SKIM EKSPERIMENTAL
UNIVERSITAS JAMBI
September 2019
HALAMAN PENGESAHAN
i
Judul Penelitian : Korelasi Masa Lemak dan Lemak Visceral Dengan
Kadar Leptin Serum Pada Remaja Overweight dan
Obesitas
Peneliti
a. Nama Lengkap : dr. Rita Halim, M.Gizi
b. NIDN : 0025078401
c. Jabatan Fungsional/Gol : Asisten Ahli / Penata Muda Tk. I (III/b)
d. Program Studi : Kedokteran
e. Nomor HP : 085267204662
f. Alamat Surel (e_mail) : ritahalim_fkik@unja.ac.id
Anggota (1)
a. Nama Lengkap : dr. Raihanah Suzan, M.Gizi, SpGK
b. NIDN : 0001048304
c. Perguruan tinggi : Universitas Jambi
Tahun Pelaksanaan : Tahun ke- ……….. dari rencana …….. tahun
Biaya Tahun Berjalan : Rp.
Biaya Keseluruhan : Rp. 50.000.000,-
Jumlah Mahasiswa yang dilibatkan : 5 orang
Mengetahui,
Jambi, … September 2019
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Ketua,
Kesehatan
Menyetujui,
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
(Nama Lengkap)
NIP/NIK
ii
RINGKASAN
Prevalensi obesitas remaja (15-18 tahun) di Indonesia terus meningkat. Hasil riset
kesehatan dasar tahun 2013 menunjukan prevalensi obesitas usia remaja dari tahun 2010
sebesar 1,4% naik menjadi 7,3% tahun 2013. Keadaan obesitas akan mempengaruhi
sekresi leptin. Remaja obesitas mengalami peningkatan kadar leptin karena leptin akan
meningkat saat simpanan lemak dalam tubuh meningkat. Sebagai kontrol terhadap
keseimbangan energi pada manusia, leptin merupakan hormon anti obesitas yang
didasarkan pada hipotesis bahwa kadar leptin yang tinggi akan mencegah terjadinya
obesitas, sayangnya hal ini tidak terjadi, sebagian besar individu obesitas memiliki kadar
leptin yang tinggi, namun tidak merangsang hilangnya massa lemak yang diharapkan.
Beberapa peneliti telah menemukan bahwa kadar leptin lebih tinggi pada orang yang
obesitas dibanding orang dengan berat badan normal.
Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk melakukan penelitian mengenai korelasi
massa lemak dan lemak viseral dengan kadar leptin serum pada kelompok usia >18 tahun
khususnya di lingkungan FKIK Universitas Jambi yang mengalami overweight dan
obesitas. Hal ini ditujukan untuk mengetahui perbedaan masa lemak, lemak viseral, dan
kadar leptin pada kelompok remaja yang mengalami overweight dan obesitas. Penelitian
ini juga digunakan untuk mengetahui korelasi masa lemak dan lemak viseral dengan kadar
leptin serum pada kelompok remaja yang mengalami overweight dan obesitas di FKIK
Universitas Jambi yang mengalami kelebihan gizi. Penelitian ini diharapkan mampu
memberikan landasan ilmu mengenai penanggulangan overweight dan obesitas dari segi
ilmu gizi sehingga dapat diaplikasikan secara luas dikemudian hari.
Penelitian ini dilakukan pada Agustus- September 2019 dengan menilai berat
badan, tinggi badan, massa lemak, lemak viseral, dan kadar leptin serum. Hasil data akan
dianalisis menggunakan uji yang spesifik.
iii
PRAKATA DAFTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allas SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya. Penelitian ini merupakan salah satu wujud nyata pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui korelasi masa lemak dan lemak
visceral dengan kadar leptin serum pada remaja overweight dan obesitas khususnya di
lingkungan FKIK Universitas Jambi. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak
Kami berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dunia
kedokteran di masa mendatang dan dapat menjadi rujukan untuk penelitian selanjutnya.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepda kita semua. Amin
ya Rabbal’alamin
Peneliti
iv
ISI DAFTAR
Halam
an
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
RINGKASAN iii
PRAKATA DAFTAR iv
ISI DAFTAR v
TABEL DAFTAR vii
GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian 1
1.2 Rumusan masalah 2
v
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan 21
7.2 Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN 23
TABEL DAFTAR
vi
Halaman
Tabel 1.1 Rencana Target Capaian Tahunan 3
vii
GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Rute leptin dalam regulasi berat badan dan fungsi biologis lainnya 6
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
2
3. Apakah ada korelasimasa lemak dan lemak viseral dengan kadar leptin serum
pada kelompok remaja yang mengalami overweight dan obesitas ?
