Anda di halaman 1dari 33

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, KESADARAN, SIKAP IBU DAN PERAN

TENAGA KESEHATAN SERTA FASILITAS PUSKESMAS SUKAMAKMUR YANG


MEMPENGARUHI KEJADIANYA STUNTING PADA BALITA USIA 0-59 BULAN DI
DESA PABUARAN, KECAMATAN SUKAMAKMUR

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

UPT PUSKESMAS SUKAMAKMUR

BOGOR

2021
PENDAHULUAN
– Stunting seringkali tidak dianggap sebagai masalah yang serius.
– Bahkan, menurut Departemen Kesehatan dalam Sabaruddin tahun 2012
tubuh anak yang kecil dan pendek dianggap sebagai suatu hal yang biasa,
takdir atau memang karena keturunan keluarga.
– Padahal stun dampak dari keadaan kurang gizi yang terakumulasi dalam
waktu yang cukup lama dan menjadi indikasi masalah kesehatan
masyarakat. Ini berhubungan dengan meningkatnya risiko morbiditas dan
mortalitas, mengurangi kapasitas fisik, terhambatnya perkembangan dan
fungsi motorik serta mental.
– Berdasarkan median WHO Child Growth Standard, stunting didefinisikan sebagai tinggi badan
menurut umur (TB/U) dibawah minus dua standar deviasi (< -2 SD) atau pendek dan dibawah
minus tiga standar deviasi (<-3 SD) atau sangat pendek (UNICEF, 2013).
– Anak yang stunting tidak hanya memiliki tingkat intelegensi lebih rendah, tetapi juga memiliki
penilaian lebih rendah pada fungsi motorik, koordinasi tangan dan mata, pendengaran,
berbicara, maupun kinerja jika dibandingkan dengan anak normal (Chang et al., 2010).
– Stunting juga sering mengakibatkan terhambatnya perkembangan mental, menurunnya
prestasi sekolah, dan mengurangi kapasitas intelektual pada amak.
– Hal ini akan mempengaruhi produktivitas ekonomi suatu negara. Anak-anak yang terhambat
pertumbuhannya sebagai akibat asupan yang kurang atau infeksi berulang berisiko lebih
besar untuk mengalami penyakit bahkan kematian (World Health Organization, 2015).
– Tingginya angka stunting pada balita sangat berkaitan erat dengan kondisi yang
terjadi dalam waktu yang lama seperti riwayat kontrol kehamilan, riwayat
suplementasi besi, berat badan lahir, status imunisasi, riwayat infeksi, asi
ekslusif, lama pemberian ASI, MP ASI, frekuensi makan, asupan protein, riwayat
kunjungan posyandu, pengetahuan ibu tentang stunting, higienitas, akses
sanitasi dan berbagai faktor lainnya. Akan tetapi, kejadian stunting ini
hendaknya tidak hanya dikaji dari faktor tersebut, tetapi bisa juga ditinjau dari
presepsi petugas puskesmas mengenai stunting dan pelayanannya itu sendiri.
– Di Indonesia kasus anak stunting ini jika dilihat dari proporsinya cukup tinggi dan masih sedikit
sekali penurunannya dari tahun ke tahun.
– Kabupaten Bogor masuk dalam 100 Kabupaten/kota prioritas untuk intervensi stunting. Menurut
Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 Kabupaten Bogor, Balita pendek (Stunting) Kabupaten Bogor
cukup tinggi adalah sebesar (26.9%) Angka ini lebih tinggi 6,1% dibandingkan Jawa Barat (20,8 %)
dan 2,7% lebih rendah dari prevalensi nasional (29,6%) (Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, 2018).
– Kabupaten Bogor sendiri terdiri atas 40 Kecamatan yang salah satunya adalah Kecamatan
Sukamakmur.
– Kecamatan Sukamakmur masih terdapat kasus anak dengan stunting dengan jumlah stunting
terbanyak ada di desa Pabuaran yang merupakan wilayah kerja dari puskesmas Sukamakmur
dengan jumlah stunting sebanyak 52 anak (Puskesmas Sukamakmur, 2020).
– Untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya stunting, diperlukan kerjasama dari
berbagai stakeholder, multi sektoral terutama yang berkaitan dengan kesehatan yang
diwakilkan oleh tim dari puskesmas dan stakeholder setempat.
– Koordinasi multisektoral sangat dibutuhkan guna mempercepat usaha eradikasi stunting
karena menyangkut sumberdaya manusia dan dana untuk program intervensi stunting.
– Penguatan standar pelayanan stunting di puskesmas juga mutlak dibutuhkan sejalan
dengan implikasi Permenkes 29 tahun 2019. Sehingga terjadi koordinasi antara Fasilitas
Kesehatan Tingkat Lanjut, Puskesmas dan Posyandu serta dokter spesialis anak, dokter
umum di puskesmas, bidan desa, petugas gizi lapngan,dan kader posyandu
– Kejadian stunting bisa saja terus meningkat apabila tidak ditangani segera dan
tidak memperhatikan faktor-faktor yang telah dijelaskan sebelumnya. Maka dari
itu dalam penelitian ini peneliti ingin melihat gambaran tingkat pengetahuan,
kesadarran, sikap ibu dan peran tenaga kesehatan serta fasilitas di Puskesmas
Sukamakmur yang mempengaruhi kejadian stunting pada balita usia 0-59 bulan
di Desa Pabuaran Kecamatan Sukamakmur Tahun 2021 dan melihat gambaran
presepsi tenaga medis UPT Sukamakmur terkait stunting dan pelayanannya.
Rumusan Masalah

– Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi stunting salah satunya adalah
pengetahuan. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran
tingkat pengetahuan, kesadaran, sikap ibu dan peran tenaga kerja serta fasilitas
Puskesmas Sukamakmur yang mempengaruhi kejadian stunting pada balita usia
0-59 bulan di Desa Pabuaran Kecamatan Sukamakmur Tahun 2021
Tujuan Penelitian

– Tujuan umum
Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, kesadaran, sikap ibu dan peran
tenaga kesehatan serta fasilitas Puskesmas Sukamakmur terhadap kejadian
stunting pada balita usia 0-59 bulan di Desa Pabuaran Kecamatan Sukamakmur
Tahun 2021
TUJUAN KHUSUS

– Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu terhadap stunting


– Mengidentifikasi kesadaran ibu terhadap stunting
– Mengidentifikasi sikap ibu terhadap stunting
– Mengidentifikasi peran tenaga kesehatan dan fasilitas Puskesmas
Sukamakmur terhadap stunting
Manfaat

Manfaat bagi puskesmas


– Sebagai suatu bahan masukan dan evaluasi dalam melakukan upaya penanggulangan stunting
dan meningkatkan pengetahuan, kesadaran, sikap ibu dan peran tenaga kesehatan serta fasilitas
Puskesmas Sukamakmur mengenai stunting di Desa Pabuaran, Kecamatan Sukamakmur,
Kabupaten Bogor
Manfaat bagi masyarakat
– Sebagai bahan referensi bagi masyarakat untuk upaya pencegahan stunting serta meningkatkan
pengetahuan, kesadaran dan sikap ibu tentang stunting
Manfaat bagi peneliti
– Untuk memenuhi salah satu tugas penelitian dalam menjalani program internsip dokter
Indonesia.
Tinjauan Pustaka
Definisi Stunting

• Balita Pendek (Stunting) adalah status


gizi yang didasarkan pada indeks PB/U Dilakukan dengan menentukan umur dan
atau TB/U dimana (Z-Score) <-2 SD mengukur Panjang Badan (Balita ≤ 24
sampai dengan -3 SD (pendek/ stunted) Bulan) dan Tinggi Badan (Balita 24-59
dan <-3 SD (sangat pendek / severely Bulan), kemudian diperoleh indeks
stunted) antropometri panjang badan/tinggi badan
• Stunting adalah masalah gizi kronis berdasarkan umur
yang terjadi sejak dari kandungan, dan
umumnya tampak pada usia 2 tahun
Faktor Risiko Stunting
Secara Garis Besar, terdiri atas:
• Kondisi politik ekonomi wilayah
setempat FAKTOR KELUARGA DAN MATERNAL
• Status pendidikan • Asupan nutrisi yang kurang baik, kurang sesuai, atau kurang adekuat
• Budaya masyarakat selama masa pra-konsepsi, kehamilan, dan laktasi
• Agrikultur dan sistem pangan • Faktor maternal berupa ANC, meliputi pemberian suplementasi Besi
• Kondisi air, sanitasi, dan lingkungan Elemental dan Kalsium
• Faktor maternal, meliputi perawakan ibu pendek, infeksi, kehamilan
muda, kesehatan jiwa, IUGR dan persalinan prematur, persalinan
dengan BBLR, jarak persalinan yang dekat, dan hipertensi

