Anda di halaman 1dari 89

PEMBAHASAN

ANAK SARAF MATA


Diagnosis GNAPS harus dengan bukti laboratorium (ASTO)

SN DAN SNA
PERBEDAAN SINDROM NEFROTIK SINDROM NEFRITIK
TRIAS Hiperkolestrolemia Hipertensi
Hipoalbuminemia Gross hematuria
Protenuria masif Azootemia
Edema Anasarka Sebagian
Hematuri Mikroskopis Gross
Urin Keruh Kemerahan
Hipertensi Tidak menonjol Menonjol
Anemia Tidak ada Ada
Sindrom Nefrotik

• Manfes: proteinuria masif, hipoalbuminemia,


edema, hiperlipidemia
• Klasifikasi:
- SN kelainan minimal (SKNM)
- SN kelainan non minimal (SKNM)
Glomerulosklerosis fokal segmental
Glomerulonefritis proliferatif mesengial
Glomerulonefritis membrano proliferatif
Glomerulopati membranosa
Terapi SN
1) Remisi
Apabila proteinuri negatif (proteinuria < 4 mg/m2LPB/jam) 3
hari berturut-turut
2) Relaps
Apabila proteinuri ≥ 2+ ( >40 mg/m2LPB/jam atau rasio
protein/kreatinin pada urin sewaktu >2 mg/mg) 3 hari
berturut-turut dalam satu minggu, maka disebut relaps
3) Sindrom nefrotik sensitif steroid (SNSS)
Sindrom nefrotik yang apabila dengan pemberian prednison
dosis penuh (2mg/kg/hari) selama 4 minggu mengalami
remisi.
4) Sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS)
Sindrom nefrotik yang apabila dengan pemberian
prednison dosis penuh (2mg/kg/hari) selama 4 minggu
tidak mengalami remisi.
5) Sindrom nefrotik relaps jarang
Sindrom nefrotik yang mengalami relaps < 2 kali dalam 6
bulan sejak respons awal atau < 4 kali dalam 1 tahun.
6) Sindrom nefrotik relaps sering
Sindrom nefrotik yang mengalami relaps ≥ 2 kali dalam 6
bulan sejak respons awal atau ≥ 4 kali dalam 1 tahun.
KELAINAN PENIS
EPISPADI HIPOSPADI FIMOSIS PARAFIMOSIS
MEATUS DI DORSAL MEATUS LUBANG GLANS TERJEPIT
DIVENTRAL PREPUTIUM KECIL OLEH PREPITUIM
REPARASI REPARASI SIRKUM DORSUM > SIRKUM
Diagnosis GNAPS harus dengan bukti laboratorium (ASTO)

SN DAN SNA
PERBEDAAN SINDROM NEFROTIK SINDROM NEFRITIK
TRIAS Hiperkolestrolemia Hipertensi
Hipoalbuminemia Gross hematuria
Protenuria masif Azootemia
Edema Anasarka Sebagian
Hematuri Mikroskopis Gross
Urin Keruh Kemerahan
Hipertensi Tidak menonjol Menonjol
Anemia Tidak ada Ada
Glomerulonefritis
• Akut : terjadi tiba-tiba
• Kronis : menahun
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus
-Def: Sindrom Nefritik Akut ditandai hematuria, edema,
hipertensi, penurunan fungsi ginjal (azotemia) timbul
setelah infeksi Strep. ß hemolitikus grup A saluran
napas atau kulit
Tanda dan Gejala GNAPS
• Riwayat infeksi saluran napas 1-2 minggu
sebelumnya atau infeksi kulit (pioderma) 3-6 minggu
sebelumnya
• Hematuria makroskopis
• Edema kedua kelopak mata dan tungkai
• Oliguria atau anuria
• Komplikasi : kejang, penurunan kesadaran
(ensefalopati hipertensi), gagal jantung edema paru
Sesak pada anak
BP ASMA BRONKIOLITIS
SEMUA USIA USIA > 1/2 TAHUN USIA < 1 TAHUN
BATUK, SESAK, DEMAM BATUK SESAK BATUK SESAK DEMAM
RONKI + WHEEZING + WHEEZING +
RONKI +/-
Sindroma
Matur / aspirasi
postmatur mekonium
Masalah
pernapasan
neonatus <48 jam HMD /
Asfiksia
Prematur neonatorum/
TTN
>48 jam
Pneumonia
Pertusis
Etiologi & Faktor Risiko :
• Bordetella pertusis yg diitularkan melalui
droplet pernapasan
• Masa inkubasi 3-12 hari
• Berhubungan dengan riwayat imunisasi yg tdk
adekuat/blm diimunisasi lengkap (terutama
DPT) dan terdapat kontak dengan penderita
pertusis
Imunisasi
Manifestasi Klinis
Ada 3 stadium Bordetella pertusis
Stadium kataral (2-7 hari) : Gejala klinis minimal dgn/tanpa demam
rinore, anoreksia, frekuensi batuk meningkat

