Anda di halaman 1dari 67

RANGKUMAN SNI

ANALISIS PARAMETER LINGKUNGAN

Kelompok 2b: Arintika H, Ayub Riyan, Kurniatri Ayu, Reyhan,


Tri puji ngayomi

XIII 6
AIR
Ringkasan SNI 6989.2:2004 Cara Uji COD dengan Refluks Tertutup secara
Spektrofotometri

A. Ruang lingkup

Metode ini digunakan untuk pengujian kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dalam air dan air limbah

2-
dengan reduksi Cr2O7 secara spektrofotometri pada kisaran nilai KOK 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L

pada panjang gelombang 600 nm dan nilai KOK lebih kecil 100 mg/L pengukuran dilakukan pada panjang
gelombang 420 nm. Metode ini digunakan untuk contoh uji air dan air limbah dan tidak berlaku bagi air
limbah yang mengandung ion klorida lebih besar dari 2000 mg/L.
B. Prinsip
KOK (Chemical Oxygen Demand = COD) adalah jumlah oksidan Cr2O72- yang bereaksi dengan
contoh uji dan dinyatakan sebagai mg O2 untuk tiap 1000 mL contoh uji.
Senyawa organik dan anorganik, terutama organik dalam contoh uji dioksidasi oleh Cr2O72- dalam refluks
tertutup menghasilkan Cr3+. Jumlah oksidan yang dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen oksigen (O2
mg /L) diukur secara spektrofotometri sinar tampak. Cr2O72- kuat mengabsorpsi pada panjang gelombang
400 nm dan Cr3+ kuat mengabsorpsi pada panjang gelombang 600 nm.
Untuk nilai KOK 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L ditentukan kenaikan Cr3+ pada panjang
gelombang 600 nm. Pada contoh uji dengan nilai KOK yang lebih tinggi, dilakukan pengenceran terlebih
dahulu sebelum pengujian. Untuk nilai KOK lebih kecil atau sama dengan 90 mg/L ditentukan pengurangan
konsentrasi Cr2O72- pada panjang gelombang 420 nm.
C. Bahan kimia yang dibutuhkan
1. air bebas organik;
2. kalium bikromat, K2Cr2O7;
3. asam sulfat pekat, H2SO4;
4. raksa sulfat, HgSO4;
5. perak sulfat, Ag2SO4;
6. asam sulfamat, NH2SO3H;
7. kalium hidrogen ftalat, HOOCC6H4COOK, KHP;
D. Peralatan yang dibutuhkan
1. spektrofotometer sinar tampak (400 nm sampai dengan 700 nm);
2. kuvet;
3. digestion vessel, lebih baik gunakan kultur tabung borosilikat dengan ukuran 16 mm x
4. 100 mm; 20 mm x 150 mm atau 25 mm x 150 mm bertutup ulir. Atau alternatif lain,
5. gunakan ampul borosilikat dengan kapasitas 10 mL (diameter 19 mm sampai dengan
6. 20 mm);
7. pemanas dengan lubang-lubang penyangga tabung (heating block);
8. CATATAN Jangan menggunakan oven.
9. buret;
10. labu ukur 50,0 mL; 100,0 mL; 250,0 mL; 500,0 mL dan 1000,0 mL;
11. pipet volumetrik 5,0 mL; 10,0 mL; 15,0 mL; 20,0 mL dan 25,0 mL;
12. gelas piala;
13. magnetic stirrer; dan
14. timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg.

E. Pengawetan contoh uji


Bila contoh uji tidak dapat segera diuji, maka contoh uji diawetkan dengan menambahkan H 2SO4 pekat
sampai pH lebih kecil dari 2 dan disimpan dalam pendingin pada temperatur 4C 2C dengan waktu
simpan maksimum yang direkomendasikan 7 hari.
F. Tahapan prosedur

G. Pembuatan kurva kalibrasi


1. buat 1 blanko dan 3 deret kadar larutan kerja yang berbeda secara proporsional dimana kadar deret
larutan kerja terendah sama dengan LoQ metode. Dengan pertimbangan tersebut, kadar contoh uji
diperkirakan berada ditengah kurva kalibrasi yang dibuat;
2. hidupkan dan optimalkan spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat untuk pengujian COD.
Atur panjang gelombangnya pada 600 nm atau 420 nm;
3. ukur serapan masing-masing larutan kerja kemudian catat dan plotkan terhadap kadar COD;
4. buat kurva kalibrasi dan tentukan persamaan regresi linera dengan batas keberterimaan:
a) koefisien regresi linera (r) 0,995 atau koefisien determinasi (R 2) 0,990;
b) %RLCS = 100% 10%

H. Pengendalian mutu
1. gunakan bahan kimia pro analisis (pa);
2. gunakan alat gelas bebas kontaminasi;
3. gunakan alat ukur yang terkalibrasi;
4. dikerjakan oleh analis yang kompeten;
5. lakukan analisis blanko dengan frekuensi 5% - 10% per batch (satu seri pengukuran) atau minimal 1
kali untuk jumlah contoh uji < 10 sebagai kontrol kontaminasi
6. lakukan analisis duplo dengan frekuensi 5% - 10% per batch atau minimal 1 kali untuk jumlah
contoh uji < 10 sebagai kontrol ketelitian analisis. Jika %RPD 10% maka dilakukan pengukuran
selanjutnya hingga diperoleh nilai %RPD < 10%
7. lakukan kontrol akurasi dengan laritan baku KHP dengan frekuensi 5% - 10% per batch atau minimal
1 kali untuk 1 batch. Kisaran persen temu balik untuk spike matrix adalah 85% - 115%.
Ringkasan SNI 6989.72:2009 Cara Uji BOD

A. Ruang Lingkup
Cara uji digunakan untuk menentukan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroba
aerobik untuk mengoksidasi bahan organik karbon dalam contoh uji air limbah, efluen atau air yang
tercemar yang tidak mengandung atau yang telah dihilangkan zat-zat toksik dan zat-zat pengganggu lainnya.

Pengujian dilakukan pada suhu 200C 10C selama 5 hari 6 jam.

Catatan: limit deteksi ditentukan berdasarkan penurunan oksigen terlarut minimum, yaitu:

1. unseeding and dilution (S = 0, P < 1,0) = 2 mg/L DOmin


2. seeding and dilution (S > 0, P < 1,0) 1 mg/L DOmin koreksi seeding
3. unseeding and no dilution (S = 0, P = 1,0) 0,1 mg/L limit deteksi DO meter
4. seeding and no dilution (S > 0, P = 1,0) 0 mg/L

B. Prinsip
Sejumlah contoh uji ditambahkan ke dalam larutan pengencer jenuh oksigen yang telah ditambah

larutan nutrisi dan bibit mikroba, kemudian diinkubasi dalam ruang gelap pada suhu 20 0C 10C selama 5
hari. Nilai BOD dihitung berdasarkan selisih konsentrasi oksigen terlarut 0 (nol) hari dan 5 (lima) hari. Bahan
kontrol standar dalam uji BOD ini, digunakan larutan glukosa-asam glutamat.

C. Bahan kimia yang dibutuhkan


1. air bebas mineral jenuh oksigen (minimal 7,5 mg/L);
2. kalium dihidrogen fosfat, KH2PO4;

3. dikalium hidrogen fosfat, K2HPO4;

4. dinatrium hidrogen fosfat heptahidrat, Na2HPO4.7H2O;

5. amonium klorida, NH4Cl;

6. Natrium hidroksida, NaOH;


7. magnesium sulfat, MgSO4.7H2O;

8. kalsium klorida anhidrat, CaCl2;

9. feri klorida, FeCl3.6H2O;


10. larutan suspensi bibit mikroba;
11. larutan glukosa-asam glutamat (GGA);
12. asam sulfat, H2SO4;

13. natrium sulfit, Na2SO3;

14. inhibitor nitrifikasi Allylthiourea (ATU), (C 4H8N2S);

15. asam asetat glasial (CH3COOH);

16. kalium iodida (KI);


17. larutan indikator amilum (kanji);

D. Peralatan yang dibutuhkan


1. botol DO;

2. lemari inkubasi atau water cooler, suhu 20C 1C, gelap;

3. botol dari gelas 5 L 10 L


4. pipet volumetrik 1 mL dan 10 mL
5. labu ukur 100 mL,200 mL dan 1000 mL
6. pH meter
7. DO meter yang terkalibrasi
8. shaker
9. blender
10. oven
11. timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg.

