Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kasus Dokter Internship

Insect Bite
Gigitan Serangga (chilopoda/lipan)

Puskesmas Pematang Kandis


Merangin
2021
Pendahuluan
• Insect bite reaction (reaksi gigitan serangga) • Diperkirakan 56–94% populasi dewasa di
 reaksi yang disebabkan oleh gigitan seluruh dunia setidaknya pernah mengalami
serangga saat berusaha untuk gigitan serangga satu kali selama hidupnya.
mempertahankan diri atau saat serangga
tersebut mencari makanannya. • Reaksi alergi sistemik diperkirakan terjadi
pada 0,15–0,8% populasi anak dan 0,3–8,9%
• Sebuah gigitan atau sengatan tersusun dari populasi dewasa.
protein dan substansi lain yang mungkin
memicu reaksi alergi

• Mortalitas pada gigitan serangga


• belum ada data prevalensi gigitan disebabkan oleh syok  anafilaksis
serangga di Indonesia  beriklim tropis,
cuaca yang panas dan lembap sangat • 40–60% kasus anafilaksis di unit gawat
mendukung pertumbuhan serangga darurat disebabkan oleh sengatan
serangga
Laporan Kasus

Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Lr. Kampar
Datang ke IGD : 25 Januari 2021
Laporan Kasus : Anamnesis

Keluhan Utama : Nyeri pada luka digigit lipan pada jari kaki kanan

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan Nyeri pada luka digigit lipan pada jari tengah kaki kanan sejak 30 menit
yang lalu. Pasien menjabarkan bahwa lipan nya berukuran ± 5 cm saat pasien sedang membersihkan
rumah. Keluhan nyeri pada bekas gigitan (+) bengkak (+) terasa panas (+) kepala sakit (-) mual muntah (-)
sesak napas (-) jantung berdebar (-).

Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat hipertensi (-) Riwayat DM (-)
Riwayat alergi (-) Riwayat hipertensi (-)
Riwayat asma (-)
Laporan Kasus : Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
• Tampak Sakit Ringan

Kesadaran
• Compos Mentis
• GCS : E4M6V5 = 15

Tanda Vital
• Tekanan darah: 130/80 mmHg
• Nadi : 92 kali/menit, regular
• Pernapasan : 24 kali/menit, reguler,
• Suhu : 36,5 oC
• Berat badan : 56 Kg
• Tinggi badan : 160 Cm
Laporan Kasus : Pemeriksaan Fisik

• Kepala : simetris, tidak ada trauma • Thoraks: datar, simetris • Abdomen


maupun memar urtikaria (-) • Paru : vesicular (+/+), • Inspeksi : datar
rhonki (-/-),wheezing (-/-) • Palpasi : soepel, nyeri
flushing (-)  dbn fremitus ka=ki, jejas (-) tekan (-), Perkusi : timpani
• Mata : CA (-/-), SI(-/-), RC (+/+), pupil
(+)
isokor , edema periorbital (-) • Jantung : • Auskultasi : Bising usus (+)
• Hidung & telinga : luka (-) infeksi (-) • ictus kordis tak terlihat, • Ekstremitas
• Mulut dan tenggorok : luka(-), infeksi batas jantung : dbn, BJ • Superior : Akral hangat,
(-) sianosis (-) I/II reguler CRT <2 s
• Leher : Pembesaran KGB (-) • Inferior : Akral hangat, CRT
<2 s

Dalam batas normal


Laporan Kasus : Pemeriksaan Fisik

•Look : Pada regio digiti III pedis


dextra terdapat Vulnus Morsum 1
buah, eritema (+) edema sekitar
gigitan, Nekrosis (-)
•Feel : Akral hangat, nyeri tekan (+)
pada sekitar luka gigitan, sensibilitas
(+)
•Move : ROM dalam batas normal
Laporan Kasus : Diagnosa &Tatalaksana

Quo ad vitam : dubia ad bonam


Diagnosa Kerja : Prognosis Quo ad functionam : dubia ad bonam
Insect bite Quo ad sanationam : dubia ad bonam
(vulnus morsum chilopoda)

Tatalaksana

Non-medicamentosa Medicamentosa

Inj. Dexamethasone 5 mg/1 ml 1 amp


Wount toilet : cuci dengan air Inj. Diphenhidramine 1 amp
dan sabun PO chlorpeniramine maleat tab 3 x 4 mg
Immobilisasi PO As. Mefenamat tab 3 x 500 mg
Tinjauan Pustaka : Insect Bite

• Reaksi gigitan serangga (insect bite


reaction) adalah reaksi hipersensitivitas
atau alergi pada jaringan kulit akibat
gigitan dan kontak dengan
serangga.