Stadium paroksimal (1-8 minggu) : Terlihat nyata pd usia 6 bln-5 thn


• Batuk paroksismal dicetuskan oleh pemberian makan (bayi) & aktivitas
• Batuk saat fase inspirasi/batuk rejan (inspiratory whooping)  oleh
karena udara yang masuk melalui glotis yang menyempit
• Post-tussive vomiting (muntah setelah batuk)
• Dapat pula dijumpai : Muka merah, sianosis, mata menonjol,lidah
menjulur, lakrimasi, hipersalivasi, distensi vena leher selama serangan,
penurunan BB

Stadium konvalesens : Gejala akan berkurang dlm beberapa minggu s.d


beberapa bulan
• Dapat terjadi petekia pd kepala/leher,
• perdarahan konjungtiva, dan
• terdengar cracles yg difus
Laboratorium :
• Leukositosis (15.000-100.000/mm3) dgn
limfositosis absolut
• Didapatkan antibodinya (IgG terhadap toksin
pertusis)
• Foto toraks : Infiltrat perihiler/edema,
atelektasis/empiema
• Diagnosis pasti dgn ditemukannya organisme
pd apus nasofaring (bahan media Bordet-
Gengou)
TB ANAK
• REGIMEN
2 RHZ/4RH

TB ANAK
BERAT/SELAPUT
2RHZE/4RH +
STEROID
STATUS EPILEPSI
• DIAG: KEJANG > 30 MENIT / DIANTARA
KEJANG TANPA PEMULIHAN KESADARAN
• TATALAKSANA:
– PUSKESMAS: ABC + DIAZEPAM 10 MG
– RUMAH SAKIT: PENUNJANG + FENI/FENO ICU
Tetanus Neonatorum Treatment
• HTIG
– A single intramuscular injection of 500 units of TIG is sufficient to neutralize
systemic tetanus toxin, but total doses as high as 3,000-6,000 units are also
recommended.
• Antibiotik
– Penicillin G (100,000 units/kg/day divided every 4-6 hr IV for 10-14 days)
remains the antibiotic of choice because of its effective clostridiocidal action
and its diffusibility, which is an important consideration because blood flow to
injured tissue may be compromised.
– Metronidazole (500 mg every 8 hr IV for adults) appears to be equally
effective.
– Erythromycin and tetracycline (for persons >8 yr of age) are alternatives for
penicillin-allergic patients
• All patients with generalized tetanus need muscle relaxants.
– Diazepam provides both relaxation and seizure control. The initial dose of 0.1-
0.2 mg/kg every 3-6 hr given intravenously is subsequently titrated to control
the tetanic spasms
S
-
• Perawatan oleh Divisi Neonatologi (Pedoman Terapi – Panter)
• Pasang jalur i.v. dan beri cairan dengan rumatan
• Berikan diazepam 10 mg/kgBB/hr i.v. dalam 24 jam atau bolus i.v. setiap 3
jam (0,5 mL/kali pemberian), maks. 40 mg/kgBB/hr
• Jika jalur i.v. tidak terpasang, berikan diazepam melalui rektum
• Jika frekuensi napas <20×/mnt, obat dihentikan, meskipun bayi masih
mengalami spasme
• Jika bayi mengalami henti napas selama spasme atau sianosis sentral
sesudah spasme, berikan oksigen dengan kecepatan aliran sedang
• Jika belum bernapas spontan lakukan resusitasi dan jika belum berhasil
dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas NICU
• Jika ada, beri human tetanus immunoglobulin 500 IU i.v. atau tetanus
antitoksin 5.000 IU i.m.
• Tetanus toksoid 0,5 mL i.m. diberikan pada tempat yang berbeda dengan
tempat pemberian antitoksin
• Penisilin prokain 50.000 IU/kgBB/hr i.m. dosis tunggal atau metronidazol
i.v. selama 10 hr (lihat Tabel 100)
• Jika terjadi kemerahan dan atau pembengkakan pada kulit sekitar pangkal
tali pusat, atau keluar nanah dari permukaan tali pusat, atau bau busuk
dari area tali pusat, berikan pengobatan untuk infeksi lokal tali pusat
Invaginasi
• Diagnosis • Tatalaksana
– Barium enema
– Paling sering umur 6 bulan-1 • Diagnosis: gambaran meniskus.
tahun • Tekanan cairan barium akan
– Gambaran klinis: mereduksi intususepsi.
• Awal: kolik yang sangat hebat • Reduksi berhasil bila beberapa
disertai muntah. Anak bagian usus halus telah terisi
barium/udara.
menangis kesakitan.
• Lebih lanjut: kepucatan pada – Pasang NGT
telapak tangan, perut – Resusitasi cairan.
kembung, tinja berlendir – Antibiotik jika ada tanda infeksi
bercampur darah (currant jelly (demam, peritonitis)
stool) dan dehidrasi.
– Lakukan PEMERIKSAAN ULANG
– Palpasi abdomen teraba SEGERA oleh dokter bedah.
massa seperti sosis. • Pembedahan jika reduksi dengan
– Ultrasonografi: tampak tanda enema gagal.
• Jika terdapat bagian usus yang
donat/pseudo-kidney. iskemi atau mati, reseksi perlu
dilakukan.

