FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
OKTOBER 2014
Oleh :
Andi Riskayani
C111 09 345
Supervisor :
dr. Pendrik Tandean,Sp.PD-KKV,FINASIM
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN KARDIOLOGI & KEDOKTERAN VASKULER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:
Nama
: Andi Riskayani
Nim
: C 111 09 345
Judul Lapsus : UNSTABLE ANGINA PECTORIS
Telah menyelesaikan Laporan Kasus dalam rangka kepanitraan klinik
pada bagian kardiolodi & kedokteran vaskuler Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.
Makassar,
Supervisior
dr. Pendrik Tandean,Sp.PD-KKV,FINASIM
oktober 2014
CoAss
Andi Riskayani
: Tn. AR
:63 tahun
:Laki-laki
: 24 Oktober 2014
:68-25-19
Keluhan Utama
: Nyeri dada
Riwayat penyakit sekarang : Nyeri dada dialami sejak 7 jam sebelum
masuk rumah sakit. Nyeri dada dirasakan seperti tertekan beban berat pada
daerah substernal, tembus ke belakang, dan menjalar ke lengan kiri dengan
durasi sekitar 30 menit. Nyeri dada muncul pada saat beraktifitas, tidak
menghilang dengan istirahat. Nyeri dada disertai dengan keringat dingin.
Riwayat nyeri dada sebelumnya dialami sejak 7 bulan yang lalu, namun
nyeri berkurang dengan istirahat dan pemberian obat di bawah lidah. Nyeri
dada dirasakan hilang timbul. Riwayat pingsan tidak ada. Sesak tidak ada.
Sesak pada saat tidur terlentang tidak ada. Terbangun malam hari karena
sesak tidak ada. Tidak mual dan muntah, namun ada nyeri ulu hati.
Riwayat nyeri ulu hati tidak ada.
BAB : Biasa, kesan normal
BAK : Lancar, kesan cukup.
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
a.
Berat badan
:75kg
b.
c.
2. Tanda vital
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
: 140/90 mmHg
:72 x/menit, regular
: 20 x/menit
: 36,6C (aksilla)
3. Kepala
Mata
Bibir
Leher
4. Dada
Inspeksi
Palpasi
-
kiri=kanan
Perkusi : Sonor kiri = kanan
Batas paru-hepar
: ICS IV dekstra
: CV Th. IX sinistra
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Pekak
Batas atas jantung : ICS II sinistra
Batas kanan jantung : IC IV linea parasternalis dextra
Batas kiri jantung
Perkusi
: Timpani (+)
7. Ekstremitas
Ekstremitas superior kanan dan kiri :
Inspeksi
: Warna kulit sama dengan sekitarnya, jejas (-), udem (-)
Palpasi
: Nyeri tekan tidak ada, krepitasi tidak ada
Ekstremitas inferior kanan dan kiri :
Inspeksi
: Warna kulit sama dengan sekitarnya, jejas (-), udem (-)
Palpasi
: Nyeri tekan tidak ada, krepitasi tidak ada.
Edema pretibial (-/-), dorsum pedis (-/-)
8. PEMERIKSAAN EKG
Irama
: Sinus
Heart Rate
: 72x/menit
Regularitas
: Reguler
Axis
: Normoaxis
P wave
: 0,08 s
PR interval
: 0,16 s
QRS complex
: 0,08 s
ST Segment
: isoelektrik
T wave
Kesimpulan :
-
Normoaksis
9. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
TEST
RESULT
NORMAL VALUE
WBC
RBC
HGB
14,2 mg/dl
13,0-17,0g/dl
HCT
39,0%
40,0-54,0 %
GDS
141 mg/dl
140 mg/dl
Ureum
39 mg/dl
10-50 mg/dl
Creatinin
1,0 mg/dl
M(<1,3);F(<1,1) mg/dl
PLT
150-500 x 103/l
CK
167U/L
L(<190) P (<167)
CK-MB
19,8U/L
< 25
Troponin T
<0,02
<0,05 ng/ml
SGOT
30mg/dl
<38 U/l
SGPT
25 mg/dl
<41 U/l
Total Cholesterol
223 mg/dl
200 mg/dl
HDL
51 mg/dl
M(>55);F(>65) mg/dl
LDL
144 mg/dl
<130 mg/dl
TG
147 mg/dl
200 mg/dl
Uric Acid
9,4 mg/dl
2,4-5,7 mg/dl
Elektrolit
Natrium
144
136 145
Kalium
4.0
3,5 5,1
Klorida
108
97 - 111
11. DIAGNOSIS
ANGINA PEKTORIS TAK STABIL
12. PENGOBATAN
Bed rest
Anti-agregasi platelet :
Aspilet 80 mg / 24 jam/oral
Clopidogrel 75 mg/24 jam/oral
Rencana pemeriksaan :
-
2. Faktor Risiko
Faktor risiko biologis angina pektoris tak stabil yang tidak dapat diubah
yaitu usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga, sedangkan faktor risiko
yang masih dapat diubah,sehingga berpotensi dapat memperlambat proses
aterogenik, antara lain kadar serum lipid, hipertensi, merokok, gangguan
toleransi glukosa, dan diet yang tinggi lemak jenuh, kolesterol, serta kalori.3
Penelitian histologis menunjukkan plak koroner cenderung mengalami
ruptur jika fibrous cap tipis dan inti kaya lipid (lipid rich core).2
Berbagai agonis (kolagen, ADP, epinefrin, serotonin) memicu aktivasi
trombosit pada lokasi ruptur plak, yang selanjutnya akan memproduksi dan
melepaskan tromboksan A2 (vasokonstriktor lokal yang poten). Selain itu,
10
yang
kemudian
ruptur
dan
menyumbat
pembuluh
11
13
14
4. Gejala Klinis
Keluhan pasien umumnya berupa nyeri dada untuk pertama kali atau
keluhan nyeri dada yang bertambah dari biasa. Nyeri dada seperti pada angina
biasa tapi lebih berat dan lebih lama, mungkin timbul pada waktu istirahat, atau
timbul karena aktivitas yang minimal. Nyeri dada dapat disertai keluhan sesak
napas, mual, sampai muntah, kadang-kadang disertai keringat dingin.
5. Diagnosis
Diagnosis IMA dengan elevasi segmen ST ditegakkan berdasarkan
anamnesis nyeri dada yang khas dan gambaran EKG dengan tanda-tanda
iskemik yaitu ST depresi atau inversi T.2
5.1. Anamnesis
1. Nyeri dada :
Sifat nyeri dada (angina) merupakan gejala cardinal pasien IMA:
Lokasi: substernal, retrosternal, dan perikordial.
Sifat nyeri: rasa sakit ditekan, terbakar, ditindih benda berat, ditusuk,
diperas, dipelintir.
Penjalaran: lengan kiri, leher, punggung, interskapula, perut, lengan
kanan bawah.
Nyeri membaik/menghilang dengan istirahat/nitrat.
Faktor pencetus: latihan fisik, stres emosi, udara dingin, dan sesudah
makan.
Gejala yang menyertai: mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin,
cemas, lemas.
keluhan dari:
Penyakit jantung: koroner, valvular, dan miokardial
15
karna hipoksia.
Penyakit deformitas dinding toraks
Sakit otot pernapasan
Obesitas
Anemia, dll.
Riwayat sesak napas sangat penting untuk memperkirakan
penyebab yang mendasari.Kemungkinan penyebabnya adalah emboli
paru, pneumotoraks, udema pulmonal akut, pneumonia, atau obstruksi
jalan napas.Sesak napas yang hilang dengan pemakaian bronkodilator
dan kortikosteroid diperkirakan akibat asma.Namun sesak napas yang
hilang dengan istirahat, obat diuretik, dan digitalis diperkirakan akibat
gagal jantung kiri.
17
Troponin I
6. Terapi2,7
Penatalaksanaan pada angina pectoris tidak stabil difokuskan pada tiga hal
berikut:
a. Stabilisasi plak. Mencegah perluasan atau perkembangan trombus
intrakoroner untuk mencegah serangan jantung
b. Mengatasi gejala dalam hal ini adalah nyeri dada atau angina iskemik.
c. Mengoreksi penyebab dasar penyakit arteri coroner dan mengoreksi
gangguan hemodinamik yang menyertai.
d. Pengobatan Umum
Pengobatan umum termasuk: pemberian oksgen, tirah baring sampai anina
terkontrol, puasa 8 jam kemudian makanan cair atau lunak selama 24 jam
pertama, pembreian transquilizer untuk menenangkan pasien dan laksans agar
penderita tidak mengedan.
e. Pengobatan Khusus
Atasi nyeri dada dan iskemia
Nitrat sublingual kemudian dilanjutkan dengan pemberian intravena biasanya
dapat mengatas nyeri dada. Pemberian intravena harus dilakukan dengan
infusion pump, sebagai gantinya dapat digunakan nitrat transdermal yang
dikombinasi dengan preparat oral. Dosis awal nitrogliserin (IV) biasanya 5
ug/menit dan ditingkatkan (5-10 ug/menit) setiap 5 menit sampai nyeri dada
menghilang. Dosis maksimal adalah 200 ug/menit. Pemberian dosis besar
(lebih dari 7 ug/kgBB/menit) selama beberapa hari dapat menimbulkan
methemoglobinemia. Dosis IsoSorbid Dinitrat (ISDN) IV biasanya 1 mg.jam
kemudian ditingkatkan sampai nyeri dada mereda
Agar perfusi miokard tetap adekuat, makan selama pemberian nitrat IV
tekanan darah sistolik tidak boleh lebih rendah dari 100 mmHg, dan tekanan
darah diastolic tidak bileh lebih rendah dari 60 mmHg. Apabila terjadi
18
hipotensi, maka dosis nitrat harus diturunkan. Apabila nitrat IV masih belum
berhasil menghilangkan nyeri dada, dapat diberi morfin (2,5-5mg)secara IV.
Apabila tidak ada kontraindikasi segera diberikan -blocker. -blocker short
acting lebih diproritaskan sebab jika terjadi efek samping lebih cepat akan
teratasi. Propranolol 10 mg dua kali sehari cukup efektif. Pada pasien yang
memiliki penyakit obstruksi paru kronis, DM atau dyslipidemia dapat diganti
atenolol (50 mg/tablet) atau dganti CCB seperti verapamil atau diltiazem.
Apabila angina amasih takstabil dapat diveri triple theraphy yaitu Nitrat,blocker, dan CCB. -blocker long acting seperti bisoprolol sebaiknya
diberikan sesudah kondisi stabil.
Mencegah perluasan atau perkembangan thrombus intrakoroner
Dosis aspirin menurut berbagai penelitian adalah 160-300 mg.hari (dosis
tunggal). Clopidogrel loading dose 300 mg (4 tablet) juga dianjurkan pada
pasien AP tak stabil diikuti 75 mg/ hari. LMWH lebih disukai daripada
heparin karena cara pembriannya mudah dan dosis tidak perlu disesuaikan
dengan pemeriksaan aPTT 6 jam. LMWH diberikan satu atau dua kali sehari
tergantung preparat selama 5 hari.
Koreksi gangguan hemodinamik dan control factor presipitasi
Koreksi semua factor penyebab disfungsi jantung, misalnya aritmia dengan
obat anti aritmia, gagal jantung dengan kardiogenik atau diuretic, anemia
diberi trasfusi darah, dan seterusnya.
Tindak Lanjut
Berhubung karena angina tak stabil memiliki resimo tngi terjadi infark
miokard akut (IMA), setelah angina terkontrol, semua penderita dianjurkan
untuk dilakukan angiografi coroner selektif.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
1. Guyton AC. Hall, JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. 2007
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II Edisi V. Jakarta: Interna Publishing. 2010.
3. Santoso M, Setiawan T. Penyakit Jantung Koroner. Cermin Dunia
Kedokteran. 2005; 147: 6-9
4. Robbins SL, Cotran RS, Kumar V. Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta: EGC.
2007.
5. Libby P, Bonow RO, Mann DL, Zipes DP. Braunwalds Heart Diseases: A
Textbook of Cardiovascular Medicine. Philadelphia: Elsevier. 2008
6. Price, A. Sylvia, Wilson M. Lorraine. Patofisiologi Konsep Klinis Prosesproses Penyakit edisi ke-6. Jakrta: EGC. 2010
7. American Heart Association. Management of Patients with Unstable Angina/
Non ST Elevation Myocardial Infarction. For a copy of the executive summary
(J Am Coll Cardiol 2007;50:652726; Circulation 2007;116:803877)
21