Anda di halaman 1dari 10

Cara kerja instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di PT.

Makassar Tene terdapat bebrapa

unit, yaitu :

1. Oil Trap

Oil trap adalah tahap pertama proses pengolahan limbah cair pada instalasi pengolahan air

limbah (IPAL) dan merupakan pengolahan limbah cair secara fisik, dimana sumber air limbah

berasal dari spray pond, proses, wc dan air demind. Oil trap berfungsi sebagai kolam untuk

memisahkan yang terkandung dalam air limbah, partikel yang berukuran besar seperti daun,

sampah plastik, kayu dan lain-lain. Kolam ini memiliki screening untuk mencegah terjadinya

penyumbatan saluran pipa karena tumpukan partikel yang berukuran besar. Sebelum limbah cair

dimasukkan ke dalam oil trap, terlebih dahulu limbah cair dialirkan melalui screening untuk

menyaring partikel.

Proses pemisahan minyak dan air menggunakan perbedaan berat jenis air dan minyak.

Minyak yang memiliki berat jenis yang lebih rendah dibandingakan air akan berada pada lapisan

atas air. Adapun parameter pencemar pada kolam ini adalah minyak. Air limbah yang ditampung

pada oil trap dipompa akan dihisap dari bawah dan mengalir ke cooling pond (input pond)

sehingga minyak yang berada pada lapisan atas air tidak ikut mengalir ke kolam input dan

tertinggal pada kolam oil trap. Air limbah pada kolam ini ditambahkan air dari outlet selatan

untuk menurunkan kadar COD limbah cair sebelum dimasukkan ke kolam input karena kadar

COD instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di PT. Makassar Tene yang dapat diolah

maksimum 4000-5000 mg/l. Adapun parameter yang diukur pada kola mini yaitu pH, suhu,

TDS, TSS, dan COD.

2. Cooling pond/Input pond

Cooling pond termasuk ke dalam tahap pengolahan limbah secara fisik dan kimia. Fungsi
dari kolam ini yaitu untuk mendinginkan air limbah yang masuk sebelum dialirkan ke kolam

selanjutnya. Adapun parameter air limbah yang diukur pada cooling pond yaitu suhu, pH, COD,

dan TDS. Suhu limbah yang masuk sekitar 40°C diturunkan menjadi 28-35°C. Cooling pond

merupakan kolam terbuka menyebabkan terik matahari sangat berpengaruh terhadap suhu air

limbah. Pada kolam ini dilakukan penambahan bahan kimia seperti soda kaustik dan nutrisi

untuk mikroorganisme. Penambahan soda kaustik berfungsi untuk menaikkan pH air limbah

pada kolam ini. Sedangkan penambahan nutrisi TSP berfungsi sebagai sumber fosfor dan urea

berfungsi sebagai sumber nitrogen yang merupakan nutrisi bagi mikroorganisme.

3. Equalization Pond

Equalization Pond atau kolam ekualisasi di PT. Makassar Tene berbentuk persegi panjang

dan termasuk pengolahan limbah secara fisik. Kolam equalisai terletak disamping kolam cooling

pond dimana air limbah yang masuk akan mengalir secara overflow. Kolam equalisasi berfungsi

sebagai kolam lewatnya air limbah menuju ke anaerobic pond untuk memudahkan air limbah

masuk ke kolam tersebut. Kolam ini juga berfungsi untuk membagi dan meratakan volume

pasokan air limbah yang masuk ke kolam anaerobic serta menghomogenkan air limbah dan

bahan kimia yang ditambahkan dengan didiamkan begitu saja atau dengan menggunakan

bantuan kincir. Pada kolam ini dilakukan penambahan bahan urea, TSP, dan soda kaustik.

Adapun parameter yang terukur pada kolam ini yaitu, suhu dan pH.

