Pemeriksaan Hematologi
• Leukosit 12, 23 (4,5-11)
• Hematokrit 47.7 (43-47)
• Neutrofil 89,6 (40-75
• Eusinofil 0,3 (1-6)
Thoraks : Simetris Paru Abdomen
Inspeksi : Bentuk normal, Inspeksi : Abdomen lebih
pergerakan simetris. tinggi dari dinding thorax,
Palpasi : Ekspansi dada simetris.
distended
Nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor Palpasi : nyeri tekan (+),
Auskultasi : Vesikuler, rhonki (-/-), hepar dan lien tidak teraba
wheezing (-/-) Perkusi : Pekak di seluruh
Jantung abdomen
Inspeksi : Iktus cordis tidak Auskultasi: Bunyi usus
tampak (meningkat), metalic sound (+)
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung kesan
Ekstremitas atas dan bawah
tidak melebar
Auskultasi : S1 S2 tunggal, reguler. Akral dingin, Tidak ada
Suara Bising tambahan (-) Oedem pada kedua ekstremitas
bawah.
Status Lokalis Palmar Sinistra
Status lokalis palmar sinistra:
Inspeksi : vulnus morsum (+) ukuran 0,3mm 2 buah, bleeding (-),
oedem (+)
Palpasi : nyeri tekan (+), teraba hangat (+)
Movement : ROM tidak terbatas.
Diagnosis dan Terapi
Diagnosis Kerja: Vulnus Morsum ec Snake Bite
Penatalaksanaan di IGD:
• Pembersihan luka (wound toilet) dengan air mengalir dan sabun
• Infus Biosave (Anti Bisa Ular) skin test
• Infus NaCl 100ml 0,9% 20tpm
• Inj. Ceftiraxone 2x1 gram skin test
• Inj. Ketorolac 1A
• Inj. Ranitidin 1A
• PO. Clindamicin 1x300mg
• PO. Radol 1x50mg
Penatalaksanaan di bangsal:
• Infus Biosave (Anti Bisa Ular) + D5% 20 tpm
• Injeksi Ceftriaxon 2x1gr
• Injeksi Ketorolac 3x30gr
• Injeksi Ranitidin 3x5gr
Analisa Kasus
SNAKE BITE
• Diperkirakan setidaknya 421.000 kasus envenomasi (injeksi bisa terhadap korban melalui
sengatan/ gigitan oleh hewan berbisa) dan 20.000 kematian timbul setiap tahunnya di
seluruh dunia akibat gigitan ular.
• Sebagian besar perkiraan kejadian gigitan ular dijumpai di Asia Selatan dan Asia Tenggara,
Sub-Sahara Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
EPIDEMIOLOGY
KLASIFIKASI
Pada penilaian laporan gigitan dari ular berbisa, harus dibedakan gigitan dari ular yang
tidak berbisa atau hewan lain.
Local features :
• Pembengkakan cepat pada luka gigitan
• Warna memudar
• Pendarahan
• Nyeri
Systemic features:
• Generalized bleeding : Epistaxis, hemoptysis, hemetemesis, gumpalan
pendarahan, hematuria, malena, pendarahan di bawah kulit dan mukosa
• Shock
• Renal failure
Manifesitasi Klinik
C. Colubridae bite
Local features :
• Bengkak
• Nyeri
Systemic features:
• Myalgia
• Muscle stiffness
• Myoglobinuria
• Renal failure
TATA LAKSANA
PERTOLONGAN PERTAMA
Segera setelah gigitan di lokasi kejadian bertujuan untuk mencegah
absorbsi sitemik dari bisa ular dan mortalitas.
1. Menekan tempat gigitan dan imobilisasi dengan splint/sling.
Untuk mencegah penyebaran bisa.
Setiap kontrasksi otot dapat menyebabkan peningkatan absorbsi bisa
ke sirkulasi dan aliran limfa.
