Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KEMAJUAN

SKIM EKSPERIMENTAL

KORELASI MASA LEMAK DAN LEMAK VISERAL DENGAN


KADAR LEPTIN SERUM PADA REMAJA OVERWEIGHT DAN
OBESITAS

dr. Rita Halim, M.Gizi / NIDN. 0025078401 (Ketua)


dr. Raihanah Suzan, M.Gizi, SpGK/ 0001048304 (Anggota)

UNIVERSITAS JAMBI
September 2019
HALAMAN PENGESAHAN
i
Judul Penelitian : Korelasi Masa Lemak dan Lemak Visceral Dengan
Kadar Leptin Serum Pada Remaja Overweight dan
Obesitas
Peneliti
a. Nama Lengkap : dr. Rita Halim, M.Gizi
b. NIDN : 0025078401
c. Jabatan Fungsional/Gol : Asisten Ahli / Penata Muda Tk. I (III/b)
d. Program Studi : Kedokteran
e. Nomor HP : 085267204662
f. Alamat Surel (e_mail) : ritahalim_fkik@unja.ac.id
Anggota (1)
a. Nama Lengkap : dr. Raihanah Suzan, M.Gizi, SpGK
b. NIDN : 0001048304
c. Perguruan tinggi : Universitas Jambi
Tahun Pelaksanaan : Tahun ke- ……….. dari rencana …….. tahun
Biaya Tahun Berjalan : Rp.
Biaya Keseluruhan : Rp. 50.000.000,-
Jumlah Mahasiswa yang dilibatkan : 5 orang

Mengetahui,
Jambi, … September 2019
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Ketua,
Kesehatan

Dr. dr. Herlambang, Sp.OG. KFM. dr.Rita Halim, M.Gizi


NIP. 196901182000121001 NIP 198407252009122005

Menyetujui,
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

(Nama Lengkap)
NIP/NIK

ii
RINGKASAN

Prevalensi obesitas remaja (15-18 tahun) di Indonesia terus meningkat. Hasil riset
kesehatan dasar tahun 2013 menunjukan prevalensi obesitas usia remaja dari tahun 2010
sebesar 1,4% naik menjadi 7,3% tahun 2013. Keadaan obesitas akan mempengaruhi
sekresi leptin. Remaja obesitas mengalami peningkatan kadar leptin karena leptin akan
meningkat saat simpanan lemak dalam tubuh meningkat. Sebagai kontrol terhadap
keseimbangan energi pada manusia, leptin merupakan hormon anti obesitas yang
didasarkan pada hipotesis bahwa kadar leptin yang tinggi akan mencegah terjadinya
obesitas, sayangnya hal ini tidak terjadi, sebagian besar individu obesitas memiliki kadar
leptin yang tinggi, namun tidak merangsang hilangnya massa lemak yang diharapkan.
Beberapa peneliti telah menemukan bahwa kadar leptin lebih tinggi pada orang yang
obesitas dibanding orang dengan berat badan normal.
Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk melakukan penelitian mengenai korelasi
massa lemak dan lemak viseral dengan kadar leptin serum pada kelompok usia >18 tahun
khususnya di lingkungan FKIK Universitas Jambi yang mengalami overweight dan
obesitas. Hal ini ditujukan untuk mengetahui perbedaan masa lemak, lemak viseral, dan
kadar leptin pada kelompok remaja yang mengalami overweight dan obesitas. Penelitian
ini juga digunakan untuk mengetahui korelasi masa lemak dan lemak viseral dengan kadar
leptin serum pada kelompok remaja yang mengalami overweight dan obesitas di FKIK
Universitas Jambi yang mengalami kelebihan gizi. Penelitian ini diharapkan mampu
memberikan landasan ilmu mengenai penanggulangan overweight dan obesitas dari segi
ilmu gizi sehingga dapat diaplikasikan secara luas dikemudian hari.
Penelitian ini dilakukan pada Agustus- September 2019 dengan menilai berat
badan, tinggi badan, massa lemak, lemak viseral, dan kadar leptin serum. Hasil data akan
dianalisis menggunakan uji yang spesifik.

iii
PRAKATA DAFTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allas SWT, yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya. Penelitian ini merupakan salah satu wujud nyata pelaksanaan

tridarma perguruan tinggi sebagai dosen di Universitas Jambi.

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui korelasi masa lemak dan lemak

visceral dengan kadar leptin serum pada remaja overweight dan obesitas khususnya di

lingkungan FKIK Universitas Jambi. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak

yang telah membantu pelaksanaan dari penelitian ini.

