MODUL 1 : SISTEM
ENDOKRIN PENYAKIT
METABOLIK – BLOK 7
By : Silence Dogood
IMPORTANT NOTES :
JANGAN PERNAH BAWA KE
KAMPUS ATAU PUN KULIAH, DAN
TIDAK BOLEH DI FOTOKOPI DI
BABEH
THANKS
HISTOLOGI PANCERAS
Pankreas adalah organ kelenjar dalam abdmen, tertelak retroperitoneal setinggi vertebrae
lumbalis L-2, melintang curvature major gaster dan berjalan di belakang gaster yang
dipersyarafi oleh saraf simpatis ganglion coeliaca dan parasimpatis n.vagus
Kelenjar endokrin pancreas menghasilkan hormone insulin dan glucagon yang berperan
dalam metabolism glukosa dalam tubuh manusia
Insulin
o Dibentuk dari Proinsulin setelah C-peptida melepaskan rantai α dan β Insulin
o C-peptide disimpan dalam granula sel β
o Kadar insulin puasa 6 – 26 μU/mL
o Didegradasu dalam hati, ginjal dan jaringan targer
o Pada penderita DM type 1 pemberian C-peptide dapat memperbaiki fungsi
ginjal dan saraf
2|P a ge
Pengaturan sekresi insulin
o Pelepasan insulin dan pancreas selama sehari bersifat pulsatile dan ritmik
o Pelepasan insulin terjadi setelah makan yang dimana merupakan respon
terhadp peningkatan kadar glukosa dan asam amino
o Insulin sendiri juga dapat menstimulasi sel β untuk melepaskan insulin
o Rasangan dari neurotransmitter (Norepinefrin dan asetilkholin) juga dapat
merangsang sekresi dari pada insulin
o Ada dua phase dalam pelepasan insulin terhadap ransgsangan
First phase secretion
Second phase secretion
Efek fisologis insulin
o Efek anabolic pada jaringan target dan meningkatkan sintessis karbonhidrat,
lemak dan protein
o Efek Insulin Pada Metabolik Karbohidrat
Meningkatkan transport glukosa ke sel target terutama hati dan otot
Meningkatkan sintesa glikogen dalam hati,otot dan jaringan lemak
Meningkatkan glikolisis dalam otot dan lemak
Menghambat glikogenolisis dalam otot dan hati
Menghambat glukoneogenesis dalam hati
o Efek Insulin Pada Metabolism Lemak
Meningkatkan pengambilan trigliserida dari dalam darah dan sintesa
trigliserida dalam jaringan lemak
3|P a ge
Menghambat lipolisis dalam jaringan lemak
Menghambat oksidasi asam lemak dalam otot dan hati
Menghambat ketogenesis
o Efek Insulin Pada Metabolik Protein
Meningkatkan transport asam amino ke dalam jaringan
Meningkatkan sintesa protein dalam otot, jaringan lemak, hati dll
Menghambat degradasi protein dalam otot
Menghambat pembentukan urea
Kadar glukosa darah di atur dengan ketat oleh hormone :
o Insulin
Menurunkan kadar gula darah
o Glucagon, Epinephrine, Cortisol dan GH
Meningkatkan kadar gula darah
Pada saat keadaan makan atau sesudah makan maka insulin akan disekresikan dan glucagon
di hambat sekresinya oleh insulin. Insulin yang beredar akan berikatana dengan sel hepar,
dan otot pada reseptor nya yang dimana akan memanggil glucose transporter 4 (GLUT 4)
dari sitosol menuju dan berinseri pada membrane plasma untuk memindahkna glukosa dari
darah masuk ke dalam sel. Glukosa yang masuk ke dalam sel akan di ubah bentuk menjadi
glikogen, asam piruvat dan asam lemak. Ketika semua proses diatas selesai maka GLUT 4
akan di tarik kembali ke dalam sitosol. GLUT 4 aktif pada saat olah raga walaupun tanpa ada
rangsangan insulin. Dikarenakan itu penderita DM wajib berolah raga
4|P a ge
Selama insulin aktif , hepar tidak mengeluarkana glukosa karena proses glukosa karena
proses glikogenolisis dihambat. Akibatnya GD akan turun karena GD berlebih sudah di
simpan pada jarngan jaringan. Sel otak tidak memerlukan kehadrian insulin dalam proses
glucose upatake. Setelah penyimpanan glukosa di dalam jaringan selesai makan hepar akan
mensekresikan hormone Glucagon untuk meningkatkan GD melalui proses glikogenolsi
dalam hepar dan glukoneogensis sehingga mencapai kadar seimbang di dalam darah dan
tubuh (Hemostasis).