FAKTOR MAKANAN
• Kurangnya kualitas dan kuantitas makanan
• Makanan yang kurang bervariasi dan kurang diperkaya
FAKTOR ASI
nutrisi pelengkap • IMD yang terlambat, tidak berjalannya ASI Eksklusif,
dan penghentian dini konsumsi ASI
• ASI Eksklusif dan MP-ASI yang disertai ASI
berkelanjutan sampai 24 bulaN
Faktor Risiko Stunting
POSYANDU
• Garda terdepan untuk memantau tumbuh
kembang Balita secara berkala
• Balita rutin hadir di Posyandu = IMUNISASI
menurunkan risiko stunting Imunisasi dasar menjadi salah satu faktor
berpengaruh bagi status gizi balita, dan dinilai
mampu mengintervensi kejadian stunting
pada Balita

INFEKSI
Infeksi pernafasan dan pencernaan yang
sering diderita balita meningkatkan risiko HIGIENITAS DAN AIR BERSIH
stunting • Menjaga higienitas dengan mencuci tangan dapat mengurangi risiko
terjadinya infeksi saluran cerna yang memiliki hubungan erat dengan
risiko terjadinya stunting
• Air bersih yang dapat diminum setelah dimasak memiliki pengaruh
terhadap risiko terjadinya stunting
• Akses, jarak, dan keamanan sumber air bersih memiliki korelasi erat
dengan kejadian stunting
Intervensi Penanganan Stunting

IBU HAMIL
INTERVENSI GIZI SPESIFIK Pemberian makanan tambahan untuk mengatasi
Ditujukan kepada anak dalam 1000 Hari kekurangan energi dan protein kronis.
Pertama Kehidupan dan dilakukan Sektor • Pemberian suplementasi zat besi dan asam folat .
Kesehatan • Mengatasi kekurangan iodium .
Dibagi menjadi: • Penanggulangan infeksi kecacingan.
• Ibu Hamil • Pencegahan dan penatalaksanaan klinis malaria .
• Ibu Menyusui dan Anak 0-6 • Pembatasan konsumsi kafein selama hamil .
Bulan • Pemberian konseling/edukasi gizi .
• Ibu Menyusui dan Anak 7-23 • Pencegahan, deteksi, tatalaksana klinis dan dukungan gizi
Bulan bagi ibu dengan HIV
• Suplementasi kalsium bagi ibu hamil.
Intervensi Penanganan Stunting
IBU MENYUSUI DAN ANAK 7-23 BULAN
• Promosi dan edukasi pemberian ASI lanjut disertai MP-ASI yang
sesuai.
IBU MENYUSUI DAN BAYI 0-6 BULAN • Penanggulangan infeksi kecacingan pada ibu dan anak.
• Promosi dan edukasi inisiasi menyusu • Pemberian suplementasi zink pada anak.Fortifikasi zat besi ke
dini disertai dengan pemberian ASI dalam makanan / suplementasi zat gizi mikro e.g. zat besi.
jolong/colostrum . • Pencegahan dan penatalaksanaan klinis malaria pada ibu dan
• Promosi dan edukasi pemberian ASI
anak .
eksklusif . • Pemberian imunisasi lengkap pada anak.
• Pemberian konseling/edukasi gizi selama
• Pencegahan dan pengobatan diare pada anak.
menyusui . • Implementasi prinsip rumah sakit ramah anak .
• Pencegahan, deteksi, tatalaksana klinis
• Implementasi prinsip manajemen terpadu balita sakit/MTBS .
dan dukungan gizi bagi ibu dan anak
• Suplementasi vitamin A pada anak usia 6-59 bulan .
dengan HIV. • Penatalaksanaan malnutrisi akut parah pada anak.
• Pemantauan tumbuh kembang anak .
Intervensi Penanganan Stunting

INTERVENSSI GIZI SENSITIF


Diluar Sektor Kesehatan
Sasaran: Masyarakat Umum

• Penyediaan akses pada air bersih.


• Penyediaan akses pada sarana sanitasi dan kebersihan pribadi.
• Fortifikasi bahan pangan misalnya dengan Vitamin A,D, yodium.
• Penyediaan akses kepada layanan kesehatan dan keluarga berencana (KB).
• Pemberian Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
• Pendidikan pengasuhan anak pada orang tua.
• Program Pendidikan Anak Usia Dini Universal.
• Program pendidikan gizi masyarakat.
• Edukasi kesehatan seksual, reproduksi, dan gizi pada remaja
Metode Penelitian

Desain penelitian : desain deskriptif analisis sederhana. Desain penelitian ini tidak
melakukan intervensi dari peneliti. Namun peneliti membuat buku saku untuk
memonitoring keadaan anak yang stunting. Penelitian untuk melihat,
mendeskripsikan dan menggambarkan suatu fenomena kesehatan yang terjadi di
masyarakat (Notoatmojo, 2010).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat


pengetahuan, kesadaran, sikap ibu dan peran tenaga kerja serta
fasilitas Puskesmas Sukamakmur yang mempengaruhi kejadian
stunting pada balita usia 0-59 bulan di Desa Pabuaran Kecamatan
Sukamakmur Tahun 2021.
 
Lokasi dan Waktu Populasi dan Sampel
Penelitian Penelitian

Lokasi penelitian ini Populasi penelitian


dilakukan di desa - Pasien stunting yang berusia kurang dari 59 bulan pada bulan
Pabuaran Kecamatan April 2021.
Sukamakmur. - Teknik pengambilan sampling dengan menggunakan purposive
Penelitian ini sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara
dilakukan pada menentukan orang yang akan diteliti dengan kriteria inklusi
tanggal 8 dan 12 April sampel yang akan diambil adalah pasien stunting dengan
2021. tingkat pengetahuan ibunya yang rendah berdasarkan
penelitian sebelumnya berusia kurang dari 59 bulan pada
bulan April 2021
Teknik
Teknik Pengumpulan Pengolahan
dan Pengolahan Data Data

- Pengolahan Data (editing)


- Data diperoleh dari Meneliti kembali apakah lembar kuesioner sudah cukup baik sehingga dapat
wawancara dari di proses lebih lanjut. Editing dapat dilakukan di tempat pengumpulan data
kuesioner yang telah sehingga jika terjadi kesalahan maka upaya perbaikan dapat segera
disiapkan oleh dilaksanakan.
peneliti. - Pengkodean (Coding)
- peneliti membuat Usaha mengklarifikasi jawaban-jawaban yang ada menurut macamnya,
buku saku untuk menjadi bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.
memonitoring - Pemasukan Data (Entry)
perkembangan anak Memasukan data ke dalam perangkat komputer sesuai dengan kriteria.
stunting sesuai data - Pembersihan Data (Cleaning data)
yang didapatkan Data yang telah di masukan kedalam komputer diperiksa kembali untuk
mengkoreksi kemungkinan kesalahan.
HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
PENGETAHUAN
• Distribusi Persebaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Stunting pada Balita Usia 0-59 Bulan di
Desa Pabuaran, Kecamatan Sukamakmur
P e n g e ta h u a n J u m la h P e rs e n ta s e
Benar 22 67
S a la h 11 33
T o ta l 33 100

