Anda di halaman 1dari 13

Mekanisme Kerja Insulin dan Metabolisme Karbohidrat, Lemak dan Protein

Nicholas Jeremy Maruli


102016227
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Abstrak
Pankreas merupakan organ yang tergabung antara kelenjar eksokrin dan kelenjar
endokrin. Kelenjar eksokrin pankreas adalah untuk menyekresikan enzim yang dibutuhkan
untuk proses pencernaan. Begitu pula dengan kelenjar endokrin pankreas yang berguna untuk
menyekresikan hormon-hormon yang akan berperan dalam proses metabolisme tubuh. Insulin
dan glukagon merupakan contoh dari beberapa hormon yang disekresikan pankreas yang
mempunyai peranan penting dalam metabolisme tubuh. Insulin berperan penting untuk
menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino yang ada di dalam darah. Berbeda
dengan insulin, glukagon berperan berlawanan dari fungsi hormon insulin, glukagon
meningkatkan sekresi glukosa, menghambat sintesis trigliserida dan protein. Sehingga insulin
biasa dikenal sebagai hormon pesta dan glukagon biasa dikenal sebagai hormon puasa.

Kata kunci: glukagon, glukosa, hormon, insulin, pankreas


Abstract
The pancreas is an organ that is joined between exocrine glands and endocrine
glands. The exocrine gland of the pancreas is to secrete enzymes needed for the digestive
process. Likewise, the endocrine glands of the pancreas are useful for secreting hormones
that will play a role in the body's metabolic processes. Insulin and glucagon are examples of
several hormones secreted by the pancreas which have an important role in the body's
metabolism. Insulin plays an important role in reducing levels of glucose, fatty acids, and
amino acids in the blood. In contrast to insulin, glucagon plays an opposite role in the
function of the hormone insulin, glucagon increases glucose secretion, inhibits the synthesis
of triglycerides and protein. So that insulin is commonly known as the party hormone and
glucagon is commonly known as the fasting hormone.
Keywords: glucagon, glucose, hormone, insulin, pancreas

Pendahuluan

Ketika tubuh mendapatkan asupan makanan, hormon insulin akan


disekresikan oleh tubuh sebagai respons terhadap glukosa yang berlimpah. Insulin
akan menyerap serta menyimpan glukosa yang ada menjadi glikogen sebagai
cadangan energi dan akan dikelurkan oleh tubuh apabila tubuh kekurangan dan
membutuhkannya. Terdapat hormon pankreas lain yang juga berperan dalam
prosesnya. Hormon glukagon memiliki peran yang terbalik dari hormon insulin.
Saat tubuh kekurangan hormon insulin, maka tubuh tidak mampu menyerap
glukosa berlebih dan kadar glukosa di dalam darah akan semakin meningkat. Karena
satu-satunya hormon yang dapat menurunkan kadar glukosa hanyalah hormon insulin.
Keadaan seperti ini akan mengakibatkan hiperglikemia, di mana konsentrasi kadar
glukosa di dalam darah berlebih dan tubuh tidak dapat menurunkannya dengan alami.
Penyakit yang mungkin timbul dari keadaan ini adalah diabetes mellitus, kondisi di
mana tubuh tidak dapat memproduksi hormon insulin yang adekuat untuk
menurunkan kadar glukosa dalam darah.

Mikroskopis Pankreas

Organ Pankreas adalah gabungan kelenjar eksokrin dan endokrin sistem


pencernaan dan pada manusia hidup berwarna merah muda. Teletak di retroperinealis
sekunder di dalam perut dan bagian tengah atas. Persarafan pankreas meliputi
persarafan simpatis dan parasimpatis. Persarafan parasimpatis memiliki peran dalam
pembentukan enzim pencernaan, sekresi dan pembentukan insulin, berbeda dengan
peran persarafan simpatis yang akan menghambat fungsi dari persarafan parasimpatis.
Pankreas memiliki kapsul jaringan ikat yang tipis, dari mana septa meluas
untuk menutupi pembuluh dan saluran yang lebih besar dan untuk memisahkan
parenkim menjadi lobulus. Fungsi endokrin pankreas terutama melibatkan sel-sel
yang lebih kecil mirip dengan sel-sel enteroendokrin yang terletak di berbagai
kelompok berukuran yang disebut dengan Pulau Langerhans. Pulau Langerhans
merupakan massa sel endokrin yang kompak atau berbentuk bulat telur yang tertanam
di dalam jaringan eksokrin asinar pankreas. Sel-sel pulau ini berbentuk polygonal atau
bulat, lebih kecil, dan lebih sedikit diwarnai daripada sel asinar di sekitarnya, diatur
dalam kabel yang dipidahkan oleh kapiler fenestrata.
Gambar 1. Makroskopis dan Mikroskopis Organ Pankreas

Hormon Pankreas

Pankreas adalah organ yang terdiri dari jaringan eksokrin dan endokrin.
Fungsi eksokrin pankreas dilakukan oleh sel asinar yang menyekresikan enzim
pencernaan melalui duktus pankreatikus ke dalam lumen. Pulau Langerhans memiliki
peranan penting dalam fungsi endokrin pankreas. Melaui beberapa tipe sel yang ada,
pankreas akan mengeluarkan setidaknya delapan hormon peptida, meliputi insulin,
glukagon, somatostatin, neuronostatin, polipeptida pankreas, amilin, ghrelin,
unokortin III, dan staniokalsin 2.
Hormon-hormon pada pankreas ini memiliki peranannya sendiri, terkhusus
insulin dan glukagon merupakan regulator hormon dominan yang dapat mengubah
anabolisme menjadi katabolisme pada prosesnya. Pada sistem edokrin pankreas
sendiri terdiri atas beberapa tipe sel Pulau Langerhans, meliputi:
1. α atau sel A menghasilkan glukagon dan juga memiliki jumlah yang lebih sedikit
dari pada sel-β. Glukagon adalah hormon penghitung insulin, dan merupakan ciri
khas dari keadaan berpuasa. Jumlah sel-α sendiri adalah 25% dari massa Pulau
Langerhans.
2. β atau sel B adalah sel yang mampu mensekresi insulin sebagai respons terhadap
konsentrasi glukosa yang tinggi dan stimulasi oleh neurotransmiter yang
dilepaskan sebagai respons terhadap makanan. Jumalh sel-β adalah sekitar 60%
dari massa Pulau Langerhans.
3. δ atau sel D adalah tempat di mana terjadinya sintesis hormon somatostatin di
pankreas. Jumlah sel-δ adalah sekitar 10% dari massa Pulau Langerhans.
4. Sel F (gamma) adalah sel yang menyekresi polipeptida pankreas dan berjumlah
sekitar 4% dari massa Pulau Langerhans.
5. Sel epsilon adalah tempat melepaskan ghrelin yaitu hormon lapar dan berjumlah
sekitar <1% massa Pulau Langerhans.

Fungsi dan Mekanisme Hormon Insulin

Insulin adalah hormon peptida yang disekresikan dalam tubuh oleh sel beta
Pulau Langerhans pankreas dan berfungsi untuk mengatur kadar glukosa darah di
dalam tubuh. Insulin bekerja dengan mengikat reseptornya secara langsung pada
membran plasma sel. Reseptor ini terdapat pada semua sel, terutama pada sel hati dan
kelenjar adiposit.
Insulin merupakan satu-satunya hormon yang dapat menurunkan kadar
glukosa di dalam darah. Hormon insulin juga berperan penting dalam penurunan
kadar glukosa, lemak, dan asam amino. Glukosa akan diserap menjadi glikogen,
lemak akan diserap menjadi trigliserida, dan asam amino akan diserap menjadi
protein.
Insulin mengaktifasi ke sel target dengan mengikat pada sel target terebut dan
mengaktifkan protein reseptor membran. Reseptor insulin adalah kombinasi dari
empat subunit yang disatukan oleh hubungan disulfida, subunit alfa dan beta yang
masing-masing terdiri dari dua subunit. Kemudian insulin mengikat subunit alfa di
luar sel, lalu autofosforilasi subunit beta reseptor mengaktifkan tirosin kinase lokal
yang mengarahkan mesin metabolisme intraseluler untuk menghasilkan efek yang
diinginkan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
a. Efek Insulin pada Karbohidrat
Konsentrasi glukosa dari karbohidrat dapat diatasi dengan penyerapan glukosa
dari saluran cerna, pemindahan glukosa ke dalam sel, produksi glukosa oleh hepar
dan ekskresi glukosa dalam urin.
Efek untuk dari menurunkan kadar glukosa adalah
- Mempermudah transport glukosa.
- Merangsang glikogenesis (pembentukan glikogen dari glukosa). Glikogen
yang ada akan disimpan pada otot rangka dan hepar. Glikogen akan diubah
kembali menjadi glukosa bila tubuh kekurangan pasokan glukosa dan
membutuhkannya.
- Menghambat glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari asam amino)
dilakukan dengan mengurangi jumlah asam amino di darah dengan
menghambat enzim yang ada di hepar.
Insulin menurunkan kadar glukosa dalam darah dengan mendorong penyerapan
glukosa dan mempergunakannya atau menyimpannya dalam bentuk glikogen. Insulin
akan mendorong penyerapan glukosa melalui proses perekrutan transporter. Contoh
dari transporter glukosa adalah Glucose Transporter (GLUT) yang dinamai sesuai
urutan penemuannya seperti GLUT-1, GLUT-2, GLUT-3, dst. Transporter ini juga
memiliki peran dan fungsi masing-masing dalam mengangkut glukosa.
b. Efek Insulin pada Lemak
Insulin akan menurunkan asam lemak dan mengubahnya menjadi trigliserida
dan menghasilkan beberapa efek, antara lain:
- Meningkatkan pemasukan asam lemak dari darah ke dalam sel jaringan
lemak.
- Meningkatkan transport glukosa melalui perekrutan GLUT-4. Glukosa di
sini menjadi prekursor pembentukan asam lemak dan gliserol untuk
membentuk trigliserida.
- Mendorong reaksi kimia dengan menggunakan asam lemak untuk
menyintesis trigliserida.
- Menghambat lipolisis dan mengurangi pembebasan asam lemak dari
jaringan lemak ke dalam darah.
c. Efek Insulin pada Protein
Insulin akan menurunkan kadar asam amino darah dan meningkatkan sintesis
protein. Perlakuan ini akan menimbulkan beberapa efek, antara lain:
- Mendorong transport aktif asam amino ke dalam otot. Efek ini akan
menurunkan kadar asam amino dalam darah dan mengubah serta
menyimpannya dalam bentuk protein.
- Meningkatkan laju inkorporasi asam amino menjadi protein.
- Menghambat degradasi protein.
Insulin bekerja pada otot rangka inaktif, hepar, dan jaringan lemak. Hormon
ini akan menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino. Glukosa akan
diserap, diubah, dan disimpan dalam bentuk glikogen. Asam lemak akan diserap,
diubah, dan disimpan dalam bentuk trigliserida. Asam amino akan diserap, diubah,
dan disimpan dalam bentuk protein.
Kadar glukosa plasma adalah pengatur utama sekresi insulin. Perubahan
konsentrasi glukosa plasma yang terjadi akibat makan atau puasa merupakan penentu
utama sekresi insulin. Peningkatan kadar glukosa plasma yang sederhana memicu
peningkatan yang nyata dalam konsentrasi insulin plasma. Glukosa diambil oleh sel
beta melalui transporter glukosa (GLUT2).
Metabolisme glukosa selanjutnya meningkatkan konsentrasi adenosin trifosfat
(ATP) seluler dan menutup saluran kalium yang bergantung pada ATP (KATP) dalam
membran sel beta, menyebabkan depolarisasi membran dan masuknya kalsium.
Peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler menyebabkan peningkatan sekresi
insulin.

Metabolisme karbohidrat
Glikolisis

Glikolisis merupakan proses pengubahan molekul sumber energi, yaitu glukosa yang
mempunyai 6 atom C menjadi senyawa yang lebih sederhana, yaitu asam piruvat yang
mempunyai 3 atom C. Reaksi ini berlangsung di dalam sitosol (sitoplasma).

Pertama-tama, glukosa mendapat tambahan satu gugus fosfat dari satu molekul ATP, yang
kemudian berubah menjadi ADP, membentuk glukosa 6-fosfat enzim heksokinase. Setelah
itu, glukosa 6-fosfat diubah oleh enzim menjadi isomernya, yaitu fosfogluko isomerise
menjadi fruktosa 6-fosfat. Satu molekul ATP yang lain memberikan satu gugus fosfatnya
kepada fruktosa 6-fosfat, yang membuat ATP tersebut menjadi ADP dan fruktosa 6-fosfat
menjadi fruktosa 1,6-difosfat oleh enzim fosfofruktokinase. Kemudian, fruktosa 1,6-difosfat
dipecah menjadi dua senyawa yang saling isomer satu sama lain, yaitu dihidroksi aseton
fosfat dan PGAL (fosfogliseraldehid atau gliseraldehid 3-fosfat) oleh enzim aldolase.
Tahapan-tahapan reaksi diatas itulah yang disebut dengan fase investasi energi.

Selanjutnya, dihidroksi aseton fosfat dan PGAL masing-masing mengalami oksidasi dan
mereduksi NAD+, sehingga terbentuk NADH, dan mengalami penambahan molekul fosfat
anorganik (Pi) sehingga terbentuk 1,3-difosfogliserat oleh enzim gliserildehid 3P
dehidrogenase. Kemudian masing-masing 1,3-difosfogliserat melepaskan satu gugus
fosfatnya dan berubah menjadi 3-fosfogliserat dengan bantuan fosfogliserat kinase, dimana
gugus fosfat yang dilepas oleh masing-masing 1,3-difosfogliserat dipindahkan ke dua
molekul ADP dan membentuk dua molekul ATP. Setelah itu, 3-fosfogliserat mengalami
isomerisasi menjadi 2-fosfogliserat dengan bantuan enzim fosfogliserat mutase . Setelah
menjadi 2-fosfogliserat, sebuah molekul air dari masing-masing 2-fosfogliserat dipisahkan,
dengan bantuan enzim enolase, menghasilkan fosfoenolpiruvat. Terakhir, masing-masing
fosfoenolpiruvat melepaskan gugus fosfat terakhirnya, yang kemudian diterima oleh dua
molekul ADP untuk membentuk ATP, dan berubah menjadi asam piruvat dengan bantuan
enzim piruvat kinase.

Setiap pemecahan 1 molekul glukosa pada reaksi glikolisis akan menghasilkan produk kasar
berupa 2 molekul asam piruvat, 2 molekul NADH, 4 molekul ATP, dan 2 molekul air. Akan
tetapi, pada awal reaksi ini telah digunakan 2 molekul ATP, sehingga hasil bersih reaksi ini
adalah 2 molekul asam piruvat (C3H4O3), 2 molekul NADH, 2 molekul ATP, dan 2 molekul
air. Perlu dicatat, pencantuman air sebagai hasil glikolisis bersifat opsional, karena ada
sumber lain yang tidak mencantumkan air sebagai hasil glikolisis. Di sini, jumlah bersih ATP
yang dihasilkan adalah 8 ATP. Dari hasil glikolisis tersebut akan masuk dalam siklus krebs,
sebelum masuk dalam reaksi fosforilasi oksidatif(untuk menghasilkan ATP).

Setelah melalui reaksi glikolisis, jika terdapat molekul oksigen yang cukup maka
asam piruvat akan menjalani tahapan reaksi selanjutnya, yaitu siklus Krebs yang bertempat di
matriks mitokondria. Jika tidak terdapat molekul oksigen yang cukup maka asam piruvat
akan menjalani reaksi fermentasi. Akan tetapi, asam piruvat yang mendapat molekul oksigen
yang cukup dan akan meneruskan tahapan reaksi tidak dapat begitu saja masuk ke dalam
siklus Krebs, karena asam piruvat memiliki atom C terlalu banyak, yaitu 3 buah. Persyaratan
molekul yang dapat menjalani siklus Krebs adalah molekul tersebut harus mempunyai dua
atom C (2 C). Karena itu, asam piruvat akan menjalani reaksi dekarboksilasi oksidatif.

Dekarboksilasi oksidatif

Dekarboksilasi oksidatif adalah reaksi yang mengubah asam piruvat yang beratom 3
C menjadi senyawa baru yang beratom C dua buah, yaitu asetil koenzim-A (asetil ko-A).
Reaksi dekarboksilasi oksidatif ini (disingkat DO) sering juga disebut sebagai tahap
persiapan untuk masuk ke siklus Krebs. Reaksi DO ini mengambil tempat di intermembran
mitokondria.

Pertama-tama, molekul asam piruvat yang dihasilkan reaksi glikolisis akan


melepaskan satu gugus karboksilnya yang sudah teroksidasi sempurna dan mengandung
sedikit energi, yaitu dalam bentuk molekul CO2. Setelah itu, 2 atom karbon yang tersisa dari
piruvat akan dioksidasi menjadi asetat (bentuk ionisasi asam asetat). Selanjutnya, asetat akan
mendapat transfer elektron dari NAD+ yang tereduksi menjadi NADH. Kemudian, koenzim A
(suatu senyawa yang mengandung sulfur yang berasal dari vitamin B) diikat oleh asetat
dengan ikatan yang tidak stabil dan membentuk gugus asetil yang sangat reaktif, yaitu asetil
koenzim-A, yang siap memberikan asetatnya ke dalam siklus Krebs untuk proses oksidasi
lebih lanjut. Selama reaksi transisi ini, satu molekul glukosa yang telah menjadi 2 molekul
asam piruvat lewat reaksi glikolisis menghasilkan 2 molekul NADH. Jadi, jumlah ATP bersih
yang dihasilkan adalah 6 molekul ATP.

Siklus kreb

Siklus Krebs adalah tahapan selanjutnya dari respirasi seluler. Siklus Krebs adalah
reaksi antara asetil ko-A dengan asam oksaloasetat, yang kemudian membentuk asam sitrat.
Siklus Krebs disebut juga dengan siklus asam sitrat, karena menggambarkan langkah pertama
dari siklus tersebut, yaitu penyatuan asetil ko-A dengan asam oksaloasetat untuk membentuk
asam sitrat.

Pertama-tama, asetil ko-A hasil dari reaksi antara (dekarboksilasi oksidatif) masuk ke
dalam siklus dan bergabung dengan asam oksaloasetat membentuk asam sitrat. Setelah
"mengantar" asetil masuk ke dalam siklus Krebs, ko-A memisahkan diri dari asetil dan keluar
dari siklus. Kemudian, asam sitrat mengalami pengurangan dan penambahan satu molekul air
sehingga terbentuk asam isositrat. Lalu, asam isositrat mengalami oksidasi dengan melepas
ion H+, yang kemudian mereduksi NAD+ menjadi NADH, dan melepaskan satu molekul CO2
dan membentuk asam a-ketoglutarat (baca: asam alpha ketoglutarat). Setelah itu, asam a-
ketoglutarat kembali melepaskan satu molekul CO2, dan teroksidasi dengan melepaskan satu
ion H+ yang kembali mereduksi NAD+ menjadi NADH. Selain itu, asam a-ketoglutarat
mendapatkan tambahan satu ko-A dan membentuk suksinil ko-A. Setelah terbentuk suksinil
ko-A, molekul ko-A kembali meninggalkan siklus, sehingga terbentuk asam suksinat.
Pelepasan ko-A dan perubahan suksinil ko-A menjadi asam suksinat menghasilkan cukup
energi untuk menggabungkan satu molekul ADP dan satu gugus fosfat anorganik menjadi
satu molekul ATP. Kemudian, asam suksinat mengalami oksidasi dan melepaskan dua ion
H+, yang kemudian diterima oleh FAD dan membentuk FADH 2, dan terbentuklah asam
fumarat. Satu molekul air kemudian ditambahkan ke asam fumarat dan menyebabkan
perubahan susunan (ikatan) substrat pada asam fumarat, karena itu asam fumarat berubah
menjadi asam malat. Terakhir, asam malat mengalami oksidasi dan kembali melepaskan satu
ion H+, yang kemudian diterima oleh NAD+ dan membentuk NADH, dan asam oksaloasetat
kembali terbentuk. Asam oksaloasetat ini kemudian akan kembali mengikat asetil ko-A dan
kembali menjalani siklus Krebs.

Dari siklus Krebs ini, dari setiap molekul glukosa akan dihasilkan 2 ATP, 6 NADH, 2
FADH2, dan 4 CO2. Jadi, jumlah bersih ATP yang dihasilkan adalah 24 ATP. Selanjutnya,
molekul NADH dan FADH2 yang terbentuk akan menjalani rangkaian terakhir respirasi
aerob, yaitu rantai transpor elektron.

Glikogenesis
Glikogenesis merupakan proses pembentukan glikogen dari glukosa kemudian disimpan
dalam hati dan otot. Pada proses ini, lintasan metabolisme yang mengkonversi glukosa
menjadi glikogen akan diaktivasi di dalam hati, oleh hormon insulin sebagai respon terhadap
rasio gula darah yang meningkat misalnya karena kandungan karbohidrat setelah makan atau
teraktivasi pada akhir siklus Cori.
Pada hati, glikogenesis berfungsi untuk mempertahankan kadar gula darah sedangkan
padaotot bertujuan untuk kepentingan otot sendiri dalam membutuhkan energi. Proses
Glikogenesis terjadi apabila jumlah glukosa ( dari makanan ) yang masuk kedalam tubuh
terlalu berlebih maka glukosa tersebut akan disimpan di hati dalam bentuk glikogen. Proses
ini memerlukan molekul glikogen primer yang terbentuk dari protein primer (glikogenin).
Protein ini mengalami glukosilasi pada tirosin spesifik oleh UDP-glukose yaitu glukosa
aktif.  Proses terjadinya glikogenesis :

Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat.Di otot reaksi ini dikatalisir oleh
heksokinase sedangkan di hati oleh glukokinase.Setelah itu, glukosa 6-fosfat diubah menjadi
glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan bantuan katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu
sendiri akan mengalami fosforilasi dan gugus fosfo akan mengambil bagian di dalam reaksi
reversible yang intermediatnya adalah glukosa 1,6-bifosfat.Selanjutnya glukosa 1-fosfat
bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk membentuk uridin difosfat glukosa
(UDPG).Reaksi ini dikatalisir oleh enzim UDPG pirofosforilase.1-3

 UTP + Glukosa 1-fosfat « UDPG + PPi


Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya oleh enzim pirofosfatase inorganik akan menarik
reaksi kearah kanan persamaan reaksi. Atom C4 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc
membentuk ikatan glikosidik dengan atom C4 pada residu glukosa terminal glikogen,
sehingga membebaskan uridin difosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim glikogen sintase.
Residu glukosa yang lebih lanjut melekat pada posisi 1,4 untuk membentuk rantai pendek
yang diaktifkan oleh glikogen sintase.Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang
dengan penambahan glukosa tersebut hingga mencapai minimal 11 residu glukosa, maka
enzim pembentuk cabang memindahkan bagian dari rantai 1,4 (panjang minimal 6 residu
glukosa) pada rantai yang berdekatan untuk membentuk rangkaian 1,6 sehingga membuat
titik cabang pada molekul tersebut. Tampak bahwa setiap penambahan 1 glukosa pada
glikogen dikatalisir oleh enzim glikogen sintase.Sekelompok glukosa dalam rangkaian linier
dapat putus dari glikogen induknya dan berpindah tempat untuk membentuk cabang.Enzim
yang berperan dalam tahap ini adalah enzim pembentuk cabang (branching enzyme).

Gambar 1: Litasan detail glikogenesis4

Glikogenolisis
Merupakan proses pemecahan glikogen menjadi glukosa di hati dan otot. Di hati
apabila terjadi glikogenolisis, kadar glukosa darah akan meningkat. Di otot, apabila berlaku
glikogenolisis, akan membentuk piruvat dan laktat.Enzim yang berperan dalam proses ini
adalah fosforilase, transferase, dan debranching enzyme.
Fosforilase merupakan enzim regulator bagi mengkatalisis pemecahan ikatan
glikosidik/ fosforilisis ( pemecahan dengan fosfat). Oleh fosforilase, tiap 1 molekul glukosa
pada rantai lurus dilepaskan menjadi glukosa 1-P sampai tinggal kurang lebih 4 molekul
glukosa dari cabang.Glukan transferase memindahkan kurang lebih 3 segmen glukosa dari 4
sisa glukosa ke rantai lurus yang berdekatan dan meninggalkan 1 glukosa pada cabang
tersebut.Debranching enzim pula menghidrolisis tempat percabangan, memutus 1 molekul
glukosa pada cabang tersebut menghasilkan glukosa bebas dan meniadakan cabang 1,6.
Glikogen fosforilase terdapat dalam bentuk aktif apabila berikatan dengan fosfat dan menjadi
tidak aktif dalam bentuk defosfor. Glukagon dan epinefrin akan meningkatkan glikogenolisis
di hati dan otot manakala insulin akan menurunkannya.

Glukoneogenesis
Glukoneogenesis terjadi jika sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi.Maka
tubuh menggunakan lemak sebagai sumber energi.Jika lemak juga tak tersedia, barulah
memecah protein untuk energi yang sesungguhnya protein berperan pokok sebagai
pembangun tubuh.

Jadi bisa disimpulkan bahwa glukoneogenesis adalah proses pembentukan glukosa


dari senyawa-senyawa non karbohidrat, bisa dari asam lemak maupun asam amino. Senyawa
precursor glukoneogenesis antara lain adalah laktat, gliserol asam propionate, dan asam
amino glukogenik (semua kecuali asn, leu dan lys)

Secara ringkas, jalur glukoneogenesis dari bahan lipid maupun protein dijelaskan
sebagai berikut ; lipid terpecah menjadi komponen penyusunnya yaitu asam lemak dan
gliserol. Asam lemak dapat dioksidasi menjadi asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk
dalam siklus Kreb’s. Sementara itu gliserol masuk dalam jalur glikolisis. Untuk protein,
asam-asam amino penyusunnya akan masuk ke dalam siklus Kreb’s.

Gangguan Hormon Pankreas

Masalah pada produksi atau pengaturan hormone pankreas akan menimbulkan


komplikasi yang berkaitan dengan ketidakseibangan gula darah. Gangguan yang dapat
ditimbulkan antara lain:
a. Diabetes Tipe 1 adalah suatu proses autoimun yang melibatkan destruksi selektif
sel β pankreas oleh limfosit T aktif.
b. Diabetes Tipe 2 adalah adalah penyakit endokrin yang paling sering ditemui yang
disebabkan oleh kurang adekuatnya kerja insulin atau tubuh yang tidak dapat
mempergunakan insulin dengan baik.
c. Hiperglikemia adalah kondisi dimana kadar glukosa darah tinggi yang tidak
normal. Bisa disebabkan oleh kelebihan produksi hormon glukagon.
d. Hipoglikemia adalah kondisi dimana kadar glukosa darah rendah yang tidak
normal. Bisa disebabkan oleh produksi insulin yang relatif berlebih.

PEMBAHASAN

Pada skenario dikatakan jika laki-laki 38 tahun dengan diagnosis diabetes melitus
mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) 30. Dari data IMT dapat kita interpretasikan jika
laki-laki tersebut mengalami obesitas. Hiperglikemia merupakan salah satu pertanda khas
yang erat kaitannya dengan diabetes melitus yang diderita laki-laki tersebut. Laki-laki
tersebut dapat mengalami hiperglikemia mungkin karena produksi hormon glukagon yang
berlebih dan menurunnya produksi hormon insulin. Ketika hormon glukagon meningkat,
maka glukosa yang disekresikan juga akan meningkat dan ketika hormon insulin menurun,
kadar glukosa yang tinggi tidak dapat diturunkan, karena satu-satunya hormon yang dapat
menurunkan kadar glukosa dalam darah hanyalah insulin.

KESIMPULAN

Laki-laki tersebut mengalami hiperglikemia yang disebabkan oleh terganggunya


fungsi dan mekanisme dari hormon-hormon yang dihasilkan di pankreas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sobotta J, Waschke J, Bockers T, Paulsen F. Buku ajar Anatomi Sobotta. 1st ed.
Indonesia: Elsevier; 2018.
2. Mescher A, Junqueira L. Junqueira's basic histology. 13th ed. New York, N.Y.:
McGraw-Hill Education LLC.; 2013.
3. Sherwood L, Mandera L, Hartanto H, Iskandar M. Fisiologi Manusia : dari sel ke
sistem. 9th ed. Jakarta: EGC; 2018.
4. De Meyts P, Lefèbvre P. Pancreatic Hormones. Hormonal Signaling in Biology and
Medicine. 2020;383-423.
5. Da Silva Xavier G. The Cells of the Islets of Langerhans. Journal of Clinical
Medicine. 2018;7(3):54.
6. Thota S, Akbar A. Insulin [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2020 [cited 9 October 2020]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560688/
7. Hall J, Guyton A. Guyton and Hall textbook of medical physiology. 13th ed.
Philadelphia: Elsevier; 2016.
8. El Sayed S, Mukherjee S. Physiology, Pancreas [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2020 [cited 9 October 2020]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459261/
9. Campbell M, Jialal I. Physiology, Endocrine Hormones [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publisher; 2020 [cited 9 October 2020]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538498/
10. O'Toole T, Sharma S. Physiology, Somatostatin [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2020 [cited 10 October 2020]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538327/
11. Rogers K, Rodriguez E, Gaur A. Pancreatic polypeptide. Encyclopædia Britannica.
Encyclopædia Britannica, inc.; 2019.

Anda mungkin juga menyukai