TINJAUAN TEORITIS
2.1.1. Pengertian
& Sukarmin,2015).
2015).
duodenum.
yang praktismelingkarinya.
lumbalispertama.
Pankreas menghasilkan :
1) Sintesis Insulin
reticulum endoplasma.
2) Sekresi Insulin
di dalam hati.
2.1.3. Etiologi
a) Faktor genetik :
lainnya.
b) Faktor imunologi:
c) Faktor lingkungan:
terdapat resistensi dari sel –sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin
dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi
pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk
atas 40 tahun)
b) Obesitas
c) Riwayat keluarga
d) Kelompok etnik
merupakan suplai energy utama untuk tubuh. Insulin dari sel-sel beta
menjadi lapar.
Faktor-faktor resiko yang dapat diubah :
b. Obesitas
index masa tubuh > 25 kg/m2 (pria) atau berat badan ideal yang
c. Hipertensi
Waspadji,2018).
f. Kebiasaan Merokok
Pada penderita diabetes mellitus yang merokok > 12 batang per
Waspadji,2018)
diabetik. Sampai saat ini belum ada obat yang dapat dianjurkan
jantung dan otak, obat seperti aspirin dan lainnya yang sejenis
terjadi pada mereka yang berusia lebih dari 40 tahun, gemuk, dan
2.1.5. Patofisiologis
terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan
tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah
baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada
penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan
komponen terapi yang penting. Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
Diabtes Mellitus tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah
terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang
Penyumbatan pembuluh
MK: darah otak: Stroke,
Mikroangiopati MK: Intoleransi
Risiko Kelumpuhan
Aktivitas
glukosa
glukosa
membuang glukosa
berusahamembuang glukosa
1. Asimtomatik
DM
2. Beberapa pasien mungkin mengalami haus yang
Gestasional
meningkat (polydipsia) karena tubuh berusaha membuang
glukosa.
5-6%
ketoasidosis.
aterosklerosis
2.1.8. Penatalaksanaan
2.1.8.1. PenatalaksanaanMedis
sebagai berikut :
a) Golongan sulfoniluria
Cara kerja golongan ini adalah:
b) Golongan biguanid
menyebabakan hipoglikemia.
Neucrotomi
Amputasi
2.1.8.2. PenatalaksanaanKeperawatan
b. Latihan/Olahraga/Aktivitas:Latihan/olahraga/
aman .
mengontrolnya.
2.1.9. Kompilkasi
ketoasidosis:
Dehidrasi
Kehilanganeletrolit
Asidosis
tga kali lebih sering pada wanita). Salah saTU ciri unik
otonom.
2.1.9.6. Nefropati
b) Keluhan utama
1) Kondisi hiperglikemi:
2) Kondisi hipoglikemi
kesadaran.
Mellitus.
f) Pemeriksaan Fisik
2) Sirkulasi
cekung.
3) Integritas ego
kondisi.
4) Eliminasi
abdomen, diare.
menurun, kejang.
7) Kardiovaskuler
8) Pernapasan
meningkat.
9) Seksualitas
10) Gastrointestinal
lemah/menurun.
11) Muskuloskeletal
12) Integumen
tiroid, demam,
diaforesis(keringatbanyak),kulitrusak,lesi/ulser
asi/ulkus
energi
osmosis
vaskularisasi/gangguan sirkulasi.
invasif
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian dextros,
jika perlu
2. Kolaborasi
pemberian glucagon,
jika perlu
2 Mual berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Mual
denganaktivitas tindakan Observasi
lambung keperawtan dalam 1. Identifikasi
meningkat,kontraksi waktu 4x8 jam pengalaman mual
asam lambung. maka tingkat mual 2. Identifikasi
Defenisi : Perasaan menurun/ teratasi isyarat nonverbal
tidak nyaman pada dengan kriteria ketidak nyamanan
bagian belakang hasil: (mis. Bayi, anak-
tenggorokam atau 1. Mualmembaik anak, dan mereka
lambung yang dapat 2. Asupan nutrisi yang tidak dapat
mengakibatkan membaik berkomunikasi
muntah. 3. Obs TTVTD: secara efektif)
Penyebab: (100/60 - 3. Identifikasi
1. Distensi pada 130/80 dampak mual
lambung mmHg), Pols: terhadapkualitas
2. Gangguan 60-100 hidup (mis. Nafsu
pada esofagus x/menit), makan, aktivitas,
3. Gangguan Temp: (36-37 kinerja, tanggung
biokimia dejarat jawab peran, dan
(mis : celcius) (RR: tidur)
uremia,ketoas 20-22x/menit) 4. faktor penyebab
dosis diabetik) mual (mis.