2. Tindakan eksisi/pengisapan bisa tidak dianjurkan apabila dalam 45
menit pasien bisa sampai ke RS.
3. Pengisapan dilakukan dengan alat, bukan mulut.
Intervensi terhadap luka (menggosok, memijat, herbal) tidak
dianjurkan.
Karena bisa menyebabkan infeksi, meningkatkan absorbsi bisa ular,
serta meningkatkann pendarahan lokal.
TATA LAKSANA
4. Penggunaan tourniket arterial ketat juga tidak
direkomendasikan iskemia jaringan
5. Pada kasus dengan komplikasi akut syok/paralisis otot
pernafasan, lakukan bantuan hidup dasar.
6. Transportasi ke fasililitas kesehatan terdekat.
TATA LAKSANA
TATALAKSANA DI FASILITAS KESEHATAN
1. Resusitasi jika ada tanda syok/gagal napas/henti jantung.
2. Pemeriksaan uji koagulasi direkomendasikan untuk setiap kasus
gigitan ular di samping pemeriksaan laboratorium lainnya.
3. Injeksi IV toksoid tetanus (TT) 0,5ml (sediaan 2ml/vial) dan
pertimbangkan serum anti bisa ular (SABU)
4. SABU merupakan serum polivalen dari plasma kuda yang
dikebalkan thd bisa ular. Setiap 1ml SABU berisi:
• 10-15 LD50 bisa ular tanah (Ankystrodon rhodostoma)
• 25-50 LD50 bisa ular kobra (Naja sputarix)
• 25-50 LD50 bisa ular belang (Bungarus fasciatus)
• Larutan fenol 0,25%
Indikasi: gejala sistemik dan edema hebat pada bagian luka.
Pemberian SABU
• SABU 10ml (2 vial) IV dalam 500ml NaCl 0.9% atau Dextrose
5% dengan kecepatan 40-80 tpm. Maks pemberian 100ml
SABU (20 vial).
• Monitor: lakukan pemeriksaan koagulasi pada 3 jam setelah
pemberian SABU. Bila tidak ada perbaikan (fibrinogen tidak
meningkat, waktu koagulasi tetap memanjang), ulangi
pemberian SABU. Ulangi pemeriksaan darah pada 1 dan 3
jam berikutnya.
• Efek samping: reaksi anafilaktik, serum sickness, pruritus,
eksantema, dan gejala laergi lainnya.
Di RSUD:
ABU 1A dalam 1cc NaCl drip 20-40ml.
Pemberian SABU
Adapun pedoman lain dari terapi pemberian antivenom dapat mengacu pada Schwartz
dan Way (Djunaedi 2009):
• Derajat 0 dan I: tidak diperlukan antivenom, dilakukan evaluasi dalam 12 jam, bila
derajat meningkat maka diberikan antivenom
• Derajat II: 3-4 vial antivenom
• Derajat III: 5-15 vial antivenom
• Derajat IV: berikan penambahan 6-8 vial antivenom
TATA LAKSANA
5. Pemberian antibiotik (penisilin prokain 900.000 IU) dapat
diberikan pada kasus dengan kecurigaan infeksi bakterialis
sekunder, misal terjadi nekrosis.
6. Pemberian antihistamin IV atau steroid IV
dipertimbangkan bila terjadi reaksi alergi.
7. Terapi suportif lain seperti tranfusi darah pada perdarahan.
8. Pertimbangkan fisiotomi apabila terjadi edema semakin
meluas dan terjadi compartemen sindrom.
PROGNOSIS
Gigitan ular berbisa berpotensi menyebabkan kematian dan keadaan yang
berat, sehingga perlu pemberian antibisa yang tepat untuk mengurangi
gejala. Ekstremitas atau bagian tubuh yang mengalami nekrosis pada
umumnya akan mengalami perbaikan, fungsi normal, dan hanya pada
kasus-kasus tertentu memerlukan skin graft.