Anda di halaman 1dari 163

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA


DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

BUKU PEDOMAN
3R Berbasis Masyarakat
Di Kawasan Permukiman
Kata Pengantar

Amanat UU No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air dan PP no.16 /2005 tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum untuk melaksanakan program perlin-
dungan air baku telah ditindak lanjuti dengan suatu rumusan kebijakan nasional dalam
pengembangan pengelolaan persampahan di Indonesia (Permen PU 21/PRT/M/2006
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Persamapahan).

Untuk mengatasi berbagai permasalahan persampahan berkaitan dengan keterbatasan


lahan TPA (Tempat Pemrosesan akhir) dan buruknya kinerja TPA diberbagai kota di
Indonesia serta adanya potensi sampah diberbagai sumber daya, implementasi Ke-
bijakan Pertama (Pengurangan Sampah Sejak Dari sumbernya) perlu segera dilakukan
secara memadai.

Pelaksanaan stimulant Program 3R Berbasis Masyarakat merupakan dukungan nyata


dari Pemerintah (cq. Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum) untuk memban-
tu Pemerintah Kabupaten/Kota dalam meningkatkan kesadaran masyarakat melalui
gerakan pengurangan dan pemanfaatan sampah yang ditargetkan sebesar 20% pada
tahun 2010. Peran masyarakat menjadi sangat penting dalam pola-pola berbasis
masyarakat, baik masyarakat sebagai penghasil sampah maupun sebagai actor pengel-
ola sampah.

Penyusunan buku “Pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman” ini


merupakan upaya untuk memberikan informasi dan panduan pelaksanaan pengelolaan
sampah terpadu 3R berbasis masyarakat kepada stakeholders terkait. Buku Pedoman
ini disusun berdasarkan hasil evaluasi best practice yang ada dilapangan dari berbagai
kota di Indonesia, dan terdiri dari beberapa buku, yaitu:
 Buku I : Pedoman Umum 3R
 Buku II : Pedoman Perencanaan 3R
 Buku III : Pedoman Pelaksanaan 3R
 Buku IV : Pedoman Monitoring dan Evalusai 3R

Akhirnya kami mengharapkan dukungan semua pihak dan semoga Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa memberikan Rahmat Nya bagi sukses program 3R

Jakarta, Februari 2008


Direktur Jenderal Cipta Karya

Ir. Budi Yuwono.


DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

BUKU I
Pedoman Umum 3 R
Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
DAFTAR ISI
BUKU I : PEDOMAN UMUM

1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
1.3 SASARAN
1.4 PENGERTIAN

2. PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT


2.1 PENDEKATAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS
MASYARAKAT
2.2 PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN
PERMUKIMAN
2.2.1 KONSEPSI PENANGANAN SAMPAH 3R SKALA RUMAH TANGGA
2.2.2 KONSEPSI PENANGANAN SAMPAH 3R SKALA KAWASAN
2.3 PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN
PERMUKIMAN
2.4 ASPEK KEBERLANJUTAN PROGRAM
2.5 PEMBIAYAAN DAN INSENTIF
2.6 DUKUNGAN PERATURAN

3. PROSES PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT


DI KAWASAN PERMUKIMAN

4. KESIMPULAN DAN PENUTUP


4.1 KESIMPULAN
4.2 PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Mengacu pada Permen PU No. 21/PRT/M/2006 tentang kebijakan dan Strategi


Nasional Pengembangan Pengelolaan Persampahan terutama yang berkaitan dengan
kebijakan pengurangan sampah sejak dari sumbernya dengan program unggulan 3R
serta sasaran yang harus dicapai pada tahun 2010 sebesar 20%, pada dasarnya
merupakan tugas berat bagi semua pihak dalam mewujudkan upaya tersebut,
mengingat kondisi yang ada saat ini, baru sekitar kurang dari 3% sampah yang dapat
dikurangi atau dimanfaatkan. Namun demikian dengan berbagai gerakan yang ada di
tingkat masyarakat baik melalui peranan tokoh masyarakat, LSM ataupun pemerintah
kota/ kabupaten, telah banyak praktek-praktek unggulan (best practise) 3R yang
cukup sukses dan dapat direplikasikan di tempat lain, sehingga target pengurangan
20% bukan mustahil akan dapat dicapai.

Pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat merupakan paradigma baru dalam


pengelolaan sampah. Paradigma baru tersebut lebih ditekankan kepada metoda
pengurangan sampah yang lebih arif dan ramah lingkungan. Metoda tersebut lebih
menekankan kepada tingkat perilaku konsumtif dari masyarakat serta kesadaran
terhadap kerusakan lingkungan akibat bahan tidak terpakai lagi yang berbentuk
sampah. Pengurangan sampah dengan metoda 3R berbasis masyarakat lebih
menekankan kepada cara pengurangan sampah yang dibuang oleh individu, rumah,
atau kawasan seperti RT ataupun RW. Dari pendekatan tersebut, maka didalam
pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat ada dua kegiatan yang
harus dilakukan secara sinergi dan berkesinambungan.

2
Dua kegiatan tersebut adalah (1) proses pengelolaan aliran sampah dari mulai akan
dikeluarkan oleh masyarakat dan (2) proses pemahaman masyarakat dalam
pengelolaan sampah dengan metoda 3R.

Pengurangan sampah dengan program 3R dan replikasi best practise memang bukan
hal mudah untuk dilakukan karena akan sangat bergantung pada kemauan masyarakat
dalam merubah perilaku, yaitu dari pola pembuangan sampah konvensional menjadi
pola pemilah sampah. Untuk itu diperlukan berbagai upaya baik langsung maupun tidak
langsung, seperti antara lain:
 Percontohan program 3R
 Penyuluhan
 Pemberdayaan dan pendampingan masyarakat
 Pendidikan

Sejak Pelita V, Departemen Pekerjaan Umum telah memberikan percontohan program


3R skala kawasan yang disebut UDPK (Usaha Daur Ulang dan Produksi Kompos) dan
lebih diintensifkan sejak TA 2007 yaitu dengan menerapkan program pengelolaan
sampah terpadu berbasis masyarakat melalui metode 3R ini di 25 provinsi (44 kota/
kabupaten).

Hasil evaluasi terhadap pendekatan yang pernah dilakukan dengan metode UDPK,
dianggap kurang berhasil karena masih bersifat orientasi proyek. Sedangkan
pendekatan 3R yang baru adalah menggunakan pendekatan partisipatif,
pemberdayaan dan pendampingan terhadap masyarakat yang cukup intens sehingga
diharapkan dapat lebih berhasil. Selanjutnya, kegiatan pengurangan sampah sejak dari
sumbernya akan dilakukan dengan mengedepankan pengelolaan sampah terpadu
berbasis masyarakat secara lebih memadai dan diharapkan dapat menjadi gerakan
moral nasional.

3
Dalam rangka memudahkan berbagai pihak untuk melaksanakan program
pengurangan sampah tersebut, disusunlah suatu Pedoman Pengelolaan Sampah
Terpadu Berbasis Masyarakat (3R) untuk skala rumah tangga dan skala kawasan

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari diterbitkannya Buku I Pedoman Umum dalam penyelenggaraan


pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat adalah membantu para
pelaksana di lapangan yang akan melakukan kegiatan pengurangan sampah sejak dari
sumbernya untuk memahami pola pendekatan berbasis masyarakat

Sedangkan tujuan dari diterbitkannya Buku I Pedoman Umum dalam penyelenggaraan


pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat adalah:
 Memberikan penjelasan secara mendalam mengenali rencana pelaksanaan
kegiatan Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat
 Meningkatkan upaya pengurangan sampah sejak dari sumbernya dengan metode
yang praktis dan telah dilaksanakan dalam best practise

1.3 SASARAN

Sasaran yang ingin dicapai dalam pedoman ini adalah tersedianya panduan
pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat di Kawasan Permukiman/
Perumahan.

4
1.4 PENGERTIAN

Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang
berbentuk padat.

Sampah Organik, yaitu memiliki sifat mudah terurai secara alami contohnya : daun,
sayuran, dan buah serta sampah sisa makanan.

Sampah non-organik, yaitu sampah yang sulit dan tidak bisa terurai secara alami meli-
puti: plastik, kaca, besi, sebagian jenis kertas dan lainnya.

Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasinya, dan/atau


jumlahnya memerlukan penanganan khusus.

Sumber Sampah adalah tempat awal/pertama dimana sampah timbul

Penghasil sampah adalah setiap orang yang menghasilkan timbulan sampah.

Penanganan Sampah 3R adalah konsep penanganan sampah dengan cara Reduce


(mengurangi), Reuse (menggunakan kembali) dan Recycle (Mendaur ulang) sampah
mulai dari sumbernya.

Pengomposan adalah proses pengolahan sampah menjadi kompos

Pemberdayaan, Upaya yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk mendi-
rikan masyarakat melalui perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki atas da-
sar prakarsa dan kreativitas

Persampahan, yang dimaksud dalam pedoman ini adalah Pengelolaan persampahan

Pembiayaan sampah adalah dana yang diperuntukkan bagi pengelolaan sampah.

5
Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan
yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

Tempat Pengolahan Sampah Terpadu adalah tempat dilaksanakannya kegiatan


mengguna ulang, mendaur ulang, pemilahan, pengumpulan, pengolahan, dan
pemrosesan akhir sampah.

Tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk mengembalikan sampah ke media


lingkungan secara aman.

Timbulan Sampah adalah jumlah sampah yang dihasilkan perorang perhari dalam satu-
an volume maupun berat

Reduce adalah upaya mengurangi volume sampah

Reuse adalah upaya menggunakan kembali sampah tanpa perubahan bentuk untuk
kegiatan lain yang bermanfaat.

Recycle adalah upaya mendaur ulang sampah menjadi benda lain yang bermanfaat

RKM (Rencana Kerja Masyarakat), Suatu rencana yang dibuat oleh masyarakat sebagai
anggota Tim Kerja Masyarakat (TKM) bersama pengurus TKM sebagai wadah untuk
menampung aspirasi dari masyarakat desa / kampung atas kegiatan 3R

Evaluasi, Kegiatan untuk menilai, memperbaiki dan meningkatkan seberapa jauh


sebuah program kegiatan dapat berjalan secara efektif, efisien dan optimal seperti yang
telah dirumuskan bersama atau direncanakan

Fasilitator, Adalah “ Pelaku yang membantu, mendorong dan mengarahkan kegiatan


dilapangan”, dengan menggunakan kegiatan-kegiatan yang ada dalam panduan
sehingga dapat membantu kelompok yang bekerjasama.

6
Jasa pengelolaan sampah adalah pelayanan pengelolaan sampah yang diberikan
kepada masyarakat oleh pemerintah daerah.

Komposter adalah alat untuk mengolah sampah organik menjadi kompos

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), Forum musyawarah, tempat masyarakat


menyampaikan aspirasi

Operasi dan Pemeliharaan (O&P), Adalah upaya pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana
dan sarana secara optimal oleh masyarakat pengguna dengan pembinaan pemerintah
daerah secara berkesinambungan.

Organisasi persampahan adalah kelompok orang yang terbentuk atas kehendak dan
keinginan sendiri di tengah masyarakat yang tujuan dan kegiatannya meliputi bidang
pengelolaan sampah.

7
BAB II
PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3 R BERBASIS
MASYARAKAT

2.1 PENDEKATAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS


MASYARAKAT

Konsep 3R adalah paradigma baru dalam pola konsumsi dan produksi disemua
tingkatan dengan memberikan prioritas tertinggi pada pengelolaan limbah yang
berorientasi pada pencegahan timbulan sampah, minimisasi limbah dengan mendorong
barang yang dapat digunakan lagi dan barang yang dapat didekomposisi secara biologi
(biodegradable), dan penerapan pembuangan limbah yang ramah lingkungan.
Pelaksanaan 3R tidak hanya menyangkut aspek teknis semata, namun jauh lebih
penting menyangkut masalah sosial dalam rangka mendorong perubahan sikap dan
pola pikir menuju terwujudnya masyarakat yang ramah lingkungan dan berkelanjutan

Prinsip pertama Reduce adalah segala aktifitas yang mampu mengurangi dan
mencegah timbulan sampah. Prinsip kedua Reuse adalah kegiatan penggunaan
kembali sampah yang layak pakai untuk fungsi yang sama atau yang lain. Prinsip ketiga
Recycle adalah kegiatan mengelola sampah untuk dijadikan produk baru.

Untuk mewujudkan konsep 3R diatas, salah satu cara penerapannya adalah melalui
pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat, yang diarahkan kepada daur-
ulang sampah (recycle). Hal ini dipertimbangkan sebagai upaya mengurangi sampah
sejak dari sumbernya, karena adanya potensi pemanfaatan sampah organik sebagai
bahan baku kompos dan komponen non organik sebagai bahan sekunder kegiatan
industri seperti plastik, kertas, logam, gelas, dan lain-lain.

8
Sesuai dengan Permen PU 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan, diperlukan suatu perubahan paradigma
yang lebih mengedepankan proses pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, yaitu dengan
melakukan upaya pengurangan dan pemanfaatan sampah sebelum akhirnya sampah dibuang
ke TPA (target 20% pada tahun 2010).

Reduce (R1)
Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi timbulan sampah di
lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap
sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara merubah pola hidup konsumtif,
yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/
efisien dan sedikit sampah. Namun diperlukan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk
merubah perilaku tersebut.

Reuse (R2)
Reuse berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa
melalui proses pengolahan), seperti menggunakan kertas bolak balik, menggunakan kembali
botol bekas “minuman” untuk tempat air, mengisi kaleng susu dengan susu refill dan lain-lain.

Recycle (R3)
Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna (sampah) menjadi bahan
lain setelah melalui proses pengolahan, seperti mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain
lap, keset kaki, dsb atau mengolah botol/plastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak
kembali menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya atau mengolah kertas bekas menjadi
bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan kualitas sedikit lebih rendah dan lain-
lain.

9
2.2 PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN PER-
MUKIMAN

Untuk menerapkan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat di kawa-


san permukiman, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

 Komposisi dan karakteristik sampah, untuk memperkirakan jumlah sampah


yang dapat dikurangi dan dimanfaatkan

 Karakteristik lokasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, untuk


mengidentifikasi sumber sampah dan pola penanganan sampah
3R yang sesuai dengan kemampuan masyarakat setempat

 Metode penanganan sampah 3R, untuk mendapatkan formula teknis dan


prasarana dan sarana 3R yang tepat dengan kondisi masyarakat setempat.

 Proses pemberdayaan masyarakat, untuk menyiapkan masyarakat dalam


perubahan pola penanganan sampah dari proses konvensional ”kumpul-
angkut-buang” menjadi pola 3R.
Misalnya: penghijauan dulu kebersihan buang sampah di tempatnya 
pemilahan daur ulang.

 Uji coba pengelolaan, sebagai ajang pelatihan bagi masyarakat dalam


melaksanakan berbagai metode 3R.

 Keberlanjutan pengelolaan, untuk menjamin kesinambungan proses


pengelolaan sampah yang dapat dilakukan oleh masyarakat secara mandiri.

10
 Minimisasi sampah hendaknya dilakukan sejak sampah belum terbentuk
yaitu dengan menghemat penggunaan bahan, membatasi konsumsi sesuai
kebutuhan, memilih bahan yang mengandung sedikit sampah, dsb

 Upaya memanfaatkan sampah dilakukan dengan menggunakan kembali


sampah sesuai fungsinya seperti halnya pada penggunaan botol minuman
atau kemasan lainnya.

 Upaya mendaur ulang sampah dapat


dilakukan dengan memilah sampah
menurut jenisnya baik yang memiliki
nilai ekonomi sebagai material daur
ulang (kertas, plastik, gelas/ logam, dll)
maupun sampah B3 Rumah tangga
yang memerlukan penanganan khusus
(baterai, lampu neon, kaleng sisa insek-
tisida dll) dan sampah kemasan
(bungkus mie instan, plastik kemasan
minyak, dll)

 Pengomposan sampah diharapkan dapat diterapkan di sumber (rumah


tangga, kantor, sekolah, dll) yang akan secara signifikan megurangi sam-
pah pada tahap berikutnya.

11
2.2.1. Konsepsi Penanganan Sampah 3R Skala Rumah Tangga

 Penanganan sampah hendaknya tidak lagi hanya bertumpu pada aktivitas


pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah.

 Penanganan sampah skala rumah tangga diharapkan dapat menerapkan upaya


minimisasi yaitu dengan cara mengurangi, memanfaatkan kembali , dan mendaur
ulang sampah yang dihasilkan.

KOMPOSTER KOMPOS

ORGANIK
BAHAN
KOMPOS
KOMPOS

ORGANIK
RESIDU
MATERI DAUR
LAPAK
ULANG
RUMAH GEROBAK/
B3 TPST
TANGGA MOTOR 3R

RESIDU TPA
NON
ORGANIK
RESIDU
PENANGANAN
B3 LANJUTAB
NON KERAJINAN
ORGANIK TANGAN

SAMPAH
CAMPUR

SKALA SUMBER SKALA KAWASAN

Gambar 1. Penanganan Sampah 3R di Sumber

12
1). Skenario Pemilahan Sampah Non Organik

Skenario pemilahan sampah non organik di kawasan permukiman perlu


dilakukan, yaitu dengan cara memisahkan sampah kertas, plastik dan
logam/kaca di masing-masing sumber dengan cara sederhana dan mudah
dilakukan oleh masyarakat, misal menggunakan kantong plastik besar atau
karung kecil.

Khusus untuk sampah B3 rumah tangga, diperlukan wadah khusus yang


pengumpulannya dapat dilakukan sebulan sekali atau sesuai kebutuhan
Hasil pemilahan sampah di sumber pada umumnya mempunyai kualitas
yang lebih baik dibandingkan apabila pemilahan sampah dilakukan di TPA.

13
2). Skenario Pengolahan Sampah Organik (Pembuatan Kompos)
Dibedakan antara sampah organik dari kebun (daun-daunan) dan
sampah organik dari dapur (nasi, daging, dst.)

 Skenario pembuatan kompos secara individu


disumber harus dilakukan dengan cara
sederhana dan dapat mengacu pada best
practice yang telah ada, misal seperti yang
dilakukan di Sukunan Sleman DIY , Surabaya
atau wilayah lainnya.

 Pembuatan kompos di sumber dapat dilakukan misalnya di Banjarsari dan


di Rawajati dengan metode lubang (hanya dapat dilakukan untuk daerah
yang tingkat kepadatan penduduknya masih rendah), Gentong, Bin
Takakura atau metode lain sebagai “composter”.

 Dengan “composter gentong” (alasnya dilubangi dan


diisi kerikil serta sekam), merupakan cara sederhana
karena seluruh sampah organik dapat dimasukkan
dalam gentong).

 Dengan Bin Takakura (keranjang yang dilapisi kertas


karton, sekam padi dan kompos matang), memerlukan
sedikit kesabaran karena dibutuhkan sampah organik
terseleksi dan pencacahan untuk mempercepat proses
pematangan kompos. Composter Takakura dapat
tempatkan di dalam rumah (tidak menimbulkan bau)

 Produk kompos dapat digunakan untuk program penghijauan dan


penanaman bibit

14
3). Skenario Daur Ulang
Daur ulang di sumber dilakukan mulai dengan melakukan pemilahan sampah,
sebaiknya dilakukan dengan cara yang sederhana agar mudah dilakukan oleh
masyarakat. Pemilahan sampah dapat dimulai dengan memisahkan sampah
menjadi sampah basah (organik) dan sampah kering (non organik) atau
langsung menjadi beberapa jenis (sampah organik, kertas, plastik, kaleng,
sampah B3 rumah tangga).

2.2.2. Konsepsi Penanganan Sampah 3R Skala Kawasan

KOMPOSTER KOMPOS

ORGANIK
BAHAN
KOMPOS
KOMPOS

ORGANIK
RESIDU
MATERI DAUR
LAPAK
ULANG
RUMAH GEROBAK/
B3 TPST
TANGGA MOTOR 3R

RESIDU TPA
NON
ORGANIK
RESIDU
PENANGANAN
B3 LANJUTAB
NON KERAJINAN
ORGANIK TANGAN

SAMPAH
CAMPUR

SKALA SUMBER SKALA KAWASAN

Gambar 2. Metode Operasional Penanganan Sampah Skala Kawasan

15
1). Landasan Operasional Pengelolaan Sampah Skala Kawasan

 Perlu dibedakan tipe kawasan seperti kawasan komplek perumahan baru


(cakupan pelayanan 1000 – 2000 unit rumah), kawasan perumahan
teratur/ non komplek (cakupan pelayanan 1 RW) dan kawasan
perumahan tidak teratur/kumuh atau perumahan di bantaran sungai

 Diperlukan keterlibatan aktif masyarakat dalam upaya pengurangan


volume sampah.

 Diperlukan keterpaduan operasional pengelolaan sampah mulai dari


sumber, pihak penerima bahan daur ulang (lapak) dan pengangkutan
residu ke TPA

 Diperlukan area kerja pengelolaan sampah terpadu skala kawasan yang


disebut TPST (tempat pengolahan sampah terpadu)

 Kegiatan pengelolaan sampah di TPST meliputi pemilahan sampah,


pembuatan kompos, pengepakan bahan daur ulang, dll

 Pemisahan sampah di TPST dilakukan untuk beberapa jenis sampah


seperti sampah B3 Rumah tangga (selanjutnya akan dikelola sesuai
dengan ketentuan), sampah kertas, plastik, logam/kaca (akan digunakan
sebagai bahan daur ulang) dan sampah organik (akan digunakan sebagai
bahan baku kompos)

 Pembuatan kompos di TPST dilakukan dengan metode Open Windrow

 Incinerator skala kecil tidak direkomendasikan karena incinerator kecil


hanya direkomendasikan untuk sampah rumah sakit dan sampah khusus.