4. Iritasi Pengobatan dan
lambung prosedur)
5. Gangguan 5. Identifikasi
pangkreas antiemetik untuk
6. Peregangan mencegah mual
kapsul limpa (kecuali mual pada
7. Tumor kehamilan)
terlokalisasi 6. Monitor mual
(mis. (mis. Frekuensi,
Neuroma durasi, dan tingkat
akustik, tumor keparahan)
otak 7. Monitor asupan
primeratau nutrisi dan kalori
sekunder, Terapeutik
metastasis 1. Kendalikan
tulang didasar faktor lingkungan
tengkorak) penyebab mual (mis.
8. Peningkatanin Bau tak sedap,
tra abdominal suara, dan
(mis. rangsangan visual
Keganasan yang tidak
intraabdomen) menyenangkan)
9. Peningktan 2. Kurangi atau
intracranial hilangkan keadaan
10. Peningktan penyebab mual (mis.
itra orbital Kecemasan,
(mis. ketakutan,
Glaukoma) kelelahan)
11. Mabuk 3. Berikan makan
perjalanan dalam jumlah kecil
12. Kehamilan dan menarik
13. Aroma tidak Edukasi
sedap 1. Anjurkan istirahat
14. Rasa dan tidur yang
makanan/minu cukup
man yang 2. Anjurkan sering
tidak enak membersihkan
15. Stimulus mulut, kecuali jika
merangsang mual
3. Anjurkan makanan
penglihatan tinggi karbohidrat
tidak dan rendah lemak
menyenangka 4. Ajarkan
n penggunaan teknik
16. Factor nonfarmakologis
psikologis untuk mengatasi
(mis. mual
Kecemasan,ke (mis.Biofeedback,
takutan,stres) hipnosis, relaksasi,
17. Efek agen terapi musik,
farmakologis akupresur)
18. Efek toksin Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu
3 Resiko Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
ketidakseimbangan tindakan Observasi
nutrisi; kurang dari keperawatan 1. Identifikasi status
kebutuhan tubuh selama 4 x 8 jam nutrisi
berhubungan dengan dengan kriteria 2. Identifikasi alergi
penurunan masukan hasil: status nutrisi dan intoleransi
oral, anoreksia, membaik makanan
mual, peningkatan 1. Pasien mampu 3. Identifikasi
metabolisme protein memahani diet makanan yang
dan lemak . Diabetes disukai
Defenisi:Asupan Mellitus 4. Identifikasi
nutrisi tidak cukup 2. Pasien mampu kebutuhan kalori
untuk memenuhi menerapkan dan jenis nutrient
kebutuhan diet 5. Identifikasi
metabolisme 3. Pasien mampu perlunya
. memenuhi diet penggunaan selang
Penyebab: nasogastrik
1. Ketidakmamp 6. Monitor asupan
uan menelan makanan
makanan 7. Monitor berat
2. Ketidakmamp badan
uan mencerna 8. Monitor hasil
makanan pemeriksaan
3. Ketidakmamp laboratorium
uan Terapeutik
mengabsorbsi 1. Lakukan oral
nutrien hygiene sebelum
4. Peningkatan makan, jika perlu
kebutuhan 2. Fasilitasi
metabolisme menentukan
5. Faktor pedoman diet (mis.
ekonomi (mis. Piramida makanan)
finansial tidak 3. Sajikan makanan
mencukupi) secara menarik dan
6. Faktor suhu yang sesuai
psikologis 4. Berikan makan
(mis. stres, tinggi serat untuk
keengganan mencegah
untuk makan) konstipasi
5. makanan tinggi
kalori dan tinggi
protein
6. Berikan suplemen
makanan, jika
perlu
7. Hentikan
pemberian makan
melalui selang
nasigastrik jika
asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis.
