Disusun Oleh :
Kelompok 4/ THP-A
UNIVERSITAS JEMBER
MARET,2011
3
BAB 1.PENDAHULUAN
4
Tepung talas dapat dimanfaatkan sebagai bahan subsitusi pada produk olahan
pangan seperti cake. Oleh karena itu ketergantungan terhadap penggunaan tepung
terigu dapat dikurangi. Selain untuk memanfaatkan talas yang masih minim
pengolahannya, juga diharapkan talas dapat peningkatan kualitas pada produk baik
dari segi nilai gizi maupun meningkatkan nilai jual dipasaran. Tepung talas dihasilkan
tentu diperlukan pengetahuan mengenai karakteristik fisik dan organoleptik tepung
talas.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari small project yang akan dilakukan , antara lain sebagai
berikut :
a. Mengetahui karakteristik fisik dan organoleptik cake dengan subsitusi tepung
talas.
b. Mengetahui pengaruh perbedaan komposisi tepung talas yang digunakan
terhadap kualitas cake yang dihasilkan.
1.4 Luaran
Luaran yang di harapkan dari proposal yang berjudul karakteristik fisik dan
organoleptik cake dengan subsitusi tepung talas dan tepung terigu ialah terciptanya
suatu usaha yang menghasilkan profit menjajikan dan inovatif serta diharapkan hasil
ini mendapatkan apresiasi dari masyrakat.
5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cake
6
2.2 Tepung Talas
Talas (Colocasia esculenta) merupakan tanaman pangan yang termasuk
jenis herba menahun. Talas memiliki berbagai nama umum di seluruh dunia,
yaitu Taro, Old cocoyam, Abalong, Taioba, Arvi, Keladi, Satoimo, Tayoba, Yu-
tao. Tanaman ini diklasifikasikan sebagai tumbuhan berbiji (Spermatophyta)
dengan biji tertutup (Angiospermae) dan berkeping satu (Monocotyledonae).
Taksonomi tumbuhan talas secara lengkap adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Arales
Family : Araceae
Genus : Colocasia
Spesies : Colocasia esculenta
(Sumber: Fiki fitrya,2012)
Tanaman talas merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang memiliki
peranan cukup strategis tidak hanya sebagai sumber bahan pangan, dan bahan
baku industri tetapi juga untuk pakan ternak. Tanaman talas memiliki nilai
ekonomi yang tinggi karena hampir sebagian besar bagian tanaman dapat
dimanfaatkan untuk dikonsumsi manusia. Tanaman talas yang merupakan
penghasil karbohidrat berpotensi sebagai substitusi beras.
Kandungan gizi yang terdapat pada 100 gram umbi talas terdapat dalam tabel
2.2 sebagai berikut.
Tabel 2.2 Kandungan gizi talas
Kandungan gizi Talas mentah Talas rebus
Energi (kal) 120 108
Protein (g) 1,5 1,4
Lemak (g) 0,3 0,4
Hidrat arang total (g) 28,2 25
Serat (g) 0,7 0,9
Abu (g) 0,8 0,8
Kalsium (mg) 31 47
Fosfor (mg) 67 67
Besi (mg) 0,7 0,7
Karoten total 0 0
Vitamin B1 (mg) 0,05 0,06
Vitamin C (mg) 2 4
Air (g) 69,2 72,4
Bagian yang dimakan 85 100
(%)
Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI (1980).
7
Tanaman talas khususnya talas belitung dapat di proses menjadi tepung
melalui penumbukan atau penggilingan dan pengayaan menggunalan ayakan
tepung. Talas tidak lamgsung di kupas dan ditumbuk begitu saja namun harus
direndam pada air garam selama 10 menit untuk mengurangi kadar kristal
kalsium oksalat yang dapat menimbulkan gatal.keunggulan tepung talas belitung
yaitu indeks glikemin rendah,resisten pati tinggi dan kaya oligosakarida sehingga
dapat membantu dalam pencegahan primer terjadinya penyakit
degeneratif.(Widowati,2009)
8
c. Soft flour (kandungan protein 8% – 9%)
Tepung ini memiliki daya serap rendah, sukar diuleni, dan daya
pengembangan rendah. Tepung ini cocok untuk membuat kue kering, biskuit,
pastel.
