DISUSUN OLEH
KELOMPOK 10
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata
kuliah Dasar Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat, juga diharapkan dapat menambah
wawasan dan bermanfaat bagi pembaca dan juga penulis.
Kami menyadari, bahwa makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah kami ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..……i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………3
A. Kesimpulan.............................................................................................................8
B. Saran.......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digetsi, absopsi, transportasi,
penyimpanan,, metabolism, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mepertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi noral dari organ-organ serta
menghasilkan energi.
Seiring dengan perkembangan saat ini masih banyak diantara kita semua
yang kurang memngetahui tentang kebutuhan gizi yang semestinya kita penuhi.
Salah satunya adalah zat gizi mikro. Zat gizi mikro adalah komponen yang
diperlukan zat gizi makro yang dapat berfungsi dengan baik. Zat gizi mikro
dibutuhkan dalam jumlah kecil atau sedikit, tetapi ada didalam makanan. Zat gizi
mikro menggunakan satuan milligram (mg) untuk sebagian besar mineral dan
vitamin.
Salahnya ialah mineral zat besi Fe yang merupakan salah satu zat gizi mikro
yang harus kita konsumsi untuk memenuhi kebutuhan tubuh kita.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian dari Zat Besi (Fe)?
2. Apa saja fungsi dari Zat Besi (Fe)?
3. Apa saja sumber makanan yang mengandung Zat Besi (Fe)?
4. Bagaimana akibat yang ditimbulkan pada tubuh manusia jika kekurangan
ataupun kelebihan Zat Besi (Fe)?
5. Berapa angka kecukupan mineral dari Zat Besi (Fe) yang semestinya
dianjurkan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Zat Besi (Fe).
2. Untuk mengetahui fungsi apa saja yang dapat diberikan oleh Zat Besi (Fe)
pada tubuh manusia
3. Untuk mengetahui berbagai sumber makanan yang mengandung Zat Besi (Fe).
1
4. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan pada tubuh manusia apabila
kekurangan ataupun kelebihan Zat Besi (Fe).
5. Untuk mengetahui angka kecukupan mineral dari Zat Besi (Fe) yang harus di
konsumsi sesuai dengan yang dianjurkan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
mendegradasi zat besi (Fe) dari eritrosit untuk dibawa kembali ke sumsum
tulang untuk eritropoesis.
Zat besi (Fe) juga berfungsi sebagai metabolisme energi untuk
kemampuan belajar dan sebagai sistem kekebalan. Zat besi (Fe) bekerja sama
dengan rantai protein pengangkut electron di dalam tiap sel, yang berperan
dalam langkah-langkah hydrogen yang berasal dari zat gizi penghasil energi
oksigen, sehingga membentuk air, proses tersebut menghasilkan (adenosine
tripospat) ATP (Arisma,2010).
Zat besi (Fe) juga memiliki fungsi penting dalam imunitas tubuh.
Seseorang dengan kadar zat besi (Fe) yang renddah akan memiliki daya tahan
tubuh yang rendah terhadap infeksi. Respon kekebalan sel oleh sel Limfosit-T
akan terganggu bila pembentukan sel tersebut berkurang yang disebabkan
berkurangnya sintesis DNA karenaa gangguan enzim reduktase ribonuklotida
yang mebutuhkan zat besi (Fe) untuk fungsi enzim tersebut. Sel darah putih
berfungsi menghancurkan bakteri dan tidak dapat bekerja efektif bila
kekurangan zat besi (Fe). Enzim mieloperoksidae yang berperan dalam sistem
imunitas tubuh bisa terganggu dalam keadaan defensiasi zat besi (Fe). Protein
pengikat Fe-transferin dan laktoferin mampu mencegah terjadinya infeksi
dengan cara memisahkan zat besi (Fe) dari mikroorganisme demi
pertumbuhannya. Ketika tubuh melawan infeksi yang disebabkan bakteri.
Ferritin dalam tubuh mampu merangkap zat besi (Fe) sehingga zat besi (Fe)
tidak dapat digunakan bakteri pertumbuhannya.
Zat besi (Fe) juga berjungsi sebagai peningkatan perkembangan otak.
Karena oksigen dalam darah dibantu oleh zat besi (Fe). Secara tidak langsung
zat besi (Fe) menunjang aktivitas kognitif dan membantu untuk menciptakan
jalur saraf mencegah gangguan kognitif. Terpenuhinya kebutuhan zat besi (Fe)
akan lebih memudahkan seseoarang untuk berkonsentrasii.
4
(bioavability). Persediaan zat besi dalam makanan dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu, makanan dengan persediaan zat besi rendah terdiri dari bahan makanan
yang tidak bervariasi yaitu biji-bijian, akar-akaran, dan umbi-umbian dengan
hampir tidak pernah mengkonsumsi daging, ikan, dan makanan yang
mengandung vitamin C. Makanan dengan persediaan zat besi sedang terdiri dari
sebagian besar sayuran termasuk pula makanan yang bersumber dari hewan serta
makanan yang mengandung vitamin C. Makanan dengan persediaan zat besi
tinggi yaitu makanan yang banyak mengandung daging, unggas, ikan atau
makanan-makanan yang kaya akan vitamin C.
Berikut bahan makanan sumber zat besi diantaranya:
Bahan Makanan Kandungan Zat Besi (mg)
Daging 23.8
Sereal 18.0
Kacang 8.3
Beras 8.0
Bayam 6.4
Hati sapi 5.2
Susu formula 1.2
kedelai 8.8
5
3. Perempuan
10 – 12 tahun: 8 mg
13 – 18 tahun: 15 mg
19 – 49 tahun: 18 mg
50 – 80 tahun: 8 mg
4. Wanita Hamil
Trimester 1: +0 mg
Trimester 2 – 3: +9 mg
5. Wanita menyusui
6 bulan pertama: +0 mg
6 bulan kedua: +0 mg
Kelebihan
kelebihan zat besi adalah hemokromatosis. Ini terjadi saat seseorang
menyerap terlalu banyak zat besi dari makanan dan minuman yang
dikonsumsinya. Faktor lain seperti penyakit sebelumnya hingga
genetik juga memegang peran.
Bahaya dari kelebihan zat besi terhadap organ vital tubuh di antaranya :
Kerusakan pankreas yang memicu diabetes mellitus
Penyakit kanker
6
Serangan jantung hingga gagal jantung
Sirosis
Kanker hati
Osteoarthritis
Osteoporosis
Hipotiroidisme
Hipogonadisme
Penyakit saraf seperti Alzheimer, Parkinson, Huntington, epilepsi,
dan sklerosis
Kematian
BAB III
PENUTUP
7
A. Kesimpulan
1. Zat besi (Fe) adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah
merah (hemoglobin). Selain itu, mineral juga berperan sebagai komponen
untuk membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot),
kolagen (protein yang terdapat di tulang, tulang, rawan, dan jaringan
penyambung), serta enzim.
2. Zat besi (Fe) juga berfungsi sebagai metabolisme energi untuk kemampuan
belajar dan sebagai sistem kekebalan. Zat besi (Fe) bekerja sama dengan
rantai protein pengangkut electron di dalam tiap sel, yang berperan dalam
langkah-langkah hydrogen yang berasal dari zat gizi penghasil energi
oksigen, sehingga membentuk air, proses tersebut menghasilkan (adenosine
tripospat) ATP (Arisma,2010).
3. Sumber zat besi adalah makan hewani, seperti daging, ayam, dan ikan.
Sumber baik lainnya adalah telur, serelia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran
hijau dan beberapa jenis buah.
4. Angka kecukupan gizi mineral dari Zat Besi (Fe) sesuai yang dianjurkan
yakni sebagai berikut:
a. 0 – 3 bulan: 0.3 mg
b. 10 – 12 tahun: 8 mg
c. 19 – 29 tahun: 18 mg
d. 65 – 80 tahun: 8 mg
e. Wanita hamil trimester 1: +0 mg
f. Wanita hamil trimester 2 – 3: +9 mg
g. Wanita menyusi 6bulan pertama – 6bulan kedepan: +0 mg
5. Kekurangan zat besi (Fe) akan mengakibatkan anemia yang merupakan
masalah gizi di Indonesia. Selain itu juga akan menurunkan kekebalan tubuh
karena berhubungan erat dengan penurunan fungsi enzim pembentuk
antibodi (Ramly,2008).
8
B. Saran
Setelah mengetahui seperti apa Zat Besi (Fe), penulis menyarankan agar
senantiasa menjaga kualitas dan kuantitas dalam mengonsumsi Zat Besi (Fe).
9
DAFTAR PUSTAKA
Nurrahma, A., Alimin, A., & Rustiah, W. O. (2013). Analisis Kandungan Zat Besi (Fe)
Pada Buah Kelor dan Daun Kelor (Moringa Oleifera) yang Tumbuh di Desa
Matajang Kec. Dua Boccoe Kab. Bone. Al-Kimia, 1(1), 10-17. Fakultas
Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar.
Sumarmi, S., & Andarina, D. (2006). Hubungan Konsumsi Protein Hewani dan Zat
Besi dengan Kadar Hemoglobin pada Balita Usia 1336 Bulan. Indonesian Journal
of Public Health, 3(1). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga,
Surabaya.
Handayani, F., SB, T. W. A., KM, S., Gizi, M., Puspitasari, D. I., & Gz, S.
(2018). Hubungan Asupan Zat Besi dan Zinc dengan Status Gizi pada Baduta Usia
6-24 Bulan di Puskesmas Penumping Kota Surakarta (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Syatriani, S., & Aryani, A. (2010). Konsumsi makanan dan kejadian anemia pada siswi
salah satu SMP di Kota Makassar. Kesmas: National Public Health Journal, 4(6),
251-254.
10
Masthalina, H. (2015). Pola Konsumsi (faktor inhibitor dan enhancer fe) terhadap Status
Anemia Remaja Putri. KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(1), 80-86.
Sundari, E., & Nuryanto, N. (2016). Hubungan asupan protein, seng, zat besi, dan
riwayat penyakit infeksi dengan z-score tb/u pada balita. Journal of Nutrition
College, 5(4), 520-529.
11