Pereda nyeri,
antiemetik), jika
perlu
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu.
4 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Pemantauan
efektif berhubungan tindakan Respirasi
dengan penurunan keperawatan Observasi
energi selama 4 x 8 jam 1. Monitor frekuensi,
Defenisi: Inspirasi pola nafas tidak irama, kedalaman,
dan/ atau ekspirasi efektif teratasi dan upaya napas
yang tidak dengan kriteria 2. Monitor pola napas
memberikan ventilasi hasil (mis.bradipnea,
adekuat 1.Pola napas takipnea,
Penyebab: normal hiperventilasi,
1. Depresi pusat 2.Tidak kussmaul, cheyne-
pernapasan menggunakan stokes, biot,
2. Hambatan upaya otot otot bantu ataksik)
napas (mis.nyeri pernapasan 3. Monitor
saat bernapas, 3.Frekuensi napas kemmpuan batuk
kelemahan otot normal efektif
pernapasan) 4.Fase ekspirasi 4. Monitor adanya
3. Deformitas tidak memanjang produksi sputum
dinding dada 5.Pengembangan 5. Monitor adanya
4. Deformitas tulang dada simetris sumbatan jalan
dada 6.Irama napas napas
5. Gangguan teratur 6. Palpasi
neuromuscular kesimetrisan
6. Penurunan energi ekspansi paru
7. Obesitas posisi 7. Auskultasi bunyi
tubuh yang napas
menghambat 8. Monitor saturasi
ekspanis paru oksigen
8. Sindrom 9. Monitor nilai AGD
hipoventilasi 10. Monitor hasil X-
9. Kerusakan ray thoraks
inervasi Teraupetik
diafragma 1. Atur interval
10. Kecemasan pemantauan
Gejala dan tan respirasi sesuai
mayor kondisi pasien
Subjektif : Dispnea 2. Dokumentasikan
Objektif: hasil pemantauan
1. Penggunaan otot Edukasi
bantu 1. Jelaskan tujuan dan
2. Fase ekspirasi prosedur
memanjang pemantauan
3. Pola nafas 2. Informasikan hasil
abnormal pemantauan
(mis.talkipnea, Terapi Oksigen
bradipnea, Observasi
hiperventilasi, 1. Monitor kecepatan
kussmaul, aliran oksigen
chynen-stokes) 2. Monitor posisi alat
Gejala dan tanda terapi oksigen
minor 3. Monitor aliran
Subjektif: Ortopnea oksigen secara
Objektif: periodic dan
1. Pernapasan pastikan fraksi
pursed-lip yang diberikan
2. Pernapasan cukup
cuping hidung 4. Monitor efektifitas
3. Diameter thoraks terapi oksigen
anterior-posterior (mis.oksimetri,
meningkat AGD), jika perlu
4. Ventilasi semenit 5. Monitor kemapuan
menurun melepaskan
5. Kapasitas vital oksigen saat makan
menurun 6. Monitor tanda –
6. Tekanan ekspirasi tanda hipoventilasi
menurun 7. Monitor tanda dan
7. Tekanan inspirasi gejala toksikasi
menurun oksigen dan
8. Ekskursi dada atelektasis
berubah 8. Monitor tingkat
Kondisi Klinis kecemasan akibat
Terkait terapi oksigen
1. Depresi sistem 9. Monitor integritas
saraf pusat mukosa hidung
2. Cedera kepala akibat pemasangan
3. Traumati thoraks oksigen
4. Gullian barre Teraupetik
syndrome 1. Bersihkan secret
5. Sclerosis multiple pada mulut, hidung
6. Myasthenia gravis dan trakea, jika
perlu
2. Pertahankan
kepatenan jalan
napas
3. Siapkan dan atur
peralatan
pemberian oksigen
4. Tetap berikan
oksigen saat pasien
ditransportasi
5. Gunakan perangkat
oksigen yang
sesuai dengan
tingkat mobilitas
pasien
Edukasi
Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan
oksigen di rumah
Kolaborasi
1. Kolaborasi
penentuan dosis
oksigen
2. Kolaborasi
penggunaan
oksigen saat
aktivitas dan/ atau
tidur.