Kompinen utama yang terkandung di dalam tepung terigu seperti protein,
lemak, kalsium, fosfor, besi dan vitamin A cukup tinggi. Banyaknya kandungan
komponen utama dapat di lihat pada Tabel 2.4. Komposisi kimia tepung terigu
dalam 100 gram bahan sebagai berikut :
Tabel 2.4 Komposisi kimia tepung terigu per 100 gram bahan
Komponen Jumlah
Kalori (kal) 332
Protein (g) 9,61
Lemak (g) 1,95
Karbohidrat (g) 74,48
Kalsium (mg) 33
Fosfor (mg) 323
Besi (mg) 3,71
Vitamin A (IU) 9
Vitamin C (mg) 0,0
Air (g) 12,42
Sumber: USDA, 2014
Syarat mutu tepung terigu yang telah ditetapkan oleh Standar Nasional
Indonesia sebagai bahan makanan yang membantu pemerintah dalam
mewujudkan peningkatan gizi masyarakat dengan fortivikasi zat besi, zeng,
vitamin B1, vitamin B2 dan asam folat terdapat dalam tabel 2.5 sebagai berikut.
9
Tabel 2.5 Syarat mutu tepung terigu menurut SNI 3751:2009
No Jenis Uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan - -
a. Bentuk - Serbuk
b. Bau - Normal (bebas dari bau
c. Warna - asing)
Putih khas terigu
2 Benda asing - Tidak boleh ada
3 Serangga dan semua bentuk - Tidak boleh ada
stadia dan potongan-potongan
yang tampak
4 Kehalusan lolos ayakan 212 % Min. 95
(mesh No. 70) (b/b)
5 Kadar air % Maks. 14,5
6 Kadar abu % Maks. 0,70
7 Protein % Min. 7,0
8 Keasaman Mg Maks. 50
KOH/100g
9 Falling number (atas dasar kadar Detik Min. 300
air 14 %)
10 Besi (Fe) mg/kg Min. 50
11 Zeng (Zn) mg/kg Min. 30
12 Vitamin B1 (Thiamin) mg/kg Min. 2,5
13 Vitamin B2 (Riboflavin) mg/kg Min. 4
14 Asam folat mg/kg Min. 2
15 Cemaran logam - -
a. Timbal (Pb) mg/kg Maks. 1,0
b. Raksa (Hg) mg/kg Maks. 0,05
c. Cadmium (Cd) mg/kg Maks. 0,1
16 Cemaran arsen Mg/kg Maks. 0,50
17 Cemaran Mikroba - -
a. Angka lempeng total Koloni/g Maks. 1x106
b. Eschericia coli APM/g Maks. 10
c. Kapang Koloni/g Maks. 1x104
d. Basillus cereus Koloni/g Maks. 1x104
Sumber: BSN (2009)
10
Tabel 2.6 Syarat mutu gula kristal putih menurut SNI 3140.3:2010
No Parameter uji satuan Persyaratan
GKP 1 GKP 2
1 warna
1.1 Warna kristal CT 4,0-7,5 7,6-10,0
1.2 Warna larutan (ICUMSA) IU 81-200 201-300
2 Besar jenis butir Mm 0,8-1,2 0,8-1,2
3 Susut pengeringan (b/b) % maks 0,1 maks 0,1
4 Polarisasi (°Z, 20°C) “Z” min 99,6 min 99,5
5 Abu konduktiviti (b/b) % maks 0,10 maks 0,15
6 Bahan tambahan pangan
6.1 Belerang dioksida (𝑆𝑂2 ) mg/kg maks 30 maks 30
7 Cemaran logam
7.1 Timbal (Pb) mg/kg maks 2 maks 2
7.2 Tembaga (Cu) mg/kg maks 2 maks 2
7.3 Arsen (As) mg/kg maks 1 maks 1
Sumber: BSN (2010)
2.4.2 Telur
Telur termasuk bahan pangan hasil ternak unggas yang memiliki sumber
protein hewani. Telur mudah dicerna, bergizi tinggi dan memiliki rasa yang lezat.
Kandungan protein pada telur terdapat pada putih telur dan kuning telur
(Irmansyah,dkk.2009). kualitas telur akan mengalami penurunan selama masa
penyimpanan. Penguapan air akan terjadi karena adanya penyimpanan telur
yang mengakibatkan penurunan berat pada telur terutama dari putih telur
(Siregar,dkk.2012). Telur banyak diproduksi dan diolah menjadi berbagai jenis
produk olahan.
Telur memiliki fungsi yang cukup banyak dalam dunia pangan. Di
samping nilai gizinya yang tinggi (kaya akan protein), telur juga memiliki sifat
fungsional yang dibutuhkan dalam pengolahan makanan. Dalam membuat kue
atau cake, maka telur dapat membuat adonan mengembang. Fungsi itu adalah
salah satu sifat fungsional yang dimiliki telur, sehingga banyak dibutuhkan dalam
industri pangan. Sifat utama yang ada pada telur adalah fungsinya sebagai
emulsifier atau bahan pembuat emulsi. Emulsi adalah campuran antara lemak
dan air yang membentuk sebuah campuran yang tidak terpisahkan. Kemampuan
membentuk busa adalah suatu sifat yang sangat dicari pada putih telur dimana
ikut berperan yaitu ovomucine, globulin, dan ovalbumine. Protein putih telur
berperan didalam kenampakan busa yang maksimal pada pH alamiah (pH 8-9)
daripada dalam kisaran pH isoelektrik (pH 4-5) (Bilang, 2010).
Syarat mutu telur sebagai bahan makanan dapat dilihat pada Tabel 2.7.
11
Tabel 2.7 Syarat mutu telur sebagai bahan makanan menurut SNI 01-3926-1995
No Uji Organoleptik Persyaratan
2.4.3 Margarin
Margarin merupakan salah satu sumber energi dengan vitamin A, D, E
dan K serta memiliki jumlah kalori yang lebih sedikit daripada mentega biasa.
Fungsi margarin dalam proses pembuatan kue adalah membantu dalam aerasi,
melembutkan tekstur, memperbaiki rasa, memperbaiki kualitas saat
penyimpanan, membuat tidak kenyal dan memberi warna pada permukaan
(Apriyantono, 2006).
Margarin dan mentega keduanya serupa tapi tidak sama. Margarin
terbuat dari lemak nabati sementara mentega terbuat dari lemak hewani.
Mentega biasa juga disebut dengan butter. Kue kering yang menggunakan
margarin akan menghasilkan kue yang kokoh dan stabil, sedangkan kue kering
yang menggunakan mentega akan menghasilkan kue yang lezat dan bentuk kue
tetap bagus, pakailah mentega yang dicampur dengan margarine dengan mutu
margarine yang dapat dilihat pada tabel 2.8.
12
Tabel 2.8 Syarat Mutu Margarin menurut SNI 01-3541-2002
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan - -
2 Bau - Harum
3 Warna - Kuning muda
4 Rasa - Netral
5 Air % b/b Maks. 18
6 Lemak % b/b Min. 80
7 Vitamin A IU/100g 2500-3500
8 Vitamin D IU/100g 250-350
9 Asam butirat % b/b Maks. 0,2
10 Bilangan asm mg KOH/g Maks. 4
11 Bahan tambahan pangan - Sesaui peraturan yang
berlaku
12 Cemaran logam timbal mg/kg 0,1
13 Cemaran logam timah mg/kg Maks. 40,0/250
14 Cemaran logam raksa mg/kg Maks. 0,03
15 Cemaran arsen mg/kg 0,1
16 Cemaran mikroba - -
17 Angka lempeng total koloni/g Maks. 103
18 Bakteri bentuk coli APM/g Maks. 10
19 E.coli APM/g <3
20 S.aureus koloni/g Maks. 102
21 Salmonella koloni/25g Negatif
22 Enterococci koloni/g Maks. 102
Sumber: BSN (2002)
2.4.4 Susu
13
Alasan utama pemakaian susu dalam pembuatan roti adalah untuk meningkatkan
nilai gizi. Susu mengandung protein (kasein), gula laktosa, dan mineral kalsium.
Susu juga memberikan efek terhadap warna kulit roti dan memperkuat gluten
karena kandungan kalsiumnya (Koswara, 2009).
14
No. Jenis susu Jenis uji Satuan Persyaratan
bubuk
2.4.6 Keju
Keju merupakan susu fermentasi yang berwarna kuning dan memiliki rasa
gurih. Keju dibuat melalui proses koagulasi, pemotongan, pemanasan curd,
pembuangan whey, dan pengepresan. Bahan utama pembuatan keju berupa
whole milk yang mengandung berbagai vitamin dan mineral (Ruskina,2012).
