Anda di halaman 1dari 17

Laboratorium Separasi Termal dan Difusi

Semester V 2019/2020

LAPORAN PRAKTIKUM
DESTILASI FRAKSIONASI

Pembimbing : Ir.Swastanti Brotowati,M.Si.


Kelompok : 4 (Empat)
Tgl. Praktikum : 30 Oktober 2019
Kelas : 3A
Nama (NIM) : Muyassarah (331 17 05)
Sastriani (331 17 010)
Riska Wahyunengsi (331 17 023)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2019
I. TUJUAN
- Menjelaskan dan mengetahui prinsip-prinsip kesetimbangan suatu campuran
dan menjelaskan hubungan suhu, tekanan dan komposisi
- Menjelaskan perbedaan prinsip Distilasi secara Fraksionasi dan secara Batch
- Melakukan pemisahan campuran biner dan multi komponen dengan sistim
distilasi fraksionasi
- Menentukan kadar produk hasil pemisahan dengan menggunakan kurva
kalibrasi
- Menentukan jumlah stage hasil pemisahan secara grafis atau dengan metode
Mc-Cabe and Tile

II. RINCIAN KERJA


- Membuat kurva kalibrasi

- Menghitung berat jenis umpan yang belum didistilasi

- Melakukan distilasi dengan alat distilasi fraksionasi

- Melakukan pengukuran volume, dan berat jenis pada bottom produk

III. ALAT DAN BAHAN

a. Alat

- Piknometer - Corong

- Erlenmeyer - Gelas ukur

- Pipet ukur - Pengaduk

- Neraca analitik - Gelas kimia

- Kolom destilasi frasionasi - Gelas plastik

- Baskom
b. Bahan
- Etanol

- Aquadest

IV. DASAR TEORI

A. Tinjauan umum destilasi fraksionasi

Dasar pemisahan pada destilasi adalah perbedaan titik didih cairan pada
tekanan tertentu. Pemisahan dengan destilasi melibatkan penguapan diferensial dari
suatu campuran cairan diikuti dengan penampungan material menguap dengan cara
pendinginan dan pengembunan. Destilasi bertujuan untuk pemurnian zat cair pada
titik didihnya, dan memisahkan campuran cairannya dari zat cair lainnya yang
mempunyai titik didih berbeda. Sebagai contoh adalah pemurnian alkohol,
pemisahan minyak bumi menjadi fraksi-fraksinya, pembuatan minyak atsiri dan
sebagainya. Pada pemisahan destilasi semua komponen yang terdapat di dalam
campuran bersifat mudah menguap (volatil). Tingkat penguapan (volatilitas)
masing-masing komponen berbeda-beda pada suhu yang sama. Hal ini akan
berakibat bahwa pada suhu tertentu uap yang dihasilkan dari suatu campuran cairan
akan selalu mengandung lebih banyak komponen yang lebih volatil.

Cara yang umum dipakai dalam melukiskan hasil destilasi adalah


menggambarkan kurva destilasi, dimana komposisi, titik didih atau sifat-sifat fisika
lain dari destilat digambarkan terhadap persen atau jumlah destilat. Pemisahan yang
sempurna akan diperoleh pada kurva yang mempunyai sudut pembelokan yang
tajam. Hal ini dimungkinkan untuk campuran yang mudah dipisahkan atau
peralatan yang cukup efektif. Keadaan atau ketajaman pembelokan memberikan
gambaran pendekatan tentang ketajaman pemisahan, karena hal ini berhungan
langsung dengan kemurnian fraksi yang dikumpulkan. Makin banyak jumlah
destilat transisi atau makin landai sudut yang dibentuk pada kuva destilasi, makin
kecil efisiensi alat yang digunakan. Faktor- faktor yang mempengaruhi ketajaman
pemisahan dalam proses destilasi adalah
1. Perbedaan komposisi yang mungkin ada diantara cairan dan uap pada keadaan
kesetimbangan (hubungan kesetimbangan uap dan cairan atau volatilitas relatip)
2. Efektifitas kontak dari uap dan cairan yang biasa dinyatakan dalam plat teoritis
atau HETP
3. Perbandingan kondensat yang kembali kearah kolom fraksinasi atau refluks ratio
4. kecepatan uap yang naik kekolom atau kecepatan aliran destilat.

Salah satu jenis destilasi adalah destilasi fraksional. Destilasi fraksionasi


merupakan suatu teknik pemisahan untuk larutan yang mempunyai perbedaan titik
didih yang tidak terlalu jauh yaitu sekitar 30oC atau lebih. Dalam destilasi fraksional
atau destilasi bertingkat proses pemisahan parsial diulang berkali-kali dimana setiap
kali terjadi pemisahan lebih lanjut. Hal ini berarti proses pengayaan dari uap yang
lebih volatil juga terjadi berkali-kali sepanjang proses destilasi fraksional itu
berlangsung.

Destilasi bertingkat (fraksionasi) adalah proses pemisahan destilasi ke dalam


bagian-bagian dengan titik didih makin lama makin tinggi yang selanjutnya
pemisahan bagian-bagian ini dimaksudkan untuk destilasi ulang. Destilasi
bertingkat merupakan proses pemurnian zat/senyawa cair dimana zat pencampurnya
berupa senyawa cair yang titik didihnya rendah dan tidak berbeda jauh dengan titik
didih senyawa yang akan dimurnikan. Dengan perkataan lain, destilasi ini bertujuan
untuk memisahkan senyawa-senyawa dari suatu campuran yang komponen-
komponennya memiliki perbedaan titik didih relatif kecil. Destilasi ini digunakan
untuk memisahkan campuran aseton-metanol, karbon tetra klorida-toluen, dll. Pada
proses destilasi bertingkat digunakan kolom fraksinasi yang dipasang pada labu
destilasi.

Tujuan dari penggunaan kolom ini adalah untuk memisahkan uap campuran
senyawa cair yang titik didihnya hampir sama/tidak begitu berbeda. Sebab dengan
adanya penghalang dalam kolom fraksinasi menyebabkan uap yang titik didihnya
sama akan sama-sama menguap atau senyawa yang titik didihnya rendah akan naik
terus hingga akhirnya mengembun dan turun sebagai destilat, sedangkan senyawa
yang titik didihnya lebih tinggi, jika belum mencapai harga titik didihnya maka
senyawa tersebut akan menetes kembali ke dalam labu destilasi, yang akhirnya jika
pemanasan dilanjutkan terus akan mencapai harga titik didihnya. Senyawa tersebut
akan menguap, mengembun dan turun/menetes sebagai destilat.

Destilasi terfraksi ini berbeda dengan destilasi biasa, karena terdapat suatu
kolom fraksionasi dimana terjadi suatu proses refluks. Proses refluks pada destilasi
ini dilakukan agar pemisahan campuran dapat terjadi dengan baik. Kolom
fraksionasi berfungsi agar kontak antara cairan dengan uap terjadi lebih lama.
Sehingga komponen yang lebih ringan dengan titik didih yang lebih rendah akan
terus menguap dam masuk kondensor. Sedangkan komponen yang lebih besar akan
kembali kedalam labu destilasi.
Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom
fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang
berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan
untuk pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas,
semakin tidak volatil cairannya.
Gambar dibawah ini menggambarkan larutan yang mengalami destilasi
fraksinasi