E. Pengawetan contoh uji


1. Penyimpanan contoh sesaat (grab samples)
Suhu penyimpanan contoh sesaat dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
2. Penyimpanan contoh gabungan (composite samples)

Selama pengumpulan, penyimpanan contoh dilakukan pada suhu 4 0C. Batas periode pengumpulan
contoh maksimal 24 jam dari waktu pengambilan contoh terakhir. Gunakan kriteria lama penyimpanan
contoh gabungan, sebagaimana (Tabel 1).

F. Tahapan prosedur
G. Pengendalian mutu
1. gunakan bahan kimia pro analisis (pa);
2. gunakan alat gelas bebas kontaminan;
3. gunakan alat ukur yang terkalibrasi atau terverifikasi;
4. dikerjakan oleh analis yang kompeten;
5. air bebas mineral jenuh oksigen minimal 7,5 mg/L;
6. lakukan analisis blanko dengan frekuensi 5% - 10% per batch (satu seri pengukuran) atau minimal 1
kali untuk jumlah contoh uji < 20. Oksigen terlarut dalam air pengencer yang dikonsumsi mikroba
selama 5 hari < 1,0 mg/L, namun disarankan < 0,2 mg/L;
7. oksigen terlarut lima hari (DO5) > 1,0 mg/L dan selisih DO = DO0 - DO5 > 2,0 mg/L;

8. lakukan analisis duplo dengan frekuensi 5% - 10% per batch atau minimal 1 kali untuk jumlah
contoh uji < 20 sebagai kontrol ketelitian analisis dan nilai %RPD yang diperoleh 30%;
9. lakukan kontrol akurasi dengan larutan GGA dengan frekuensi 5% - 10% per batch atau minimal 1

kali untuk untuk jumlah contoh uji < 20. Nilai BOD 5 larutan kontrol standar glukosa-asam glutamat

berada pada kisaran 198 30,5 mg/L.


UDARA
Udara

1. Gas and Smoke Analyzer

a. Prinsip

Pengujian idle dilakukan dengan cara menghisap gas buang kendaraan bermotor
alat uji gas analyzer kemudian diukur kandungan karbon monoksida (CO) dan
hidro karbon (HC).

b. Alat dan Bahan

1) Gas and Smoke Analyzer

2) Kendaraan bermotor

3) Alat ukur temperatur mesin dan lingkungan

c. Cara Kerja

1) Persiapan Kendaraan Uji

a) Kendaraan diparkir di tempat yang datar.

b) Knalpot dipastikan tidak bocor.

c) Temperatur mesin normal 600-700oC.

d) Sistem aksesoris dalam kondisi mati.

2) Persiapan Peralatan Gas Analyzer


a) Alat dipastikan sudah terkalibrasi.

b) Hidupkan alat sesuai prosedur pengoperasian.

3) Pengukuran dan Pencatatan

a) Kendaraan dipersiapkan sesuai langkah 1)

b) Alat uji dipersiapkan sesuai langkah 2)

c) Naikkan putaran mesin hingga mencapai 2900-3100 rpm, ditahan


selama 60 detik, dan dikembalikan menjadi kondisi idle.

d) Dilakukan pengukuran dalam kondisi idle ddengan putaran mesin 600-


1000 rpm.

e) Masukkan probe alat uji sedalam 30cm ke dalam knalpot, jika knalpot
kurang dari 30 cm, dipasangkan pipa tambahan.

f) Ditunggu 20 detik dan dilakukan pengambilan data gas CO dalam satuan


persen dan HC dalam satuan ppm.

d. Ambang Batas

Kendaraan bermotor jenis L

Tahun Parameter
Kategori CO (%) HC (ppm) Metode uji
Pembuatan
Sepeda motor 2 langkah <2010 4.5 12000 idle
Sepeda motor 4 langkah <2010 5.5 2400 idle
Sepeda motor (2 langkah 2010 4.5 2000
dan 4 langkah)

Kendaraan bermotor jenis M, N, dan O

Tahun Parameter
Kategori CO (%) HC (ppm) Opasitas (% HSU) Metoda Uji
Pembuatan
Berpenggerak motor < 2007 4.5 1200 Idle
bakar cetus api (bensin) 2007 1.5 200
Berpenggerak motor Percepatan
bakar penyalaan Bebas
kompresi (diesel) < 2010 70
-GVW 3.5 ton 2010 40
< 2010 70
-GVW 3.5 ton 2010 40

e. Format Laporan

Kendaraan Parameter
Umur K HC CO CO2
Mer NO. BBM (cc) Catatan
No Tipe (Tahun) m
k POLISI ppm % %

Rata-rata
No Kendaraan Uji Total Uji Lulus Tidak Lulus
Kelulusan
1 Bensin
2 Diesel
3 Sepeda Motor
2. Portable Emission Analyzer

a. Prinsip

Pengujian dilakukan dengan cara menghisap gas emisi buangan dari cerobong
asap menggunakan alat uji emission analyzer kemudian diukur kandungan
sesuai peraturan yang berlaku (Dalam rangkuman ini, digunakan contoh industri
pupuk ZA dengan standar PerGub Jawa Timur no.10 tahun 2005).

b. Alat dan Bahan

1) Portable Emission Analyzer.

2) Cerobong Asap.

3) Tangga.

c. Cara Kerja

1) Persiapan Cerobong Uji

a) Dipastikan terdapat sarana pendukung seperti lubang sampling, tangga,


pagar pengaman, lantai kerja, dan sumber listrik pada cerobong.

b) Untuk cerobong berbentuk lingkaran, penentuan titik lubang sampling


berada diantara minimal 8x diameter stack (Ds) untuk downstream dan
2x diameter stack (Ds) untuk upstream. (Diagram di halaman
selanjutnya).
c) Lubang pengambilan sampel harus memakai tutup dengan system
flange yang dilengkapi baut.

d) Arah lubang pengambilan sampel tegak lurus dinging cerobong.

2) Persiapan Peralatan Emission Analyzer

a) Alat dipastikan sudah terkalibrasi.

b) Hidupkan alat sesuai prosedur pengoperasian.

3) Pengukuran dan Pencatatan

a) Cerobong dipersiapkan sesuai langkah 1)

b) Alat uji dipersiapkan sesuai langkah 2)

c) Diukur emisi yang dikeluarkan oleh cerobong asap sesuai dengan titik
lubang sampling yang telah ditetapkan, dan dengan emisi spesifik sesuai
industry (Dalam rangkuman ini, digunakan contoh industri pupuk ZA
dengan standar PerGub Jawa Timur no.10 tahun 2005).
d. Ambang Batas

e. Format Laporan

No Standard
Parameter Nilai
. (mg/Nm3)
1. Amoniak (NH3) 500
2. Sulfur Dioksida (SO2) 1700
3. Nitrogen Dioksida (NO2) 175
3. HAZ-DUST (Portable Environmental Particulate Monitor)

a. Prinsip

Pengujian dilakukan dengan cara menghisap debu halus di area kerja


menggunakan alat uji particulate monitor kemudian diukur kandungan debu
TSP, PM1.0, PM2.5, dan PM10.

b. Alat dan Bahan

1) HAZ-DUST

2) Meja

c. Cara Kerja

1) Pemilihan Lokasi

a) Alat uji diletakkan di tempat yang datar (meja).

b) Tidak diletakkan di bawah pohon rindang.

2) Persiapan Peralatan HAZ-DUST

a) Alat dipastikan sudah terkalibrasi.

b) Hidupkan alat sesuai prosedur pengoperasian.


3) Pengukuran dan Pencatatan

a) Lokasi disesuaikan dengan langkah 1)

b) Alat uji dipersiapkan sesuai langkah 2)

c) Pengambilan contoh dilakukan selama beberapa menit hingga 2 jam.

d. Ambang Batas

No. Jenis Debu Konsentrasi Maksimal


1. Debu total 0,15 mg/m3

e. Format Laporan

Waktu
No Lokasi SK RH
Pengukuran Hasil Keterangan
. Pengukuran (oC) (%)
(menit)
AIR SAMPLER
Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan roposfir yang dibutuhkan
dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya.

A. SNI 19-7119.1-2005
UDARA AMBIEN KADAR AMONIAK METODA INDOFENOL MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETER
1. PRINSIP
Amoniak dari udara ambien yang elah dijerap leh larutan penjerap asam sulfat akan
mmbentuk ammonium sulfat. Kemudian direaksikan dengn fenol dan natrium hipoklorit
dalam suasana bsa, akan membentuk senyawa komplek indofenol yang berwarn biru
intensitas arna biru yang terbentuk diukur denan menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang 630 nm.

2. PERALATAN
a) Air sampler
b) labu ukur 100 mL; dan 1000 mL;
c) pipet volumetrik 0,5 mL; 1 mL; 5 mL dan 20 mL;
d) pipet mikro 1 mL;
e) gelas ukur 100 mL;
f) gelas piala 100 mL; 500 mL; 1000 mL dan 2000 mL;
g) tabung uji 25 mL;
h) spektrofotometer;
i) timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg;
j) buret 50 mL;
k) labu erlenmeyer 250 mL;
l) kaca arloji;
m) desikator;
n) oven;
o) termometer;
p) barometer;
q) penangas air.
3. BAHAN
a. Larutan penjerap
1) Masukkan 3 mL H2SO4 97% ke dalam Labu Ukur 1 L yang sudah berisi 200 mL air
suling dingin yang diletakkan dalam penangas air es.
2) Larutan diencerkan hingga 1 L lalu homogenkan (hati-hati reaksi eksotermis)
b. Larutan natrium nitroprusida (Na2Fe(CN)5NO.2H2O) 2%
Larutkan 2 g natrium nitroprusida ke dalam labu ukur 100 mL dengan air suling,
encerkan hingga tanda tera lalu homogenkan.
CATATAN: Larutan ini dapat stabil selama 2 bulan dengan baik, jika disimpan dalam
lemari pendingin pada suhu 4C - 8C
c. Larutan natrium hidroksida (NaOH) 6,75 M
1) larutkan 270 g NaOH dalam gelas piala 1000 mL yang telah berisi kurang lebih 500
mL air suling dingin yang diletakkan dalam penangas air es.
2) diencerkan hingga 1000 mL dan homogenkan.
3) Simpan dalam botol polietilen
d. Larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 3,7%
Buat larutan NaOCl 3,7% dari larutan natrium hipoklorit yang tersedia di pasaran
(5% - 6%).
CATATAN: Larutan ini dapat stabil jika disimpan dalam lemari pendingin selama 2
bulan pada suhu 4C - 8C
e. Larutan kerja hipoklorit
1) Masukkan 30 mL NaOH 6,75 M dan 30 mL larutan NaOCl 3,7% ke dalam labu ukur
100 mL;
2) Encerkan larutan tersebut dengan air suling dan tepatkan sampai tanda tera
kemudian homogenkan.
CATATAN: Larutan ini stabil selama 1 hari.
f. Larutan fenol (C6H5OH) 45% v/v
1) 50 g fenol dilebur di atas penangas air pada temperatur 60C dalam gelas piala 100
mL kemudian dipindahkan ke labu ukur 100 mL.
CATATAN: Kerjakan dengan hati-hati.
2) diencerkan larutan dalam labu ukur tersebut diatas dengan metanol hingga tanda
tera kemudian dihomogenkan.
CATATAN: Larutan ini dapat stabil jika disimpan dalam lemari pendingin selama 2
bulan
g. Larutan kerja fenol
1) Masukkan 20 mL larutan induk fenol 45% dan 1 mL larutan natrium nitroprusid 2%
ke dalam
2) labu ukur 100 mL, encerkan larutan tersebut dengan air suling sampai tanda tera
kemudian homogenkan.
CATATAN: Larutan ini stabil selama 4 jam.
h. Larutan penyangga
Masukkan 50 g Na3PO4.12H2O dan 74 mL larutan NaOH 6,75 M ke dalam piala
gelas 2000 mL kemudian encerkan dengan air suling hingga 1000 mL kemudian
homogenkan.
i. Larutan induk amoniak 1000 g
1) Larutkan 3,18 g NH4Cl (yang telah dikeringkan pada suhu 105C selama 1 jam
dengan air suling ke dalam labu ukur 1000 mL kemudian diencerkan sampai tanda
tera, lalu homogenkan
2) Tambahkan 1 tetes CHCl3 sebagai pengawet.
CATATAN: 13,18 g NH4CI dapat digantikan dengan 3,88 gr (NH4)2SO4 yang telah
dikeringkan
3) pada suhu 130O C selama 1 jam
4) CATATAN 2 Larutan ini stabil selama 2 bulan.
j. Larutan standar amoniak 10 g
Pipet 1 mL larutan induk amoniak ke dalam labu ukur 100 mL, encerkan dengan
larutan penjerap sampai tanda tera, kemudian homogenkan.
CATATAN: Tiap 1 mL larutan sebanding dengan 10 g NH3.
k. Larutan HCl 1,2 M (untuk pencucian alat-alat gelas)
Larutkan 10 mL HCl p (12M), masukkan ke dalam gelas piala 100 mL dan tambahkan air
suling sampai dengan 100 mL.

4. PENGAMBILAN CONTOH UJI


a. Susun peralatan pengambilan contoh uji seperti pada gambar 2
b. Masukkan larutan penjerap sebanyak 10 mL ke dalam botol penjerap. Tempatkan botol
penjerap sedemikian rupa sehingga terlindungi dari hujan dan sinar matahari secara langsung
c. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur laju alir 1 L/menit sampai 2 L/menit setelah stabil
catat laju alir awal (F1)
d. Lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan catat temperatur dan tekanan udara;
e. Setelah 1 jam catat laju alir akhir (F2) dan kemudian matikan pompa penghisap.

CATATAN; Prefilter sebelum digunakan dicuci terlebih dahulu dengan air suling dan dikeringkan.

5. PERSIAPAN PENGUJIAN
a. Pembuatan kurva kalibrasi
1) Optimalkan alat spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat;
2) Siapkan 6 buah tabung uji 25 mL lalu masukkan ke dalamnya larutan standar ammonia
masing-masing 0,0 mL; 0,2 mL; 0,4 mL; 0,6 mL; 1,0 mL dan 1,5 mL, yang mengandung 0 g
NH3; 2 g NH3; 4 g NH3; 6 g NH3; 10 g NH3 dan 15 g NH3. Selanjutnya tambahkan
larutan penjerap sampai volum 10 mL;
3) Tambahkan berturut-turut ke dalam masing-masing tabung uji 2 mL larutan penyangga 5 mL
larutan pereaksi fenol dan 2,5 mL larutan pereaksi natrium hipoklorit lalu dihomogenkan;
4) Tambahkan air suling ke dalam tabung uji sampai tanda tera, lalu homogenkan dan
didiamkan selama 30 menit;
5) Ukur serapan masing-masing larutan pada panjang gelombang 630 nm.
6) Buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah NH3 (g).
6. PENGUJIAN CONTOH UJI
a. Pindahkan larutan contoh uji ke dalam tabung uji 25 mL;
b. Lakukan pada nomer 5 bagian c dan d.
c. Masukkan larutan contoh uji ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, lalu ukur
serapannya pada panjang gelombang 630 nm
d. Baca serapan contoh uji kemudian hitung jumlah NH3 yang diperoleh dari kurva
kalibrasi
e. Lakukan langkah-langkah a sampai d untuk pengujian blanko dengan menggunakan 10
mL larutan penjerap.
7. PELAPORAN
Catat minimal hal-hal sebagai berikut pada lembar kerja:
1) Parameter yang dianalisis.
2) Nama analis dan tanda tangan.
3) Tanggal analisis.
4) Rekaman kurva kalibrasi.
5) Batas deteksi.
6) Perhitungan.
7) Data pengambilan contoh uji (kondisi meteorologis).
8) Hasil pengukuran blanko.
9) Hasil pengukuran contoh uji.
10) Kadar NH3 dalam contoh uji.
B. SNI 19-7119.7-2005
UDARA AMBIEN - KADAR SULFUR DIOKSIDA (SO2) DENGAN METODE PARAROSANILIN
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER
1. Prinsip

Gas sulfur dioksida (SO2) diserap dalam larutan penjerap tetrakloromerkurat (TCM)
membentuk senyawa kompleks diklorosulfonatomerkurat. Dengan menambahkan
larutan pararosanilin dan formaldehida, kedalam senyawa diklorosulfonatomerkurat
maka terbentuk senyawa pararosanilin metil sulfonat yang berwarna ungu. Konsentrasi
larutan di ukur pada panjang gelombang 550 nm.

2. BAHAN

a) air suling j) asam klorida (HCl)


b) merkuri (II) klorida (HgCl2) k) natrium tiosulfat
c) kalium klorida (KCl) l) natrium karbonat (Na2CO3)
d) EDTA m) asam sulfamat (NH2SO3H)
e) natrium metabisulfit atau n) asam fosfat (H3PO4)
natrium sulfit (Na2SO3) o) pararosanilin hidroklorida
f) iod (I2) p) natrium asetat trihidrat
g) kalium iodida (KI) q) asetat glasial (CH3COOH)
h) indikator kanji r) formaldehida (HCHO)
i) merkuri (II) iodida (HgI2)

3. ALAT
a) Air Sampler
b) labu ukur 50 mL; 100 mL; 250 mL; 500 mL dan 1000 mL;
c) pipet volumetrik 1 mL; 2 mL; 5 mL dan 50 mL;
d) gelas ukur 100 mL;
e) gelas piala 100 mL; 250 mL; 500 mL dan 1000 mL;
f) tabung uji 25 mL;
g) spektrofotometer UV-Vis dilengkapi kuvet;
h) timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg;
i) buret 50 mL;
j) labu erlenmeyer asah bertutup 250 mL;
k) oven;
l) kaca arloji;
m) termometer;
n) barometer.
o) pengaduk; dan
p) botol pereaksi.
4. Tahapan sampling SO2

5. Tahapan persiapan pengujian SO2

6. Tahapan pengujian SO2


7. PELAPORAN
Catat minimal hal-hal sebagai berikut pada lembar kerja :
1) Parameter yang dianalisis.
2) Nama dan tanda tangan analis.
3) Tanggal analisis.
4) Rekaman kurva kalibrasi.
5) Batas deteksi.
6) Perhitungan.
7) Data pengambilan contoh uji.
8) Hasil pengukuran blanko.
9) Hasil pengukuran contoh uji.
10) Kadar SO2 dalam contoh uji.
C. SNI 19-7119.2-2005
UDARA AMBIEN CARA UJI KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO2) DENGAN METODA GRIESS
SALTZMAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER

1. Prinsip
Gas nitrogen dioksida dijerap dalam larutan Griess Saltzman sehingga membentuk
suatu senyawa azo dye berwarna merah muda yang stabil setelah 15 menit. Konsentrasi
larutan ditentukan secara spektrofotometri pada panjang gelombang 550 nm.

2. Bahan
a) air suling bebas nitrit;
b) hablur asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H);
c) larutan asam asetat glasial (CH3COOH pekat);
d) larutan induk N-(1-naftil)-etilendiamin dihidroklorida (NEDA, C12H16Cl2N2);
e) aseton (C3H6O); dan
f) natrium nitrit (NaNO2).

3. ALAT
a) AIR SAMPLER
b) labu ukur 100 mL dan 1000 mL;
c) pipet mikro 0,0 mL; 0,1 mL; 0,2 mL; 0,4 mL; 0,6 mL; 0,8 mL dan 1,0 mL atau buret
mikro;
d) gelas ukur 100 mL;
e) gelas piala 100 mL, 500 mL dan 1000 mL;
f) tabung uji 25 mL;
g) spektrofotometer dilengkapi kuvet;
h) neraca analitik dengan ketelitian 0,1 mg;
i) oven;
j) botol pyrex berwarna gelap;
k) desikator;
l) alat destilasi; dan
m) kaca arloji.

4. Tahapan Prosedur
5. Kurva kalibrasi
a) operasikan spektrofotometer dan optimasikan sesuai dengan petunjuk penggunaan
alat;
b) kurva kalibrasi dibuat dengan 1 (satu) blanko dan minimal 3 (tiga) kadar larutan kerja
yang berbeda secara proporsional pada rentang pengukuran.
6. Pelaporan
Catat minimal hal-hal sebagai berikut pada lembar kerja :
1) Parameter yang dianalisis.
2) Nama dan tanda tangan analis.
3) Tanggal analisis.
4) Rekaman kurva kalibrasi.
5) Batas deteksi.
6) Perhitungan.
7) Data pengambilan contoh uji.
8) Hasil pengukuran blanko.
9) Hasil pengukuran contoh uji.
10) Kadar NO2 dalam contoh uji.
HIGH VOLUME AIR SAMPLER TSP
SNI 19-7119.3-2005
A. Prinsip
Udara dihisap melalui filter di dalam shelter dengan menggunakan pompa vakum laju alir
tinggi sehingga partikel terkumpul di permukaan filter. Jumlah partikel yang terakumulasi
dalam filter selama periode waktu tertentu dianalisa secara gravimetri. Laju alir dipantau
saat periode pengujian. Hasilnya ditampilkan dalam bentuk satuan massa partikulat yang
terkumpul per satuan volume cntoh uji udara yang diambil sebagai g/m 3.
B. Bahan
Secara umum pemilihan filter bergantung terhadap tujuan pengujian. Hal yang penting
untuk diperhatikan adalah penentuan seleksi dan pemakaian karakteristik filter. Adapun
beberapa macam filter yang umum digunakan adalah sebagai berikut:
a) Filter serat kaca
b) Filter fiber selulosa
c) Filter selulosa

CATATAN : Filter serat kaca dapat dipilih untuk contoh uji dengan kelembaban tinggi. Filter
serat kaca dipilih karena dapat mengumpulkan partikel dengan kisaran diameter 0,1 m
100 m. Adapun efisiensi pengumpulan berkisar 99,95% untuk ukuran partikel 0,3 m.

C. Peralatan
a. peralatan HVAS seperti pada gambar 1 dilengkapi dengan skala/meter;
b. timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg;
c. barometer yang mampu mengukur hingga 0,1 kPa (1 mmHg);
d. manometer diferensial yang mampu mengukur hingga 4 kPa (40 mmHg);
e. pencatat waktu yang mampu membaca selama 24 jam 2 menit;
f. pencatat laju alir mampu membaca laju alir dengan ketelitian 0,03 m3 /menit (1,0
ft3 /menit);
g. termometer; dan
h. desikator

CATATAN : Penimbangan dilakukan pada ruangan dengan temperatur 15o C 27oC dengan
kelembaban relatif antara 0% - 50%.

D. Pengambilan contoh uji


Pengambilan contoh uji dengan tahapan sebagai berikut :
a. Tempatkan filter pada filter holder.
b. Tempatkan alat uji di posisi dan lokasi pengukuran menurut metoda penentuan lokasi
titik ambien.
c. Nyalakan alat uji dan catat waktu serta tanggal, baca indikator laju alir dan catat pula
laju alirnya (Q1) untuk diteruskan pembacaan hasil dari kalibrasinya. Catat pula
temperatur dan tekanan baromatik. Sambungkan pencatat waktu ke motor untuk
mendeteksi kehilangan waktu karena gangguan listrik. pantau laju alir.
d. Lakukan pengambilan contoh uji selama 24 jam. Selama periode pengambilan, baca
laju alir, temperatur, tekanan barometer minimal 2 kali, dikumpulkan hingga seluruh
data terkumpul pada akhir pengukuran. Jika hanya pembacaan awal dan akhir dibuat,
asumsikan bahwa perubahan pembacaan linear setiap waktu.
e. Catat semua pembacaan seperti baca laju alir (Q2), temperatur, dikumpulkan hingga
seluruh data terkumpul pada akhir pengukuran.
f. Pindahkan filter secara hati-hati, jaga agar tidak ada partikel yang terlepas, lipat filter
dengan partikulat tertangkap di dalamnya. Tempatkan lipatan filter dalam alumunium
foil dan tandai untuk identifikasi.

CATATAN 1 : Obyek seperti serangga yang tertangkap dalam filter akan menambah berat.
Pisahkan dengan menggunakan pinset
CATATAN 2 : Aerosol cair, seperti minyak dan partikel sisa pembakaran yang tertinggal di
filter dapat menyebabkan filter yang digunakan menjadi basah dan menyebabkan filter
rusak dan filtrasi tidak terjadi dengan baik.
CATATAN 3 : Senyawa dari gas atau uap yang bersifat reaktif dan terserap pada filter akan
tertimbang sebagai senyawa partikulat.
CATATAN 4 : Bila filter sudah penuh dengan debu (ditandai dengan turunnya laju alir atau
lebih dari 50%) maka filter diganti
CATATAN 5 : Kemungkinan terjadinya kegagalan voltase atau padamnya listrik pada saat
pengambilan akan menyebabkan kesalahan, maka diharapkan pencatatan kontinyu dari laju
alir.

E. Persiapan contoh uji


a. Tandai filter untuk identifikasi.
b. Kondisikan filter pada desikator (kelembaban 50%) atau di ruangan terkondisi (AC) dan biarkan
selama 24 jam.
c. Timbang lembaran filter dengan timbangan analitik (W1).
d. Filter dibungkus dalam kotak dengan lembaran antara (glassine) dan bungkus dengan plastik
selama tranportasi ke lapangan.
F. Pengujian contoh uji
a. Kondisikan filter pada desikator (kelembaban 50%) atau di ruangan terkondisi (AC) dan biarkan
selama 24 jam.
b. Timbang filter sampai diperoleh berat tetap (W2).
G. Pelaporan
Catat minimal hal-hal sebagai berikut pada lembar kerja:
1) Parameter yang dianalisis.
2) Nama analis.
3) Tanggal analisis.
4) Nomor contoh uji.
5) Tanggal penerimaan contoh uji.
6) Tera deteksi.
7) Perhitungan.
8) Lokasi pengambilan contoh uji.
9) Data pengambilan contoh uji seperti, kondisi meteoroligis, lama uji, volum contoh uji atau laju
alir, tekanan barometer, temperatur.
10) Konsentrasi TSP dalam contoh uji.
KADAR DEBU TOTAL LINGKUNGAN KERJA
(DUST SAMPLER)
SNI 16-7058-2004

A. Prinsip

Alat diletakkan pada titik pengukuran setinggi zona pernafasan, pengambilan contoh dilakukan
selama beberapa menit hingga satu jam (sesuai kebutuhan dan tujuan pengukuran) dan kadar
debu total yang diukur ditentukan secara gravimetri.

B. Peralatan
a. low volume dust sampler (LVS) dilengkapi dengan pompa pengisap udara dengan
kapasitas 5 l/menit 15 l/menit dan selang silikon atau selang teflon;
b. timbangan analitik dengan sensitivitas 0,01 mg;
c. pinset;
d. desikator, suhu (20 + 1)oC dan kelembaban udara (50 + 5)%;
e. flowmeter;
f. tripod;
g. termometer;
h. higrometer.
C. Bahan

Filter hidrofobik (misal: PVC, fiberglass) dengan ukuran pori 0,5 m.

D. Prosedur kerja
1. Persiapan
a. Filter yang diperlukan disimpan di dalam desikator selama 24 jam agar
mendapatkan kondisi stabil.
b. Filter kosong ditimbang sampai diperoleh berat konstan, minimal tiga kali
penimbangan, sehingga diketahui berat filter sebelum pengambilan contoh, catat
berat filter blanko dan filter contoh masing-masing dengan berat B1 (mg) dan W1
(mg). Masing masing filter tersebut ditaruh di dalam holder setelah diberi nomor
(kode).
c. Filter contoh dimasukkan ke dalam low volume dust sampler holder dengan
menggunakan pinset dan tutup bagian atas holder.
d. Pompa pengisap udara dikalibrasi dengan kecepatan laju aliran udara 10 l/menit
dengan menggunakan flowmeter (flowmeter harus dikalibrasi oleh laboratorium
kalibrasi yang terakreditasi).
E. Pengambilan contoh
b) LVS pada point 3.4.1 c) di atas dihubungkan dengan pompa pengisap udara dengan
menggunakan selang silikon atau teflon.
c) LVS diletakkan pada titik pengukuran (di dekat tenaga kerja terpapar debu) dengan
menggunakan tripod kira-kira setinggi zona pernafasan tenaga kerja.
d) Pompa pengisap udara dihidupkan dan lakukan pengambilan contoh dengan kecepatan
laju aliran udara (flowrate) 10 l/menit.
e) Lama pengambilan contoh dapat dilakukan selama beberapa menit hingga satu jam
(tergantung pada kebutuhan, tujuan dan kondisi di lokasi pengukuran).
f) Pengambilan contoh dilakukan minimal 3 kali dalam 8 jam kerja yaitu pada awal,
pertengahan dan akhir shift kerja.
g) Setelah selesai pengambilan contoh, debu pada bagian luar holder dibersihkan untuk
menghindari kontaminasi.
h) Filter dipindahkan dengan menggunakan pinset ke kaset filter dan dimasukkan ke dalam
desikator selama 24 jam.
F. Penimbangan
a) Filter blanko sebagai pembanding dan filter contoh ditimbang dengan menggunakan
timbangan analitik yang sama sehingga diperoleh berat filter blanko dan filter contoh
masing-masing B2 (mg) dan W2 (mg).
b) Catat hasil penimbangan berat filter blanko dan filter contoh sebelum pengukuran dan
sesudah pengukuran pada formulir.
G. Pelaporan
Formulir pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja
Nama perusahaan :..........................................
Alamat perusahaan :..........................................
Jenis perusahaan :..........................................
Tanggal pengukuran :..........................................

No Lokasi Nomor Waktu Flowrate SK ( o RH Keterangan


. pengukuran filter pengukuran (l/menit) C) (%)
(menit)
CATATAN Pengukuran suhu dan kelembaban adalah untuk mengetahui kondisi lingkungan saat
pengambilan contoh.

Petugas pengambil contoh

()
CO ANALYZER
SNI 19-71178.1-2005

1. Prinsip

Pengujian idle dilakukan dengan cara menghisap gas buang kendaraan bermotor
alat uji gas analyser kemudian diukur kandungan karbon monoksida (CO) dan hidro karbon
(HC).
2. Peralatan

a). Alat ukur gas (analyzer).


Alat uji emisi gas buang yang digunakan sebagaimana persyaratan yang diberikan oleh ISO
3930 atau OIML R99.
b). Alat ukur temperatur oli mesin.
c). Alat ukur putaran mesin.
d). Alat ukur temperatur lingkungan.
3. Persiapan kendaraan uji
Persiapan kendaraan uji dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a). Kendaraan yang akan diukur komposisi gas buang harus diparkir pada tempat
yang datar.
b). Pipa gas buang (knalpot) tidak bocor.
c). Temperatur mesin normal 600oC sampai dengan 700oC atau sesuai
rekomendasi manufaktur.
d). Sistem asesoris (lampu, AC) dalam kondisi mati .
e). Kondisi temperatur tempat kerja pada 200oC sampai dengan 350oC.

4. Persiapan peralatan

Persiapan gas analyzer dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a). Pastikan bahwa alat dalam kondisi telah terkalibrasi.

b). Hidupkan sesuai prosedur pengoperasian (sesuai dengan rekomendasi manufaktur alat uji).
5. Pengukuran dan pencatatan

Pengujian komposisi gas CO, dan HC menggunakan dengan tahapan sebagai

berikut:

a). persiapkan kendaraan uji sesuai langkah 4.3.

b). siapkan alat uji sesuai langkah 4.4 2 dari 7.

c). naikkan (akselerasi) putaran mesin hingga mencapai 2.900 rpm sampai dengan 3.100 rpm
kemudian tahan selama 60 detik dan selanjutnya kembalikan pada kondisi idle.

d). selanjutnya lakukan pengukuran pada kondisi idle dengan putaran mesin 600 rpm sampai
dengan 1000 rpm atau sesuai rekomendasi manufaktur.

e). masukkan probe alat uji ke pipa gas buang sedalam 30 cm, bila kedalaman pipa gas buang
kurang dari 30 cm maka pasang pipa tambahan.

f). tunggu 20 detik dan lakukan pengambilan data kadar konsentrasi gas CO dalam satuan
persen (%), dan HC dalam satuan ppm yang terukur pada alat uji.

CATATAN 1 Untuk pipa gas buang (knalpot) kendaraan terdiri dari dua atau lebih , maka perlu
dilakukan penyambungan dengan pipa tunggal dengan spesifikasi yang direkomendasikan oleh
manufaktur.

CATATAN 2 Bila CATATAN 1 secara praktis tidak memungkinkan untuk dilakukan maka perlu
dilakukan pengukuran emisi gas buang pada tiap pipa gas buang dan hasil yang diperoleh dirata-
rata.

CATATAN 3 Untuk gas analyser yang mempunyai kemampuan mengukur parameter CO2, maka
parameter CO (karbon manoksida) yang ditampilkan adalah CO terkoreksi.
Format Pelaporan

Tanggal Uji

Lokasi Uji/Nama Bengkel/Laboratorium

Alamat

Tel./Fax.

DATA KENDARAAN

Merek

Tipe

Tahun Produksi

No. Kendaraan

No. Identifikasi Kendaraan (NIK)

No. Mesin

Odometer

Tipe Mesin

Kapasitas & Jumlah silinder

Bahan Bakar

DATA HASIL PENGUKURAN/ PENGUJIAN

No. Pengujian 1 2 3 4 5

Temp.oli mesin oC

Putaran mesin rpm

CO %

CO CORR %

CO2 %

HC ppm

O2 %
Panjang
Gelombang

Catatan :

Pengujian :

Tanda Tangan:
NILAI AMBANG BATAS UNTUK ANALISIS UDARA

Tabel BMUA Nasional

Waktu

No. Parameter Baku Mutu

Pengukuran

1. Sulfur Dioksida (SO2) 1 jam 900 ug/Nm3

24 jam 365 ug/Nm3

1 tahun 60 ug/Nm3

2. Karbon Monoksida (CO) 1 jam 30 000 ug/Nm3

24 jam 10 000 ug/Nm3

1 tahun -

3. Nitrogen Dioksida (NO2) 1 jam 400 ug/Nm3

24 jam 150 ug/Nm3

1 tahun 100 ug/Nm3

4. Oksidan (O3) 1 jam 235 ug/Nm3

24 jam -

1 tahun 50 ug/Nm3

5. Hidro Karbon (HC) 3 jam 160 ug/Nm3

6. Partikulat < 10 um (PM10) 1 jam -

24 jam 150 ug/Nm3

1 tahun -

Partikulat < 2,5 um (PM2,5) 1 jam -

24 jam 66 ug/Nm3

1 tahun 15 ug/Nm3

7. Debu (TSP) 1 jam -


2
Waktu

No. Parameter Baku Mutu

Pengukuran

24 jam 230 ug/Nm3

1 tahun 90 ug/Nm3

8. Timah Hitam (Pb) 1 jam -

24 jam 2 ug/Nm3

1 tahun 1 ug/Nm3

9. Dustfall (debu jatuh) 30 hari 10

ton/km2/bulan

(Pemukiman)

20

ton/km2/bulan

(Industri)

10. Total Fluorides (sebagai F) 24 jam 3 ug/Nm3

90 hari 0,5 ug/Nm3

11. Fluor Indeks 30 hari 40 ug/100 cm2

dari kertas lime

filter

12. Klorin dan Klorin Dioksida 24 jam 150 ug/Nm3

13. Sulphat Indeks 30 hari 1 mg SO2/100

cm2

dari lead

peroksida
ARE
A
KERJ
A
AIR FLOW AND VELOCITY ANEMOMETER

Ruang lingkup

Standar ini digunakan untuk menentukan titik pengambilan contoh uji kualitas udara
ambienroadside yang meliputi:

a) Pemilihan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien dengankriteria

roadside.

b) Penempatan peralatan pengambil contoh uji pemantauan kualitas udara ambien kriteria

roadside

Cara penentuan lokasi

Pemilihan lokasi dan penentuan titik pengambilan contoh uji, harus mewakili daerah yangsedang
dipantau, sehingga data hasil pengukuran yang diperoleh menggambarkan kondisikualitas udara di daerah
itu.

Persyaratan penempatan alat pengambilan contoh uji

Persyaratan yang digunakan untuk pemilihan lokasi dan titik pengambilan contoh uji adalah:

a) Pilih lokasi pengambilan contoh uji di stasiun

roadside.

b) Tempatkan alat pengambil contoh uji yang alirannya bebas.

c) Tempatkan alat pengambil contoh uji pada lokasi yang tidak terpengaruh oleh peristiwaadsorpsi
maupun absorpsi.

d) Tempatkan alat pengambil contoh uji di tempat yang aman yang bebas dari pengganggufisika.

e) Hindari daerah yang rawan kerusuhan, bencana alam seperti banjir

f ) Perhatikan tipe jalan (lebar, sempit,canyon atau jalan tol, demikian juga persimpangan jalan, perhentian
kendaraan
Persyaratan yang digunakan untuk pemilihan lokasi dan titik pengambilan contoh uji adalah:

a) Pilih lokasi pengambilan contoh uji di stasiun

roadside.

b) Tempatkan alat pengambil contoh uji yang alirannya bebas.

c) Tempatkan alat pengambil contoh uji pada lokasi yang tidak terpengaruh oleh peristiwaadsorpsi maupun
absorpsi.

d) Tempatkan alat pengambil contoh uji di tempat yang aman yang bebas dari pengganggufisika.

e) Hindari daerah yang rawan kerusuhan, bencana alam seperti banjir.

f) Perhatikan tipe jalan (lebar, sempit, canyon atau jalan tol, demikian juga persimpangan jalan, perhentian
kendaraan

Langkah-langkah pengambilan contoh uji

a) Tempatkan peralatan pengambil contoh uji pada lokasi yang mempunyai prasaranaseperti listrik.

b) Tempatkan peralatan pengambil contoh uji di daerah terbuka (gedung atau bangunanb) yang rendah dan
saling berjauhan).

c) Penempatan peralatan berjarak 1 m sampai dengan 5 m dari pinggir jalan yang akandiambil contoh uji
dan pada ketinggian 1,5 m sampai dengan 3 m dari permukaan jalan.

d) Ukur kepadatan lalulintas dari jalan yang akan diambil contoh uji kemudian dikategorikand) kepadatan
lalulintas (kurang 2000, 2000 - 10000 dan lebih dari 10000 kendaraan perhari)
Digital Lux Meter

Pendahuluan

Intensitas penerangan di tempat kerja dimaksudkan untuk menberikan penerangan kepada


benda-benda yang merupakan obyek kerja, peralatan atau mesin dan proses produksi serta
lingkungan kerja. Untuk itu diperlukan intensitas penerangan yang optimal. Selain menerangi
obyek kerja, penerangan juga diharapkan cukup memadai menerangi keadaan sekelilingnya.
Standar ini memuat prosedur, penentuan titik dan peralatan pengukuran intensitas penerangan
yang digunakan. Intensitas penerangan merupakan aspek penting di tempat kerja, karena berbagai
masalah akan timbul ketika kualitas intensitas penerangan di tempat kerja tidak memenuhi standar
yang ditetapkan.

Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang Syarat-Syarat Kesehatan,

Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja, telah menetapkan ketentuan penting intensitas
penerangan menurut sifat pekerjaan. Kualitas penerangan yang tidak memadai berefek buruk bagi
fungsi penglihatan, juga untuk lingkungan sekeliling tempat kerja, maupun aspek psikologis, yang
dapat dirasakan sebagai kelelahan, rasa kurang nyaman, kurang kewaspadaan sampai kepada
pengaruh yang terberat seperti kecelakaan.

1. Ruang lingkup
Standar ini menguraikan tentang metoda pengukuran intensitas penerangan di tempat
kerja dengan menggunakan luxmeter.

2. Istilah dan definisi


a) Lux
Satuan intensitas penerangan per meter persegi yang dijatuhi arus cahaya 1 lumen.

b) Lux Meter

Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas penerangan dalam satuan lux.
c) Penerangan Setempat

Penerangan di tempat obyek kerja, baik berupa meja kerja maupun peralatan

d) Penerangan Umum

Penerangan di seluruh area tempat kerja.

3. Metoda pengukuran

a) Prinsip

Pengukuran intensitas penerangan ini memakai alat luxmeter yang hasilnya dapat langsung
dibaca. Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudian energi listrik dalam
bentuk arus digunakan untuk menggerakkan jarum skala. Untuk alat digital, energi listrik diubah
menjadi angka yang dapat dibaca pada layar monitor.

b) Peralatan Luxmeter.

b.1) Prosedur kerja

b.2) Persiapan

Luxmeter dikalibrasi oleh laboratorium kalibrasi yang terakreditasi.

b.3) b.3.1) Penentuan titik pengukuran

b.3.2) Penerangan setempat: obyek kerja, berupa meja kerja maupun


peralatan. Bila merupakan meja kerja, pengukuran dapat dilakukan di atas
meja yang ada.

b.3.3) Penerangan umum: titik potong garis horizontal panjang dan lebar
ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai. Jarak
tertentu tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai berikut:

b.3.3.1) Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong garis
horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu) meter.
Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan
kurang dari 10 meter persegi seperti Gambar 1.
Gambar 1

Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan luas kurang dari 10 m 2.

b.3.3.2) Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter


persegi: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak
setiap 3 (tiga) meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk
luas ruangan antara 10 meter sampai 100 meter persegi seperti Gambar 2.

Gambar 2

Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan luas antara 10 m 2 100 m 2.

b.3.3.3) Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter. Contoh denah pengukuran intensitas
penerangan umum untuk ruangan dengan luas lebih dari 100 meter persegi seperti Gambar
3.
Gambar 3

Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan luas

lebih dari 100 m 2

b.3.4) Persyaratan pengukuran

Pintu ruangan dalam keadaan sesuai dengan kondiisi tempat pekerjaan dilakukan.

Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai dengan kondisi pekerjaan.

b.3.5) Tata cara

Hidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor.

Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik pengukuran
untuk intensitas penerangan setempat atau umum.

Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat
sehingga didapat nilai angka yang stabil.

Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas penerangan
setempat seperti pada Lampiran C, dan untuk intensitas penerangan umum seperti pada
Lampiran D.

Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas penerangan.


Berikut ini adalah format laporan hasil analisis
Area Heat Stress Monitor

Iklim kerja (panas) merupakan salah satu faktor yang pengaruhnya cukup dominan terhadap kinerja
sumber daya manusia bahkan pengaruhnya tidak terbatas pada kinerja saja melainkan dapat lebih jauh lagi,
yaitu pada kesehatan dan keselamatan tenaga kerja. Untuk itu diperlukan standar mengenai pengukuran
iklim kerja (panas) dengan parameter indeks suhu basah dan bola.

1 . Ruang lingkup

Standar ini menguraikan cara untuk mengukur iklim kerja (panas) dengan menggunakan

parameter indeks suhu basah dan bola (ISBB).

2 . Istilah dan definisi

2.1 iklim kerja (panas)

hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi

2.2 suhu basah alami (natural wet bulb temperature)

suhu penguapan air yang pada suhu yang sama menyebabkan terjadinya keseimbangan

uap air di udara, suhu ini diukur dengan termometer basah alami dan suhu tersebut lebih

rendah dari suhu kering


2.3 suhu kering (dry bulb temperature)

suhu udara yang diukur dengan termometer suhu kering

2.4 suhu bola (globe temperature)

suhu yang diukur dengan menggunakan termometer suhu bola yang sensornya dimasukkan

dalam bola tembaga yang dicat hitam, sebagai indikator tingkat radiasi

2.5 indeks suhu basah dan bola (wet bulb globe temperature index)

parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu

kering, suhu basah alami dan suhu bola

3 . Simbol dan singkatan

oC : derajat celcius

ISBB : indeks suhu basah dan bola

ISBB 1 : indeks suhu basah dan bola menurut waktu 1

ISBB 2 : indeks suhu basah dan bola menurut waktu 2

ISBB n : indeks suhu basah dan bola menurut waktu n

ISBB rata-rata : indeks suhu basah dan bola diterima rata-rata selama waktu tertentu

SBA : suhu basah alami

SK : suhu kering

SB : suhu bole

t 1 , t 2 , t n, : jangka waktu pemaparan selama ISBB 1 , ISBB 2 , ISBB n yang

bersangkutan, dinyatakan dalam menit


Prinsip :

Alat diletakkan pada titik pengukuran sesuai dengan waktu yang ditentukan, suhu basah

alami, suhu kering dan suhu bola dibaca pada alat ukur, dan indeks suhu basah dan bola

diperhitungkan dengan rumus.

Nilai Ambang Batas (NAB) iklim lingkungan kerja merupakan batas pajanan iklim lingkungan kerja
atau pajanan panas (heat stress) yang tidak boleh dilampaui selama 8 jam kerja per hari sebagaimana
tercantum pada Tabel 1. NAB iklim lingkungan kerja dinyatakan dalam derajat Celsius Indeks Suhu Basah
dan Bola ( o C ISBB).

Tabel 1. Nilai Ambang Batas Iklim Lingkungan Kerja Industri

Alokasi Waktu NAB ( o C ISBB)


Kerja dan Istirahat Ringan sedang berat Sangat berat
75 - 100% 31,0 28,0 * *
50 - 75% 31,0 29,0 27,5 *
25 - 50% 32,0 30,0 29,0 28,0
0 - 25% 32,5 31,5 30,0 30,0

Catatan:

1. ISBB atau dikenal juga dengan istilah WBGT (Wet Bulb Globe Temperature) merupakan indikator
iklim lingkungan kerja

2. ISBB luar ruangan = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,2 Suhu Bola + 0,1 Suhu Kering

3. ISBB dalam ruangan = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,3 Suhu Bola

(*) tidak diperbolehkan karena alasan dampak fisiologis

AREA KERJA
A. Sound Level Meter

1. Metoda pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja (SNI No 7231:2009)

Pengertian:

Sound Level Meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan
suara di area kerja.

Instruksi kerja:

a. Hidupkan alat ukur intensitas kebisingan.

b. Periksa kondisi baterei, pastikan bahwa keadaan power dalam kondisi baik.

c. Pastikan skala pembobotan.

d. Sesuaikan pembobotan waktu respon alat ukur dengan karakteristik sumber bunyi
yang diukur (S untuk sumber bunyi relatif konstan atau F untuk sumber bunyi
kejut).

e. Posisikan mikropon alat ukur setinggi posisi telinga manusia yang ada di tempat
kerja. Hindari terjadinya refleksi bunyi dari tubuh atau penghalang sumber bunyi.

f. Arahkan mikropon alat ukur dengan sumber bunyi sesuai dengan karakteristik
mikropon (mikropon tegak lurus dengan sumber bunyi, 70o 80o dari sumber bunyi).

g. Pilih tingkat tekanan bunyi (SPL) atau tingkat tekanan bunyi sinambung setara (Leq)
Sesuaikan dengan tujuan pengukuran.

h. Catatlah hasil pengukuran intensitas kebisingan pada lembar data sampling.

Lembar data sampling minimum memuat ketentuan seperti berikut:

1. Nama perusahaan

2. Alamat perusahaan

3. Tanggal sampling
4. Lokasi titik pengukuran

5. Rentang waktu pengukuran

6. Hasil pengukuran intensitas kebisingan

7. Tipe alat ukur

8. Tipe kalibrator

9. Penanggung jawab hasil pengukuran

Bila alat ukur Sound Level Meter tidak memiliki fasilitas Leq, maka dihitung secara
manual dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Leq = 10 Log { 1/T[ t1xantilog (L1/10) + t2xantilog (L2/10) + ...tnxantilog (Ln/10)]


(4)

Keterangan:

L1 adalah tingkat tekanan bunyi pada periode t1;

Ln adalah tingkat tekanan bunyi pada periode n;

T adalah total waktu (t1+t2 + ... tn).

2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 untuk ruangan


perkantoran

Pengertian
Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu
atau membahayakan kesehatan.

Tata Cara

Tata cara pelaksanaan Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau


membahayakan perlu diambil tindakan sebagai berikut :

1. Pengaturan tata letak ruang harus sedemikian rupa agar tidak menimbulkan
kebisingan.
2. Sumber bising dapat dikendalikan dengan cara antara lain : meredam, menyekat,
pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, membuat bukit buatan, dan lain-
lain

Persyaratan

Tingkat kebisingan di ruang kerja maksimal 85 dBA

3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 405/Menkes/SK/XI/2002 untuk Industri

Pengertian

Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu


atau membahayakan kesehatan.

Tata Cara

Tata cara pelaksanaan agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau


membahayakan perlu diambil tindakan sebagai berikut :

1. Pengaturan tata letak ruang harus sedemikian rupa agar terhindar dari kebisingan.

2. Sumber bising dapat dikendalikan dengan beberapa cara antara lain: meredam,
menyekat, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, peninggian tembok,
membuat bukit buatan, dan lain-lain.

3. Rekayasa peralatan (engineering control).

Persyaratan

Tingkat pajanan kebisingan maksimal selama 1 (satu) hari pada ruang proses
adalah sebagai berikut :

No Tingkat Kebisingan (dBA) Pemaparan


Harian
1 85 8 jam
2 88 4 jam
3 91 2 jam
4 94 1 jam
5 97 30 menit
6 100 15 menit
4. Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi republik indonesia nomor
PER.13/MEN/X/2011

Tentang nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja

NILAI AMBANG BATAS KEBISINGAN

Waktu pemaparan per hari Intensitas


kebisingan dalam
dBA
8 Jam 85
4 88
2 91
1 94

30 Menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112

28,12 Detik 115


14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139

Catatan : Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat

5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang :


Baku Tingkat Kebisingan

Pengertian
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam
tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia
dan kenyamanan lingkungan. (Menurut Pasal 1)

Metoda pengukuran, perhitungan dan evaluasi tingkat kebisingan lingkungan


1. Metoda Pengukuran Pengukuran tingkat kebisingan dapat diiakukan dengan dua
cara :
a) Cara Sederhana
Dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi db (A)
selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap
5 (lima) detik.
b) Cara Langsung Dengan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai
fasilitas pengukuran LTMS, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan
pengukuran selama 10 (sepuluh) menit.

Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (LSM) dencan cara pada siang
hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 10 jam (LS) pada selang waktu 06.00
- 22. 00 dan aktifitas dalam hari selama 8 jam (LM) pada selang 22.00 - 06.00.
Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan
paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan pada malam hari paling
sedikit 3 waktu pengukuran, sebagai contoh :
- L1 diambil pada jam 7.00 mewakli jam 06.00 - 09.00
- L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 - 11.00
- L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 - 17.00
- L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00.- 22.00
- L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 - 24.00
- L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 - 03.00
- L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 - 06.00

Keterangan :
- Leq : Equivalent Continuous Noise Level atau Tingkat Kebisingan Sinambung
Setara ialah nilai tertentu kebisingan dari kebisingan yang berubah-ubah (fluktuatif
selama waktu tertentu, yang setara dengan tingkat kebisingan dari kebisingan yang
ajeg (steady) pada selang waktu yang sama. Satuannya adalah dB (A).
- LTMS = Leq dengan waktu sampling tiap 5 detik
- LS = Leq selama siang hari
- LM = Leq selama malam hari
- LSM = Leq selama siang dan malam hari.

2. Metode perhitungan: (dari contoh) LS dihitung sebagai berikut :


LS = 10 log 1/16 ( T1.10 01L5 +.... +T4.1001L5) dB (A)
LM dihitung sebagai berikut :
LM = 10 log 1/8 ( T5.10 01L5 +.... +T7.1001L5) dB (A)
Untuk mengetahui apakah tingkat kebisingan sudah melampaui tingkat kebisingan
maka perlu dicari nilai LSM dari pengukuran lapangan. LSM dihitung dari rumus :
LSM = 10 log 1/24 ( 16.10 01L5 +.... +8.1001L5) dB (A)

3. Metode Evaluasi
Nilai LSM yang dihitung dibandingkan dengan nilai baku tingkat kebisingan yang
ditetapkan dengan toleransi +3 dB(A)

Persyaratan
Keterangan :
disesuaikan
dengan
ketentuan
Menteri
Perhubungan

Contoh Form
Laporan

B. Digital Lux Meter

1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 untuk ruangan


perkantoran

Pengertian
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan secara efekti.

Tata Cara
Tata cara pelaksanaan agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu
dilakukan tindakan sebagai berikut :
1) Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan kesilauan
dan memilki intensitas sesuai dengan peruntukannya.
2) Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan bola
lampu sering dibersihkan.
3) Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.

Persyaratan
Intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux.

2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 405/Menkes/SK/XI/2002 untuk Industri

Pengertian
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.

Tata cara
Tata cara pelaksanaan agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu
dilakukan tindakan sebagai berikut :
a. Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan kesilauan
dan memilki intensitas sesuai dengan peruntukannya.
b. Kontras sesuai kebutuhan, hindarkan terjadinya kesilauan atau bayangan.
c. Untuk ruang kerja yang menggunakan peralatan berputar dianjurkan untuk tidak
menggunakan lampu neon.
d. Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan bola
lampu sering dibersihkan.
e. Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.

Persyaratan
C. Area Heat Stress Monitor

1. Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi republik indonesia nomor


PER.13/MEN/X/2011

Tentang nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja

NILAI AMBANG BATAS IKLIM KERJA INDEKS SUHU BASAH DAN BOLA (ISBB) YAN
DIPERKENANKAN
Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di luar ruangan dengan panas radiasi: ISBB
= 0,7 Suhu basah alami + 0,2 Suhu bola + 0,1 Suhu kering.
Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi :
ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 Suhu bola.
Catatan :
- Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan 200 Kilo kalori/jam.
- Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200 sampai dengan kurang dari
350 Kilo kalori/jam.
- Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari 350 sampai dengan kurang dari 500
Kilo kalori/jam.

2. Pengukuran iklim kerja (panas) dengan parameter indeks suhu basah dan bola
(SNI 16-7061-2004)

Prinsip
Alat diletakkan pada titik pengukuran sesuai dengan waktu yang ditentukan, suhu
basah alami, suhu kering dan suhu bola dibaca pada alat ukur, dan indeks suhu basah
dan bola diperhitungkan dengan rumus.

Peralatan
Alat-alat yang dipakai harus telah dikalibrasi oleh laboratorium yang terakreditasi
untuk melakukan kalibrasi, minimal 1 tahun sekali.

Alat-alat yang digunakan terdiri dari:

Termometer suhu basah alami yang mempunyai kisaran


5oC sampai dengan 50oC dan bergraduasi maksimal 0,5oC.
Termometer suhu kering yang mempunyai kisaran
5oC sampai dengan 50oC dan bergraduasi maksimal 0,5oC.
Termometer suhu bola yang mempunyai kisaran
5oC sampai dengan 100oC dan bergraduasi maksimal 0,5oC.

CATATAN
Peralatan ini merupakan peralatan minimal dan tidak membatasi penggunaan alat
pengukur ISBB lainnya, tetapi hasil pengukuran yang diperoleh sama dengan hasil
dari peralatan ini.

Prosedur kerja
Langkah-langkah prosedur kerja adalah sebagai berikut:
Rendam kain kasa putih pada termometer suhu basah alami dengan air suling, jarak
antara dasar lambung termometer dan permukaan tempat air 1 inci. Rangkaikan
alat pada statif dan paparkan selama 30 menit - 60 menit.
Rangkaikan termometer suhu kering pada statif dan paparkan selama 30 menit - 60
menit.
Pasangkan termometer suhu bola pada bola tembaga warna hitam (diameter 15 cm,
kecuali alat yang sudah dirakit dalam satu unit), lambung termometer tepat pada titik
pusat bola tembaga. Rangkaikan alat pada statif dan paparkan selama 20 menit -
30 menit.
Letakkan alat-alat tersebut di atas pada titik pengukuran dengan lambung
termometer setinggi 1 meter 1,25 meter dari lantai.
Waktu pengukuran dilakukan 3 kali dalam 8 jam kerja yaitu pada awal shift kerja,
pertengahan shift kerja dan akhir shift kerja.

Penentuan titik pengukuran


Letak titik pengukuran ditentukan pada lokasi tempat tenaga kerja melakukan
pekerjaan.

CATATAN Jumlah titik pengukuran disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan dari
kegiatan yang dilakukan.

Perhitungan
a) Rumus dasar ISBB
Ada 2 (dua) jenis rumus perhitungan ISBB, yaitu:
Rumus untuk pengukuran dengan memperhitungkan radiasi sinar matahari, yaitu
tempat kerja yang terkena radiasi sinar matahari secara langsung:
ISBB = 0,7 SBA + 0,2 SB + 0,1 SK
Rumus untuk pengukuran tempat kerja tanpa pengaruh radiasi sinar matahari:
ISBB = 0,7 SBA + 0,3 SB
b) Rumus yang dikembangkan berdasarkan perpindahan lokasi kerja
Dalam hal pemaparan ISBB yang berbeda-beda karena lokasi kerja yang
berpindahpindah menurut waktu, maka berlaku ISBB rata-rata dengan rumus
sebagai berikut:

Contoh Form Laporan


D. Air Flow and Air Velocity Anemometer

1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 untuk ruangan


perkantoran

Pertukaran udara
Agar pertukaran udara ruang perkantoran dapat berjalan dengan baik maka perlu
dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :
a) Untuk ruangan kerja yang tidak ber AC harus memiliki lubang ventilasi minimal 15%
dari luas lantai dengan menerapkan sistem ventilasi silang.
b) Ruang yang menggunakan AC secara periodik harus dimatikan dan diupayakan
mendapat pergantian udara secara alamiah dengan cara membuka seluruh pintu dan
jendela atau dengan kipas angin.
c) Membersihkan saringan/filter udara AC secara periodik sesuai ketentuan pabrik.
Persyaratan
Pertukaran udara : 0,283 M3/menit/orang dengan laju ventilasi : 0,15 0,25 m/detik.
Untuk ruangan kerja yang tidak menggunakan pendingan harus memiliki lubang
ventilasi minimal 15% dari luas lantai dengan menerapkan sistim ventilasi silang.

2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 405/Menkes/SK/XI/2002 untuk Industri

Pertukaran udara
Agar pertukaran udara ruang industri dapat berjalan dengan baik maka perlu
dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :
1) Memasukkan udara segar untuk mencapai persyaratan NAB dengan menggunakan
ventilasi/AC.
2) Kebutuhan suplai udara segar 10 lt/org/dtk.

3) Membersihkan saring/filter udara AC secara periodik sesuai ketentuan pabrik.

Persyaratan

Pertukaran udara : 0,283 M3/menit/orang dengn laju ventilasi : 0,15 0,25


m/detik.

Anda mungkin juga menyukai