3
Perlindungan Tidak Tidak ada Tidak
varietas tanaman ada ada
Perlindungan Tidak Tidak ada Tidak
topografi sirkuit ada ada
terpadu
6. Teknologi Tepat Guna Tidak ada Tidak Tidak ada Tidak
ada ada
7. Model/Purwarupa/Desain/Karya Tidak ada Tidak Tidak ada Tidak
Seni/Rekayasa Sosial ada ada
8. Buku Ajar (ISBN) Tidak ada Tidak Tidak ada Tidak
ada ada
9. Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) Tidak ada Tidak Tidak ada Tidak
ada ada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Leptin
4
Leptin berasal dari 5iscer Yunani leptos yang berarti kurus, ditemukan tahun 1994
pada tikus obesitas (gen ob/ob). Leptin merupakan suatu peptide 16 kD yang diproduksi
sebagian besar oleh jaringan adipose yang berperan sebagai regulator utama dalam
pengaturan keseimbangan energi dan berat badan. Secara umum leptin berperan dalam
menghambat rasa lapar dan meningkatkan metabolism energi. Leptin akan meningkatkan
signal percadangan lemak dengan didahului penurunan asupan makanan Fungsi utama
leptin yaitu untuk menyediakan sinyal simpanan energi yang ada dalam tubuh pada 5iscer
saraf pusat sehingga otak dapat melakukan penyesuaian yang dibutuhkan untuk
menyeimbangkan asupan energi dan pengeluaran. Kadar leptin menurun dalam 12 jam
setelah kelaparan atau selama puasa dan meningkat setelah beberapa hari mengkonsumsi
banyak makanan.(Nurhayati, 2018)
Konsentrasi leptin dalam sirkulasi bersifat 5isceral terhadap indeks massa tubuh,
persentase lemak tubuh dan berat lemak tubuh total, dan kadarnya lebih tinggi secara
signifikan pada obesitas. Sebagai control terhadap keseimbangan energi pada manusia,
leptin merupakan hormone anti obesitas yang didasarkan pada hipotesis bahwa kadar
leptin yang tinggi akan mencegah terjadinya. Sayangnya hal ini tidak terjadi, sebagian
besar individu obesitas memiliki kadar leptin yang tinggi, namun tidak merangsang
hilangnya massa lemak yang diharapkan. Keadaan ini terjadi akibat gangguan transportasi
leptin pada otak atau respon sensitivitas terhadap aksi leptin menurun sehingga
hipotalamus pada individu dengan obesitas menjadi kekurangan leptin sementara produksi
leptin meningkat. Selain pengaturan nafsu makan, berat badan dan thermogenesis, leptin
juga mempengaruhi sejumlah besar fungsi biologis seperti tekanan darah, reproduksi,
5isceral55 lipid dan glukosa, sintesis glukokortikoid, insulin dan proliferasi limfosit CD4+,
sekresi sitokin, fagositosis, dan transimisi sinaps melalui modulasi terhadap aktivasi
system syaraf simpatis (SNA). (Nurhayati, 2018)
5
Gambar 2.1. Rute leptin dalam regulasi berat badan dan fungsi biologis lainnya.
7
seseorang berdasarkan berat badan dan tinggi badan. Metode ini telah banyak digunakan
oleh setiap negara.
Berdasarkan definisi dari World Health Organization (WHO, 2016), seseorang yang
memiliki IMT ≥ 23 telah masuk dalam kategori overweight sedangkan IMT ≥ 25 masuk
dalam kategori obesitas.
Pengukuran antropometri dalam menentukan Indeks Massa Tubuh (IMT) atau rumus
Brocca sebagai berikut :
IMT
Untuk kepentingan klinik praktis, dan menghitung jumlah kalori, penentuan status
gizi memanfaatkan rumus Broca, yaitu: Berat Badan Idaman.
BBI = (TB – 100) – 10% (TB – 100)
Status gizi:
- BB kurang bila BB < 90% BBI
- BB normal bila BB 90-110% BBI
- BB lebih bila BB 110-120% BBI
- Gemuk bila BB >120% BBI
Overweight dan obesitas merupakan faktor risiko timbulnya penyakit metabolik
seperti diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, dan hipertensi (Laurentia, 2004).
Obesitas merupakan suatu keadaan dimana terjadi akumulasi lemak subkutan dan jaringan
lainnya. Salah satu metode untuk mengukur lemak subkutan di lengan atas yaitu dengan
mengukur tebal lipatan kulit trisep. Pada anak dan remaja dalam kagegori usia dan jenis
8
kelamin sama, dinyatakan mengalami obesitas jika hasil tebal lipatan kulit trisep berada di
atas persentil ke-85. Sedangkan, jika tebal lipatan kulit trisep menunjukkan di atas
persentil ke-95 anak atau remaja tersebut dikatakan super-obesitas (Soetjiningsih, 2004).
Menurut Soetjiningsih obesitas dibagi berdasarkan gejala klinisnya, yaitu :
1. Obesitas sederhana (simple obesity)
Hanya ditemukan kegemukan saja tanpa disertai dengan kelainan
hormonal/mental/fisik lainnya. Obesitas tipe ini disebabkan karena faktor
nutrisi.
2. Obesitas khusus
a. Kelainan endokrin/hormonal (Sindrom Chusing)
Obesitas ini terjadi pada anak yang sensitif terhadap pengobatan dengan
hormon steroid
b. Kelainan somatodismorfik (Sindrom Prader-Willi, Sindrom Summit dan
Carpenter, Sindrom Laurence-Moon-Biedl dan Sindrom Cohen) Obesitas
dengan kelainan ini hampir selalu disertai mental retardasi dan kelainan
ortopedi.
c. Kelainan Hipotalamus
Kelainan pada hipotalamus yang mempengaruhi nafsu makan dan
berakibat terjadinya obesitas, sebagai akibat dari kraniofaringioma,
leukemia serebral, trauma kepala dan lain-lain
Obesitas juga dapat dibagi berdasarkan kondisi sel dalam tubuhnya, yaitu :
1. Tipe Hiperplastik
jumlah sel dalam tubuh lebih banyak dibanding kondisi normal, tetapi ukuran
selnya sesuai dengan ukuran sel normal. Obesitas ini biasanya terjadi pada masa
anak-anak dan sulit diturunkan.
2. Tipe Hipertropik
jumlah sel yang normal, tetapi ukuran selnya lebih besar dibanding dengan sel
normal, dan biasanya terjadi setelah dewasa.
3. Tipe Hiperplastik-Hipertopik
9
baik jumlah maupun ukuran selnya melebihi batas normal. Biasanya keadaan
obesitas ini sudah dimulai sejak masa anak-anak dan berlangsung terus hingga
dewasa. Orang yang mengalami tipe ini sulit untuk menurunkan BB.
4.9 Faktor Penyebab Overweight dan Obesitas
Overweight dan obesitas merupakan abnormalitas status gizi akibat keseimbangan
antara masukan kalori dan pemakaian kalori dalam tubuh yang terganggu. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor
langsung yang mempengaruhi antara lain :
1. Gaya hidup
Kelebihan gizi bisa terjadi karena banyak faktor. Salah satu faktornya adalah
karena asupan makanan yang melebihi kebutuhan tanpa diimbangi aktivitas yang
cukup atau sedentary lifestyle (gaya hidup tanpa banyak bergerak). Umumnya,
aktivitas yang cukup diperlukan untuk membakar kelebihan energi yang ada. Jika
hal ini tidak terjadi, maka kelebihan energi akan diubah menjadi lemak dan
disimpan di dalam sel-sel lemak.
2. Genetik
Faktor genetik juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kelebihan gizi
yaitu sebanyak 25-35%. Jadi, jika ada anggota keluarga yang memiliki riwayat
obesitas, maka akan memiliki risiko yang lebih tinggi menderita obesitas
dibandingkan dengan mereka yang tidak. Maddah dan Nikooyeh (2009) yang
menyimpulkan bahwa kedua orangtua obesitas atau overweight berhubungan
dengan kejadian obesitas pada anak-anak.
3. Emosional
Faktor stress yang tidak teratasi juga merupakan faktor yang dapat memperberat
overweight dan obesitas.
4. Kerusakan pada salah satu bagian otak
Sistem pengontrol yang mengatur perilaku makan terletak pada suatu bagian otak
yang disebut hipotalamus, sebuah kumpulan inti sel dalam otak yang langsung
berhubungan dengan bagian-bagian lain dari otak dan kelenjar dibawah otak.
Hipotalamus mengandung lebih banyak pembuluh darah dari daerah lain pada otak
sehingga lebih mudah dipengaruhi oleh unsure kimiawi dari darah. Dua bagian
10
hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu hipotalamus lateral
(HL) yang menggerakkan nafsu makan (awal atau pusat makan), hipotalamus
ventromedial (HVM) yang bertugas merintangi nafsu makan (pemberhentian atau
pusat kenyang). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL rusak/hancur
maka individu menolak untuk makan atau minum. Sedangkan bila kerusakan
terjadi pada bagian HVM maka cenderung akan meningkatkan keinginan untuk
makan (Hasdianah, 2014).
5. Kurang aktivitas fisik
Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi satu per tiga pengeluaran energi
seseorang dengan berat badan normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan
berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Pada saat
berolahraga kalori terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak
kalori yang hilang. Kekurangan aktivitas gerak akan menyebabkan suatu siklus
yang hebat, obesitas membuat kegiatan olahraga menjadi sangat sulit dan kurang
dapat dinikmati dan kurangnya olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi
turunnya metabolisme basal seseorang (Hasdianah, 2014).
Overweight dan obesitas merupakan hasil kombinasi antara faktor-faktor berikut ini:
- Tidak melakukan aktifitas fisik sehingga pembakaran lemak akan menjadi sedikit
- Memakan makanan dengan tinggi kalori terutama makanan cepat saji
- Beberapa wanita sulit menurunkan berat badan setelah melahirkan, hal ini dapat
memicu terjadinya obesitas
- Kurang tidur
- Mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti obat diabetes, anti kejang, anti
depressants, antipsychotic, steroids dan beta blockers
- Mengalami masalah medis lain.
11
Tahap 1 Tahap 1I Tahap 1II Tahap 1V
2017 2018 2019 2020
Penurunan
- Studi - Skrining Pemeriksa -konseling risiko sindroma
deskriptif remaja an faktor
populasi overweight gizi intensif metabolik pada
risiko
remaja: dan -intervensi
remaja remaja
indeks obesitas
massa berdasarkan overweigh suplementa
tubuh, IMT t dan si
lingkar - obesitas
perut, pemeriksaa terhadap -edukasi
komposisi n SM: CRP, aktivitas
tubuh komposisi IL-6, leptin,
- penilaian tubuh fisik
adiponekti
asupan -
makanan pemeriksaa n
dan cairan n profil
lipid
- intervensi
terapi gizi
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
12
3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui gambaran masa lemak, lemak viseral, dan kadar leptin pada
kelompok remaja yang mengalami overweight dan obesitas.
2. Untuk mengetahui perbedaan masa lemak, lemak viseral, dan kadar leptin pada
kelompok remaja yang mengalami overweight dan obesitas.
3. Untuk mengetahui korelasi masa lemak dan lemak viseral dengan kadar leptin
serum pada kelompok remaja yang mengalami overweight dan obesitas.
BAB IV
METODE PENELITIAN
13
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan metode survey analitik dengan pendekatan cross
sectional. Dalam penelitian cross sectional, variable sebab dan akibat yang terjadi pada
objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan)
untuk menilai korelasi masa lemak dan lemak 14isceral dengan kadar leptin serum pada
remaja overweight dan obesitas pada mahasiswa FKIK Unja usia >18tahun.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Jambi pada bulan Agustus – September 2019.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Kasus yang masuk dalam penelitian ini adalah :
1. Populasi sasaran : Kelompok usia >18 tahun yang berdomisili di Kota Jambi
2. Populasi terjangkau : Kelompok usia >18 tahun yang berstatus mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
3. Sampel yang dikehendaki : Kelompok usia >18 tahun yang mengalami
overweight dan obesitas dengan IMT ≥ 23 berstatus sebagai mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
Semua kelompok usia >18 tahun yang berstatus mahasiswa Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi yang mengalami overweight dan obesitas
harus memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebagai berikut :
a) Kriteria inklusi :
1. Mahasiswa usia >18 tahun
2. Sehat (tidak menderita penyakit metabolik atau penyakit kronis lainnya)
3. IMT ≥ 23
b) Kriteria eksklusi :
1. Sedang menjalani program diet jenis apapun
2. Sedang menjalani pengobatan jangka panjang seperti penggunaan steroid
dan obat-obat anti kolesterol
3. Sedang mengkonsumsi suplemen makanan seperti omega 3
4.4. Besar Sampel Penelitian
14
Sampel penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria penelitian dan secara
tertulis menyatakan kesediaannya ikut serta dalam penelitian dengan menandatangani
formulir persetujuan ikut penelitian (informed consent).
Besar sampel ditentukan dengan menggunakan persamaan korelasi sebagai berikut:
2
Zα + Zβ
n= +3
0,5ln[(1+r) / (1-r)]
dengan ketentuan :
n : besar sampel minimal
Zα : batas kemaknaan 15isceral15, untuk α = 0,05 maka Zα = 1,96
Zβ : batas kemaknaan 15isceral15, ditetapkan 0, 842 untuk β = 0,20
r : koefisien korelasi ditetapkan r = 0,4
ln : log natural
Jumlah sampel minimal yang diperlukan sebesar 52 orang dengan perkiraan drop out 10%
(5 orang), sehingga keseluruhan sampel menjadi 57 orang.
4.5. Variabel penelitian
4.5.1. Variabel bebas
1. Massa lemak
2. Lemak viseral
3. Leptin serum
4.5.2 Varibel tergantung
1. Mahasiswa usia >18 tahun
2. Overweight
3. Obesitas
4.6. Definisi Operasional
1. Mahasiswa usia >18 tahun :
Individu laki-laki dan perempuan yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan
tinggi dengan usia>18 tahun.
2. Massa lemak:
15
Lemak yang berada dalam jaringan adipose dan jaringan lainnya dalam tubuh
3. Lemak viseral :
Angka yang menunjukkan level luas permukaan lemak pada sekitar organ internal
bagian abdomen.
4. Leptin serum:
Proteohormon yang berperan dalam pengaturan berat badan dan disekresi oleh sel
adiposit.
5. Overweight :
Kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya dengan
IMT mencapai ≥ 23
6. Obesitas :
Kondisi dimana terjadi akumulasi lemak tubuh secara berlebihan dengan
pengukuran IMT mencapai ≥ 25
4.7. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian berupa kuesioner untuk menilai karakteristik sampel, body
scale 16iscer untuk menilai berat badan,massa lemak dan lemak 16isceral, serta
pemeriksaan darah sederhana untuk menilai leptin serum.
4.8. Prosedur Penelitian
1. Tim peneliti akan menilai status gizi mahasiswa FKIK Unja usia >18 tahun yang
tergolong mengalami overweight dan obesitas dengan IMT ≥ 23.
2. Sampel yang telah didapatkan akan diminta untuk mengisi kuisoner.
3. Kemudian dilakukan pengukuran massa lemak dan lemak viseral dengan
menggunakan body scale tanita.
4. Pengukuran kadar leptin serum dilakukan dengan cara menganalisa kadar leptin
dengan pengambilan sampel darah.
5. Selanjutnya data hasil pemeriksaan akan dianalisis secara statistik. Dianalisis
secara deskriftif dan kualitatif data yang diperoleh dari kuesioner.
16
data normal maka dilanjutkan dengan uji Korelasi Pearson, dan sebaliknya apabila
distribusi data tidak normal dilanjutkan dengan uji Korelasi Peringkat Spearman.
b. Hasil kuesioner tentang karakteristik mahasiswa FKIK Unja usia >18 tahun dengan
IMT ≥23 akan dianalisis untuk menilai data distributif.
Izin Penelitian
17
Subjek yang memenuhi kriteria penelitian
Hasil
Analisis data
Kesimpulan
18
BAB V
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
19
BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
20
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Asri S., Nuryanto. 2015. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Kadar Leptin
Dan Adiponektin. Journal of Nutrition College. 428-434.
2. Camelia A., Cecilia L., Ioanna N., Alina. 2015. Correlation Between Body Mass
Index , Body Fat Proportion and Leptin Level In Obese Children.
3. Erdim Sertoglu. 2014. Importance of Factors Affecting Serum Levels. World J
Surg.
4. Hasdianah.2014. Pemanfaatan gizi, diet dan obesitas. Nuha Medika: Yogyakarta.
5. Nurhayati R. 2018. Korelasi Antara Kadar Leptin Serum dengan Indeks Massa
Tubuh Pasien Skin Tag. FK USU.
6. Soetjiningsih.2014. Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya. CV. Sagung
Seto: Jakarta.
7. Yulina D., Yahwardiah S., Ramlan S., 2011. Analisis Kadar Leptin Pada Obesitas
Viseral dan Non Viseral. FK USU.
22
LAMPIRAN
23
24