Kita mulai dengan sejumlah besar larutan yang mempunyai komposisi XB,0,
dengan jumlah yang besar sehingga penghilangan uap tidak akan merubah
komposisi materialnya. Ketika XB,0 dipanaskan dengan T0, XB,0 akan mulai
mendidih dan akan menghasilkan uap dengan komposisi YB,0. Uap ini akan
berkondensasi di dalam aparatus menghasilkan uap dengan komposisi yang sama.
XB,1 (=YB,0) dengan titik didih T1. Kondensat ini kemudian di jaga pada suhu T1
dan sejumlah kecil uap dikumpulkan. Kondensat kedua memiliki komposisi XB,2
dan titik didih T2 . proses ini dapat diulang-ulang sampai didapatkan destilat murni
dari komponen lebih volatil da residu muri dari desilat yang kurang volatil. Tapi
kita hanya bisa menghilangkan sebagian kecil uap setiap waktu. Jika tidak, kita
harus mempunyai material atau bahan yang jumlahnya tidak terbatas, yang hasilnya
tidak akan terbatas.
Kolom distilasi fraksionasi terdiri dari banyak tray yang diasumsikan ideal.
Jika diperhatikan tray ke-n dari puncak kolom, maka tray yang langsung berada di
atasnya adalah tray ke n-1 dan tray yang langsung berada di bawahnya adalah tray
ke-n+1. Ada 2 aliran fluida yang masuk ke dalam dan 2 arus keluar dari tray n.
Aliran zat cair L n-1 (mol/jam) dari tray n-1 dan aliran uap Vn+1 dari tray n+1
(mol/jam) mengalami kontak di tray n. Aliran uap Vn naik ke tray n-1 dan aliran
cairan Ln turun ke tray n+1. Jika konsentrasi aliran uap dalam fasa V ditandai
dengan y, dan konsentrasi aliran cairan ditandai dengan x, maka konsentrasi aliran
yang masuk dan yang keluar tray n adalah: uap keluar dari tray (Yn), cairan keluar
dari tray (Yn), uap masuk ke tray (Yn+1), dan cairan masuk ke tray (Xn-1).
Sesuai definisi tray ideal, uap dan cairan yang keluar piring n berada dalam
kesetimbangan, sehingga Xn dan Yn merupakan konsentrasi kesetimbangan. Oleh
karena konsentrasi dalam fasa uap dan cair berada dalam kesetimbangan, aliran
masuk dan ke luar tidak. Bila uap yang keluar dari tray n+1 dan cairan dari tray n1
dikontakkan, konsentrasinya akan bergerak ke arah kesetimbangan. Sebagian
komponen yang lebih volatil akan menguap dari fasa cair sehingga konsentrasi zat
cair pada Xn-1 turun menjadi Xn, sedangkan komponen yang kurang volatil akan
terkondensasi dari uap sehingga konsentrasi uap naik dari Y n+1 menjadi Yn. Aliran
zat cair berada pada bubble point sedangkan aliran uap berada pada dew point,
sehingga kalor yang dibutuhkan untuk penguapan didapatkan dari kalor yang
dibebaskan selama kondensasi. Setiap tray berfungsi sebagai media pertukaran
dimana komponen volatil pindah ke fasa uap, sedangkan komponen yang kurang
volatil pindah ke fasa cair. Karena konsentrasi komponen volatil di dalam cairan
dan uap meningkat dengan bertambahnya tinggi kolom, suhu akan berkurang dari
n+1, n, ke n-1.
Distilasi satu tahap tidak efektif menghasilkan bottom product yang
mendekati murni karena zat cair dalam umpan tidak mengalami rektifikasi.
Keterbatasan ini diatasi dengan memasukkan umpan ke tray yang berada di bagian
tengah kolom. Cairan itu mengalir ke bawah kolom menuju reboiler dan mengalami
rektifikasi dengan uap yang mengalir naik dari reboiler. Karena komponen volatil
yang berada di reboiler telah diambil dari cairan maka produk bawahnya adalah
komponen kurang volatil yang hampir murni dari komponen volatil. Faktor-faktor
penting dalam merancang dan mengoperasikan kolom distilasi adalah jumlah tray
yang diperlukan untuk mendapatkan pemisahan yang dikehendaki, diameter kolom,
kalor yang dikonsumsi dalam pendidih, dan rincian konstruksi tray. Sesuai dengan
asas-asas umum, analisis unjuk kerja kolom distilasi tray didasarkan pada neraca
massa, neraca energi, dan kesetimbangan fasa. Kolom diumpani dengan F
(mol/jam) umpan yang berkonsentrasi Xf, dan menghasilkan D (mol/jam) distilat
yang berkonsentrasi Xd dan produk bawah yang berkonsentrasi Xb. Ada 2 neraca
massa yang penting:
Neraca massa total:

F = D + B .......................................................... (1)

Neraca komponen:

F.Xf = D.Xd + B.Xb ............................................ (2)

Jumlah D adalah selisih antara laju aliran arus yang masuk dan yang keluar
atas kolom. Neraca massa pada konsensor dan akumulator adalah:
D = Va – La ..................................................................... (3)
Selisih antara laju aliran uap dan laju aliran cairan di manapun pada bagian
atas kolom adalah D, yang jelas terlihat bila diperhatikan bagian dari instalasi itu
yang dikurung permukaan kendali I. Permukaan ini meliputi kondensor dan semua
piring di atas n+1. Neraca massa total pada permukaan tersebut adalah:
D = Vn+1 – Ln ........................................................... (4)

Jumlah D adalah laju aliran netto bahan ke atas pada bagian atas kolom.
Berapapun pertukaran konsentrasi komponen pada V dan L selisihnya selalu D.
Neraca massa untuk komponen a sesuai dengan persamaan:

D. Xd = Va.Ya – La.Xa = Vn+1.Yn+1 – Ln.Xn. ..............(5)

Jumlah D.Xd adalah laju aliran netto komponen A ke atas pada bagian ata
kolom. Jumlah ini konstan pada seluruh bagian atas kolom. Pada bagian bawah
kolom, laju alir netto juga konstan, tetapi arahnya ke bawah. Laju aliran netto total
adalah B, untuk komponen A adalah B.Xb, sesuai persamaan:
B = Lb – Vb = Lm – Vm+1 .......................................... (6)

B.Xb = Lb.Xb – Vb.Yb = Lm.Xm – Vm+1.Ym+1 ......... (7)

Karena kolom distilasi terdiri dari bagian atas dan bagian bawah, maka ada 2
garis operasi, satu untuk bagian rektifikasi dan satu untuk bagian pelucutan.
Persamaan garis operasi untuk bagian pelucutan adalah:

Yn+1

Substitusi Va.Ya – La.Xa menghasilkan :

Yn+1

Gradien garis operasi adalah ratio antara aliran cairan dan uap. Jika Vn+1
dieliminasi:

Yn+1 ..............................................(10)
Untuk bagian bawah kolom, neraca massanya adalah:

Vm+1.Ym+1 = Lm.Xm – B.Xb ............................................. (11)


Dalam bentuk lain, persamaan tersebut menjadi :

Ym ............................................. (12)

Persamaan ini adalah persamaan garis operasi bagian pelucutan. Di sini pun
gradien garis adalah ratio antara aliran zat cair dan aliran uap. Eliminasi V m+1 akan
menghasilkan:

Ym .........................................(13)

Bila garis operasi bagian atas dan bagian bawah tersebut digambarkan
bersama kurva kesetimbangan pada diagram x-y, dapat digunkan konstruksi
bertahap McCabe- Thille untuk menghitung berapa banyaknya tray ideal yang
diperlukan untuk mendapatkan suatu perbedaan konsentrasi tertentu, baik pada
bagian rektifikasi maupun pada bagian pelucutan. Jika dilihat persamaan garis
operasi, terlihat bahwa garis operasi akan merupakan garis lengkung, kecuali jika L n
dan Lm konstan. Garis operasipun hanya dapat digambarkan jika perubahan
konsentrasi pada aliran dalam diketahui. Untuk menentukan garis operasi yang
berbentuk kurva diperlukan neraca entalpi.
Pada distilasi, laju aliran molar uap dan zat cair pada masing-masing bagian
kolom itu hampir mendekati konstan, dan garis operasinya mendekati garis lurus.
Hal ini akibat kalor penguapan molal yang hampir sama, sehingga setiap mol
komponen yang titik didihnya tinggi yang terkondensasi pada waktu uapnya
mengalir ke atas akan membebaskan energi sebanyak yang diperlukan untuk
menguapkan 1 mol komponen yang titik didihnya rendah. Perubahan entalpi aliran
cairan dan uap dan kehilangan kalor dari kolom biasanya mengakibatkan perlunya
pembentukan uap yang agak lebih banyak pada bagian bawah kolom, sehingga ratio
molar aliran uap pada bagian bawah akan lebih mendekati 1. Karena itu, dalam
merancang kolom distilasi biasanya digunakan konsep constant molal overflow,
sehingga dalam persamaan garis operasi tanda tray n, n-1, n+1, m, m-1, dan m+1
pada L dan V dapat dianggap sama. Dalam model ini, persamaan persamaan neraca
massa adalah linear dan garis operasinya berupa garis lurus. Garis operasi dapat
digambar bila diketahui dua titik. Akibatnya. metoda McCabe-Thiele dapat
digunkan tanpa memerlukan neraca entalpi.
Analisis kolom fraksionasi dimudahkan lagi dengan menggunakan besaran
refluks ratio. Ada 2 macam refluks ratio yang biasa digunakan, yaitu refluks ratio
terhadap hasil atas Rd dan refluks ratio terhadap uap (aliran uap komponen) Rv.
Persamaan kedua refluks ratio tersebut adalah:

Rd

Rv

Karena itu persamaa garis operasi untuk bagian rektifikasi yang mengikuti
constant molal overflow dapat disederhanakan:

Yn+1 ................................... (16)

Titik potong y dari garis ini adalah Xd/ (Rd+1). Konsentrasi Xd ditentukan
kondisi rancangan, dan Rd merupakan variabel operasi yang dapat dikendalikan
dengan mengatur pembagian antara refluks dan hasil atas, atau dengan mengubah
banyaknya uap yang terbentuk dalam reboiler untuk suatu laju distilat tertentu.
Karena kemiringan garis rektifikasi adalah Rd/ (Rd+1).), kemiringan dapat
bertambah bila refluks ratio ditingkatkan sampai V=L saat Rd tak berhingga,
bergradien 1, sehingga garis operasi menjadi berimpitan dengan diagonal, yang
disebut refluks total. Pada refluks total jumlah tray minimum, tetapi produk atas dan
bawah adalah 0 pada setiap umpan dengan laju alir tertentu. Jika

Jumlah tray minimum dapat dihitung dengan persamaan:

N ................ (18)
Persamaan tersebut adalah persamaan Fenske. Jika perubahan nilai αab bagian
dasar dan puncak kolam tidak signifikan nilai αab yang digunakan adalah rata-rata
geometriknya.
Jika refluks kurang dari refluks total, jumlah tray yang dibutuhkan untuk
mendapatkan pemisahan tertentu akan lebih besar daripada yang dibutuhkan untuk
refluks total. Pada refluks ratio yang kecil, jumlah tray akan besar, dan pada refluks
ratio minimum jumlah tray menjadi tak berhingga. Semua kolom distilasi yang
menghasilkan produk atas dan produk bawah dalam jumlah tertentu harus
beroperasi pada refluks ratio yang besarnya antara Rd minimum (saat jumlah tray
tak berhingga) dan saat Rd tak berhingga (saat jumlah tray minimum). Refluks ratio
minimum dapat diperoleh dengan menggerakkan garis operasi sambil menurunkan
refluks ratio. Pada refluks total dari operasi berimpitan dengan diagonal. Jika
refluks diturunkan perpotongan garis operasi atas dan bawah akan bergerak di
sepanjang garis umpan ke arah kurva kesetimbangan, luas diagram yang dapat
digunakan untuk konstruksi tahap makin kecil, dan jumlah tahap meningkat. Jika
salah satu garis operasi tersebut menyentuh kurva kesetimbangan jumlah tahap yang
diperlukan sebelum melintas titik singgung ini menjadi tak berhingga. Pada kondisi
ini refluks ratio disebut minimum. Jika x’ dan y’ adalah koordinat perpotongan
antara garis operasi dengan kurva kesetimbangan, refluks ratio minimum (Rdm)
dapat dihitung dengan persamaan:

Rdm ...................................................... (19)

Bila refluks ratio ditingkatkan mulai minimum, jumlah tray akan bertambah,
mula-mula dengan cepat , kemudian berangsur makin perlahan, hingga jumlah tray
minimum pada refluks total. Luas penampang kolom biasanya sebanding dengan
laju aliran uap. Bila refluks ratio meningkat sampai pada tingkat keluaran distilat
dan bottom tertentu, V dan L akan meningkat sampai dicapai suatu titik dimana
peningkatan diameter kolom jauh lebih cepat daripada berkurangnya jumlah piring.
Biaya instalasi sebanding dengan luas permukaan piring dan jumlah piring kali luas
penampang kolom.
Untuk saat tertentu, hubungan operasi dan kesetimbangan dalam kolom
distilasi dapat digambarkan pada diagram McCabe-Thiele. Perhatikan gambar
berikut ini.

Gambar Diagram McCabe-Thiele

Pada saat awal operasi (t=t0), komposisi cairan di dalam reboiler dinyatakan
dengan x0. Jika cairan yang mengalir melalui kolom tidak terlalu besar
dibandingkan dengan jumlah cairan di reboiler dan kolom memberikan dua tahap
pemisahan teroritik, maka komposisi distilat awal adalah xD. Komposisi ini dapat
diperoleh dengan membentuk garis operasi dengan kemiringan L/V dan mengambil
dua buah tahap kesetimbangan antara garis operasi dan garis kesetimbangan. Pada
waktu tertentu setelah operasi (t=t1), komposisi cairan di dalam reboiler adalah xW
dan komposisi distilat adalah xD. Karena refluks dipertahankan tetap, maka L/V dan
tahap teoritik tetap. Secara umum, persamaan garis operasi adalah sbb : untuk
waktu ke-i,

Persamaan diatas jarang digunakan dalam praktek karena melibatkan besaran


L dan V yaitu laju alir cairan dan uap yang mengalir di dalam kolom. Dengan
mendefinisikan nisbah refluks, R, sebagian R = L/D, maka persamaan tersebut
dapat diubah menjadi :
Waktu yang diperlukan untuk distalasi curah menggunakan kolom rektifikasi
dengan refluks konstan dapat dihitung melalui neraca massa total berdasarkan laju
penguapan konstan, V, seperti ditunjukkan berikut ini :

Gambar Distilasi dengan refluks total

Secara teoritis tidak dapat diperoleh suatu zat yang mutlak (100%) tetapi
dengan cara penguapan dan kondensasi secara berulang-ulang dapat diperoleh zat
dengan kemurnian yang lebih tinggi untuk memenuhi berbagai kebutuhan.