• bahwa dari 33 responden sebagian besar menjawab dengan benar sebanyak 22 responden
(67%) dan yang salah sebanyak 11 responden (33%).
– Masalah stunting banyak terdapat pada ibu balita yang memiliki pengetahuan yang baik (59.2%). Dan begitu juga
dengan ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang baik juga memiliki masalah stunting pada balitanya. Hasil
penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni’mah dan Muniroh (2015), yang menyatkan
bahwa tidak hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian stunting pada balita
– Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erni dan Novia (2019), yang menyatakan
responden yang berpengetahuan yang kurang baik 40.8 % menderita stunting lebih rendah dibandingkan dengan
responden yang berpengetahuan baik (59.2%). Berdasarkkan hasil uji statistik didapatkan nilai p > 0.05 maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kejadian
stunting.
– Namun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian oleh Hapsari (2018) yang menjelaskan bahwa anak
dengan ibu yang memiliki tingkat pengetahuan gizi rendah punya risiko stunting 3,8 kali lebih besar dibandingkan
anak dengan ibu yang memiliki tingkat pengetahuan gizi yang tinggi.
– Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Hapsari (2018) yang menjelaskan bahwa anak dengan ibu yang
memiliki tingkat pengetahuan gizi rendah punya risiko stunting 3,8 kali lebih besar dibandingkan anak dengan ibu
yang memiliki tingkat pengetahuan gizi yang tinggi.
HASIL PENELITIAN dan
KESADARAN IBU PEMBAHASAN
• Distribusi Persebaran Kesadaan Ibu Tentang Stunting pada Balita Usia 0-59 Bulan di Desa
Pabuaran, Kecamatan Sukamakmur.
Kesadaran Ibu J u m la h P e rs e n ta s e
Sadar 20 59
T id a k S a d a r 13 41
T o ta l 33 100

• bahwa dari 33 responden sebagian besar tingkat kesadaran ibu bahwa anaknya stunting
sebanyak 20 responden (59%). Sedangkan ibu yang tidak sadar anaknya stunting sebanyak 13
responden (41%).
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Helmi (2016), ibu yang sadar dengan
anaknya yang stunting sebesar 44,4%, hampir sama dengan balita stunting yang
ibunya tidak sadar bahwa anaknya stunting yaitu sebesar 47,4%, jadi balita
stunting yang ibunya sadar memiliki kecenderungan yang sama dengan balita
stunting yang ibunya tidak sadar anaknya stunting. Hasil analisa statistika
menunjukkan nilai ρ=0,017 (<0,05), sehingga terdapat hubungan antara kejadian
stunting dengan kesadaran ibu
HASIL PENELITIAN dan
SIKAP IBU PEMBAHASAN
• Distribusi Persebaran Sikap Ibu Tentang Stunting pada Balita Usia 0-59 Bulan di Desa Pabuaran,
Kecamatan Sukamakmur.
Sikap Ibu J u m la h P e rs e n ta s e
P o s itif 25 76
N e g a tif 8 24
T o ta l 33 100

– bahwa dari 33 responden sebagian besar sikap ibu yang positif terhadap anak stunting
sebanyak 25 responden (76%). Sedangkan sikap ibu yang negatif terhadap anak stunting
sebanyak 8 responden (24%).
 penelitian ini sejalan dengan penelitian Olsa, Edwin, dkk (2017). Hubungan sikap ibu terhadap kejadian stunting
pada anak di Kecamatan Nanggalo, hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap ibu sebagian besar pada kategori
yang positif sebesar 55.2%, sedangkan sikap ibu dengan kategori yang negatif sebesar 44.8%.
 Hasil penelitian ini sejalan dengan peneltian yang dilakukan oleh Talitha di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta
Timur yang menemukan bahwa sikap ibu paling banyak pada kategori positif 81,1%, sedangkan 18,9% pada ibu
dengan sikap yang di kategorikan negative.
 penelitian ini sejalan dengan penelitian Olsa, Edwin, dkk (2017). Hubungan sikap ibu terhadap kejadian stunting
pada anak di Kecamatan Nanggalo, hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap ibu sebagian besar pada kategori
yang positif sebesar 55.2%, sedangkan sikap ibu dengan kategori yang negatif sebesar 44.8%.Hasil penelitian ini
sejalan dengan peneltian yang dilakukan oleh Talitha di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur yang
menemukan bahwa sikap ibu paling banyak pada kategori positif 81,1%, sedangkan 18,9% pada ibu dengan sikap
yang di kategorikan negatif.
HASIL PENELITIAN dan
PEMBAHASAN
PERAN TENAGA KESEHATAN DAN FASILITAS PUSKESMAS SUKAMAKMUR
• Distribusi Persebaran Peran Tenaga Kesehatan Tentang Stunting pada Balita Usia 0-59 Bulan di
Desa Pabuaran, Kecamatan Sukamakmur.
Peran Tenaga Kesehatan J u m la h P e rs e n ta s e
Aktif 27 83
K u ra n g a k tif 6 17
T o ta l 33 100

– bahwa dari 33 responden sebagian besar peran tenaga kerja yang aktif sebanyak 27 responden
(83%). Sedangkan yang tidak aktif 6 responden (17%).
HASIL PENELITIAN dan
PEMBAHASAN
PERAN TENAGA KESEHATAN DAN FASILITAS PUSKESMAS SUKAMAKMUR
• Distribusi Persebaran Peran Fasilitas Kesehatan di Puskesmas Sukamakmur Tentang Stunting pada Balita Usia
0-59 Bulan di Desa Pabuaran, Kecamatan Sukamakmur
Fasilitas Puskesmas J u m la h P e rs e n ta s e
Sukamakmur
Memadai 19 58
K u ra n g m e m a d a i 5 15
B e lu m p e rn a h 9 27
T o ta l 33 100

– Dari 33 responden, 19 responden yang memilih fasilitas di Puskesmas Sukamakmur memadai (58%), 5
responden yang memilih bahwa fasilitas Puskesmas Sukamakmur kurang memadai (15%), 9 responden belum
pernah ke Puskesmas Sukamakmur dikarenakan jarak rumah ke puskesmas jauh dan tidak memiliki kendaraan.
Keterbatasan Penelitian

• Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini hanya berupa kuesioner dimana
pernyataan-pernyataan dikembangkan dari penelitian sebelumnya dan dari konsep yang
ada. Sehingga kemungkinan ketidakjujuran dan bias informasi tetap ada.
• Masih banyak faktor yang berpengaruh terhadap kejadian stunting di Desa Pabuaran
Kecamatan Sukamakmur yang belum di teliti yang mungkin berpengaruh pada kejadian
stunting.
• Pertanyaan pada kuesioner hanya sebatas pertanyaan kuantitatif bukan kualitatif
sehingga kemungkinan bias informasi tetap ada.
• Jumlah responden yang sedikit karena jangka waktu penelitian yang terbatas.
Kesimpulan
• Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini hanya berupa kuesioner dimana pernyataan-pernyataan
dikembangkan dari penelitian sebelumnya dan dari konsep yang ada. Sehingga kemungkinan ketidakjujuran dan
bias informasi tetap ada.
• Masih banyak faktor yang berpengaruh terhadap kejadian stunting di Desa Pabuaran Kecamatan Sukamakmur yang
belum di teliti yang mungkin berpengaruh pada kejadian stunting.
• Pertanyaan pada kuesioner hanya sebatas pertanyaan kuantitatif bukan kualitatif sehingga kemungkinan bias
informasi tetap ada.
• Jumlah responden yang sedikit karena jangka waktu penelitian yang terbatas.
Saran
• Bagi penelitian selanjutnya, hasil dari penelitian ini dapat menjadi pedoman dan menginspirasi
penelitian berikutnya sehingga dapat mengetahui lebih dalam mengenai gambaran pengetahuan,
kesadaran, sikap ibu yang berhubungan dengan stunting di Desa Pabuaran, Kecamatan Sukamakmur.
Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan buku saku monitoring stunting yang sudah
dibuat dengan jumlah responden yang lebih banyak dan cakupan area yang lebih besar.
• Bagi puskesmas, dapat melakukan upaya pencegahan dam penatalaksanaan stunting terintegrasi guna
percepatan penanggulangan stunting di Desa Pabuaran Kecamatan Sukamakmur. Dapat memonitoring
anak stunting dengan menggunakan buku saku yang sudah di buat terutama pada usia 0-24 bulan
sebagai golden periode penanganan stunting
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai