2014/ 2015
PEMBENTUKAN INSULIN DAN GLUKAGON
Pada jaringan endokrin panckreas mensekresikan insulin dan glucagon, hormone-
hormon yang bekerja secara antagonis untuk mengatur glukosa darah. Bagian endokrin
pada pancreas terdiri atas sel-sel pulau Langethans yang mensekresikan insulin dan
glucagon. Kadar glukosa daraah yang tinggi merangsang pelepasan insulin , yang
meningkatkan pengambilan selular glukosa , menggalang pembentukam dan
penyimpanan glikogen dihati dan merangsang sintesis protein serta penimbunan lemak.
Kadar glukasa darah yang rendah dapat memicu pelepasan glucagon , yang meningkatkan
glukosa darah dengan cara merangsang pengubahan glikogen menjadi glukosa dalam hati
dan peningkatan perombakan lemak dan protein.
A. INSULIN
Seperti disinggung di atas, terjadinya aktivasi penutupan K channel tidak hanya disebabkan
oleh rangsangan ATP hasil proses fosforilasi glukosa intrasel, tapi juga dapat oleh pengaruh
beberapa faktor lain termasuk obat-obatan. Namun senyawa obat-obatan tersebut, misalnya obat
anti diabetes sulfonil urea, bekerja pada reseptor tersendiri, tidak pada reseptor yang sama
dengan glukosa, yang disebut sulphonylurea receptor (SUR) pada membran sel beta.
Glucose Ca2+
Insulin
K+ channel Channel
GLUT-2 Release
shut Opens
Glucose K+ Exocytosis
↑ Insulin + C peptide
secretory
Glucose-6-phosphate ↑
Depolarization Cleavage
ATP
of membrane Proinsulinenzymes
Glucose signaling
preproinsulin
Preproinsulin
B. cell Insulin Synthesis
Glukosa ( Kramer,95 )
Dalam keadaan fisiologis, insulin disekresikan sesuai dengan kebutuhan tubuh normal oleh
sel beta dalam dua fase, sehingga sekresinya berbentuk biphasic. Seperti dikemukakan, sekresi
insulin normal yang biphasic ini akan terjadi setelah adanya rangsangan seperti glukosa yang
berasal dari makanan atau minuman. Insulin yang dihasilkan ini, berfungsi mengatur regulasi
glukosa darah agar selalu dalam batas-batas fisiologis, baik saat puasa maupun setelah mendapat
beban. Dengan demikian, kedua fase sekresi insulin yang berlangsung secara sinkron tersebut,
menjaga kadar glukosa darah selalu dalam batas-batas normal, sebagai cerminan metabolisme
glukosa yang fisiologis.
Sekresi fase 1 (acute insulin secretion responce = AIR) adalah sekresi insulin yang
terjadi segera setelah ada rangsangan terhadap sel beta, muncul cepat dan berakhir juga cepat.
Sekresi fase 1 (AIR) biasanya mempunyai puncak yang relatif tinggi, karena hal itu memang
diperlukan untuk mengantisipasi kadar glukosa darah yang biasanya meningkat tajam, segera
setelah makan. Kinerja AIR yang cepat dan adekuat ini sangat penting bagi regulasi glukosa yang
normal karena pasa gilirannya berkontribusi besar dalam pengendalian kadar glukosa darah
postprandial. Dengan demikian, kehadiran AIR yang normal diperlukan untuk mempertahankan
berlangsungnya proses metabolisme glukosa secara fisiologis. AIR yang berlangsung normal,
bermanfaat dalam mencegah terjadinya hiperglikemia akut setelah makan atau lonjakan glukosa
darah postprandial (postprandial spike) dengan segala akibat yang ditimbulkannya termasuk
hiperinsulinemia kompensatif.
Selanjutnya, setelah sekresi fase 1 berakhir, muncul sekresi fase 2 (sustained phase,
latent phase), dimana sekresi insulin kembali meningkat secara perlahan dan bertahan dalam
waktu relatif lebih lama. Setelah berakhirnya fase 1, tugas pengaturan glukosa darah selanjutnya
diambil alih oleh sekresi fase 2. Sekresi insulin fase 2 yang berlangsung relatif lebih lama,
seberapa tinggi puncaknya (secara kuantitatif) akan ditentukan oleh seberapa besar kadar glukosa
darah di akhir fase 1, disamping faktor resistensi insulin. Jadi, terjadi semacam mekanisme
penyesuaian dari sekresi fase 2 terhadap kinerja fase 1 sebelumnya. Apabila sekresi fase 1 tidak
adekuat, terjadi mekanisme kompensasi dalam bentuk peningkatan sekresi insulin pada fase 2.
Peningkatan produksi insulin tersebut pada hakikatnya dimaksudkan memenuhi kebutuhan tubuh
agar kadar glukosa darah (postprandial) tetap dalam batas batas normal. Dalam prospektif
perjalanan penyakit, fase 2 sekresi insulin akan banyak dipengaruhi oleh fase 1. Pada gambar
dibawah ini ( Gb. 2 ) diperlihatkan dinamika sekresi insulin pada keadaan normal, Toleransi
Glukosa Terganggu ( Impaired Glucose Tolerance = IGT ), dan Diabetes Mellitus Tipe 2.
Biasanya, dengan kinerja fase 1 yang normal, disertai pula oleh aksi insulin yang juga
normal di jaringan ( tanpa resistensi insulin ), sekresi fase 2 juga akan berlangsung normal.
Dengan demikian tidak dibutuhkan tambahan ( ekstra ) sintesis maupun sekresi insulin pada fase
2 diatas normal untuk dapat mempertahankan keadaan normoglikemia. Ini adalah keadaan
fisiologis yang memang ideal karena tanpa peninggian kadar glukosa darah yang dapat
memberikan dampak glucotoxicity, juga tanpa hiperinsulinemia dengan berbagai dampak
negatifnya.
