Anda di halaman 1dari 7

HORMON PANKREAS DAN TRAKTUS GASTROINTESTINAL

Pankreas teerdiri atas organ-organ yang sangat berbeda tetapi terdapat dalam satu bangunan.
Bagian asinar pankreas memunyai fungsi eksokrin yang menyekresi enzim dan ion-ion yang
digunakan untuk proses pencernaan ke dalam lumen duodenum. Bagian endokrin terdiri dari
pulau-pulau Langerhans. Pulau Langerhans ini menyekresikan sedikitnya empat macam
hormon, yaitu insulin, glukagon, somatostatin dan polipeptida pankreas. Hormon tersebut
dilepaskan ke dalam vena pankreatika yang menglirkan isisnya ke dalam vena porta –
susunan ini sangat menguntungkan karena hati merupakan tapak kerja utama hormon
insulindan glukagon. Kedua hormon itu terutama terlibat dalam pengaturan metabolisme
karbohidrat dan memengaruhi pula banyak proses lainnya. Somatostasin – yang pertama kali
di identifikasi dalam hipotalamus sebagai hormon yang menghambat sekresi hormon
pertumbuhan – terdapat dalam konsentras yang lebih tinggi di dalam pulau langerhans
pankreas daripada di dalam hipotalamus, dan terlibat dalam pengaturan sekresi insulin serta
glukagon setempat. Polipeptida pankreas memengaruhi sekresi gastrointestinal.

Traktus gastrointestinal menyekresikan banyak hormon, yang mungkin lebih banyak dari
yang disekresikan setiap organ tunggal lainnya. Traktus gastrointestinal berfungsi untuk
mendorong bahan makanan ke tapak pencernaan, menimbulkan mileu (enzim, garam, pH,
dll) yang tepat bagi proses pencernaan, menggerakkan produk yang sudah dicerna ke dalam
sel yang jauh, lewat sirkulasi darah, dan membuang berbagai produk limbah. Hormon
gastrointestinal membantu semua fungsi ini.

Hormon Pankreas

1. Insulin.
Insulin merupakan model hormon peptida dalam banyak hal, yang pertama
dimurnikan, dihablurkan dan disintesis melalui sejumlah teknik kimia seperti biologi
molekuler. Insulin merupakan polipeptida heterodimer yang terdiri atas dua rantai,
yakni rantai A dan rantai B yang saling dihubungkan dengan 2 jembatan disulfida
antar rantai yang saling menghubungkan A7 ke B7 dan A20 ke B19. Jembatan
disulfida intra-rantai yang ketiga menghubungkan residu 6 dan 11 pada rantai A.
Lokasi ketiga disulfida ini selalu tetap, rantai A serta B masing-masing memunyai 21
dan 30 asam amino.
Pankreas manusia menyekresikan 40-50 unit insulin perhari, yang mewakili sekitar
15-20% dari hormon yang disimpan di dalam kelenjar. Sekresi insulin merupakan
proses yang memerlukan energi dengan melibatkan sistem mikrotubulus-
mikrofilamen dalam sel B pada pulau Langerhans. Sejumlah intermediat ikut terlibat
dalam pelepasan insulin.
1.1 Glukosa : peningkatan konsentrasi glukosa di dalam plasma merupakan faktor
fisiologi pengatur sekresi insulin yang paling penting. Konsentrasi ambang bagi
sekresi tersebut adalah kadar glukosa puasa plasma (80-100 mg/dL) dan respons
maksimal pada kadar glukosa yang berkisar dari 300 hingga 500 mg/dL.
Metabolisme glukosa yang diawali oleh enzim glukokinase dan mengubah glukosa
menjadi glukosa 6-fosfat, berhubungan erat dengan sekresi insulin. Tidak jelas
apakah metrabolit intrasel ataukan laju aliran metabolik melalui lintasan seperti
pirau pentosa fosfat, siklus asam sitrat atau lintsan glikolitik yang terlibat.
Umumnya diakui bahwa peningkatan rasio ATP/ADP mengakibatkan inhibisi
saluran aliran keluar K+ yang sensitif ATP. Keadaan ini menyebabkan depolarisasi
sel B dan aktivasi saluran Ca2+ yang sensitif-voltase. Aliran masuk Ca2+ akan
mengakibatkan sekresi insulin.
1.2 Faktor Hormonal : sejumlah hormon memengaruhi pelepasan insulin. Preparat
agonis α-adrenergik, khususnya epinefrin, menghambat pelepasan insulin, bahkan
setelah proses pelepasan ini dirangsang oleh glukosa preparat agonis β-adregenik
merangsang pelepasan insulin, kemungkinan dengan cara melepaskan cAMP
intrasel. Pajanan yang terus menerus dengan hormon pertumbuhan, kortisol,
laktogen plasenta, estrogen dan progestin dalam jumlah yang berlebihan juga akan
meningkatkan sekresi insulin. Karena itu, tidaklah heran bila sekresi insulin
meningkat secara mencolok selama fase akhir kehamilan.
1.3 Preparat Farmakologik : banyak obat yang dapat merangsang sekresi insulin, tepi
preparat yang digunakan paling sering untuk terapi diabetes pada manusia adalah
senyawa sulfonilurea. Obat seperti tolbutamid merangsang pelepasan ionsulin
dengan mekanisme yang dipakai oleh glukosa dan telah digunakan secara meluas
pada pengobatan diabetes melitus tipe-II. Sebuah reseptor yang mengikat golongan
obat tersebut baru-baru ini telah berhasil diklon dari sel B pankreas. Reseptor ini
berhubungan erat dengan saluran K+ sensitif-ATP yang dijelaskan diatas, dan
kenyataan ini dapat menjelaskan mekanisme kerja kelompok obat yang penting ini.
Defisiensi Insulin
Peran utama insulin dalam metabolisme karbohidrat, lipid dan protein dapat
dimengerti paling jelas dengan memeriksa berbagai akibat defisiensi insulin pada
manusia. Manifestasi utama penyakit diabetes melitus adalah hiperglikemia yang
terjadi akibat :

1.4 Berkurangnya jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel


1.5 Berkurangnya penggunaan glukosa oleh berbagai jaringan
1.6 Peningkatan produksi glukosa (glukoneogenesis) oleh hati.

Sintesis protein akan menurun pada keadaan tanp ainsulin dan pada keadaan ini
sebagian terjadi akibat berkurangnya pengangkutan asam amino ke dalam otot. Jadi
orang yang kekurangan insulin berada dalam keseimbangan nitrogen yang negatif.
Kerja antilipolisis insulin hilang seperti halnya efek lipogenik yang dimilikinya;
dengan demikian, kadar asam lemka plasma akan meninggi. Kalau kemampuan hati
untuk mengoksidasi asam lemak terlampaui maka akan terjadi akumulasi senyawa
asam β-hidroksibutirat dan asam asetoasetat. Mula-mula penderita dapat
mengompensasi penumpukan asam organik ini dengan meningkatkan pengeluaran
CO2 lewat sistem respirasi, tetapi bila keadaan ini tidak dikendalikan dengan
pemberian insulin, maka akan terjadi asidosis metabolik dan pasien akan meninggal
dalam keadaan koma diabetik. Hal ini akan memberikan efek-efek tertentu, terutama
pada :

a. Efek pada trasnportasi membran


b. Efek pada penggunaan glukosa
c. Efek pada produksi glukosa (glukoneogenesis)
d. Efek terhadsap metabolisme glukosa
e. Efek terhadap metabolisme lipid
f. Efek terhadap metabolisme protein
g. Efek terhadap replikasi sel
2. Glukagon
Glokagon merupakan hormoh kedua dari sel pulau Langerhans pankreas yang
ditemukan. Glukagon merupakan polipeptida rantai tunggal (3,485 kDa) yang terdiri
atas 29 asam amino. Glukagon disintesis sebagai molekul prekursor proglukagonyang
berukuran jauh lebih besar (sekitar 9 kDa). Glukagon memiliki sifat imunologik dan
ibiologik tertentu yang sama seperti yang dimiliki oleh enteroglukagon, yaitu suatu
hormon peptida yang diektraksi melalui mukosa duodenum, dan 14 diantara 27 residu
asam amino pada hormon sekretin identik dengan residu asam amino pada glukagon.
Glukagon beredar dalam plasma dalam bentuk bebas. Karena tidak terikat dengan
protein pengangkut, glukagon memiliki usia paruh yang singkat dalam plasma (sekitar
5 menit). Mengingat hati merupakan tempat penghentian pertama bagi glukagon
setelah hormon ini disekresikan dan juga hati akan dengan cepat menginaktifkannya,
kadar hormon glukagon dalam vena porta jauh lebih tinggi daripada kadarnya dalam
sirkulasi perifer.
Sementara insulin meningkatkan penyimpanan energi dengan merangsang
glikogenesis, lipogenesis dan sintesis protein, glukagon menimbulkan mobilisasi
cepat sumber energi yang potensial ke dalam glukosa dengan merangsang
glikogenolisis dan ke dalam asam lemak dengan merangsang lipolisis. Glukagon juga
merupakan hormon glukoneogenik yang paling poten dan bersifat ketogenik.
Hati merupakan sasaran kerja utama glukagon. Glukagon terikat dengan
reseptor spesifik dalam membran plasma sel hati dan peristiwa ini mengkatifkan
enzim adenilil siklase melalui mekanisme yang berkaitan dengan protein G. Molekul
cAMP yang dihasilkan mengaktifkan enzim fosforilase yang meningkatkan laju
penguraian seraya meghambat laju kerja enzim glukogen sintase dan dengan demikian
akan menghalangi pembentukan glikogen. Dalam efek ini terdapat spesifikasi hormon
dan jaringan, karena glukagon tidak memunyai efek terhadap glikogenolisis di dalam
otot sementara epinefrin bekerja aktif baik di dalam otot maupun hati.
Hasil neto kerja glukagon di hati adalah peningatan produksi glikosa;
mengingat banyak glukosa yang diproduksi ini meninggalkan hati, kosentrasi glukosa
plasma akan meningkat sebagai respons terhadap glukagon. Glukagon merupakan
preparat pilolitik yang potensial karena hormon ini meningktkan kadar cAMP sel
adiposa dan peristiwa ini akan mengaktifkan enzim lipase yang sensitif terhadap
hormon tersebut. Asam lemak yang meniknkat dapat di metabolisme untuk
menghasilkan energi atau untuk dirubah menjadi badan keton aseoasetat dan
hidroksibutirat. Hal ini merupakan aspek yang penting pada penderita diabetes,
mengingat kadar glukagon selalunmeninggi dalam keadaan defisiensi insulin.
3. Somatostatin
Somatostatin – diberi nama demikian karena di isolasi pertama kali oleh
hipotalamus sebagai faktor yang menghambat sekresi hormon pertumbuhan.
Somatostatin merupakan peptida siklik yang disintesis sebagai prohormon
somatostatin yang besar (sekitar 11,5 kDa) di dalam sel D pulau Langerhans pankreas.
Laju transkripsi gen prosomatostatin ditingkatkan secara nyata oleh cAMP.
Prohormon tersebut mula-mula di proses menjadi peptida 28 asam amino dan
akhirnya menjadi molekul dengan berat molekul 1640 serta mengandung 14 asam
amino. Semua bentuk prohormon tersebut memiliki aktifitas biologik.
Disamping terdapat di hipotalamus dan pulau Langerhans pankreas,
somatostatin juga banyak ditemukan pada jaringan gastrointestinal tempat jormon ini
diperkirakan bekerja mengatur beragam fungsi, dan pada banyak tapak di sistem saraf
pusat, disini hormon ini mungkin menjadi neurotransmitter.
Somatostatin menghambat pelepasan hormon dari sel pulau Langerhans yang lain
melalui kerja parakrin.dalam takaran farmakologik, secara bermaksa somatostatin
menghalangi peristiwa ketosis yang menyertai defisiendi akut insulin. Peristiwa ini
terjadi karena kemampuan somatostatinun untuk menghambat pelepasan glukagon
yang menyertai nsulinopania. Somatostatin juga mengurangi pengangkutan nutrien
dari traktus gastrointeatinal ke dalam sirkulasi darah karena :
3.1 Hormon ini memperpanjang waktu pengosongan lambung
3.2 Mengurangi sekresi gastrin dan dengan demikian menurunkan produksi asam
lambung
3.3 Mengurangi sekresi kelenjar eksokrin pankreas (enzim pencernaan)
3.4 Mengurangi aliran darah splanknikus
3.5 Memperlambat absorbsi gula
4. Polipeptida pankreas
Polipeptida Pankreas (PP) yaitu suatu peptida 36 asam amino (sekitar 4,2 kDa)
merupakan produk sel F pankreas. Sekresinya dalam tubuh manusia ditingkatkan oleh
konsumsi protein, puasa olahraga, serta hipoglikemia akut dan dikrangi oleh
somatostatin serta pemberian glukosa intravena. Fungsi polipeptida pankreas masih
belum diketahui, tapi efek hormon tersebut terhadap kadar glikogen dan sekresi
gastrointestinal sudah pernah dikemukakan.

Traktus gastrointestinal

Sejumlah famili hormon peptida gastrointestinal yang berhubungan erat, memiliki struktur
kimia serta fungsi biologik yang saling tumpang tindih, dan sebagian besar hormon peptida
ini terdapat dalam bentuk yang multipel. Diantara hormon-hormon gastrointestinal utama,
hanya skretin yang terdapat dalam bentuk tunggal. Adanya bentuk multipel hormon peptida
gastrointestinal di dalam jaringan gastrointestinal dan jaringan darah, menghalangi penetapan
jumlah dan sifat molekul ini. Konsep mengenai molekul perkusor membantu menjelaskan
makalah ini, banyak dari heterogeneitas jaringan disebabkan oleh ciri ini. Teknik
pengisolasian yang dikembangkan baru-baru ini juga telah membantu membedakan bentuk
hormon peptida gastrointestinal.

Ciri yang unik pada hormon ini adalah bahwa banyak yang idantaranya sesuai dengan
definisi kklasik suatu hormon, sebagian memiliki kerja parakrin dan beberapa lainnya bekerja
secara neurokrin (sebagai neuromodulator atau neurotransmitter lokal). Aspek unik lainnya
pada sistem endokrin gastrointestinal adalah bahwa sel tersebut tidak berkumpul dalam organ
yang terpisah sebagimana terlihat pada kelenjar endokrin yang lebih tipikal, melainkan
tersebar di seluruh traktus gastrointestinal. Mengingat banyak hormon peptida gastrointestinal
di temukan di serabut-serabut saraf pada jaringan gastrointestinal, maka tidaklah
mengherankan bila sebagian besar diantaranya juga terdapat di sistem saraf pusat.

Berikut ini adalah tabel hormon-hormon gastrointestinal .

Hormon Lokasi Kerja Utama


Gastrin Antrum, duodenum, Sekresi asam lambung dan pepsin
lambung
Kolesistokinin (CCK) Duodenum, jejunum Sekresi amilase pankreas
Sekretin Duodenum, jejunum Sekresi bikarbonat pankreas
GIP (gastric inhibitory Usus halus Meningkatkan pelepasan insulin yang
polypeptide) diperantarai glukosa; menghambat
sekresi asam lambung
VIP (vasoactive intestinal Pankreas Rekasi otot polos; merangsang sekresi
polipeptide) bikarbonat pankreas
Motilin Usus halus Mengawali motulitas usus selama
pencernaan
Somastotatin Lambung, Sejumlah efek penghambatan
duodenum, pankreas
Polipeptoda Pankreas (PP) Pankreas Menghambat sekresi bikarbonat dan
protein pankreas
Enkefalin Lambung, Kerja seperti oplat
duodenum, kandung
empedu
Zat P Seluruh traktus Kerja fisiologi belum pasti
gastrointestinal
BLI (bombesin-like Lambung, Merangsang pelepasan gastrin dan CKK
immunonoreactivity) duodenum
Neurotensin Illeum Kerja fisiologi tidak diketahui
Enteroglukagon Pankreas, usus halus Kerja fisiologi tidak diketahui

Anda mungkin juga menyukai