Jumlah reseptor insuin dimodulasi oleh Olah raga, diet, insulin, dan hormon lain. Pemaparan
kronis
terhadap kadar insulin tinggi, obesitas, dan kelebihan GH menimbulkan down regulation
reseptor insulin.
5|P a ge
GLUKAGON
Hormon ini terdiri dari 29 asam amino (polipeptida) disekresikan oleh sel a pulau
langerhans, berefek antagonistik terhadap efek insulin.
Waktu paruhnya 5 – 10 menit dan didegradasi sebagian besar di dalam hati.
Kadarnya dalam plasma 50 - 100 ng/mL
Sekresi glukagon dirangsang oleh keadaan hipoglikemia dan dihambat oleh keadaan
hiperglikemia, somatostatin.
Efek Glucagon
Jaringan target :
o Hati
o Jaringan lemak
Fungsi utama
o Meningkatkan kadar glukosa darah dengan jalan meningkatkan glikogenesis
dan glukogenesis di dalam hati
o Dalam jaringan lemak mengaktifkan hormone-sensitive lipase sehingga
terjadi pemecahan trigliserida menjadi dicylglyserol dan asam lemak bebas
untuk selanjutnya dilepas ke dalam sirkulasi darah.
o Asam lemak dalam hati mengalami boksidasi dan dikonversikan menjadi
benda-benda keton.
o Ketogenesis dikendalikan oleh keseimbangan antara insulin dan glukagon.
o Pada keadaan kekurangan insulin dan kelebihan glukagon (diabetes yang
tidak terkendali) dapat menimbulkan keadaan ketosis
6|P a ge
Metabolisme Glukosa dalam tubuh manusia secara fisologis diatur oleh hormone utama
yang di hasilkan oleh sel sel pulau Langerhans pancreas yaitu insulin dan glucagon agar
kadar glukosa darah relative konstan berada dalam rentan normal yaitu 70 – 100 mg/dL
Insulin
o Meningkatkan up-take glukosa oleh otot metabolism glukosa di otot,
kemudian disimpan sebagai glikogen di otot
o Meningkatkan up-take, deposit, dan pemakaian glukosa oleh hati
o Memacu knversi kelebihan glukosa untuk diubah menjadi asam lemak dan
menghambat gluconeogenesis di hati
Glukagon
o Meningkatkan kadar glukosa darah dengan mengaktifasi proses glikogenolisis
dan gluconeogenesis
Incretine
o Hormon yang diproduksi olhe GIT sebagai respon masuknya makanan dan
berperan penting dalam hemostasis glukosa, ada 2 jenis yaitu
Gastric Inhibitory polypeptide (GIP)
Disekresi oleh sel sel K usus bagian proximal
Glucagon like peptide -1 (GLP – 1)
7|P a ge
Disekresi oleh sel sel L sebagai respon masuknya makannay di
ileum dan colon
Sel sel pulau Langerhans pancreas dan syaraf otak mempunyai
reseptor GLP -1
GLP -1 dimetabolisme oleh enzim dipeptidyl peptidase IV
(DPP-4)
GLP – 1 meningkatkan sekresi glucose dependent insulin
Menghambat sekresi glucagon dan produksi glukosa di hepar
Menghambat pengosongan lambung dan menyebabkan cepat
mereasa lapar
Menstimulasi transkripsi gen insulin dan sintesis insulin
Stimulasi pertumbuhan sel sel β baru, meningkatkan jumlah
sel β dan menurukan apoptosis sel β
GLP – 1 bekerja mempertahankan kadar glukosa dalam rentan
normal dengan cara menstimulasi sekresi insulin dan
menghambat penurunan kadar glucagon mencegah
hipoglikemia dan mempunyai manfaat terapi DM
GLP-1 mudah rusak bila terpapar enzim DPP-4 berada dalam
plasma dalam waktu yang singkat.
Ada dua jenis sediaan dalam bentuk larutan yaitu
o Incretin mimetics yaitu antagonis glucahon like peptide
-1 (GLP – 1)
o Antagonis dipeptidyl peptidase 4 (DPP – 4) yang
menghambat pemecahana GLP-1
Defisensi GLP-1 akan mengakibatkan penurunan sekresi
insulin, peningkatan kadar glucagon plasma, mengatasi
hiperglikemia postprandrial hyperglycemis
8|P a ge
Tambahan mengenai metabolisme makanan di dalam tubuh
9|P a ge
DEFINiSI, KLASIFIKASI, ETIOLOGI, DAN FAKTOR PREDESPOSISI DM
Definisi
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit metabolic yang ditandai hiperglikemia akibat
defisiensi insulin absolut karena kelainan sekresi insulin atau defines insulin relative akibat
ganguan kerja insulin atau kedua duanya
DM tipe 1
o Faktor predisposisi
Genetik
o Etiologi
Proses automunitas atau idiopatik
10 | P a g e
DM tipe 2
o Faktor predisposisi
Semua hal yang dapat memicu timbulnya resistensi insulin
Obesitas terutama obesistas abdominalis
Pola hidup yang tidak sehat
o Pola diet tinggi karbohidrat dan lemak tetapi miskin
nutrient diserta kurangnya aktivitas fisik (Sendentary
life style)
Ketidakseimbangan hormonal
o PCOS
o Menopouse
Merokok, konsumsi alcohol dan stress
KLASIFIKASI
11 | P a g e
Beradasarkan ADA 2015
Diabetes tipe 1
o Insulin Dependent Diabets Melitus (IDDM)
o Disebabkan oleh karenakan keruskana sel β-pankreas (reaksi autoimun)
o Gejala DM akan mulai muncul bila kerusakan sel β telah mencapai 80 – 90 %
o Kerusakkan sel β lebih cepat pada anak anak daripada dewasa
o Kebanyakan disebabkan oleh autoimun dan sebagian kecil bukan karena
autoimun atau tidak diketahui etiologinya disebut DMT 1 idiopatik
Diabetes tipe 2
o Non Insulin Dependent Diabets Melitus (NIDDM)
o 90 % daripada kasus DM
o Mengalami penurunan kemapuan kerja insulin di jaringan perifer akibat
resistansi reseptor insulin, yang dikarenakan oleh hiperglikemia dan disfungsi
sel beta yang disebabkan oleh terus menerus distimulasi memproduksi
insulin sebagai mekanisme kompensasi keadaan resistensi insulin yang
menyebabkan def insulin relative
o Umumnya berhubungan dengan obesistas
o Onset DM usia > 40 tahun
DM dalam kehamilan atau Gestasional DM (GDM)
o Ibu dengan kehamilan normal disertai peningkaan resistensi insulin sehingga
gagal mempertahankan keada euglycemia (Keadaan kadar gula normal).
o Faktor resiko : Genetik DM dan obesitas
o GDM dapat mengakibatkan :
Morbiditas neonates akibat hipoglikemia
Ikterus
Polisitemia (suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel
darah merah akibat pembentukan sel darah merah yang berlebihan
oleh sumsum tulang. )
12 | P a g e
Makrosomia dikarenakan bayi ibu GDM mensekresikan insulin lebih
banyak sehingga menstimulasi pertumbuhan bayi dan makrosomia (
merupakan bayi yang lahir dengan BB > 4 kg)
DM tipe lain
o Akibat kelainan genetika fungs sel β, endokrinopati, konsumsi obat
pengganggu sel β (Dilantin), pengganggu kerja insulin (β-adregenik), infeksi,
sindrom genetic
EPIDEMIOLOGI DM
Pada Indonesia penderita DM sudah meningkat 2 kali yaitu tahun 2002 dan
2006
WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4
juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.
