Anda di halaman 1dari 15

SNI 6989.

2:2019

Standar Nasional Indonesia

Air dan air limbah – Bagian 2: Cara uji kebutuhan


oksigen kimiawi (chemical oxygen demand/COD)
dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional


SNI 6989.2:2019

Daftar isi

Daftar isi..................................................................................................................................... i
Prakata...................................................................................................................................... ii
1 Ruang lingkup.....................................................................................................................1
2 Istilah dan definisi ...............................................................................................................1
3 Kesehatan dan keselamatan kerja .....................................................................................1
4 Cara uji ............................................................................................................................... 2
5 Pengendalian mutu.............................................................................................................5
6 Presisi dan bias ..................................................................................................................6
Lampiran A ............................................................................................................................... 7
Lampiran B ............................................................................................................................... 8
Bibliografi ................................................................................................................................ 10

i
Prakata

Standar Nasional Indonesia SNI 6989.2:2019 Air dan air limbah – Bagian 2: Cara uji kebutuhan
oksigen kimiawi (chemical oxygen demand/COD) dengan refluks tertutup secara
spektrofotometri merupakan revisi SNI 06-6989.2-2004.

Revisi dalam Standar ini meliputi penambahan persyaratan kesehatan dan keselamatan kerja,
pembuatan larutan blanko, dan contoh perhitungan verifikasi metode.

Standar ini menggunakan Standard Methods for the Examinatioan of Water and Wastewater,
23th Edition (2017), Methods 5220 D: Closed Reflux, Colorimetric Methods sebagai referensi
dalam penyusunannya, dan telah melalui uji coba di laboratorium pengujian dalam rangka
verifikasi metode yang digunakan.

Standar ini disusun oleh Komite Teknis 13-03, Kualitas Lingkungan. Standar ini telah dibahas
dan disetujui dalam rapat consensus pada tanggal 19 September 2018 di Jakarta, yang
dihadiri oleh wakil dari pemangku kepentingan (stakeholders) terkait, yaitu perwakilan dari
pemerintah, pelaku usaha, konsumen dan pakar.

Standar ini telah melalui tahap jajak pendapat pada tanggal 27 Maret 2019 sampai dengan
tanggal 26 Mei 2019 dengan hasil akhir disetujui menjadi SNI.

Perlu diperhatikan bahwa kemungkinan beberapa unsur dari dokumen standar ini dapat
berupa hak paten. Badan Standardisasi Nasional tidak bertanggung jawab untuk
pengindentifikasian salah satu atau seluruh hak paten yang ada.

ii
SNI 6989.2:2019

Air dan air limbah – Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (chemical
oxygen demand/COD) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

1 Ruang lingkup

Metode ini digunakan untuk pengujian kebutuhan oksigen kimiawi (chemical oxygen
demand/COD) dalam air dan7 air limbah menggunakan oksidator Cr2O72- dengan refluks
tertutup dan diukur secara spektrofotometri. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang
600 nm jika kisaran nilai COD 100 mg/l sampai dengan 900 mg/l dan pengukuran dilakukan
pada panjang gelombang 420 nm jika nilai COD lebih kecil atau sama dengan 90 mg/l.

Metode ini digunakan untuk contoh uji dengan kadar klorida kurang dari 2.000 mg/l.

2 Istilah dan definisi

2.1
air bebas organik
air hasil destilasi atau diolah dengan cara tertentu sehingga tidak mengandung senyawa
organik

2.2
chemical oxygen demand (COD)
jumlah oksidan Cr2O 2-7 yang bereaksi dengan contoh uji dan dinyatakan sebagai mg O2 untuk
tiap 1.000 ml contoh uji

2.3
kurva kalibrasi
kurva yang menyatakan hubungan kadar larutan kerja dengan hasil pembacaan absorbansi
yang merupakan garis lurus

2.4
larutan baku
larutan induk yang diencerkan dengan air bebas organik, sampai kadar tertentu
2.5
larutan blanko
air bebas organik yang diperlakukan seperti contoh uji
2.6
larutan induk
larutan baku kimia yang dibuat dengan kadar tinggi dan akan digunakan untuk membuat
larutan baku dengan kadar yang lebih rendah

2.7
larutan kerja
larutan baku yang diencerkan dengan air bebas organik, digunakan untuk membuat kurva
kalibrasi

3 Kesehatan dan keselamatan kerja

a) Penggunaan alat pelindung diri (APD) diseseuaikan dengan ruang lingkup pekerjaan.
b) penanganan bahan kimia secara aman mengacu kepada lembar data keselamatan bahan
(Safety Data Sheet/SDS).

1 dari 10
4 Cara uji

4.1 Prinsip

Senyawa organik dan anorganik dalam contoh uji dioksidasi oleh Cr2O72- dalam refluks tertutup
menghasilkan Cr3+ dan sisa Cr6+. Jumlah oksidan yang dibutuhkan dinyatakan dalam ekivalen
oksigen (O2 mg/l) diukur secara spektrofotometri sinar tampak. Ion Cr6+ kuat mengabsorpsi
pada panjang gelombang 420 nm dan ion Cr3+ kuat mengabsorpsi pada panjang gelombang
600 nm.

Contoh uji yang mempunyai nilai COD 100 mg/l sampai dengan 900 mg/l, pengukuran
absorbansi dilakukan pada panjang gelombang 600 nm. Untuk nilai COD lebih kecil atau sama
dengan 90 mg/l pengukuran absorbansi dilakukan pada panjang gelombang 420 nm.
Sedangkan pada contoh uji dengan nilai COD yang lebih tinggi dari 900 mg/l, dilakukan
pengenceran terlebih dahulu sebelum dilakukan pengujian.

4.2 Bahan

a) Air bebas organik

b) Digestion solution untuk contoh uji dengan nilai COD tinggi

Larutkan 10,216 g K2Cr2O7 (yang telah dikeringkan pada suhu 150 °C selama 2 jam)
dalam labu ukur 1.000 ml dengan 500 ml air bebas organik. Tambahkan 167 ml H2SO4
pekat sedikit demi sedikit sambil didinginkan dan diaduk, kemudian tambahkan 33,3 g
HgSO4. Tambahkan air bebas organik secara perlahan-lahan sambil diaduk hingga larut.
Dinginkan pada suhu ruang kemudian encerkan sampai 1.000 ml dan homogenkan.

c) Digestion solution untuk contoh uji dengan nilai COD rendah;

Lakukan seperti langkah b) dengan jumlah K2Cr2O7 1,022 g

CATATAN 1 digestion solution dapat digunakan larutan siap pakai yang tersedia secara
komersial.
CATATAN 2 jika selama penyimpanan pada digestion solution terbentuk endapan, maka buat
larutan baru.

d) Larutan pereaksi asam sulfat;


Larutkan 10,12 g kristal Ag2SO4 dengan 1.000 ml H2SO4 pekat ke dalam gelas piala 1.000
ml. Aduk hingga larut.

CATATAN Proses pelarutan Ag2SO4 dalam asam sulfat dibutuhkan waktu pengadukan
selama 2 (dua) hari, sehingga perlu digunakan magnetic stirer.

e) Asam sulfamat (NH2SO3H);


Digunakan jika ada gangguan nitrit. Tambahkan 10 mg asam sulfamat untuk setiap mg
NO2-N yang ada dalam contoh uji.

f) Larutan baku Kalium Hidrogen Phtalat (HOOCC6H4COOK, KHP) setara dengan nilai COD
500 mg O2/l.
Gerus perlahan kristal KHP, lalu keringkan dalam oven pada suhu 110 °C sampai berat
tetap. Larutkan 425 mg KHP ke dalam air bebas organik dan tepatkan sampai 1.000 ml.
Larutan ini stabil bila disimpan dalam kondisi dingin pada temperatur ≤ 6 °C dan dapat
digunakan selama tidak ada pertumbuhan mikroba.

2 dari 10
SNI 6989.2:2019

CATATAN 1 berat tetap adalah berat penimbangan dengan perbedaan hasil lebih kecil dari 4 % atau
lebih kecil dari 0,5 mg dibandingkan penimbangan sebelumnya.

CATATAN 2 larutan baku Kalium Hidrogen Phtalat dapat digunakan sebagai pengendalian mutu
kinerja pengukuran.

CATATAN 3 bila nilai COD contoh uji lebih besar dari 500 mg/l, maka dibuat larutan baku KHP yang
mempunyai nilai COD 1.000 mg O2/l.

CATATAN 4 Larutan baku KHP dapat menggunakan larutan siap pakai.

4.3 Peralatan

a) Spektrofotometer
b) Digestion vessel
Gunakan tabung kultur borosilikat dengan ukuran 16 mm x 100 mm atau 20 mm x 150
mm atau 25 mm x 150 mm bertutup ulir yang dilapisi dengan bahan inert (contoh PTFE).
Alternatif lain, gunakan ampul borosilikat dengan kapasitas 10 ml (diameter 19 mm
sampai dengan 20 mm).

c) Pemanas dengan lubang-lubang penyangga tabung (heating block)

CATATAN pemanasan jangan menggunakan oven.

d) Mikro Buret
e) Labu ukur 50,0 ml; 100,0 ml; 250,0 ml; 500,0 ml dan 1.000,0 ml
f) Pipet volumetrik 5,0 ml; 10,0 ml; 15,0 ml; 20,0 ml dan 25,0 ml
g) Gelas piala
h) Magnetic stirrer
i) Timbangan analitik dengan keterbacaan 0,1 mg.

4.4 Persiapan dan pengawetan contoh uji

4.4.1 Persiapan contoh uji

a) Homogenkan contoh uji.

CATATAN apabila contoh uji mengandung padatan tersuspensi, haluskan dengan blender.

b) Cuci digestion vessel dan tutupnya dengan H2SO4 20 % sebelum digunakan.

4.4.2 Pengawetan contoh uji

a) Lakukan analisis sesegera mungkin atau dinginkan contoh uji tidak lebih dari 24 jam.
b) Bila contoh uji tidak dapat segera dianalisis, maka contoh uji diawetkan sesuai petunjuk
di bawah ini :

Wadah : Botol plastik polietilena (polyethylene) atau botol gelas

Pengawet : contoh uji diasamkan dengan H2SO4 pekat hingga pH ≤ 2.

Lama Penyimpanan : 28 hari

Kondisi Penyimpanan : Suhu ≤ 6 C

3 dari 10
4.5 Pembuatan larutan kerja

Buat deret larutan kerja dari larutan induk KHP dengan 1 (satu) blanko dan minimal 5 kadar
yang berbeda secara proporsional yang berada pada rentang pengukuran.

4.6 Pembuatan larutan blanko

4.6.1 Pembuatan larutan blanko untuk contoh uji dengan nilai COD 100 mg/l sampai
dengan 900 mg/l

Ambil sejumlah volume air bebas organik dengan pipet sebagai pengganti contoh uji,
tambahkan digestion solution, larutan pereaksi asam sulfat ke dalam tabung atau ampul,
seperti yang dinyatakan dalam Tabel 1. Larutan ini digunakan sebagai blanko pada
pengukuran dengan spektrofotometer.

4.6.2 Pembuatan larutan blanko untuk contoh uji dengan nilai COD lebih kecil dari
atau sama dengan 90 mg/l

Gunakan larutan pereaksi asam sulfat sebagai blanko pada pengukuran dengan
spektrofotometer.

4.7 Prosedur

4.7.1 Proses digestion

a) Ambil sejumlah volume contoh uji atau larutan kerja dengan pipet atau mikro Buret,
tambahkan digestion solution, larutan pereaksi asam sulfat ke dalam tabung atau ampul,
seperti yang dinyatakan dalam tabel berikut:

Tabel 1 – Volume contoh uji, digestion solution, dan larutan pereaksi untuk
bermacam-macam ukuran digestion vessel

Contoh uji Digestion Larutan pereaksi


Digestion Vessel Total (ml)
(ml) solution (ml) asam sulfat (ml)
Tabung kultur
16 mm x 100 mm 2,50 1,50 3,5 7,5
20 mm x 150 mm 5,00 3,00 7,0 15,0
25 mm x 150 mm 10,00 6,00 14,0 30,0
Standar Ampul
10 ml 2,50 1,50 3,5 7,5

b) Tutup tabung dan kocok perlahan sampai homogen

c) Letakkan tabung pada pemanas yang telah dipanaskan pada suhu 150 C ± 2 C, lakukan
refluks selama 2 jam
d) Dinginkan contoh uji dan larutan kerja yang sudah direfluks sampai suhu ruang
e) Biarkan suspensi mengendap dan pastikan bagian yang akan diukur benar-benar jernih.

CATATAN selalu gunakan alat pelindung diri yang sesuai dan lakukan di ruang asam.

4 dari 10
SNI 6989.2:2019

4.7.2 Pembuatan kurva kalibrasi

Kurva kalibrasi dibuat dengan tahapan sebagai berikut:

a) Hidupkan dan optimalkan alat uji spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat


,
untuk pengujian COD. Atur panjang gelombangnya pada 600 nm atau 420 nm
b) Ukur serapan masing-masing larutan kerja pada sub pasal 4.5 kemudian catat dan
plotkan terhadap kadar COD
c) Buat kurva kalibrasi dari data pada langkah b) di atas, tentukan persamaan garis lurusnya
dan laporkan hasil pengujian sesuai dengan Lampiran A
d) Jika koefisien korelasi regreasi linier (r) < 0,995, periksa kondisi alat dan ulangi langkah
a) sampai dengan c) hingga diperoleh nilai koefisien r ≥ 0,995.

4.7.3 Pengukuran contoh uji

4.7.3.1 Contoh uji dengan nilai COD 100 mg/l sampai dengan 900 mg/l

a) Gunakan larutan blanko untuk mendapatkan nilai absorbansi nol


b) Ukur serapan contoh uji pada panjang gelombang yang telah ditentukan (600 nm)
c) Hitung nilai COD berdasarkan persamaan linier kurva kalibrasi dan laporkan hasil
pengujian sesuai dengan Lampiran A.

CATATAN apabila nilai COD contoh uji > 900 mg/l, lakukan pengenceran.

4.7.3.2 Contoh uji dengan nilai COD lebih kecil dari atau sama dengan 90 mg/l

a) Gunakan larutan blanko untuk mendapatkan nilai absorban nol


b) Ukur serapan contoh uji pada panjang gelombang yang telah ditentukan (420 nm)
c) Hitung nilai COD berdasarkan persamaan linier kurva kalibrasi dan laporkan hasil
pengujian sesuai dengan Lampiran A.

CATATAN apabila nilai COD contoh uji > 90 mg/l maka gunakan pengukuran COD pada 4.7.3.1

4.8 Perhitungan

a) Masukkan hasil pembacaan serapan contoh uji ke dalam regresi linier yang diperoleh dari
kurva kalibrasi dan laporkan hasil pengujian sesuai dengan Lampiran A.
b) Nilai COD adalah hasil pembacaan kadar contoh uji dari kurva kalibrasi.

Nilai COD sebagai mg O2/l:

Kadar COD (mg O2 l) = C × f

Keterangan:
C adalah nilai COD contoh uji (mg/l);
f adalah faktor pengenceran.

5 Pengendalian mutu

a) Gunakan bahan kimia pro analisa (pa).

b) Gunakan alat gelas bebas kontaminasi.

c) Gunakan alat ukur yang terkalibrasi.

5 dari 10
d) Gunakan air bebas organik untuk pembuatan blanko dan larutan kerja.

e) Dikerjakan oleh analis yang kompeten.

f) Lakukan analisis dalam jangka waktu yang tidak melampaui waktu simpan maksimum
28 hari.

g) Perhitungan koefisien korelasi regresi linier (r) lebih besar atau sama dengan 0,995


,
dengan intersepsi lebih kecil atau sama dengan batas deteksi.

h) Lakukan analisis blanko dengan frekuensi 5 % sampai dengan 10 % per batch (satu seri
pengukuran) atau minimal 1 kali untuk jumlah contoh uji kurang dari 10 sebagai kontrol
kontaminasi.

i) Lakukan analisis duplo dengan frekuensi 5 % sampai dengan 10 % per satu seri
pengukuran atau minimal 1 kali untuk jumlah contoh uji kurang dari 10 sebagai kontrol
ketelitian analisis. Jika perbedaan persen relatif (Relative Percent Difference/RPD) lebih
besar atau sama dengan 10 %, maka dilakukan pengukuran ketiga untuk mendapatkan
RPD kurang dari 10 %. Persen RPD

%RPD = | hasil pengukuran - duplikat pengukuran


|
(hasil pengukuran + duplikat pengukuran) 2 × 100 %

j) Lakukan kontrol akurasi dengan larutan baku KHP dengan frekuensi 5 % sampai dengan
10 % per batch atau minimal 1 kali untuk 1 batch. Kisaran persen temu balik adalah 85 %
sampai dengan 115 %. Persen temu balik (% recovery, % R) :
A
%R = × 100 %
B

Keterangan:
A adalah hasil pengukuran larutan baku KHP(mg/l);
B adalah kadar larutan baku KHP hasil penimbangan (target value) (mg/l).

6 Presisi dan bias

Standar ini telah melalui uji coba dengan memperlakukan internal reference material
sebagaimana contoh uji dan diperoleh hasil sebagai berikut:

a) Nilai COD 100 mg/l sampai dengan 900 mg/l


Pada target nilai COD 400 mg/l diperoleh hasil rerata 400,39 mg/l dengan tingkat presisi
(% RSD) 2,93 % dan akurasi (bias metode) 0,10 % (lihat Lampiran B).

b) Nilai COD ≤ 90 mg/l


Pada target nilai COD 50 mg/l diperoleh hasil rerata 48,98 mg/l dengan tingkat presisi
(%RSD) 4,82 % dan akurasi (bias metode) -2,04 % (lihat Lampiran B).