5 Risiko cidera Setelah dilakukan Manajemen
berhubungan dengan tindakan Keselamatan
penurunan fungsi keperawatan Lingkungan
penglihatan. selama 4x24 jam Observasi:
Defenisi: Berisiko keparahan dan 1. Identifikasi
mengalami bahaya cedera yang kebutuhan
atau kerusakan fisik diamati atau keselamatan
yanng menyebabkan dilaporkan 2. Monitor perubahan
seseorang tidak lagi menurun. status keselamatan
sepenuhnya sehat atau Dengan kriteria lingkungan
dalam kondisi baik hasil: Terapeutik:
Faktor Risiko : 1. Kejadian cedera 1. Hilangkan bahaya
Eksternal menurun keselamatan, Jika
1. Terpapar patogen 2. Luka/ Lecet memungkinkan
2. Terpapar zat kimia menurun 2. Modifikasi
toksik 3. Perdarahan lingkungan untuk
3. Terpapar agen menurun meminimalkan
nosokomial 4.Fraktur menurun risiko
4. Ketidakamanan 3. Sediakan alat bantu
transportasi kemanan linkungan
Internal: (mis. Pegangan
1. Ketidaknormalan tangan)
profil darah 4. Gunakan perangkat
2. Perubahan orientasi pelindung (mis.
afektif Rel samping, pintu
3. Perubahan sensasi terkunci, pagar)
4. Disfungsi autoimun Edukasi
5. Disfungsi biokimia Ajarkan individu,
6. Hipoksia jaringan keluarga dan kelompok
7. Kegagalan risiko tinggi bahaya
mekanisme pertahanan lingkungan
tubh Pencegahan Cidera
8. Malnutrisi Observasi:
9.Perubahan fungsi 1. Identifikasi obat
psikomotor yang berpotensi
10. Perubahan fungsi menyebabkan
kognitif cidera
Kondisi Klinis 2. Identifikasi
Terkait: kesesuaian alas
1. Kejang kaki atau stoking
2.Singkop elastis pada
3. Vertigo ekstremitas bawah
4. Gangguan Terapeutik:
penglihatan 1. Sediakan
5. Gangguan pencahayaan yang
pendengaran memadai
6. Penyakit parkinson 2. Sosialisasikan
7. Hipotensi pasien dan
8. Kelainan versus keluarga dengan
vestibularis lingkungan rawat
9. Retardasi mental inap
3. Sediakan alas kaki
antislip
4. Sediakan urinal
atau urinal untk
eliminasi di dekat
tempat tidur, Jika
perlu
5. Pastikan barang-
barang pribadi
mudah dijangkau
6. Tingkatkan
frekuensi observasi
dan pengawasan
pasien, sesuai
kebutuhan
Edukasi
1. Jelaskan alasan
intervensi
pencegahan jatuh
ke pasien dan
keluarga
2. Anjurkan berganti
posisi secara
perlahan dan
duduk beberapa
menit sebelum
berdiri
6 Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen
berhubungan dengan tindakan Hipertermia
infeksi/tindakan keperawatan 4x24 Observasi
invasif jam maka suhu 1. Identifkasi
Defenisi: Suhu tubuh dalam batas normal penyebab
meningkat diatas nilai dengan krteria hipertermi (mis.
rentang normal hasil: dehidrasi terpapar
Penyebab 1. Suhu tubuh lingkungan panas
1. Dehidrasi dalam batas penggunaan
2. Terpapar normal incubator)
lingkungan panas 2. Akral hangat 2. Monitor suhu
3. Proses penyakit 3. Kulit tidak tubuh
(mis. infeksi, kemerahan 3. Monitor
kanker) kadarelektrolit dan
4. Ketidaksesuaian haluaran urine
pakaian dengan Terapeutik
suhu lingkungan 1. Sediakan
5. Peningkatan laju lingkungan yang
metabolisme dingin
6. Respon trauma 2. Longgarkan atau
7. Aktivitas lepaskan pakaian
berlebihan 3. Basahi dan kipasi
Gejala dan Tanda permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
Mayor 5. Ganti linen setiap
Subjektif hari atau lebih
(tidak tersedia) sering jika
Objektif mengalami
Suhu tubuh diatas nilai hiperhidrosis
normal (keringat berlebih)
Gejala dan Tanda 6. Lakukan
Minor pendinginan
Subjektif(tidak eksternal (mis.
tersedia) selimut hipotermia
Objektif atau kompres
1.Kulit merah dingin pada dahi,
2.Kejang leher, dada,
3.Takikardi abdomen,aksila)
4.Takipnea 7. pemberian
5.Kulit terasa hangat antipiretik atau
Kondisi Klinis aspirin
Terkait 8. Batasi oksigen, jika
1.Proses infeksi perlu
2.Hipertiroid Edukasi
3.Stroke Anjurkan tirah baring
4.Dehidrasi Kolaborasi
5.Trauma Kolaborasi cairan dan
6.Prematuritas elektrolit intravena,
jika perlu
7 Kekurangan volume Setelah dilakukan Keseimbangan cairan
cairan berhubungan tindakan meningkat
dengan osmosis. keperawtan dalam Observasi
Defenisi: Berisiko 4x24 jam 1. Monitor status
mengalami penurunan, keseimbangan hidrasi ( mis, frek
peningkatan atau cairan meningkat nadi, kekuatan
pecepatan perpindahan dengan kriteria nadi, akral,
cairan dari hasil: pengisian kapiler,
intravaskuler, 1.Obs TTV dalam kelembapan
interstisial atau rentang normal mukosa, turgor
intraseluler 2. Turgorkulit kulit, tekanan
Faktor Resiko: elastis darah)
1. Prosedur 3.Intake dan Output 2. Monitor berat
pembedahan seimabang badan harian
mayor 3. Monitor hasil
2. Trauma/ pemeriksaan
perdarahan laboratorium (mis.
3. Luka bakar Hematokrit, Na, K,
4. Apheresis Cl, berat jenis
5. Asites urin , BUN)
6. Obstruksi 4. Monitor status
intestinal hemodinamik
7. Peradangan ( Mis. MAP, CVP,
pankreas PCWP jika
8. Penyakit tersedia)
ginjal dan Terapeutik
kelenjar 1. Catat intake output
9. Disfungsi dan hitung balans
intestinal cairan dalam 24
jam
2. Berikan asupan
cairan sesuai
kebutuhancairan
intravena bila perlu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu
Pemantauan Cairan
Observasi
1. Monitor frekuensi
dan kekuatan nadi
2. Monitor frekuensi
nafas
3. Monitor tekanan
darah
4. Monitor berat
badan
5. Monitor waktu
pengisian kapiler
6. Monitor elastisitas
atau turgor kulit
7. Monitor jumlah,
waktu dan berat
jenis urine
8. Monitor kadar
albumin dan
protein total
9. Monitor hasil
pemeriksaan serum
(mis. Osmolaritas
serum, hematocrit,
natrium, kalium,
BUN)
10. Identifikasi tanda-
tanda hipovolemia
(mis. Frekuensi
nadi meningkat,
nadi teraba lemah,
tekanan darah
menurun, tekanan
nadi menyempit,
turgor kulit
menurun,
membrane mukosa
kering, volume
urine menurun,
hematocrit
meningkat, haus,
lemah, konsentrasi
urine meningkat,
berat badan
menurun dalam
waktu singkat)
11. Identifikasi tanda-
tanda
hypervolemia
9mis. Dyspnea,
edema perifer,
edema anasarka,
JVP meningkat,
CVP meningkat,
refleks
hepatojogular
positif, berat badan
menurun dalam
waktu singkat)
12. Identifikasi factor
resiko
ketidakseimbangan
cairan (mis.
