Insect Bite
Gigitan Serangga (chilopoda/lipan)
Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Lr. Kampar
Datang ke IGD : 25 Januari 2021
Laporan Kasus : Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri pada luka digigit lipan pada jari kaki kanan
Kesadaran
• Compos Mentis
• GCS : E4M6V5 = 15
Tanda Vital
• Tekanan darah: 130/80 mmHg
• Nadi : 92 kali/menit, regular
• Pernapasan : 24 kali/menit, reguler,
• Suhu : 36,5 oC
• Berat badan : 56 Kg
• Tinggi badan : 160 Cm
Laporan Kasus : Pemeriksaan Fisik
Tatalaksana
Non-medicamentosa Medicamentosa
• Angka kejadian gigitan serangga tidak dapat diketahui secara pasti, karena kebanyakan kasus hanya
menimbulkan reaksi ringan dan tidak terlaporkan Diperkirakan 56–94% populasi dewasa di seluruh
dunia setidaknya pernah mengalami gigitan serangga satu kali selama hidupnya
• Reaksi alergi sistemik diperkirakan terjadi pada 0,15–0,8% populasi anak dan 0,3–8,9% populasi dewasa
• Bayi dan anak-anak lebih rentan terkena gigitan serangga dibandingkan orang dewasa
• Mortalitas pada gigitan serangga disebabkan oleh syok anafilaksis. Sebanyak 40–60% kasus
anafilaksis di unit gawat darurat disebabkan oleh sengatan serangga.
• Sampai saat ini, belum ada data prevalensi gigitan serangga di Indonesia
Insect Bite : Etiologi
Artropoda
Insekta
Arachnida :
Diplopoda : Chilopoda : (hymenoptera):
laba-laba,
luing lipan lebah, semut
kalajengking
api
Insect Bite : Patogenesis
Gigitan / sengatan
Kerusakan pada kulit sumber infeksi Masuknya zat/racun/saliva mediator biokimia
Reaksi imunologi
Tipe I : diperantarai IgE pelepasan mediator inflamasi, Tipe IV : respons inflamasi muncul lebih lambat atau
seperti histamin dan sitokin disebut dengan delayed hypersensitivity reaction
Toksokinetik Scorpion / kalajengking
• Gejala :
• >>> nyeri dan inflamasi local
• <<< sistemik : gejala autonom (hipertensi, takikardi, takiaritmia, agitasi, spasme otot,
mioklonus
Toksokinetik Arachnida / laba-laba
• Black widow (BW) : memiliki neurotksin paling poten alpha-latrotoxin pelepasan neurotransmitter
acetylcholine,norepinephrine, glutamate, and dopamine dari ujung saraf presinaps
• Brown recluse (BR) : mengandung hemolytic enzymes and dermonecrotic factors, Sphingomyelinase D and a
levarterenol-like substancenya vasokonstriksi menyebabkan kerusakan jaringan nekrosis
• Gejala :
• BW : Tidak ada nekrosis local, BR : >>>Nekrosis,
• Sistemik (BW) : hipertensi, hipersalivasi, hyperhidrosis, ptosis, spasme otot, mual, muntah, dyspnea.
Toksokinetik Chilopoda (lipan) & Diplopoda (luing)
• Chilopoda/lipan : toksin histamine, serotonin, enzymes, acid and alkaline phosphatase, and the amino acid
naphthylamidase nyeri local, eritema dan edema
• Diplopoda/luing : toksin disekresikan melalui segmen tubuh hydrogen cyanide,organic acids, cresols, phenol,
benzoquinones, and hydroquinones nyeri local, kemerahan – hiperpigmentasi, vesikel
Toksokinetik insekta (hymenoptera) : lebah, semut api
• Hymenoptera memiliki komposisi toksin yang kompleks bradykinin, acetylcholine, histamine and serotonin
berpotensi terjadi reaksi silang anafilaksis
• Gejala : reaksi local : eritema, edema, nyeri local, pada semut api burning-like pain
• Reaksi anafilaksis : mulanya pruritus, wajah kemerahan (flushing), urtikaria secara cepat berubah menjadi
angioedema, dyspnea, wheezing dan stridor
Gambaran klinis
Edema dan eritema pada gigitan kalajengking Kerusakan jaringan pada gigitan laba-laba
Flushing & edema pada gigitan lebah Reaksi local pada gigitan semut api
Penegakan diagnosa
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
penunjang
• Identifikasi jenis • ABC • Pada kasus yang
serangga/hewan • Identifikasi luka melibatkan sistemik :
• Kapan? gigitan EKG, SGOT,PT, Ureum,
• Riwayat alergi • Lihat apakah ada Cr, Urinalisis, Darah
• Kondisi penyerta (dm, reaksi awal anafilaksis rutin
ht, kondisi : pruritus, flushing,
imunokompromis) urtikaria
angioedema,
wheezing, stridor,
dyspnea
• Nilai apakah ada
tanda keterlibatan
sistemik
Tatalaksana : secara umum
Cabut stinger
atau sengat
Kompres dengan
es yang dilapisi
handuk atau kain
dengan air dingin
Cuci dengan air
& sabun tanpa
memanipulasi
tempat gigitan
Tatalaksana : medikamentosa
Manajemen nyeri :
Anti histamine : AH1 –
Acetaminofen , NSAID,
AH2 PO/injeksi
Opiod, Infiltrasi lidokain
Obat-obatan supportif
Profilaksis Anti Tetanus
pada gejala sistemik
Tatalaksana : medikamentosa
Scorpion / kalajengking
• agitasi, spasme otot, mioklonus benzodiazepine, Ca Glukonas
• takikardi, takiaritmia IV beta blocker
• Antivenom scorpion hanya pada beberapa negara yang tersedia
Arachnida / laba-laba
• Nekrosis debridemen dan skin graft
• spasme otot, nyeri benzodiazepine & derivate opioid
• Antivenom spider dari serum kuda hanya pada beberapa
negara yang tersedia
Tatalaksana : medikamentosa
Chilopoda / lipan
• Suportif analgetik, anti radang, anti histamine
• Nyeri hebat anestesi local (lidokain)
Diplopoda / luing
• Paparan ocular : irigasi, fluoresin untuk mengevaluasi adakah
defek/ulkus pada kornea, topical AB, cycloplegics, dan rujuk ke
sp.M
Tatalaksana : pemberian Antibiotik
Tatalaksana Anafilaksis
Analisa Kasus
Kasus Teori
Kasus Teori
• PF generalisata dalam batas normal • Tidak ada tanda sistemik, tidak ada tanda
anafilaksis
Analisa Kasus
Kasus Teori
reaksi gigitan serangga adalah reaksi yang Arthropoda merupakan filum terbesar
disebabkan oleh gigitan yang dapat yang merupakan 80% dari seluruh jenis
menimbulkan reaksi peradangan yang hewan. Terdapat 4 kelas arthropoda
bersifat lokal sampai sistemik. yakni chilopoda, diplopoda, insekta dan
Dalam kasus gigitan serangga penting di arachnida yang masing-masing memiliki
identifikasi serangga apa yang toksin dan reaksi yang berbeda.
menggigit/menyengat dan diberikan
tatalaksana yang sesuai.
tatalaksana medikamentosa meliputi
tatalaksana awal secara umum adalah cuci manajemen nyeri, anti radang,
dengan air dan sabun tanpa memanipulasi antihistamin, dan pemberian antibiotic
tempat gigitan, Cabut stinger atau sengat, dan maupun profilaksis anti tetanus
kompres dengan es yang dilapisi handuk atau
kain dengan air dingin
Terima Kasih