Kelompok PBL F5
Email: calvin.2016fk074@civitas.ukrida.ac.id
Abstrak
Manusia mendapatkan energi dari makanan dan minuman yang mereka konsumsi. Di dalam
tubuh, salah satu proses utama untuk mendapatkan energi adalah siklus asam sitrat, dimana
sumber utamanya berasal dari glukosa; glukosa itu sendiri didapatkan dari apa yang kita
konsumsi sehari-hari yang akan diserap juga berupa gula darah. Pada kasus yang patologis,
yaitu diabetes mellitus; terjadi gangguan fisiologis dari metabolisme yang mengatur kadar gula
darah tersebut. Hal utama yang akan difokuskan untuk mengkaji kasus dan pembuatan makalah
ini adalah ini adalah struktur makroskopis dan mikroskopis organ terkait, fungsi dan
mekanisme hormon insulin dan glukagon, efek kekurangan insulin, macam-macam diabetes
mellitus berikut gejalanya.
Abstract
Humans get energy from the food and drinks they consume. In the body, one of the main
processes for obtaining energy is the citric acid cycle, where the primary source is from
glucose; glucose itself is derived from what we consume daily to be absorbed as well as blood
sugar. In a pathological case, diabetes mellitus; there is a physiological disorder of the
metabolism that regulates blood sugar levels. The main thing that will be focused on studying
the case and making of this paper is this is the macroscopic and microscopic structure of
related organs, the functions and mechanisms of the hormones insulin and glucagon, the effects
of insulin deficiency, various diabetes mellitus and its symptoms.
Pendahuluan
Makroskopis Pankreas
Pankreas adalah salah satu organ pencernaan pada manusia yang memiliki fungsi utama, yaitu
fungsi eksokrin dan fungsi endokrin. Fungsi eksokrin berupa sekresi enzimatik oleh sel asinus
pankreas dan sekresi natrium bikarbonat oleh sel duktus pankreas. Sementara fungsi endokrin
berupa sekresi hormon. Pankreas merupakan organ yang terletak retroperitoneal (kecuali
sebagian kecil cauda), posterior dari gaster. Pankreas terlentang dari duodenum (sisi kanan)
sampai ke lien (sisi kiri). Pankreas terdiri dari empat bagian, yaitu caput, collum, corpus, dan
cauda. Pada pankreas terdapat saluran dari collum ke arah cauda yaitu duktus Wirsungi (duktus
pancreaticus mayor).1
Vaskularisasi pada pankreas berasal dari truncus coeliacus, dari truncus ini akan bercabang ke
masing-masing bagian pankreas. Untuk corpus dan cauda yaitu oleh arteri lienalis yang akan
bercabang menjadi arteri pancreatica dorsalis (corpus) dan arteri pancreatica inferior (cauda).
Sementara untuk caput pankreas diperdarahi oleh arteri pancreaticoduodenalis superior
anterior dan arteri pancreaticoduodenalis inferior. Terakhir, pada collum mendapatkan dari
yang dialiri dari duktus Wirsungi. Untuk pembuluh baliknya oleh vena mesenterica superior
dan vena lienalis yang bermuara ke vena porta hepatis.1,2 Berikut merupakan gambar struktur
bagian dan vaskularisasi pankreas.
Inervasi pada pankreas terdiri dari persarafan simpatis dan parasimpatis. Persarafan simpatis
oleh nervus sphlancnicus; untuk persarafan parasimpatis pankreas dipersarafi oleh nervus X
(vagus).2
Mikroskopis Pankreas
Pankreas memiliki fungsi eksokrin dan endokrin. Fungsi eksokrin, secara mikroskopik
memiliki sel yang penting untuk mekanisme enzimatik dan menetralisir makanan yang asam
akibat sekresi getah lambung. Sel asinus penting untuk mekanisme enzimatik, ia bersifat
enzimatik karena memilki tiga enzim, yaitu proteolitik (pencernaan protein), amilase
(pencernaan karbohidrat), dan lipase (pencernaan lemak). Sekilas mengenai perjalanannya, sel
asinus berupa granula zimogen (enzim yang tidak aktif) akan keluar ke sel sentroasinus
(sentroduktular), lalu sel-sel ini percabangannya menjadi satu dan akan menjadi duktus
interkalaris berupa epitel selapis gepeng yang berperan untuk sekresi natrium bikarbonat,
setelah itu duktus ini menjadi duktus intralobularis. Terakhir, duktus ini akan bercabang lagi
ke duktus yang lebih besar yang disebut duktus interlobularis yang akan mengalirkan isinya ke
duktus pankreatikus utama. Sel asinus berikut dengan perjalanannya juga memiliki isi berupa
kelenjar serosa murni.3,4
Insulin merupakan hormon yang dihasilkan oleh sel beta pada bagian endokrin pankreas.
Sekresi insulin diatur oleh konsentrasi glukosa dalam darah. Sel beta juga menghasilkan
hormon ini memiliki kemampuan untuk menghambat glukagon, yaitu gamma amino butyric
acid (GABA). Hormon insulin memiliki fungsi sebagai berikut:5
Efeknya terhadap karbohidrat adalah mempermudah glukosa untuk masuk ke hampir semua
jaringan (kecuali hati, otak, dan otot yang aktif), merangsang pembentukan glikogen dari
glukosa di hati dan otot yang aktif, menghambat pemecahan glikogen supaya meningkatkan
penyimpanan glikogen dan pengeluaran glukosa oleh hati, menurunkan pengeluaran glukosa
oleh hati dengan menghambat glukoneogenesis (perubahan senyawa non karbohidrat menjadi
glukosa). Efeknya pada lemak adalah meningkatkan penyaluran glukosa ke jaringan adiposa,
mengaktifkan enzim katalisis untuk pembentukan asam lemak yang berasal dari glukosa,
meningkatkan masuknya asam lemak dari darah ke jaringan adiposa, menghambat pemecahan
lemak (lipolisis). Terakhir, efek pada protein adalah mendorong transpor aktif asam amino dari
darah ke otot dan jaringan lain agar kadar asam amino turun di darah untuk bahan pembangum
dari sintesis protein, meningkatkan laju penggabungan asam amino dalam pembentukan
protein, dan menghambat penguraiannya. Berikut adalah gambar mengenai bagaimana
mekanisme insulin dapat mempengaruhi kadar gula darah pada tubuh.5,6
Pada gambar mekanisme ini hal yang sama berlaku untuk glukagon, hanya saja kerja daripada
glukagon berlawanan dengan insulin.
Glukagon merupakan hormon yang dihasilkan sel alfa endokrin pankreas. Sekresi glukagon
mendukung atau merangsang hormon insulin sementara insulin menghambat glukagon. Sekresi
glukagon juga diatur oleh konsentrasi glukosa dalam darah. Ketika glukosa naik dalam darah
karena intake makanan, maka sekresi glukagon akan menurun. Glukagon memiliki fungsi yang
berkebalikan dengan insulin. Glukagon bersifat katabolik karena umumnya ia bekerja untuk
proses pemecahan karbohidrat, protein dan lemak.5,6 glukagon bekerja dominan pada saat
keadaan puasa, dimana puasa dimulai 2-4 jam setelah makan. Pada keaadaan puasa sampai 12
jam, maka proses glikogenolisis mulai berlangsung. Pada keadaan puasa 16 jam, metabolisme
glikogenolisis dan glukoneogenesis turut berlangsung agar memelihara glukosa darah.
Sama seperti insulin, glukagon memiliki efek pada karbohidrat, protein dan lemak tetapi
dengan efek yang berlawanan. Efek pada karbohidrat yaitu meningkatkan glukosa dalam darah
dengan cara menurunkan pembentukan glikogen, meningkatkan pemecahannya, dan
merangsang glukoneogenesis di hati. Efek untuk lemak yaitu meningkatkan pemecahan lemak,
menghambat pembentukan trigliserida, dan meningkatkan pembentukan keton di hati dengan
konversi asam lemak menjadi keton yang akhirnya disalurkan ke darah sehingga konsetrasinya
meningkat. Terakhir efek pada protein yaitu dengan menghambat pembentukan protein,
meningkatkan penguraiannya di hati, dan merangsang glukoneogenesis. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi sekresi dari insulin dan glukagon.6
Insulin dan glukagon merupakan hormon yang bekerja menyeimbangkan glukosa dalam darah.
Kedua hormon ini umumnya bekerja langsung mempengaruhi ke sirkulasi darah ketika naik
atau turunnya kadar glukosa dalam darah. Namun, insulin dan glukagon juga bekerja pada
tempat metabolisme-metabolisme yang ada pada tubuh kita. Berikut uraian untuk hormon
insulin bekerja spesifik di tempat dan metabolisme tertentu:
Berikut uraian glukagon mempengaruhi enzim pada metabolisme pada organ atau bagian tubuh
tertentu:
Berikut salah satu gambar mengenai metabolisme yang dipengaruhi enzimnya oleh insulin
maupun glukagon.
Gambar 5. Salah satu metabolisme yang enzimnya dipengaruhi insulin dan glukagon.5
Efek daripada defisiensi insulin dimulai dengan dua percabangan utama, yaitu peningkatan
glukagon dan penurunan pemakaian glukosa oleh sel. Peningkatan glukagon menyebabkan
glukoneogenesis meningkat, nutrien dari glukoneogenesis yang dipakai adalah lemak dan
protein sehingga menyebabkan resiko tinggi gangguan nutrisi karena kurang dari kebutuhan.
Lemak yang dipakai juga berpengaruh untuk ketogenesis, dimana bahan dasarnya adalah asam
lemak yang diubah menjadi keton sehingga metabolisme ketogenesis yang berlebihan dan tidak
dipakai pada jaringan perifer walaupun keton asetoasetat dan beta hidroksibutirat telah
diproduksi berlebihan pada proses ini. Karena produksi badan keton yang berlebihan disebut
ketosis; dapat menyebabkan ketonemia (pada darah) dan ketonuria (pada urin). Pada ketonemia
akan mempengaruhi penurunan Ph tubuh sehingga dapa menyebabkan asidosis yang dapat
berujung koma dan kematian. Pada metabolisme protein yang berlebihan dapat menyebabkan
blood urine nitrogen meningkat sehingga tubuh harus mengeluarkannya melalui urin dan
berakibat adanya nitrogen pada urin yang dapat berujung koma dan kematian.5,7
Percabangan kedua yaitu penurunan glukosa pemakaian glukosa pada sel dapat menyebabkan
hiperglikemia dimana kondisi glukosa yang tinggi pada darah, serta menyebabkan glikosuria.
Hiperglikemia dan glikosuria menggambarkan perubahan besar dalam metabolisme karena
kelainan ini merupakan gejala khas diabetes mellitus: yang hampir tidak dapat melekatkan
perubahan kelebihan glukosa menjadi asam lemak untuk disimpan sebagai triasilgliserol.
Diabetes yang parah dapat menyebabkan kehilangan berat badan walaupun kalori yang didapat
makanan cukup tinggi. Secara sederhana, daripada dibuat sebagai lemak, kelebihan glukosa
dikeluarkan di dalam urine. Glikosuria menyebabkan diuresis osmotik dimana volume tubuh
kekurangan cairan sehingga menyebabkan dehidrasi yang berakibat ke pengentalan darah
akibat perembesan plasma darah yang berujung ke trombosis lalu aterosklerosis pada keadaan
yang patologis.7 Berikut bagan berupa gambar mengenai efek defisiensi insulin.
Diabetes mellitus adalah kumpulan kelainan yang disebabkan oleh defisiensi insulin dan
peningkatan kadar glukosa dalam darah. Penyebab ini ada di tingkat jaringan. Diabetes mellitus
dibagi menjadi dua, yaitu tipe I dan tipe II. Diabetes mellitus tipe I disebut juga insulin-
dependent diabetes mellitus (IDDM) yang disebabkan karena destruksi dari autoimun sel B di
pulau langerhans endokrin pankreas. Diabetes tipe II disebut juga non-insulin-dependent
diabetes mellitus (NIDDM) disebabkan karena gangguan pengaturan pelepasan insulin dari sel
beta endokrin pankreas disertai resistensi insulin di jaringan perifer misalnya pada otot rangka,
otak, dan hati. Resistensi insulin karena penurunan ikatan insulin pada reseptor plasmolema
(membran sel) dan karena cacat pada kerja insulin pasca reseptor.3,8
Gejala-gejala daripada kedua macam diabetes ini adalah keluarnya urin dalam jumlah banyak
(poliuria), rasa haus dan minum yang berlebihan (polidipsia), penurunan berat badan walaupun
ada peningkatan nafsu makan (polifagia), hiperglikemia, asidosis, ketosis, glikosuria dan
koma. Diabetes tipe I dapat diobati dengan kombinasi pemberian insulin dan diet. Untuk
diabetes tipe II, dapat dikendalikan melalui diet.6,8
Kesimpulan
Diabetes mellitus merupakan kumpulan kelainan dari defisiensi insulin yang awalnya terjadi
peningkatan glukagon dan penurunan pemakaian glukosa dalam sel yang menyebabkan
polyuria, polifagi, polydipsia, hiperglikemia, asidosis, dan lain-lain pada penderita.
Daftar Pustaka
1. Paulsen F, Waschke J. sobotta: atlas anatomi manusia, jilid 2: organ organ dalam. Edisi
ke-23. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010: h. 122-5.
2. Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM. Gray dasar-dasar anatomi. Edisi ke-1. Singapura:
Elsevier Pte Ltd; 2014: h. 167-9.
3. Gartner LP, Hiatt JL. Atlas berwarna histologi. Edisi ke-5. Tangerang Selatan:
Binarupa Aksara Publisher; 2012: h. 351-7.
4. Eroschenko VP. Atlas histologi diFiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-12.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013: h. 378-81.
5. Sumbayak EM, Dewajanthi AM, Kurniawan H, Limanto A, Timotius KH, Winarsi,
Sumadikarya IK, et al. Metabolik endokrin 1. Jakarta. 2017: h. 4, 12, 20, 134-6.
6. Ganong WF, Barrett KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Buku ajar fisiologi
kedokteran Ganong. Edisi ke-24. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012: h.
467-75.
7. Lehninger AL. Dasar-dasar biokimia, jilid 3. Edisi ke-1. Jakarta: Penerbit Erlangga;
1994: h. 65-7.
8. Tandra H. Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang diabetes. Edisi ke-1. Jakarta:
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama; 2007: h. 10-4, 25.