Anda di halaman 1dari 3

Pabrik-pabrik kelapa sawit di Indonesia pada umumnya menerapkan sistem

berbasis kolam untuk mengolah limbah cair yang dihasilkannya. Ini merupakan
metode sistem tradisional yang bertujuan untuk menekan tingkat BOD sehingga
mencapai baku mutu yang sudah ditetapkan sebelum limbah cair tersebut
dialirkan/dibuang ke sungai. Prinsipnya adalah air limbah yang diterima akan
langsung didinginkan menggunakan kolam atau menara pendingin.
Rata-rata setiap pabrik kelapa sawit memiliki 20-30 kolam pengolahan limbah.
Awalnya limbah akan mengalir ke kolam anaerobik lalu dilanjutkan menuju ke
kolam aerobik. Ada pula pabrik yang mengarahkan limbah dari kolam anaerobik
langsung ke kolam facultative. Beberapa pabrik juga akan mengolah limbah di
dalam kolam anaerobik terlebih dahulu sebelum dialirkan ke kolam aerobik. Dari
sini limbah kemudian dibuang ke badan sungai.

Limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit sangat berbahaya karena
tingkat BOD yang dimilikinya tinggi sekali mencapai 20.000-25.000 mg/lt.
Seharusnya baku mutu limbah PKS ini tidak boleh mengandung BOD lebih dari
250 mg/lt sesuai dengan Surat Keputusan Menteri KLH No. Kep.
3/MENKLH/II/91 tanggal 1 Februari 1991. Dibutuhkan biaya investasi yang tinggi
untuk membangun instalasi pengolahan limbah sesuai baku mutu tersebut.
Limbah cair PKS selama ini memang tidak memiliki nilai tambah. Limbah tersebut
dibuang saja ke sungai. Padahal sebenarnya limbah ini bisa dimanfaatkan sebagai
pupuk karena memiliki kandungan nutrisi yang tinggi atau bahan bakar sebab
mengandung gas methana. Khusus untuk pemanfaatan limbah cair sebagai pupuk,
pengolahannya cukup sampai ke tingkat kolam primary anaerobic. Selanjutnya
limbah bisa langsung dipakai untuk pupuk kelapa sawit.
Pemanfaatan limbah cair menjadi pupuk dikenal dengan sebutan sistem land
application. Di sini dibutuhkan proses pengolahan air limbah terlebih dahulu untuk
menurunkan tingkat BOD di dalamnya dari 25.000 mg/lt menjadi 3.000-5.000
mg/lt. Dengan kadar BOD di kisaran ini maka air limbah dinilai sudah tidak
mengakibatkan pencemaran lagi ke air tanah. Begitu pula dengan kandungan
minyak dan zat padat terlarut di dalamnya sudah ditekan sehingga aman.
Terdapat 4 macam teknik sistem land application pada pengolahan limbah
cair kelapa sawit antara lain flad bed, furrow, long bed, dan sprinkler. Penggunaan
masing-masing sistem ini bisa disesuaikan dengan kondisi lapangan, terutama
topografi lahan. Lahan yang kondisinya datar bisa menerapkan sistem long bed
atau sprinkler. Sedangkan untuk lahan yang berbukit-bukit sebaiknya
mengaplikasikan sistem flat bed atau furrow.
Pabrik kelapa sawit yang memiliki kapasitas 60 ton TBS/jam akan menghasilkan
limbah sekitar 1200 m3/hari atau 360.000 m3/tahun. Dengan menerapkan metode
flad bed maka limbah ini bisa diaplikasikan menjadi pupuk untuk area perkebunan
seluas 360 ha. Sedangkan dengan memakai metode long bed seluas 600 ha dan
metode furrow seluas 240 ha. Tidak disarankan menggunakan metode sprinkler
sebab kenyataannya pipa sprinkler sering tersumbat kotoran.
Biaya pembangunan sistem land application untuk mengolah limbah kelapa sawit
tidak jauh berbeda dengan biaya pembuatan kolam-kolam pada sistem tradisional.
Tetapi untuk biaya operasionalnya akan memakan biaya yang jauh lebih besar.
Walaupun begitu, sistem land application masih memberikan keuntungan berupa
pupuk sehingga biaya untuk pembelian pupuk kelap sawit bisa dihemat
semaksimal mungkin tanpa mengorbankan produktivitasnya.
Selain manfaat berupa pupuk, penerapan sistem land application juga
mempunyai manfaat lain seperti :
1. Memperbaiki kondisi struktur tanah
2. Memperbaiki tingkat keasaman (pH) tanah
3. Meningkatkan kapasitas pertukaran ton
4. Meningkatkan pertumbuhan akar
5. Meningkatkan kelembaban tanah
6. Meningkatkan kandungan bahan organik
7. Meningkatkan daya resap air ke dalam tanah
Sistem land applicaion mempunyai manfaat yang begitu besar bagi perkebunan
kelapa sawit. Namun pada prakteknya diperlukan pengawasan secara ketat supaya
manfaat tersebut terus terjaga. Pengawasannya berupa pengolahan limbah di kolam
primary anaerobic terlebih dulu untuk menurunkan tingkat BOD dari 25.000 mg/lt
menjadi 3.000-5.000 mg/lt. Volume limbah yang diolah juga harus sesuai dengan
rekomendasi. Disarankan untuk memindahkan lokasi pengolahan setiap tahun
untuk menjaga manfaatnya.

Anda mungkin juga menyukai