Kami berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dunia

kedokteran di masa mendatang dan dapat menjadi rujukan untuk penelitian selanjutnya.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepda kita semua. Amin

ya Rabbal’alamin

Jambi, September 2019

Peneliti

iv
ISI DAFTAR
Halam
an
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
RINGKASAN iii
PRAKATA DAFTAR iv
ISI DAFTAR v
TABEL DAFTAR vii
GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian 1
1.2 Rumusan masalah 2

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Leptin 5
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Leptin 6
2.3 Hubungan Masa Lemak dan Lemak Visceral dengan Kadar Leptin Serum 7
2.4 Overweight dan Obesitas 7
2.5 Faktor Penyebab Overweight dan Obesitas 10
2.6 Peta Jalan Penelitian 11
2.7 Luaran Penelitian 12

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


3.1 Tujuan Penelitian 13
3.2 Manfaat Penelitian 13

BAB IV. METODE PENELITIAN


4.1. Desain penelitian 14
4.2. Lokasi dan waktu penelitian 14
4.3 Populasi dan sampel penelitian 14
4.4 Besar sampel penelitian 15
4.5 Variabel penelitian 15
4.6 Definisi operasional 15
4.7 Instrumen penelitian 16
4.8 Prosedur penelitian 16
4.9 Analisis data 17
4.10 Alur Penelitian 17
4.11 Bagan Penelitian 18

BAB V. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI 19

BAB VI. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 20

v
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan 21
7.2 Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN 23

TABEL DAFTAR
vi
Halaman
Tabel 1.1 Rencana Target Capaian Tahunan 3

vii
GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Rute leptin dalam regulasi berat badan dan fungsi biologis lainnya 6

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Draft Penelitian

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obesitas adalah keadaan dimana terjadinya ketidaknormalan karakteristik status
nutrisi yaitu berlebihnya akumulasi lemak pada jaringan subkutanesus dan atau jaringan
lain karena hasil dari ketidakseimbangan energi. Jaringan lemak berada di organ metabolik
aktif yang mensekreis beberapa sitokin seperti neuromodulator, immunomodulator, dan
efek proinflamasi. Prevalensi obesitas remaja (15-18 tahun) di Indonesia terus meningkat.
Hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 menunjukan prevalensi obesitas usia remaja dari
tahun 2010 sebesar 1,4% naik menjadi 7,3% tahun 2013. Hal ini dapat berdampak buruk
terhadap kesehatan karena obesitas berkaitan dengan noncommunicable diseases
(penyakit-penyakit tidak menular) seperti kanker, penyakit jantung, dan diabetes tipe 2
(Camelia, 2015).
Keadaan obesitas akan mempengaruhi sekresi leptin. Leptin merupakan adipositokin,
molekul seperti sitokin, yang disekresikan oleh jaringan adiposa. Leptin berfungsi
mengatur massa jaringan adiposa dan berat badan dengan menghambat asupan makanan
dan merangsang pengeluaran energi. Leptin mempengaruhi asupan makanan dengan
mengontrol nafsu makan di hipotalamus dan batang otak. Remaja obesitas mengalami
peningkatan kadar leptin karena leptin akan meningkat saat simpanan lemak dalam tubuh
meningkat. Kadar leptin yang berlebihan menyebabkan sensitivitas otak terhadap leptin
berkurang, sehingga terjadi gangguan fungsi pengontrolan nafsu makan dan pengeluaran
energi yang disebut resistensi leptin (Asri, 2015).
Resistensi leptin merupakan salah satu dasar patologi pada kejadian obesitas, dimana
hiperleptinemia pada obesitas menjadi faktor risiko independen terhadap penyakit
kardiovaskular. Fungsi utama leptin adalah menyediakan sinyal simpanan energi yang ada
dalam tubuh pada sistem saraf pusat sehingga otak dapat melakukan penyesuaian yang
dibutuhkan untuk menyeimbangkan asupan energi dan pengeluaran . Kadar leptin menurun
dalam 12 jam setelah kelaparan atau selama puasa dan meningkat setelah beberapa hari
mengkonsumsi banyak makanan. Sebagai kontrol terhadap keseimbangan energi pada
manusia, leptin merupakan hormone anti obesitas yang didasarkan pada hipotesis bahwa
1
kadar leptin yang tinggi akan mencegah terjadinya obesitas, sayangnya hal ini tidak terjadi,
sebagian besar individu obesitas memiliki kadar leptin yang tinggi, namun tidak
merangsang hilangnya massa lemak yang diharapkan. Beberapa peneliti telah menemukan
bahwa kadar leptin lebih tinggi pada orang yang obesitas dibanding orang dengan berat
badan normal (Yulina, 2011).
Obesitas diartikan sebagai kondisi terdapat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan,
Menurut standar indeks massa tubuh (IMT), IMT >25 kg/m 2 dikategorikan obesitas. Secara
normal lemak yang berlebih akan disimpan dilapisan subkutan, namun karena mengalami
gangguan atau kerusakan maka lemak terakumulasi dilapisan viseral Distribusi lemak pada
tempat yang berbeda memiliki implikasi terhadap morbiditas. Lemak abdominal dan
intraabdominal memiliki signifikansi yang lebih besar dibanding lemak yang terdistribusi
pada extremitas bawah atau seluruh tubuh. Obesitas juga merupakan faktor presdiposisi
terjadinya hipertensi, dislipidemia, DM, penyakit kardiovaskuler, gagal ginjal dan respon
inflamasi. Studi prospektif dengan menggunakan pengukuran antropometri mendapati
bahwa obesitas viseral memiliki kaitan erat dengan hipertensi, diabetes dan penyakit
kardiovaskuler (Yulina, 2011).
Obesitas dibedakan menjadi obesitas abdominal atau viseral dan obesitas periper atau
non viseral yang membedakan keduanya adalah bahwa lemak viseral memiliki reseptor
glukokortikoid dan androgen lebih banyak, metabolism yang lebih aktif, lebih sensitive
terhadap lipolisis dan lebih resisten insulin. Viseral Adipose Tissue (VAT) memiliki
kapasitas lebih besar menghasilkan Free Fatty Acid (FFA), meningkatkan glukosa dan
lebih sensitive terhadap stimulasi adrenergic (Yulina, 2011).
Berdasarkan uraian diatas makan peneliti tertarik untuk melakukan pnelitian mengenai
korelasi massa lemak dan lemak viseral dengan kadar leptin serum pada remaja
overweight dan obesitas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana gambaran masa lemak, lemak viseral, dan kadar leptin pada kelompok
remaja yang mengalami overweight dan obesitas?
2. Apakah ada perbedaan masa lemak, lemak viseral, dan kadar leptin pada
kelompok remaja yang mengalami overweight dan obesitas?