International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi
kenaikan jumlah penyandang DM dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0
juta pada tahun 2030.
Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya
menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali
lipat pada tahun 2030.
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh
Departemen Kesehatan, menunjukkan bahwa prevalensi DM di daerah urban
Indonesia untuk usia diatas 15 tahun sebesar 5,7%. Prevalensi terkecil
terdapat di Propinsi Papua sebesar 1,7%, dan terbesar di Propinsi Maluku
Utara dan Kalimanatan Barat yang mencapai 11,1%. Sedangkan prevalensi
toleransi glukosa terganggu (TGT), berkisar antara 4,0% di Propinsi Jambi
sampai 21,8% di Propinsi Papua Barat.
Oleh sebab itu dokter umum diharapkan dapat mengelola kasus DM dengan
baik
13 | P a g e
PATOFISIOLOGIS DM SECARA UMUM
14 | P a g e
PATOGENESIS PATOFISIOLOGIS MANIFESTASI KLINIK DIABETES MELLITUS TIPE II
15 | P a g e
FFA (obese) dalam sirkulasi dan jaringan tinggi akibatnya pro-inflammatory dan
protrombotic state -> risik penyakit kardiovaskuler meningkat dan terjadi insuline
resistance pada otot -> uptake glukosa terhambat -> sel-sel stress (kurang energi) ->
kelaparan sel (fungsi sel terganggu) -> fatigue dan malaise -> merangsang pusat lapar
-> pasien lapar(polyphagia)
16 | P a g e
Keadaan pro-inflamasi -> memicu injury dari endotel -> peningkatan TD dan risiko
CVD
Absorbsi glukosa di usus meningkat -> disfungsi incretion usus -> DPPIV(dipeptydil
peptidase IV) akan memecah GLP-1(glukogen like peptide) -> disfungsi GLP -1 ->
kadar glukosa darah meningkat (Hyperglicemia).
Fungsi GLP-1 menghambat inappropiate gluconeogenesis di sel sel hepatosis pada
pasien DM menignkatkan sensitivitas reseptor insulin -> meningkatkan uptake
glukosa oleh jaringan , menekan apoptosis sel beta pankreas, menghambat
pengosongan lambung (menekan pusat lapar di SSP) untuk mengatasi polyphagia
Kadar glukosa plasma tinggi -> glukosuria -> osmotik diuresis -> polyuria -> dehidrasi
(orang dan selnya) -> stimulasi pusat lapar -> polydipsia.
Kadar glukosa plasma tinggi -> sel stress -> resisten sel terhadap trauma atau infeksi
(immunocompromise)
Kadar glukosa plasma tinggi -> media pertumbuhan mikroorganisme komensial (ex :
candida spp) -> candidiasis -> pruritus
17 | P a g e
DIAGNOSIS BANDING
DIAGNOSIS KERJA
DASAR DIAGNOSIS
Anamnesis
Ny. 56 tahun berobat (Insidensi) -> KU : Fatigue, Malaise, pruritus vaginae dan
leucorrhoe sejak 1 minggu lalu
Keluhan klasik DM 5P : polyphagia, polydipsia, polyuria, pruritus, dan paresthesia
RPK : Nenek, ibu, 2 kakak perempuan keluhan sama -> F. Predisposisi genetic DM
18 | P a g e
R. kebiasaan : sering ngemil kue dan minuman manis sejak muda -> F. Predisposisi
DM
Status : ibu RT, 5 anak, wiraswasta -> Stress psychis -> F. risiko resistensi insulin
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan kadar Glukosa darah dan urine puasa dan 2 jam post-prandial
Pemeriksaan preparat apus secret vagina dengan pewarnaan Gram
Pemeriksaan profil lemak lengkap
19 | P a g e
Kadar HBA1c : 7,3% (meningkat)
A. Urat : 6,2 (meningkat)
SGOT : 38 U/L (meningkat)
SGPT : 42 U/L (meningkat)
Gamma-GT : 40 U/L (meningkat)
Diagnosis : Sindrom Metabolik dengan Diabetes mellitus tipe 2 tidak terkontrol dan
candidiasis vulvovaginalis
PENATALAKSANAAN PENDERITA
Jangka pendek : untuk menghilangkan keluhan dan tanda DM mencapai target pengendalian
glukosa darah dan menghindarkan komplikasi hipoglikemia.