V. PROSEDUR KERJA

a. Untuk kurva kalibrasi :

- Menyiapkan alat dan bahan

- Menimbang piknometer kering dan mencatatnya

- Mencatat suhu ruangan

- Memasukkan aquades kedalam piknomter kemudian menimbangnya dan


mencatat hasil timbangan.
- Menghitung volume piknometer dengan rumus :

- Membuat larutan antara etanol dengan air menggunakan perbandingan


volume campuran 30 ml.
Konsentrasi (%) Vol.etanol (ml) Vol. air (ml)
0 0 30
20 6 24
40 12 18
60 18 12
80 24 6
100 30 0
- Setiap larutan diukur beratnya menggunakn piknometer

- Menghitung densitas masing-masing larutan dengan menggunakan rumus


:

- Membuat kurva kalibrasi hubungan antara densitas dan konsentrasi untuk


menentukan konsentrasi etanol dalam umpan.

b. Destilasi fraksionasi pada campuran etanol-air

- Memasukkan etanol 2,5 liter dan aquadest sebanyak 2,5 liter ke dalam
baskom, kemudian diaduk hingga homogen.
- Memasukkan campuran etanol-air ke dalam labu bulat.

- Mengambil sampel umpan dan diukur berat jenisnya.

- Mengalirkan air pendingin dari thermostat ke dalam kolom-kolom


destilasi fraksinasi
- Menekan tombol on pada bagan panel sampai semua lampu indicator
menyala
- Menekan tombol start dan di tekan tombol on pada thermostat untuk
membuka aliran air pendingin masuk ke kolom.
- Menyalakan heater dengan menekan tombol pada panel dan set suhu
pemanas pada panel alat dengan tombol pemanas hingga lampu menyala
hijau.
- Mengatur suhu umpan campuran aquadest dan etanol pada suhu 800c.

- Menunggu proses destilasi selama satu jam (dari menit ke-60 samapi
menit ke-120), lalu diukur densitasnya.
- Mengeluarkan seluruh destilat yang terdapat pada labu destilat, mengukur
volumenya kemudian mengukur berat jenisnya.
- Menghitung fraksi mol untuk destilat, bottom, dan umpan.

- Menentukan jumlah stage dengan metode grafik atau Mc-Cabe and Tile.

VI. DATA PENGAMATAN

Terlampir pada laporan sementara


X. KESIMPULAN

Bedasarkan percobaan yang telah dilakukan di dapatkan kesimpulan sebagai


beriku :
1. Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom
fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu
yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini
bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat (tray) di
bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya.
2. Kadar etanol feed (umpan) yang diperoleh adalah 44%, kadar etanol distilat
yang diperoleh adalah 92%, dan kadar etanl bottom yang diperoleh adalah
32%.
3. Jumlah stage yang diperoleh berdasarkan grafik kesetimbangan adalah 7
stage.

DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet praktikum satuan operasi, Modul “Destilasi Fraksionasi” Jurusan Teknik
Kimia Politeknik Negeri Ujung.
Inggit,putri. Destilasi Fraksionasi. (https://www.academia.edu/23682114/
Destilasi_Fraksionasi. Diakses pada tanggal 12 oktober 2019)
Nurwahida. Makalah Kimia Analitik II. (https://www.academia.edu/34366004
/MAKALAH_KIMIA_ANALITIK_II. Diakses pada tanggal 12 oktober
2019)
Rosyada, Amila. Distilasi Fraksionasi. (https://www.academia.edu/19978839/
DISTILASI_FRAKSIONASI. Diakses pada tanggal 12 oktober 2019)
Qomariyah, Nurul. Laporan Praktikum Destilaisi.
(https://www.academia.edu/17013505/laporan_praktikum_destilasi. Diakses
pada tanggal 12 oktober 2019)
Bachtiar,Wahyuni. 2016. Laporan Praktikum Destilasi Fraksionasi.. Politenik
Negeri Ujung Pandang. (https://www.academia.edu/30081053/Destilasi
_fraksionasi. docx. Diakses pada tanggal 12 oktober 2019)
Zulmanwardi. 2007. Petunjuk Praktikum Satuan Operasi 2. Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Ujung Pandang: Makassar
Departemen Teknik Kimia ITB. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional
I/II. Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung: Bandung

Anda mungkin juga menyukai