2
3. Apakah ada korelasimasa lemak dan lemak viseral dengan kadar leptin serum
pada kelompok remaja yang mengalami overweight dan obesitas ?

Tabel 1.1 Rencana Target Capaian Tahunan


No. Jenis Luaran Indikator Capaian
TS1) TS+1 TS+2
1. Publikasi Ilmiah Internasional Tidak Tidak ada Tidak
ada ada
Nasional draf submitted accepted
Terakreditasi
2. Pemakalah dalam temu ilmiah Internasional Tidak Tidak ada Tidak
ada ada
Nasional Tidak Tidak ada Tidak
ada ada
3. Invited speaker dalam temu ilmiah Internasional Tidak Tidak ada Tidak
ada ada
Nasional Tidak Tidak ada Tidak
ada ada
4. Visitting Lecturer Internasional Tidak - -
ada
5. Hak Kekayaan Intelektual (KHI) Paten Tidak Tidak ada Tidak
ada ada
Paten sempurna Tidak Tidak ada Tidak
ada ada
Hak cipta Tidak Tidak ada Tidak
ada ada
Merek dagang Tidak Tidak ada Tidak
ada ada
Rahasia dagang Tidak Tidak ada Tidak
ada ada
Desain produksi Tidak Tidak ada Tidak
industri ada ada
Indikasi Tidak Tidak ada Tidak
geografis ada ada

3
Perlindungan Tidak Tidak ada Tidak
varietas tanaman ada ada
Perlindungan Tidak Tidak ada Tidak
topografi sirkuit ada ada
terpadu
6. Teknologi Tepat Guna Tidak ada Tidak Tidak ada Tidak
ada ada
7. Model/Purwarupa/Desain/Karya Tidak ada Tidak Tidak ada Tidak
Seni/Rekayasa Sosial ada ada
8. Buku Ajar (ISBN) Tidak ada Tidak Tidak ada Tidak
ada ada
9. Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) Tidak ada Tidak Tidak ada Tidak
ada ada

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Leptin
4
Leptin berasal dari 5iscer Yunani leptos yang berarti kurus, ditemukan tahun 1994
pada tikus obesitas (gen ob/ob). Leptin merupakan suatu peptide 16 kD yang diproduksi
sebagian besar oleh jaringan adipose yang berperan sebagai regulator utama dalam
pengaturan keseimbangan energi dan berat badan. Secara umum leptin berperan dalam
menghambat rasa lapar dan meningkatkan metabolism energi. Leptin akan meningkatkan
signal percadangan lemak dengan didahului penurunan asupan makanan Fungsi utama
leptin yaitu untuk menyediakan sinyal simpanan energi yang ada dalam tubuh pada 5iscer
saraf pusat sehingga otak dapat melakukan penyesuaian yang dibutuhkan untuk
menyeimbangkan asupan energi dan pengeluaran. Kadar leptin menurun dalam 12 jam
setelah kelaparan atau selama puasa dan meningkat setelah beberapa hari mengkonsumsi
banyak makanan.(Nurhayati, 2018)
Konsentrasi leptin dalam sirkulasi bersifat 5isceral terhadap indeks massa tubuh,
persentase lemak tubuh dan berat lemak tubuh total, dan kadarnya lebih tinggi secara
signifikan pada obesitas. Sebagai control terhadap keseimbangan energi pada manusia,
leptin merupakan hormone anti obesitas yang didasarkan pada hipotesis bahwa kadar
leptin yang tinggi akan mencegah terjadinya. Sayangnya hal ini tidak terjadi, sebagian
besar individu obesitas memiliki kadar leptin yang tinggi, namun tidak merangsang
hilangnya massa lemak yang diharapkan. Keadaan ini terjadi akibat gangguan transportasi
leptin pada otak atau respon sensitivitas terhadap aksi leptin menurun sehingga
hipotalamus pada individu dengan obesitas menjadi kekurangan leptin sementara produksi
leptin meningkat. Selain pengaturan nafsu makan, berat badan dan thermogenesis, leptin
juga mempengaruhi sejumlah besar fungsi biologis seperti tekanan darah, reproduksi,
5isceral55 lipid dan glukosa, sintesis glukokortikoid, insulin dan proliferasi limfosit CD4+,
sekresi sitokin, fagositosis, dan transimisi sinaps melalui modulasi terhadap aktivasi
system syaraf simpatis (SNA). (Nurhayati, 2018)

5
Gambar 2.1. Rute leptin dalam regulasi berat badan dan fungsi biologis lainnya.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kadar Leptin


Faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya resistensi leptin adalah adanya faktor
yang secara langsung mengatur pengeluaran energi atau aktivasi adipogenesis dan
lipogenesis. Perbedaan produksi dan sensitifitas leptin dipengaruhi juga oleh faktor
6iscera, lingkungan, dan psikologis.Kadar leptin dan 6isceral666 tidak hanya dipengaruhi
oleh IMT tetapi banyak faktor yang mempengaruhi, faktor lain yang mempengaruhi kadar
leptin, seperti perbedaan distribusi lemak dalam tubuh. Kadar dan ekspresi leptin
ditemukan lebih tinggi pada 6isceral6 subkutan dibandingkan dengan 6isceral6 visceral
(Camelia, 2015). Selain itu asupan gizi dari beberapa kelompok makanan dan suplemen
termasuk asam lemak (khususnya asam lemak omega-3) dapat mempengaruhi kadar leptin
dalam serum (Erdim, 2014).
Kadar leptin yang lebih tinggi ditemukan pada karsinoma tiroid well-differentiated
(WDTC) terkait dengan diagnosis WDTC dengan penurunan signifikan pada kadar leptin
setelah operasi.Pada obesitas, kondisi peradangan ringan, deregulasisekresi sitokin dan
adipokin proinflamasi seperti IL-1, IL-6, TNF-a dan leptin dari jaringan adiposa, sel-sel
inflamasi dan kanker dapat berkontribusi pada timbulnya dan perkembangan kanker. Hal
Ini berarti bahwa leptin dapat dikaitkan dengan peradangan yang mungkin disebabkan oleh
obesitasdan patologis sekunder dari peradangan (Erdim, 2014).
6
2.3 Hubungan Masa Lemak dan Lemak Visceral dengan Kadar Leptin Serum
Visceral Adipose Tissue (VAT) memiliki kapasitas lebih besar menghasilkan Free
Fatty Acid (FFA), meningkatkan glukosa dan lebih sensitive terhadap stimulasi
adrenergic. Kadar leptin menurun dalam 12 jam setelah kelaparan atau selama puasa
dan meningkat setelah beberapa hari mengkonsumsi banyak makanan. Sebagai
control terhadap keseimbangan energi pada manusia, leptin merupakan hormone anti
obesitas yang didasarkan pada hipotesis bahwa kadar leptin yang tinggi akan
mencegah terjadinya obesitas. Sayangnya hal ini tidak terjadi, sebagian besar
individu obesitas memiliki kadar leptin yang tinggi, namun tidak merangsang
hilangnya massa lemak yang diharapkan. Beberapa peneliti telah menemukan bahwa
kadar leptin lebih tinggi pada orang yang obesitas 7isceral77 orang dengan berat
badan. Leptin menekan ekspresi gen acetil CoA Karboxylase, sintesis asam lemak
dan sintesis lipid, reaksi biokimia yang berkontribusi pada akumulasi (Yulina,
2011).
Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara rerata kadar leptin pada kelompok
obesitas 7isceral dengan non 7isceral. Hal ini disebabkan oleh karena leptin lebih terkait
dengan akumulasi lemak ditubuh dan bukan pada region dimana lemak berada. Obesitas
7isceral tidak semata-semata menggambarkan kandungan lemak dalam tubuh tetapi lebih
menunjukkan regio dari lemak berada karena obesitas 7isceral merupakan akumulasi
lemak pada lapisan 7isceral yang terdapat pada rongga abdomen. Leptin adalah
hormone yang disekresi oleh sel lemak dengan proporsi terhadap penyimpanan lemak
tubuh sehingga konsentrasi leptin dalam sirkulasi bersifat parallel terhadap IMT,
persentase lemak tubuh dan berat lemak tubuh total. Konsentrasi serum leptin berkorelasi
kuat dengan ukuran obesitas seperti IMT atau persentase lemak tubuh.Berdasarkan
penelitian terdapat bukti bahwa terdapat hubungan yang nyata antara massa lemak
abdominal dan serum leptin. Massa lemak subkutan memiliki hubungan yang kuat dengan
kadar serum leptin daripada massa lemak 7isceral (Asri, 2015).
2.4 Overweight dan Obesitas
Overweight dan obesitas adalah kondisi dimana terjadi akumulasi lemak tubuh
berlebih sehingga berdampak buruk pada fungsi fisik dan meningkatkan risiko terjadinya
penyakit. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan metode pengklasifikasian status gizi