Sumber : Aschraft pediatric surgery


TRIAS INVAGINASI/INTUSUSEPSI:
1. KOLIK
2. RED CURRANT JELLY
3. MASA DI
EPIGASTRIUM/HIPOKONDRIUM
DEXTRA

abdominal
pain, diarrhea,
fever, and
vomiting
Stenosis pilorus
 Stenosis pilorus
– Muntah proyektil
– Non bilous vomiting
(muntah bening)
– Pemfis: olive shape
pada area
epigastrium
– Foto polos
abdomen: Single
bubble

29
• b. Megacolon congenital = Hirschsprung’s
dissease  mekonium terlambat,
menyemprot ketika di RT , mousetail
appearance (X-ray)
• c. Invaginasi  red currant jelly stool, coiled
spring appearance
• e. Stenosis duodenal  muntah kehijauan,
double bubble sign
Penyakit Hirschsprung
(megakolon kongenital)
• Gagal mengeluarkan mekonium  24
jam pertama. (6 – 24 jam)
• Obstruksi intestinal non-spesifik :
Distensi, muntah hijau, tidak mau makan.
• Enterokolitis : Demam, distensi abdomen,
tinja berbau busuk & berdarah
• Blast Sign : tinja menyemprot apabila
dilakukan colok dubur.
• Peritonitis : edema, bercak kemerahan di
sekitar umbilikus, punggung, genitalia.
• Anak yang lebih dewasa : konstipasi
berulang, gagal tumbuh, letargis.
• Diagnosis :
• Biopsy rektal (gold standard : aganglionic segment)
• Rontgen abdomen (obstruksi)
• Barium enema (0hr & 24hr post enema)
• Stenosis ani merupakan suatu keadaan dimana lumen anus menyempit, ini karena
kurangnya kontraktilitas, disebabkan tidak adanya / berkurangnya sel ganglion
parasimpatik dari plexus aurbach dan meissner dalam lapisan dinding usus.
Sehingga akan terjadi hipertrofi dan distensi yang berlebihan pada kolon, yang
lebih proximal, pada daerah distal terutama anus terjadi penyempitan karena
daerah anus posisinya terhimpit oleh pelvis
• Gambaran Klinik Stenosis ani
• 1) Pada Inspeksi
• Distensi abdomen, perut buncit, muntah – muntah warna kehijauan
• 2) Palpasi atau Perabaan
• Perabaan pada abdomen terasa bagian – bagian dari kolon yang melebar dan bisa
dirasakan perut keras atau defans abdomen.
• 3) Rectal toucher :
• Pada rectal toucher jari terasa terjepit pada bagian yang sempit
• 4) Radiodiagnostik
• Pemeriksaan fotopolos abdomen, terlihat tanda – tanda obstruksi usus lebih
rendah. Umumnya gambaran kolon sulit dibedakan dengan gambaran usus halus.
• Pada pemeriksaan foto dengan enema barium, terlihat lumen recto sigmoid
mengecil, bagian proksimalnya terlihat daerah transisi dan kemudian melebar.
Pemukaan mukosa bagian usus yang melebar tampak tidak teratur karena proses
enterokolitis
KELAINAN PENIS
EPISPADI HIPOSPADI FIMOSIS PARAFIMOSIS
MEATUS DI DORSAL MEATUS LUBANG GLANS TERJEPIT
DIVENTRAL PREPUTIUM KECIL OLEH PREPITUIM
REPARASI REPARASI SIRKUM DORSUM > SIRKUM
VSD ASD
• Left to right shunt
Left to right shunt
• RA, RV, dan PA
PDA
• LA, LV, dan PA enlargement >
enlargement > pulmonary vascular
pulmonary vascular Left to right
obstructive disease obstructive disease shunt • LA, LV,
>pulmonary >pulmonary
hypertension (PH) ascending Ao
>eisenmenger hypertension (PH) and PA
syndrome >eisenmenger syndrome enlargement
• PF : murmur • Tidak bergejala s/d 20-
pansistolik di sela iga >pulmonary
ke 3 dan ke 4 tepi kiri 30 th hypertension
sternum menjalar ke • PF: Fixed split S2,
sepanjang tepi kiri (PH)
sternum. sistolik ejection murmur >eisenmenger
(relative pulmonal syndrome
stenosis [PS]), mid • PF: continuous
diastolic murmur murmur
(relative tricuspid
stenosis [TS])
PJB Sianotik (right to the left shunt)
Pasien sianotik sejak lahir atau sesaat setelah lahir
TOF :
1. Yang terjadi stenosis pulmonal, VSD, overiding
aorta, hipertrofi ventrikel kanan
2. Saat serangan “tet spell”: pasien jongkok
3. Foto thorax khas : bootshape appearance
TGA (transposition of great arteries)
1. Arteri pulmonal keluar dari ventrikel kiri, aorta
keluar dari ventrikel kanan
2. Gambaran khas : oval shape heart
• ASD  fixed split S2
• VSD  pansistolik murmur
• Coarctatio Aorta 
TD ekstremitas bawah lebih rendah dibanding
ekstremitas atas.
• PDA  continous murmur, differential
sianosis
• TOF 
BIRU, cyanotic spell: Jadi tambah biru kalau
menangis, dan membaik dengan jongkok,
single second heart sound (PS), X-RAY: BOOT
SHAPE
• Stenosis Aorta  katup aorta, murmur
sistolik
• Stenosis Pulmonal  katup pulmonal,
murmur sistolik
Necrotizing enterokolitis
• Kriteria diagnostik :
PE :
• Distensi abdomen
• Muntah bilier
• BAB berdarah
• Nyeri/kemerahan pada perut
• BU tidak ada/menurun
• Kebiruan di dinding abdomen