Sebagai suatu hormon yang kerjanya berlawanan langsung dengan hormon insulin,
glukagon meningkat sebagai respons dari latihan. Efek ini telah ditunjukkan oleh latihan yang
makin lama makin bertambah dan latihan daya tahan yang lama. Pada studi yang dilakukan
oleh Galbo (15,16), ditemukan bahwa glucagon lebih meningkat pada skenario latihan
dengan waktu yang lebih panjang (peningkatan tiga kali lipat diatas nilai istirahat)
dibandingkan di latihan incremental (meningkatnya 35% dari istirahat ke VO2max). Para ahli
telah menunjukkan bahwa pelepasan dari glucagon meningkat selama latihan fisik (Bottger,
Schlein, Faloona Knoche dan unger, 1972; Galbo, Holst dan Christensen, 1975; Marliss,
Girardier, Seydoux, Wollheim, Kanazawa, Orci, renold dan Porte, 1973; Hellemans, 1978)
(16). Pada latihan dengan intensitas moderat konsentrasi glukagon di darah hanya meningkat
35%, sedangkan pada latihan intensif dan waktu yang lama mungkin bertambah sebanyak
300% (10,13). Ada bukti tambahan bahwa ada respon yang berbeda dari kadar glukagon
plasma selama latihan antara subyek terlatih dan tidak terlatih. Pada subjek terlatih terjadi
penurunan dari glucagon plasma selama latihan dan satu kali aktivitas latihan selesai
glucagon kembali meningkat ke konsentrasi normal. Sebaliknya, pada subyek tak terlatih
terdapat sebuah peningkatan luar biasa dari glucagon plasma dua jam tak bergerak setelah
latihan (10,13).
Mekanisme kontrol sekresi glukagon selama latihan dapat digolongkan ke dalam dua
kategori :
a) Glukagon Aktivator
Kenaikan dari kadar asam lemak bebas di darah secara umum merupakan suatu
mekanisme penghambat untuk sekresi glukagon.Hasilnya adalah suatu kontrol negatif
oleh asam lemak bebas harus diberikan bergantung kepada latihan untuk individu itu
sendiri. Kenaikan dari konsentrasi glukagon selama latihan mengindikasikan bahwa
glukagon aktivator lebih berperan dominan daripada efek glukagon inhibitor.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSAKA
1. Cooper, C.E., Vollaard, N.B., Choueiri, T. & Wilson, M.T. 2002. Exercise, Free
Radicals and Oxidative Stress. Biochem. Soc. Tras, 30: 280-285
2. Fox El, Bowers R.W & Foss ML. 1998. The Pysiological Basis of Physical
Education and Athletics (4th Ed.). Philadelphia: Saunders College.
3. Harjanto & Santoso, Kuncoro, Puguh. 2001. ―Penelitian Pendahuluan Tentang
Pengaruh Intensitas dan Durasi Latihan Renang pada Tikus terhadap Derajat Stres
Oksidatif‖. Majalah Ilmu Faal Indonesia, 01(1): 13-21.
4. Harsono. 1997. Prinsip-Prinsip Latihan dan Kondisi Fisik. Jakarta: PIO KONI Pusat.
5. McArdle, William D, Katch, Frank I. & Katch, Victor L. 2001. Exercise Physiology:
6. Energy, Nutrition, and Human Performance. Philadelphia etc: Lippincott
7. Sugiharto. 2000. ―Pembentukan Radikal Bebas Oksigen dalam Aktivitas Fisik‖.
Lab Jurnal Ilmu Keolahragaan dan Pendidikan Jasmani, 10(1): 22-32.
8. Supriadi. 2000. Pengaruh Latihan Aerobik dan Anaerobik terhadap Luas Penampang
9. Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Texbook of Medical
Physiology) (9th Ed.). Terjemahan oleh Setiawati Irawan, Tengadi, LMA Ken Ariata
Santoso dan Alex. Jakarta: EGC.
10. Balagué, A., Company, X., Barbany, J.R. (1979). Endocrine Kontrol of Carbohydrat
and Lipid Metabolic Change during Exercise, Apuntes de Medicina Deportiva,
16(61), 9-17. © 2003 humanmovement.com
11. Chavez B. Insulin: The Science Stuff, www.EvilGenius.SP.com, February 08
12. F. Gyntelberg, M. J. Rennie, R. C. Hickson and J. O. Holloszy. Effect of training on
the response of plasma glucagon to exercise. Journal of Applied Physiology, Vol 43,
Issue 2302-305, Copyright © 1977 by American Physiological Society.
13. Victoria Matas Bonjorn, Martin G. Latour, Patrice Bélanger, and Jean-Marc Lavoie.
Influence of prior exercise and liver glycogen content on the sensitivity of the liver
to glucagons. Journal of Applied Physiolog 92(1):188-1948750-7587/02 $5.00
Copyright © 2002 the American Physiological Society.
14. James Norman, M.D., F.A.C.S., The Importance of Insulin and Glucagon . Diabetes
and Hypoglicemia, Endocrine Web. 2008.
15. Brooks GA, Fahey TD, 1984. Exercise Physiology Human Bioenergetics and Its
Aplications. New York : Macmillan Publishing Company, pp 701 – 715. Kedokteran
EGC, hlm 275.
16. Ganong WF, 1996. Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Ed 20, Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
17. Sherwood L., Fisiolofi Manusia: dari Sel ke Sistem, Alih Bahasa: dr. Brahm U.P.
SP.KK. edisi 2: Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC