Anda di halaman 1dari 26

Laboratorium Teknologi Bioproses

Semester IV 2018/2019

LAPORAN PRAKTIKUM

VIRGIN COCONUT OIL

Pembimbing : Drs. Abdul Azis, M.T


Kelompok :2
Kelas : 2A
Tgl.Praktikum : 13-18 Maret 2019

Anggota kelompok :
1. Firdayanti (33117002)
2. Ainun Tasbih (33117007)
3. Nur Fadillah (33117011)
4. Nur Ilmi Diniyah (33117015)
5. Fardiman Jamhal (33117017)
6. Sri Wahyuni (33117019)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2019
I. TUJUAN PERCOBAAN

Dapat mengetahui cara pembuatan VCO secara fermentasi dengan bantuan


ragi.

II. PERINCIAN KERJA


1. Membuat media starter dengan penambahan fermipan
2. Membuat produk virgin coconut oil (VCO)

III. ALAT DAN BAHAN


a) Alat yang digunakan :
 Baskom
 Saringan kelapa
 Gelas kimia 500 ml dan 1000 ml
 Erlenmeyer
 Corong kaca
 Corong pisah
 Cincin corong + statif
 Batang pengaduk
 Spatula
 Kertas timbang
 Neraca analitik
 Kapas
 Benang
 Kasa
 Gelas ukur 25 ml + 100 ml
 Inkubator (Shaker)

b) Bahan yang digunakan :


 Kelapa parut
 Air kelapa
 Air
 Urea
 Gula pasir
 Fermipan
 Aquades
IV. DASAR TEORI

Pohon kelapa sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia karena


hampir semua bagian kelapa dapat dimanfaatkan. Buah kelapa yang terdiri
atas sabut, tempurung, daging buah dan air kelapa tidak ada yang terbuang
dan dapat dibuat untuk menghasilkan produk industri, antara lain sabut kelapa
dapat dibuat keset, sapu, dan matras. Tempurung dapat dimanfaatkan untuk
membuat karbon aktif dan kerajinan tangan. Dari batang kelapa dapat
dihasilkan bahanbahan bangunan baik untuk kerangka maupun untuk dinding
serta atap. Daun kelapa dapat diambil lidinya yang dapat dipakai sebagai
sapu, serta barangbarang anyaman.

Daging buah dapat dipakai sebagai bahan baku untuk menghasilkan


kopra, minyak kelapa, coconut cream, santan dan parutan kering, sedangkan
air kelapa dapat dipakai untuk membuat cuka dan nata de coco. Santan adalah
cairan yang diperoleh dengan melakukan pemerasan terhadap daging buah
kelapa parutan. Santan merupakan bahan makanan yang dipergunakan untuk
mengolah berbagai masakan yang mengandung daging, ikan, ayam, dan
untuk pembuatan berbagai kuekue, es krim, gulagula. Selain itu, kelapa juga
menghasilkan produk olahan yang populer belakangan ini yaitu Virgin
Coconut Oil (VCO) yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (Suhardiyono,
1993).

Minyak kelapa murni atau lebih dikenal dengan Virgin Coconut Oil
(VCO) merupakan merupakan modifikasi proses pembuatan minyak kelapa
sehingga dihasilkan produk dengan kadar air dan kadar asam lemak bebas
yang rendah, berwarna bening, berbau harum, serta mempunyai daya simpan
yang cukup lama yaitu lebih dari 12 bulan. Pembuatan minyak kelapa murni
ini memiliki banyak keunggulan yaitu tidak membutuhkan biaya yang mahal
karena bahan baku mudah didapat dengan harga yang murah, pengolahan
yang sederhana dan tidak terlalu rumit, serta penggunaan energi yang
minimal karena tidak menggunakan bahan bakar sehingga kandungan kimia
dan nutrisinya tetap terjaga terutama asam lemak dalam minyak. Jika
dibandingkan dengan minyak kelapa biasa atau sering disebut dengan minyak
goreng (minyak kelapa kopra) minyak kelapa murni mempunyai kualitas
yang lebih baik. Minyak kelapa kopra akan berwarna kuning kecoklatan,
berbau tidak harum dan mudah tengik sehingga daya simpannya tidak
bertahan lama (kurang dari dua bulan). Dari segi ekonomi minyak kelapa
murni mempunyai harga jual yang lebih tinggi dibanding minyak kelapa
kopra sehingga studi pembuatan VCO perlu dikembangkan (anonim,
2009).VCO sangat kaya dengan kandungan asam laurat (laurat acid) berkisar
5070 %. Di dalam tubuh manusia asam laurat akan diubah menjadi
monolaurin yang bersifat antivirus, antibakteri dan antiprotozoa serta asam-
asam lain seperti asam kaprilat, yang didalam tubuh manusia diubah menjadi
monocaprin yang bermanfaat untuk penyakit yang disebabkan oleh virus
HSV2 dan HIV1 dan bakteri neisseria gonnorhoeae.

Virgin Coconut Oil juga tidak membebani kerja pankreas serta dalam
energi bagi penderita diabetes dan mengatasi masalah kegemukan/obesitas.
Oleh karena pemanfaatannya yang cukup luas, maka dengan pembuatan
minyak kelapa murni ini dapat menjadi salah satu obat alternatif, selain itu
juga dapat meningkatkan nilai ekonomi (anonim, 2009).

Kelapa

Kelapa (Cocos nucifera L) merupakan salah satu hasil pertanian


Indonesia yang cukup potensial. Hampir semua bagian dari tanaman tersebut
dapat dimanfaatkan. Banyak kegunaan yang dapat diperoleh dari kelapa dan
salah satu cara untuk memanfaatkan buah kelapa adalah mengolahnya
menjadi minyak makan atau minyak goreng. Produk kelapa yang paling
berharga adalah minyak kelapa, yang dapat diperoleh dari daging buah kelapa
segar atau dari kopra (Suhardiyono, 1995).

Kelapa (coconut) dikenal dengan berbagai sebutan seperti Nux indica, al


djanz al kindi, ganz ganz, nargil, narle, tenga, temuai dan pohon kehidupan.
Buah kelapa (cocos nucifera) termasuk famili palmae dari genus cocos.
Pohon kelapa mempunyai tinggi ratarata 12,3 meter dan sejak ditanam
sampai berbuah hingga siap dipetik pohon kelapa membutuhkan waktu 12
bulan (Suhardiyono, 1993).

Pada dasarnya dikenal dua varietas kelapa, yaitu varietas Nana yang
umum disebut kelapa genjah dan varietas Typica yang umum disebut kelapa
dalam. Kelapa genjah berdasarkan sifatnya dibagi 5 yaitu : kelapa gading,
kelapa raja, kelapa puyuh, kelapa raja malabr, kelapa hias. Kelapa dalam
berdasarkan sifatnya dibagi 6 yaitu : kelapa hijau, kelapa merah, kelapa
manis, kelapa bali, kelapa kopyor, kelapa lilin (Wahyuni, Mita, Ir., 2000).
Buah kelapa terdiri dari bagianbagian seperti:

- Epicarp (Kulit Luar)


Yaitu kulit bagian luar yang berwarna hijau, kuning, atau jingga
permukaannya licin, agak keras dan tebalnya 0,14 mm.
- Mesocarp (Sabut)
Yaitu kulit bagian tengah yang disebut serabut terdiri dari bagian berserat
tebalnya 3 5 mm.
- Endocarp (Tempurung)
Yaitu bagian tempurung yang keras sekali tebalnya 3 5 mm, bagian dalam
melekat pada kulit luar biji.
- Testa ( Kulit Daging Buah ) yaitu bagian dari warna kuning sampai
coklat.
- Endosperm (Daging Buah ) yaitu bagian yang berwarna putih dan lunak,
sering disebut daging kelapa yang tebalnya 8 10 mm.
- Air Kelapa yaitu bagian yang berasa manis, mengandung mineral 4%,
gula 2%, dan air.
- Lembaga yaitu bakal tanaman setelah buah

Buah Kelapa

Satu pohon kelapa dapat berbuah mulai dari 10 hingga 13 kali dalam
setahun. Buah kelapa tumbuh dalam rumpun, bisa mencapai 12 buah per
rumpun. Daging buah kelapa merupakan bagian yang paling penting dari
komoditi asal pohon kelapa. Daging buah merupakan lapisan tebal berwarna
putih. Bagian ini mengandung berbagai zat gizi. Kandungan zat gizi tersebut
beragam sesuai dengan tingkat kematangan buah.

Selama perkembangannya, buah kelapa secara kontinyu mengalami


kenaikan berat. Ukuran berat maksimum tercapai pada bulan ketujuh. Pada
saat itulah jumlah air kelapa mencapai maksimal.

Setelah periode tersebut, air kelapa berkurang jumlahnya dan daging


kelapa mengalami penebalan. Penebalan daging mencapai puncaknya pada
bulan ke9. Di atas bulan ke10, kelapa dapat dikatakan tua. Pada periode
tersebut, kadar air semakin berkurang. Itulah yang menyebabkan kelapa tua
akan berbunyi jika dikocokkocok.

Buah kelapa tua terdiri dari empat komponen utama, yaitu: 35 persen
sabut, 12 persen tempurung, 28 persen daging buah, dan 25 persen air kelapa.
Daging buah tua merupakan bahan sumber minyak nabati (kandungan
minyak 30 persen).

Perbedaan mendasar antara daging buah kelapa muda dan tua adalah
kandungan minyaknya. Kelapa muda memiliki rasio kadar air dan minyak
yang besar. Kelapa disebut tua jika rasio kadar air dan minyaknya optimum
untuk menghasilkan santan dalam jumlah terbanyak. Sebaliknya, bila buah
kelapa terlalu tua, kadar airnya akan semakin berkurang. Pada kondisi
tersebut, hasil santan yang diperoleh menjadi sedikit.

Daging Buah kelapa

Daging buah kelapa yang sudah masak dapat dijadikan kopra dan bahan
makanan, daging buah merupakan sumber protein yang penting dan mudah
dicerna. Komposisi kimia daging buah kelapa ditentukan oleh umur buah.
Pada tabel 1 dapat dilihat komposisi kimia buah kelapa pada berbagai tingkat
kematangan.

Tabel 1. Komposisi Kimia Daging Pada Berbagai Tingkat Kematangan

Analisa (dalam 100


Buah Muda Buah Setengah Tua Buah Tua
gr)

Kalori 68 kal 180 kal 359 kal

Protein 1 gr 4 gr 3,4 gr

Lemak 0,9 gr 13,0 gr 34,7 gr

Karbohidrat 14 gr 10 gr 14 gr

Kalsium 17 mg 10 mg 21 mg

Fosfor 30 mg 8 mg 21 mg

Besi 1 mg 1,3 mg 2 mg

Aktivitas vit. A 0,01 IU 10,0 IU 0,01 IU

Thiamin 0,0 mg 0,5 ng 0,1 mg


Asam Askorbat 4,0 mg 4,0 mg 2,0 mg

Air 83,3 gr 70 gr 46,9 gr

53,0 gr 53,0 gr 53,0 gr


Bagian yang dapat
dimakan

Sumber : Thieme, J. G. ( 1968 ) dikutip dari Ketaren, 1986

Minyak Kelapa

Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemak digolongkan ke


dalam minyak asam laurat, karena kandungan asam lauratnya paling besar
jika dibandingkan dengan asam lemak lainnya. Berdasarkan tingkat
ketidakjenuhannya yang dinyatakan dengan bilangan Iod (iodine value),
maka minyak kelapa dapat dimasukkan ke dalam golongan non drying oils,
karena bilangan iod minyak tersebut berkisar antara 7,510,5.

Komposisi asam lemak minyak kelapa dapat dilihat pada tabel 2.2. Dari
tabel tersebut dapat dilihat bahwa asam lemak jenuh minyak kelapa kurang
dari 90 persen. Minyak kelapa mengandung 84 persen trigliserida dengan tiga
molekul asam lemak jenuh, 12 persen trigliserida dengan dua asam lemak
jenuh dan 4 persen trigliserida dengan satu asam lemak jenuh.

Minyak Kelapa Murni

Minyak kelapa murni atau bahasa ilmiahnya virgin coconut oil adalah
minyak perawan yang berasal dari sari pati kelapa, diproses secara higienis
tanpa sentuhan api secara langsung dan bahan kimia tambahan. Dilihat dari
warnanya, minyak kelapa murni jauh lebih bening seperti air mineral. Selain
itu kadar air dan asam lemak bebasnya kecil, serta kandungan asam lauratnya
tinggi. Minyak kelapa murni mengandung anti oksidan bebas sehingga
mampu menjaga kekebalan tubuh.

Proses pembuatan minyak kelapa murni ini sama sekali tidak


menggunakan zat kimia organis dan pelarut minyak. Dari proses seperti ini,
rasa minyak yang dihasilkan lembut dengan bau khas kelapa yang unik. Jika
minyak membeku, warna minyak kelapa ini putih murni. Sedangkan jika cair,
VCO tidak berwarna ( bening ). Minyak kelapa murni tidak mudah tengik
karena kandungan asam lemak jenuhnya tinggi sehingga proses oksidasi tidak
mudah terjadi. Namun, bila kualitas VCO rendah, proses ketengikan akan
berjalan lebih awal. Hal ini disebabkan oleh pengaruh oksigen, keberadaan
air, dan mikroba yang akan mengurangi kandungan asam lemak yang berada
dalam VCO menjadi komponen lain.

Secara fisik, VCO harus berwarna jernih. Hal ini menandakan bahwa di
dalamnya tidak tercampur oleh bahan dan kotoran lain. Apabila didalamnya
masih terdapat kandungan air, biasanya akan ada gumpalan berwarna putih.
Keberadaan air ini akan mempercepat proses ketengikan. Selain itu,
gumpalan tersebut kemungkinan juga merupakan komponen blondo yang
tidak tersaring semuanya. Kontaminasi seperti ini secara langsung akan
berpengaruh terhadap kualitas VCO.:

Minyak kelapa murni (VCO) mempunyai banyak manfaat terutama


dalam bidang kesehatan (anonim, 2009) , diantaranya :

- Merupakan antibakteri ,antivirus , antijamur dan antiprotozoa alamiah


- Membantu meredakan gejalagejala dan mengurangi resiko kesehatan
yang dihubungkan dengan diabetes.
- Membantu melindungi diri terhadap serangan penyakit osteoporosis.
- Membantu mencegah tekanan darah tinggi.
- Membantu mencegah penyakit liver.
- Menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah.
- Membantu mencegah penyakit kanker.
- Membantu menurunkan berat badan.
- Menjaga stamina tubuh.
- Memelihara kesehatan kulit dan rambut.
Prinsip Pembuatan Minyak Kelapa Murni (Setiaji, B dan Surip, P, 2006)

Membuat VCO tidak sesulit yang dibayangkan. Bahkan, teknologi


pembuatan VCO telah dilakukan oleh nenek moyang kita secara turun -
temurun. Namun, cara tradisional perlu dibenahi agar kualitas VCO yang
dihasilkan lebih baik. Disamping teknologi yang diterapkan sangat sederhana,
bahan baku pun tersedia melimpah di Indonesia. Oleh karenanya pembuatan
VCO sangat memungkinkan untuk diterapkan oleh petani di pedesaan
sekalipun.

Kandungan kimia yang paling utama (tinggi) dalam sebutir kelapa yaitu
air, protein, dan lemak. Ketiga senyawa tersebut merupakan jenis emulsi
dengan protein sebagai emulgatornya. Emulsi adalah cairan yang terbentuk
dari campuran dua zat atau lebih yang sama, di mana zat yang satu terdapat
dalam keadaan terpisah secara halus atau merata di dalam zat yang lain.
Sementara yang dimaksud dengan emulgator adalah zat yang berfungsi untuk
mempererat (memperkuat) emulsi tersebut.

Dari ikatan tersebut protein akan mengikat butirbutir minyak kelapa


dengan suatu lapisan tipis sehingga butir butir minyak tidak akan bisa
bergabung, demikian juga dengan air. Emulsi tersebut tidak akan pernah
pecah karena masih ada tegangan muka protein air yang lebih kecil dari
protein minyak. Minyak kelapa (VCO) baru bisa keluar jika ikatan emulsi
tersebut dirusak. Untuk merusak emulsi tersebut banyak sekali cara, yaitu
dengan sentrifugasi, pengasaman, enzimatis, dan pancingan. Masingmasing
cara tersebut memilki kelebihan dan kekurangan. Namun, secara umum
teknologi tersebut sangat aplikatif.

Pembuatan Minyak Kelapa Murni dengan Fermentasi


Pembuatan minyak secara fermentasi pada prinsipnya adalah pengrusakan
protein yang menyelubungi globula lemak menggunakan menggunakan
enzim enzim proteolitik. Enzim yang dimaksud adalah enzim yang dihasilkan
oleh mikroorganisme atau tanaman sebagai inokulum. Pada pembuatan
minyak kelapa dengan fermentasi, krim yang didapatkan dicampurkan
dengan laru atau ragi tempe yang mengandung Rhizopus Oligosporus.
Mikroba ini mempunyai kemampuan menghasilkan enzim protease dan
lipase yang dapat menghidrolisis minyak dengan didukung oleh kadar air
yang tinggi.

Pembuatan VCO dengan fermentasi memiliki kelebihan dan kekurangan :

 Kelebihan
- Berwarna jernih dan beraroma harum khas minyak kelapa.
- Penggunaan energi yang minimal karena tidak menggunakan bahan bakar.
- Pengolahan sederhana dan tidak terlalu rumit.
- Tingkat ketengikan rendah dan daya simpan lebih lama.
 Kekurangan
- Proses fermentasi lama karena membutuhkan waktu 24 jam.

V. PROSEDUR KERJA
a. Membuat Media Starter
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menimbang kelapa parut sebanyak 1000 gram
3. Menambahkan air dengan perbadingan 1:1
4. Memeras campuran kelapa dan air hingga membentuk santan
5. Menyaring santan untuk memisahkanya dari ampas kelapa
6. Memasukkan santan ke dalam corong pisah, kemudian tunggu
hingga bagian krim (atas) dan skim (bawah) terpisah.
7. Mengambil bagian krim sebanyak 70 ml, lalu masukkan ke dalam
erlenmeyer 250 ml
8. Menambahkankan air kelapa sebanyak 30 ml, gula pasir 10 gram,
dan urea sebanyak 0,1 gram ke dalam krim
9. Memanaskan campuran tersebut menggunakan hot plate sambil
terus diaduk
10. Setelah mendidih, mematikan hot plate dan mendinginkan
campuran sampai suhu ruang lalu menutupnya dengan sumbat
kapas
11. Menambahkan ragi sebanyak 0,25 gram
12. Memasukkan campuran tersebut ke dalam inkubator selama 24 jam
b. Membuat Media Fermentasi
1. Menyiapkan 4 erlenmeyer 250 ml
2. Membuat santan dari 1,5 kg kelapa parut
3. Memasukkan santan ke dalam corong pisah, kemudian tunggu
hingga bagian krim (atas) dan skim (bawah) terpisah.
4. Mengambil bagian krim sebanyak 100 ml, lalu masukkan ke dalam
masing-masing erlenmeyer 250 ml
5. Memberi label A8, A12, B8, B12 pada masing masing erlenmeyer
6. Menambahkan 8 ml starter ke dalam erlenmeyer A8 dan B8
7. Menambahkan 12 ml starter ke dalam erlenmeyer A12 dan B12
8. Melarutkan 10 gram gula dan 0,1 gram urea ke dalam air kelapa 30
ml
9. Memasukkan larutan tersebut ke dalam masing-masing erlenmeyer
B8 dan B12
10. Menambahkan air kelapa 30 ml ke dalam erlenmeyer A8 dan A12
11. Menutup erlenmeyer dengan menggunakan sumbat kapas
12. Memasukkan erlenmeyer A8 dan A12 ke dalam shaker selama 1
hari
13. Setelah itu, memisahkan minyak dan air yang terbentuk dengan
menggunakan corong pisah
14. Mengambil lapisan minyak dan memasukkannya ke dalam
erlenmeyer
15. Menyaring minyak dengan menggunakan corong kaca yang dialasi
dengan kasa dan kapas
16. Menimbang erlenmeyer yang berisikan minyak (VCO)

VI. DATA PENGAMATAN


A. Pembuatan Media Starter
 Berat kelapa parut : 1 kg
 Volume santan (krim) yang digunakan : 70 ml
 Volume air kelapa : 30 ml
 Berat gula : 10,5621 g
 Berat urea : 0,1145 g
 Berat fermipan : 0,2535 g

B. Pembuatan Produk
Vol. Vol. Vol. Air
Berat Berat
Erlenmeyer Santan Starter Kelapa
Gula (g) Urea (g)
(ml) (ml) (ml)
A8 8 - -
A12 12 - -
100 30
B8 8 10,5255 0,1006
B12 12 10,2141 0,1025

Berat Erlenmeyer Berat Erlenmeyer +


Kosong (g) Minyak (g)
125,8180 135,0807
124,9160 131,1028
171,6781 185,7498
127,4561 144,4087
VII. PERHITUNGAN
A. Menghitung berat kelapa parut yang digunakan pada setiap Erlenmeyer
Berat total kelapa parut = 1500 g
Erlenmeyer yang digunakan = 8 buah
berat total kelapa parut
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 = jumlah enlemeyer yang digunakan

1500 g
=
8
= 187,5 𝑔𝑟𝑎𝑚

B. Menghitung berat minyak yang didapatkan pada setiap Erlenmeyer


 Untuk Erlenmeyer A8
Dik : Berat Erlenmeyer kosong (a) = 125,8180 g
Berat Erlemeyer + Minyak (b) = 135,0807 g
Dit : Berat minyak = …?
Solusi :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = 𝑏 − 𝑎
= (135,0807 − 125,8180)𝑔
= 9,2627 𝑔𝑟𝑎𝑚

 Untuk Erlenmeyer A12

Dik : Berat Erlenmeyer kosong (c) = 124,9160 g


Berat Erlemeyer + Minyak (d) = 131,1028 g
Dit : Berat minyak = …?
Solusi :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = 𝑑 − 𝑐
= (131,1028 − 124,9160)𝑔
= 6,1868 𝑔𝑟𝑎𝑚

 Untuk Erlenmeyer B8

Dik : Berat Erlenmeyer kosong (e) = 171,6781 g


Berat Erlemeyer + Minyak (f) = 185,7498 g
Dit : Berat minyak = …?
Solusi :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = 𝑓 − 𝑒
= (185,7498 − 171,6781)𝑔
= 14,0717 𝑔𝑟𝑎𝑚

 Untuk Erlenmeyer B12

Dik : Berat Erlenmeyer kosong (g) = 127,4561 g


Berat Erlemeyer + Minyak (h) = 144,4087 g
Dit : Berat minyak = …?
Solusi :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = ℎ − 𝑔
= (144,4087 − 127,4561)𝑔
= 16,9526 𝑔𝑟𝑎𝑚

C. Menghitung % yield
 Untuk Erlenmeyer A8

Dik : Berat minyak = 9,2627 g


Berat sampel = 187,5 g
Dit : % yield = …?
Solusi :
berat minyak
% 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = × 100 %
berat sampel

9,2627 g
= × 100 %
187,5 g

= 4,9401 %

 Untuk Erlenmeyer A12


Dik : Berat minyak = 6,1868 g
Berat sampel = 187,5 g
Dit : % yield = …?
Solusi :
berat minyak
% 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = × 100 %
berat sampel

6,1868 g
= × 100 %
187,5 g

= 3,2996 %

 Untuk Erlenmeyer B8

Dik : Berat minyak = 14,0717 g


Berat sampel = 187,5 g
Dit : % yield = …?
Solusi :
berat minyak
% 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = × 100 %
berat sampel

14,0717 g
= × 100 %
187,5 g

= 7,5049 %

 Untuk Erlenmeyer B12

Dik : Berat minyak = 16,9526 g


Berat sampel = 187,5 g
Dit : % yield = …?
Solusi :
berat minyak
% 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = × 100 %
berat sampel

16,9526 g
= × 100 %
187,5 g

= 9,0414 %
Erlenmeyer Perlakuan % yield
A8 Dishaker dan tanpa penambahan gula dan urea 4,9401 %
A12 Dishaker dan tanpa penambahan gula dan urea 3,2996 %
B8 Tidak dishaker dan penambahan gula dan urea 7,5049 %
B12 Tidak dishaker dan penambahan gula dan urea 9,0414 %

VIII. PEMBAHASAN
1. Pembahasan (Firdayanti)

Pada praktikum ini bertujuan untuk membuat minyak VCO dari


campuran santan dan air kelapa tanpa melibatkan proses pemanasan
yang dapat merusak kandungan zat-zat yang diperlukan oleh tubuh
dalam minyak. Bakteri yang kami gunakan adalah Saccharomyces
Cereviceae yang terdapat dalam ragi roti/fermipam sebanyak 0,25
gram dari 100 ml starter yang dibuat. Penambahan fermipan bertujuan
untuk menghancurkan karbohidrat sehinhga minyak dan prostein
terlepas` Pemilihan air kelapa dalam pembuatan starter didasarkan pada
sifat air kelapa yang merupakan lingkungan tumbuh yang baik bagi
sebagian besar mikroorganisme sehingga diharapkan dapat menjadi
penunjang bagi kelangsungan hidup mikroorganisme yang ingin
ditumbuhkan.

Media starter kemudian di inkubasi dalam shaker selama ±24 jam.


Hal tersebut dilakukan dengan harapan proses inkubasi terjadi pada
suhu dan pengadukan yang konstan. Pada proses fermentasi, dilakukan
variasi penambahan starter, pada erlenmeyer A8 dan B8 sebanyak 8%
dalam 100 ml total campuran fermentor yang terdiri atas krim santan
yang telah dipisahkan dengan skimnya. Sedangkan untuk erlenmeyer
A12 dan B12 sebanyak 12% dalam 100 ml krim santan.Variasi
penambahan starter tersebut dilakukan untuk analisis kadar
penambahan starter yang optimum pada proses fermentasi. Hal tersebut
ditandai dengan banyaknya VCO yang dihasilkan. Pada pembuatan
media starter dilakukan proses pemanasan untuk mematikan miroba
yang tidak diinginkan.

Untuk erlenmeyer B8 dan B12 dilakukan penambahan gula


sebanyak 10 gram, urea 0,1 gram dan air kelapa 30 ml tanpa shaker,
Tujuan penambahan gula dan urea yaitu untuk memotong ikatan
protein. Gula dan urea merupakan sumber nutrisi pada mikroba agar
dapat berkembangbiak. Sedangkan untuk erlenmeyer A8 dan A12
hanya dilakukan penambahan air kelapa 30 ml dan dishaker selama 24
jam. Tujuan dengan memberikan perlakuan yang berbeda yaitu agar
dapat menjadi pembanding perlakuan manakah yang menghasilkan
minyak yang lebih banyak.

Fermentasi dilakukan selama ± 24 jam hingga terbentuk 3 lapisan


yaitu lapisan atas berupa blondo (warna putih), lapisan tengah berupa
minyak murni (VCO) dan lapisan bawah berupa air. Selama proses
fermentasi terjadi pemecahan senyawa-senyawa penyusun emulsi krim
santan. Senyawa karbohidrat dalam krim santan merupakan sumber
karbon bagi bakteri asam laktat yang digunakan sebagai sumber energi
dalam metabolisme sel. Pembentukan asam laktat dari karbohidrat
menyebabkan penurunan pH substrat, sehingga dapat menyebabkan
protein yang juga sebagai emulsifier pada krim santan mengalami
denaturasi dan penggumpalan. Dari percobaan ini dapat menunjukkan
bahwa suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang
mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan mikroorganisme. Semakin
tinggi kadar air dalam menyebabkan terjadinya reaksi hidrolisis yang
dapat mengubah minyak menjadi asam lemak bebas dan gliserol yang
dilakukan oleh enzim lipase. Enzim ini dihasilkan oleh mikroba yang
tumbuh pada bahan pangan dengan kadar air tinggi. Reaksi hidrolisi ini
mengakibatkan ketengikan yang menghasilkan cita rasa dan bau tengik
pada minyak tersebut.. VCO yang terbentuk kemudian diangkat dan di
analisisa, namun pada percobaan ini kami tidak melakukan analisa
kadar asam lemak dan kadar air pada VCO.

Pada hasil percobaan didapatkan %yield pada Erlenmeyer


A8(dishaker dan tanpa penambahan gula dan urea)= 4,9401 %,
Erlenmeyer A12(dishaker dan tanpa penambahan gula dan
urea)=3,2996 % sedangkan untuk Erlenmeyer B8(tanpa shaker dan
penambahan gula dan urea)=7,5049%, Erlenmeyer B12(tanpa shaker
dan penambahan gula dan urea)=9,0414%. Maka dapat disimpulkan
bahwa pada perlakuan dengan menambahkan gula dan urea seta tidak
dishaker menghasilkan lebih banyak VCO dibanding pada perlakuan
tanpa penambahan gula dan urea dan dishaker.

2. Pembahasan (Ainun Tasbih)

Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan minyak kelapa yang


diperoleh tanpa mengubah sifat fisiko kimia minyak Karena hanya
diberi perlakuan mekanis dan penggunaan panas rendah. Ada lima
metode pembuatan VCO yaitu metode pancingan, fermentasi,
enzimastis, pengasaman dan sentrifugasi. Kali ini, kami melakukan
metode fermentasi. Metode fermentasi dilakukan dengan cara
menambahkan ragi kedalam emulsi santan. Kami menggunakan ragi
roti yakni fermipan dimana terdapat Saccharomyces cerevisiae.

Saccharomyces cerevisiae sebagai salah satu mikroorganisme yang


paling umum digunakan untuk fermentasi, karena bersifat fermentative
kuat dan anaerob fakultatif (mampu hidup dengan atau tanpa oksigen),
memiliki sifat yang stabil dan seragam, mampu tumbuh dengan cepat
saat proses fermentasi sehingga proses fermentasi berlangsung dengan
cepat pula serta mampu memproduksi alcohol dalam jumlah banyak.
Alkohol (etanol) yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan
pelarut selain air dan bahan baku utama dalam laboratorium dan
industry kimia.

Ragi roti (Saccharomyces cerevisiae) dapat memecah karbohidrat


sehingga menghasilkan asam. Asam yang dihasilkan dapat
mengkoagulasi protein santan. Menurut Pyler (1982), ragi roti juga
mengandung enzim proteolitik. Enzim proteolitik dapat menghidolisis
protein yang menyelubungi globula lemak pada emulsi santan, sehingga
minyak dari santan terpisah.

Faktor yang mempengaruhi proses fermentasi adalah suhu, pH dan


waktu. Suhu optimum pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae adalah
25-30C. (Frazier dan Westhoff, 1988). Nilai pH yang cocok untuk
pertumbuhan khamir Saccharomyces cerevisiae adalah 4-4,5.
Umumnya khamir tidak dapat tumbuh pada medium basa (Prescott dan
Dunn, 1959). Menurut Setiaji dan Prayogo (2006), pembuatan VCO
dengan metode fermentasi memerlukan waktu selama 10-14 jam.
Dalam percobaan kali ini kami menggunakan waktu 24 jam serta
menggunakan variasi shaker.

Terbentuknya minyak merupakan akibat terhidrolisisnya ikatan


peptide pada krim santan. Jika ikatan peptide tersebut terhidrolisis aka
nmenyebabkan system emulsi menjadi tidak stabil maka minyak dapat
keluar dari system emulsi. Pemecahan emulsi santan dapat terjadi
dengan adanya enzim proteolitik. Enzim ini dapat mengkatalisis reaksi
pemecahan protein dengan menghidrolisa ikatan peptidanya menjadi
senyawa-senyawa lebih sederhana.
Enzim papain merupakan enzim proteolitik yaitu enzim yang
mengkatalis ikatan peptide pada protein menjadi senyawa-senyawa
yang lebih sederhana seperti dipeptida dan asam amino. Enzim papain
termasuk enzim protease, sifat kimia enzim protease tergantung dari
jenis gugus kimia yang terdapat dalam enzim tersebut. Karena papain
memiliki gugus sulfihidril pada lokasi aktifnya maka enzim papain
termasuk dalam golongan enzim proteolitik sulfihidril.

Pemisahan krim santan yang telah diinkubasi pada proses


pembuatan VCO secara fermentasi menggunakan ragi roti (fermipan)
yang mengandung Sacacharomycea cerevisiae memperlihatkan hasil
yang sesuai harapan, dimana terbukti 3 lapisanya itu lapisan atas berupa
minyak murni (VCO), lapisan tengah berupa krim (warna putih) dan
lapisan bawah berupa air. Berdasarkan data hasil penelitian
menunjukkan volume VCO (ml) hasil fermentasi menunjukkan hasil.
Pada perlakuan antara suhu inkubasi dan konsentrasi
O
fermipan, diperoleh hasil pada suhu 30 C yakni suhu ruangan.

Semakin tinggi kadar air dalam VCO menyebabkan terjadinya


reaksi hidrolisis yang dapat mengubah minyak menjadi asam lemak
bebas dan gliserol yang dilakukan oleh enzim lipase. Enzim ini
dihasilkan oleh mikroba yang tumbuh pada bahan pangan dengan kadar
air tinggi. Reaksi hidrolisi ini mengakibatkan ketengikan yang
menghasilkan cita rasa dan bau tengik pada minyak tersebut.

Hasil dari hasil praktikum menunnjukkan bahwa pada sampel B,


yang tidak menggunakan shaker dan diberi penambahan gula dan urea
memiliki kondisi fisik VCO yang menghasilkan minyak yang berwarna
bening (color less/white water). Sedangkan untuk sampel A yang
menggunakan shaker dan tidak diberi penambahan gula dan urea
memiliki warna putih. Hal ini dikarenakan pengaruh dari penggunaan
shaker yang membuat sampel tercampur dan susah untuk memisahkan
lapisannya. Warna minyak yang terbentuk disebabkan karena tidak
adanya pemanasan, karena selama proses pemanasan menyebabkan
komponen karbohidrat, protein dan minyak akan mengalami hidrolisis
dan oksidasi yang akan berpengaruh pada warna minyak. Dari hasil
percobaan juga didapatkan % yield yaitu pada sampel A8 sebanyak
4,9401%; sampel A12 sebanyak 3,2996%; sampel B8 sebanyak
7,5049%; serta sampel B12 sebanyak 9,0414%. Dari data tersebut
sampel yang memiliki yield yang lebih banyak adalah sampel B.
3. Pembahasan (Nur Fadillah)

Pada percobaan ini dilakukan proses pembuatan virgin coconut oil


(VCO) dimana bahan dasar yang digunakan adalah kelapa tua yang
telah di jadikan santan. Pada percobaan ini, metode yang digunakan
untuk membuat VCO adalah metode fermentasi dengan cara
menambahkan ragi ke dalam emulsi santan. Kami menggunakan ragi
permipan atau ragi roti dimana terdapat Saccharomyces cerevisiae di
dalamnya.

Saccharomyces cerevisiae sebagai salah satu galur yang paling


umum digunakan untuk fermentasi, karena bersifat fermentatif kuat dan
anaerob fakultatif (mampu hidup dengan atau tanpa oksigen), memiliki
sifat yang stabil dan seragam, mampu tumbuh dengan cepat saat proses
fermentasi sehingga proses fermentasi berlangsung dengan cepat pula
serta mampu memproduksi alkohol dalam jumlah banyak. Alkohol
(etanol) yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan pelarut selain
air dan bahan baku utama dalam laboratorium dan industri kimia
(Buckle, dkk., 2009).

Pada percobaan ini dilakukan pembuatan starter dengan cara


mencampur santan kental (krim), glukosa, urea, air kelapa dan
permipan dengan komposisi yang telah ditentukan dengan sebelumnya
krim santan tersebut dibuat dengan cara mendiamkan santan pada
corong pisah hingga terpisah santan kental (krim) dan santan encer
(skim). Starter yang telah dicampur tersebut kemudian di masukkan ke
inkubator shaker selama satu hari, perlakuan ini bertujuan untuk
menghomogenkan starter dan juga untuk mengaktifkan
mikroorganisme yang berada dalam permipan sedangkan glukosa dan
urea berfungsi sebagai sumber makanan agar mikroorganisme tidak
mati. Starter ini berfungsi sebagai bibit untuk membuat virgin coconut
oil.

Pembuatan VCO sampel dibuat dalam empat variasi yaitu sampel


pertama volume starter sebesar 8 ml dengan perlakuan dishaker tanpa
penambahan gula dan urea, sampel kedua volume starter sebesar 12 ml
perlakuan dishaker tanpa penambahan gula dan urea, sampelketiga
volume starter sebesar 8 ml dengan perlakuan tidak dishaker dengan
penambahan gula dan urea dan sampel keempat volume starter sebesar
12 ml dengan perlakuan tidak dishaker dengan penambahan gula dan
urea. Sampel-sampel tersebut di diamkan selama satu hari.
Pada proses pembuatan VCO ini, permipan (Saccharomyces
cerevisiae) memecah karbohidrat sehingga menghasilkan asam. Asam
yang dihasilkan dapat mengkoagulasi protein santan, sehingga minyak
dalam santan dapat dipisahkan dari air. Menurut Pyler (1982), ragi roti
juga mengandung enzim proteolitik. Enzim proteolitik dapat
menghidolisis protein yang menyelubungi globula lemak pada emulsi
santan, sehingga minyak dari santan terpisah.

Terbentuknya minyak merupakan akibat terhidrolisisnya ikatan


peptida pada krim santan. Jika ikatan peptida tersebut terhidrolisis akan
menyebabkan sistem emulsi menjadi tidak stabil maka minyak dapat
keluar dari sistem emulsi. Pemecahan emulsi santan dapat terjadi
dengan adanya enzim proteolitik. Enzim ini dapat mengkatalisis reaksi
pemecahan protein dengan menghidrolisa ikatan peptidanya menjadi
senyawa-senyawa lebih sederhana (Muhidin, 2001 dalam Winarti., dkk,
2007).

Pada percobaan ini di dapatkan hasil, pada sampel pertama berat


minyak yang didapatkan sebesar 9,2627 gram, sampel kedua sebesar
6,1868 gram, sampel ketiga sebesar 14,0717 gram dan sampel keempat
sebesar 16,9526 gram. Sedangkan persen yield yang di dapatkan pada
sampel pertama sebesar 4,9401%, sampel kedua sebesar 3,2996%,
sampel ketiga sebesar 14,0717% dan sampel keempat sebesar
16,9526%. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa sampel yang tidak
dilakukan perlakuan shaker lebih baik daripada yang di shaker dan
dapat dilihat pada sampel yang tidak dilakukan shaker menghasilkan
persen yield yang lebih tinggi jika penambahan starternya lebih besar
atau dengan kata lain persen yield berbanding lurus dengan konsentrasi
starternya. Sehingga dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa harga
pasaran dari minyak VCO harus lebih tinggi daripada harga minyak
goreng biasa yang dijual di pasaran hal ini karena jumlah yang di
hasilkan dalam pembuatannya sangat sedikit.

Pada pembuatan VCO ini terdapat beberapa faktor yang


mempengaruhi proses fermentasi seperti suhu, pH dan waktu. Suhu
optimum pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae adalah 25-30⁰C. Nilai
pH yang cocok untuk pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae adalah 4-
4,5.
4. Pembahasan (Fardiman Jamhal)

Pada praktikum ini bertujuan untuk membuat minyak VCO dari


campuran santan dan air kelapa tanpa melibatkan proses pemanasan
yang dapat merusak kandungan zat-zat yang diperlukan oleh tubuh
dalam minyak. Bakteri yang kami gunakan adalah Saccharomyces
Cereviceae yang terdapat dalam ragi roti/fermipam sebanyak 0,25
gram dari 100 ml starter yang dibuat. Penambahan fermipan bertujuan
untuk menghancurkan karbohidrat sehinhga minyak dan prostein
terlepas` Pemilihan air kelapa dalam pembuatan starter didasarkan pada
sifat air kelapa yang merupakan lingkungan tumbuh yang baik bagi
sebagian besar mikroorganisme sehingga diharapkan dapat menjadi
penunjang bagi kelangsungan hidup mikroorganisme yang ingin
ditumbuhkan. Starter yang telah dicampur tersebut kemudian di
masukkan ke inkubator shaker selama satu hari, perlakuan ini bertujuan
untuk menghomogenkan starter dan juga untuk mengaktifkan
mikroorganisme yang berada dalam permipan sedangkan glukosa dan
urea berfungsi sebagai sumber makanan agar mikroorganisme tidak
mati. Starter ini berfungsi sebagai bibit untuk membuat virgin coconut
oil.

Pembuatan VCO sampel dibuat dalam empat variasi yaitu sampel


pertama volume starter sebesar 8 ml dengan perlakuan dishaker tanpa
penambahan gula dan urea, sampel kedua volume starter sebesar 12 ml
perlakuan dishaker tanpa penambahan gula dan urea, sampelketiga
volume starter sebesar 8 ml dengan perlakuan tidak dishaker dengan
penambahan gula dan urea dan sampel keempat volume starter sebesar
12 ml dengan perlakuan tidak dishaker dengan penambahan gula dan
urea. Sampel-sampel tersebut di diamkan selama satu hari.

Pada hasil percobaan didapatkan %yield pada Erlenmeyer


A8(dishaker dan tanpa penambahan gula dan urea)= 4,9401 %,
Erlenmeyer A12(dishaker dan tanpa penambahan gula dan
urea)=3,2996 % sedangkan untuk Erlenmeyer B8(tanpa shaker dan
penambahan gula dan urea)=7,5049%, Erlenmeyer B12(tanpa shaker
dan penambahan gula dan urea)=9,0414%. Maka dapat disimpulkan
bahwa pada perlakuan dengan menambahkan gula dan urea seta tidak
dishaker menghasilkan lebih banyak VCO dibanding pada perlakuan
tanpa penambahan gula dan urea dan dishaker. Dari hasil tersebut dapat
dilihat bahwa sampel yang tidak dilakukan perlakuan shaker lebih baik
daripada yang di shaker dan dapat dilihat pada sampel yang tidak
dilakukan shaker menghasilkan persen yield yang lebih tinggi jika
penambahan starternya lebih besar atau dengan kata lain persen yield
berbanding lurus dengan konsentrasi starternya. Sehingga dari hasil
tersebut dapat diketahui bahwa harga pasaran dari minyak VCO harus
lebih tinggi daripada harga minyak goreng biasa yang dijual di pasaran
hal ini karena jumlah yang di hasilkan dalam pembuatannya sangat
sedikit.
Pada pembuatan VCO ini terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi proses fermentasi seperti suhu, pH dan waktu. Suhu
optimum pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae adalah 25- 30⁰C.
Nilai pH yang cocok untuk pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae
adalah 4-4,5.

5. Pembahasan (Sri Wahyuni)

Pada praktikum kali ini akan dibuat VCO (Virgin Coconut Oil).
Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan minyak kelapa yang diperoleh
tanpa mengubah sifat fisika kimia minyak karena hanya diberi
perlakuan mekanis dan penggunaan panas rendah. Ada lima metode
pembuatan VCO yaitu metode pancingan, fermentasi, enzimastis,
pengasaman dan sentrifugasi. Pada praktikum ini, proses embuatan
VCO dilakukan dengan metode fermentasi.

Pada proses fermentasi ini dapat menggunakan mikroba penghasil


enzim tertentu untuk memecah protein yang berikatan dengan minyak
atau karbohidrat sehingga minyak dapat terpisah secara baik. Proses
fermentasi oleh bakteri asam laktat terbukti mampu mengekstraksi
minyak dari emulsi krim santan kelapa. Selama proses fermentasi
terjadi pemecahan senyawa-senyawa penyusun emulsi krim santan.
Senyawa karbohidrat dalam krim santan merupakan sumber karbon
bagi bakteri asam laktat yang digunakan sebagai sumber energi dalam
metabolisme sel. Pembentukan asam laktat dari karbohidrat
menyebabkan penurunan pH substrat, sehingga dapat menyebabkan
protein yang juga sebagai emulsifier pada krim santan mengalami
denaturasidan penggumpalan. Penguraian protein juga berlangsung
secara enzimatis oleh enzim aminpeptidase yang dihasilkan oleh bakteri
asam laktat yang digunakan sebagai bakteri starter.Aminopeptidase
merupakan eksopeptidase yang menguraikan peptide menjadi asam
amino. Dengan terurainya karbohidrat dan protein dalam emulsi krim
santan, maka molekul minyak akan dibebaskan dan membentuk lapisan
tersendiri yang dapat dipisahkan dari bagian lainnya.
Pada percobaan kali ini mikroba yang digunakan yaitu
Sacacharomyces cerevisiae yang terdapat dalam ragi roti (fermipan).
Fermipan merupakn ragi roti yang dibuat dengan cara modern dari
inokulum khamir yang berasal dari kultur murni. Populasi mikroba
fermipan terdiri dari khamir Sacacharomycea cerevisiae serta sedikit
dari golongan bakteri asam laktat seperti Lactobacillus aceti. Pada
pembuatan VCO secara fermentasi, Sacacharomyces cerevisiae
menggunakan karbohidrat yang terkandung dalam krim santan, gula
dan urea sebagai sumber energi utama sehingga ikatan karbohidrat,
lemak dan proteinnya menjadi longgar yang akhirnya akan terlepas.
Minyak akan berada dipermukaan karena memiliki berat jenis yang
lebih ringan, sedangkan protein dan air berada di bawah. Pemisahan
krim santan pada proses pembuatan VCO secara fermentasi
menggunakan ragi roti (fermipan) yang mengandung Sacacharomyces
cerevisiae memperlihatkan hasil yang sesuai harapan, dimana terbukti 3
lapisan yaitu lapisan atas berupa minyak murni (VCO), lapisan tengah
berupa krim (warna putih) dan lapisan bawah berupa air.

Pada percobaan ini dilakukan pembuatan starter dengan cara


mencampur santan kental (krim), glukosa, urea, air kelapa dan
permipan dengan komposisi yang telah ditentukan dengan sebelumnya
krim santan tersebut dibuat dengan cara mendiamkan santan pada
corong pisah hingga terpisah santan kental (krim) dan santan encer
(skim). Starter yang telah dicampur tersebut kemudian di masukkan ke
inkubator shaker selama satu hari, perlakuan ini bertujuan untuk
menghomogenkan starter dan juga untuk mengaktifkan
mikroorganisme yang berada dalam permipan sedangkan glukosa dan
urea berfungsi sebagai sumber makanan agar mikroorganisme tidak
mati. Starter ini berfungsi sebagai bibit untuk membuat virgin coconut
oil.

Pada percobaan ini, juga dilakukan variasi pada saat proses


fermentasi. Pada Erlenmeyer A8 dan A12 dimasukkan ke dalam shaker
sedangkan Erlenmeyer B8 dan B12 dibiarkan di ruang terbuka selama 1
hari. Selain itu dilakukan juga variasi pada komponen di dalam
Erlenmeyer. Untuk Erlenmeyer B8 dan B12 ditambahkan gula dan urea,
sedangkan pada Erlenmeyer A8 dan A12 tidak. Setelah proses
fermentasi, terlihat jelas pada Erlenmeyer B8 dan B12 bahwa terjadi
pemisahan antara minyak dan air sedangkan pada Erlenmeyer A8 dan
A12 terdapat gumpalan-gumpalan berwarna kuning. Kemudian
dilakukan proses penyaringan pada setiap Erlenmeyer dan didapat berat
minyak pada Erlenmeyer A8 sebesar 9,2627 g; Erlenmeyer A12 sebesar
6,1868 g; Erlenmeyer B8 sebesar 14,0717 g; dan Erlenmeyer B12
sebesar 16,9526 g. Dari hasil tersebut, diketahui bahwa jika proses
fermentasi tanpa menggunakan shaker dan dilakukan penambahan gula
dan urea maka akan didapatkan VCO lebih banyak.

Jika berat minyak sudah diketahui, maka % yield dapat dihitung.


Dari data perhitungan didapatkan nilai % yield pada Erlenmeyer A8
sebesar 4,9401 %; Erlenmeyer A12 sebesar 3,2996 %; Erlenmeyer B8
sebesar 7,5049 %; dan Erlenmeyer B12 sebesar 90414 %.

Hasil penelitian menunnjukkan bahwa kondisi fisik VCO


menghasilkan minyak yang berwarna bening (color less/white water)
dan berbau harum khas kelapa. Sesuai dengan pendapat Alamsyah
(2005) yang mengatakan perbedaan utama VCO dengan minyak kelapa
biasa terletak pada warna, rasa (taste) dan bau (scent). Minyak kelapa
murni memilik sifat bening seperti air basah, tidak berbau (color less),
mempertahankan bau dan rasa khas kelapa segar. Warna minyak yang
terbentuk disebabkan karena tidak adanya pemanasan, karena selama
proses pemanasan menyebabkan komponen karbohidrat, protein dan
minyak akan mengalami hidrolisis dan oksidasi yang akan berpengaruh
pada warna minyak.
Berikut merupakan foto hasil pembuatan VCO yang didapatkan :

Dari gambar di atas terlihat jelas bahwa minyak di erlenmeyer B8 dan


B12 yang tidak dishaker dan ditambahakan gula dan urea lebih bening
jika dibandingkan dengan minyak pada Erlenmeyer A8 dan A12.

IX. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Berat minyak (VCO)
- Untuk erlenmeyer A8 = 9,2627 g
- Untuk erlenmeyer A12 = 6,1868 g
- Untuk erlenmeyer B8 = 14, 0717 g
- Untuk erlenmeyer B12 = 16,9526 g
2. % yield
- Untuk erlenmeyer A8 = 4,9401 %
- Untuk erlenmeyer A12 = 3,2996 %
- Untuk erlenmeyer B8 = 7,5049 %
- Untuk erlenmeyer B12 = 9,0414 %
X. DAFTAR PUSTAKA

https://yagami95kashiko.wordpress.com/2015/06/01/laporan-praktikum-
proses-pembuatan-vco-virgin-coconut-oil/

https://www.scribd.com/doc/209592370/Laporan-VCO

http://nafaly.blogspot.com/2013/05/laporan-praktikum-pembuatan-
virgin.html

Anda mungkin juga menyukai