7
seseorang berdasarkan berat badan dan tinggi badan. Metode ini telah banyak digunakan
oleh setiap negara.
Berdasarkan definisi dari World Health Organization (WHO, 2016), seseorang yang
memiliki IMT ≥ 23 telah masuk dalam kategori overweight sedangkan IMT ≥ 25 masuk
dalam kategori obesitas.
Pengukuran antropometri dalam menentukan Indeks Massa Tubuh (IMT) atau rumus
Brocca sebagai berikut :

IMT

Klasifikasi IMT yaitu :


- BB kurang : IMT < 18,5
- BB normal : 18,5-22,9
- BB lebih : > 23,0
- Dengan resiko : 23-24,9
- Obes I : 25-29,9
- Obes II : > 30

Untuk kepentingan klinik praktis, dan menghitung jumlah kalori, penentuan status
gizi memanfaatkan rumus Broca, yaitu: Berat Badan Idaman.
BBI = (TB – 100) – 10% (TB – 100)
Status gizi:
- BB kurang bila BB < 90% BBI
- BB normal bila BB 90-110% BBI
- BB lebih bila BB 110-120% BBI
- Gemuk bila BB >120% BBI
Overweight dan obesitas merupakan faktor risiko timbulnya penyakit metabolik
seperti diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, dan hipertensi (Laurentia, 2004).
Obesitas merupakan suatu keadaan dimana terjadi akumulasi lemak subkutan dan jaringan
lainnya. Salah satu metode untuk mengukur lemak subkutan di lengan atas yaitu dengan
mengukur tebal lipatan kulit trisep. Pada anak dan remaja dalam kagegori usia dan jenis

8
kelamin sama, dinyatakan mengalami obesitas jika hasil tebal lipatan kulit trisep berada di
atas persentil ke-85. Sedangkan, jika tebal lipatan kulit trisep menunjukkan di atas
persentil ke-95 anak atau remaja tersebut dikatakan super-obesitas (Soetjiningsih, 2004).
Menurut Soetjiningsih obesitas dibagi berdasarkan gejala klinisnya, yaitu :
1. Obesitas sederhana (simple obesity)
Hanya ditemukan kegemukan saja tanpa disertai dengan kelainan
hormonal/mental/fisik lainnya. Obesitas tipe ini disebabkan karena faktor
nutrisi.
2. Obesitas khusus
a. Kelainan endokrin/hormonal (Sindrom Chusing)
Obesitas ini terjadi pada anak yang sensitif terhadap pengobatan dengan
hormon steroid
b. Kelainan somatodismorfik (Sindrom Prader-Willi, Sindrom Summit dan
Carpenter, Sindrom Laurence-Moon-Biedl dan Sindrom Cohen) Obesitas
dengan kelainan ini hampir selalu disertai mental retardasi dan kelainan
ortopedi.
c. Kelainan Hipotalamus
Kelainan pada hipotalamus yang mempengaruhi nafsu makan dan
berakibat terjadinya obesitas, sebagai akibat dari kraniofaringioma,
leukemia serebral, trauma kepala dan lain-lain
Obesitas juga dapat dibagi berdasarkan kondisi sel dalam tubuhnya, yaitu :
1. Tipe Hiperplastik
jumlah sel dalam tubuh lebih banyak dibanding kondisi normal, tetapi ukuran
selnya sesuai dengan ukuran sel normal. Obesitas ini biasanya terjadi pada masa
anak-anak dan sulit diturunkan.
2. Tipe Hipertropik
jumlah sel yang normal, tetapi ukuran selnya lebih besar dibanding dengan sel
normal, dan biasanya terjadi setelah dewasa.
3. Tipe Hiperplastik-Hipertopik