Penatalaksaan non-farmakologis
Non farmakologis :
20 | P a g e
Edukasi pasien – Tentang DM ;terapi ; diet ; pencegahan ; komplikasi
Mengubah life style – stop ngemil, atasi stress, dan olahraga –pantau selama 3 bulan
Pengaturan gizi : sarapan cukup kalori – jaga berat badan idel dan sesuaikan aktivitas
Terapi Nutrisi Medis Pengaturan Gizi
Kontrol kadar GD dan profil lipid dengan cara menurunkan asupan energy,
memantau porsi karbohidrat, pembatasan konsumsi lemak jenuh dan peningkatan
aktivitas fisik.Prinsip pengaturan makanannya yaitu diet seimbang sesuai kebutuhan
kalori dan zat gizi masing-masing individu, keteraturan jadwal, jumlah, jenis
makanan.
21 | P a g e
Cara menghitung kebutuhan energy
Pagi 20%
Siang 30%
Sore 25%
2-3 porsi makanan ringan 10-15%
Piramida Makanan DM
Exercise pada DM :
22 | P a g e
Manfaat Exercise pada DM
1. Hipoglikemia
2. Cedera musculoskeletal dan problem pada kaki
Untuk pasien <40 tahun dan masih suka OR, dapat melakukan FITT
Untuk pasien 40 tahun keatas dan tidak OR, maka dapat melakukan FATT
1. 2-3 hari/minggu
2. 1-3 set/hari, 1 set 8-15 repetisi, istirahat antar set 3-5 menit dengan aktivitas pada 6-
10 major muscle group (gluteal, quadriceps, hamstrings, pectorals, lat dorsi, deltoid,
abdominal)
3. 20-30 menit/hari, jangan mengedan atau tahan nafas.
23 | P a g e
Kadar GD dan urine, puasa dan 2JPP – 1 kali per bulan
Kadar HbA1c – 1 kali per 8-12 minggu
Profil Lipid – 1 kali per bulan
MAU – Nefropati DIabetika
Fungsi ginjal Ureum dan kreatinin – 1 kali per tahun
Periksa mata – 1 kali per 6-12 bulan
Rontgen Thorax – Pemantauan Risiko TB paru/ jantung
Ankle Brachial index – 1 kali per 6 bulan – pemantauan PVD
FARMAKOLOGIS
24 | P a g e
Setelah pemberian terapi farmakologi kita perlu untuk melihat hasil obat apakah sudah
memenuhi target terapi, berikut ini adalah target terapi DM menurut PERKENI :
Note: Untuk pasien berumur lebih dari 60 tahun dengan komplikasi, sasaran kendali kadar
glukosa darah dapat lebih tinggi dari biasa (puasa 100-125 mg/dL, dan sesudah makan 145-
180 mg/dL). Demikian pula kadar lipid, tekanan darah, dan lain-lain, mengacu pada batasan
kriteria pengendalian sedang. Hal ini dilakukan mengingat sifat-sifat khusus pasien usia
lanjut dan juga untuk mencegah kemungkinan timbulnya efek samping hipoglikemia dan
interaksi obat.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan skrining DM
25 | P a g e
Untuk mendiagnosis DM ada beberapa usulan pemeriksaan penunjang yang harus kita
usulkan dan lakukan :
1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200
mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM
2. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL dengan adanya keluhan klasik.
3. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih
sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun
pemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan
berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan karena membutuhkan
persiapan khusus.
Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan sepertin kebiasaan sehari-hari
(dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti
biasa
Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan
Diperiksa kadar glukosa darah puasa
Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau 1,75 gram/kgBB (anak-anak),
dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam waktu 5 menit
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam
setelah minum larutan glukosa selesai
Diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa
Selama proses pemeriksaan, subjek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok
Pemeriksaan untuk pemantuan pengelolaan penderitaan DM, selain kadar glukosa darah
puasa dan 2Jpp juga digunakan HbA1c
HbA1c digunakan untuk pemantauan pengelohan penderita DM menurut ADA dan PERKENI
menggunakan kriteria HbA1c <7% sebagai kriteria DM terkontrol, bila ≥ 7 % DM tidak
terkontrol
Ada beberapa ketentuan yang harus di perhatikan untuk memperoleh pemerikaan lab yang
akurat dalam tahap pra-analitik sebelum pemeriksaan laboratorium , yang dimana
ketentuan ini harus diberitahukan dan dikomunikasikan dengan baik antara dokter dengan
pasien
Ketentuan pada tahap pra-analitik yang perlu di pantang dan harus di patuhi pasien /
tersengaka DM yaitu
26 | P a g e
Pasien sebelum puasa tidak boleh diet terlalu berlebihan dan asupan karbohidrat
pasien sealam 3 hari sebelum pemeriksaan harus cukup, minimal 150 g/hari. Bila
asupan karbonhidrat kurang maka akan kelaparan liposis
Makanan , dapat meningkatkan kadar glukosa,lipid, Fe, ureum, asam urat darah
Minuman, misalnya kopi yang dimana dapat meningkatkan (↑) glikolisis dan liposis,
susu yang dapat ↑ meningkatkan kadar lemak dan gula yang di tambahkan dapat
meningkatkan (↑) kadar glukosa darah pasien. Pasen hanya boleh minum air putih
secukupnya
Olahraga, pasien tidak melakukan aktivitas berlebih seperti olahraga sebelum
pemeriksaan lab, karena kadar glukosa pasien akan turun akibat terpakai sebagai
sumber energy. Pada saat pemeriksaan 2Jpp juga perlu puasa dan tidak melakukan
aktivitas yang berlebihan
Merokok yang dimana akan meningkatkan kadar glukosa darah dan laktat, serta
menurunkan kadar kreatnin, ureum dan B12 dalam darah
Obat obatan sebagainya pasien stop minum obat 4 – 24 jam sebelum pemeriksaan
kecuali obat obatan yang di anjurkan dokter
Waktu pengambilan bahan pemeriksaan, sebaiknya antara pukul 07.00 – 09.00
Ketika penarikan darah (Sampling) darah pasien tidak boleh hemolysis, pemeriksaan urine
juga harus mid stream dan harus segerea dikirim, diolah dan di periksa, bila perlu di
tambahkan NaF ke dalam darah sample untuk menghambat glikolisis
Ada beberapa Evaluasi Laboratoris/penunjang lain pada pertemuan pertama dengan pasien
(Menurut PERKENI) :
Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam sesudah makan, atau
pada waktu-waktu tertentu lainnya sesuai dengan kebutuhan
Pemeriksaan A1C dilakukan setiap (3-6) bulan
Secara berkala dilakukan pemeriksaan:
Jasmani lengkap
Hematologi dan urinalisis rutin
o Untuk mengethaui komplikasi DM
27 | P a g e
Mikroalbuminuria atau ACR (Albumine creatinine ratio)
o Dianjurkan pakai sample urin pagi untuk deteksi dini nefropati diabetika
Pemeriksaan Ureum, Kreatinin, dan cystatin C atau Klirens Kreatinin serta asam urat
o Untuk mengetahui ganguan ginjal
Kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida
Resiko penyakit jantung
EKG
coroner dan stroke
hsCRP
SGOT,SGPT, dan Gamma-GT
o Fungsi hepar
AGD (Analisis gas darah)
o Memantau asidosis metabolic
C-Peptide
Pemeriksaan rongga mulut ke dokter gigi
Akut
o Hipoglikemia GD < 60 mg/dl
o Ketosidosis diabetic
o Hiperosmolar non ketotik
Kronik
o Makroangiopati
AMI
Stroke
PAD
Foot Diabetic
28 | P a g e
o Mikroangiopati
Retinopati / Nefropati
o Neuropati
Paraesthesia
Tepalak kaki terasa terbakar terutama malam
Impotensi pada pasein DM pria
PROGNOSIS PENDERITA :
Alasan :
29 | P a g e
Acute Complication DM
o Hypoglycemia
Keadaan kadar gula darah dimana < 35 mg/dl
Insulin shock or insulin reaction
Ketika keadaan hypoglikemik maka akan ada reaksi dari saraf yang
dimana mengakibat beberapa gejala klinik
o Diabetic Ketoacidosis
Hal ini dapat di sebabkan oleh karena kekurangan insulin yang sangat
hebat yang dimana mengakibatkan kadar glukosa dalam sel akan
menurun dan mengaktifkan jalur glikoneogensis dan ketogenesis yang
dimana akan menghasilkan benda Kenton yang dapat di gunakan
untuk energy di dalam sel.
Peningkatanan benda keton ini akan mengakibatkan peningkatan
asam di dalam darah yang di mana berakibat pH di dalam darah
menurun yang mengakibatkan acidosis yang dimana akan di
kompensasi oleh tubuh dengan pernafasan yang lebih cepat
mengakibatkan Kussmaul respiration (hyperventilation in an attempt
to compensate for the acdosus)
Gejala klnik dari pada DKA adalah
30 | P a g e
Kussmaul respirations (hyperventilation in an attempt to
compensate for the acidosis)
postural dizziness
central nervous system depression
ketonuria
anorexia
nausea
abdominal pain
thirst
polyuria
Diagnosis untuk DKA menurut ADA
Serum glucose level > 250 mg/dl
Serum bicarbonate level < 18 mg/dl
Serum pH < 7.30
Presence of an anion gap
Presence of urine and serum ketones
o Hyperosmolar Hyperglycemic Nonketotic Syndrome
is a life-threatening emergency most often precipitated by infections,
medications, nonadherence to diabetes treatment, or coexisting
disease.
Berbeda dengan DKA di dalam :
Level dari pada insulin
Fluid deficiency
o Somogyi effect
a unique combination of hypoglycemia followed by rebound
hyperglycemia.
Kenaikan kadar glukosa darah disebabkan oleh conterregulatory
hormone (epinefrin, GH, Kortikosteroid), yang dimana juga mendapat
stimulasi dari pada hypoglycemic gluconeogenesis
hyperglycemic
o Dawn Phenomenon
is an early morning rise in blood glucose concentration with no
hypoglycemia during the night
Disebabkan kenaikan nocturnal elevasi dari pada GH penurunan
(↓) metabolism glukosa mengakibatkan kompensasi tubuh
hyperglycemic
31 | P a g e
Chronic Complication of Diabetes Melitus
o Oxidative stress
Chronic hyperglycemic, resistansi insulin, hyperinsulinemia
dan dyslipidemia peningkatan ↑ ROS kerusakan micro
dan macro vaskuklar dan juga dapat endothelial injury
o Hyperglycemia and Polyol Pathway
Jaringan yang tidak membutuhkan insulin untuk glukosa
transport (ginjal, sel darah merah, pembuluh darah, mata dan
saraf ) tidak dapat menurunkan regulasi pengambilan glukosa
ke sel polpy pathway yang mengakibatkan peningkatan
↑ tekanan osmostic di intrasellular dan menarik air ke dalam
jaringan
o Hyperglycemia and Protein Kinase C
Protein kinase C (PKC) is a family of intracellular signaling
proteins that can become inappropriately activated in
different tissues by hyperglycemia.
Yang dimana dapat mengakibatkan :
Including insulin resistance
Extracellular matrix
Cytokine production
Vascular cell proliferation
Enhanced contractility
32 | P a g e
Angiogenesis
Increased permeability
o Hyperglycemia and Glycation
Glycation is a normal non-enzymatic process that involves the
reversible attachment of glucose to proteins, lipids, and
nucleic acids without the action of enzymes
Yang dimana dapat mengakibatkan glukosa berikatan dengan
kolagen, pembuluh daraham interstitial tissue dan sel
(bersifat irreversibly ) disebut AGEs (advanced glycation end
product) dan reseptornya (RAGE)
o Microvascular Disease
Diabetic Retinopathy
Lebih sering pada penderita DM tipe 2 dibandingan DM
tipe 1
Etiologi :
o Relative hypoxemia
o Damage to retinal blood vessels and
vasoconstriction
o Red blood cell (RBC)
o Platelet aggregation
o Influence of vascular endothelial growth factors
and growth hormone
o Angiogenesis
Ada 3 stage retinopathy yang mengakibatkan
kehilangan penglihatan
o Stage I : Nonproliferative
Dikarakteristik penebalan retinal
capillary basement membrane
Peningkatkan permiabilitas retinal
capillary
Vien dilation
Microaneurysm formation
o Stage II : Preproliferative
progression of retinal ischemia with
areas of poor perfusion that culminate
in infarcts
o Stage III : Proliferative
Angiogenesis
fibrous tissue formation within the
retina or optic disc
33 | P a g e
Maculopathy is a progressive process that may
accompany the increased retinal capillary permeability,
vessel occlusion, and ischemia.
Macular edema (fluid accumulation and retinal
thickening near the center of the macula) is the leading
cause of vision loss among persons with diabetes
Dapat mengakibatkan katarak
34 | P a g e
35 | P a g e
o Diabetic Nephropathy
The exact process responsible for destruction of the kidneys in
diabetes is unknown.
Etiologi
Chronic hyperglycemia
Systemic hypertension
Hyperperfusion
Hyperfiltration
Increased blood viscosity
Increased glomerular pressure
Albuminuria
Protein kinase C
Growth factors
Advanced glycation end products (ACE)
The polyol pathway
Inflammatory cytokines
Oxidative stress
The reninangiotensin-aldosterone system (Dikarenakan
hypertension)
Hypercholesterolemia
36 | P a g e
Biasanya ditandai gejala awal dengan ditemukan Microalbuminuria
yang dimana merupakan factor resiko dan progressive renal
impairment
o Diabetic Neuropathies
Etiologi :
Chronic hyperglycemia
Inflammation
Ischemia
Oxidative stress
Advanced glycation end products (AGE)
Increased formation of polyols contribute to demyelination,
nerve degeneration, and delayed conduction
37 | P a g e
o Macrovascular Disease
Etiologi :
Hyperinsulinemia (insulin resistance)
Hyperglycemia
Hypertriglyceridemia (TG ↑)
Low levels of high-density lipoprotein (HDL ↓)
High levels of lowdensity lipoprotein (LDL ↑)
Lipoprotein oxidation
Platelet abnormalities
Advanced glycosylated end products attach to their receptor
(RAGE) in the walls of blood vessels
Promoting oxidative stress
Inflammation
Endothelial and vascular smooth muscle dysfunction
Coronary Artery Disease (CAD)
38 | P a g e
Faktor resiko :
o Hyperglycemia and insulin resistance
o High levels of LDLs
o Triglycerides (lipotoxicity)
o Low levels of HDLs
o Increased levels of apolipoprotein B
o Platelet abnormalities
o Endothelial cell dysfunction
Diastolic dysfunction is the earlist symptom
Stroke
Ischemic Stroke pada penderita DM lebih sering dibandingkan
hemorrhagic stroke
Faktor resiko
o Hyertension
o Hyperglycemia
o Hyperlipidemia
o Thrombosis
Peripheral Arterial Disease (PAD)
o Infection
Penderita DM sangat berseiko tinggi terkena infeksi dikarenakan
Hypoxia
Pathogens
o Beberapa Pathogens dapat berkembang dengan baik di
dalam keadaan tinggi glucose
Blood supply
o Penurunan pasokan darah dapat mengakibatkan
penurunan pasokan sel darah putih
Suppressed immune response
Delayed Wound healing
39 | P a g e
40 | P a g e
“Whatever you can do, or dream you can do, begin it. Boldness
has genius, power, and magic in it. Begin it now.” - Goethe
41 | P a g e