• menimbulkan reaksi peradangan yang


bersifat lokal sampai sistemik
Insect Bite : epidemiologi

• Angka kejadian gigitan serangga tidak dapat diketahui secara pasti, karena kebanyakan kasus hanya
menimbulkan reaksi ringan dan tidak terlaporkan  Diperkirakan 56–94% populasi dewasa di seluruh
dunia setidaknya pernah mengalami gigitan serangga satu kali selama hidupnya

• Reaksi alergi sistemik diperkirakan terjadi pada 0,15–0,8% populasi anak dan 0,3–8,9% populasi dewasa

• Prevalensi antara pria dan wanita sama

• Bayi dan anak-anak lebih rentan terkena gigitan serangga dibandingkan orang dewasa

• Mortalitas pada gigitan serangga disebabkan oleh syok  anafilaksis. Sebanyak 40–60% kasus
anafilaksis di unit gawat darurat disebabkan oleh sengatan serangga.
• Sampai saat ini, belum ada data prevalensi gigitan serangga di Indonesia
Insect Bite : Etiologi

Artropoda

Insekta
Arachnida :
Diplopoda : Chilopoda : (hymenoptera):
laba-laba,
luing lipan lebah, semut
kalajengking
api
Insect Bite : Patogenesis

Gigitan / sengatan
Kerusakan pada kulit  sumber infeksi Masuknya zat/racun/saliva  mediator biokimia

melepaskan mediator : histamin, serotonin, asam formic atau kinin

Reaksi imunologi
Tipe I : diperantarai IgE pelepasan mediator inflamasi, Tipe IV : respons inflamasi muncul lebih lambat atau
seperti histamin dan sitokin disebut dengan delayed hypersensitivity reaction
Toksokinetik Scorpion / kalajengking

Indian red Yellow scorpion Black scorpion

• serotonin,acetylcholinesterase, histamine, phospholipase, and hyaluronidase  neurotoksik 


membuka kanal natrium  prolong depolarisasi pada neuromuscular & hiperaktivitas autonom

• Gejala :
• >>> nyeri dan inflamasi local
• <<< sistemik : gejala autonom (hipertensi, takikardi, takiaritmia, agitasi, spasme otot,
mioklonus
Toksokinetik Arachnida / laba-laba

Black widow/janda Brown


tarantula
hitam recluse/pertapa coklat

• Black widow (BW) : memiliki neurotksin paling poten  alpha-latrotoxin  pelepasan neurotransmitter
acetylcholine,norepinephrine, glutamate, and dopamine dari ujung saraf presinaps
• Brown recluse (BR) : mengandung hemolytic enzymes and dermonecrotic factors, Sphingomyelinase D and a
levarterenol-like substancenya vasokonstriksi  menyebabkan kerusakan jaringan  nekrosis

• Gejala :
• BW : Tidak ada nekrosis local, BR : >>>Nekrosis,
• Sistemik (BW) : hipertensi, hipersalivasi, hyperhidrosis, ptosis, spasme otot, mual, muntah, dyspnea.
Toksokinetik Chilopoda (lipan) & Diplopoda (luing)

Chilopoda / lipan Diplopoda / luing

• Chilopoda/lipan : toksin histamine, serotonin, enzymes, acid and alkaline phosphatase, and the amino acid
naphthylamidase  nyeri local, eritema dan edema

• Diplopoda/luing : toksin disekresikan melalui segmen tubuh  hydrogen cyanide,organic acids, cresols, phenol,
benzoquinones, and hydroquinones  nyeri local, kemerahan – hiperpigmentasi, vesikel
Toksokinetik insekta (hymenoptera) : lebah, semut api

lebah Semut api

• Hymenoptera  memiliki komposisi toksin yang kompleks bradykinin, acetylcholine, histamine and serotonin
 berpotensi terjadi reaksi silang  anafilaksis

• Gejala : reaksi local : eritema, edema, nyeri local, pada semut api burning-like pain
• Reaksi anafilaksis : mulanya pruritus, wajah kemerahan (flushing), urtikaria  secara cepat berubah menjadi
angioedema, dyspnea, wheezing dan stridor
Gambaran klinis

Edema dan eritema pada gigitan kalajengking Kerusakan jaringan pada gigitan laba-laba

Flushing & edema pada gigitan lebah Reaksi local pada gigitan semut api
Penegakan diagnosa

Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
penunjang
• Identifikasi jenis • ABC • Pada kasus yang
serangga/hewan • Identifikasi luka melibatkan sistemik :
• Kapan? gigitan EKG, SGOT,PT, Ureum,
• Riwayat alergi • Lihat apakah ada Cr, Urinalisis, Darah
• Kondisi penyerta (dm, reaksi awal anafilaksis rutin
ht, kondisi : pruritus, flushing,
imunokompromis) urtikaria 
angioedema,
wheezing, stridor,
dyspnea
• Nilai apakah ada
tanda keterlibatan
sistemik
Tatalaksana : secara umum