Prosedur
pembedahan
mayor,
trauma/perdarahan,
luka bakar,
apheresis,
obstruksi intestinal,
peradangan
pankreas, penyakit
ginjal dan kelenjar,
disfungsi
intestinal)
Terapeutik
1. Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi
pasien
2. Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
8 Gangguan integritas Setelah dilakikan Perawatan Integritas
kulit berhubungan tindakan Kulit
dengan penurunan keperawatan Observasi
vaskularisasi/ganggu selama 4x24 jam Identifikasi penyebab
an sirkulasi. integritas kulit dan gangguan integritas
Defenisi jaringan meningkat, kulit (mis. Perubahan
Kerusakan kulit dengan kriteria sirkulasi, perubahan
(dermis dan/atau hasil: status nutrisi,
epidermis) atau 1.Kejadian luka peneurunan
jaringan (membran lecet menurun kelembaban, suhu
mukosa, kornea, fasia, 2. Luka dapat lingkungan ekstrem,
otot, tendon, tulang, sembuh dengan penurunan mobilitas)
kartilago, kapsul sendi cepat Terapeutik
dan/atau ligamen). 3. Tidak ada infeksi 1. Ubah posisi setiap
Penyebab pada kulit 2 jam jika tirah
1. Perubahan baring
sirkulasi 2. Lakukan pemijatan
2. Perubahan pada area
status nutrisi penonjolan tulang,
(kelebihan jika perlu
atau 3. Bersihkan perineal
kekurangan) dengan air hangat,
3. Kekurangan/ terutama selama
kelebihan periode diare
volume cairan 4. Gunakan produk
4. Penurunan berbahan petrolium
mobilitas atau minyak pada
5. Bahan kimia kulit kering
iritatif 5. Gunakan produk
6. Suhu berbahan
lingkungan ringan/alami dan
yang ekstrem hipoalergik pada
7. Faktor kulit sensitif
mekanis (mis. 6. Hindari produk
Penekanan berbahan dasar
pada tonjolan alkohol pada kulit
tulang, kering
gesekan) atau Edukasi
faktor elektris 1. Anjurkan
(elektrodiater menggunakan
mi, energi pelembab (mis.
listrik Lotin, serum)
bertegangan 2. Anjurkan minum
tinggi) air yang cukup
8. Efek samping 3. Anjurkan
terapi radiasi meningkatkan
9. Kelembaban asupan nutrisi
10. Proses 4. Anjurkan
penuaan meningkat asupan
11. Neuropati buah dan sayur
perifer 5. Anjurkan
12. Perubahan menghindari
pigmentasi terpapar suhu
13. Perubahan ektrime
hormonal 6. Anjurkan
14. Kurang menggunakan tabir
terpapar surya SPF minimal
informasi 30 saat berada
tentang upaya diluar rumah.
memperthanka Perawatan Luka
n/melindungi Observasi
integritas 1. Monitor
jaringan karakteristik luka
(mis:
drainase,warna,uku
ran,bau
2. Monitor tanda –
tanda infeksi
Terapeutik
1. Lepaskan balutan
dan plester secara
perlahan
2. Cukur rambut di
sekitar daerah luka,
jika perlu
3. Bersihkan dengan
cairan NACL atau
pembersih non
toksik,sesuai
kebutuhan
4. Bersihkan jaringan
nekrotik
5. Berikan salep yang
sesuai di kulit /lesi,
jika perlu
6. Pasang balutan
sesuai jenis luka
7. Pertahan kan
teknik seteril saaat
perawatan luka
8. Ganti balutan
sesuai jumlah
eksudat dan
drainase
9. Jadwalkan
perubahan posisi
setiap dua jam atau
sesuai kondisi
pasien
10. Berikan diet
dengan kalori 30-
35 kkal/kgBB/hari
dan protein1,25-1,5
g/kgBB/hari
11. Berikan suplemen
vitamin dan
mineral (mis
vitamin A,vitamin
C,Zinc,Asam
amino),sesuai
indikasi
12. Berikan terapi
TENS(Stimulasi
syaraf
transkutaneous), jik
a perlu
Edukasi
1. Jelaskan tandan
dan gejala infeksi
2. Anjurkan
mengonsumsi
makan tinggi
kalium dan protein
3. Ajarkan prosedur
perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
prosedur
debridement(mis:
enzimatik biologis
mekanis,autolotik),
jika perlu
2. Kolaborasi
pemberian
antibiotik, jika
perlu
9 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi
berhubungan dengan tindakan Observasi
kelemahan keperawatan 1. Identifikasi
Defenisi: selama 4 x 8 jam gangguan fungsi
Ketidakcukupan dengan kriteria tubuh yang
energi untuk hasil: mengakibatkan
melakukan aktivitas 1. Mampu kelelahan
sehari – hari melakukan 2. Monitor kelelahan
Penyebab: mobilisasi bertahap fisik dan emosional
1. Ketidakseimbanga 2. Obs TTV dalam 3. Monitor pola dan
n antara suplai rentang normal jam tidur
dan kebutuhan 3. Luka lecett idak 4. Monitor lokasi dan
oksigen tejadi ketidaknyamanan
2. Tirah baring selama melakukan
3. Kelemahan aktivitas
4. Imobilitas Teraupetik
5. Gaya hidup 1. Sediakan
monoton lingkungan
Gejala dan Tanda nyaman dan rendah
Mayor stimulus
Subjektif: Mengeluh (mis.kebisingan,
lelah cahaya, suara dan
Objektif: Frekuensi kunjungan)
jantung meningkat ˃ 2. Lakukan latihan
20% dari kondisi rentang gerak aktif/
istirahat pasif, jika perlu
Gejala dan Tanda 3. Berikan aktivitas
Minor distraksi yang
Subjektif: menenangkan
1. Dyspnea saat/ 4. Fasilitasi duduk di
setelah aktivitas sisi tempat tidur,
2. Merasa tidak jika tidak dapat
nyaman setelah berpindah atau
beraktivitas berjalan
3. Merasa lemah Edukasi
Objektif: 1. Anjurkan
1. Tekanan darah melakukan
berubah ˃ 20% aktivitas secara
dari kondisi bertahap
istirahat 2. Anjurkan
2. Gambaran EKG menghubungi
menunjukkan perawat jika jika
aritmia saat/ tanda dan gejala
setelah aktivitas kelelahan tidak
3. Gambaran EKG berkurang
menunjukkan 3. Ajarkan strategi
iskemia koping untuk
4. Sianosis mengurangi
Kondisi Klinis kelelahan
Terkait Kolaborasi
1. Anemia Kolaborasi dengan ahli
2. Gagal jantung gizi tentang cara
kongestif meningkatkan asupan
3. Penyakit jantung makanan.
coroner
4. Aritmia
5. Penyakit Paru
Obstruktif Kronis
(PPOK)
6. Gangguan
metabolic
7. Gangguan
muskuloskletal
10 Risiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
berhubungan dengan tindakan Observasi
penyakit keperawatan Monitor tanda dan
kronis/tindakan selama 4 x 24 jam gejala infeksi local dan
invasif risiko infeksi sistemik
Defenisi: Berisiko teratasi dengan Teraupetik
mengalami kriteria hasil 1. Batasi jumlah
peningkatan terserang 1. Bebas dari pengunjung
organisme patogenik tanda –tanda 2. Cuci tangan
Faktor Risiko infeksi sebelum dan
1. Penyakit kronis 2. Tanda - tanda sesudah kontak
(mis.diabetes vital dalam dengan pasien dan
mellitus) batas normal lingkungan pasien
2. Peningkatan 3. Jumlah Edukasi
paparan leukosit 1. Jelaskan tanda dan
organisme dalam batas gejala infeksi
pathogen normal 2. Ajarkan cara
lingkungan mencuci tangan
3. Ketidakadekuatan dengan benar
pertahanan tubuh 3. Ajarkan etika
primer batuk
a. Perubahan 4. Ajarkan
sekresi PH meningkatkan
b. Penurunan asupan nutrisi
kerja siliaris 5. Ajarkan
c. Merokok meningkatkan
4. Ketidakadekuatan asupan cairan
pertahanan
sekunder:
a. Penurunan
hemoglobin
b. Leukopenia
c. Supresi
respon
inflamasi
Kondisi Klinis Tekait
1. Penyakit paru
obstuktif kronis
(PPOK)
2. Tindakan invasif
3. Leukositopenia
2.2.4. Implementasi Keperawatan
1.3.1 Pengertian
pada saat tegang dan rileks. Pada saat tubuh dan pikiran
Nathan, 2016).
metabolic.
otot rileks.
lambat.
a) Persiapan
b) Persiapan klien: