Skema proses metabolisme zat besi utuk mempertahankan keseimbangan zat besi dalam
tubuh
Seluruh jaringan
Sumsum tulang
Sel-sel mati
Haemoglobin
Dikeluarkan melalui
Hilang bersama kulit, saluran
menstruasi 28 mg per pencernaan dan air
periode seni 1 mg
Setiap hari turn over zat besi ini berjumlah 35mg, tetapi tidak semuanya harus didapatkan
oleh makanan. Sebagian besar yaitu 34mg didapat dari penghancuran sel-sel darah mearah
tua, yang kemudaian disaring oleh tubuh untuk dapat dipergunakan lagi oleh sumsum
tulang untuk pembentukan sel-sel darah merah baru. Hanya 1 mg zat besi dari
penghancuran sel-sel darah merah tua yang dikeluarkan oleh tubuh melalui kulit, saluran
pencernaan dan air kencing. Jumlah zat besi yang hilang lewat jalur ini disebut sebagai
kehilangan basal (iron basal losses).
D. Penyerapan zat besi
Absorbsi zat besi dipengaruhi oleh banyak factor yaitu:
- Kebutuhan tubuh akan besi, tubuh kan menyerap sebanyak yang dibutuhkan, bila besi
simapanan berkurang, maka penyerapan besi akan meningkat.
- Rendahnya asam klorida pada lambung (kondisi basa) dapat menurunkan penyerapan
asam klorida, akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe 2+ yang lebih mudah diserap oleh
mukosa usus.
- Adanya vitamin c gugus SH (sulfidril) dan asam amino sulphur dapat meningkatkan
absorbs karena dapat mereduksi besi dalam bentuk ferri menjadi ferro. Vitamin C dapat
meningkatkan absorbsi besi dari makanan melalui pembentukan kompleks ferro
askorbat. Kombinasi 200mg asam askorbat dengan garam besi dapat meningkatkan
penyerapan besi sebesar 25-50 persen.
- Kelebihan fosfat di dalam usus dapat menyebabkan terbentuknya kompleks besi fosfat
yang tidak dapat diserap.
- Adanya fitat juga akan menuunkan ketersidian fe
- Protein hewani dapat meningkatkan penyerapan fe
- Fungsi usus yang terganggu. Misalnya diare dapat menurunkan penyerapan fe
- Penyakit infeksi juga dapat menurunkan penyerapan fe.
Zat besi di serapa didalam duodenum dan jejunum bagian atas melalui proses yang
komples, proses ini meliputi tahap-tahap berikut:
a. Besi yang terdapat dalam bahan makanan, baik dalam bentuk Fe 3+ maupun Fe 2+ mula-
mula mengalami proses pencernaan
b. Di dalam lambung Fe 3+ larut dalam asam lambung, kemudian diikat oleh gastroferin
dan direduksi menjadi Fe 2+
c. Di dalam usus Fe 2+ dioksidasi menjadi Fe 3+ selanjutnya berikatan dengan apoferin
yang kemudian ditransformasi menjadi ferritin, membebaskan Fe 2+ kedalam plasma
darah
d. Di dalam plasma Fe 2+ dioksidasi menjadi Fe 3+ dan berikatan dengan transferrin.
Transferrin mengangkut Fe 2+ kedalam sumsum tulang untuk bergabung membentuk
haemoglobin. Besi dalam plasma ada dalam keseimbangan.
e. Transferin mengangkut Fe 2+ ke dalam tempat penyimpan besi di dalam( hati, sumsum
tulang, limpa dan system retikuloendotelial ), kemudian dioksidasi menjadi Fe 3+ dan
bergabung dengan apoferrotin membentuk ferritin yang kemudian disimpan, besi yang
terdapat pada plasma seimbang dengan bentuk yang disimpan.
ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA BALITA
A. Batasan anemia
Anemia adalah suatu keadaan kadar haemoglobin di dalam darah rendah dibandingkan
nilai normal untuk kelompok orang yang bersangkutan.
Tabel batas normal kadar haemoglobin
Kelompok Usia Haemoglobin
Anak 6 bulan-6 tahun 11
6 tahun- 14 tahun 12
Dewasa Laki-laki 13
Wanita 12
Wanita hamil 11
B. Patofisiologi anemia
Anemia defisiensi Fe merupakan hasil akhir keseimbangan negatif Fe yang
berlangsung lama. Bila keseimbangan besi ini menetap akan menyebabkan cadangan besi
terus berkurang. Terdapat 3 tahap defisiensi besi, yaitu : ·
1. Iron depletion Ditandai dengan cadangan besi menurun atau tidak ada tetapi kadar Fe
serum dan Hb masih normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorpsi besi non
heme.
2. Iron deficient erythropoietin/iron limited erythropoiesis Pada keadaan ini didapatkan
suplai besi yang tidak cukup untuk menunjang eritropoiesis. Pada pemeriksaan
laboratorium didapat kadar Fe serum dan saturasi transferin menurun sedangkan TIBC
dan FEP meningkat.
3. Iron deficiency anemia Keadaan ini merupakan stadium lanjut dari defisiensi Fe.
Keadaan ini ditandai dengan cadangan besi yang menurun atau tidak ada, kadar Fe
serum rendah, saturasi transferin rendah, dan kadar Hb atau Ht yang rendah
Zat besi diperlukan untuk hemopoesis (pembentukan darah) dan juga diperlukan
oleh beberapa enzim sebagai factor penggiat, zat besi yang terdapat dalam enzim juga
diperlukan untuk mengangkut elektro (sitokrom) untuk mengaktifkan oksigen (oksidase
dan oksigenase). Defisiensi zat gejala yang khas sehingga anemia pada balita sukar untuk
dideteksi.
Tanda anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan zat besi (feritin) dan
bertambahnya absorbs zat besi yang digambarkan dengan meningkatnya kapasitas
pengikatan besi. Pada tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan, berkurangnya
kejenuhan transferrin, berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah menjadi heme, dan
akan diikuti dengan menurunya kadar ferritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan
cirinya yang khas yaitu dengan rendahnya kadar Hb.
Bila sebagian dari ferritin jaringan meninggalkan sel akan mengakibatkan
kensentrasi ferritin serum rendah. Kadar feriti serum dapat digambarkan keadaan simpanan
zat besi dalam jaringan. Dengan demikian kadar ferritin serum yang rendah akan
menunjukkan orang tersebut dalam keadaan anemia gizi apabila kadar ferritin serumnya
<12ng/ml. hal yang perlu diperhatikan adalah bila kadar ferritin serum normal tidak selalu
menunjukkan sataus besi dalam keadaan normal. Karena status besi yang berkurang lebih
dahulu baru diikuti oleh ferritin.
Diagnosis anemia zat besi dientukan dengan skrining dengan cara mengukur kadar
(Hb), hematokrit (Ht), volume sel darah merah (MCV), konsentrasi Hb dalam sel darah
merah (MCH), dengan batasan terendah 95% acuan.
C. Penyebab anemia
Menurut usia:
a. Bayi dibawah usia 1 tahun
-kekurangan depot besi sejak lahir misalnya; premature, bayi kembar, lahir dari ibu
anemia
- pemeberian MPASI terlambat
b. Anak umur 1-2 tahun
-anak dengan infeksi yang berulang seperti enteritis, bronkopneumonia,
-diet yang tidak adekuat
c. Anak umur lebih dari 5 tahun
-kehilangan darah kronis akibat parasit
-diet yang tidak adekuat
Menurut patogenesisnya:
a. Pengadaan zat besi yang tidak cukup
1. Cadangan zat besi pada waktu lahir tidak cukup
o BBLR, lahir kurang bulan, lahir kembar
o Ibu saat mengandung menderita anemia kekurangan zat besi berat
o Pada masa fetus kehilangan darah pada saat atau sebelum persalinan seperti
adanya sirkulasi fetus ibu dan perdarahan retroplasenta
2. Asupan zat besi kurang cukup
b. Absorbsi kurang
o Diare menahun
o Sisndrom malabsorbsi
o Kelaianan saluran pencernaan
c. Sintesis kurang: transferrin kurang (hipotransferinemia kongenital)
d. Kebutuhan akan zat besi meningkat untuk pertumbuhan,
e. Kehilangan darah
1. Perdarahan yang bersifat akut maupun menahun, misalnya pada polipolis rectum,
diverkel meckel
2. Infestasi parasite, misalnya cacing tambang
G. Diagnosis Banding
Diagnosis banding anemia mikrosistik hipokromik
1. Anemia defisiensi besi
2. Thalassemia
3. Keracunan timbal
4. Penyakit kronik
5. Responsive vitamin B6
6. Defisiensi tembaga
7. Sideroblastik
8. Haemoglobin E
Pendekatan diagnostic pada anak yang mengalami pucat
H. Pemeriksaan laboratorium
Pada penderita anemia defisiensi Fe dapat ditemukan pemeriksaan laboratorium sebagai
berikut
1. Apus darah tepi Gambaran morfologi darah tepi akan ditemukan keadaan
hipokrom, mikrositer, anisositosis, poikilositosis
2. Leukosit : jumlahnya normal, pada anemia defisiensi Fe yang kronis dapat
ditemukan granulositopenia ringan
3. Trombosit : meningkat 2 - 4 kali dari nilai normal
4. Apus sumsum tulang: hiperplasia sistem eritropoietik dan berkurangnya
hemosiderin.
5. MCV, MCH, MCHC menurun
6. Kadar Fe serum < >
7. TIBC meningkat ( > 410 ug/dl)
8. Free Erythrocyte Protoporphyrin (FEP) > 100 ug/dl eritrosit
9. Kadar feritin < >
10. Saturasi transferin < >
11. Serum iron (SI) merendah, Iron Bonding Cpacity (IBC) meningkat kecuali pada
MEP SI dan IBC rendah
K. Prognosis
Prognosa baik bila penyebab anemianya hanya kekurangan besi saja dan diketahui
penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat. Gejala anemia dan
manifestasi klinisnya akan membaik dengan pemberian preparat besi.
PEMERIKSAAN FISIK DAN ANTOPOMETRI PADA ANAK
1. Pemeriksaan keadaan umum
2. Pemeriksaan vital sign
3. Pemeriksaan antopometri
- Berat badan
- Tinggi badan
- Pengukuran lingar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada
- Pengukuran index masa tubuh (IMT)
4. Pemeriksaan status generalis pada anak
- Pemeriksaan secara menyeluruh dari kepala sampai ke kaki untuk mengetahui hasil
dari pemeriksaan dan dapat menyingkirkan kemungkinan diagnosis banding
5. Menetutakan status gizi pada anak menggunakan kurva WHO
6. Menentukan status perkembangan
PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI PADA ANAK GIZI BAIK/ KURANG
Kebutuhan kalori ditentutan berdasarkan berat badan ideal dikalikan RDA (recomended dietery
allowances) menurut usia tinngi (height age). Usia tinggi adalah usia bila tinggi badan anak
tersebut merupakan P50 pada grafik. Kebutuhan nutrient tertentu secara khusus dihitung pada
kondisi klinis tertentu.
Berdasarkan perhitungan BB-idealpemberian kalori awal 50-75% dari target untuk menghindari
sindrom refeeding
DAFTAR PUSTAKA
1. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Info
Medika Jakarta
2. Bruce M. Camitta.2005. Nelson Textbook of Pediatric,”Anemia”. 17th edition. United
State of America; Saunders.
3. Scgwartz, William. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC
4. Sylvia A.P. Patofisiologi”Sel Darah Merah”. Edisi 4. Jakarta: EGC
5. Raspati H., Reniarti L., Susanah S. 20005. Buku Ajar Hematologi Onkologi Anak.
“Anemia”. Ikatan Dokter Anak Indonesia