Radiologi :
• Pneumatosis abdominalis
• Dilatasi usus
• Penebalan dinding usus
• Fixed, dilated loop
• Portal venous gas
• Free intraperitoneal gas
VIRUS KULIT
HERPES CACAR AIR HERPES KONDILOMA MOLUSKUM
ZOOSSTER SIMPLEKS
VZV VZV HSV 1(ANAK, HPV POXVIRUS
PERIORAL)
HSV 2
(DEWASA,
KLAMIN)
Ulkus dangkal/ Delle, nasi
lecet

ASIKLOVIR ASIKLOVIR ASIKLOVIR KAUTER EXCOCHLEASI


5X800MG 5X800MG 5X200MG TETES
AS. SALISILAT AS. SALISILAT PODOFILIN
BEDAK BEDAK
• Tata laksana
• Demam : asetaminofen 10-15 mg/kg tiap 4-6
jam
• Asiklovir 80 mg/kg/hari terbagi 4-5 dosis 5
hari
• Gatal : Difenhidramin 5mg/kg/hari terbagi 3-4
epilepsi
• Parsial
karbamazepin/feni/feno
– Sederhana: setengah badan, sadar
– Kompleks: setenah badan, tidak sadar, otomatisasi
• Umum
– Grandmal, / tonik klonik valproat
– Tonik: kaku saja valproat
– Klonik: kelojotan saja valproat
– Myoklonik: hentakan: melempar barang Valproat
– Absans/lena/petitmal:
Valproat/etosuksimid
• Tipikal/umum: bengong saja +- kedip mata
• Atipikal: bengong + mengecap2
– Atonik : lemes
Pemilihan obat berdasarkan tipe
Tipe
bangkitan
ANAK DEWASA
bangkitan Pilihan Terapi Kontraindikasi Pilihan Terapi Kontraindikasi

Umum Tonik  As. Valproat  Fenitoin PERHATIKAN


 Fenobarbital  Carbamazepin FUNGSI HEPAR
Klonik  Fenitoin e DAN FUNGSI
 Carbamazepine  As. Valproat GINJAL
 Topiramat  Topiramat
 Levetiracetam HATI – HATI PADA
 Ethosuximide Carbamazepine WANITA HAMIL /
Lena / USIA
 As. Valproat Fenobarbital
Absans Fenitoin PRODUKTIF
Oxcarbazepine
Gabapentin
Parsial  Oxcarbazepine  Carbamazepin
 Carbamazepine e
 Fenitoin  Fenitoin
 As. Valproat  Levetiracetam
 Fenobarbital  As. Valproat
Juvenile  Topiramat Carbamazepine
Dosis awal obat anti epilepsi
Dewasa :
Carbamazepine : 2 x 200 mg / hari
Fenitoin : 3 x 100 mg / hari
As. Valproat : 2 x 250 mg / hari atau 2 x 500 mg /
hari