6 dari 10
SNI 6989.2:2019

Lampiran A
(normatif)
Pelaporan

Catat pada buku kerja hal-hal sebagai berikut.

1) Parameter yang dianalisis.


2) Tanggal pengambilan contoh uji
3) Tanggal penerimaan contoh uji.
4) Nomor contoh uji.
5) Nama analis.
6) Tanggal analisis.
7) Rekaman kurva kalibrasi.
8) Rekaman hasil pengukuran dan perhitungan.

7 dari 10
Lampiran B
(informatif)
Contoh perhitungan verifikasi metode

Hasil perhitungan verifikasi metode cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (chemical oxygen
demand/COD) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri dengan penentuan trueness,
bias dan presisi metode sebagai berikut:

B.1 Nilai COD 100 mg/l sampai dengan 900 mg/l

Target nilai COD untuk penentuan trueness, bias dan presisi metode adalah 400 mg/l.

Tabel B.1 – Hasil pengujian nilai COD 100 mg/l sampai dengan 900 mg/l

Pengulangan Hasil (mg/l) Trueness (%R) % Bias Metode


1 398,67 99,67 -0,33
2 389,69 97,42 -2,58
3 425,01 106,25 6,25
4 392,48 98,12 -1,88
5 399,57 99,89 -0,11
6 389,46 97,36 -2,64
7 407,85 101,96 1,96
Rerata 400,39 100,10 0,10
Sumber: Laboratorium Lingkungan,
Simpangan baku 11,72
Sekolah Ilmu Lingkungan, UI
% RSD 2,93
% CVHorrats 0,90

Tabel B.2 Batas keberterimaan % RSD dan % R


untuk penentuan bias dan presisi metode

Parameter Persyaratan Hasil Kesimpulan


Presisi Metode % RSD ≈ 3,79 % 2,93 Memenuhi
Akurasi Metode % R ≈ 90 % - 108 % 100,10 Memenuhi
Bias Metode -10 % - 8 % 0,10 Memenuhi

B.2 Nilai COD ≤ 90 mg/l

Target nilai COD untuk penentuan trueness, bias dan presisi metode adalah 50 mg/l.

8 dari 10
SNI 6989.2:2019

Tabel B.3 – Hasil pengujian nilai COD ≤ 90 mg/l

% Bias
Pengulangan Hasil (mg/l) Trueness (%R)
Metode
1 51,93 103,87 3,87
2 50,60 101,20 1,20
3 51,27 102,53 2,53
4 44,60 89,20 -10,80
5 48,60 97,20 -2,80
6 47,27 94,53 -5,47
7 48,60 97,20 -2,80
Rerata 48,98 97,96 -2,04
Sumber: Laboratorium Lingkungan,
Simpangan baku 2,36
Sekolah Ilmu Lingkungan, UI
% RSD 4,82
% CVHorrats 1,08

Tabel B.4 Batas keberterimaan % RSD dan % R


untuk penentuan bias dan presisi metode

Parameter Persyaratan Hasil Kesimpulan


Presisi Metode %RSD ≈ 5,36% 4,82 Memenuhi
Akurasi Metode %R ≈ 85% - 110% 97,96 Memenuhi
Bias Metode -10 % - 8 % -2,04 Memenuhi

9 dari 10
Bibliografi

Laura Bridgewater et al. “Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater”.
23th Edition. 2017. Washington DC: APHA, AWWA, and WEF. Part 5220 D. Closed Reflux,
Colorimetric Methods

10 dari 10
Informasi pendukung terkait perumus standar

[1] Komtek Perumusan SNI


Komite Teknis 13-03 Kualitas Lingkungan

[2] Susunan keanggotaan Komtek perumus SNI


Ketua : Noer Adi Wardojo
Wakil Ketua : Giri Darminto
Sekretaris : Diah Wati Agustayani
Anggota : 1. Rina Aprishanty
2. Ardeniswan
3. Henggar Hardiani
4. Muhammad Farid Sidik
5. M.S. Belgientie TRO
6. Noor Rachmaniah
7. Oges Susetio
8. Sri Bimo Andy Putro
9. Sunardi
10. Yuli Purwanto

[3] Konseptor Rancangan SNI


Drs. Sunardi, M.Si. (Laboratorium Lingkungan Sekolah Ilmu Lingkungan, UI)

[4] Sekretariat pengelola Komtek Perumusan SNI


Pusat Standardisasi Lingkungan dan Kehutanan
Sekretariat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Anda mungkin juga menyukai