Proses pembuatan keju dibantu oleh mikroorganisme seperti Rhizopus
oryzae yang menghasilkan asam laktat. Asam laktat yang terbentuk berdampak
pada koagulasi kasein pembentuk dadih. Sub misel kasein yang terdiri dari
kalsium dan fosfat, ketika terbentuk asam laktat kalsium dan fosfat akan
15
berkaitan dengan laktat pembentuk kalsium laktat dan fosfat laktat, sehingga
gumpalan-gumpalan kasein akan berdiri sendiri yang nantinya akan membentuk
curd. Nilai curd akan berpengaruh terhadap nilai rendemen(Ruskina,2012).
Tabel 2.10 Standar keju olahan menurut SNI 01-2980-1992 tentang persyaratan
kandungan keju
No Kandungan Persyaratan
1 Air Maks. 45%
2 Protein Min. 19.5%
3 Lemak Min. 25%
4 Jumlah bakteri Maks. 300 koloni/gram
Kaliform Maks. -3 APM/gram
Khamir dan kapang Tidak ada
5 Abu Maks. 5.5%
6 Bahan tambahan Sesuai yang diijinkan
Sumber: SNI 01-2980-1992
16
3. METODOLOGI PELAKSANAAN
Penentuan Judul
Pembagian Tugas
Pencarian literature
Penyusunan proposal
Presentasi
Gambar 3.1 Rancangan Kerja
17
3.3.2 Tabel Rencana Kerja Pelaksanan
18
Waktu Pelaksana Agenda Kegiatan Penanggung Jawab Keterangan
Jumat, 10 Maret Pengumpulan Adelia Dwi FTP
proposal dan revisi Dia Ayu,
Lailatul Rahma
Rekcy Refandr
Wardatus Sholihah
Selasa, 14 Maret Pengumpulan Adelia Dwi FTP
proposal yang sudah Dia Ayu,
di revisi Lailatul Rahma
Rekcy Refandr
Wardatus Sholihah
Jumat, 17 Maret Presentasi Adelia Dwi FTP
Dia Ayu,
Lailatul Rahma
Rekcy Refandr
Wardatus Sholihah
19
3.4 Prosedur Pelaksanaan dan Diagram Alur
3.4.1 Prosedur Diagram Alur Pembuatan Tepung Talas
Talas 2 kg
Pengupasan Kulit
Tepung Talas
20
3.4.2 Prosedur Driagram Alir Pembuatan Cake
Pencetakan
Cake
21
3.5 Prosedur Pengamatan Parameter
a) Daya Kembang Cake (Fikri,2012)
Daya kembang cake diukur dengan membandingkan vulume awal adonan
dengan volume akhir cake setlah matang. Pada pembuatan cake digunakan
cetakan yang sama berbentuk lingkaran berdiameter 15 cm, sehingga yang
dibandingkan adalahtinggi dari adonan maupun cake yang di hasilkan.
Rasiopengembangan volume cake didapatkan dengan rumus :
tinggi cake
b) Warna (Fikri,2012)
c) Tekstur (Fikri,2012)
Tekstur cake diukur dengan alat penetrometer dengan cara menusukkan
jarum penetrometer pada bagian atas cake.
22
DAFTAR PUSTAKA
Fikri, F.2012. Karakteristik Tepung Talas dan Pemanfaatanmya dalam Pembuatan Cake.
Bogor:Institut Pertanian Bogor
Indastri, D.2004. Pemanfaatan Tepung Talas Belitung (Xanthosoma sagittifolium) dalam
Kusnandar F, Nuraida, danPalupi. 2007. Pemanfaatan Talas, Garut, dan Sukun sebagai
23
Rahmawati, S.2012. Analisis Pengendalian Kualitas Gula di PG Tasikmadu Kabupaten
Karanganyar. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret,Surakarta.
Rustandi, D. 2011. Produksi Mie. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, Solo. 124 hlm.
Widodo, 2003. Teknologi Proses Susu Bubuk. Edisi Pertama Ludicia Press. Yogyakarta
Widowati, S. 2009. Tepung Aneka Umbi Sebuah Solusi Ketahanan Pangan. Balai Besar
Penelitian dan Pasca Panen Pertanian.
Winarno, F.G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
24