Anak :
As. Valproat : 15 – 40mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis
Sediaan syrup 250mg/5ml
STATUS EPILEPSI
• DIAG: KEJANG > 30 MENIT / DIANTARA
KEJANG TANPA PEMULIHAN KESADARAN
• TATALAKSANA:
– PUSKESMAS: ABC + DIAZEPAM 10 MG
– RUMAH SAKIT: PENUNJANG + FENI/FENO ICU
KONJUNGTIVITIS BLEFARITIS KERATITIS
-BENGKAK KELOPAK,
VERNAL RONTOK, ULKUS KECIL, VIRAL
KOMPRES, AB BILAPERLU - DENDRITIK
- COBBLE
STONE/TRANTAS DAKRIOADENITIS JAMUR
DOT, ANHIS/MAST - BENJOLAN TEMPORAL, - SATELIT
STABILIZER S SIGN, AB
BAKTERI
VIRAL DAKRIOSISTITIS - TAK KHAS
- FOLIKULAR, - BENJOLAN NASAL,
ANTIVIRAL EPIFORA, AB AMUBA
- LENSA KONTAK,
EPISKLERITIS RENANG
BAKTERI - TEMPORAL, BENJOLAN
- MUKOPURULEN, BISA, STEROID ULKUS KORNEA
ANTIBIOTIK
SUBKONJUNG BLEED UVEITIS A. (IRIDOSIKLITIS)
GO - ABSORPSI SENDIRI - KP, FLARE SEL
- NANAH, CEFTRI IM,
KLORAM TETES PTERIGIUM UVEITIS P. (ENDOFTALMI)
PINGUEKULA - VISUS BISA 1/∞, POST OP
DRY EYE
- ARTIFICIAL TEAR
• Trauma akustik merupakan gangguan dengar
yang disebabkan oleh paparan gelombnag
suaru unggal dengan waktu singkat yang
dapat menimbulkan penurunan pendengaran
permanen tanpa didahului oleh perubahan
ambang dengar sementara.
Indikasi Tonsilectomy
Indikasi Absolut Indikasi Relatif
• Tonsil hipertrofi yang • Serangan tonsilitis >3x dalam 1
menimbulkan maloklusi gigi dan tahun walupun telah
menyebabkan gangguan mendapatkan pengobatan
pertumbuhan orofasial yang adekuat
• Sumbatan jalan nafas yang • Napas bau yang tidak berhasil
berupa hipertrofi tonsil dengan
sumbatan jalan nafas, sleep sembuh dengan pengobatan
apnea, gangguan menelan, • Tonsilitis berulang yang
gangguan berbicara, dan cor disebabkan oleh bakteri grup
pulmonale A streptococcus B hemoliticus
• Abses peritonsiler yg tdk • Pembesaran tonsil di salah
menunjukan perbaikan dgn satu sisi (unilateral) yang
pengobatan dicurigai berhubungan dgn
• Tonsilitis yg menyebabkan kejang keganasan
demam
- Tatalaksana miliaria:
• Hindari panas yang berlebihan,
mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian
tipis, dan menyerap keringat.
• Bedak salisil 2% dibubuhi mentol 0,25% – 2%.
• Losio Faberi.
• Losio calamin dengan atau tanpa mentol
0,25%, dapat pula resorsin 3% dalam alkohol.
– Radikulopati Servikal:
• Pemeriksaan khusus:
• Tes Spurling atau tes Kompresi Foraminal,
Hasil positif bila terdapat nyeri radikuler ke
arah ekstremitas ipsilateral sesuai arah rotasi
kepala.
TRIAS MENIERE
1. Pusing berputar
2. Telinga berdenging
3. Pendengaran berkurang
Versi gampangnya
BPPV Pusing, mual (+), keluhan memberat dengan gerakan kepala,
tinitus (-)

MENIERE DISEASE Vertigo, Tinnitus, Telinga terasa penuh,gangguan pendengaran

NEURITIS Serangan vertigo mendadak tanpa pencetus, tapi pendengaran


VESTIBULARIS normal.

LABIRINITIS Komplikasi meningitis atau otitis media


SUPURATIF Gangguan keseimbangan dan gangguan pendengaran
CEREBROVASKULAR DISEASE

TIA STROKE ISKEMIK STROKE


PERDARAHAN
SEMBUH < 24 JAM TANPA TTIK ADA TTIK:
KEJANG
PENURUNAN KESADARAN
NYERI KEPALA HEBAT
MUNTAH PROYEKTIL
ANTPLATELET ANTIPLATELET MANITOL
TURUNKAN TENSI BILA > TURUNKAN TENSI BILA > HEADUP 30 DERAJAT
220/140 220/140 TURUNKAN TENSI BILA >
180/120
ANTIPLATELET: ASPIRIN, CLOPIDOGREL, DIPIRIDAMOLE
ANTIKOAGULAN: HEPARIN, WARFARIN
Diagnosa Banding antara Stroke Infark, PIS dan PSA

KRITERIA INFARK PIS PSA

1. Anamnesa
- TIA (+) (-) (-)
- Istirahat (+) (-) (-)
- Aktivitas (-) (+) (+)
- Nyeri kepala (-) (+) (++)

2. Pemeriksaan Fisik
- Defisit neurologik (+) (+) (±)
- Penurunan kesadaran (-) (+) (±)
- Kaku kuduk (-) (±) (+)
- Tekanan Darah sedang variasi sedang

3. Pemeriksaan tambahan
- Punksi Lumbal Jernih Xantochrome Gross haemorrhagic
DD beberapa diagnosis
paralisis akut
Acute Paralysis

Poliomyelitis GBS Myastenia Gravis

Onset Bertahap, Cepat mendadak Bertahap dan


fluktuatif
Simetris Unilateral Bilateral Unilateral

Demam Abnormal Normal Normal

Fx Sensoris + + +

Gangguan Nervus III, - + +


IV, dan VI
Gangguan napas - + +

Gangguan Nervus - + -

Reflek Fisiologis Menurun Menurun Normal

Prognosis Sembuh lambat Sembuh Lambat Remisi Relaps


EPIDURAL SUBDURAL INTRASEREBR SUBARAHNOI
AL D
KHAS LUCID INTERVAL - - MENINGEAL
FRAKTUR TEMPORAL BRIDGING VEIN SIGN +
A. MENINGEA MEDIA
CT SCAN BIKONVEKS BULAN SABIT HIPERDENS SULKUS
INTRASEREBRA HILANG
L
HNP
• Prostusi discus intevetebrae dan menekan pada radix syaraf
• KLINIS:
- nyeri pinggang menjalar ke paha
- kelemahan otot dan rasa kebas.
• Pemeriksaan fisik
• test lasegue (+), test bragad (+dorsofleksi kaki) (+)
• Refleks: penurunan sensibilitas
• Pemeriksaan penunjang: MRI.
• Terapi:
- tirah baring (tatalaksana awal).
- Paracetamol, NSAID, dan atau relaksan otot (benzodiazepin)
Dan operasi jika gejala berat
HEADACHE
TIPE CEPHALGIA MIGRAIN TTH CLUSTER
Lokasi Uniateral Bilateral (frontal-leher) Unilateral (peri/ retroorbita
Sifat nyeri Berdenyut Tegang, seperti diikat Nyeri tajam, menusuk
Intensitas nyeri Hebat Ringan-sedang Hebat
Durasi 4-72 jam 30 mnt – 7 hari 15 mnt – 3 jam
Serangan Akut – episodik Kronis, terus-menerus/ Akut, episodik
episodik
Frekuensi Bervariasi Bervariasi 1-8x/ hari, sering malam
Aura +/- - -
Gejala penyerta Nausea, vomitus, fotofobia, Nyeri/ spasme leher dan Injeksi konjungtiva,
fonofobia, defisit bahu lakrimasi, kongesti nassal
neurologis ipsilateral, rinorhea, facial
swelling
Faktor pencetus Konsumsi Tiramin (coklat, Posisi tubuh yang salah
keju, alkohol, kerang, MSG) Stress, cemas
Cahaya, bising
Ingat Gejala
Parkinson : (TRAP)

