrit menurun.
4. Stadium 4 : Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi
dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah dengan
ukuran yang sangat kecil (mikrositik) → khas untuk anemia karena kekurangan zat
besi.
5. Stadium 5 : timbul gejala-gejala karena kekurangan zat besi
Berdasarkan clinical stages:
a. Iron store depletion (Deplesi besi)
Candangan besi menurun tetapi penyedian besi untuk eritopoesis belum terganggu
b. Iron deficient erythropoiesis
Cadangan besi kosong, penyediaan besi untuk eritopoesis tergangu, belum timbul
anemia secara laboratorik
c. Iron deficiency anemia
Candagan besi kosong disertai anemia def besi
Etiologi :
1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun, yang dapat berasal dari :
Saluran Cerna : dari tukak peptik
Saluran genitalia wanita : menorrhagia
Saluran kemih : hematuria
Saluran napas : hemoptoe.
2. Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi
(bioavaibilitas) besi –yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah
daging).
3. Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan
dan kehamilan.
4. Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, kolitis kronik.
8
Patogenesis
Etiologi
Kekurangan Fe
Penyediaan Fe untuk
eritropoesis <<
Iron deficient
erythrpoiesis
anemia hipokromik
mikrositer = iron
deficiency anemia
9
Patofisologi
1. Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah
menghilang
2. Glositis : iritasi lidah
3. Keilosis : bibir pecah-pecah
4. Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti sendok.
5. Pika : suatu keinginan memakan zat yang bukan makanan seperti es batu, kotoran
atau kanji
10
Diagnosis :
1. Anamnesis : berdasarkan scenario lihat gejala2 nya lemah, letih, lesu
2. Pemeriksaan fisik
anemis, tidak disertai ikterus, organomegali dan limphadenopati
stomatitis angularis, atrofi papil lidah
ditemukan takikardi ,murmur sistolik dengan atau tanpa pembesaran jantung
3. Pemeriksaan penunjang
Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik
Hemoglobin, Hct dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) menurun
Kadar besi serum (SI) menurun dan TIBC meningkat , saturasi transferin menurun
Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat
Apus sumsum tulang : hyperplasia eritropoesis (aktifitas eritropoitik meningkat)
Pemeriksaan lain : endoskopi, kolonoskopi, gastroduodenografi, colon in loopnding
Diagnosis banding :
1. Thalasemia (khususnya thallasemia minor)
11
2. Anemia karena infeksi menahun.
3. Keracunan timah hitam (Pb)
4. Anemia sideroblastik
Pemeriksaan Penunjang
CBC
o Eritrosit ↓
o Hb↓
o Ht ↓
o MCV ↓
o MCH ↓
SADT
o Keterangan: Morfologi eritrosit :
Hipokrom mikrositer
Hipokrom anisopoikilositosis ( Pencil cell, Tear drop cell, Target cell )
Sumsum tulang
o Selularitas : Dalam batas normal atau sedikit meningkat
o Aktivitas Sistem Eritropoiesis : Populasi seri eritrosit terutama terdiri dari normoblas
basofil dengan sitoplasma cabik- cabik (A), ditemukan nacked nucleus (B)
o Aktivitas Sistem Granulopoiesis : Dalam batas normal atau sedikit meningkat
o Aktivitas Sistem Trombopoiesis : Pada umumnya meningkat atau dalam batas normal
Serum Iron
o SI mengukur jumlah zat besi (Fe) yang berikatan dengan transferritin
o N : 50 – 120 µg/dl
TIBC ( Total iron binding capacity )
o Mengukur jumlah Fe yang dapat berikatan dengan transferrin dan mengukur
serum transferrin
o N : 300 – 360 µg/dl
Saturation
o Bersamaan dengan SI dan TIBC kita dapat menghitung saturation
o Rumus nya : SI /TIBC
o N : 20 – 50 %
o Dibawah 20 % def Fe untuk eritopoesis
o 50 – 60 % kelebihan Fe
Serum Ferritin
o Mengukur total body iron stores
o N : 50 – 200 µg/dl berkolerasi 800 – 1000 mg
12
Serum transferrin receptor
o Untuk diagnostic deplesi Fe dan ketidak mampuan mentrasfer Fe ke dalam
bone marrow
o Untuk interpretasi ketidak normalan pada bone marrow
o N : 5 – 9 µg/dl
o Peningkatan dapat interpretasikan anemia
Penatalaksanaan :
Tujuan
o Untuk mengembalikan kadar Hb ke keadaan normal
o Sel darah merah menjadi normal
o Mengembalikan penyimpanan zat besi di dalam tubuh
Non farko
o Transfusi darah
o Suportif : Makanan gizi seimbang → kadar besi tinggi yang bersumber dari
hewani (limfa, hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan).
13
Farko
o Pemberian preparat Fe : dosis 4-6 mg besi elemental/kg BB/hari dibagi dalam
3 dosis, diberikan di antara waktu makan. Preparat besi ini diberikan sampai 2-
3 bulan setelah kadar hemoglobin normal.
o Periksa kadar hemoglobin setiap 2 minggu
o Kepatuhan orang tua dalam memberikan obat
o Efek samping pemberian zat besi : konstipasi, diare, rasa terbakar diulu hati, nyeri
abdomen dan mual, pewarnaan gigi yang bersifat sementara.
14
Komplikasi : Bila Hb sangat rendah dan keadaan ini berlangsung lama dapat terjadi payah
jantung.
Pencegahan :
Lebih banyak mengkonsumsi daging, hati dan kuning telur, tepung, roti dan gandum
Tablet zat besi.
Prognosis
Tergantung dari pada gejala klinis dan lama nya perjalanan penyakit
15
Tambahan
16