4. Anaerobic Pond

Anaerobic Pond (Kolam Anaerobik) merupakan inti proses pengolahan limbah dengan

menggunakan system Anaerobic Baffled Reactor (ABR). Anaerobic pond IPAL PT. Makassar

Tene terdiri atas 6 sekat (chamber) dimana setiap chamber terdiri dari 4 main hole dan berisi sisa

lumpur aktif, kotoran sapi, dan air limbah dari equalization pond . Proses pada anaerobic pond
merupakan proses pengolahan yang melibatkan mikroorganisme anaerob dengan waktu tinggal

selama 6-7 hari. Bak ini berbentuk ruangan tertutup. Sumber mikroorganisme yang digunakan

adalah kotoran dari hewan ruminansia/sapi (lumpur aktif). Pada kotoran hewan ruminansia

terdapat bakteri pengurai selulosa yang sangat berguna untuk mengurai ikatan organik rantai

panjang yang ada pada limbah cair industri gula rafinasi.

Terjadi empat tahap proses dalam bak anaerobik . Tahap pertama adalah proses hidrolisis

dimana pada proses ini polisakarida akan diubah menjadi monosakarida. Kemudian

monosakarida digunakan oleh bakeri asam untuk membuat asam organik rantai pendek dengan

atom C kurang dari 6 seperti asam butirat, asam propionate, dan asam asetat serta pada proses ini

akan menghasilkan panas. Tahap ini disebut dengan tahap asidogenik. Tahap hidrolisis dan

asidogenik ini terjadi pada chamber 1 dan 2 bak anaerobik. Selanjutnya, tahap ketiga yaitu

asetogenik yaitu tahap dimana bakteri acetogenik mengubah asam butirat dan asam propionate

menjadi asam asestat. Tahap keempat yaitu metanogenik/gaifikasi dimana asam yang terbentuk

dari tahap asetogenik kemudian dijadikan sebagai bahan baku pembentukan gas metana oleh

bakteri anaerob (metanogenesis) yang terjadi pada chamber akhir yaitu chamber 3 - 6.

Limbah cair yang berada pada bak ekualisasi (Equalization Pond) mengalir secara overflow

akan masuk ke dalam kolam anaerobik, dan mengalir secara underflow menuju sekat

selanjutnya. Tanda bahwa bakteri bekerja baik adalah warna air bening, bau seperti gas methan,

terbentuk gas methan, COD berkurang 90-97%, dan kandungan oksigen terlarut (DO)-nya di

bawah 1 ppm. Parameter yang terukur pada kola mini adalah suhu, pH, TDS, dan COD.

Kondisi abnormal yang terjadi pada bak anaerobik adalah terbentuknya busa putih yang

keluar dari main hole bak. Hal ini terjadi apabila terjadi penyumbatan aliran pada sekat akibat
menumpuknya lumpur aktif dan partikel besar yang lolos dari basket screening serta COD input

yang lebih besar dari kemampuan bakteri untuk mengurai.

5. Aerobic Pond

Proses pengolahan selanjutnya adalah aerobic pond (kolam aerobik). Limbah cair yang

telah diolah di dalam anaerobik pond mengalir ke aerobic pond secara overflow. Pada aerobic

pond mikroorganisme yang berperan merupakan mikroba aerob yang juga berasal dari lumpur

aktif pada anaerobic pond dengan waktu tinggal selama 3-5 hari. Lumpur aktif ini ikut mengalir

bersama dengan limbah cair yang masuk ke dalam aerobic pond. Alat pembantu pada aerobic

pond adalah aerator dan diffuser. Aerator dan diffuser ini berfungsi sebagai penyuplai oksigen

terlarut (dissolved oxygen) di dalam limbah cair yang diolah. Jumlah aerator yang digunakan

pada aerobic pond IPAL PT.Makassar Tene adalah 3 unit yang diatur secara zig-zag dan jumlah

diffuser sebanyak 2 unit dengan pemakaian secara bergiliran setiap 2 jam. Pemberian jarak pada

aerator bertujuan untuk menghindari adanya tabrakan antar aerator dan memberikan ruang yang

cukup untuk menyuplai oksigen pada limbah cair.

Suplai oksigen dapat membantu kinerja lumpur aktif sehingga apabila COD yang masuk ke

aerobic pond besar, maka suplai oksigen yang dibutuhkan juga banyak. Limbah cair yang masuk

aerobic pond berwarna kecoklatan tanda adanya lumpur aktif yang berasal dari anaerobic pond.

Perbandingan antara lumpur aktif dengan limbah cair pada aerobic pond adalah 30-50%. Apabila

mikroorganisme di dalam aerobic pond sudah tidak efektif lagi, limbah cair pada kolam akan

berwarna hitam dan berbau tidak sedap serta terbentuk foaming (busa tebal berwarna coklat

gelap) yang berlebihan. Parameter yang terukur pada kolam ini yaitu, suhu, pH, TDS, dan COD.

6. Level Equalizing Pond


Level equalizing pond merupakan bak yang menampung limbah cair dari aerobic pond

sebelum masuk ke dalam chemical mixing pond,merupakan pengolahan limbah secara fisik.

Fungsi level equalizing pond adalah sebagai tempat untuk mengatur debit limbah air dari

aerobic pond yang akan dimasukkan ke dalam chemical mixing pond. Selain itu Level equalizing

pond juga ditempatkan setelah chemical mixing pond. Tetapi fungsi utama bak level equalizing

setelah chemical mixing pond adalah untuk menguragi debit limbah yang masuk ke dalam

settling pond agar proses pada settling pond tidak terganggu karena debit inlet yang berlebih.

Selain itu, lumpur yang mengendap dalam bak ini akan dikembalikan atau disirkulasi ke bak

aerobik dengan menggunakan pompa celup.

7. Chemical Mixing Pond

Chemical mixing pond merupakan sebuah bak yang digunakan sebagai tempat penambahan

koagulan dan flokulan ada limbah cair. Chemical mixing pond pada IPAL PT. Makassar Tene

sebanyak empat kolam yang dilengkapi dengan agitator (pengaduk). Kolam I dan kolam III

merupakan kolam pencampuran koagulan dengan menggunakan sistem pengadukan cepat.

Sedangkan kolam II dan kolam IV merupakan kolam pencampuran flokulan dengan

menggunakan sistem pengadukan lambat. Koagulan yang digunakan adalah poly aluminium

chloride (PAC).

Flokulan yang digunakan adalah aquaclear. Sebelum dicampurkan dengan limbah cair pada

chemical mixing pond, sebanyak 5 kg PAC dan 1 kg aquaclear diencerkan pada bak berukuran 1

m3 setiap shift. Setelah diencerkan, larutan PAC dan aquaclear dialirkan ke chemical mixing

pond dengan debit 1 liter/menit,

8. Settling Pond
Settling pond merupakan bak tempat pengendapan flok yang terbentuk. Pada bak ini,

limbah cair masuk setelah diolah pada chemical mixing pond dan di tampung pada level

equalizing pond. Settling pond dilengkapi dengan lamella yang berbentuk seperti sarang lebah

yang berfungsi sebagai penangkap partikel-partikel padat (flok) sehingga proses pemisahan

antara endapan dan air lebih efektif. Bagian bawah settling pond dibuat berbentuk kerucut agar

sludge yang terbentuk mudah mengalir ke sludge pond.

9. Sludge Pond

Sludge pond merupakan bak yang berfungsi sebagai penampung lumpur atau sludge yang

terbentuk pada settling pond. Sludge pond terletak pada bagian bawah settling pond sehingga

sludge yang terbentuk mudah untuk dikeluarkan dari settling pond. Sludge yang tertampung

kemudian dikembalikan ke anaerobic pond atau aerobic pond dengan menggunakan pompa dan

dapat digunakan kembali sebagai lumpur aktif di aerobic pond.

10. Clean Water Pond

Limbah cair yang mengalir secara overflow dari settling pond menuju ke clean water pond

merupakan limbah cair yang telah memenuhi baku mutu limbah cair industri gula rafinasi. Pada

clean water pond dilakukan uji coba kebersihan air limbah, hasil olahan, dengan cara bak juga

diisi dengan berbagai jenis ikan sebagai bioindikator.

11. Polishing Filter

Polishing filter merupakan proses penyempurnaan proses pengolahan limbah IPAL PT.

Makassar Tene. Polishing filter ini berisi pasir silika dan ijuk yang berfungsi untuk mengurangi

kekeruhan air dari clean water pond. Untuk tetap menjaga efektifitas proses pada polishing filter,

secara rutin dilakukan back wash dan penggantian pasir silika pada polishing filter.

12. Final Pond


Final pond berfungsi sebagai tempat penampungan effluent yang telah memenuhi baku

mutu limbah cair dan telah disaring pada polishing filter. Pada bak ini juga terdapat ikan yang

berfungsi sebagai bioindikator yang menentukan effluent pengolahan aman untuk dialirkan ke

kolam kontrol ikan atau dibuang ke badan sungai.

13. Kolam Bioindikator 1, 2 dan 3

Kolam bioindikator ini memiliki fungsi yang sama dengan final pond. Pada kolam berisi

berbagai jenis ikan. Ikan ini berfungsi sebagai bioindikator penentuan kelayakan air hasil

pengolahan untuk langsung dialirkan ke anak sungai, sungai tello. Sebelum dialirkan ke sungai

tello, pada saluran output dipasang screening untuk menyaring kayu, daun-daun dan partikel

besar lainnya. Parameter yang diukur pada kola mini yaitu pH, suhu, TDS, TSS, dan COD.

2.8 Parameter Pencemar Air Limbah

1. Temperatur

Limbah cair mempunyai temperatur lebih tinggi daripada asalnya. Tingginya temperatur

disebabkan oleh pengaruh cuaca, pengaruh kimia dalam limbah cair dan kondisi bahan yang

dibuang ke dalam saluran limbah.

2. pH

Konsentrasi ion hidrogen (pH) merupakan parameter penting untuk kualitas air dan air

limbah. pH sangat berperan dalam kehidupan biologi dan mikrobiologi (Alaerts dan Santika,

1987). pH sangat berpengaruh dalam proses pengolahan air limbah. Baku mutu yang ditetapkan

sebesar 6-9. Pengaruh yang terjadi apabila pH terlalu rendah adalah penurunan oksigen terlarut,

konsumsi oksigen menurun, peningkatan aktivitas pernapasan serta penurunan selera makan

mikroorganisme. Oleh karena itu, sebelum limbah diolah, diperlukan pemeriksaan pH serta

menambahkan larutan penyangga, agar dicapai pH yang optimal.


3. Total Padatan Terlarut (Total Dissolved Solids)

Padatan terlarut (dissolved solids) ini terdiri dari berbagai macam material yang terlarut di

dalam air, diantaranya mineral, garam, logam, serta anion. Sedangkan Total Dissolved Solids

(TDS) merupakan jumlah dari padatan terlarut yang terdiri garam anorganik (terutama kalsium,

magnesium, potassium, sodium, bicarbinates, chlorides dan sulfates) dan sebagian kecil jumlah

organik lain yang larut dalam air.

4. TSS (Total Suspended Solids)

TSS (Total Suspended Solids) merupakan hasil dari penyaringan padatan terlarut, yang

biasanya merupakan partikel koloid, yang pengendapannya dilakukan dengan gravitasi.

5. COD (Chemical Oxygen Demand)

Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan analisis terhadap jumlah oksigen yang

dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada di dalam 1 liter sampel air dengan

menggunakan pengoksidasi K2Cr2O7 sebagai sumber oksigen. Angka COD yang didapat

merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat organis, dimana secara alami dapat

dioksidasikan melalui proses mikrobiologi yang mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut

didalam air (Alaerts dan Santika, 1987).

COD atau kebutuhan oksigen kimiawi adalah jumlah kebutuhan oksigen yang diperlukan

untuk mengoksidasi zat-zat organik. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh

zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologis dan

mengakibatkan berkurangnya kandungan oksigen di dalam air. Hasil pengukuran COD dapat

dipergunakan untuk memperkirakan BOD ultimate atau nilai BOD tidak dapat ditentukan karena

terdapat bahan-bahan beracun (Mahida, 1984)..

Anda mungkin juga menyukai