1. Tremor
2. Rigidity
3. Akinesia/bradikinesia
4. Postural reflex loss
Pilihan terapi Parkinson:
• Dopaminergik:
1) Levodopa / benserazide
2) Agonis DA: bromokriptin, pramipexole, ropinirole
3) Inhibitor MAOB (Monoamine Oxidase B): selegilin
4) Antagonis reseptor NMDA (N Methyl D Aspartate):
amantadin
5) Inhibitor COMT (Cathecol O Methyl Transferase):
entacapone, tokapone
• Antikolinergik : Triheksifenidil
64
1106 Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
a. Etiologi : kompresi nervus medianus di
dalam carpal tunnel
b. Tampilan klinis :
Anamnesis : nyeri di pergelangan tangan
bagian ventral, rasa kebas di telapak tangan
bagian radial dan jari 1-4.
PF : Tinnel sign (rasa kesemutan saat carpal
tunnel diketuk) dan Phalen sign (rasa
kesemutan saat pergelangan tangan fleksi
maksimal)
c. Pemeriksaan Penunjang: USG, MRI
d. Tatalaksana : Awali dengan bidai
pergelangan tangan. kemudian, lakukan
injeksi steroid ke dalam carpal tunnel.,
lakukan pembedahan.
Konjungtivitis ec corpus
Penatalaksanaan :
• permukaan kornea : Usapan cotton bud secara halus, menggunakan jarum spuit 1 cc atau
menggunakan magnet
• Kornea :
- Periksa tajam penglihatan sebelum dan sesudah pengangkatan
- Berikan anestesi topikal pada mata yg terkena
- Cobalah mengeluarkan benda asing dgn irigasi NaCl 0,9% steril
- Cobalah menggunakan cotton bud secara halus
- Pengangkatan benda asing harus dilakukan dgn slit lamp
- Jika tidak berhasil segera rujuk ke dr.mata
- Berikan antibiotik topikal untuk profilaksis 4x1 hari sampai regenerasi epitel
- Berikan analgetik topikal sprt cyclopegic jk trdpt abrasi > 3 mm, jgn berikan steroid krn
menghambat regenerasi epitel dan meningkatkan resiko infeksi jamur
- Reevaluasi 24 jam untuk melihat tanda” infeksi dan ulkus kornea
Indikasi Rujuk :
- Benda asing sulit dikeluarkan
- Terbentuk formasi rust ring (dr besi) pada
kornea
- Tanda” perforasi bola mata
- Pembentukan ulkus kornea, sprt kabur
pada dasar defek, noda pd tes fluoresensi
bertahan >72 jam
- Defek pada bagian sentral kornea
- Hyfema
- Kerusakan kornea difus
- Laserasi kornea atau sklera
- Udem kelopak mata
- Perdarahan subkonjungtiva yg difus
- Bentuk pupil yg abnormal
- Kamera okuli anterior yg dalam
DAKRIOSITITIS
• Peradangan sakus lakrimalis krn obstruksi duktus
nasolakrimal
• Terjadi pd anak” dan dewasa >40 th terutama
perempuan
• Perjalanan : kronik atau akut
• Etiologi : stafilokok, pneumoko, streptokok, neiseria
catarrkalis, pseudomonas.
• Gejala :
- akut : epifora, sakit yg hebat di daerah kantung mata
dan demam. Terlihat pembengkakan kantung air mata
dan merah di daerah sakus lakrimal, dan nyeri tekan
di daerah sakus, disertai sekret mukopurulen.
- Kronis : tidak nyeri, tanda radang ringan, sering berair,
kantung mata ditekan keluar sekret yg mukoid dan
kelopak melekat satu dgn yg lainnya
• Pengobatan : pengurutan daerah sakus, antibiotik
lokal dan sistemik, dakriosistorinostomi. Infant
kompres sakus atau probing
REFRAKSI
SPHERIS SILINDRIS KESIMPULAN
+ N HIPERMETROP SIMPLEK
- N MYOP SIMPLEK
N + ASTIGMAT H. SIMPLEK
N - ASTIGMAT M. SIMPLEK
- - ASTIGMAT MYOP
KOMPOSITUS
+ + ASTIGMAT H.
KOMPOSITUS
+ PRINSIP KACAMATA: LENSA
- + PILIH YG PALING BESAR, LENSA – PILIH YG
MIKSTUS
PALING KECIL
PRESBIOP: LEMAH AKOMODASI
MULAI 40 TH = +1, TAMBAH 0,5/5TAHUN
MACULAR DEGENERATIF
• keadaan dimana makula GEJALA KLINIS
1. Distorsi penglihatan, metamorphopsia
mengalami kemunduran 2. Garis-garis lurus mengalami distorsi,
hingga terjadi penurunan terutama dibagian pusat penglihatan
ketajaman penglihatan & 3. Kehilangan kemampuan membedakan
warna dengan jelas
dapat menyebabkan 4. Ada daerah kosong atau gelap di pusat
hilangnya fungsi penglihatan
penglihatan sentral. 5. Kesulitan membaca, kata-kata terlihat
kabur atau berbayang
• Terdapat 2 jenis yakni 6. kehilangan fungsi penglihatan tanpa rasa
Standar Macular nyeri secara tiba-tiba atau perlahan
Degeneration dan Age
Related Macular
Degeneration (ARMD)
KLASIFIKASI
1. Degenerasi Makula tipe non-eksudatif (tipe kering)
• š+ 90% degenerasi makula terkait usia adalah tipe kering
• sifat multipel, kecil, bulat, bintik putih kekuningan yang di sebut drusen dan merupakan kunci
identifikasi untuk tipe kering.
• šDrusen dapat di bagi berdasarkan klinik dan histopatologi yakni drusen keras (nodular), diffus
(konfluent), halus (granular ), dan drusen kalsifikasi .
2. Degenerasi Makula tipe eksudatif ( tipe basah)
• šPada pemeriksaan fundus, terlihat darah subretina, eksudat, lesi koroid hijau abu-abu di
makula. Scar Disciform dan biasanya terletak di bagian sentral dan menimbulkan gangguan
penglihatan sentral permanen.
Retinopati HT
• Tipe 1:
- Fundus hipertensi dengan atau tanpa retinopati , tidak ada sklerose dan terapat pada orang
muda
- Pada funduskopi: arteri menyempit dan pucat, arteri meregang dan percabangan tajam,
perdarahan ada atau tidak ada, eksudat ada atau tidak ada
• Tipe 2:
- Fundus hipertensi dengan atau tanpa retinopati sklerose senile, terdapat pada orang tua
- Funduskopi: pembuluh darah tampak mengalami penyempitan, pelebaran, dan sheating
setempat. Perdarahan retina ada atau tidak ada. Tidak ada edema papil
• Tipe 3:
- Fundus dengan retinopati hipertensi dengan arteriosklerosis terdapat pada orang muda
- Funduskopi: Penyempitan arteri, kelokan bertambah fenomena crossing perdarahan multiple,
cotton wool patches, macula star figure
• Tipe 4:
- Hipertensi yang progresif
- Funduskopi: edema papil, cotton wool patches, hard eksudat dan star figure exudates yang
nyata.
Polipoid koroidal vaskulopati
• Gangguan perdarahan dari makula yg
dikarakteristikan yg ditandai dgn perdarahan
sub retinal berulang
Retinitis Sitomegalovirus
(Cytomegalovirus Retinits / CMVR)
• infeksi oportunistik terumum dan paling sering mengakibatkan kebutaan
pada pasien denagn AIDS.
• asimtomatis atau memberikan gejala penurunan tajam penglihatan secara
perlahan dan mengakibatkan floaters, fotopobia, atau gangguan
lapang penglihatan.
• stadium awal mungkin hanya sekecil cotton-wool spot, perdarahan
intraretina dan eksudat keras (hard exudate). Lesi ini berkembang dengan
pola ”brushfire”; ”frosted branch”, di mana terdapat penyelubungan
pembuluh darah difus.
ABLASIO RETINA
• kelainan retina dimana lapisan • Gejala : kilatan cahaya
keerucut dan batang retina • funduskopi retina terlihat lebih
terpisah dari sel epitel pigmen pucat akibat terangkatnya retina
retina. dengan pembuluh darah
• Klasifikasi diatasnya berkelok-kelok sesuai
a. Ablasi retina regmatogenosa dengan gelombang retina yang
(oleh karena robekan) terangkat. Pada retina akan
b. Ablasi retina eksudatif tampak robekan yang berwarna
(penimbunan cairan) merah, reflek merah dari koroid
c. Ablasi retina traksi (tarikan) • Terapi : pembedahan
• Pemeriksaan anel : fungsi ekskresi sistem lakrimalis
• Tes palpasi TIO : mengukur tekanan intra okular.
• Uji fluorescent : untuk Melihat defek epitel
• Tes seidel : untuk fistula kornea
97

Mata merah

visus normal penurunan visus

Berdasarkan luas nya Berdasarkan perjalanan • Keratitis


penyakit • Ulkus kornea
• Glaukoma akut
• Uveitis
• Endoftalmitis
Merah sebagian Merah seluruhnya akut • Panoftalmitis

• Episkleritis
• Skleritis • Pterigium • Pterigium kronis
• Pinguekula iritans • Pinguekula iritans
• Hematoma subkonjungtiva
• Hematoma subkonjungtiva • Konjungtivitis
• Konjungtivitis • Episkleritis • Trakoma
• Skleritis
Injeksi cilliary
Th / dibersihkan dengan garam fisiologik hangat,
dan kemudian diberikan antibiotik yang sesuia.
EPIKANTUS
adalah kelopak mata di daerah kulit yang menutupi
sudut dalam pandangan mata.
ras mongoloid

Epicanthus terdiri dari 4 tipe :


1. Epicanthus tarsalis jika lipatan lebih menonjol
pada kelopak mata bawah
2. Epicanthus inversus jika lipatan lebih menonjol
pada kelopak mata atas
3. Epicanthus palpebra jika lipatan sama-sama
menonjol pada kelopak mata bawah dan kelopak
mata atas
4. Epicanthus supraciliaris jika lipatan muncul dari
alis mata menuju ke sakus lakrimalis.
Trauma Mata

hifema

Trauma uvea : iridodialisis

Katarak traumatik : Cincin vossius


Iridodialisis
• Trauma tumpul dapat mengakibatkan
robekan pada pangkal iris sehingga bentuk
pupil menjadi berubah (lonjong).
• Perubahan bentuk pupil tidak banyak
mengganggu tajam penglihatan penderita.
• Biasanya iridodialisis terjadi bersama-
sama dengan terbentuknya hifema.

Hifema adalah keadaan dimana terdapat


darah di dalam bilik mata depan, yaitu daerah
di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi
akibat trauma tumpul yang merobek
pembuluh darah iris atau badan siliar dan
bercampur dengan humor aqueus (cairan
mata) yang jernih.

Anda mungkin juga menyukai