16
2). Metode Operasional Pengelolaan Sampah Skala Kawasan

Pengumpulan Sampah
 Metode pengumpulan sampah dapat dilakukan secara individ-
ual (door to door) maupun komunal (masyarakat membawa
sendiri sampahnya ke Wadah / Bin Komunal yang sudah diten-
tukan)

 Peralatan pengumpulan sampah di kawasan perumahan


baru (cakupan luas dan jalan lebar) dapat dilakukan dengan
menggunakan motor sampah (kapasitas 1,2 m 3), sedangkan
untuk kawasan perumahan non komplek dan perumahan
kumuh/bantaran sungai cukup dilakukan dengan
menggunakan gerobak (1 m3).

 Jadual pengumpulan sampah non organik terpilah seperti kertas, plastik, logam/
kaca dapat dilakukan seminggu sekali, sedangkan untuk sampah yang masih
tercampur harus dilakukan minimal seminggu 2 kali.

 Motor/Gerobak sampah yang mengumpulkan sampah terpilah dapat dimodifikasi


dengan sekat atau dilengkapi karung-karung besar (3 unit atau sesuai dengan
jenis sampah).

17
3) Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Skala Kawasan

a. Lokasi
 Luas TPST bervariasi, tergantung kapasitas pelayanan dan tipe kawasan.
Untuk kawasan perumahan baru (cakupan pelayanan 2000 rumah)
diperlukan TPST dengan luas 1000 m². Sedangkan untuk cakupan
pelayanan skala RW (200 rumah), diperlukan TPST dengan luas 200 – 500

 TPST dengan luas 1000 m² dapat menampung sampah dengan atau tanpa
proses pemilahan sampah di sumber.

 TPST dengan luas < 500 m² hanya dapat menampung sampah dalam
keadaan terpilah (50%) dan sampah campur 50 %.

 TPST dengan luas < 200 m² sebaiknya hanya menampung sampah


tercampur 20 %, sedangkan sampah yang sudah terpilah 80 %.

b. Fasilitas TPST
 Fasilitas TPST meliputi wadah komunal,
areal pemilahan dan areal composting
dan juga dilengkapi dengan fasilitas
penunjang lain seperti saluran drainase,
air bersih, listrik, barier (pagar tanaman
hidup) dan gudang penyimpan bahan
daur ulang maupun produk kompos
serta biodigester (opsional)

18
c. Daur Ulang
 Sampah yang didaur ulang minimal adalah kertas, plastik dan logam yang
memiliki nilai ekonomi tinggi dan untuk mendapatkan kualitas bahan daur
ulang yang baik, pemilahan sebaiknya dilakukan sejak di sumber.

 Pemasaran produk daur ulang dapat dilakukan melalui kerja sama dengan
pihak lapak atau langsung dengan industri pemakai.

 Daur ulang sampah B3 Rumah tangga (terutama batu baterei dan lampu
neon) dikumpulkan untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan pe-
rundangan yang berlaku (PP 18 / 1999 tentang pengelolaan sampah B3).

 Daur ulang kemasan plastik (air mineral, minuman dalam kemasan, mie in-
stan dll) sebaiknya dimanfaatkan untuk barang-barang kerajinan atau bahan
baku lain.

d. Pembuatan Kompos
 Sampah yang digunakan sebagai bahan baku kompos adalah sampah
dapur (terseleksi) dan daun-daun potongan tanaman.

 Metode pembuatan kompos dapat dilakukan dengan berbagai cara


antara lain dengan open windrow.

 Perlu dilakukan analisa kualitas terhadap produk kompos secara acak


dengan parameter antara lain warna, C/N rasio, kadar N,P,K dan logam
berat.

 Pemasaran produk kompos dapat bekerja sama dengan pihak Koperasi


dan Dinas (Kebersihan, Pertamanan, Pertanian dll)

19
2.3 PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN
PERMUKIMAN

Untuk melaksanakan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat, diperlukan


kegiatan pemberdayaan secara terprogram, terpadu, dan berkelanjutan sehingga
dapat dicapai perubahan perilaku masyarakat dalam program 3R. Proses pem-
berdayaan masyarakat meliputi antara lain sosialisasi /penyuluhan, pelatihan,
percontohan, pengembangan kegiatan dan lain-lain.

2.4 ASPEK KEBERLANJUTAN PROGRAM

Aspek keberlanjutan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat merupakan


hal yang sangat penting untuk menjaga kesinambungan proses pengelolaan yang
sudah terbina. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam beberapa aspek keberlanjutan
adalah sebagai berikut:

 Adanya lembaga kelompok masyarakat sebagai organisasi pengelola yang tidak


formal namun terlegalisir serta sesuai dengan aspirasi masyarakat

 Adanya dukungan peraturan setingkat kelurahan untuk pelaksanaan pengelolaan


sampah berbasis masyarakat

 Adanya dana untuk operasional pengelolaan maupun biaya pemeliharaan atau


investasi penambahan prasarana dan sarana sesuai dengan kebutuhan. Dana
tersebut dapat berasal dari iuran masyarakat serta hasil penjualan kompos atau
material daur ulang dengan cash flow diketahui bersama secara transparan

20
 Adanya dukungan teknologi ramah lingkungan dan tersedianya prasarana dan
sarana persampahan skala kawasan sesuai kebutuhan masyarakat

 Adanya peran aktif masyarakat untuk melaksanakan program 3R terutama yang


berkaitan dengan perubahan perilaku dan budaya memilah sampah sejak dari
sumbernya.

 Adanya dukungan dari instansi pengelola sampah tingkat perkotaan untuk


pengangkutan residu, penyerapan produk kompos dan material daur ulang serta
penanganan lanjutan sampah B3 rumah tangga sesuai ketentuan yang berlaku

 Adanya pola monitoring dan evaluasi dari instansi terkait baik ditingkat ke-
lurahan, kecamatan, kota/kabupaten bahkan di tingkat yang lebih tinggi, yaitu
provinsi dan pemerintah pusat. Hasil monitoring dan evaluasi dapat digunakan
sebagai bahan masukan bagi proses replikasi atau pengembangan yang diper-
lukan serta pendataan yang lebih akurat untuk mengetahui hasil pencapaian pro-
gram 3R secara nasional

21
2.5. PEMBIAYAAN DAN INSENTIF

Pembiayaan yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah


terpadu berbasis masyarakat, meliputi:

 Kebutuhan biaya investasi pembelian prasarana dan sarana

 Kebutuhan biaya operasi pengumpulan sampah dan operasional TPST dan


pemeliharaan prasarana/sarana

 Perhitungan iuran warga/bulan yang besarnya dimusyawarahkan, sebaiknya


dapat memenuhi kebutuhan biayan investasi dan operasional.

 Perhitungan biaya hasil penjualan kompos dan produk daur ulang yang
digunakan untuk kepentingan sosial warga atau untuk meningkatkan kualitas
lingkungan permukiman

 Insentif yang didapat adalah berupa hasil penjualan material daur ulang dan
produk kompos serta penjualan bibit tanaman

2.6 DUKUNGAN PERATURAN

Untuk pelaksanan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat, perlu


didukung peraturan baik secara formal maupun non formal. Peraturan tersebut meli-
puti :

 Ketentuan organisasi pengelola

 Tata laksana kerja

 Ketentuan teknis pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat

22
BAB III
PROSES PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS
MASYARAKAT DI KAWASAN PERMUKIMAN

Proses pendekatan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat dikawasan


permukiman secara garis besar dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
PROSES PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R
Tahap 1
PERSIAPAN ( Bulan Februari)

Tahap 2
SELEKSI KOTA/ ( Bulan Maret)
KABUPATEN

Tahap 3
SELEKSI LOKASI (Bulan
April)

 Sosialisasi 3R
SELEKSI  Verifikasi Teknologi
FASILITATOR Pengolahan
 Pemilihan Lokasi TPST (utk
kawasan)
 Pembentukan Kelompok
PENYIAPAN Swadaya Masyarakat
MASYARAKAT

SURVAI LAPANGAN Tahap 4


(SAMPAH DAN (Bulan Mei)
SOSIAL)
PENDAMPINGAN

 Aspek Teknis
Operasional
PEMILIHAN METODA  Aspek
DAN TEKNOLOGI 3R Kelembagaan
 Aspek
Pengaturan
 Aspek
Pendanaan
PENYUSUNAN PERENCANAAN SISTEM  Aspek Peran
PENGELOLAAN SAMPAH Serta
RENCANA KERJA 3R BERBASIS Masyarakat
MASYARAKAT MASYARAKAT

SATKER DED DAN RAB Tahap 5


(Bulan
Oktober)
PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA 3R

PELAKSANAAN
MONITORING DAN
PENGELOLAAN SAMPAH 3R
EVALUASI
BERBASIS MASYARAKAT

Tahap 6
(Bulan
Desember)
KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN
PROGRAM DAN REPLIKASI Tahap 7

23
Dalam pelaksanaannya, maka seperti pelaksanaan kegiatan pada umumnya dilakukan
dalam beberapa tahapan. Tahapan-tahapan kegiatan pelaksanaan pengelolaan sampah 3R
berbasis masyarakat secara umum sebagai berikut:

1. Tahap Pertama
Tahap ini meliputi kegiatan:
 Persiapan yang meliputi sosialisasi pengelolaan sampah dengan metoda 3R
kepada seluruh pemangku kepentingan tingkat pusat.
 Sosialisasi ini bertujuan menyatukan persepsi terhadap permasalahan sampah
secara umum serta visi untuk beberapa tahun kedepan.
 Sosialisasi dilakukan dengan kegiatan seminar atau workshop yang dihadiri oleh
pengambil keputusan tingkat pusat.

2. Tahap kedua
Tahap ini meliputi kegiatan:
 Seleksi kota/kabupaten yang akan melaksanakan pengelolaan sampah 3R
berbasis masyarakat dimaksudkan untuk memperoleh kota/kabupaten yang
berminat dengan disertai komitmen yang jelas dari pimpinan daerah.
 Seleksi kota/kabupaten ini dilakukan karena dua alasan yaitu:
 Anggaran penyelenggaraan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat
seluruhnya atau sebagian berasal dari pusat
 Diperlukan komitmen yang jelas dan tegas karena pengelolaan sampah 3R
berbasis masyarakat kemungkinan akan melibatkan beberapa institusi daerah
terkait dan diharapkan program dapat berkelanjutan serta berkembang.
 Seleksi kota /kabupaten dilakukan dengan workshop yang sifatnya regional yang
dihadiri oleh perwakilan kota/kabupaten dalam regional tersebut.
 Tujuan dari workshop ini adalah mengumpulkan kota yang berminat dan seleksi
dilakukan jika anggaran hanya diperuntukkan tidak untuk semua kota yang ada
dalam region tersebut.

24
3. Tahap Ketiga
Tahap ini meliputi kegiatan:
 Seleksi lokasi dilakukan hanya pada kota terpilih.
 Tahap awal dari seleksi kota ini adalah memperoleh daftar panjang dari lokasi yang
sesuai kriteria pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat.
 Untuk memperoleh daftar pendek calon lokasi maka dilakukan tapisan awal dengan
memilih lokasi yang paling memenuhi kriteria pengelolaan 3R berbasis masyarakat.
 Calon lokasi pada daftar pendek tersebut akan mengajukan proposal yang diikuti
dengan presentasi.
 Dapat juga dilakukan survey cepat (Rapid Participatory Assessment) yang dilakukan
oleh masyarakat yang berminat dengan mempresentasikan kepada pemangku
kepentingan pada tingkat kampung.

4. Tahap Keempat
Tahap ini meliputi kegiatan:
 Pemilihan fasilitator. Keberadaan fasilitator sangat diperlukan dalam pelaksanaan
pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat.
 Fasilitator bertugas menggalang masyarakat yang berminat melaksanakan pengelolaan
sampah 3R, bersama-sama mencari metoda penyelesaian masalah sampah, menggali
keinginan masyarakat, dan memberikan pelatihan serta pendampingan dalam
pelaksanaan pengelolaan sampah 3R.
 Fasilitator dipilih sesuai kapabilitas dan tingkat pemahamannya terhadap lingkungan
umumnya dan sampah khususnya.
 Fasilitaor direkrut dan digaji oleh penyelenggara program pengelolaan sampah berbasis
masyarakat 3R.
 Penyiapan masyarakat dengan terpilihnya lokasi dan fasilitator, maka program
sosialisasi yang lebih intens dapat dilakukan dalam beberapa serial pertemuan yang
digalang oleh fasilitator dengan dibantu beberapa tenaga ahli lepas.
 Pemilihan lokasi TPST untuk pengelolaan skala kawasan ataupun metoda pengolahan
sampah di rumah tangga ditentukan pada tahapan ini.
 Kegiatan selanjutnya adalah survay lapangan baik dari komposisi dan timbulan
sampah serta sosial masyarakatnya.

25
 Survey ini dilakukan dalam mencari data dasar untuk pemilihan teknologi, program
penyuluhan, serta sebagai tolok ukur kinerja pembanding keberhasilan dari program
yang akan dilaksanakan.

5. Tahap Kelima
Tahap ini meliputi kegiatan:
 Pembuatan DED dan RAB yang dilakukan oleh KSM dan Fasilitator kemudian
diserahkan kepada Satker untuk kegiatan Pengadaan sarana dan Prasarana 3R yang
dilakukan dengan sistem Tender yang terbuka.
 Pembangunan ataupun pelaksanaan operasi pengelolaan sampah 3R dilakukan
setelah masyarakat secara bulat menerima metoda yang akan dilakukan serta lokasi
dimana TPST akan dibangun.
 Proses pembangunan harus dilakukan bersama-sama dengan masyarakat sehingga
penolakan akibat sindrom NYMBY (Not in My Backyard) dapat ditekan seminim
mungkin.

6. Tahap Keenam
Tahap ini meliputi kegiatan:
 Pelaksanaan pengelolaan sampah 3R yang dapat dilakukan sekaligus atau bertahap
sesuai dengan kesiapan masyarakat dan pendanaan.
 Kegiatan pelaksanaan program didampingi oleh fasilitator dengan konsultan daerah
jika ada.
 Monitoring dan evaluasi kinerja pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat
meliputi pengumpulan informasi, seperti pengukuran atau pengamat

26
 Kegiatan pemantauan dan pengukuran bermanfaat dalam suatu manajemen pengelolaan
seperti :
 Menelusuri tahapan kemajuan dalam memenuhi perencanaan awal, mencapai tujuan
dan sasaran serta perbaikan berkelanjutan;
 Mengembangkan informasi untuk mengidentifikasikan aspek dalam pengelolaan
sampah 3R yang penting;
 Memantau pelaksanaan pengolahan sampah secara 3R sesuai dengan tujuan dan
sasaran;
 Menyediakan data untuk mendukung atau mengevaluasi pengendalian operasional;
Menyediakan data untuk mengevaluasi kinerja organisasi;
 Menyediakan data untuk mengevaluasi kinerja sistem manajemen persampahan
secara umum dan penyelenggaraan program 3R secara khusus.

7. Tahap Ketujuh
Tahap ini meliputi kegiatan:
 Keberlanjutan program dilaksanakan dengan salah satunya replikasi dan pengembangan.
 Pertemuan-pertemuan warga masih tetap dilakukan untuk membentuk komunitas yang
lebih memahami perlunya mengurangi sampah di sumbernya.
 Dilakukan penguatan kapasitas pada seluruh pemangku kepentingan pada lokasi yang
sedang melakukan kegiatan pengelolaan sampah 3R terpadu sehingga pengembangan
lebih mudah dilakukan.

Pada pelaksanaan program pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat diperlukan


panduan yang dapat memberi arahan kepada para pengelola di daerah. Pedoman tersebut
meliputi tahapan pelaksanaan seperti diatas yang tersusun dalam aspek perencanaannya,
aspek pelaksanaannya, dan aspek monitoring dan evaluasi.

27
BAB IV
KESIMPULAN dan PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

1. Pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat melalui masyarakat melalui meto-


de Reduce, Reuse, Recycle (3R) mulai saat ini sebaiknya sudah diterapkan karena
program ini berkaitan dengan kebijakan dan strategi nasional pengembangan penge-
lolaan persampahan terutama yang berkaitan dengan kebijakan pengurangan sam-
pah sejak dari sumbernya.

2. Proses pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat harus mengikuti


7 tahapan kegiatan sebagai berikut:
 Tahap pertama ( Persiapan)
 Tahap Kedua (Seleksi kabupaten/kota)
 Tahap Ketiga (Seleksi Lokasi)
 Tahap Keempat (Penyiapan Masyarakat, Survey lapangan,Pemilihan Teknologi,
Penyusunan RKM)
 Tahap Relima ( Pembuatan DED & RAB, Pengadaan Sarana & Prasarana 3R)
 Tahap Keenam ( Pelaksanaan pengelolaan sampah 3R dan Monev)
 Tahap Ketujuh (Keberlanjutan program dan replikasi).

4.2 PENUTUP

Buku 1 (satu) ini adalah pedoman umum yang akan dijelaskan lebih lanjut di buku 2 (dua)
tentang pedoman perencanaan, buku 3 (tiga) tentang pedoman pelaksanaan dan buku 4
(empat) tentang pedoman monitoring evaluasi dan pengembangan

28
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

BUKU II
Pedoman Perencanaan 3 R
Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
DAFTAR ISI

BUKU II : PEDOMAN PERENCANAAN KEGIATAN 3R BERBASIS MASYARAKAT

1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
1.3 SASARAN

2. PERENCANAAN PENEGLOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS


MASYARAKAT DI PERMUKIMAN
2.1 PENDAHULUAN
2.2 SELEKSI KOTA/KABUPATEN
2.3 SELEKSI LOKASI
2.3.1 KRITERIA UMUM
2.3.2 KRITERIA FISIK LINGKUNGAN
2.3.4 KRITERIA SOSIAL EKONOMI
2.4 PENYIAPAN MASYARAKAT
2.4.1 PEMILIHAN FASILITATOR
2.4.2 PENELITIAN SOSIAL
2.4.3 PENELITIAN KOMPOSISI DAN TIMBULAN
2.5 PEMILIHAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS
MASYARAKAT
2.6 PEMILIHAN TEKNOLOGI
2.6.1 TEKNOLOGI PEWADAHAN
2.6.2 TEKNOLOGI PENGOMPOSAN DENGAN KOMPOSTER
2.6.3 TEKNOLOGI DAUR ULANG SAMPAH NON ORGANIK SKALA RT
2.6.4 TEKNOLOGI PENGUMPULAN SAMPAH
2.6.5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH SKALA KAWASAN
2.7 PERANCANGAN MODUL PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS
MASYARAKAT
2.7.1 MODUL PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT
SKALA RUMAH TANGGA 1000 JIWA (3R-1000 RUMAH TANGGA)
2.7.2 MODUL PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT
SKALA KAWASAN 1000 JIWA (3R-1000 KAWASAN)
2.8 PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT
2.8.1 KELEMBAGAAN
2.8.2 PENGOPERASIAN TPST
2.8.3 PEMBIAYAAN
2.8.4 PENGATURAN

3. PENUTUP

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perencanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat merupakan langkah


awal dalam pelaksanaan kegiatan. Perencanaan ini merupakan dasar dalam
pengelolaan sampah baik skala individual maupun skala kawasan. Untuk itu perlu
disusun suatu pedoman perencaaan. Pedoman perencanaan ini meliputi seleksi
kota/kabupaten, seleksi lokasi, survey lapangan, analisa, pemilihan teknologi,
pemilihan fasilitator, penyusunan rencana kerja, penyusunan peraturan,
kelembagaan, pembiayaan, peran serta masyarakat. Selain itu, pedoman
perencanaan ini meliputi juga pedoman perencanaan pembangunan, operasi dan
pemeliharaan, monitoring dan evaluasi, serta pengembangan dan replikasi.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud diterbitkannya pedoman perencaraan 3R sampah berbasis masyarakat ini


adalah untuk membantu pelaku di lapangan yang akan melakukan kegiatan
perencanaan pengurangan sampah untuk skala rumah tangga maupun skala
kawasan.
Sedangkan tujuannya adalah untuk memberikan penjelasan tentang tahapan
perencanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat.
:

3
1.3 SASARAN

Tersedianya pedoman perencanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat


meliputi pengelolaan sampah skala rumah tangga dan skala kawasan.

4
BAB II
PERENCANAAN PENEGLOLAAN SAMPAH TERPADU 3R
BERBASIS MASYARAKAT DI PERMUKIMAN

2.1 Pendahuluan.

Pendekatan perencanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat mengacu


pada proses pelaksanaan secara umum seperti telah diuraikan pada Buku Pedoman I.

PROSES PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R


Tahap 1
PERSIAPAN ( Bulan Februari)

Tahap 2
SELEKSI KOTA/ ( Bulan Maret)
KABUPATEN

Tahap 3
SELEKSI LOKASI (Bulan
April)

· Sosialisasi 3R
SELEKSI · Verifikasi Teknologi
FASILITATOR Pengolahan
· Pemilihan Lokasi TPST (utk
kawasan)
· Pembentukan Kelompok
PENYIAPAN Swadaya Masyarakat
MASYARAKAT

SURVAI LAPANGAN Tahap 4


(SAMPAH DAN (Bulan Mei)
SOSIAL)
PENDAMPINGAN

· Aspek Teknis
Operasional
PEMILIHAN METODA · Aspek
DAN TEKNOLOGI 3R Kelembagaan
· Aspek
Pengaturan
· Aspek
Pendanaan
PENYUSUNAN PERENCANAAN SISTEM · Aspek Peran
PENGELOLAAN SAMPAH Serta
RENCANA KERJA 3R BERBASIS Masyarakat
MASYARAKAT MASYARAKAT

SATKER DED DAN RAB Tahap 5


(Bulan
Oktober)
PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA 3R

PELAKSANAAN
MONITORING DAN
PENGELOLAAN SAMPAH 3R
EVALUASI
BERBASIS MASYARAKAT

Tahap 6
(Bulan
Desember)
KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN
PROGRAM DAN REPLIKASI Tahap 7

5
2.2 Seleksi Kota/Kabupaten

Tahapan seleksi Kota/Kabupaten merupakan tahap ke 2 setelah dilakukan sosialisasi ten-


tang pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat kepada seluruh provinsi, instan-
si terkait, dan pemangku kepentingan lainnya. Seleksi Kota/Kabupaten dilaksanakan pada
setiap provinsi di Indonesia. Pada perencanaan seleksi Kota/Kabupaten maka diperlukan
kriteria sebagai berikut :

· Walikota / Bupati atau Pejabat yang berwenang berminat untuk implementasi


penyelenggaraan pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat
dengan membuat surat minat yang ditujukan kepada Departemen Pekerjaan Umum
dilengkapi dengan persetujuan alokasi lahan TPST sesuai dengan Tata Ruang.
· Memiliki Dinas atau UPT yang bertanggung jawab dalam bidang kebersihan sebagai
Dinas penanggung jawab.
· Sebaiknya sudah pernah melakukan kegiatan berbasis masyarakat.
· Bersedia kontribusi in cash untuk biaya fisik ; dan in kind yaitu sarana kantor dan staf
dinas penanggungjawab sebagai fasilitator.
· Kesiapan Dinas Penanggung jawab untuk bekerjasama dengan Tenaga Fasilitator
Diutamakan kota / kabupaten yang mempunyai pengalaman 3R sebelumnya.

Dalam perencanaan pemilihan Kota/Kabupaten, maka dapat digunakan metode scoring


seperti berikut :

6
KRITERIA SCORE
Walikota / Bupati atau Pejabat yang berwenang berminat untuk 5
implementasi penyelenggaraan pelaksanaan pengelolaan sampah
terpadu 3R berbasis masyarakat dengan membuat surat minat yang
ditujukan kepada Departemen Pekerjaan Umum.

Memiliki Dinas atau UPT yang bertanggung jawab dalam bidang 5


kebersihan sebagai Dinas penanggung jawab.

Sebaiknya sudah pernah melakukan kegiatan berbasis masyarakat. 5

Bersedia kontribusi in cash untuk biaya fisik ; dan in kind yaitu sarana 5
kantor dan staf dinas penanggungjawab sebagai fasilitator.

Kesiapan Dinas Penanggung jawab untuk bekerjasama dengan Tenaga 5


Fasilitator Diutamakan kota / kabupaten yang mempunyai pengalaman
3R sebelumnya.
TOTAL SCORE 20

Kota/Kabupaten dengan total score tertinggi yang akan masuk dalam daftar pendek untuk
tapisan berikutnya.

7
2.3 Seleksi Lokasi

Seleksi lokasi dilaksanakan setelah terpilihnya kota/kabupaten yang berniat akan


melaksanakan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. Untuk memperoleh
daftar alternatip lokasi, maka Satuan Kerja PU dan Dinas Terkait melaksanakan sosialisasi
kepada seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan pengelolaan sampah di
wilayahnya. Hasil yang diharapkan dari sosialisasi ini adalah berupa daftar panjang dari
lokasi yang berminat untuk menerapkan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis
masyarakat. Untuk memilih lokasi yang tepat maka digunakan kriteria sebagai berikut :

2.3.1. Kriteria Umum :

· Batasan administrasi lahan TPST dalam batas administrasi yang sama dengan area
pelayanan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat.
· Status kepemilikan lahan milik pemerintah atau lainnya dengan surat pernyataan
bersedia digunakan untuk prasarana dan sarana pengelolaan sampah terpadu 3R
berbasis masyarakat.
· Ukuran lahan antara 750 – 1000 m2
· Mempunyai program lingkungan berbasis masyarakat.
· Masalah sampah sudah mulai mengganggu masyarakat.

8
2.3..2. Kriteria Fisik lingkungan:

· Permukaan air tanah di TPST >10 m


· Lahan yang diusulkan memang telah di manfaatkan/ difungsikan sebagai lokasi TPS
Sampah.
· Berada didalam area yang memang direncanakan diperuntukkan sebagai lokasi TPS
Sampah atau Rencana pemanfaatan rendah untuk fasilitas umum / taman.
· Bebas banjir.
· Berada di lahan datar.
· Jalan keluar/masuk menuju dan dari TPST datar dengan kondisi baik dan lebar jalan
yang cukup untuk mobilisasi keluar/masuk motor/gerobak sampah.
· Jarak lokasi ke permukiman lebih dari 200 m dari permukiman.
· Terletak 500 m dari jalan raya
· Berdampak minimal terhadap tata guna lahan.
· Terdapat zona penyangga dan kegiatan operasionalnya tidak terlihat dari luar.

2.3.3. Kriteria Sosial Ekonomi

· Cakupan pelayanan mendekati 1000 KK.


· Ada tokoh masyarakat yang disegani dan mempunyai wawasan lingkungan yang kuat.
· Penerimaan masyarakat untuk melaksanakan program 3R merupakan kesadaran
masyarakat secara spontan.
· Masyarakat bersedia membayar retribusi pengolahan sampah.
· Sudah memiliki kelompok aktif di masyarakat seperi PKK, Forum-forum kepedulian
terhadap lingkungan, karang taruna, remaja mesjid, club jantung sehat, club manula,
pengelola kebersihan/sampah, dll

9
Dalam tapisan awal untuk memperoleh daftar pendek dari lokasi yang akan digunakan
untuk pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat dapat digunakan metode
scoring seperi berikut :

KRITERIA SCORE

Kriteria Umum : 25

· Batasan administrasi lahan TPST dalam batas administrasi yang sama


dengan area pelayanan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis
masyarakat. 5

· Status kepemilikan lahan milik pemerintah atau lainnya dengan surat 5


pernyataan bersedia digunakan untuk prasarana dan sarana
pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat.

· Ukuran lahan antara 500 – 1000 m2 5

· Mempunyai program lingkungan berbasis masyarakat. 5

· Masalah sampah sudah mulai mengganggu masyarakat 5

10
KRITERIA SCORE

Kriteria Fisik lingkungan: 50

· Permukaan air tanah di TPST >10 m 5

· Lahan yang diusulkan memang telah di manfaatkan/ difungsikan


sebagai lokasi TPS Sampah. 5

· Berada didalam area yang memang direncanakan diperuntukkan


sebagai lokasi TPS Sampah atau Rencana pemanfaatan rendah untuk
fasilitas umum / taman. 5

· Bebas banjir. 5

· Berada di lahan datar. 5

· Jalan keluar/masuk menuju dan dari TPST datar dengan kondisi baik
dan lebar jalan yang cukup untuk mobilisasi keluar/masuk motor/
gerobak sampah
5

· Jarak lokasi TPST 500 m ke permukiman 5

· Berdampak minimal terhadap tata guna lahan 5

· Terdapat zona penyangga dan kegiatan operasionalnya tidak terlihat


dari luar. 5

11
KRITERIA SCORE

Kriteria Sosial Ekonomi


25
· Cakupan pelayanan mendekati 1000 KK.
5
· Ada tokoh masyarakat yang disegani dan mempunyai wawasan
lingkungan yang kuat. 5

· Penerimaan masyarakat untuk melaksanakan program 3R merupakan


kesadaran masyarakat secara spontan. 5

· Masyarakat bersedia membayar retribusi pengolahan sampah. 5

· Sudah memiliki kelompok aktif di masyarakat seperi PKK, Forum-forum


kepedulian terhadap lingkungan, karang taruna, remaja mesjid, club 5
jantung sehat, club manula, pengelola kebersihan/sampah, dll

TOTAL SCORE 100

12
2.4 Penyiapan Masyarakat

Penyiapan masyarakat dilakukan setelah lokasi untuk pelaksanaan pengelolaan sampah


terpadu 3R terpilih. Penyiapan masyarakat merupakan langkah cukup penting bagi keber-
lanjutan program pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat karena dari tahap
ini diharapkan akan dihasilkan fasilitator, Kelompok Kerja Mayarakat, pemilihan metoda
atau teknologi yang akan digunakan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R,
lokasi, dan Rencana Kerja Masyarakat.

Pada perencanaan penyiapan masyarakat maka ada beberapa tahap yang perlu dilakukan
yaitu :

· Pemilihan fasilitator
· Penelitian sosial
· Penelitian komposisi dan timbulan sampah
· Sosialisasi pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis msyarakat melalui Focal Group
Discussion (FGD) untuk memperoleh kesepakatan dalam :
 Pemilihan metoda atau teknologi 3R yang akan digunakan
 Pemilihan sistem pengelolaan sampah terpadu 3R
 Pembentukan Kelompok Kerja Masyarakat
 Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat
· Pelatihan yang terdiri dari :
 Materi umum :
 Sosialisasi perencanaan program
 Pengertian pengelolaan sampah 3R
 Pemahaman tentang sampah dan dampaknya
 Aspek pendukung seperti kelembagaan, pendanaan, pengaturan, dan
teknis operasional

13
 Materi Teknis :
 Sistem pengelolaan sampah
 Daur ulang sampah non organik
 Pengkomposan sampah
 Peserta pelatihan :
 Anggota KSM
 Warga yang terlibat

2.4.1 Pemilihan Fasilitator

Pemilihan fasilitator dilakukan oleh Satuan Kerja PU bersama-sama dengan konsultan


lokal dengan kriteria sebagai berikut :

· Memiliki kemampuan baca dan tulis


· Memahami karakteristik masyarakat di lokasi terpilih
· Sehat jasmani dan rohani
· Bisa berkomunikasi dengan baik
· Mempunyai pengalaman dalam pemberdayaan
· Memiliki waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas sebagai fasilitator
· Memiliki pengetahuan dasar tentang persampahan (3R)
· Bersedia tinggal dan bekerjasama dengan masyarakat di lokasi terpilih

TFL adalah tenaga pendamping dari daerah yang bersangkutan dan dilatih agar menjadi
terampil dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat dalam memutuskan,
merencanakan, melaksanakan dan mengelola kegiatan Kampung terutama yang berkaitan
dengan kegiatan pengelolaan sampah 3R.

14
Setiap Tenaga Fasilitator mempunyai tugas dan tugas jawab sebagai berikut :

· Memfasilitasi dan membantu masyarakat untuk dapat membentuk dan membantu


pemilihan anggota KSM secara demokratis dengan memperhatikan kesetaraan jender
dan kesetaraan kaya-miskin.
· Memfasilitasi penyusunan Rencana kerja masyarakat, periode pelaksanaan
pembangunan sarana 3R sesuai yang dibutuhkan masyarakat, dan pasca
pembangunan, yang meliputi :
 Pelaksanaan pelatihan lanjutan tentang pelaksanaan kegiatan 3R khususnya tata
cara operasional peralatan di lokasi 3R terpilih, pemilihan metode pengomposan
dengan teknologi yang tepat guna, dan mudah.
 Bantuan dalam memfasilitasi masyarakat untuk mengidentifikasi masalah-masalah
kebersihan yang berhubungan dengan masalah persampahan yang dihadapi oleh
masyarakat dan merumuskan strategi untuk mengatasi masalah dengan
menggunakan metologi yang sesuai.

Pelaksanaan teknis persampahan yang dibutuhkan

· Pelaksanaan pelatihan dan supervisi dalam pelaksanaan pembangunan dengan


pendekatan teknis pada kelompok masyarakat pelaksana 3R.
· Pemberian dukungan dan bantuan teknis pada masyarakat.
· Pelaksanaan pelatihan dan supervisi untuk masalah operasional dan pemeliharaan
dan perbaikan sarana 3R
· Pemdampingin dan pelatihan kelompok masyarakat dalam mengelola dana untuk
pembangunan sarana 3R
· Bantuan kepada masyarakat dalam melaksanakan monitoring sendiri pada
pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R.
· Melaporkan hasil kegiatan ditingkat masyarakat secara periodik (bulanan) kepada PU
Kota/Kabupaten atau Leading Dinas.

15
2.4.2 Penelitian Sosial

Kegiatan survey sosial ini dilaksanakan berkaitan dengan aspek-aspek sosial yang akan
mempengaruhi keberlanjutan program 3R ini. Setidaknya ada 3 aspek yang perlu diketahui
dari masyarakat untuk mendukung keberhasilan program persampahan 3R terpadu yaitu :
norma, persepsi dan perilaku masyarakat tehadap sampah dan pengelolaannya. Dari ketiga
aspek tersebut maka akan diperoleh antara lain :

· Wawasan masyarakat terhadap lingkungan secara umum terutama terhadap


pengelolaan sampah,
· Tingkat kesadaran masyarakat terhadap dampak buruk pengelolaan sampah yang tidak
baik
· Persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah saat ini
· Perilaku masyarakat dalam mengelola sampah
· Penerimaan masyarakat terhadap pengelolaan sampah terpadu 3R
· Kesanggupan masyarakat dalam iuran sampah

Tahapan perencanaan survey sosial terdiri dari :

· Penentuan jumlah responden, yaitu menentukan jumlah warga yang akan dijadikan
responden dalam penelitian dengan cara sebagai berikut :
 Menentukan populasi (jumlah seluruh warga) dari lokasi yang akan melaksanakan
pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat,
 Menentukan jumlah populai per strata tingkat kemapanan ekonomi jika akan
dilakukan survey sosial per strata yaitu : strata tempat tinggal pendapatan tinggi,
sedang, dan rendah,
 Menentukan jumlah responden sesuai kaidah ilmu statistik yang berlaku.
 Pemberitahuan atau permintaan izin dari instansi terkait dan pengurus wilayah
(RT/RW/Lurah).

16
· Penyusunan kuesioner, yaitu bahan acuan untuk melakukan pendataan yang dapat
dilakukan secara pasif dengan membagikan kuesioner kepada responden atau aktif
dengan wawancara langsung. Pada penyusunan kuesioener perlu diperhatikan :
 Data tentang masyarakat yang ingin dikumpulkan,
 Pertanyaan yang mudah dicerna dan tidak terlalu banyak

· Pengarahan surveyor yaitu memberikan pengarahan terhadap calon pewawancara jika


akan dilakukan survey dengan wawancara langsung. Beberapa persyaratan untuk
surveyor adalah :
 Mengenal daerah yang akan disurvey
 Memiliki latar belakang sosial (dari mahasiswa jurusan sosial)
 Memiliki kemampuan wawancara.

· Pelaksanaan survey , pelaksanaan survey ini dilakukan sesuai jadwal yang telah
ditentukan dengan memperhatikan :
 Waktu pelaksanaan yang tidak mengganggu responden
 Bukan pada saat yang sama dengan kegiatan khusus misalnya pilkades, lebaran,
dan lain-lain

· Pengolahan dan analisa data survey

· Perumusan hasil pelaksanaan survey, yaitu kesimpulan survey yang dapat dirumuskan
melalui eberapa metoda :
 Sosial mapping dari lokasi pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat
 Tingkat kemauan masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R

17
2.4.3 Penelitian Komposisi dan Timbulan Sampah

Komposisi sampah di berbagai kota di Indonesia pada umunya didominasi oleh sampah
organic yang dapat mencapai 70% dan non-organik 30%. Dari jumlah tersebut 75% sampah
tersebut dihasilkan dari kegiatan permukiman (SNI tentang Timbulan Sampah Kota Sedang
dan Kecil, 1977). Semakin maju tingkat ekonomi suatu kota/Negara, menunjukkan
kecenderungan semakin menurunnya komponen sampah organic dan meningkatnya
komponen sampah organic seperti kertas, plastik, logam.

Secara umum komposisi sampah dapat dibedakan dalam beberapa komponen yaitu:
a. Sampah Organik; yang dapat terdiri dari sisa makanan dan daun
b. Sampah Kertas; yang dapat berupa kardus, karton, kertas HVS, kertas Koran, dll.
c. Sampah Plastik; baik berupa kantung plastik, botol plastik bekas kemasan, jerigen, dll.
d. Sampah Kayu; baik berupa potongan kayu, furnitur bekas, dll
e. Sampah Karet; baik berupa ban bekas, lembaran karet, dll
f. Sampah Kulit; yang dapat berupa lembaran, potongan kulit dll
g. Sampah Kaca/beling; baik berupa potongan kaca, botol kaca, gelas kaca, dll
h. Sampah kain/perca; yang dapat berupa potongan kain, atau pakaian bekas/rusak,dll
i. Sampah lain-lain; yang dapat berupa pecahan keramik, dan sisa sampah yang tidak
termasuk dalam kategori diatas
j. Sampah B3 rumah tangga; dapat berupa batu baterai bekas, kaleng bekas kemasan
insektisida, lampu TL/Neon, kaleng bekas cat, hair spray, obat-obatan kedaluarsa, dan
lain sebagainya.

18
Tujuan dari survey timbulan dan komposisi sampah ini adalah untuk mendapatkan suatu
besaran nilai timbulan sampah yang selanjutnya digunakan dalam perencanaan dan
pengelolaan sampah

Perencanaan penelitian lapangan komposisi dan timbulan sampah dilakukan dalam


beberapa tahapan kegiatan yaitu :

· Menentukan wilayah yang akan diteliti


· Menentukan jumlah rumah yang akan diteliti,
· Mempersiapkan peralatan dan tenaga peneliti
· Mengurus perizinan dari instansi terkait

Peralatan dan perlengkapan yang digunakan terdiri dari:

· Alat pengambil contoh berupa kantong plastik dengan volume 40 liter;


· Alat pengukur volume contoh berupa kotak berukuran 20 cm X 20 cm X 100 cm yang
dilengkapi dengan skala tinggi
· Timbangan (0 - 5 ) kg dan ( 0 – 100 ) Kg
· Alat pengukur, volume contoh berupa bak berukuran ( 1,0 m X 0,5 m X 1,0 m) yang
dilengkapi dengan skala tinggi;
· Perlengkapan berupa alat pemindah ( seperti sekop) dan sarung tangan

2.5 Pemilihan Sistem Pengelolaan Sampah terpadu 3R Berbasis Masyarakat

Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat terdiri dari dua alternatif
sesuai dengan lingkup pelayanannya yaitu :

· Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat Skala Rumah Tangga


· Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat Skala Kawasan

19
SKALA RUMAH TANGGA
Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat Skala Rumah Tangga adalah
sistem pengelolaan sampah yang menerapkan pemberdayaan masyarakat dalam
mengurangi sampah di sumbernya yaitu rumah tangga.

KOMPOSTER KOMPOS

ORGANIK
BAHAN
KOMPOS
KOMPOS

ORGANIK
RESIDU
MATERI DAUR
LAPAK
ULANG
RUMAH GEROBAK/
B3 TPST
TANGGA MOTOR 3R

RESIDU TPA
NON
ORGANIK
RESIDU
PENANGANAN
B3 LANJUTAB
NON KERAJINAN
ORGANIK TANGAN

SAMPAH
CAMPUR

SKALA SUMBER SKALA KAWASAN

Sistem ini memerlukan beberapa kriteria lokasi seperti berikut :

· Masyarakat di wilayah pelayanan bersedia melakukan pengolahan sampahnya secara


mandiri
· Tidak ada lokasi yang memadai untuk pengolahan sampah secara terpusat
· Dukungan dari tokoh masyarakat
· Dukungan dari pemerintah lokal setempat

20
SKALA KAWASAN
Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu Skala Kawasan adalah sistem pengelolaan sampah
yang melakukan pengurangan sampah secara terpusat di lokasi tertentu.

KOMPOSTER KOMPOS

ORGANIK
BAHAN
KOMPOS
KOMPOS

ORGANIK
RESIDU
MATERI DAUR
LAPAK
ULANG
RUMAH GEROBAK/
B3 TPST
TANGGA MOTOR 3R

RESIDU TPA
NON
ORGANIK
RESIDU
PENANGANAN
B3 LANJUTAB
NON KERAJINAN
ORGANIK TANGAN

SAMPAH
CAMPUR

SKALA SUMBER SKALA KAWASAN

Sistem ini memerlukan beberapa kriteria lokasi seperti berikut :


· Ada lokasi untuk TPST (mendekati 1000 m2) untuk pengolahan sampah secara
terpusat
· Dukungan dari masyarakat sekitar lokasi
· Dukungan tokoh masyarakat
· Adanya Kelompok Kerja Masyarakat sebagai pengelola
· Adanya pendanaan yang cukup
· Dukungan dari pemerintah lokal setempat

Pada penerapannya, dapat dilakukan kombinasi antara kedua sistem tersebut sesuai
dengan kemauan masyarakat setempat.

2.6 Pemilihan Teknologi

Teknologi atau metoda yang berkaitan dengan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis
masyarkat sangat terkait erat dengan sistem pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis
masyarakat yang pada umumnya terdiri dari subsistem pewadahan, subsistem komposter
rumah tangga, subsistem pengumpulan, dan subsistem pengolahan sampah terpusat untuk
kawasan.
21
2.6.1 Teknologi Pewadahan

Subsistem pewadahan merupakan subsistem awal dalam sistem pengelolaan sampah


terpadu 3R berbasis masyarakat yang merupakan subsistem yang bersentuhan langsung
dengan masyarakat. Dalam pemilihan teknologi untuk peawadahan, maka ada beberapa
kriteria yang sebaiknya diikuti secara benar yaitu :

· Volume pewadahan minimal dapat menampung


sampah dari penghuni untuk jangka waktu minimal 3
hari untuk sampah non organik dan 1 hari untuk
sampah organik.
· Terbuat dari bahan yang cukup kuat, tahan basah
untuk sampah organik, sehingga umur teknis dari
pewadahan minimal dapat mencapai 6 bulan.
· Pada metoda pewadahan terpilah sesuai prinsip 3R
maka setiap wadah dapat menyimpan sesuai jenis
sampah yang akan disimpan. Untuk itu pada
perencanaan perlu dirujuk hasil penelitian lapangan
komposisi sampah setempat.
· Bahan wadah paling baik dapat diperoleh secara
lokal.
· Pada metoda pewadahan terpilah 3R, maka warna
wadah sebaiknya spesifik untuk setiap jenis sampah.
· Untuk menambah estetika yang lebih baik maka
wadah dilengkapi dengan tutup.
· Mudah dalam operasi pemasukan sampah maupun
pengosongan sampah.
· Mudah dalam perawatan.

22
Perencanaan penentuan wadah sampah di sumbernya dilakukan melalui tahapan sebagai
berikut :

· Dari penelitian komposisi dan timbulan sampah, maka diperoleh perkiraan timbulan
sampah per orang per hari pada lokasi terpilih,
· Dari penelitian sosial, diperoleh :
 Jumlah hunian rata-rata pada rumah tangga
 Kebiasaan masyarakat membuang sampah.
· Untuk sampah campuran, volume wadah dihitung berdasarkan : (jumlah hunian rata-
rata) x 3 liter/orang/hari x 3 hari.
· Untuk program 3R, volume wadah disesuaikan dengan jenis sampah yang akan
dipilah sebagai berikut :
 Wadah sampah organik : (jumlah hunian rata-rata) x timbulan sampah organik/
orang/hari x 1 hari.
 Wadah sampah non organik : (jumlah hunian rata-rata) x timbulan sampan non
organik/orang/hari x 3 hari.
· Pemilihan warna dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
 Warna gelap untuk sampah yang mudah membusuk
 Warna terang untuk sampah kering non organik (dapat lebih dari satu
tergantung jenis sampah yang dipilah)
 Warna merah untuk bahan berbahaya dan beracun.

2.6.2 Teknologi Pengkomposan dengan Komposter

Dalam sistem pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat maka pengolahan


sampah di rumah tangga merupakan salah satu kegiatan penting dalam daur ulang
sampah. Penggunaan komposter dalam proses pengkomposan sampah organik di rumah
tangga. Beberapa teknologi komposter rumah tangga yang sekarang ini banyak digunakan
antara lain :

23
Keranjang Tatakura

Drum komposter statis. Drum komposter putar

Kriteria dalam pemilihan komposter rumah tangga adalah :


· Volume komposter minimal dapat menampung sampah organik dari dapur untuk
jangka waktu minimal 40 hari.
· Satu rumah minimal menyediakan 2 (dua) unit komposter.
· Terbuat dari bahan yang cukup kuat, tahan basah untuk sampah organik, sehingga
umur teknis dari komposter minimal dapat mencapai 1 tahun.
· Terdapat lubang pengudaraan yang cukup
· Bahan pembuatan komposter paling baik dapat diperoleh secara lokal.
· Harus dilengkapi dengan tutup.
· Mudah dalam operasi pemasukan maupun pengosongan sampah.
· Mudah dalam perawatan.

24
Pada perencanaan pengkomposan sampah organik skala rumah tangga, maka dilakukan
beberapa tahapan antara lain :

· Dari penelitian komposisi dan timbulan sampah, maka diperoleh perkiraan


timbulan sampah per orang per hari pada lokasi terpilih, asumsi rata –rata 3 liter /
orang/hari
· Dari penelitian sosial, diperoleh :
 Jumlah hunian rata-rata pada rumah tangga
 Kebiasaan masyarakat membuang sampah.
· Volume komposter sampah organik dari dapur dapat ditentukan melalui perkiraan
sebagai berikut : (jumlah hunian rata-rata) x timbulan sampah organik/orang/hari x
40 hari x 0,2. Rata-rata volume komposter 50 liter, jika tingkat hunian lebih dari 5
orang, maka dapat digunakan kelipatannya.
· Diperlukan minimal dua komposter untuk setiap rumah tangga, dengan tata cara
penggunaan, komposter yang sudah penuh perlu didiamkan selama sebulan lagi
dan dipanen jika komposter satunya sudah penuh.

2.6.3 Teknologi Daur Ulang Sampah Non Organik Skala Rumah Tangga

Daur ulang sampah non organik untuk kertas dan plastik dapat dilakukan di rumah tangga.
Dari best practice yang dilakukan oleh masyarakat di beberapa daerah di Indonesia, daur
ulang sampah non organik kertas dan plastik biasanya untuk membuat barang seni seperti
kertas seni, tas plastik, hiasan plastik, dll.

Kriteria daur ulang sampah non organik :

· Tidak berbahaya bagi kesehatan


· Tidak menggunakan bahan kimia beracun
· Tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan
· Mudah dilaksanakan

25
Secara umum, perencanaan kegiatan daur ulang sampah non-organik dapat dilaksanakan
berdasarkan beberapa hal dibawah ini, antara lain:

Sampah yang akan didaur ulang sebaiknya berupa bahan yang terdiri dari kertas, plastik,
karet/kulit dan logam. Bahan ini memiliki nilai ekonomi tinggi, namun dalam
pelaksanaannya memerlukan penanganan khusus (pemilahan sesuai jenis dan bahan
penyusunnya), merupakan bahan daur ulang kualitas baik, dan dipilah sejak dari
sumbernya

Pemasaran produk daur ulang, dapat dilaksanakan dengan cara menjalin kerjasama
dengan pihak lapak besar atau langsung dengan industri/organisasi pengguna bahan
tersebut (misal industri kertas daur ulang, industri pengolah logam, pengolah karet bekas,
dll)

Untuk limbah yang dikategorikan sebagai bahan B3, sebaiknya bahan ini hanya
dikumpulkan dalam wadah khusus yang tidak mudah bocor dan diberi label. Daur ulang
bahan B3 ini sebaiknya di koordinasikan dengan pihak pengumpul resmi yang memiliki ijin
atau dinas kebersihan kota/kabupaten.

2.6.4 Teknologi Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah merupakan subsistem setelah pewadahan. Pengumpulan sampah


dapat dilakukan langsung oleh kendaraan pengangkut sampah atau tidak langsung melalui
penggunaan gerobak atau motor sampah. Pada kasus sistem pengelolaan sampah terpadu
3R berbasis masyarakat maka pengumpulan dilakukan melalui penggunaan gerobak atau
motor sampah. Dalam perencanaan teknologi pengumpulan maka digunakan beberapa
kriteria sebagai berikut :

26
· Volume gerobak atau motor sampah 1 m3 sehingga satu unit pengumpul dapat melayani
300 jiwa atau sekitar 60 kk untuk timbulan sampah 3 liter/orang/hari. Untuk timbulan
yang berbeda (sesuai hasil penelitian lapangan) maka cakupan pelayanan satu unit
pengumpul dapat diperkirakan sebagai berikut : 1000 liter/(timbulan sampah dlm liter/
orang/hari).
· Kondisi topografi yang berbukit hanya dapat dilayani dengan motor sampah
· Kondisi topografi yang datar dapat menggunakan gerobak atau motor sampah.
· Pengumpulan sampah terpilah dapat dilakukan :
 Gerobak atau motor 3R yang tersekat sesuai jenis sampah yang terpilah digunakan
sesuai hasil pemilahan
 Gerobak tanpa sekat digunakan dengan jadwal tertentu
· Mempunyai umur teknis minimal 1 tahun
· Menggunakan ban angin.

Perencanaan pengumpulan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat Menggunakan


beberapa tahapan sebagai berikut :
· Pendataan jumlah warga pada lokasi terpilih
· Penentuan jumlah gerobak atau motor 3R yang dibutuhkan dengan cara :
((jumlah warga) x jumlah timbulan sampah/orang/hari)/1000 liter/rit per hari.
· Pemilihan jenis pengumpul dilihat dari topografi lokasi
· Penyusunan anggaran investasi sesuai harga satuan setempat
· Penyusunan anggaran operasi pengumpulan yang terdiri dari :
 Biaya tetap :
 Pegawai
 Asuransi
 Pemeliharaan
 Biaya variabel :
 Bahan bakar
· Penyusunan jadwal pengumpulan

27
2.6.5 Teknologi Pengolahan Sampah Skala Kawasan

Teknologi pengolahan sampah terpadu skala kawasan yang disebut juga dengan Tempat
Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Tempat pengolahan sampah terpadu berdasarkan
best practice yang ada biasanya terdiri dari proses pemilahan, pengkomposan dan proses
pengemasan bahan non organik untuk daur ulang. Dari TPST ini akan keluar produk berupa
kompos dan bahan lapak. Pada perencanaan teknologi pada TPST maka ada beberapa
kriteria antara lain :

· Fasilitas TPST terdiri dari :


 Luas lahan yang paling baik mendekati 1.000 m2 untuk keperluan lahan
pengkomposan, kantor pengendalian, dan gudang penyimpanan.
 Bangunan pelindung untuk :
 Areal pemilahan
 Areal pengkomposan
 Kantor pengendali
 Gudang penyimpanan
 Peralatan mesin pendukung :
 Pencacah organik
 Pengayak kompos
 Pencacah plastik
 Buffer Zone

28
· Karakteristik proses pengkomposan :
 Volume tumpukan sampah untuk pengkomposan dengan open
windrows mempunyai ukuran lebar 2 meter, tinggi 1,5 meter
dan panjang minimal 2 meter (dapat lebih dari ini sesuai lahan
yang ada).

 Volume tumpukan sampah untuk pengkomposan dengan


metode caspary lebar 1 meter, panjang 1 meter, dan tinggi 1
meter.

 Volume tumpukan sampah untuk pengkomposan dengan


metode open bin : lebar 1 meter, panjang 2 meter, dan tinggi 1
meter.

· Data yang dibutuhkan :

 Jumlah warga yang terlayani


 jumlah sampah yang akan diolah di TPST.
 Tersedianya data komposisi sampah.

29
Perencanaan teknologi pengolahan sampah skala kawasan dilakukan pada beberapa
tahapan :
· Penentuan wilayah/jumlah warga yang akan dilayani
· Dari penelitian komposisi dan timbulan sampah, dapat diperkirakan jumlah sampah
yang harus diolah yang terdiri dari jumlah sampah organik dan sampah non organik.
· Bersama-sama warga menentukan metoda atau teknologi yang akan diterapkan, untuk
pengkomposan sampah ada beberapa pilihan : teknologi open windrows, teknologi
caspary dan open bin sesuai dengan tenaga dan biaya yang ada.
· Menentukan layout dari TPST dengan memperhatikan jumlah sampah organik yang
akan dikomposkan, metode yang akan digunakan, dan bentuk lahan yang ada.
· Menentukan organisasi pengelola
· Penyusunan anggaran investasi sesuai harga satuan setempat
· Penyusunan anggaran operasi pengumpulan yang terdiri dari :
 Biaya tetap :
 Pegawai
 Asuransi
 Pemeliharaan
 Biaya variabel :
 Bahan bakar
 Listrik

2.7 Perancangan Model Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat

Untuk perancangan model pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat maka


akan digunakan asumsi pengelolaan satu kawasan dengan jumlah jiwa dikelola 1.000
orang atau setara dengan 200 rumah (1 rumah diperkirakan 5 penghuni).

30
2.7.1 Sistem Pengolahan Sampah Skala Rumah Tangga

Diagram alir pada sistem peneglolaan sampah skala rumah tangga adalah seperti Gambar
berikut :

Gambar 2.1. Diagram pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat.

KOMPOSTER KOMPOS

ORGANIK
BAHAN
KOMPOS
KOMPOS

ORGANIK
RESIDU
MATERI DAUR
LAPAK
ULANG
RUMAH GEROBAK/
B3 TPST
TANGGA MOTOR 3R

RESIDU TPA
NON
ORGANIK
RESIDU
PENANGANAN
B3 LANJUTAB
NON KERAJINAN
ORGANIK TANGAN

SAMPAH
CAMPUR

SKALA SUMBER SKALA KAWASAN

31
Modul 3R-1000 skala rumah tangga mempunyai karakteristik sebagai berikut :

· Melayani 1000 jiwa atau setara dengan 200 kk


· Tidak mempunyai lahan kosong.
· Dengan asumsi timbulan sampah 3 liter/orang/hari maka jumlah sampah yang diolah
adalah 3.000 liter per hari atau 3 m3/hari
· Dengan asumsi komposisi organik 60 % (nilai ini dapat berubah sesuai hasil penelitian
timbulan dan komposisi setempat) maka berdasarkan pengalaman best practice, hanya
40 % dapat dikomposkan, sisanya 20 % berupa residu organik.
· Dengan mempertimbangkan lama proses pengkomposan 40 hari dan penyusutan
karena lapuk dan penguapan, maka volume komposter yang digunakan per rumah
tangga dengan 5 jiwa/rumah tangga adalah 50 liter.
· Jumlah komposter per rumah tangga 2 unit sehingga modul 3R-1000 rumah tangga
membutuhkan 400 unit komposter.
· Gerobak/motor 3R yang dibutuhkan 2 unit.

32
Spesifikasi dari pewadahan sampah non organik adalah sebagai berikut :

· Volume wadah 50 liter


· Bahan terbuat dari bahan tahan air
· Dilengkapi tutup
· Warna terang

Spesifiaksi komposter :

· Volume 50 liter
· Berlubang pada dinding dan dasar
· Dilengkapi tutup
· Bahan komposter terbuat dari bahan tahan air

Spesifikasi gerobak:

· Volume bak 1 m3
· Terbuat dari bahan tahan air
· Menggunakan ban angin
· Lebar maksimal 1 meter
· Mudah dalam mengoperasikan

Spesifikasi motor 3R :

· Volume bak 1,2—1 ,5 m3


· Terbuat dari bahan tahan air
· Menggunakan ban angin
· Mudah dalam mengoperasikan

33
Motor Sampah

Gerobak Sampah untuk Sampah Terpilah


Gerobak Sampah untuk Sampah Terpilah

Gerobak Sampah Tercampur

34
2.7.2 Modul Pengelolaan sampah Terpadu 3R berbasis masyarakat skala
kawasan 200 KK

Diagram alir pada sistem pengelolaan sampah skala kawasan di TPST adalah seperti pada
Gambar 2.2. Diagram alir ini dengan asumsi tidak ada pemilahan di rumah tangga.

Gambar 2.2. Diagram Alir Sistem Pengelolaan Sampah Skala Kawasan

KOMPOSTER KOMPOS

ORGANIK
BAHAN
KOMPOS
KOMPOS

ORGANIK
RESIDU
MATERI DAUR
LAPAK
ULANG
RUMAH GEROBAK/
B3 TPST
TANGGA MOTOR 3R

RESIDU TPA
NON
ORGANIK
RESIDU
PENANGANAN
B3 LANJUTAB
NON KERAJINAN
ORGANIK TANGAN

SAMPAH
CAMPUR

SKALA SUMBER SKALA KAWASAN

35
Modul 200 KK mempunyai karakteristik sebagai berikut :

· Mampu melayani 1000 jiwa atau setara dengan 200 kk


· Mempunyai lahan kosong
· Diasumsikan 50 % warga bersedia mengkomposkan.
· Dengan asumsi timbulan sampah 3 liter/orang/hari maka jumlah sampah yang
diolah adalah 3.000 liter per hari atau 3 m3/hari
· Dengan asumsi komposisi organik 60 % (nilai ini dapat berubah sesuai hasil
penelitian timbulan dan komposisi setempat) maka berdasarkan pengalaman best
practice, hanya 40 % dapat dikomposkan, sisanya 20 % berupa residu organik.
· Dengan mempertimbangkan lama proses pengkomposan 40 hari dan penyusutan
karena lapuk dan penguapan, maka volume komposter yang digunakan per rumah
tangga dengan 5 jiwa/rumah tangga adalah 50 liter.
· Jumlah komposter per rumah tangga 2 unit sehingga modul 3R-1000 rumah tangga
membutuhkan 200 unit komposter.
· Gerobak/motor 3R yang dibutuhkan 3 unit.
· TPST dengan karakteristik :
 Luas lahan keseluruhan 200 m2
 Terdapat fasilitas pemilahan, pengkomposan dan penangan barang daur ulang.
 Lahan pengkomposan 100 m2 dengan 8 tumpukan.
· Sampah non organik dikemas di TPST dan dikirim ke lapak.

36
Spesifikasi TPST :

· Kapasitas 3 m3 per hari


· Melayani 200 kk atau 1000 jiwa
· Metode pengkomposan open windrows dengan ukuran lebar 1,5 meter, panjang 2
meter, tinggi 1,5 meter
· Pemilahan dilakukan manual tanpa ban berjalan
· Alat pengemas bahan non organik manual.
· Pembalikkan tumpukan dilakukan secara manual.
· Jumlah tumpukan (open windrows) 14 unit.
· Hasil kompos 1,2 ton per hari.
· Waktu panen 40 hari.
· Mesin pendukung :
 Alat pengayak kompos
 Alat pencacah organik

2.8 Perencanaan Peneglolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat

Pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat mencakup pengorganisasian,


pembiayaan, dan pengoperasian TPST.

37
2.8.1 Kelembagaan.

Pengorganisasian pengelolaan TPST sesuai aliran proses pengolahan sampah. Struktur


organisasi TPST adalah sebagai berikut :

KEPALA TPST

SEKRETARIS BENDAHARA

SEKSI
SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI
PEMASARAN/
DIKLAT DAUR ULANG PEMILAHAN PENGKOMPOSAN
PEMANFAATAN

SDM yang diperlukan untuk seluruh kerja TPST diperkirakan 5 orang untuk pekerja
lapangan, 1 orang untuk bendahara merangkap sekretaris, dan satu kepala unit,.

38
2.8.2 Pengoperasian TPST

Pengoperasian TPST dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :

· Pemilahan sampah :
 Pembongkaran sampah dari gerobak/motor sampah
 Penyebaran sampah dipelataran pemilahan
 Pemilahan sampah organik dan non organik secara manual
 Pemilahan sampah non organik berdasar komponen

· Pengkomposan :
 Penyusunan tumpukan sampah organik pada lajur yang ditentukan
 Pembalikan tumpukan satu kali seminggu
 Penyiraman dan pengukuran suhu tumpukan
 Pematangan kompos
 Pengeringan
 Pengayakan
 Pengemasan

· Daur ulang non organik


 Pemilahan komponen non organik sesuai permintaan lapak
 Pengemasan per komponen non organik terpilah
 Pengiriman bahan lapak.

39
2.8.3 Pembiayaan

Pembiayaan TPST terdiri dari biaya investasi, biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap
dan biaya variabel.

Biaya Investasi.

Biaya investasi sebenarnya harus mengikuti harga satuan setempat. Untuk perkiraan maka
digunakan pengalaman dari Best Practice yaitu berkisar antara Rp. 100 juta – 250 juta per
ton kapasitas.

Biaya Operasi

Biaya operasi TPST yang terdiri dari :


· Biaya tetap :
 Pegawai yang besarnya sesuai dengan Upah Minimum Regional setempat.
 Asuransi yang berkisar 10 % dari biaya pegawai.
 Pemeliharaan :
 Bangunan sekitar 1 % dari investasi bangunan per tahun
 Listrik sekitar 1,5 % dari investasi listrik per tahun
 Mesin 3 % dari nilai investasi mesin per tahun.
· Biaya variabel :
 Bahan bakar
 Listrik

40
2.8.4 Pengaturan

Dalam pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di permukiman,


diperlukan beberapa surat keputusan untuk mengatur kelancaran operasi dari sistem yaitu :

· Surat keputusan mengenai pembentukkan organisasi pengelola (Kelompok Swadaya


Masyarakat yang dikeluarkan oleh institusi terkait (RW/Lurah/Camat)
· Surat Keputusan mengenai tata tertib kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah
oleh institusi terkait (RW/Lurah/Camat)
· Surat Keputusan mengenai iuran pengelolaan sampah oleh institusi terkait (RW/Lurah/
Camat)

41
BAB III

PENUTUP

Pedoman Perencanaan Kegiatan 3R Berbasis Masyarakat ini merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari ketiga buku pedoman lain. Pedoman ini merupakan dasar yang harus
ditindak lanjuti didalam buku 3 (tiga) tentang Pedoman Pelaksanaan dan buku 4 (empat)
tentang pedoman monitoring evaluasi dan pengembangan.

Pedoman perencanaan ini meliputi seleksi kota/kabupaten, seleksi lokasi, penyiapan


masyarakat, pengumpulan data, pemilihan teknologi, perancangan modul, dan
pengoperasian prasarana dan sarana.

42
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

BUKU III
Pedoman Pelaksanaan 3 R
Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
DAFTAR ISI
BUKU III : PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN 3R BERBASIS
MASYARAKAT DI KAWASAN PERMUKIMAN

1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
1.3 SASARAN

2. PERSIAPAN PELAKSANAAN 3R
2.1 SELEKSI KOTA/KABUPATEN
2.2 SELEKSI LOKASI
2.3 PEMILIHAN FASILITATOR
2.4 SURVEY LAPANGAN

3. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
3.1 PENENTUAN KELEMBAGAAN
3.2 RENCANA KERJA MASYARAKAT
3.3 PENDAMPINGAN MASYARAKAT
3.4 PELATIHAN
3.5 ASPEK PEMBIAYAAN

4. PENGELOLAAN SAMPAH 3R SKALA INDIVIDUAL/ RUMAH TANGGA


4.1 PEMILIHAN TEKNOLOGI SKALA RUMAH TANGGA
4.2 CONTOH PENGOLAHAN SAMPAH RUMAH TANGGA

5. PENGELOLAAN SAMPAH 3R SKALA KAWASAN


5.1 PENENTUAN LOKASI TPST
5.2 PENENTUAN TEKNOLOGI SKALA KAWASAN

6. KEBERLANJUTAN PROGRAM

7. PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat merupakan langkah kedua


setelah dilaksanakannya perencanaan kegiatan. Pelaksanaan ini merupakan dasar
dalam pengelolaan sampah baik skala individual maupun skala kawasan. Untuk itu
perlu disusun suatu pedoman pelaksanaan.

Pedoman pelaksanaan ini meliputi seleksi kota/kabupaten, seleksi lokasi, survey


lapangan, analisa, pemilihan teknologi, pemilihan fasilitator, penyusunan rencana
kerja, penyusunan peraturan, kelembagaan, pembiayaan, peran serta masyarakat.
Selain itu, pedoman pelaksanaan ini meliputi juga pedoman pelaksanaan
pembangunan, operasi dan pemeliharaan, monitoring dan evaluasi, serta
pengembangan dan replikasi.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud diterbitkannya buku Pedoman pelaksanaan 3R sampah berbasis masyarakat


adalah untuk membantu secara teknis pelaku di lapangan dalam pelaksanaan
kegiatan 3R sampah mulai dari skala rumah tangga sampai skala kawasan.

Tujuannya adalah memberikan informasi secara mendalam mengenai uraian teknis


pelaksanaan 3R sampah mulai skala rumah tangga sampai skala kawasan.

2
1.3 SASARAN

Tersedianya pedoman pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat


meliputi pengelolaan sampah skala rumah tangga dan skala kawasan.

3
BAB II
PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R
BERBASIS MASYARAKAT DI PERMUKIMAN
2.1 Pendahuluan

Pendekatan pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di


permukiman mengacu pada proses pelaksanaan secara umum seperti telah diuraikan
pada Buku Pedoman I.
PROSES PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R
Tahap 1
PERSIAPAN ( Bulan Februari)

Tahap 2
SELEKSI KOTA/ ( Bulan Maret)
KABUPATEN

Tahap 3
SELEKSI LOKASI (Bulan
April)

· Sosialisasi 3R
SELEKSI · Verifikasi Teknologi
FASILITATOR Pengolahan
· Pemilihan Lokasi TPST (utk
kawasan)
· Pembentukan Kelompok
PENYIAPAN Swadaya Masyarakat
MASYARAKAT

SURVAI LAPANGAN Tahap 4


(SAMPAH DAN (Bulan Mei)
SOSIAL)
PENDAMPINGAN

· Aspek Teknis
Operasional
PEMILIHAN METODA · Aspek
DAN TEKNOLOGI 3R Kelembagaan
· Aspek
Pengaturan
· Aspek
Pendanaan
PENYUSUNAN PERENCANAAN SISTEM · Aspek Peran
PENGELOLAAN SAMPAH Serta
RENCANA KERJA 3R BERBASIS Masyarakat
MASYARAKAT MASYARAKAT

SATKER DED DAN RAB Tahap 5


(Bulan
Oktober)
PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA 3R

PELAKSANAAN
MONITORING DAN
PENGELOLAAN SAMPAH 3R
EVALUASI
BERBASIS MASYARAKAT

Tahap 6
(Bulan
Desember)
KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN
PROGRAM DAN REPLIKASI Tahap 7

4
2.2 Seleksi Kota/Kabupaten

Untuk melaksanakan pemilihan kota/kabupaten yang akan melaksanakan pengeolaan


sampah terpadu 3R berbasis masyarakat, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
· Satuan kerja Departemen PU di provinsi bersama-sama dengan konsultan lokal,
konsultan pusat dan Dit PLP-PU pusat melaksanakan workshop satu hari dengan
materi:
 Penjelasan program pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di
permukiman dari PLP-Dep PU Pusat.
 Pemahaman mengenai sistem pengelolaan sampah oleh PLP-Dep PU Pusat
 Pemahaman mengenai pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di
permukiman oleh tim pakar
 Pengalaman pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di permukiman
(best practice) oleh praktisi lapangan.

· Peserta workshop adalah :


 Dinas PU dari kota/kabupaten
 Dinas yang bertanggung jawab terhadap kebersihan dari kota/kabupaten
 LSM

DAFTAR KOTA
DALAM SATU PROPINSI

PROSES SELEKSI KOTA/KABUPATEN


SOSIALISASI 3R
&
PROGRAM PENGELOLAAN - Adanya surat minat yang ditanda-tangani
SAMPAH 3R BERBASIS Walikota/Bupati
MASYARAKAT - Adanya Dinas Penanggung Jawab
- Berpengalaman dalam implementasi program
pembangunan masyarakat secara partisipatif
di wilayah kota
- Kontribusi biaya sarana fisik, sarana kantor,
KOTA TERSELEKSI dan staff dinas penanggung jawab sebagai
fasilitator

5
· Membagikan format isian bagi kota/kabupaten yang berminat untuk melaksanakan
pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di permukiman yang juga
berisi syarat-syarat untuk dipenuhi yaitu :
 Walikota / Bupati atau Pejabat yang berwenang berminat untuk implementasi
penyelenggaraan pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis
masyarakat dengan membuat surat minat yang ditujukan kepada Departemen
Pekerjaan Umum dilengkapi dengan persetujuan lahan TPST yang sesuai
dengan Tata Ruang.
 Memiliki Dinas atau UPT yang bertanggung jawab dalam bidang kebersihan
sebagai Dinas penanggung jawab.
 Sebaiknya sudah pernah melakukan kegiatan berbasis masyarakat.
 Bersedia kontribusi in cash untuk biaya fisik ; dan in kind yaitu sarana kantor
dan staf dinas penanggungjawab sebagai fasilitator.
 Kesiapan Dinas Penanggung jawab untuk bekerjasama dengan Tenaga
Fasilitator Diutamakan kota / kabupaten yang mempunyai pengalaman 3R
sebelumnya

· Membentuk tim teknis yang untuk pemilihan kota/kabupaten yang berminat.

· Penerimaan format isian dan dokumen persyaratan yang harus diperunuhi (2


minggu setelah workshop).

· Tik teknis melakukan proses pemilihan :


 Melakukan verifikasi data
 Melakukan proses scoring
 Melaporkan hasil pemilihan ke Satker

· Satker menghubungi kota terpilih dan melaporkan ke PLU-Dep PU Pusat.

6
2.3 Seleksi Lokasi

Seleksi lokasi dilaksanakan setelah terpilihnya kota/kabupaten yang berniat akan


melaksanakan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. Untuk memperoleh
daftar alternatip lokasi, maka Satuan Kerja PU dan Leading Dinas Terkait melaksanakan
beberapa tahapan kegiatan sebagai berikut :

Pemilihan Daftar Pendek (Short List) calon lokasi

· Satuan kerja Departemen PU di provinsi bersama-sama dengan konsultan lokal,


konsultan pusat , Leading Dinas dan Dit PLP-PU pusat melaksanakan workshop satu
hari dengan materi:
 Penjelasan program pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di
permukiman dari PLP-Dep PU Pusat.
 Pemahaman mengenai sistem pengelolaan sampah oleh PLP-Dep PU Pusat
 Pemahaman mengenai pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di
permukiman oleh tim pakar
 Pengalaman pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di permukiman
(best practice) oleh praktisi lapangan.

· Peserta Workshop adalah :


 Dinas terkait pada kebersihan dan pengelolaan sampah kota
 Perwakilan dari camat/lurah/kepala desa
 Perwakilan warga dari kelurahan/desa
 Kelompok aktif di masyarakat
 LSM
 Perwakilan perguruan tinggi setempat.

7
· Membagikan format isian bagi wilayah yang berminat untuk melaksanakan pengelolaan
sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di permukiman.
· Membentuk tim teknis yang untuk pemilihan lokasi yang berminat.
· Penerimaan format isian dan dokumen proposal singkat dari peminat (2 minggu
setelah workshop). Proposal singkat memuat data sesuai acuan kriteria lokasi pada
Buku II Pedoman Perencanaan Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat
di Permukiman
· Penyusunan daftar panjang lokasi yang berminat.
· Tim teknis melakukan proses pemilihan :
 Melakukan verifikasi data
 Melakukan proses scoring sesuai dengan acuan dari Buku II Pedoman
Perencanaan Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat di
Permukiman
 Menyusun daftar pendek lokasi yang berminat
 Melaporkan hasil pemilihan ke Satker

Pemilihan Lokasi
Setelah diperoleh daftar pendek (short list) calon lokasi maka dilakukan beberapa tahapan
sebagai berikut :

Presentasi perwakilan Calon Lokasi pada daftar pendek


· Presentasi kepada beberapa kampung shorlist yang memenuhi syarat minimal
diruang pertemuan dinas / instasi penanggungjawab.
· Mengundang 3 – 5 orang wakil dari beberapa kampung shorlist.
· Presentasikan program PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT
– oleh contoh – putar film (oleh Dinas penanggung jawab).

8
Hasil yang diharapkan :
· Permintaan presentasi kepada stakeholder lokasi yang berminat di balai pertemuan
Kampung /Lingkungan / RT/RW.
· Surat Undangan dari masyarakat untuk melakukan survai cepat (Rapid Paticipatory-
RPA).
· Syarat untuk mengikuti seleksi lokasi.

RAPID PARTICIPATORY ASSESSMENT (RPA).

· Dilakukan di lokasi yang menyatakan minat terhadap program PENGELOLAAN SAMPAH


TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT dan melibatkan masyarakat kampung./desa.
· Pelaksanaan RPA adalah :
 Persiapan tim fasilitator
 Penyiapan logistik, materi dan alat-alat lainnya
 Kontak dengan masyarakat
 Menentukan waktu dan tempat
 Melaksanakan pertemuan sesuai skedul dan kesepakatan
 Komunikasi dan koordinasi dengan semuat pemangku kepentingan.
· Waktu dan tempat :
 Keseluruhan waktu untuk pelaksanaan RPA biasanya sekitar 20 jam dengan 6
metoda.
 Waktu pelaksanaan biasanya antara jam 19:00 – 23:00 dalam 2 – 3 kali
seminggu.
 Tempat di balai desa atau ruang pertemuan warga
 Wakil masyarakat mempresentasikan konsolidasi scoring hasil RPA.

9
SELEKSI LOKASI TERPILIH.
Seleksi Kampung dan Lokasi terpilih sebagai berikut :
· Memfasilitasi masyarakat dalam melakukan seleksi yang dilakukan secara sendiri
· Masyarakat kampong yang ikut seleksi mempretansikan kondisi kampung/desanya.
· Masyarakat menghitung dan menentukan sendiri kampung/desa yang paling siap
untuk tempat implementasi program PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS
MASYARAKAT.
· Penandatanganan Berita Acara/BAP hasil Seleksi Kampung/desa adalah :
· Memberi waktu untuk konfirmasi lahan dsb kepada pemenang kampung ke – 1 (satu)
dengan tenggat waktu tertentu.
· Bila pemenang ke-1 bermasalah , beri kesempatan kepada pemenang kampung ke-2.

DAFTAR LOKASI

SOSIALISASI 3R & PROGRAM


PENGELOLAAN SAMPAH 3R PROSES SELEKSI LOKASI
BERBASIS MASYARAKAT

LOKASI BERMINAT
KRITERIA :
- Telah dan sedang melakukan kegiatan pelestarian
lingkungan seperti penghijauan lingkungan
- Adanya kelompok aktif di masyarakat
PROSES PEMILIHAN
- Adanya tokoh masyarakat yang disegani
LOKASI
- Adanya permasalahan sampah
- Terdapat sejumlah rumah tangga yang berminat atau
mempunyai lahan kosong
- Dalam batas administrasi yang jelas (RT, RW, Kelurahan)
LOKASI TERPILIH

· Penetapan lokasi oleh Bupati/Walikota sesuai dengan Tata Ruang

10
2.4 Penyiapan Masyarakat

Penyiapan masyarakat dilakukan setelah lokasi untuk pelaksanaan pengelolaan sampah


terpadu 3R terpilih. Penyiapan masyarakat merupakan langkah cukup penting bagi
keberlanjutan program pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat karena dari
tahap ini diharapkan akan dihasilkan fasilitator, Kelompok Kerja Mayarakat, pemilihan
metoda atau teknologi yang akan digunakan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah
terpadu 3R, lokasi, dan Rencana Kerja Masyarakat.

Pada pelaksanaan penyiapan masyarakat maka ada beberapa tahap yang perlu dilakukan
yaitu :
 Pemilihan fasilitator
 Pengumpulan data persampahan di lokasi terpilih
 Penelitian sosial
 Penelitian komposisi dan timbulan sampah
 Sosialisasi kepada masyarakat
 Pemilihan lokasi, sistem dan teknologi pengelolaan sampah terpadu 3R
 Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat
 Pendampingan masyarakat
 pelatihan

11
2.4.1 Pemilihan Fasilitator

· Satuan kerja Dep. PU provinsi bersama konsultan daerah membuat pengumuman di


mass media mengenai kebutuhan fasilitator daerah dalam rangka pengelolaan sampah
tepadu 3R berbasis masyarakat di permukiman.
· Penerimaan dokumen lamaran dari fasilitator
· Penyusunan daftar panjang calon fasilitator
· Penyusunan daftar pendek calon fasilitator dengan tapisan awal sesuai kriteria pada
Buku II Pedoman Perencanaan Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat
di Permukiman tentang kriteria fasilitator.
· Melakukan wawancara kepada daftar pendek calon fasilitator yang berisikan :
 Pemahaman terhadap karakteristik masyarakat di lokasi terpilih
 Pengalaman dalam bidang pemberdayaan masyarakat
 Kesiapan untuk melaksanakan tugas sebagai fasilitator pengelolaan sampah
terpadu 3R berbasis masyarakat di permukiman
 Pengetahuan dasar tentang persampahan dan program 3R
 Kesediaan tinggal dan bekerjasama dengan masyarakat di lokasi terpilih
· Pelatihan fasilitator tentang pengelolaan sampah terpadu 3R.

PROSES SELEKSI FASILITATOR

DAFTAR PEMINAT

- Memiliki kemampuan baca tulis


PENAPISAN AWAL - Sehat jasmani dan rohani
- Berpengalaman dalam pemberdayaan

DAFTAR PENDEK
CALON
- Memahami karakteristik masyarakat lokal
- Mampu berkomunikasi dengan baik
- Memiliki waktu yang cukup untuk
melaksanakan tugas sebagai fasilitator
PROSES PEMILIHAN
- Memiliki pengetahuan dasar tentang
FINAL
persampahan
- Bersedia tinggal dan bekerja sama dengan
masyarakat di lokasi terpilih

FASILITATOR
TERPILIH

12
Tugas fasilitator antara lain :

· Menyiapkan daftar panjang wilayah

· Melakukan pengecekan lapangan sesuai persyaratan teknis minimal

· Mengisi form daftar pendek kampung berdasarkan hasil pengecekan lapangan


dan meminta pengesahan dari kepala dinas.

· Mengundang stakeholder masyarakat yang masuk dalam daftar pendek untuk


sosialisasi 3R

· Menindak lanjuti penjelasan kepada masyarakat sesuai permintaan

· Melakukan kegiatan Rapid Participatory Assessment (RPA) dikampung yang


mengirim undangan

· Memfasilitasi pertemuan warga

· Membuat berita acara seleksi kampung

· Mengikuti pelatihan/training yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat dan


Propinsi dan menyampaikan hasil pelatihan pada masyarakat.

13
2.4.2 Pengumpulan data persampahan di lokasi terpilih.

Satuan kerja Dep PU Provinsi, konsultan daerah dan fasilitator bersama-sama melakukan
pengumpulan data dasar melalui penelitian lapangan, untuk digunakan dalam pelaksanaan
pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat yang terdiri dari :

· Data sosial
· Data timbulan dan komposisi sampah

14
2.4.3 Penelitian Sosial

· Pelaksanaan penelitian sosial dilakukan dengan tahapan :


· Membuat dokumen yang diperlukan untuk survey sosial dan surat perizinan yang
diperlukan.
· Melakukan kajian awal dari kondisi lokasi yaitu :
 Jumlah warga yang akan dilibatkan pada program pengelolaan sampah terpadu
3R berbasis masyarakat.
 Untuk kasus tertentu, kriteria permukiman dapat dibagi sesuai kategori tingkat
ekonomi tinggi, menengah dan rendah.
 Penentuan jumlah warga yang akan dijadikan responden sesuai kaidah penelitian
sosial yang berlaku, misalnya 5 % dari populasi. Untuk penelitian per strata tingkat
ekonomi, maka penentuan jumlah responden dilakukan proporsional.
 Penentuan responden yang akan di wawancara secara acak (random).
 Membuat daftar responden dan menghubungi instansi terkait dan lurah/RW/RT
untuk pelaksanaan penelitian.
 Mengirim surat pemberitahuan kepada responden.
· Penyusunan kuesioner terstruktur
· Pemilhan surveyor untuk pewawancara yang dapat diambila dari perguruan tinggi
setempat pada bidang sosial atau personil LSM/Kelompok aktif di masyarakat dengan
kemampuan bidang sosial.
· Penyusunan jadwal pelaksanaan penelitian lapangan
· Pengarahan surveyor
· Pelaksanaan survey
· Tim konsultan daerah melaksanakan pengawasan
· Pengolahan dan analisa data oleh tim konsultan daerah
· Pembuatan peta sosial (social mapping) dari lokasi tempat pengelolaan sampah
terpadu 3R berbasis masyarakat.

15
2.4.4 Penelitian Komposisi dan timbulan sampah.

· Membuat dokumen yang diperlukan untuk survey sosial dan surat perizinan yang
diperlukan.
· Melakukan kajian awal dari kondisi lokasi yaitu :
 Jumlah warga yang akan dilibatkan pada program pengelolaan sampah
terpadu 3R berbasis masyarakat.
 Untuk kasus tertentu, kriteria permukiman dapat dibagi sesuai kategori tingkat
ekonomi tinggi, menengah dan rendah.
 Penentuan rumah yang akan dijadikan pengambilan contoh sampah. Volume
sampah untuk penelitian komposisi minimal 0,5 m3 atau 500 liter sehingga
jumlah rumah untuk pengambilan contoh minimal 40 rumah.
 Membuat daftar rumah dan menghubungi instansi terkait dan lurah/RW/RT
untuk pelaksanaan penelitian.
 Mengirim surat pemberitahuan kepada warga.
· Menentukan lokasi pemilahan dan penimbangan untuk penelitian komposisi sampah
· Persiapan logistik penelitian mengacu kepada Buku II Pedoman Perencanaan
Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat di Permukiman tentang
penelitian komposisi sampah berupa :
 Kantong plastik untuk pengambilan sampel dari rumah
 ATK untuk pencatatan
 Ember, garu, terpal, dll., untuk penelitian komposisi sampah
 Alat timbangan skala 100 kg dan 5 kg

16
· Pelaksanaan penelitian lapangan, dilakukan selama 8 hari berturut-turut (dari
Senin ke Senin), atau lebih kecil frekuensinya sesuai biaya yang ada dengan
sebelumnya konsultasi kepada ahli sampah dengan cara :
 Membagikan kantong plastik yang sudah diberi tanda kepada sumber sampah
1 hari sebelum pelaksanaan
 Mencatat jumlah unit masing-masing penghasil sampah
 Mengumpulkan kantong plastik yang sudah terisi sampah
 Mengangkut seluruh kantong plastik ke tempat pengukuran
 Menimbang kotak pengukur
 Menuangkankan secara bergiliran conto sampah ke kotak pengukur 40 liter
 Menghentakan 3 kali kotak conto dengan mengangkat kotak setinggi 20 cm
lalu dijatuhkan ke tanah
 Mengukur dan mencatat volume sampah ( Vs)
 Menimbang dan mencatat berat sampah (Bs)
 Menimbang bak pengukur 500 liter
 Mencampur seluruh conto dari setiap lokasi pengambilan dalam bak
pengukur
 Mengukur dan mencatat volume sampah total dan sampah terpisah
berdasarkan jenisnya
· Pengolahan dan analisa data.
· Pelaporan

17
2.4.5 Sosialisi Kepada Masyarakat

Sosialisasi pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis msyarakat bertujuan untuk


memperoleh kesepakatan dalam :
· Pemilihan lokasi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu
· Pemilihan metoda atau teknologi 3R yang akan digunakan
· Pemilihan sistem pengelolaan sampah terpadu 3R
· Pembentukan Kelompok Kerja Masyarakat
· Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat

2.4.6 Pemilihan Lokasi, Sistem dan Teknologi Pengelolaan sampah terpadu 3R

Pelaksanaan sosialisasi 3R kepada masyarakat terutama dalam pemilihan lokasi, metoda


dan teknologi dapat dilakukan dengan metoda ”metaplan” dimana faktor diskusi sangat
minimal. Metode ini memungkinkan setiap peserta dapat mengungkapkan keinginan
tanpa dipengaruhi peserta lainnya. Pelaksanaan dari metode ini adalah sebagai berikut :

· Konsultan daerah dan Fasilitator membentuk panitia pelaksana

· Penyiapan alat berupa :


 Spidol
 Kertas metaplan tiga warna
 Whiteboard

· Pelaksanaan dapat di balai desa atau ruang pertemuan warga

· Sesion pertama pemaparan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di


permukiman oleh tenaga ahli.

18
· Sesion kedua adalah membagikan kertas ”metaplan” kepada peserta masing-masing
berbeda warna untuk wakil pemerintah, masyarakat, dan LSM. Pada sesion ini
dilakukan :
 Identifikasi masalah pengelolaan sampah lokal
 Identifikasi kemungkinan cara pengelolaannya
 Penggabungan pendapat dari peserta
 Pengelompokan masalah
 Pengelompokan cara pengelolaannya

· Sesion ke tiga adalah membagikan kertas ”metaplan” kepada peserta masing-masing


berbeda warna untuk wakil pemerintah, masyarakat, dan LSM. Pada sesion ini
dilakukan :
 Pemilihan masalah pengelolaan sampah yang paling penting untuk segera di
tangani sesuai hasil pengelompokkan pada sesion kedua.
 Pemilihan cara pengelolaannya sesuai hasil pengelompokan pada sesion kedua
 Sesion ke empatadalah penentuan cara pengelolaan yang paling banyak
diminati peserta yang mencakup sistem, lokasi dan pemilihan teknologi.

2.4.7 Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat

Untuk pembentukan Rencana Kerja Masyarakat dari hasil yang telah diperoleh pada proses
metaplan maka dapat dilakukan tahapan sebagai berikut :

· Fasilitator bersama-sama masyarakat melaksanakan penyusunan kegiatan utama 3R


yang akan dilakukan didalam kegiatan pertemuan warga (misalnya: rembug warga,
FGD, pertemuan rutin warga, dll.). FASILITATOR bertindak sebagai fasilitator yang
bertugas mengarahkan proses diskusi penentuan kegiatan utama yang akan
dilaksanakan oleh warga dilokasi 3R. FASILITATOR sebelumnya mempersiapkan format
tabel isian seluruh kegiatan dan sub kegiatan 3R yang akan dilakukan.

19
· Setelah didapatkan daftar kegiatan dan sub kegiatan, FASILITATOR bersama-sama
warga menentukan detail informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan
tersebut, antara lain:
 menetapkan periode pelaksanaan serta tahapannya yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan/sub-kegiatan
 menentukan penanggung jawab pelaksanaan setiap kegiatan sesuai dengan yang
akan dilaksanakan. Penentuan penanggung jawab ini sebaiknya melibatkan peran
serta warga yang ditentukan melalui musyawarah warga
 menetapkan waktu awal dan akhir pelaksanaan kegiatan/sub kegiatan
 menetapkan anggota pelaksana kegiatan/sub kegiatan
 menetapkan daftar kebutuhaan bahan dan peralatan yang diperlukan untuk setiap
kegiatan/sub kegiatan
 menetapkan alokasi kebutuhan biaya yang diperlukan untuk setiap kegiatan / sub-
kegiatan
 menetapkan perkiraan target akhir penyelesaian kegiatan / sub-kegiatan beserta
indikator monitoring dan evaluasinya bagi setiap kegiatan/sub-kegiatan yang
dianggap telah selesai

· Setelah daftar kegiatan dan sub-kegiatan dianggap selesai, FASILITATOR bersama


warga melaksanakan pemeriksaan akhir dengan memfokuskan pada:
 konsistensi pelaksanaan kegiatan/sub-kegiatan yang didasarkan pada alokasi
pembiayaan dan ketersediaan sumber daya dilapangan
 beban kerja masing-masing anggota tim yang ditugaskan / penanggung jawab
kegiatan
 konsisten dengan alokasi penetapan waktu yang telah direncanakan.

Pelaksanaan program 3R didasarkan atas azas kebutuhan masyarakat. Dalam


pelaksanaan pengelolaan sampah skala rumah tangga perlu dibuatkan jadwal kegiatan,
berdasarkan perencanaan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

20
2.4.8 Pendampingan Masyarakat

Kegiatan pendampingan merupakan langkah pemantauan atas pelaksanaan/terapan dari


seluruh rencana kegiatan. Kegiatan ini lebih difokuskan pada kelancaran teknis
pengelolaan sampah di sumber maupun di TPST. Dalam kegiatan ini tetap dilakukan
sosialisasi / kampanye program dalam upaya melakukan pengembangan atau Replikasi
ditempat lain.

2.4.9 Pelatihan

Pelatihan merupakan proses pembekalan atas pilihan teknologi yang akan dipakai,
sarana sosialisasi dan advokasi kepedulian warga terhadap program. Materi pelatihan
dimulai dari sistem pengolahan sampah skala rumah tangga, sampai terapan
pengolahan sampah skala kawasan.

Materi Pelatihan
Materi umum :
· Sosialisasi perencanaan program
· Pengertian Pengelolaan sampah 3R
· Pemahaman tentang sampah dan dampaknya
· Aspek Kelembagaan
· Aspek keuangan secara umum

Materi Teknis:
a. Pengelolaan sampah skala rumah tangga, meliputi:
· Proses pengumpulan
· proses pewadahan
· proses pemilahan
· proses pengolahan sampah organik
· proses pengolahan sampah non-organik
· proses pengolahan residu
· proses pemanfaatan hasil

21
b. Pengelolaan sampah skala kawasan, meliputi:
· proses pengangkutan terpilah dari sumber
· proses pengumpulan
· proses pemilahan
· proses pengolahan sampah organik
· proses pengolahan sampah non-organik
· proses pengolahan residu
· proses pengolahan lindi
· proses penanganan B3
· proses pemanfaatan hasil

Jenis Pelatihan
· Pelatihan Untuk Pelatih (TOT)
· Pelatihan Untuk warga skala rumah tangga
· Pelatihan Untuk pelaksana pengelola skala kawasan

Peserta Pelatihan
· Fasilitator
· Organisasi Masyarakat 3R (KSM)
· Satker
· Warga yang terlibat langsung di lokasi 3R
· warga yang tidak terlibat langsung (dari lain lokasi)

Waktu Pelatihan
· Pelatihan TOT : 2 hari (70 % praktek lapangan, 30 % teori)
· Pelatihan Pengelola 3R skala rumah tangga : 3 hari (70 % praktek lapangan, 30 % teori)
· Pelatihan Pengelola 3R skala kawasan : 3 hari (70 % praktek lapangan, 30 % teori)

Metoda Pelatihan
· Ceramah (tutorial)
· Tanya jawab
· Diskusi Kelompok
· Kunjungan lapangan (studi banding)

22
2.5 Aspek Pembiayaan

Aspek pembiayaan dalam kegiatan pengelolaan sampah 3R ini diperlukan untuk mem-
berikan panduan khususnya skala rumah tangga dan kawasan.

Pembiayaan skala rumah tangga dan kawasan ;


· pembelian/pengadaan sarana pewadahan
· pelatihan warga tentang pemilahan skala rumah tangga
· pembiayaan studi banding / benchmarking
· penguatan kelembagaan
· kunjungan
· pameran
· kampanye peranserta
· pembangunan TPST
· sarana pengolahan sampah organik –nonorganik
· sewa lahan
· tenaga kerja
· Listrik
· Suku cadang

23
Bab III
PENGELOLAAN SAMPAH 3R

3.1. SKALA RUMAH TANGGA

Pada prinsipnya teknologi yang dipilih adalah tepat guna dan ramah lingkungan. Dalam
pengelolaan sampah skala rumah tangga melibatkan seluruh penghuni rumah, meliputi
kegiatan pengurangan (minimasi) dan penanganan sampah. Proses pengurangan dimulai
sejak sampah belum terbentuk, seperti menghemat penggunaan bahan, membatasi
konsumsi sesuai kebutuhan, memilih barang yang sedikit mengandung sampah dsb.
Penanganan adalah proses pengelolaan mulai dari pewadahan, pemilahan dan pengolahan.

Komponen pemilahan minimal dilakukan terhadap sampah yang mudah terurai, tidak
mudah terurai dan sampah B3. Pengelolaan dilakukan melalui upaya pemanfaatan kembali
sampah dan mendaur ulang, sesuai fungsinya seperti penggunaan botol minuman dan
kemesan lainnnya. Mendaur ulang dilakukan dengan memilih sampah menurut jenisnya
baik yang memiliki nilai ekonomi seperti plastik, kertas, gelas, logam dll, dikreasi menjadi
hasta karya. Adapun sampah material kompos yang mudah terurai diolah melalui
pengomposan. Pengolahan sampah material kompos harus dilakukan setiap hari.Dalam
mengolah sampah anorganik perlu dipertimbangkan kegiatan tersebut tidak berbahaya bagi
lingkungan, tidak menggunakan bahan kimia beracun dan tidak menimbulkan dampak
negatif bagi lingkungan. Untuk limbah B3 ditangani secara khusus melalui pewadahan
tersendiri dan terpisah dari jenis sampah lain.

Pelaksanaan pemilihan teknologi dilakukan dengan sesuai dengan hasil survai sampah dan
sosial, satuan kerja PU bersama-sama dengan konsultan daerah membuat analisis dan
menentukan alternatif teknologi pengolahan yang akan diterapkan.

24
KOMPOSTER KOMPOS

ORGANIK
BAHAN
KOMPOS

ORGANIK
RESIDU

RUMAH GEROBAK/
B3 MOTOR 3R
TANGGA

NON
ORGANIK
RESIDU

NON KERAJINAN
ORGANIK TANGAN

SAMPAH
CAMPUR

SKALA SUMBER

25
CONTOH PENGOLAHAN SAMPAH RUMAH TANGGA

Operasional Komposter Drum

Alat dan Bahan

Komposter dari drum plastik volume 30 liter. Drum dilubangi pada setiap sisi dan bagian
bawah drum. Jarak antar lubang pada bagian sisi drum sekitar 2 cm ke samping dan ke
atas membentuk jalur ke bawah. Jarak antar jalur sekitar 5 cm. Lubang pada bagian bawah
drum diletakan pada tempat aliran air.

1. Alat pengaduk
2. Sampah
3. KOMPOS sebagai aktivator

Cara Kerja

1. Sampah dicacah berukuran 2 – 3 cm


2. Cacahan sampah dicampur kompos 50% : 50%
3. Campuran sampah dan kompos dimasukan dalam drum
4. Setiap hari dimasukan cacahan sampah dilapisi kompos setebal 1cm. Setiap tujuh hari
sekali sampah diaduk. Jika terlihat kering disiram dan tetesan air siraman ditampung
untuk dipakai kembali menyiram sampah.
5. Sekiatar 30 hari sampah yang sudah jadi kompos diambil langsung di dalam drum, atau
ditumpahkan kemudian disaring. Sampah yang belum jadi dimasukan kembali ke da-
lam drum. Kompos yang matang sebagian dimanfaatkan sesuai keperluan dan sebagi-
an disisihkan sebagai aktivator.
6. Jika drum disimpan menggantung maka cara panen bisa dilakukan dengan menggo-
yang drum dan menampung kompos di bagian bawah drum.

26
Operasional Komposter Takakura

Alat dan Bahan

1. Keranjang berlubang
2. Bantal sekam padi 2 bh
3. Kain kasa hitam
4. Kardus
5. Kompos
6. Sampah

Cara Kerja

· Keranjang dilapisi kardus seluruh bagian tepinya


· Sampah dirajang ukuran 2-3cm
· Bantalan sekam dimasukan pada dasar keranjang
· Rajangan sampah diaduk dengan kompos kemudian dimasukan dalam keranjang.
· Bantalan sekam disimpan diatas tumpukan campuran kompos dan sampah. Diatas
bantalan ditutup kain hitam, kemudian tutup keranjang ditutup.
· Sampah dapur yang sudah di rajang dimasukan kedalam keranjang setiap hari dan
diaduk dengan kompos.
· Setelah keranjang penuh dengan sampah, keranjang ditutup dan dibiarkan sampai
kompos matang.
· Setelah kompos matang, kompos dituangkan kemudian dikeringkan.
· Kompos dimanfaatkan sesui dengan keperluan

27
3.2. SKALA KAWASAN

Pengelolaan sampah skala kawasan adalah merupakan kegiatan lanjutan terhadap sampah
yang tidak terolah di sumber, atau merupakan pengolahan langsung dari seluruh sampah
warga pada area sendiri sesuai dengan volume dan karakteristik sampah. Lingkup kawasan
sebaiknya memiliki batasan administratif misalnya 1 RT.

28
PROSES 3R DI TPST

Pada prinsipnya teknologi skala kawasan yang dipilih adalah tepat-guna dan ramah
lingkungan. Lingkup pengelolaan sampah skala kawasan minimal meliputi wilayah satu
Rukun Tetangga (RT). Jumlah penghuni sebanyak 40 KK atau sekitar 200 jiwa. Dengan rata-
rata produksi sampah 1 KK sebanyak 3 liter perhari, maka jumlah sampah 1 RT sekitar 600
liter atau 0,6 meter kubik.

Pengelolaan sampah TPST meliputi kegiatan :

A. Penampungan Sampah
Sampah yang masuk merupakan sampah yang sudah terpilah di warga. Pengangkutan
sampah dari sumber menggunakan alat angkut yang sudah terpilah sesuai jenisnya. .

B. Pemilahan Sampah
Pemilahan dilakukan dengan memilih dan menempatkan sampah sesuai jenisnya.
Umumnya dibedakan atas sampah kertas,plastic, gelas,kaca,karet,kulit dll, serta sam-
pah material kompos dan sampah organic yang tidak dapat dikomposkan seperti sabut
dan batok kelapa.

C. Pengepakan Sampah Non Organik


Pengepakan dilakukan sebagai pemadatan sampah agar volumenya berkurang.
Pengepakan dilakukan terhadap sampah kertas,plastic dan kaleng serta material
organic yang tidak dapat dikomposkan.
Pengepakan dilakukan secara manual atau mekanik. Pengepakan secara manual
dilakukan dengan cara memasukan sampah dalam kotak kayu. Kedalam kotak kayu
tersebut dimasuakn kantong plastic dan pada keempat sisi kotak diluar plastic
dipasang tali rapia. Sampah diinjak merata sampai penuh satu kotak. Plastik bagian
atas dilipat kemudian diikat. Sampah dikeluarkan dari kotak berbentuk seperti bala
pres. Untuk pengepakan secara manual sampah kaleng dan botol minuman dipipihkan
terlebih dahulu.

29
Pengepakan secara mekanik dilakukan menggunakan mesin pres. Sampah terpilah
dimasukan langsung dalam mesin mesin pres. Jika sudah padat sampah tercetak
dikeluarkan kemudian ditutup plastic dan diikat.

D. Penempatan sampah terpilah


Sampah yang sudah di pres ditempatkan tersendiri sesuai jenisnya. Ditempatkan dalam
gudang atau diluar gudang pada tempat beratap.

E. Pembuatan Kompos
Sampah material kompos adalah sampah mudah membusuk. Pengomposan dilakukan
secara aerobic melalui metoda OPEN BIN, OPEN WINDROW dan CASPARY.

F. Pengolahan Residu
Sampah yang tidak terolah dianggap sebagai residu dan diangkut ke TPA.
Pengolahannya dilakukan secara landfill.

METODA PEMBUATAN KOMPOS


PROSES PENGOMPOSAN
Metoda pembuatan kompos meliputi
kegiatan: Pemilahan, Pencetakan, Pembali-
kan, Penyiraman, Pengeringan, Penyarin-
gan, Pengemaan dan Pengolahan lindi

30
Open Bin

Adalah cara pengomposan yang dilakukan dengan menem-


patkan sampah dalam kotak permanen. Kotak dibuat
sesuai dengan volume sampah yang akan dikomposkan.
Dibuat parallel atau kotak-kotak pengomposan diletakan
dalam satu kotak besar kemudian dibuat sekat menjadi
kotak kecil pengomposan.

Sistem pengudaraan, selain diperoleh dengan


melakukan pembalikan, diperoleh pula
dengan menempatkan lubang-lubang pada
bagian tepi kotak. Pengomposan ini lebih dia-
rahkan untuk pengomposan sampah dengan
tekstur yang sangat halus seperti kotoran he-
wan.

Open Windrow,

adalah pengomposan dengan melakukan


penumpukan sampah tanpa alat pencetak.
Tumpukan bisa berbentuk persegi panjang
atau trapesium. Sistem pengudaraan selain
dari proses pembalikan, diperoleh pula dari
proses penganginan dari setiap sisi tumpukan
sampah.

31
Caspary

adalah melakukan pengomosan dengan


menumpuk sampah menggunakan alat
pencetak. Ukuran kotak kecil 1x1x0,5 m dan
kotak besar 2x1x0,5 m. Tinggi tumpukan
sampah antara 1 sampai 1,5m. Sistem
pengudaraan sama seperti metoda open
windrow.

Tatalaksananya Metoda Caspary adalah sebagai berikut:

Pemilahan
Sampah dipilah antara material kompos dengan sampah yang sulit membusuk.

Pencetakan
Sampah material kompos dimasukan dalam kotak pencetak. Sampah diinjak-injak terutama
pada bagian tepi kotak. Dibuat tinggi tumpukan minimal 1 m. Jika tinggi kotak hanya 0,5 m
maka setelah mencapai tinggi 0,5 m kotak dinaikan kemudian diisi sampah kembali.
Selesai mencetak kotak dibersihkan dan dan disimpan.

Penyiraman
Peniraman dilakukan pada saat mencetak yaitu pada saat ketinggian 50 cm dan 100 cm.
penyiraman dilakukan pula pada saat pembalikan dan pada saat tumpukan sampah terlihat
kering. Kadar air tumpukan sampah adalah antara 50 – 60 %.

Pembalikan
Pembalikan dilakukan dengan interval waktu sebagai berikut: Pembalikan pertama dil-
akukan pada hari kesebelas sedangkan pembalikan berikutnya setiap lima hari sekali. Pem-
balikan seluruhnya sebanyak 7 kali. Pada saat pembalikan dapat dilakukan pula peng-
gabungan antar tumpukan, yaitu setelah pembalikan ketiga.

32
Pengeringan
Pengeringan dilakukan melalui proses penganginan. Kompos disebarpada suatu ruang
dengan ketinggian 20 cm, kemudian dibalik-balik.

Penyaringan
Kompos kering disaring melalui pengayakan. Tekstur kompos ditentukan oleh ukuran mess
kawat yang digunakan. Biasanya digunakan mess 0,5 cm untuk tekstur sangat halus, mess
1 cm untuk tekstur halus dan kompos yang tidak lolos dari mess 1 cm dimasukan dalam
tekstur kasar.

Pengemasan
Sesuai dengan ukuran teksturnya kompos dimasukan dalam kemasan. Kemasan bisa
dalam plastic atau karung. Agar kompos tidak mudah rusak disimpan di dalam gudang yang
kering. Pada bagian dasar tumpukan diberi alas kayu agar terjaga dari kelembaban yang
tinggi. Untuk setiap 1 m persegi dapat menampung kompos sekitar 600 kg dengan tinggi
tumpukan 1m.

Pemanfaatan
Kompos sangat baik untuk media tanam berbagai jenis tanaman. Kompos mengandung
unsr hara makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga terjadi keseimbangan
sediaan unsur hara di dalam tanah. Kompos lebih bersifat pemulih kondisi tanah.

Hasil Pengomposan
Proses pengomposan sangat efektif dalam mengolah sampah, karena mencapai susut bo-
bot sampai 70% dan susut volume sampai 82 %. Kompos sendiri merupakan nilai tambah
dariproses pengomposan.

Pengolahan Air Lindi


Air lindi dari proses pengomposan harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan
air. Pengolahan air lindi biasanya dilakukan melalui kolam penyaringan. Untuk memu-
dahkan pengolahan air lindi tempat pengomposan alasnya disemen dan dibuat miring untuk
mengarahkan air lindi dan memudahkan dalam pengolahannya. Untuk itu keseluruhan are-
al pengomposan sebaiknya ternaungi.

33
KUALITAS KOMPOS

Parameter Pengkomposan Secara Umum


· Kadar air (50 – 60%)
· Aerasi ( > 50% oksigen diudara)
· Rasio C/N (20 -40)
· Ukuran partikel (aerasi alami 5 cm, aerasi buatan 1 cm)
· Tingkat keasaman (5 – 8)
· Ukuran petak (tinggi 1,5 meter, lebar 2,5 meter, panjang bervariasi)
· Ketersdiaan populasi mikroba
· Kondisi Cuaca

Spesifikasi Kompos
· Kematangan Kompos
 Berwarna hitam seperti warna tanah
 Tidak berbau
 Temperatur sekitar 28 – 34 derajat Celcius
 Bentuknya sudah hancur
 C/N rasio 15-20

· Kemurnian kompos
 Tidak mengandung logam, gelas, plastik dan karet lebih besar dari 2 mm
 Tidak mengandung logam berat dan kimia organik seperti pestisida
 Tidak mengandung benda tajam yang dapat melukai manusia.

· Organisme Pathogen
 Fecal Coli < 1000 MPN/gr total solid dalam keadaan kering
 Salmonella sp. < 3 MPN/4 gr total solid dalam keadaan kering

· Pencemar Organik
 Pestisida organo klorin
 Insektisida dan herbisida
 Dioksin dan Furan

34
MANFAAT DAN POTENSI KOMPOS

· Mengandung unsur hara mkrodan mikro serta mineral penting yang dibutuhkan oleh
tanaman
· Meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap serta menahan air dan unsur hara
· Meningkatkan porositas,aerasi dan komposisi keanekaragaman mikroorganisme tanah
· Meningkatkan daya ikat tanah terhadap air
· Memperbaiki struktur dan tekstur tanah (soil conditioner)
· Meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik
· Penyubur peraiaran,meningkatkan sediaan pakan alami perairan, seperti tambak
· Reklamasi lahan, sebagai pelapis tanah yang sudah tidak produktif dan penutup lubang
bekas galian tambang
· Media tanam pembibitan berbagai jenis tanaman termasuk tanaman HTI
· Tanah Penutup TPA

35
Metoda Kelebihan Kekurangan

Open · Sampah tidak terlihat dari · Padat modal


Bin luar · Tinggi kotak terbatas
· Areal pengomposan terlihat · Ruang gerak pekerja
rapih terbatas
· Volume sampah terolah sama · Penggunaan lahan
terbatas
Open · Modal lebih ringan dari · Volume sampah tercetak
Windrow metoda openbin tidak sama untuk setiap
· Tumpukan sampah bisa tumpukan
mencapai tinggi oftimal 1,5 · Tumpukan sampah rentan
· Penggunaan lahan fleksibel tiupan angin
· Proses pembalikan lebih · Tumpukan sampah mudah
mudah dibanding metoda roboh
open bin dan caspary

Caspary · Tumpukan sampah terlihat · Padat Karya


rapih · Proses pembalikan lebih
· Volume sampah tercetak rumit dari open-bin atau
lebih banyak dan seragam open windrow
· Tumpukan sampah tidak
mudah roboh dan tahan
tiupan angin
· Pengunaan lahan lebih
hemat dan Fleksibel

36
BAB IV
KEBERLANJUTAN PROGRAM

Keberlanjutan program sangat ditentukan oleh keseriusan warga dalam menjalankan


program yang sudah disepakati dan diilakukan bersama. Melalui kelembagaan yang ada
dibuatkan suatu pengaturan yang jelas dan disepakati oleh seluruh warga. Pengaturan ini
meliputi aspek pendanaan, aspek peran serta warga dan aspek teknologi yang dipilih
seperti terlihat pada gambar sebagai berikut:

GAMBAR DIAGRAM KEBERLANJUTAN PROGRAM

PERATURAN HUKUM

TEKNIK DAN OPERASIONAL


KELEMBAGAAN

SISTEM PENGELOLAAN
SAMPAH 3 R BERBASIS
MASYARAKAT DI KAWASAN
PERMUKIMAN

PERANSERTA MASYARAKAT PENDANAAN

37
Keberlanjutan program terdiri dari:

1. Pengembangan

Pengembangan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat dapat dimasukkan


dalam perencanaan jangka pendek, menengah, ataupun jangka panjang sesuai kebutuhan.
Pengembangan dapat dilakukan sebagai :
 Pengembangan system pengolahan termasuk teknologi pengolahan
 Perluasan kegiatan 3R yang sedang berjalan
 Penambahan kapasitas olah untuk skala kawasan

Pengembangan dapat dilakukan atas permintaan masyarakat atau sudah masuk dalam
perencanaan awal. Dalam proses pengembangan perlu diperhatikan :

 Perlu dilakukan perencanaan target pengurangan sampah sampai waktu tertentu


(misalnya 2015) sehingga proses pengembangan dapat dilakukan lebih terarah.
 Jumlah warga yang terlibat didata dan dipilih karakteristik yang hampir mirip dengan
warga yang sedang melaksanakan pengelolaan sampah 3R dan dilakukan tahapan
kegiatan seperti proses perencanaan sebelumnya seperti pengenalan, sosialisasi, dll.
 Pada skala kawasan, pengembangan tergantung dari luas lahan yang ada atau
perubahan teknologi pengolahan untuk memperoleh target pengurangan sampah.

Pengembangan dapat dilakukan :


 Jika ada permintaan dari masyarakat disekitar kawasan
 Jika lahan masih memungkinkan (untuk skala kawasan)

Perencanaan pengembangan meliputi perkiraan jumlah warga yang akan dilibatkan dalam
pengembangan pengelolaan sampah 3R terpadu.

38
2. Replikasi

Kegiatan replikasi adalah melakukan kegiatan sejenis dalam suatu program yang sama pada
lokasi yang berbeda. Kegiatan merupakan modifikasi dari kegiatan di daerah lain yang telah
berhasil. Dalam memilih lokasi perlu di dukung dengan kesiapan dan kemauan masyarakat.
Pelaksanaannya perlu penyesuaian dengan kondisi dan kebiasaan masyarakat setempat.
Tahapan paling penting dalam melakukan replikasi adalah:
 Penelusuran kemauan masyarakat lokasi terpilih yang dicerminkan dalam surat
permintaan dari pemuka masyrakat atau RT/RW atau Pejabat Strukural Penguasa
Daerah.
 Survey lokasi, diutamakan lokasi dengan kondisi yang mirip atau hampir mirip dengan
lokasi yang sudah berhasil menerapkan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis
masyarakat.
 Melakukan prosedur pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat
seperti yang dilakukan pada lokasi contoh.

39
BAB V
PENUTUP

· Pedoman pelaksanaan dapat digunakan sebagai acuan bagi pengelola 3R di lokasi yang
sama dan atau replikasi di tempat lain dengan ketentuan yang sama.

· Pedoman Pelaksanaan 3R berbasis masyarakat di kawasan permukiman ini, merupakan


bagian yang tidak terpisahkan dari tiga buku pedoman yang lain. Pedoman ini harus
ditindaklanjuti dalam buku empat (pedoman Monev).

40
41
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

BUKU IV
Pedoman Monitoring Dan Evaluasi 3 R
Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
DAFTAR ISI
BUKU IV : PEDOMAN MONEV KEGIATAN 3R BERBASIS MASYARAKAT

1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
1.3 SASARAN

2. PEMANTAUAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS


MASYARAKAT
2.1 UMUM
2.2 PEMANTAUAN DI TINGKAT PUSAT
2.3 PEMANTAUAN DI TINGKAT PROVINSI
2.4 PEMANTAUAN DI TINGKAT KOTA/KABUPATEN
2.5 PEMANTAUAN EKSTERNAL

3. EVALUASI PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS


MASYARAKAT

4. REPLIKASI DAN PENGEMBANGAN


4.1 UMUM
4.2 PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT

5. PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pedoman Monitoring, Evaluasi dan Pengembangan merupakan pedoman teknis
pelaksanaan monitoring dan evaluasi pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis
masyarakat. Pedoman ini merupakan bagian yang tidak terpisah dari pedoman
perencanaan dan pedoman pelaksanaan. Monitoring dan evaluasi pengelolaan
sampah 3R berbasis masyarakat meliputi pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
program yang meliputi perencanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis
masyarakat serta pelaksanaan kegiatan yang meliputi aspek teknis operasional,
kelembagaan, pendanaan, pengaturan (legal), dan peran serta masyarakat.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud diterbitkannya pedoman monitoring, evaluasi dan pengembangan adalah


untuk arahan bagi pelaksana lapangan dalam memonitor dan mengevaluasi
pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat

Sedangkan tujuannya adalah:


 Menelusuri tahapan kemajuan dalam pengelolaan sampah 3R
 Mengevaluasi kinerja sistem
 Menyediakan data untuk pengembangan dan replikasi program

2
1.3 SASARAN

Diperolehnya pedoman monitoring dan evaluasi yang komprehensif mencakup


seluruh aspek dalam pengelolaan sampah 3R terpadu berbasis masyarakat
BAB II
PEMANTAUAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R
BERBASIS MASYARAKAT

2.1 UMUM

Pemantauan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat adalah proses yang


dilakukan secara berkala mulai dari persiapan, perencanaan, sosialisasi, pelaksanaan,
keberlanjutan program, sampai dengan pengembangan dan replikasi. Hasil dari kegiatan
pemantauan digunakan untuk perbaikan kualitas pelaksanaan dan perbaikan
perencanaan. Hasil kegiatan tersebut juga dapat digunakan untuk input evaluasi
pelaksanaan program maupun dasar untuk keberlanjutan program, pengembangan serta
replikasi.

Pemantauan pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat


dilakukan secara :

 Pemantauan internal dilakukan oleh seluruh unit pelaksana didalam sistem


pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat,
 Pemantauan eksternal dilakukan oleh unit diluar pelaksana kegiatan seperti LSM,
Perguruan tinggi.

2.2. PEMANTAUAN DI TINGKAT PUSAT

Ditingkat Pusat, pemantauan dilakukan oleh Direktorat PLP Ditjen Cipta Karya,
Departemen PU dan Tim Koordinasi Pusat. Pemantauan ditekankan kepada :

4
1. Jumlah provinsi yang melaksanakan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis
masyarakat
2. Perencanaan Pengelolaaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat di tingkat
provinsi
3. Jumlah kota yang melaksanakan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat
4. Pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah 3R terpadu pada masing-masing provinsi.

2.3. PEMANTAUAN DI TINGKAT PROVINSI

Pemantauan di Tingkat Propinsi dilaksanakan melalui kunjungan ke kota/kabupaten


terpilih. Pemantauan dilakukan pada beberapa hal sebagai berikut :

1. Pelaksanaan sosialisasi pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat di kota/


kabupaten
2. Pelaksanaan seleksi kota yang berminat melaksanakan pengelolaan sampah terpadu
3R berbasis masyarakat.
3. Pelaksanaan pemilihan lokasi pada lokasi terpilih
4. Pelaksanaan Survai Lapangan mengenai timbulan dan komposisi sampah serta
kondisi masyarakat dan pemilihan teknologi pengelolaan sampah 3R berbasis
masyarakat.
5. Pelaksanaan pemilihan fasilitator
6. Pelaksanaan penyiapan masyarakat yang terdiri dari sosialisasi 3R, verifikasi teknologi
ditingkat masyarakat, pemilihan lokasi TPST, pembentukan Tim Kerja Masyarakat
(TKM), dan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat.
7. Perencanaan pengelolaan sampah terpadu 3R di lokasi terpilih
8. Pelaksanaan pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana pengelolaan
sampah 3R berbasis masyarakat
9. Pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat.
2.4. PEMANTAUAN DI TINGKAT KOTA/KABUPATEN.

Pemantauan di Tingkat Kota/Kabupaten dilakukan terhadap pelaksanaan program


pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat yang meliputi :
1. Proses sosialisasi kepada seluruh lokasi yang berpotensi mengelola sampah terpadu
3R berbasis masyarakat.
2. Proses seleksi lokasi berminat di kota/kabupaten.
3. Pelaksanaan Survai Lapangan mengenai timbulan dan komposisi sampah serta
kondisi masyarakat dan pemilihan teknologi pengelolaan sampah 3R berbasis
masyarakat.
4. Pelaksanaan pemilihan fasilitator
5. Pelaksanaan penyiapan masyarakat yang terdiri dari sosialisasi 3R, verifikasi teknologi
ditingkat masyarakat, pemilihan lokasi TPST, pembentukan Tim Kerja Masyarakat
(TKM), dan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat.
6. Perencanaan pengelolaan sampah terpadu 3R di lokasi terpilih
7. Pelaksanaan pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana pengelolaan
sampah 3R berbasis masyarakat
8. Pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat yang meliputi :
 Teknis operasional
 Pembentukkan kelembagaan
 Pendanaan
 Pengaturan dan Perundangan
 Peran Serta Masyarakat

6
2.5 Program Pemantauan

2.5.1 Lokasi 3 R

Program pemantauan dilakukan dengan alat bantu pantau yang terukur seperti tabel berikut
ini:
Beri tanda (X) pada kondisi yang ada dilapangan

Umum :
Letak Lokasi :
< 50 m dari rumah terdekat
Antara 50 – 100 m dari rumah
Antara 100 – 500 m dari rumah
> 500 m dari rumah terdekat

Status lahan :
Milik Pemerintah
Milik Perorangan
Milik Perusahaan Swasta
Tanah Wakaf
Tidak diketahui

Luas Lokasi :
Sama dengan atau lebih dari 1000 m2
Antara 500 – 1000 m2
Antara 200 – 500 m2
Kurang dari 200 m2
Fisik :

Topografi :
Lereng
Berbukit
Datar

Hidrologi :
Kurang 100 m dari badan air
Antara 100 – 300 m dari badan air
Lebih 300 m dari badan air

Sumber air :
Air sungai
Air danau
Air tanah
Lainnya ............................................

Penggunaan lahan sebelumnya :


Jalur hijau
Tegalan
Sawah
Rawa
Danau
Rumah
Tanah tidak terurus
Lainnya...............................

8
2.5.2 Sarana dan Prasarana
2.5.2.1 Pewadahan

Pola pewadahan, baik untuk individual dan komunal :


Satu jenis pewadahan untuk semua sampah
Pewadahan terpilah antara sampah organik dan non organik
Pewadahan terpilah antara sampah organik, non organik, dan sampah B3
Pewadahan dengan warna gelap untuk sampah mudah terurai secara alamiah
seperti daun, sisa makanan, sayuran
Pewadahan dengan warna terang untuk sampah tidak mudah membusuk seperti
plastik, gelas, kertas, logam, kain. Jumlah pewadahan lebih dari satu dengan warna
berbeda dapat dilakukan sesuai dengan jenis komponen yang dipilah.
Pewadahan dengan warna merah dengan tanda berbahaya untuk sampah B3 rumah
tangga seperti bekas kemasan obat, kemasan pestisida, kemasan obat
pemeberantas serangga, dll.

Penempatan wadah, berlaku untuk individual dan komunal :


Ditempatkan dekat dengan sumber sampah :
Didekat dapur untuk sampah organik mudah membusuk
Diarea ruang bersih untuk sampah non organik tidak mudah membusuk dan
kering
Tidak menganggu aktifitas lalu lalang penghuni
Mudah dalam aksesibilitas untuk pengisian dan pengosongan.
Bahan wadah :
Plastik
Logam
Kayu
Rotan
Lainnya sebutkan........................

Bentuk pewadahan :
Kotak
Silinder
Lainnya sebutkan..................

Metoda pewadahan :
Ada tutup
Tidak ada tutup

Ukuran Wadah :
Lebih kecil dari 10 liter
Antara 10 liter – 30 liter
Antara 30 liter – 60 liter
Diatas 60 liter

10
2.5.2.2 Pengolahan Skala Rumah Tangga

Jenis peralalatan komposter yang digunakan :


Tong dari plastik yang berlubang
Keranjang Tatakura
Bak dari kayu
Drum setengah berlubang
Lainnya sebutkan...........................

Volume komposter :
Diatas atau sama dengan 60 liter
Antara 30 – 60 liter
Dibawah 30 liter

Jumlah komposter :
Diatas 3 unit per rumah
2 unit per rumah
1 unit per rumah
Lainnya sebutkan....................

Warna hasil kompos :


Hitam seperti tanah
Coklat tua
Lainnya sebutkan...........
Bau hasil kompos :
Berbau seperti humus
Berbau busuk
Tidak berbau
Lainnya sebutkan...........

Bentuk kompos :
Mempunyai tekstur yang halus
Masih kasar terlihat ada materi organik tidak hancur
Lainnya sebutkan.............

Daur ulang sampah non organik :


Menggunakan teknologi yang berbahaya bagi kesehatan
Menggunakan bahan kimia spserti lem, bensin, minyak tanah
Menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan (misalnya air buangan)
Memerlukan ketrampilan khusus yang sulit dilakukan orang awam

Produk daur ulang :


Kertas untuk kertas seni dan barang seni lainnya
Plastik untuk barang seni kerajinan tangan
Lainnya sebutkan................

12
2.5.2.3 Pengumpulan

Jenis alat pengumpulan :


Gerobak/motor sampah biasa
Gerobak sampah 3R
Motor sampah 3R
Lainnya sebutkan................

Pola pengumpulan :
Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah tercampur dalam satu gerobak
Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah dengan gerobak atau motor sampah 3R
(bak terpilah untuk beberapa jenis sampah)
Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah dengan gerobak atau motor sampah
beberapa gerobak dimana masing-masing gerobak mengumpulkan jenis sampah
tertentu pada hari yang sama.
Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah dengan gerobak atau motor sampah
beberapa gerobak dimana masing-masing gerobak mengumpulkan jenis sampah
tertentu pada hari yang berbeda
Lainnya sebutkan................................
Operasional pengumpulan :
Frekuensi pengumpulan :
Setiap hari
Tiga hari sekali
Seminggu sekali
Lainnya sebutkan....................
Frekuensi pengumpulan disesuaikan dengan komponen sampah:
Sampah mudah membusuk :
Setiap hari
Tiga hari sekali
Seminggu sekali
Lainnya sebutkan....................
Untuk sampak kering ;
Setiap hari
Tiga hari sekali
Seminggu sekali
Lainnya sebutkan....................
Untuk sampah B3 dikumpulkan :
Setiap hari
Tiga hari sekali
Seminggu sekali
Lainnya sebutkan....................
Daerah pelayanan mencakup :
Lebih dari 500 kk
300- 500 kk
100 – 300 kk
50 – 100 kk
Kurang dari 50 kk
Pelaksanaan pengumpulan dilakukan oleh :
Dinas Kebersihan atau sejenis
Petugas khusus dari RW/Kelurahan
Swadaya masyarakat oleh KSM
Kelompok aktif masyarakat : Karang Taruna, PKK, dll
Lainnya sebutkan............
14
2.5.2.4 Tempat Pengolahan Sampat Terpadu Skala Kawasan
Jenis teknologi yang digunakan :
Pengkomposan sampah organik
Pengolahan sampah kertas
Pengolahan sampah plastik
Lainnya sebutkan

Teknologi Pengkomposan yang digunakan :


Open Windrows
Caspary
Open Bin
Lainnya sebutkan..........................

Peralatan Bantu Pengkomposan :


Alat Penghancur Sampah Organik
Cairan aktivator seperti EM4, dll.
Lainnya sebutkan.............

Kapasitas TPST :
Diatas atau sama dengan 2 ton (10 m3) per hari
Antara 1 ton – 2 ton per hari
Kurang dari 1 ton per hari
Cakupan Layanan :
Diatas atau sama dengan 1000 kepala keluarga
Antara 750 – 1000 kepala keuarga
Antara 500 – 750 kepala keluarga
Antara 250 – 500 kepala keluarga
Antara 100 – 250 kepala keluarga
Antara 40 – 100 kepala keluarga
Dibawah 40 kepala keluarga

Warna hasil kompos


Hitam seperti tanah
Coklat tua
Lainnya sebutkan...........

Bau hasil kompos :


Berbau seperti humus
Berbau busuk
Tidak berbau
Lainnya sebutkan...........

Bentuk kompos :
Mempunyai tekstur yang halus
Masih kasar terlihat ada materi organik tidak hancur
Lainnya sebutkan.............

Daur ulang sampah non organik :


Menggunakan teknologi yang berbahaya bagi kesehatan
Menggunakan bahan kimia spserti lem, bensin, minyak tanah
Menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan (misalnya air buangan)
Memerlukan ketrampilan khusus yang sulit dilakukan orang awam

Produk daur ulang :


Kertas untuk kertas seni dan barang seni lainnya
Plastik untuk barang seni kerajinan tangan
Bahan baku pabrik
Lainnya sebutkan................
16
2.5.3 Kelembagaan

Bentuk lembaga :
Kelompok Swadaya Masyarakat
Bagian dari kepengurusan RT/RW
Kelompok Aktif (PKK, Karang Taruna, Perkumpulan keagamaan)
Lembaga diluar lingkungan (LSM)
Lainnya sebutkan .............................

Struktur Organisasi :
pembina
ketua
Sekretaris
Bendahara
Unit Monitoring dan Evaluasi
Unit kerajinan daur ulang
Unit produksi kompos
Unit penjualan produk
Unit pemeliharaan
Unit Diklat
Unit penyuluhan

Legalitas pembentukan :
Surat Keputusan RT/RW
Surat Keputusan Lurah
Surat Keputusan Camat
Surat Keputusan Walikota
Lainnya sebutkan.....................
2.5.4 Pendanaan
Biaya Investasi :
Pewadahan :
Kurang dari Rp. 25.000,- per kk
Antara Rp. 25.000 – 50.000,- per kk
Antara Rp. 50.000 – Rp. 100.000,- per kk
Antara Rp. 100.000,- - Rp. 300.000,- per kk
Diatas Rp. 300.000,- per kk

Komposter Rumah Tangga :


Kurang dari Rp. 25.000,- per kk
Antara Rp. 25.000 – 50.000,- per kk
Antara Rp. 50.000 – Rp. 100.000,- per kk
Antara Rp. 100.000,- - Rp. 300.000,- per kk
Diatas Rp. 300.000,- per kk

Pengumpulan :
Kurang dari Rp. 100.000,- per unit
Antara Rp. 100.000,- - Rp. 1.500.000,- per unit
Antara Rp. 1.500.000,- - Rp. 2.500.000,- per unit
Diatas Rp. 2.500.000,- per unit

TPST :
Kurang dari Rp. 200 juta
Antara 200 juta – 1 milyard
Diatas 1 milyard.

18
Biaya operasional per tahun :
Pengumpulan :
Kurang dari Rp. 5.000.000,-
Antara Rp. 5.000.000,- - Rp. 10.000.000,-
Antara Rp. 10.000.000,- - Rp. 15.000.000,-
Diatas Rp. 15.000.000,-

Biaya Pengolahan di TPST :


Kurang dari Rp. 50.000.000,-
Antara Rp. 50.000.000,- - Rp. 100.000.000,-
Antara Rp. 100.000.000,- - Rp. 150.000.000,-
Diatas Rp. 150.000.000,-

Sumber Dana :
Dana Mandiri dari masyarakat
Sharing antara masyarakat dan pihak lain
Dana APBD pemerintah daerah
Dana LSM Lokal
Dana LSM Luar Negeri
Lainnya sebutkan

Alokasi dana meliputi :


Operasional :
Peningkatan kapasitas (capacity building) dalam sarasehan, Focus Group Discussion, dll
Pelatihan
Kunjungan lapangan
Pameran produk-produk daur ulang
Lain-lain sebutkan..............
Pemeliharaan
Penggantian komposter yang rusak
Pemeliharaan alat pengumpul
Pemeliharaan TPST
Lainnya sebutkan..................
Pelaporan keuangan :
Pembukuan
Laporan keuangan triwulan
Laporan keuangan tahunan
Lainnya sebutkan...................

2.5.5 Peran Serta Masyarakat

Keterlibatan Warga :
Seluruh warga 1 kelurahan terlibat
Seluruh warga 1 RW terlibat
Seluruh warga 1 RT terlibat
50 % warga 1 RT terlibat
25 % warga 1 RT terlibat
Perwakilan pada setiap RT/RW di seluruh kelurahan
Lainnya sebutkan.................
Kelompok aktif di masyarakat yang terlibat :
PKK
Karang Taruna
Jantung Sehat
Kelompok agama
Arisan
Lainnya sebutkan................
Frekuensi pertemuan warga tentang pengelolaan sampah terpadu 3R :
Seminggu sekali
Dua minggu sekali
Sebulan sekali
3 bulan sekali
6 bulan sekali
1 tahun sekali
Lebih dari 1 tahun sekali
Tidak pernah
Lainnya sebutkan....................

20
2.5.6 Pengaturan
Pengaturan dan Peraturan perundangan disarankan mempunyai :
Surat Keputusan Pembentukan Organisasi Pengelola Sampah 3R terpadu berbasis
masyarakat – TKM (Sk Lurah, RW, atau RT)
Surat Keputusan (Lurah, RW, RT) tentang iuran bulanan pengelolaan sampah
surat Keputusan (Lurah, RW, RT) tentang tata tertib kebersihan lingkungan dan
pengelolaan sampah
Lainnya sebutkan.............

2.5.7 Operasional
Tingkat operaional saat pemantauan :
Sudah berjalan 100 % mencakup sesuai perencanaan
Berjalan antara 75 % - 100 %
Antara 50 % - 75 %
Dibawah 50 %
BAB III
EVALUASI PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS
MASYARAKAT

Evaluasi program adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan


pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat dan juga identifikasi
hambatan dalam pelaksanaan kegiatan. Untuk melakukan evaluasi diperlukan indikator-
indikator yang penting dan mempengaruhi dalam sistem pengelolaan sampah terpadu 3R
berbasis masyarakat.

3.1 Indikator

Indikator-indikator penting dalam pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat


adalah :
1. Peningkatan peran serta masyarakat dalam keterlibatannya pada program
pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. (Diukur berdasarkan jumlah
masyarakat yang terlibat)
2. Terbentuknya lembaga (Kelompok Swadaya Masyarakat) dalam pengelolaan sampah
terpadu 3R berbasis masyarakat, (Diukur dari jumlah lokasi yang mempunyai KSM)
3. Adanya dana yang mendukung keberlanjutan program. (Diukur berdasarkan adanya
sumber dana)
4. Adanya teknologi pengolahan sampah yang berkelanjutan dalam mendukung
pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat (Diukur berdasarkan jumlah
masyarakat yang menerapkannya secara keberlanjutan dan mandiri).

22
5. Adanya pengaturan yang jelas dalam melaksanakan pengelolaan sampah terpadu
3R bebasis masyarakat (diukur berdasarkan surat keputusan, surat edaran, tentang
tata cara pengelolaan sampah dari pimpinan wilayah seperti RT, RW dan kelurahan).

Evaluasi pelaksanaan program pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat


dilakukan oleh Tingkat Pusat, Propinsi dan Kota/Kabupaten.

3.2 Evaluasi Tingkat Pusat.

Evaluasi tingkat pusat dilakukan oleh Tim Pusat . Indikator yang perlu diperhatikan dalam
evaluasi tingkat pusat adalah sebagai berikut :
 Jumlah kota/kabupaten melaksanakan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis
masyarakat.
 Jumlah warga masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan sampah terpadu 3R
berbasis masyarakat.
 Jumlah kota/kabupaten yang sudah memiliki Tim Kerja Masyarakat.
 Jumlah kota/kabupaten yang memiliki sumber dana mandiri.

3.3 Evaluasi Tingkat Propinsi.

Evaluasi program tingkat propinsi dilaksanakan dengan mempertimbangkan masukan dari


hasil monitoring/pemantauan yang dilakukan di lapangan ditambah dengan hasil laporan
di tingkat kabupaten. Indikator yang perlu diperhatikan adalah :
 Jumlah kota/kabupaten yang melaksanakan program pengelolaan sampah terpadu 3R
berbasis masyarakat
 Jumlah masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan sampah 3R bebasis masyarakat
 Jumlah lokasi yang terlibat dalam pengelolaan sampah 3R
 Jumlah lokasi yang sudah mempunyai TKM (Tim Kerja Masyarakat)
 Jumlah sampah terkurangi

3.4 Evaluasi Tingkat Kota/Kabupaten.

Evaluasi pelaksanaan kegiatan di tingkat Kota/Kabupaten dilakukan dengan


mempertimbangkan masukan dari hasil pemantauan yang dilakukan oleh fasilitator dan
Kepala Desa/Lurah. Indikator dalam evaluasi tingkat Kabupaten adalah :

 Jumlah masyarakat pada lokasi terpilih yang terlibat dalam pengelolaan sampah
terpadu 3R berbasis masyarakat.
 Jumlah Kepala Keluarga yang terlibat langsung dalam kegiatan pelaksanaan
pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat.
 Jumlah sampah terkurangi
 Jenis produk daur ulang sampah
 Kesesuaian pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat.

3.5 Program Evaluasi

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis


masyarakat digunakan metoda scoring sperti pada Tabel berikut.

24
3.5.1 Lokasi 3 R

Umum :
Pemantauan Score
Letak Lokasi :
 < 50 m dari rumah terdekat 1
 Antara 50 – 100 m dari rumah 2
 Antara 100 – 500 m dari rumah 3
 > 500 m dari rumah terdekat 1
Status lahan :
 Milik Pemerintah 5

 Milik Perorangan 4

 Milik Perusahaan Swasta 3


 Tanah Wakaf 2
 Tidak diketahui 1
Luas Lokasi : (Sampah tertangani (m3)/0,25) x 500)/luas lahan yang
ada.
 Lebih besar atau sama dengan 1 4

 Antara 0,75 - 1 3

 Antara 0,5 – 0,75 2


 Kurang dari 0,5 1
Fisik :
Pemantauan Score
Topografi :
 Lereng 1
 Berbukit 2
 Datar 3
Hidrologi :
 Kurang 100 m dari badan air 1
 Antara 100 – 300 m dari badan air 2
 Lebih 300 m dari badan air 3
Sumber air :
 Air sungai 3
 Air danau 3
 Air tanah 2
 Lainnya ............................................
Penggunaan lahan sebelumnya :
 Jalur hijau 1
 Tegalan 7
 Sawah 4
 Rawa 2
 Danau 3
 Rumah 5
 Tanah tidak terurus 6
 Lainnya...............................

26
3.5.2 Sarana dan Prasarana
3.5.2.1 Pewadahan

Pemantauan Score
Pola pewadahan, baik untuk individual dan komunal :
 Satu jenis pewadahan untuk semua sampah 1
 Pewadahan terpilah antara sampah organik dan non organik 2
 Pewadahan terpilah antara sampah organik, non organik, dan sampah 3
B3

Warna Pewadahan :
 Sampah Organik :
 Warna Gelap 3
 Warna Terang 2
 Warna Merah 1
 Lainnya sebutkan…………
 Sampah Non Organik :
 Warna Gelap 2
 Warna Terang 3
 Warna Merah 1
 Lainnya sebutkan…………
 Sampah B3 :
 Warna Gelap 2
 Warna Terang 1
 Warna Merah 3
 Lainnya sebutkan…………
Pemantauan Score

Penempatan wadah, berlaku untuk individual dan komunal :


 Ditempatkan dekat dengan sumber sampah :
 Sampah Organik :
 Di atau dekat dapur 3
 Diluar Rumah 2
 Diruang Tamu 1
 Sampah Non Organik :
 Di atau dekat dapur 1
 Diluar Rumah 2
 Diruang Tamu 3
 Letak Pewadahan :
 Tidak mengganggu aktifitas penghuni 5
 Mengganggu aktifitas penghuni 3
 Mudah dalam pengosongan 5
 Sulit dalam pengosongan 3
 Bahan wadah :
 Plastik 4
 Logam 3
 Kayu 1
 Rotan 2
 Lainnya sebutkan........................
 Metoda pewadahan :
 Ada tutup 5
 Tidak ada tutup 3
 Ukuran Wadah : (Jumlah penghuni x 3 x3)/45
 Lebih besar atau sama dengan 1 4
 Antara 0,75 - 1 3
 Antara 0,5 – 0, 75 2
 Lebih kecil atau sama dengan 0,5 1

28
3.5.2.2 Pengolahan Skala Rumah Tangga

Pemantauan Score

Jenis peralalatan komposter yang digunakan :

 Tong dari plastik yang berlubang 5


 Keranjang Tatakura 5
 Bak dari kayu berlubang 5

 Drum setengah berlubang 5


 Lainnya sebutkan...........................

Volume komposter : (Jumlah penghuni x 1,5 x50)/2

 Diatas atau sama dengan 60 liter 3

 Antara 30 – 60 liter 2

 Dibawah 30 liter 1

Jumlah komposter :
 Diatas 3 unit per rumah 3
 2 unit per rumah 2
 1 unit per rumah 1
 Lainnya sebutkan....................
Pemantauan Score

Warna hasil kompos :


 Hitam seperti tanah 3
 Coklat tua 2
 Lainnya sebutkan........... 1

Bau hasil kompos :


 Berbau seperti humus 3
 Berbau busuk 1
 Tidak berbau 2
 Lainnya sebutkan...........

Bentuk kompos :
 Mempunyai tekstur yang halus 3
 Masih kasar terlihat ada materi organik tidak hancur 2
 Lainnya sebutkan.............

Daur ulang sampah non organik :


 Tidak menggunakan teknologi yang berbahaya bagi kesehatan 3
 Tidak menggunakan bahan kimia spserti lem, bensin, minyak 3
tanah
 Tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan (misalnya air 3
buangan)
 Tidak memerlukan ketrampilan khusus yang sulit dilakukan orang 3
awam

Produk daur ulang :


 Kertas untuk kertas seni dan barang seni lainnya 5
 Plastik untuk barang seni kerajinan tangan 5
 Lainnya sebutkan................

30
3.5.2.3 Pengumpulan

Pemantauan Score
Jenis alat pengumpulan :
 Gerobak/motor sampah biasa 1
 Gerobak sampah 3R 2
 Motor sampah 3R 3
 Lainnya sebutkan................

Pola pengumpulan :

 Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah tercampur dalam satu 1


gerobak
 Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah dengan gerobak atau 3
motor sampah 3R (bak terpilah untuk beberapa jenis sampah)
 Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah dengan gerobak atau 3
motor sampah beberapa gerobak dimana masing-masing gerobak
mengumpulkan jenis sampah tertentu pada hari yang sama.
 Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah dengan gerobak atau 4
motor sampah beberapa gerobak dimana masing-masing gerobak
mengumpulkan jenis sampah tertentu pada hari yang berbeda
 Lainnya sebutkan................................
Pemantauan Score
Operasional pengumpulan :
 Frekuensi pengumpulan :
 Setiap hari 3
 Tiga hari sekali 2
 Seminggu sekali 1
 Lainnya sebutkan....................

 Frekuensi pengumpulan disesuaikan dengan komponen sampah:


 Sampah mudah membusuk :
 Setiap hari 3
 Tiga hari sekali 2
 Seminggu sekali 1
 Lainnya sebutkan....................

 Untuk sampak kering ;


 Setiap hari 3
 Tiga hari sekali 2
 Seminggu sekali 1

 Untuk sampah B3 dikumpulkan :


 Setiap hari 3
 Tiga hari sekali 2
 Seminggu sekali 1
 Lainnya sebutkan....................

32
Pemantauan Score
 Daerah pelayanan mencakup :
o Lebih dari 500 kk 5
o 300- 500 kk 4
o 100 – 300 kk 3
o 50 – 100 kk 2
o Kurang dari 50 kk 1

 Pelaksanaan pengumpulan dilakukan oleh :


o Kelompok aktif masyarakat : Karang Taruna, PKK, dll 1
o Dinas Kebersihan atau sejenis 2
o Petugas khusus dari RW/Kelurahan 3
o Swadaya masyarakat oleh KSM 4
o Lainnya sebutkan.................
3.5.2.4 Tempat Pengolahan Sampat Terpadu Skala Kawasan

Pemantauan Score
Jenis teknologi yang digunakan :
 Pengkomposan sampah organik 5
 Pengolahan sampah kertas 5
 Pengolahan sampah plastik 5
 Lainnya sebutkan

Teknologi Pengkomposan yang digunakan :


 Open Windrows 5
 Caspary 5
 Open Bin 5
 Lainnya sebutkan..........................

Peralatan Bantu Pengkomposan :


 Alat Penghancur Sampah Organik 5

Kapasitas TPST :
 Diatas atau sama dengan 2 ton (10 m3) per hari 3
 Antara 1 ton – 2 ton per hari 2
 Kurang dari 1 ton per hari 1

34
Aspek Score
Cakupan Layanan :
 Diatas atau sama dengan 1000 kepala keluarga 7
 Antara 750 – 1000 kepala keuarga 6
 Antara 500 – 750 kepala keluarga 5
 Antara 250 – 500 kepala keluarga 4
 Antara 100 – 250 kepala keluarga 3
 Antara 40 – 100 kepala keluarga 2
 Dibawah 40 kepala keluarga 1

Warna hasil kompos


 Hitam seperti tanah 3
 Coklat tua 2
 Lainnya sebutkan...........

Bau hasil kompos :


 Berbau seperti humus 3
 Berbau busuk 1
 Tidak berbau 2
 Lainnya sebutkan...........
Aspek Score

Bentuk kompos :
 Mempunyai tekstur yang halus 3
 Masih kasar terlihat ada materi organik tidak hancur 2
 Lainnya sebutkan.............

Daur ulang sampah non organik :


 Tidak Menggunakan teknologi yang berbahaya bagi kesehatan 5
 Tidak Menggunakan bahan kimia spserti lem, bensin, minyak tanah 5
 Tidak Menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan (misalnya air 5
buangan)
 Tidak Memerlukan ketrampilan khusus yang sulit dilakukan orang 5
awam

Produk daur ulang :


 Kertas untuk kertas seni dan barang seni lainnya 5
 Plastik untuk barang seni kerajinan tangan 5
 Bahan baku pabrik 5
 Lainnya sebutkan................

36
3.5.3 Kelembagaan
Aspek Score
Bentuk lembaga :
 Kelompok Swadaya Masyarakat 5
 Bagian dari kepengurusan RT/RW 4
 Kelompok Aktif (PKK, Karang Taruna, Perkumpulan keagamaan) 3
 Lembaga diluar lingkungan (LSM) 2
 Lainnya sebutkan .............................

Struktur Organisasi :
 pembina 3
 ketua 3
 Sekretaris 3
 Bendahara 3
 Unit Monitoring dan Evaluasi 3
 Unit kerajinan daur ulang 3
 Unit produksi kompos 3
 Unit penjualan produk 3
 Unit pemeliharaan 3
 Unit Diklat 3
 Unit penyuluhan 3

Legalitas pembentukan :
 Surat Keputusan RT/RW 1
 Surat Keputusan Lurah 2
 Surat Keputusan Camat 3
 Surat Keputusan Walikota 4
 Lainnya sebutkan.....................
3.5.4 Pendanaan
Aspek Score
Biaya Investasi :
 Pewadahan :
 Kurang dari Rp. 25.000,- per kk 5
 Antara Rp. 25.000 – 50.000,- per kk 4
 Antara Rp. 50.000 – Rp. 100.000,- per kk 3

 Antara Rp. 100.000,- - Rp. 300.000,- per kk 2


 Diatas Rp. 300.000,- per kk 1

 Komposter Rumah Tangga :


 Kurang dari Rp. 25.000,- per kk 5
 Antara Rp. 25.000 – 50.000,- per kk 4
 Antara Rp. 50.000 – Rp. 100.000,- per kk 3
 Antara Rp. 100.000,- - Rp. 300.000,- per kk 2
 Diatas Rp. 300.000,- per kk 1

 Pengumpulan Gerobak:
 Kurang dari Rp. 1.000.000,- per unit 4
 Antara Rp. 1.000.000,- - Rp. 1.500.000,- per unit 3
 Antara Rp. 1.500.000,- - Rp. 2.500.000,- per unit 2
 Diatas Rp. 2.500.000,- per unit 1
 Pengumpulan Motor:
 Kurang dari Rp. 10.000.000,- per unit 4
 Antara Rp. 10.000.000,- - Rp. 15.000.000,- per unit 3
 Antara Rp. 15.000.000,- - Rp. 25.000.000,- per unit 2
 Diatas Rp. 25.000.000,- per unit 1

38
 TPST :
o Kurang dari Rp. 200 juta 3
o Antara 200 juta – 1 milyard 2
o Diatas 1 milyard. 1

Biaya operasional per tahun :


 Pengumpulan :
o Kurang dari Rp. 36.000.000,- 1
o Antara Rp. 36.000.000,- - Rp. 75.000.000,- 3
o Antara Rp. 75.000.000,- - Rp. 100.000.000,- 4
o Diatas Rp. 100.000.000,- 1
 Biaya Pengolahan di TPST :
o Kurang dari Rp. 50.000.000,- 2
o Antara Rp. 50.000.000,- - Rp. 100.000.000,- (tanpa mesin pencacah) 4

o Antara Rp. 100.000.000,- - Rp. 150.000.000,-(dengan mesin pencacah) 4

o Diatas Rp. 150.000.000,- 2


Aspek Score
Sumber Dana :
 Dana Mandiri dari masyarakat 5
 Sharing antara masyarakat dan pihak lain 4
 Dana APBD pemerintah daerah 3
 Dana LSM 2
 ·Lainnya sebutkan

Alokasi dana meliputi :


 Operasional :
 Peningkatan kapasitas (capacity building) dalam sarasehan, 5
Focus Group Discussion, dll
 Pelatihan 5
 Kunjungan lapangan 5
 Pameran produk-produk daur ulang 5
 Lain-lain sebutkan.............. 5
 Pemeliharaan
 Penggantian komposter yang rusak 5
 Pemeliharaan alat pengumpul 5
 Pemeliharaan TPST 5
 Lainnya sebutkan..................
 Pelaporan keuangan :
 Pembukuan 5
 Laporan keuangan triwulan 5
 Laporan keuangan tahunan 5

40
3.5.5 Peran Serta Masyarakat
Aspek Score
Keterlibatan Warga :
 Seluruh warga 1 kelurahan terlibat 6
 Seluruh warga 1 RW terlibat 5
 Seluruh warga 1 RT terlibat 4
 50 % warga 1 RT terlibat 3
 25 % warga 1 RT terlibat 2
 Perwakilan pada setiap RT/RW di seluruh kelurahan 1
 Lainnya sebutkan.................

Kelompok aktif di masyarakat yang terlibat :


 PKK 3
 Karang Taruna 3
 Jantung Sehat 3
 Kelompok agama 3
 Arisan 3
 Lainnya sebutkan................

Frekuensi pertemuan warga tentang pengelolaan sampah terpadu 3R :


 Seminggu sekali 8
 Dua minggu sekali 7
 Sebulan sekali 6
 3 bulan sekali 5
 6 bulan sekali 4
 1 tahun sekali 3
 Lebih dari 1 tahun sekali 2
 Tidak pernah 1
 Lainnya sebutkan....................
3.5.6 Pengaturan

Aspek Score
Pengaturan dan Peraturan perundangan disarankan mempunyai :
 Surat Keputusan Pembentukan Organisasi Pengelola Sampah 3R 5
terpadu berbasis masyarakat – TKM (Sk Lurah, RW, atau RT)
 Surat Keputusan (Lurah, RW, RT) tentang iuran bulanan pengelolaan 5
sampah
 surat Keputusan (Lurah, RW, RT) tentang tata tertib kebersihan 5
lingkungan dan pengelolaan sampah
 Lainnya sebutkan.............

3.5.7 Operasional

Aspek Score
Tingkat operasional saat pemantauan :
 Sudah berjalan 100 % sesuai perencanaan 4
 Berjalan antara 75 % - 100 % 3
 Antara 50 % - 75 % 2
1
 Dibawah 50 %

42
BAB IV
PENUTUP

Dengan tersusunnya Pedoman 4 Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan Pengelolaan


Sampah 3R berbasis masyarakat diharapkan dapat menjadi panduan bagi penyelenggaraan
3R yang berkelanjutan sesuai dengan perencanaan awal dan sasaran pengurangan sampah
20 % ditahun 2010.

Hasil monitoring dan evaluasi seperti yang tertera pada pedoman ini dapat dijadikan acuan
untuk pengembangan maupun replikasi ke daerah sekitarnya.

Kami mengharapkan masukan yang konstruktif guna lebih melengkapi pedoman ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. UU No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang


2. UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
3. UU No. 32 tahun 2006 tentang Pemerintah Daerah
4. UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan Dan Permukiman
5. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
6. PP No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
7. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2005-2009;
8. Peraturan Menteri PU No. 21/ PRT / M / 2006 tentang Kebijakan Strategi Pengelolaan
Persampahan
9. Standar Nasional Indonesia, SNI 19-3964-1994, Metode Pengambilan dan Pengukuran
10. Standar Nasional Indonesia, SNI T-13-1990-F, Tata cara Pengelolaan Teknik Sampah
Perkotaan, Departemn Pekerjaan Umum, 1990.
11. Standar Nasional Indonesia, SNI S 04 1991 03, Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk
Kota Kecil dan Kota Sedang di Indonesia, Departemen Pekerjaan Umum, 1991.
12. Standar Nasional Indonesia, SNI 19-2454-2002, Tata Cara Teknik Operasional
Pengelolaan Sampah Perkotaan, Departemen Pekerjaan Umum, 2002.
13. Standar Nasional Indonesia, SNI 03-3242-1994, Tata Cara Pengelolaan Sampah di
Pemukiman,
14. Ditjen Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan, Pedoman Pengelolaan Persampahan
perkotaan, Departemen PLP Wilayah, , 2003.
15. Departemen PLP Wilayah, Ditjen Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan, Pedoman
Pengelolaan Persampahan perkotaan bagi pelaksana, , 2003.
16. Badan Standarisasi Nasional – BSN, Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah
Perkotaan,
17. CPIS, Panduan Persiapan Usaha Daur Ulang dan Produksi Kompos, 1992
18. Sri Murniati Djamaludin dan Sri Wahyono, Pengomposan Sampah Skala Rumah Tangga

44
PENASEHAT
Direktur Jenderal Cipta Karya
Susmono
Kati Andraini Darto

PENYUSUN
Endang Setyaningrum
Widhi Handoko
Sri Bebassari
Djoko Heru Martono
Maskana

EDITOR
PT. WASECO TIRTA
Dicetak Untuk

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN
LINGKUNGAN PERMUKIMAN

EDISI I MARET 2008

Anda mungkin juga menyukai