9
baik jumlah maupun ukuran selnya melebihi batas normal. Biasanya keadaan
obesitas ini sudah dimulai sejak masa anak-anak dan berlangsung terus hingga
dewasa. Orang yang mengalami tipe ini sulit untuk menurunkan BB.
4.9 Faktor Penyebab Overweight dan Obesitas
Overweight dan obesitas merupakan abnormalitas status gizi akibat keseimbangan
antara masukan kalori dan pemakaian kalori dalam tubuh yang terganggu. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor
langsung yang mempengaruhi antara lain :
1. Gaya hidup
Kelebihan gizi bisa terjadi karena banyak faktor. Salah satu faktornya adalah
karena asupan makanan yang melebihi kebutuhan tanpa diimbangi aktivitas yang
cukup atau sedentary lifestyle (gaya hidup tanpa banyak bergerak). Umumnya,
aktivitas yang cukup diperlukan untuk membakar kelebihan energi yang ada. Jika
hal ini tidak terjadi, maka kelebihan energi akan diubah menjadi lemak dan
disimpan di dalam sel-sel lemak.
2. Genetik
Faktor genetik juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kelebihan gizi
yaitu sebanyak 25-35%. Jadi, jika ada anggota keluarga yang memiliki riwayat
obesitas, maka akan memiliki risiko yang lebih tinggi menderita obesitas
dibandingkan dengan mereka yang tidak. Maddah dan Nikooyeh (2009) yang
menyimpulkan bahwa kedua orangtua obesitas atau overweight berhubungan
dengan kejadian obesitas pada anak-anak.
3. Emosional
Faktor stress yang tidak teratasi juga merupakan faktor yang dapat memperberat
overweight dan obesitas.
4. Kerusakan pada salah satu bagian otak
Sistem pengontrol yang mengatur perilaku makan terletak pada suatu bagian otak
yang disebut hipotalamus, sebuah kumpulan inti sel dalam otak yang langsung
berhubungan dengan bagian-bagian lain dari otak dan kelenjar dibawah otak.
Hipotalamus mengandung lebih banyak pembuluh darah dari daerah lain pada otak
sehingga lebih mudah dipengaruhi oleh unsure kimiawi dari darah. Dua bagian

10
hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu hipotalamus lateral
(HL) yang menggerakkan nafsu makan (awal atau pusat makan), hipotalamus
ventromedial (HVM) yang bertugas merintangi nafsu makan (pemberhentian atau
pusat kenyang). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL rusak/hancur
maka individu menolak untuk makan atau minum. Sedangkan bila kerusakan
terjadi pada bagian HVM maka cenderung akan meningkatkan keinginan untuk
makan (Hasdianah, 2014).
5. Kurang aktivitas fisik
Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi satu per tiga pengeluaran energi
seseorang dengan berat badan normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan
berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Pada saat
berolahraga kalori terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak
kalori yang hilang. Kekurangan aktivitas gerak akan menyebabkan suatu siklus
yang hebat, obesitas membuat kegiatan olahraga menjadi sangat sulit dan kurang
dapat dinikmati dan kurangnya olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi
turunnya metabolisme basal seseorang (Hasdianah, 2014).
Overweight dan obesitas merupakan hasil kombinasi antara faktor-faktor berikut ini:
- Tidak melakukan aktifitas fisik sehingga pembakaran lemak akan menjadi sedikit
- Memakan makanan dengan tinggi kalori terutama makanan cepat saji
- Beberapa wanita sulit menurunkan berat badan setelah melahirkan, hal ini dapat
memicu terjadinya obesitas
- Kurang tidur
- Mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti obat diabetes, anti kejang, anti
depressants, antipsychotic, steroids dan beta blockers
- Mengalami masalah medis lain.

4.9 Peta Jalan Penelitian


Peta penelitian Gizi Klinik 11isce penelitian overweight dan obesitas pada remaja

11
Tahap 1 Tahap 1I Tahap 1II Tahap 1V
2017 2018 2019 2020

Penurunan
- Studi - Skrining Pemeriksa -konseling risiko sindroma
deskriptif remaja an faktor
populasi overweight gizi intensif metabolik pada
risiko
remaja: dan -intervensi
remaja remaja
indeks obesitas
massa berdasarkan overweigh suplementa
tubuh, IMT t dan si
lingkar - obesitas
perut, pemeriksaa terhadap -edukasi
komposisi n SM: CRP, aktivitas
tubuh komposisi IL-6, leptin,
- penilaian tubuh fisik
adiponekti
asupan -
makanan pemeriksaa n
dan cairan n profil
lipid
- intervensi
terapi gizi

Pusat Edukasi Gizi klinik Untuk pencegahan Sindroma Metabolik pada


Remaja

2.7 Luaran Penelitian


Luaran dan capaian penelitian setiap tahun dijabarkan dalam tabel berikut:
No Uraian Indikator Tahun
1 2 3 4
1. Ditemukan gambaran status gizi pada
populasi remaja kota Jambi
2. Ditemukannya kelompok remaja
overweight dan obesitas
3. Ditemukannya remaja overweight dan
obesitas yang berisiko mengalami sindroma
metabolik
4. Intervensi konseling gizi intensif pada
remaja dengan risiko sindroma metabolik

BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
12
3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui gambaran masa lemak, lemak viseral, dan kadar leptin pada
kelompok remaja yang mengalami overweight dan obesitas.
2. Untuk mengetahui perbedaan masa lemak, lemak viseral, dan kadar leptin pada
kelompok remaja yang mengalami overweight dan obesitas.
3. Untuk mengetahui korelasi masa lemak dan lemak viseral dengan kadar leptin
serum pada kelompok remaja yang mengalami overweight dan obesitas.

3.2 Manfaat Penelitian


1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan ilmu pengetahuan tentang masa
lemak dan lemak viseral pada overweight dan obesitas yang terjadi pada
kelompok usia >18 tahun.
2. Permasalahan gizi lebih seperti overweight dan obesitas yang terjadi pada
kelompok usia >18 tahun.
3. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan solusi terhadap permasalahan
overweight dan obesitas tidak hanya pada kelompok usia remaja namun pada
semua usia.
4. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan landasan ilmu mengenai
penanggulangan overweight dan obesitas dari segi ilmu gizi sehingga dapat
diaplikasikan secara luas dikemudian hari.

BAB IV
METODE PENELITIAN

13
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan metode survey analitik dengan pendekatan cross
sectional. Dalam penelitian cross sectional, variable sebab dan akibat yang terjadi pada
objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan)
untuk menilai korelasi masa lemak dan lemak 14isceral dengan kadar leptin serum pada
remaja overweight dan obesitas pada mahasiswa FKIK Unja usia >18tahun.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Jambi pada bulan Agustus – September 2019.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Kasus yang masuk dalam penelitian ini adalah :
1. Populasi sasaran : Kelompok usia >18 tahun yang berdomisili di Kota Jambi
2. Populasi terjangkau : Kelompok usia >18 tahun yang berstatus mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
3. Sampel yang dikehendaki : Kelompok usia >18 tahun yang mengalami
overweight dan obesitas dengan IMT ≥ 23 berstatus sebagai mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
Semua kelompok usia >18 tahun yang berstatus mahasiswa Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi yang mengalami overweight dan obesitas
harus memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebagai berikut :
a) Kriteria inklusi :
1. Mahasiswa usia >18 tahun
2. Sehat (tidak menderita penyakit metabolik atau penyakit kronis lainnya)
3. IMT ≥ 23
b) Kriteria eksklusi :
1. Sedang menjalani program diet jenis apapun
2. Sedang menjalani pengobatan jangka panjang seperti penggunaan steroid
dan obat-obat anti kolesterol
3. Sedang mengkonsumsi suplemen makanan seperti omega 3
4.4. Besar Sampel Penelitian

14
Sampel penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria penelitian dan secara
tertulis menyatakan kesediaannya ikut serta dalam penelitian dengan menandatangani
formulir persetujuan ikut penelitian (informed consent).
Besar sampel ditentukan dengan menggunakan persamaan korelasi sebagai berikut:

2
Zα + Zβ
n= +3
0,5ln[(1+r) / (1-r)]

dengan ketentuan :
n : besar sampel minimal
Zα : batas kemaknaan 15isceral15, untuk α = 0,05 maka Zα = 1,96
Zβ : batas kemaknaan 15isceral15, ditetapkan 0, 842 untuk β = 0,20
r : koefisien korelasi ditetapkan r = 0,4
ln : log natural
Jumlah sampel minimal yang diperlukan sebesar 52 orang dengan perkiraan drop out 10%
(5 orang), sehingga keseluruhan sampel menjadi 57 orang.
4.5. Variabel penelitian
4.5.1. Variabel bebas
1. Massa lemak
2. Lemak viseral
3. Leptin serum
4.5.2 Varibel tergantung
1. Mahasiswa usia >18 tahun
2. Overweight
3. Obesitas
4.6. Definisi Operasional
1. Mahasiswa usia >18 tahun :
Individu laki-laki dan perempuan yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan
tinggi dengan usia>18 tahun.
2. Massa lemak:

15
Lemak yang berada dalam jaringan adipose dan jaringan lainnya dalam tubuh
3. Lemak viseral :
Angka yang menunjukkan level luas permukaan lemak pada sekitar organ internal
bagian abdomen.
4. Leptin serum:
Proteohormon yang berperan dalam pengaturan berat badan dan disekresi oleh sel
adiposit.
5. Overweight :
Kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya dengan
IMT mencapai ≥ 23
6. Obesitas :
Kondisi dimana terjadi akumulasi lemak tubuh secara berlebihan dengan
pengukuran IMT mencapai ≥ 25
4.7. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian berupa kuesioner untuk menilai karakteristik sampel, body
scale 16iscer untuk menilai berat badan,massa lemak dan lemak 16isceral, serta
pemeriksaan darah sederhana untuk menilai leptin serum.
4.8. Prosedur Penelitian
1. Tim peneliti akan menilai status gizi mahasiswa FKIK Unja usia >18 tahun yang
tergolong mengalami overweight dan obesitas dengan IMT ≥ 23.
2. Sampel yang telah didapatkan akan diminta untuk mengisi kuisoner.
3. Kemudian dilakukan pengukuran massa lemak dan lemak viseral dengan
menggunakan body scale tanita.
4. Pengukuran kadar leptin serum dilakukan dengan cara menganalisa kadar leptin
dengan pengambilan sampel darah.
5. Selanjutnya data hasil pemeriksaan akan dianalisis secara statistik. Dianalisis
secara deskriftif dan kualitatif data yang diperoleh dari kuesioner.

4.9. Analisis data


a. Data hasil pemeriksaan massa lemak, lemak viseral, dan leptin serum berupa data
numerik dianalisis normalitasnya dengan kolmogrov simirnov. Apabila distribusi

16
data normal maka dilanjutkan dengan uji Korelasi Pearson, dan sebaliknya apabila
distribusi data tidak normal dilanjutkan dengan uji Korelasi Peringkat Spearman.
b. Hasil kuesioner tentang karakteristik mahasiswa FKIK Unja usia >18 tahun dengan
IMT ≥23 akan dianalisis untuk menilai data distributif.

4.10 Alur Penelitian (fishbone diagram)


Hormon Mediator Inflamasi
Genetik
CRP, IL-6, TNF α
Adipokin
Leptin SINDROMA
METABOLIK PADA
OVERWEIGHT DAN
↑ kalori
OBESITAS
↑ lemak

Asupan Aktivitas Lingkungan


Makan Fisik yang
Kurang

4.11 Bagan Penelitian

Izin Penelitian

17
Subjek yang memenuhi kriteria penelitian

Subjek yang bersedia menandatangani lembar persetujuan


keikutsertaan dalam penelitian

 Wawancara karakteristik sabjek meliputi usia dan jenis


kelamin
 Pengukuran antropometri (BB, TB)
 Pengukuran kadar massa lemak dan lemak viseral
 Pemeriksaan kadar leptin serum

Hasil

Analisis data

Kesimpulan

18
BAB V
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

19
BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

20
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

7.2 Saran

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Asri S., Nuryanto. 2015. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Kadar Leptin
Dan Adiponektin. Journal of Nutrition College. 428-434.
2. Camelia A., Cecilia L., Ioanna N., Alina. 2015. Correlation Between Body Mass
Index , Body Fat Proportion and Leptin Level In Obese Children.
3. Erdim Sertoglu. 2014. Importance of Factors Affecting Serum Levels. World J
Surg.
4. Hasdianah.2014. Pemanfaatan gizi, diet dan obesitas. Nuha Medika: Yogyakarta.
5. Nurhayati R. 2018. Korelasi Antara Kadar Leptin Serum dengan Indeks Massa
Tubuh Pasien Skin Tag. FK USU.
6. Soetjiningsih.2014. Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya. CV. Sagung
Seto: Jakarta.
7. Yulina D., Yahwardiah S., Ramlan S., 2011. Analisis Kadar Leptin Pada Obesitas
Viseral dan Non Viseral. FK USU.

22
LAMPIRAN

Lampiran 1. Draft Penelitian

23
24

Anda mungkin juga menyukai