Cabut stinger
atau sengat

Kompres dengan
es yang dilapisi
handuk atau kain
dengan air dingin
Cuci dengan air
& sabun tanpa
memanipulasi
tempat gigitan
Tatalaksana : medikamentosa

Manajemen nyeri :
Anti histamine : AH1 –
Acetaminofen , NSAID,
AH2 PO/injeksi
Opiod, Infiltrasi lidokain

Anti radang : NSAID,


Kortikosteroid Antibiotik
PO/Injeksi

Obat-obatan supportif
Profilaksis Anti Tetanus
pada gejala sistemik
Tatalaksana : medikamentosa

Scorpion / kalajengking
• agitasi, spasme otot, mioklonus  benzodiazepine, Ca Glukonas
• takikardi, takiaritmia  IV beta blocker
• Antivenom scorpion  hanya pada beberapa negara yang tersedia

Arachnida / laba-laba
• Nekrosis  debridemen dan skin graft
• spasme otot, nyeri  benzodiazepine & derivate opioid
• Antivenom spider  dari serum kuda  hanya pada beberapa
negara yang tersedia
Tatalaksana : medikamentosa

Chilopoda / lipan
• Suportif  analgetik, anti radang, anti histamine
• Nyeri hebat  anestesi local (lidokain)

Diplopoda / luing
• Paparan ocular : irigasi, fluoresin untuk mengevaluasi adakah
defek/ulkus pada kornea, topical AB, cycloplegics, dan rujuk ke
sp.M
Tatalaksana : pemberian Antibiotik
Tatalaksana Anafilaksis
Analisa Kasus
Kasus Teori

• nyeri pada luka digigit lipan • Identifikasi jenis serangga/hewan,


• Pasien datang diantar dengan keluhan digigit Kapan?, Riwayat alergi, Kondisi
ular sejak 30 menit penyerta (dm, ht, kondisi
• lipan nya berukuran ± 5 cm saat pasien sedang imunokompromis)
membersihkan rumah. • ABC, Identifikasi luka gigitan
• Keluhan nyeri pada bekas gigitan (+) bengkak (+) • Lihat apakah ada reaksi awal
terasa panas (+) kepala sakit (-) mual muntah (-) anafilaksis : pruritus, flushing,
sesak napas (-) jantung berdebar (-). urtikaria
RPD : Riwayat hipertensi (-)
Riwayat alergi (-) • Terdapat gejala inflamasi local  Tidak
Riwayat asma (-) terdapat keterlibatan sistemik
Analisa Kasus

Kasus Teori

• ditemukan Vulnus Morsum • Tanda insect bite


• eritema (+) edema sekitar gigitan,
Nekrosis (-) • Inflamasi lokal

• PF generalisata dalam batas normal • Tidak ada tanda sistemik, tidak ada tanda
anafilaksis
Analisa Kasus

Kasus Teori

• Penilain klinis dan resusitasi dengan


cepat dan tepat
• Mengenali jenis serangga
• Monitoring : tanda awal anafilaksis • Mengidentifikasi tanda anafilaksis dan
gejala sistemik
• Wount toilet • Terapi medikamentosa suportif dan
• Immobilisasi perawatan luka gigitan
• Profilaksis ATS dan Antibiotik jika
diperlukan
Analisa Kasus
Kasus Teori

Inj. Dexamethasone 5 mg/1 ml 1 amp


Antihistamin sistemik dan kortikosteroid
jangka pendek bermanfaat untuk meredakan
respons inflamasi pada reaksi inflamasi lokal
Inj. Diphenhidramine 1 amp yang berat atau respons inflamasi sistemik,
yang ditandai dengan urtikaria generalisata

Antihistamin merupakan pilihan utama untuk


PO chlorpeniramine maleat tab 3 x 4 mg mengurangi keluhan gatal pada gigitan
PO As. Mefenamat tab 3 x 500 mg serangga
NSAID sebagai manajemen nyeri
Kesimpulan

reaksi gigitan serangga adalah reaksi yang Arthropoda merupakan filum terbesar
disebabkan oleh gigitan yang dapat yang merupakan 80% dari seluruh jenis
menimbulkan reaksi peradangan yang hewan. Terdapat 4 kelas arthropoda
bersifat lokal sampai sistemik. yakni chilopoda, diplopoda, insekta dan
Dalam kasus gigitan serangga penting di arachnida yang masing-masing memiliki
identifikasi serangga apa yang toksin dan reaksi yang berbeda.
menggigit/menyengat dan diberikan
tatalaksana yang sesuai.
tatalaksana medikamentosa meliputi
tatalaksana awal secara umum adalah cuci manajemen nyeri, anti radang,
dengan air dan sabun tanpa memanipulasi antihistamin, dan pemberian antibiotic
tempat gigitan, Cabut stinger atau sengat, dan maupun profilaksis anti tetanus
kompres dengan es yang dilapisi handuk atau
kain dengan air dingin
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai