BUKU PEDOMAN
3R Berbasis Masyarakat
Di Kawasan Permukiman
Kata Pengantar
Amanat UU No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air dan PP no.16 /2005 tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum untuk melaksanakan program perlin-
dungan air baku telah ditindak lanjuti dengan suatu rumusan kebijakan nasional dalam
pengembangan pengelolaan persampahan di Indonesia (Permen PU 21/PRT/M/2006
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Persamapahan).
Akhirnya kami mengharapkan dukungan semua pihak dan semoga Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa memberikan Rahmat Nya bagi sukses program 3R
BUKU I
Pedoman Umum 3 R
Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
DAFTAR ISI
BUKU I : PEDOMAN UMUM
1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
1.3 SASARAN
1.4 PENGERTIAN
2
Dua kegiatan tersebut adalah (1) proses pengelolaan aliran sampah dari mulai akan
dikeluarkan oleh masyarakat dan (2) proses pemahaman masyarakat dalam
pengelolaan sampah dengan metoda 3R.
Pengurangan sampah dengan program 3R dan replikasi best practise memang bukan
hal mudah untuk dilakukan karena akan sangat bergantung pada kemauan masyarakat
dalam merubah perilaku, yaitu dari pola pembuangan sampah konvensional menjadi
pola pemilah sampah. Untuk itu diperlukan berbagai upaya baik langsung maupun tidak
langsung, seperti antara lain:
Percontohan program 3R
Penyuluhan
Pemberdayaan dan pendampingan masyarakat
Pendidikan
Hasil evaluasi terhadap pendekatan yang pernah dilakukan dengan metode UDPK,
dianggap kurang berhasil karena masih bersifat orientasi proyek. Sedangkan
pendekatan 3R yang baru adalah menggunakan pendekatan partisipatif,
pemberdayaan dan pendampingan terhadap masyarakat yang cukup intens sehingga
diharapkan dapat lebih berhasil. Selanjutnya, kegiatan pengurangan sampah sejak dari
sumbernya akan dilakukan dengan mengedepankan pengelolaan sampah terpadu
berbasis masyarakat secara lebih memadai dan diharapkan dapat menjadi gerakan
moral nasional.
3
Dalam rangka memudahkan berbagai pihak untuk melaksanakan program
pengurangan sampah tersebut, disusunlah suatu Pedoman Pengelolaan Sampah
Terpadu Berbasis Masyarakat (3R) untuk skala rumah tangga dan skala kawasan
1.3 SASARAN
Sasaran yang ingin dicapai dalam pedoman ini adalah tersedianya panduan
pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat di Kawasan Permukiman/
Perumahan.
4
1.4 PENGERTIAN
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang
berbentuk padat.
Sampah Organik, yaitu memiliki sifat mudah terurai secara alami contohnya : daun,
sayuran, dan buah serta sampah sisa makanan.
Sampah non-organik, yaitu sampah yang sulit dan tidak bisa terurai secara alami meli-
puti: plastik, kaca, besi, sebagian jenis kertas dan lainnya.
Pemberdayaan, Upaya yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk mendi-
rikan masyarakat melalui perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki atas da-
sar prakarsa dan kreativitas
5
Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan
yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Timbulan Sampah adalah jumlah sampah yang dihasilkan perorang perhari dalam satu-
an volume maupun berat
Reuse adalah upaya menggunakan kembali sampah tanpa perubahan bentuk untuk
kegiatan lain yang bermanfaat.
Recycle adalah upaya mendaur ulang sampah menjadi benda lain yang bermanfaat
RKM (Rencana Kerja Masyarakat), Suatu rencana yang dibuat oleh masyarakat sebagai
anggota Tim Kerja Masyarakat (TKM) bersama pengurus TKM sebagai wadah untuk
menampung aspirasi dari masyarakat desa / kampung atas kegiatan 3R
6
Jasa pengelolaan sampah adalah pelayanan pengelolaan sampah yang diberikan
kepada masyarakat oleh pemerintah daerah.
Operasi dan Pemeliharaan (O&P), Adalah upaya pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana
dan sarana secara optimal oleh masyarakat pengguna dengan pembinaan pemerintah
daerah secara berkesinambungan.
Organisasi persampahan adalah kelompok orang yang terbentuk atas kehendak dan
keinginan sendiri di tengah masyarakat yang tujuan dan kegiatannya meliputi bidang
pengelolaan sampah.
7
BAB II
PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3 R BERBASIS
MASYARAKAT
Konsep 3R adalah paradigma baru dalam pola konsumsi dan produksi disemua
tingkatan dengan memberikan prioritas tertinggi pada pengelolaan limbah yang
berorientasi pada pencegahan timbulan sampah, minimisasi limbah dengan mendorong
barang yang dapat digunakan lagi dan barang yang dapat didekomposisi secara biologi
(biodegradable), dan penerapan pembuangan limbah yang ramah lingkungan.
Pelaksanaan 3R tidak hanya menyangkut aspek teknis semata, namun jauh lebih
penting menyangkut masalah sosial dalam rangka mendorong perubahan sikap dan
pola pikir menuju terwujudnya masyarakat yang ramah lingkungan dan berkelanjutan
Prinsip pertama Reduce adalah segala aktifitas yang mampu mengurangi dan
mencegah timbulan sampah. Prinsip kedua Reuse adalah kegiatan penggunaan
kembali sampah yang layak pakai untuk fungsi yang sama atau yang lain. Prinsip ketiga
Recycle adalah kegiatan mengelola sampah untuk dijadikan produk baru.
Untuk mewujudkan konsep 3R diatas, salah satu cara penerapannya adalah melalui
pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat, yang diarahkan kepada daur-
ulang sampah (recycle). Hal ini dipertimbangkan sebagai upaya mengurangi sampah
sejak dari sumbernya, karena adanya potensi pemanfaatan sampah organik sebagai
bahan baku kompos dan komponen non organik sebagai bahan sekunder kegiatan
industri seperti plastik, kertas, logam, gelas, dan lain-lain.
8
Sesuai dengan Permen PU 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan, diperlukan suatu perubahan paradigma
yang lebih mengedepankan proses pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, yaitu dengan
melakukan upaya pengurangan dan pemanfaatan sampah sebelum akhirnya sampah dibuang
ke TPA (target 20% pada tahun 2010).
Reduce (R1)
Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi timbulan sampah di
lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap
sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara merubah pola hidup konsumtif,
yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/
efisien dan sedikit sampah. Namun diperlukan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk
merubah perilaku tersebut.
Reuse (R2)
Reuse berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa
melalui proses pengolahan), seperti menggunakan kertas bolak balik, menggunakan kembali
botol bekas “minuman” untuk tempat air, mengisi kaleng susu dengan susu refill dan lain-lain.
Recycle (R3)
Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna (sampah) menjadi bahan
lain setelah melalui proses pengolahan, seperti mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain
lap, keset kaki, dsb atau mengolah botol/plastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak
kembali menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya atau mengolah kertas bekas menjadi
bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan kualitas sedikit lebih rendah dan lain-
lain.
9
2.2 PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN PER-
MUKIMAN
10
Minimisasi sampah hendaknya dilakukan sejak sampah belum terbentuk
yaitu dengan menghemat penggunaan bahan, membatasi konsumsi sesuai
kebutuhan, memilih bahan yang mengandung sedikit sampah, dsb
11
2.2.1. Konsepsi Penanganan Sampah 3R Skala Rumah Tangga
KOMPOSTER KOMPOS
ORGANIK
BAHAN
KOMPOS
KOMPOS
ORGANIK
RESIDU
MATERI DAUR
LAPAK
ULANG
RUMAH GEROBAK/
B3 TPST
TANGGA MOTOR 3R
RESIDU TPA
NON
ORGANIK
RESIDU
PENANGANAN
B3 LANJUTAB
NON KERAJINAN
ORGANIK TANGAN
SAMPAH
CAMPUR
12
1). Skenario Pemilahan Sampah Non Organik
13
2). Skenario Pengolahan Sampah Organik (Pembuatan Kompos)
Dibedakan antara sampah organik dari kebun (daun-daunan) dan
sampah organik dari dapur (nasi, daging, dst.)
14
3). Skenario Daur Ulang
Daur ulang di sumber dilakukan mulai dengan melakukan pemilahan sampah,
sebaiknya dilakukan dengan cara yang sederhana agar mudah dilakukan oleh
masyarakat. Pemilahan sampah dapat dimulai dengan memisahkan sampah
menjadi sampah basah (organik) dan sampah kering (non organik) atau
langsung menjadi beberapa jenis (sampah organik, kertas, plastik, kaleng,
sampah B3 rumah tangga).
KOMPOSTER KOMPOS
ORGANIK
BAHAN
KOMPOS
KOMPOS
ORGANIK
RESIDU
MATERI DAUR
LAPAK
ULANG
RUMAH GEROBAK/
B3 TPST
TANGGA MOTOR 3R
RESIDU TPA
NON
ORGANIK
RESIDU
PENANGANAN
B3 LANJUTAB
NON KERAJINAN
ORGANIK TANGAN
SAMPAH
CAMPUR
15
1). Landasan Operasional Pengelolaan Sampah Skala Kawasan
16
2). Metode Operasional Pengelolaan Sampah Skala Kawasan
Pengumpulan Sampah
Metode pengumpulan sampah dapat dilakukan secara individ-
ual (door to door) maupun komunal (masyarakat membawa
sendiri sampahnya ke Wadah / Bin Komunal yang sudah diten-
tukan)
Jadual pengumpulan sampah non organik terpilah seperti kertas, plastik, logam/
kaca dapat dilakukan seminggu sekali, sedangkan untuk sampah yang masih
tercampur harus dilakukan minimal seminggu 2 kali.
17
3) Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Skala Kawasan
a. Lokasi
Luas TPST bervariasi, tergantung kapasitas pelayanan dan tipe kawasan.
Untuk kawasan perumahan baru (cakupan pelayanan 2000 rumah)
diperlukan TPST dengan luas 1000 m². Sedangkan untuk cakupan
pelayanan skala RW (200 rumah), diperlukan TPST dengan luas 200 – 500
m²
TPST dengan luas 1000 m² dapat menampung sampah dengan atau tanpa
proses pemilahan sampah di sumber.
TPST dengan luas < 500 m² hanya dapat menampung sampah dalam
keadaan terpilah (50%) dan sampah campur 50 %.
b. Fasilitas TPST
Fasilitas TPST meliputi wadah komunal,
areal pemilahan dan areal composting
dan juga dilengkapi dengan fasilitas
penunjang lain seperti saluran drainase,
air bersih, listrik, barier (pagar tanaman
hidup) dan gudang penyimpan bahan
daur ulang maupun produk kompos
serta biodigester (opsional)
18
c. Daur Ulang
Sampah yang didaur ulang minimal adalah kertas, plastik dan logam yang
memiliki nilai ekonomi tinggi dan untuk mendapatkan kualitas bahan daur
ulang yang baik, pemilahan sebaiknya dilakukan sejak di sumber.
Pemasaran produk daur ulang dapat dilakukan melalui kerja sama dengan
pihak lapak atau langsung dengan industri pemakai.
Daur ulang sampah B3 Rumah tangga (terutama batu baterei dan lampu
neon) dikumpulkan untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan pe-
rundangan yang berlaku (PP 18 / 1999 tentang pengelolaan sampah B3).
Daur ulang kemasan plastik (air mineral, minuman dalam kemasan, mie in-
stan dll) sebaiknya dimanfaatkan untuk barang-barang kerajinan atau bahan
baku lain.
d. Pembuatan Kompos
Sampah yang digunakan sebagai bahan baku kompos adalah sampah
dapur (terseleksi) dan daun-daun potongan tanaman.
19
2.3 PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN
PERMUKIMAN
20
Adanya dukungan teknologi ramah lingkungan dan tersedianya prasarana dan
sarana persampahan skala kawasan sesuai kebutuhan masyarakat
Adanya pola monitoring dan evaluasi dari instansi terkait baik ditingkat ke-
lurahan, kecamatan, kota/kabupaten bahkan di tingkat yang lebih tinggi, yaitu
provinsi dan pemerintah pusat. Hasil monitoring dan evaluasi dapat digunakan
sebagai bahan masukan bagi proses replikasi atau pengembangan yang diper-
lukan serta pendataan yang lebih akurat untuk mengetahui hasil pencapaian pro-
gram 3R secara nasional
21
2.5. PEMBIAYAAN DAN INSENTIF
Perhitungan biaya hasil penjualan kompos dan produk daur ulang yang
digunakan untuk kepentingan sosial warga atau untuk meningkatkan kualitas
lingkungan permukiman
Insentif yang didapat adalah berupa hasil penjualan material daur ulang dan
produk kompos serta penjualan bibit tanaman
22
BAB III
PROSES PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS
MASYARAKAT DI KAWASAN PERMUKIMAN
Tahap 2
SELEKSI KOTA/ ( Bulan Maret)
KABUPATEN
Tahap 3
SELEKSI LOKASI (Bulan
April)
Sosialisasi 3R
SELEKSI Verifikasi Teknologi
FASILITATOR Pengolahan
Pemilihan Lokasi TPST (utk
kawasan)
Pembentukan Kelompok
PENYIAPAN Swadaya Masyarakat
MASYARAKAT
Aspek Teknis
Operasional
PEMILIHAN METODA Aspek
DAN TEKNOLOGI 3R Kelembagaan
Aspek
Pengaturan
Aspek
Pendanaan
PENYUSUNAN PERENCANAAN SISTEM Aspek Peran
PENGELOLAAN SAMPAH Serta
RENCANA KERJA 3R BERBASIS Masyarakat
MASYARAKAT MASYARAKAT
PELAKSANAAN
MONITORING DAN
PENGELOLAAN SAMPAH 3R
EVALUASI
BERBASIS MASYARAKAT
Tahap 6
(Bulan
Desember)
KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN
PROGRAM DAN REPLIKASI Tahap 7
23
Dalam pelaksanaannya, maka seperti pelaksanaan kegiatan pada umumnya dilakukan
dalam beberapa tahapan. Tahapan-tahapan kegiatan pelaksanaan pengelolaan sampah 3R
berbasis masyarakat secara umum sebagai berikut:
1. Tahap Pertama
Tahap ini meliputi kegiatan:
Persiapan yang meliputi sosialisasi pengelolaan sampah dengan metoda 3R
kepada seluruh pemangku kepentingan tingkat pusat.
Sosialisasi ini bertujuan menyatukan persepsi terhadap permasalahan sampah
secara umum serta visi untuk beberapa tahun kedepan.
Sosialisasi dilakukan dengan kegiatan seminar atau workshop yang dihadiri oleh
pengambil keputusan tingkat pusat.
2. Tahap kedua
Tahap ini meliputi kegiatan:
Seleksi kota/kabupaten yang akan melaksanakan pengelolaan sampah 3R
berbasis masyarakat dimaksudkan untuk memperoleh kota/kabupaten yang
berminat dengan disertai komitmen yang jelas dari pimpinan daerah.
Seleksi kota/kabupaten ini dilakukan karena dua alasan yaitu:
Anggaran penyelenggaraan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat
seluruhnya atau sebagian berasal dari pusat
Diperlukan komitmen yang jelas dan tegas karena pengelolaan sampah 3R
berbasis masyarakat kemungkinan akan melibatkan beberapa institusi daerah
terkait dan diharapkan program dapat berkelanjutan serta berkembang.
Seleksi kota /kabupaten dilakukan dengan workshop yang sifatnya regional yang
dihadiri oleh perwakilan kota/kabupaten dalam regional tersebut.
Tujuan dari workshop ini adalah mengumpulkan kota yang berminat dan seleksi
dilakukan jika anggaran hanya diperuntukkan tidak untuk semua kota yang ada
dalam region tersebut.
24
3. Tahap Ketiga
Tahap ini meliputi kegiatan:
Seleksi lokasi dilakukan hanya pada kota terpilih.
Tahap awal dari seleksi kota ini adalah memperoleh daftar panjang dari lokasi yang
sesuai kriteria pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat.
Untuk memperoleh daftar pendek calon lokasi maka dilakukan tapisan awal dengan
memilih lokasi yang paling memenuhi kriteria pengelolaan 3R berbasis masyarakat.
Calon lokasi pada daftar pendek tersebut akan mengajukan proposal yang diikuti
dengan presentasi.
Dapat juga dilakukan survey cepat (Rapid Participatory Assessment) yang dilakukan
oleh masyarakat yang berminat dengan mempresentasikan kepada pemangku
kepentingan pada tingkat kampung.
4. Tahap Keempat
Tahap ini meliputi kegiatan:
Pemilihan fasilitator. Keberadaan fasilitator sangat diperlukan dalam pelaksanaan
pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat.
Fasilitator bertugas menggalang masyarakat yang berminat melaksanakan pengelolaan
sampah 3R, bersama-sama mencari metoda penyelesaian masalah sampah, menggali
keinginan masyarakat, dan memberikan pelatihan serta pendampingan dalam
pelaksanaan pengelolaan sampah 3R.
Fasilitator dipilih sesuai kapabilitas dan tingkat pemahamannya terhadap lingkungan
umumnya dan sampah khususnya.
Fasilitaor direkrut dan digaji oleh penyelenggara program pengelolaan sampah berbasis
masyarakat 3R.
Penyiapan masyarakat dengan terpilihnya lokasi dan fasilitator, maka program
sosialisasi yang lebih intens dapat dilakukan dalam beberapa serial pertemuan yang
digalang oleh fasilitator dengan dibantu beberapa tenaga ahli lepas.
Pemilihan lokasi TPST untuk pengelolaan skala kawasan ataupun metoda pengolahan
sampah di rumah tangga ditentukan pada tahapan ini.
Kegiatan selanjutnya adalah survay lapangan baik dari komposisi dan timbulan
sampah serta sosial masyarakatnya.
25
Survey ini dilakukan dalam mencari data dasar untuk pemilihan teknologi, program
penyuluhan, serta sebagai tolok ukur kinerja pembanding keberhasilan dari program
yang akan dilaksanakan.
5. Tahap Kelima
Tahap ini meliputi kegiatan:
Pembuatan DED dan RAB yang dilakukan oleh KSM dan Fasilitator kemudian
diserahkan kepada Satker untuk kegiatan Pengadaan sarana dan Prasarana 3R yang
dilakukan dengan sistem Tender yang terbuka.
Pembangunan ataupun pelaksanaan operasi pengelolaan sampah 3R dilakukan
setelah masyarakat secara bulat menerima metoda yang akan dilakukan serta lokasi
dimana TPST akan dibangun.
Proses pembangunan harus dilakukan bersama-sama dengan masyarakat sehingga
penolakan akibat sindrom NYMBY (Not in My Backyard) dapat ditekan seminim
mungkin.
6. Tahap Keenam
Tahap ini meliputi kegiatan:
Pelaksanaan pengelolaan sampah 3R yang dapat dilakukan sekaligus atau bertahap
sesuai dengan kesiapan masyarakat dan pendanaan.
Kegiatan pelaksanaan program didampingi oleh fasilitator dengan konsultan daerah
jika ada.
Monitoring dan evaluasi kinerja pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat
meliputi pengumpulan informasi, seperti pengukuran atau pengamat
26
Kegiatan pemantauan dan pengukuran bermanfaat dalam suatu manajemen pengelolaan
seperti :
Menelusuri tahapan kemajuan dalam memenuhi perencanaan awal, mencapai tujuan
dan sasaran serta perbaikan berkelanjutan;
Mengembangkan informasi untuk mengidentifikasikan aspek dalam pengelolaan
sampah 3R yang penting;
Memantau pelaksanaan pengolahan sampah secara 3R sesuai dengan tujuan dan
sasaran;
Menyediakan data untuk mendukung atau mengevaluasi pengendalian operasional;
Menyediakan data untuk mengevaluasi kinerja organisasi;
Menyediakan data untuk mengevaluasi kinerja sistem manajemen persampahan
secara umum dan penyelenggaraan program 3R secara khusus.
7. Tahap Ketujuh
Tahap ini meliputi kegiatan:
Keberlanjutan program dilaksanakan dengan salah satunya replikasi dan pengembangan.
Pertemuan-pertemuan warga masih tetap dilakukan untuk membentuk komunitas yang
lebih memahami perlunya mengurangi sampah di sumbernya.
Dilakukan penguatan kapasitas pada seluruh pemangku kepentingan pada lokasi yang
sedang melakukan kegiatan pengelolaan sampah 3R terpadu sehingga pengembangan
lebih mudah dilakukan.
27
BAB IV
KESIMPULAN dan PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 PENUTUP
Buku 1 (satu) ini adalah pedoman umum yang akan dijelaskan lebih lanjut di buku 2 (dua)
tentang pedoman perencanaan, buku 3 (tiga) tentang pedoman pelaksanaan dan buku 4
(empat) tentang pedoman monitoring evaluasi dan pengembangan
28
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
BUKU II
Pedoman Perencanaan 3 R
Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
1.3 SASARAN
3. PENUTUP
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.3 SASARAN
4
BAB II
PERENCANAAN PENEGLOLAAN SAMPAH TERPADU 3R
BERBASIS MASYARAKAT DI PERMUKIMAN
2.1 Pendahuluan.
Tahap 2
SELEKSI KOTA/ ( Bulan Maret)
KABUPATEN
Tahap 3
SELEKSI LOKASI (Bulan
April)
· Sosialisasi 3R
SELEKSI · Verifikasi Teknologi
FASILITATOR Pengolahan
· Pemilihan Lokasi TPST (utk
kawasan)
· Pembentukan Kelompok
PENYIAPAN Swadaya Masyarakat
MASYARAKAT
· Aspek Teknis
Operasional
PEMILIHAN METODA · Aspek
DAN TEKNOLOGI 3R Kelembagaan
· Aspek
Pengaturan
· Aspek
Pendanaan
PENYUSUNAN PERENCANAAN SISTEM · Aspek Peran
PENGELOLAAN SAMPAH Serta
RENCANA KERJA 3R BERBASIS Masyarakat
MASYARAKAT MASYARAKAT
PELAKSANAAN
MONITORING DAN
PENGELOLAAN SAMPAH 3R
EVALUASI
BERBASIS MASYARAKAT
Tahap 6
(Bulan
Desember)
KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN
PROGRAM DAN REPLIKASI Tahap 7
5
2.2 Seleksi Kota/Kabupaten
6
KRITERIA SCORE
Walikota / Bupati atau Pejabat yang berwenang berminat untuk 5
implementasi penyelenggaraan pelaksanaan pengelolaan sampah
terpadu 3R berbasis masyarakat dengan membuat surat minat yang
ditujukan kepada Departemen Pekerjaan Umum.
Bersedia kontribusi in cash untuk biaya fisik ; dan in kind yaitu sarana 5
kantor dan staf dinas penanggungjawab sebagai fasilitator.
Kota/Kabupaten dengan total score tertinggi yang akan masuk dalam daftar pendek untuk
tapisan berikutnya.
7
2.3 Seleksi Lokasi
· Batasan administrasi lahan TPST dalam batas administrasi yang sama dengan area
pelayanan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat.
· Status kepemilikan lahan milik pemerintah atau lainnya dengan surat pernyataan
bersedia digunakan untuk prasarana dan sarana pengelolaan sampah terpadu 3R
berbasis masyarakat.
· Ukuran lahan antara 750 – 1000 m2
· Mempunyai program lingkungan berbasis masyarakat.
· Masalah sampah sudah mulai mengganggu masyarakat.
8
2.3..2. Kriteria Fisik lingkungan:
9
Dalam tapisan awal untuk memperoleh daftar pendek dari lokasi yang akan digunakan
untuk pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat dapat digunakan metode
scoring seperi berikut :
KRITERIA SCORE
Kriteria Umum : 25
10
KRITERIA SCORE
· Bebas banjir. 5
· Jalan keluar/masuk menuju dan dari TPST datar dengan kondisi baik
dan lebar jalan yang cukup untuk mobilisasi keluar/masuk motor/
gerobak sampah
5
11
KRITERIA SCORE
12
2.4 Penyiapan Masyarakat
Pada perencanaan penyiapan masyarakat maka ada beberapa tahap yang perlu dilakukan
yaitu :
· Pemilihan fasilitator
· Penelitian sosial
· Penelitian komposisi dan timbulan sampah
· Sosialisasi pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis msyarakat melalui Focal Group
Discussion (FGD) untuk memperoleh kesepakatan dalam :
Pemilihan metoda atau teknologi 3R yang akan digunakan
Pemilihan sistem pengelolaan sampah terpadu 3R
Pembentukan Kelompok Kerja Masyarakat
Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat
· Pelatihan yang terdiri dari :
Materi umum :
Sosialisasi perencanaan program
Pengertian pengelolaan sampah 3R
Pemahaman tentang sampah dan dampaknya
Aspek pendukung seperti kelembagaan, pendanaan, pengaturan, dan
teknis operasional
13
Materi Teknis :
Sistem pengelolaan sampah
Daur ulang sampah non organik
Pengkomposan sampah
Peserta pelatihan :
Anggota KSM
Warga yang terlibat
TFL adalah tenaga pendamping dari daerah yang bersangkutan dan dilatih agar menjadi
terampil dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat dalam memutuskan,
merencanakan, melaksanakan dan mengelola kegiatan Kampung terutama yang berkaitan
dengan kegiatan pengelolaan sampah 3R.
14
Setiap Tenaga Fasilitator mempunyai tugas dan tugas jawab sebagai berikut :
15
2.4.2 Penelitian Sosial
Kegiatan survey sosial ini dilaksanakan berkaitan dengan aspek-aspek sosial yang akan
mempengaruhi keberlanjutan program 3R ini. Setidaknya ada 3 aspek yang perlu diketahui
dari masyarakat untuk mendukung keberhasilan program persampahan 3R terpadu yaitu :
norma, persepsi dan perilaku masyarakat tehadap sampah dan pengelolaannya. Dari ketiga
aspek tersebut maka akan diperoleh antara lain :
· Penentuan jumlah responden, yaitu menentukan jumlah warga yang akan dijadikan
responden dalam penelitian dengan cara sebagai berikut :
Menentukan populasi (jumlah seluruh warga) dari lokasi yang akan melaksanakan
pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat,
Menentukan jumlah populai per strata tingkat kemapanan ekonomi jika akan
dilakukan survey sosial per strata yaitu : strata tempat tinggal pendapatan tinggi,
sedang, dan rendah,
Menentukan jumlah responden sesuai kaidah ilmu statistik yang berlaku.
Pemberitahuan atau permintaan izin dari instansi terkait dan pengurus wilayah
(RT/RW/Lurah).
16
· Penyusunan kuesioner, yaitu bahan acuan untuk melakukan pendataan yang dapat
dilakukan secara pasif dengan membagikan kuesioner kepada responden atau aktif
dengan wawancara langsung. Pada penyusunan kuesioener perlu diperhatikan :
Data tentang masyarakat yang ingin dikumpulkan,
Pertanyaan yang mudah dicerna dan tidak terlalu banyak
· Pelaksanaan survey , pelaksanaan survey ini dilakukan sesuai jadwal yang telah
ditentukan dengan memperhatikan :
Waktu pelaksanaan yang tidak mengganggu responden
Bukan pada saat yang sama dengan kegiatan khusus misalnya pilkades, lebaran,
dan lain-lain
· Perumusan hasil pelaksanaan survey, yaitu kesimpulan survey yang dapat dirumuskan
melalui eberapa metoda :
Sosial mapping dari lokasi pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat
Tingkat kemauan masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R
17
2.4.3 Penelitian Komposisi dan Timbulan Sampah
Komposisi sampah di berbagai kota di Indonesia pada umunya didominasi oleh sampah
organic yang dapat mencapai 70% dan non-organik 30%. Dari jumlah tersebut 75% sampah
tersebut dihasilkan dari kegiatan permukiman (SNI tentang Timbulan Sampah Kota Sedang
dan Kecil, 1977). Semakin maju tingkat ekonomi suatu kota/Negara, menunjukkan
kecenderungan semakin menurunnya komponen sampah organic dan meningkatnya
komponen sampah organic seperti kertas, plastik, logam.
Secara umum komposisi sampah dapat dibedakan dalam beberapa komponen yaitu:
a. Sampah Organik; yang dapat terdiri dari sisa makanan dan daun
b. Sampah Kertas; yang dapat berupa kardus, karton, kertas HVS, kertas Koran, dll.
c. Sampah Plastik; baik berupa kantung plastik, botol plastik bekas kemasan, jerigen, dll.
d. Sampah Kayu; baik berupa potongan kayu, furnitur bekas, dll
e. Sampah Karet; baik berupa ban bekas, lembaran karet, dll
f. Sampah Kulit; yang dapat berupa lembaran, potongan kulit dll
g. Sampah Kaca/beling; baik berupa potongan kaca, botol kaca, gelas kaca, dll
h. Sampah kain/perca; yang dapat berupa potongan kain, atau pakaian bekas/rusak,dll
i. Sampah lain-lain; yang dapat berupa pecahan keramik, dan sisa sampah yang tidak
termasuk dalam kategori diatas
j. Sampah B3 rumah tangga; dapat berupa batu baterai bekas, kaleng bekas kemasan
insektisida, lampu TL/Neon, kaleng bekas cat, hair spray, obat-obatan kedaluarsa, dan
lain sebagainya.
18
Tujuan dari survey timbulan dan komposisi sampah ini adalah untuk mendapatkan suatu
besaran nilai timbulan sampah yang selanjutnya digunakan dalam perencanaan dan
pengelolaan sampah
Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat terdiri dari dua alternatif
sesuai dengan lingkup pelayanannya yaitu :
19
SKALA RUMAH TANGGA
Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat Skala Rumah Tangga adalah
sistem pengelolaan sampah yang menerapkan pemberdayaan masyarakat dalam
mengurangi sampah di sumbernya yaitu rumah tangga.
KOMPOSTER KOMPOS
ORGANIK
BAHAN
KOMPOS
KOMPOS
ORGANIK
RESIDU
MATERI DAUR
LAPAK
ULANG
RUMAH GEROBAK/
B3 TPST
TANGGA MOTOR 3R
RESIDU TPA
NON
ORGANIK
RESIDU
PENANGANAN
B3 LANJUTAB
NON KERAJINAN
ORGANIK TANGAN
SAMPAH
CAMPUR
20
SKALA KAWASAN
Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu Skala Kawasan adalah sistem pengelolaan sampah
yang melakukan pengurangan sampah secara terpusat di lokasi tertentu.
KOMPOSTER KOMPOS
ORGANIK
BAHAN
KOMPOS
KOMPOS
ORGANIK
RESIDU
MATERI DAUR
LAPAK
ULANG
RUMAH GEROBAK/
B3 TPST
TANGGA MOTOR 3R
RESIDU TPA
NON
ORGANIK
RESIDU
PENANGANAN
B3 LANJUTAB
NON KERAJINAN
ORGANIK TANGAN
SAMPAH
CAMPUR
Pada penerapannya, dapat dilakukan kombinasi antara kedua sistem tersebut sesuai
dengan kemauan masyarakat setempat.
Teknologi atau metoda yang berkaitan dengan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis
masyarkat sangat terkait erat dengan sistem pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis
masyarakat yang pada umumnya terdiri dari subsistem pewadahan, subsistem komposter
rumah tangga, subsistem pengumpulan, dan subsistem pengolahan sampah terpusat untuk
kawasan.
21
2.6.1 Teknologi Pewadahan
22
Perencanaan penentuan wadah sampah di sumbernya dilakukan melalui tahapan sebagai
berikut :
· Dari penelitian komposisi dan timbulan sampah, maka diperoleh perkiraan timbulan
sampah per orang per hari pada lokasi terpilih,
· Dari penelitian sosial, diperoleh :
Jumlah hunian rata-rata pada rumah tangga
Kebiasaan masyarakat membuang sampah.
· Untuk sampah campuran, volume wadah dihitung berdasarkan : (jumlah hunian rata-
rata) x 3 liter/orang/hari x 3 hari.
· Untuk program 3R, volume wadah disesuaikan dengan jenis sampah yang akan
dipilah sebagai berikut :
Wadah sampah organik : (jumlah hunian rata-rata) x timbulan sampah organik/
orang/hari x 1 hari.
Wadah sampah non organik : (jumlah hunian rata-rata) x timbulan sampan non
organik/orang/hari x 3 hari.
· Pemilihan warna dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
Warna gelap untuk sampah yang mudah membusuk
Warna terang untuk sampah kering non organik (dapat lebih dari satu
tergantung jenis sampah yang dipilah)
Warna merah untuk bahan berbahaya dan beracun.
23
Keranjang Tatakura
24
Pada perencanaan pengkomposan sampah organik skala rumah tangga, maka dilakukan
beberapa tahapan antara lain :
2.6.3 Teknologi Daur Ulang Sampah Non Organik Skala Rumah Tangga
Daur ulang sampah non organik untuk kertas dan plastik dapat dilakukan di rumah tangga.
Dari best practice yang dilakukan oleh masyarakat di beberapa daerah di Indonesia, daur
ulang sampah non organik kertas dan plastik biasanya untuk membuat barang seni seperti
kertas seni, tas plastik, hiasan plastik, dll.
25
Secara umum, perencanaan kegiatan daur ulang sampah non-organik dapat dilaksanakan
berdasarkan beberapa hal dibawah ini, antara lain:
Sampah yang akan didaur ulang sebaiknya berupa bahan yang terdiri dari kertas, plastik,
karet/kulit dan logam. Bahan ini memiliki nilai ekonomi tinggi, namun dalam
pelaksanaannya memerlukan penanganan khusus (pemilahan sesuai jenis dan bahan
penyusunnya), merupakan bahan daur ulang kualitas baik, dan dipilah sejak dari
sumbernya
Pemasaran produk daur ulang, dapat dilaksanakan dengan cara menjalin kerjasama
dengan pihak lapak besar atau langsung dengan industri/organisasi pengguna bahan
tersebut (misal industri kertas daur ulang, industri pengolah logam, pengolah karet bekas,
dll)
Untuk limbah yang dikategorikan sebagai bahan B3, sebaiknya bahan ini hanya
dikumpulkan dalam wadah khusus yang tidak mudah bocor dan diberi label. Daur ulang
bahan B3 ini sebaiknya di koordinasikan dengan pihak pengumpul resmi yang memiliki ijin
atau dinas kebersihan kota/kabupaten.
26
· Volume gerobak atau motor sampah 1 m3 sehingga satu unit pengumpul dapat melayani
300 jiwa atau sekitar 60 kk untuk timbulan sampah 3 liter/orang/hari. Untuk timbulan
yang berbeda (sesuai hasil penelitian lapangan) maka cakupan pelayanan satu unit
pengumpul dapat diperkirakan sebagai berikut : 1000 liter/(timbulan sampah dlm liter/
orang/hari).
· Kondisi topografi yang berbukit hanya dapat dilayani dengan motor sampah
· Kondisi topografi yang datar dapat menggunakan gerobak atau motor sampah.
· Pengumpulan sampah terpilah dapat dilakukan :
Gerobak atau motor 3R yang tersekat sesuai jenis sampah yang terpilah digunakan
sesuai hasil pemilahan
Gerobak tanpa sekat digunakan dengan jadwal tertentu
· Mempunyai umur teknis minimal 1 tahun
· Menggunakan ban angin.
27
2.6.5 Teknologi Pengolahan Sampah Skala Kawasan
Teknologi pengolahan sampah terpadu skala kawasan yang disebut juga dengan Tempat
Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Tempat pengolahan sampah terpadu berdasarkan
best practice yang ada biasanya terdiri dari proses pemilahan, pengkomposan dan proses
pengemasan bahan non organik untuk daur ulang. Dari TPST ini akan keluar produk berupa
kompos dan bahan lapak. Pada perencanaan teknologi pada TPST maka ada beberapa
kriteria antara lain :
28
· Karakteristik proses pengkomposan :
Volume tumpukan sampah untuk pengkomposan dengan open
windrows mempunyai ukuran lebar 2 meter, tinggi 1,5 meter
dan panjang minimal 2 meter (dapat lebih dari ini sesuai lahan
yang ada).
29
Perencanaan teknologi pengolahan sampah skala kawasan dilakukan pada beberapa
tahapan :
· Penentuan wilayah/jumlah warga yang akan dilayani
· Dari penelitian komposisi dan timbulan sampah, dapat diperkirakan jumlah sampah
yang harus diolah yang terdiri dari jumlah sampah organik dan sampah non organik.
· Bersama-sama warga menentukan metoda atau teknologi yang akan diterapkan, untuk
pengkomposan sampah ada beberapa pilihan : teknologi open windrows, teknologi
caspary dan open bin sesuai dengan tenaga dan biaya yang ada.
· Menentukan layout dari TPST dengan memperhatikan jumlah sampah organik yang
akan dikomposkan, metode yang akan digunakan, dan bentuk lahan yang ada.
· Menentukan organisasi pengelola
· Penyusunan anggaran investasi sesuai harga satuan setempat
· Penyusunan anggaran operasi pengumpulan yang terdiri dari :
Biaya tetap :
Pegawai
Asuransi
Pemeliharaan
Biaya variabel :
Bahan bakar
Listrik
30
2.7.1 Sistem Pengolahan Sampah Skala Rumah Tangga
Diagram alir pada sistem peneglolaan sampah skala rumah tangga adalah seperti Gambar
berikut :
KOMPOSTER KOMPOS
ORGANIK
BAHAN
KOMPOS
KOMPOS
ORGANIK
RESIDU
MATERI DAUR
LAPAK
ULANG
RUMAH GEROBAK/
B3 TPST
TANGGA MOTOR 3R
RESIDU TPA
NON
ORGANIK
RESIDU
PENANGANAN
B3 LANJUTAB
NON KERAJINAN
ORGANIK TANGAN
SAMPAH
CAMPUR
31
Modul 3R-1000 skala rumah tangga mempunyai karakteristik sebagai berikut :
32
Spesifikasi dari pewadahan sampah non organik adalah sebagai berikut :
Spesifiaksi komposter :
· Volume 50 liter
· Berlubang pada dinding dan dasar
· Dilengkapi tutup
· Bahan komposter terbuat dari bahan tahan air
Spesifikasi gerobak:
· Volume bak 1 m3
· Terbuat dari bahan tahan air
· Menggunakan ban angin
· Lebar maksimal 1 meter
· Mudah dalam mengoperasikan
Spesifikasi motor 3R :
33
Motor Sampah
34
2.7.2 Modul Pengelolaan sampah Terpadu 3R berbasis masyarakat skala
kawasan 200 KK
Diagram alir pada sistem pengelolaan sampah skala kawasan di TPST adalah seperti pada
Gambar 2.2. Diagram alir ini dengan asumsi tidak ada pemilahan di rumah tangga.
KOMPOSTER KOMPOS
ORGANIK
BAHAN
KOMPOS
KOMPOS
ORGANIK
RESIDU
MATERI DAUR
LAPAK
ULANG
RUMAH GEROBAK/
B3 TPST
TANGGA MOTOR 3R
RESIDU TPA
NON
ORGANIK
RESIDU
PENANGANAN
B3 LANJUTAB
NON KERAJINAN
ORGANIK TANGAN
SAMPAH
CAMPUR
35
Modul 200 KK mempunyai karakteristik sebagai berikut :
36
Spesifikasi TPST :
37
2.8.1 Kelembagaan.
KEPALA TPST
SEKRETARIS BENDAHARA
SEKSI
SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI
PEMASARAN/
DIKLAT DAUR ULANG PEMILAHAN PENGKOMPOSAN
PEMANFAATAN
SDM yang diperlukan untuk seluruh kerja TPST diperkirakan 5 orang untuk pekerja
lapangan, 1 orang untuk bendahara merangkap sekretaris, dan satu kepala unit,.
38
2.8.2 Pengoperasian TPST
· Pemilahan sampah :
Pembongkaran sampah dari gerobak/motor sampah
Penyebaran sampah dipelataran pemilahan
Pemilahan sampah organik dan non organik secara manual
Pemilahan sampah non organik berdasar komponen
· Pengkomposan :
Penyusunan tumpukan sampah organik pada lajur yang ditentukan
Pembalikan tumpukan satu kali seminggu
Penyiraman dan pengukuran suhu tumpukan
Pematangan kompos
Pengeringan
Pengayakan
Pengemasan
39
2.8.3 Pembiayaan
Pembiayaan TPST terdiri dari biaya investasi, biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap
dan biaya variabel.
Biaya Investasi.
Biaya investasi sebenarnya harus mengikuti harga satuan setempat. Untuk perkiraan maka
digunakan pengalaman dari Best Practice yaitu berkisar antara Rp. 100 juta – 250 juta per
ton kapasitas.
Biaya Operasi
40
2.8.4 Pengaturan
41
BAB III
PENUTUP
Pedoman Perencanaan Kegiatan 3R Berbasis Masyarakat ini merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari ketiga buku pedoman lain. Pedoman ini merupakan dasar yang harus
ditindak lanjuti didalam buku 3 (tiga) tentang Pedoman Pelaksanaan dan buku 4 (empat)
tentang pedoman monitoring evaluasi dan pengembangan.
42
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
BUKU III
Pedoman Pelaksanaan 3 R
Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
DAFTAR ISI
BUKU III : PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN 3R BERBASIS
MASYARAKAT DI KAWASAN PERMUKIMAN
1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
1.3 SASARAN
2. PERSIAPAN PELAKSANAAN 3R
2.1 SELEKSI KOTA/KABUPATEN
2.2 SELEKSI LOKASI
2.3 PEMILIHAN FASILITATOR
2.4 SURVEY LAPANGAN
3. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
3.1 PENENTUAN KELEMBAGAAN
3.2 RENCANA KERJA MASYARAKAT
3.3 PENDAMPINGAN MASYARAKAT
3.4 PELATIHAN
3.5 ASPEK PEMBIAYAAN
6. KEBERLANJUTAN PROGRAM
7. PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.3 SASARAN
3
BAB II
PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R
BERBASIS MASYARAKAT DI PERMUKIMAN
2.1 Pendahuluan
Tahap 2
SELEKSI KOTA/ ( Bulan Maret)
KABUPATEN
Tahap 3
SELEKSI LOKASI (Bulan
April)
· Sosialisasi 3R
SELEKSI · Verifikasi Teknologi
FASILITATOR Pengolahan
· Pemilihan Lokasi TPST (utk
kawasan)
· Pembentukan Kelompok
PENYIAPAN Swadaya Masyarakat
MASYARAKAT
· Aspek Teknis
Operasional
PEMILIHAN METODA · Aspek
DAN TEKNOLOGI 3R Kelembagaan
· Aspek
Pengaturan
· Aspek
Pendanaan
PENYUSUNAN PERENCANAAN SISTEM · Aspek Peran
PENGELOLAAN SAMPAH Serta
RENCANA KERJA 3R BERBASIS Masyarakat
MASYARAKAT MASYARAKAT
PELAKSANAAN
MONITORING DAN
PENGELOLAAN SAMPAH 3R
EVALUASI
BERBASIS MASYARAKAT
Tahap 6
(Bulan
Desember)
KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN
PROGRAM DAN REPLIKASI Tahap 7
4
2.2 Seleksi Kota/Kabupaten
DAFTAR KOTA
DALAM SATU PROPINSI
5
· Membagikan format isian bagi kota/kabupaten yang berminat untuk melaksanakan
pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di permukiman yang juga
berisi syarat-syarat untuk dipenuhi yaitu :
Walikota / Bupati atau Pejabat yang berwenang berminat untuk implementasi
penyelenggaraan pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis
masyarakat dengan membuat surat minat yang ditujukan kepada Departemen
Pekerjaan Umum dilengkapi dengan persetujuan lahan TPST yang sesuai
dengan Tata Ruang.
Memiliki Dinas atau UPT yang bertanggung jawab dalam bidang kebersihan
sebagai Dinas penanggung jawab.
Sebaiknya sudah pernah melakukan kegiatan berbasis masyarakat.
Bersedia kontribusi in cash untuk biaya fisik ; dan in kind yaitu sarana kantor
dan staf dinas penanggungjawab sebagai fasilitator.
Kesiapan Dinas Penanggung jawab untuk bekerjasama dengan Tenaga
Fasilitator Diutamakan kota / kabupaten yang mempunyai pengalaman 3R
sebelumnya
6
2.3 Seleksi Lokasi
7
· Membagikan format isian bagi wilayah yang berminat untuk melaksanakan pengelolaan
sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di permukiman.
· Membentuk tim teknis yang untuk pemilihan lokasi yang berminat.
· Penerimaan format isian dan dokumen proposal singkat dari peminat (2 minggu
setelah workshop). Proposal singkat memuat data sesuai acuan kriteria lokasi pada
Buku II Pedoman Perencanaan Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat
di Permukiman
· Penyusunan daftar panjang lokasi yang berminat.
· Tim teknis melakukan proses pemilihan :
Melakukan verifikasi data
Melakukan proses scoring sesuai dengan acuan dari Buku II Pedoman
Perencanaan Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat di
Permukiman
Menyusun daftar pendek lokasi yang berminat
Melaporkan hasil pemilihan ke Satker
Pemilihan Lokasi
Setelah diperoleh daftar pendek (short list) calon lokasi maka dilakukan beberapa tahapan
sebagai berikut :
8
Hasil yang diharapkan :
· Permintaan presentasi kepada stakeholder lokasi yang berminat di balai pertemuan
Kampung /Lingkungan / RT/RW.
· Surat Undangan dari masyarakat untuk melakukan survai cepat (Rapid Paticipatory-
RPA).
· Syarat untuk mengikuti seleksi lokasi.
9
SELEKSI LOKASI TERPILIH.
Seleksi Kampung dan Lokasi terpilih sebagai berikut :
· Memfasilitasi masyarakat dalam melakukan seleksi yang dilakukan secara sendiri
· Masyarakat kampong yang ikut seleksi mempretansikan kondisi kampung/desanya.
· Masyarakat menghitung dan menentukan sendiri kampung/desa yang paling siap
untuk tempat implementasi program PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS
MASYARAKAT.
· Penandatanganan Berita Acara/BAP hasil Seleksi Kampung/desa adalah :
· Memberi waktu untuk konfirmasi lahan dsb kepada pemenang kampung ke – 1 (satu)
dengan tenggat waktu tertentu.
· Bila pemenang ke-1 bermasalah , beri kesempatan kepada pemenang kampung ke-2.
DAFTAR LOKASI
LOKASI BERMINAT
KRITERIA :
- Telah dan sedang melakukan kegiatan pelestarian
lingkungan seperti penghijauan lingkungan
- Adanya kelompok aktif di masyarakat
PROSES PEMILIHAN
- Adanya tokoh masyarakat yang disegani
LOKASI
- Adanya permasalahan sampah
- Terdapat sejumlah rumah tangga yang berminat atau
mempunyai lahan kosong
- Dalam batas administrasi yang jelas (RT, RW, Kelurahan)
LOKASI TERPILIH
10
2.4 Penyiapan Masyarakat
Pada pelaksanaan penyiapan masyarakat maka ada beberapa tahap yang perlu dilakukan
yaitu :
Pemilihan fasilitator
Pengumpulan data persampahan di lokasi terpilih
Penelitian sosial
Penelitian komposisi dan timbulan sampah
Sosialisasi kepada masyarakat
Pemilihan lokasi, sistem dan teknologi pengelolaan sampah terpadu 3R
Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat
Pendampingan masyarakat
pelatihan
11
2.4.1 Pemilihan Fasilitator
DAFTAR PEMINAT
DAFTAR PENDEK
CALON
- Memahami karakteristik masyarakat lokal
- Mampu berkomunikasi dengan baik
- Memiliki waktu yang cukup untuk
melaksanakan tugas sebagai fasilitator
PROSES PEMILIHAN
- Memiliki pengetahuan dasar tentang
FINAL
persampahan
- Bersedia tinggal dan bekerja sama dengan
masyarakat di lokasi terpilih
FASILITATOR
TERPILIH
12
Tugas fasilitator antara lain :
13
2.4.2 Pengumpulan data persampahan di lokasi terpilih.
Satuan kerja Dep PU Provinsi, konsultan daerah dan fasilitator bersama-sama melakukan
pengumpulan data dasar melalui penelitian lapangan, untuk digunakan dalam pelaksanaan
pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat yang terdiri dari :
· Data sosial
· Data timbulan dan komposisi sampah
14
2.4.3 Penelitian Sosial
15
2.4.4 Penelitian Komposisi dan timbulan sampah.
· Membuat dokumen yang diperlukan untuk survey sosial dan surat perizinan yang
diperlukan.
· Melakukan kajian awal dari kondisi lokasi yaitu :
Jumlah warga yang akan dilibatkan pada program pengelolaan sampah
terpadu 3R berbasis masyarakat.
Untuk kasus tertentu, kriteria permukiman dapat dibagi sesuai kategori tingkat
ekonomi tinggi, menengah dan rendah.
Penentuan rumah yang akan dijadikan pengambilan contoh sampah. Volume
sampah untuk penelitian komposisi minimal 0,5 m3 atau 500 liter sehingga
jumlah rumah untuk pengambilan contoh minimal 40 rumah.
Membuat daftar rumah dan menghubungi instansi terkait dan lurah/RW/RT
untuk pelaksanaan penelitian.
Mengirim surat pemberitahuan kepada warga.
· Menentukan lokasi pemilahan dan penimbangan untuk penelitian komposisi sampah
· Persiapan logistik penelitian mengacu kepada Buku II Pedoman Perencanaan
Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat di Permukiman tentang
penelitian komposisi sampah berupa :
Kantong plastik untuk pengambilan sampel dari rumah
ATK untuk pencatatan
Ember, garu, terpal, dll., untuk penelitian komposisi sampah
Alat timbangan skala 100 kg dan 5 kg
16
· Pelaksanaan penelitian lapangan, dilakukan selama 8 hari berturut-turut (dari
Senin ke Senin), atau lebih kecil frekuensinya sesuai biaya yang ada dengan
sebelumnya konsultasi kepada ahli sampah dengan cara :
Membagikan kantong plastik yang sudah diberi tanda kepada sumber sampah
1 hari sebelum pelaksanaan
Mencatat jumlah unit masing-masing penghasil sampah
Mengumpulkan kantong plastik yang sudah terisi sampah
Mengangkut seluruh kantong plastik ke tempat pengukuran
Menimbang kotak pengukur
Menuangkankan secara bergiliran conto sampah ke kotak pengukur 40 liter
Menghentakan 3 kali kotak conto dengan mengangkat kotak setinggi 20 cm
lalu dijatuhkan ke tanah
Mengukur dan mencatat volume sampah ( Vs)
Menimbang dan mencatat berat sampah (Bs)
Menimbang bak pengukur 500 liter
Mencampur seluruh conto dari setiap lokasi pengambilan dalam bak
pengukur
Mengukur dan mencatat volume sampah total dan sampah terpisah
berdasarkan jenisnya
· Pengolahan dan analisa data.
· Pelaporan
17
2.4.5 Sosialisi Kepada Masyarakat
18
· Sesion kedua adalah membagikan kertas ”metaplan” kepada peserta masing-masing
berbeda warna untuk wakil pemerintah, masyarakat, dan LSM. Pada sesion ini
dilakukan :
Identifikasi masalah pengelolaan sampah lokal
Identifikasi kemungkinan cara pengelolaannya
Penggabungan pendapat dari peserta
Pengelompokan masalah
Pengelompokan cara pengelolaannya
Untuk pembentukan Rencana Kerja Masyarakat dari hasil yang telah diperoleh pada proses
metaplan maka dapat dilakukan tahapan sebagai berikut :
19
· Setelah didapatkan daftar kegiatan dan sub kegiatan, FASILITATOR bersama-sama
warga menentukan detail informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan
tersebut, antara lain:
menetapkan periode pelaksanaan serta tahapannya yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan/sub-kegiatan
menentukan penanggung jawab pelaksanaan setiap kegiatan sesuai dengan yang
akan dilaksanakan. Penentuan penanggung jawab ini sebaiknya melibatkan peran
serta warga yang ditentukan melalui musyawarah warga
menetapkan waktu awal dan akhir pelaksanaan kegiatan/sub kegiatan
menetapkan anggota pelaksana kegiatan/sub kegiatan
menetapkan daftar kebutuhaan bahan dan peralatan yang diperlukan untuk setiap
kegiatan/sub kegiatan
menetapkan alokasi kebutuhan biaya yang diperlukan untuk setiap kegiatan / sub-
kegiatan
menetapkan perkiraan target akhir penyelesaian kegiatan / sub-kegiatan beserta
indikator monitoring dan evaluasinya bagi setiap kegiatan/sub-kegiatan yang
dianggap telah selesai
20
2.4.8 Pendampingan Masyarakat
2.4.9 Pelatihan
Pelatihan merupakan proses pembekalan atas pilihan teknologi yang akan dipakai,
sarana sosialisasi dan advokasi kepedulian warga terhadap program. Materi pelatihan
dimulai dari sistem pengolahan sampah skala rumah tangga, sampai terapan
pengolahan sampah skala kawasan.
Materi Pelatihan
Materi umum :
· Sosialisasi perencanaan program
· Pengertian Pengelolaan sampah 3R
· Pemahaman tentang sampah dan dampaknya
· Aspek Kelembagaan
· Aspek keuangan secara umum
Materi Teknis:
a. Pengelolaan sampah skala rumah tangga, meliputi:
· Proses pengumpulan
· proses pewadahan
· proses pemilahan
· proses pengolahan sampah organik
· proses pengolahan sampah non-organik
· proses pengolahan residu
· proses pemanfaatan hasil
21
b. Pengelolaan sampah skala kawasan, meliputi:
· proses pengangkutan terpilah dari sumber
· proses pengumpulan
· proses pemilahan
· proses pengolahan sampah organik
· proses pengolahan sampah non-organik
· proses pengolahan residu
· proses pengolahan lindi
· proses penanganan B3
· proses pemanfaatan hasil
Jenis Pelatihan
· Pelatihan Untuk Pelatih (TOT)
· Pelatihan Untuk warga skala rumah tangga
· Pelatihan Untuk pelaksana pengelola skala kawasan
Peserta Pelatihan
· Fasilitator
· Organisasi Masyarakat 3R (KSM)
· Satker
· Warga yang terlibat langsung di lokasi 3R
· warga yang tidak terlibat langsung (dari lain lokasi)
Waktu Pelatihan
· Pelatihan TOT : 2 hari (70 % praktek lapangan, 30 % teori)
· Pelatihan Pengelola 3R skala rumah tangga : 3 hari (70 % praktek lapangan, 30 % teori)
· Pelatihan Pengelola 3R skala kawasan : 3 hari (70 % praktek lapangan, 30 % teori)
Metoda Pelatihan
· Ceramah (tutorial)
· Tanya jawab
· Diskusi Kelompok
· Kunjungan lapangan (studi banding)
22
2.5 Aspek Pembiayaan
Aspek pembiayaan dalam kegiatan pengelolaan sampah 3R ini diperlukan untuk mem-
berikan panduan khususnya skala rumah tangga dan kawasan.
23
Bab III
PENGELOLAAN SAMPAH 3R
Pada prinsipnya teknologi yang dipilih adalah tepat guna dan ramah lingkungan. Dalam
pengelolaan sampah skala rumah tangga melibatkan seluruh penghuni rumah, meliputi
kegiatan pengurangan (minimasi) dan penanganan sampah. Proses pengurangan dimulai
sejak sampah belum terbentuk, seperti menghemat penggunaan bahan, membatasi
konsumsi sesuai kebutuhan, memilih barang yang sedikit mengandung sampah dsb.
Penanganan adalah proses pengelolaan mulai dari pewadahan, pemilahan dan pengolahan.
Komponen pemilahan minimal dilakukan terhadap sampah yang mudah terurai, tidak
mudah terurai dan sampah B3. Pengelolaan dilakukan melalui upaya pemanfaatan kembali
sampah dan mendaur ulang, sesuai fungsinya seperti penggunaan botol minuman dan
kemesan lainnnya. Mendaur ulang dilakukan dengan memilih sampah menurut jenisnya
baik yang memiliki nilai ekonomi seperti plastik, kertas, gelas, logam dll, dikreasi menjadi
hasta karya. Adapun sampah material kompos yang mudah terurai diolah melalui
pengomposan. Pengolahan sampah material kompos harus dilakukan setiap hari.Dalam
mengolah sampah anorganik perlu dipertimbangkan kegiatan tersebut tidak berbahaya bagi
lingkungan, tidak menggunakan bahan kimia beracun dan tidak menimbulkan dampak
negatif bagi lingkungan. Untuk limbah B3 ditangani secara khusus melalui pewadahan
tersendiri dan terpisah dari jenis sampah lain.
Pelaksanaan pemilihan teknologi dilakukan dengan sesuai dengan hasil survai sampah dan
sosial, satuan kerja PU bersama-sama dengan konsultan daerah membuat analisis dan
menentukan alternatif teknologi pengolahan yang akan diterapkan.
24
KOMPOSTER KOMPOS
ORGANIK
BAHAN
KOMPOS
ORGANIK
RESIDU
RUMAH GEROBAK/
B3 MOTOR 3R
TANGGA
NON
ORGANIK
RESIDU
NON KERAJINAN
ORGANIK TANGAN
SAMPAH
CAMPUR
SKALA SUMBER
25
CONTOH PENGOLAHAN SAMPAH RUMAH TANGGA
Komposter dari drum plastik volume 30 liter. Drum dilubangi pada setiap sisi dan bagian
bawah drum. Jarak antar lubang pada bagian sisi drum sekitar 2 cm ke samping dan ke
atas membentuk jalur ke bawah. Jarak antar jalur sekitar 5 cm. Lubang pada bagian bawah
drum diletakan pada tempat aliran air.
1. Alat pengaduk
2. Sampah
3. KOMPOS sebagai aktivator
Cara Kerja
26
Operasional Komposter Takakura
1. Keranjang berlubang
2. Bantal sekam padi 2 bh
3. Kain kasa hitam
4. Kardus
5. Kompos
6. Sampah
Cara Kerja
27
3.2. SKALA KAWASAN
Pengelolaan sampah skala kawasan adalah merupakan kegiatan lanjutan terhadap sampah
yang tidak terolah di sumber, atau merupakan pengolahan langsung dari seluruh sampah
warga pada area sendiri sesuai dengan volume dan karakteristik sampah. Lingkup kawasan
sebaiknya memiliki batasan administratif misalnya 1 RT.
28
PROSES 3R DI TPST
Pada prinsipnya teknologi skala kawasan yang dipilih adalah tepat-guna dan ramah
lingkungan. Lingkup pengelolaan sampah skala kawasan minimal meliputi wilayah satu
Rukun Tetangga (RT). Jumlah penghuni sebanyak 40 KK atau sekitar 200 jiwa. Dengan rata-
rata produksi sampah 1 KK sebanyak 3 liter perhari, maka jumlah sampah 1 RT sekitar 600
liter atau 0,6 meter kubik.
A. Penampungan Sampah
Sampah yang masuk merupakan sampah yang sudah terpilah di warga. Pengangkutan
sampah dari sumber menggunakan alat angkut yang sudah terpilah sesuai jenisnya. .
B. Pemilahan Sampah
Pemilahan dilakukan dengan memilih dan menempatkan sampah sesuai jenisnya.
Umumnya dibedakan atas sampah kertas,plastic, gelas,kaca,karet,kulit dll, serta sam-
pah material kompos dan sampah organic yang tidak dapat dikomposkan seperti sabut
dan batok kelapa.
29
Pengepakan secara mekanik dilakukan menggunakan mesin pres. Sampah terpilah
dimasukan langsung dalam mesin mesin pres. Jika sudah padat sampah tercetak
dikeluarkan kemudian ditutup plastic dan diikat.
E. Pembuatan Kompos
Sampah material kompos adalah sampah mudah membusuk. Pengomposan dilakukan
secara aerobic melalui metoda OPEN BIN, OPEN WINDROW dan CASPARY.
F. Pengolahan Residu
Sampah yang tidak terolah dianggap sebagai residu dan diangkut ke TPA.
Pengolahannya dilakukan secara landfill.
30
Open Bin
Open Windrow,
31
Caspary
Pemilahan
Sampah dipilah antara material kompos dengan sampah yang sulit membusuk.
Pencetakan
Sampah material kompos dimasukan dalam kotak pencetak. Sampah diinjak-injak terutama
pada bagian tepi kotak. Dibuat tinggi tumpukan minimal 1 m. Jika tinggi kotak hanya 0,5 m
maka setelah mencapai tinggi 0,5 m kotak dinaikan kemudian diisi sampah kembali.
Selesai mencetak kotak dibersihkan dan dan disimpan.
Penyiraman
Peniraman dilakukan pada saat mencetak yaitu pada saat ketinggian 50 cm dan 100 cm.
penyiraman dilakukan pula pada saat pembalikan dan pada saat tumpukan sampah terlihat
kering. Kadar air tumpukan sampah adalah antara 50 – 60 %.
Pembalikan
Pembalikan dilakukan dengan interval waktu sebagai berikut: Pembalikan pertama dil-
akukan pada hari kesebelas sedangkan pembalikan berikutnya setiap lima hari sekali. Pem-
balikan seluruhnya sebanyak 7 kali. Pada saat pembalikan dapat dilakukan pula peng-
gabungan antar tumpukan, yaitu setelah pembalikan ketiga.
32
Pengeringan
Pengeringan dilakukan melalui proses penganginan. Kompos disebarpada suatu ruang
dengan ketinggian 20 cm, kemudian dibalik-balik.
Penyaringan
Kompos kering disaring melalui pengayakan. Tekstur kompos ditentukan oleh ukuran mess
kawat yang digunakan. Biasanya digunakan mess 0,5 cm untuk tekstur sangat halus, mess
1 cm untuk tekstur halus dan kompos yang tidak lolos dari mess 1 cm dimasukan dalam
tekstur kasar.
Pengemasan
Sesuai dengan ukuran teksturnya kompos dimasukan dalam kemasan. Kemasan bisa
dalam plastic atau karung. Agar kompos tidak mudah rusak disimpan di dalam gudang yang
kering. Pada bagian dasar tumpukan diberi alas kayu agar terjaga dari kelembaban yang
tinggi. Untuk setiap 1 m persegi dapat menampung kompos sekitar 600 kg dengan tinggi
tumpukan 1m.
Pemanfaatan
Kompos sangat baik untuk media tanam berbagai jenis tanaman. Kompos mengandung
unsr hara makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga terjadi keseimbangan
sediaan unsur hara di dalam tanah. Kompos lebih bersifat pemulih kondisi tanah.
Hasil Pengomposan
Proses pengomposan sangat efektif dalam mengolah sampah, karena mencapai susut bo-
bot sampai 70% dan susut volume sampai 82 %. Kompos sendiri merupakan nilai tambah
dariproses pengomposan.
33
KUALITAS KOMPOS
Spesifikasi Kompos
· Kematangan Kompos
Berwarna hitam seperti warna tanah
Tidak berbau
Temperatur sekitar 28 – 34 derajat Celcius
Bentuknya sudah hancur
C/N rasio 15-20
· Kemurnian kompos
Tidak mengandung logam, gelas, plastik dan karet lebih besar dari 2 mm
Tidak mengandung logam berat dan kimia organik seperti pestisida
Tidak mengandung benda tajam yang dapat melukai manusia.
· Organisme Pathogen
Fecal Coli < 1000 MPN/gr total solid dalam keadaan kering
Salmonella sp. < 3 MPN/4 gr total solid dalam keadaan kering
· Pencemar Organik
Pestisida organo klorin
Insektisida dan herbisida
Dioksin dan Furan
34
MANFAAT DAN POTENSI KOMPOS
· Mengandung unsur hara mkrodan mikro serta mineral penting yang dibutuhkan oleh
tanaman
· Meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap serta menahan air dan unsur hara
· Meningkatkan porositas,aerasi dan komposisi keanekaragaman mikroorganisme tanah
· Meningkatkan daya ikat tanah terhadap air
· Memperbaiki struktur dan tekstur tanah (soil conditioner)
· Meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik
· Penyubur peraiaran,meningkatkan sediaan pakan alami perairan, seperti tambak
· Reklamasi lahan, sebagai pelapis tanah yang sudah tidak produktif dan penutup lubang
bekas galian tambang
· Media tanam pembibitan berbagai jenis tanaman termasuk tanaman HTI
· Tanah Penutup TPA
35
Metoda Kelebihan Kekurangan
36
BAB IV
KEBERLANJUTAN PROGRAM
PERATURAN HUKUM
SISTEM PENGELOLAAN
SAMPAH 3 R BERBASIS
MASYARAKAT DI KAWASAN
PERMUKIMAN
37
Keberlanjutan program terdiri dari:
1. Pengembangan
Pengembangan dapat dilakukan atas permintaan masyarakat atau sudah masuk dalam
perencanaan awal. Dalam proses pengembangan perlu diperhatikan :
Perencanaan pengembangan meliputi perkiraan jumlah warga yang akan dilibatkan dalam
pengembangan pengelolaan sampah 3R terpadu.
38
2. Replikasi
Kegiatan replikasi adalah melakukan kegiatan sejenis dalam suatu program yang sama pada
lokasi yang berbeda. Kegiatan merupakan modifikasi dari kegiatan di daerah lain yang telah
berhasil. Dalam memilih lokasi perlu di dukung dengan kesiapan dan kemauan masyarakat.
Pelaksanaannya perlu penyesuaian dengan kondisi dan kebiasaan masyarakat setempat.
Tahapan paling penting dalam melakukan replikasi adalah:
Penelusuran kemauan masyarakat lokasi terpilih yang dicerminkan dalam surat
permintaan dari pemuka masyrakat atau RT/RW atau Pejabat Strukural Penguasa
Daerah.
Survey lokasi, diutamakan lokasi dengan kondisi yang mirip atau hampir mirip dengan
lokasi yang sudah berhasil menerapkan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis
masyarakat.
Melakukan prosedur pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat
seperti yang dilakukan pada lokasi contoh.
39
BAB V
PENUTUP
· Pedoman pelaksanaan dapat digunakan sebagai acuan bagi pengelola 3R di lokasi yang
sama dan atau replikasi di tempat lain dengan ketentuan yang sama.
40
41
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
BUKU IV
Pedoman Monitoring Dan Evaluasi 3 R
Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
DAFTAR ISI
BUKU IV : PEDOMAN MONEV KEGIATAN 3R BERBASIS MASYARAKAT
1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
1.3 SASARAN
5. PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.3 SASARAN
2.1 UMUM
Ditingkat Pusat, pemantauan dilakukan oleh Direktorat PLP Ditjen Cipta Karya,
Departemen PU dan Tim Koordinasi Pusat. Pemantauan ditekankan kepada :
4
1. Jumlah provinsi yang melaksanakan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis
masyarakat
2. Perencanaan Pengelolaaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat di tingkat
provinsi
3. Jumlah kota yang melaksanakan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat
4. Pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah 3R terpadu pada masing-masing provinsi.
6
2.5 Program Pemantauan
2.5.1 Lokasi 3 R
Program pemantauan dilakukan dengan alat bantu pantau yang terukur seperti tabel berikut
ini:
Beri tanda (X) pada kondisi yang ada dilapangan
Umum :
Letak Lokasi :
< 50 m dari rumah terdekat
Antara 50 – 100 m dari rumah
Antara 100 – 500 m dari rumah
> 500 m dari rumah terdekat
Status lahan :
Milik Pemerintah
Milik Perorangan
Milik Perusahaan Swasta
Tanah Wakaf
Tidak diketahui
Luas Lokasi :
Sama dengan atau lebih dari 1000 m2
Antara 500 – 1000 m2
Antara 200 – 500 m2
Kurang dari 200 m2
Fisik :
Topografi :
Lereng
Berbukit
Datar
Hidrologi :
Kurang 100 m dari badan air
Antara 100 – 300 m dari badan air
Lebih 300 m dari badan air
Sumber air :
Air sungai
Air danau
Air tanah
Lainnya ............................................
8
2.5.2 Sarana dan Prasarana
2.5.2.1 Pewadahan
Bentuk pewadahan :
Kotak
Silinder
Lainnya sebutkan..................
Metoda pewadahan :
Ada tutup
Tidak ada tutup
Ukuran Wadah :
Lebih kecil dari 10 liter
Antara 10 liter – 30 liter
Antara 30 liter – 60 liter
Diatas 60 liter
10
2.5.2.2 Pengolahan Skala Rumah Tangga
Volume komposter :
Diatas atau sama dengan 60 liter
Antara 30 – 60 liter
Dibawah 30 liter
Jumlah komposter :
Diatas 3 unit per rumah
2 unit per rumah
1 unit per rumah
Lainnya sebutkan....................
Bentuk kompos :
Mempunyai tekstur yang halus
Masih kasar terlihat ada materi organik tidak hancur
Lainnya sebutkan.............
12
2.5.2.3 Pengumpulan
Pola pengumpulan :
Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah tercampur dalam satu gerobak
Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah dengan gerobak atau motor sampah 3R
(bak terpilah untuk beberapa jenis sampah)
Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah dengan gerobak atau motor sampah
beberapa gerobak dimana masing-masing gerobak mengumpulkan jenis sampah
tertentu pada hari yang sama.
Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah dengan gerobak atau motor sampah
beberapa gerobak dimana masing-masing gerobak mengumpulkan jenis sampah
tertentu pada hari yang berbeda
Lainnya sebutkan................................
Operasional pengumpulan :
Frekuensi pengumpulan :
Setiap hari
Tiga hari sekali
Seminggu sekali
Lainnya sebutkan....................
Frekuensi pengumpulan disesuaikan dengan komponen sampah:
Sampah mudah membusuk :
Setiap hari
Tiga hari sekali
Seminggu sekali
Lainnya sebutkan....................
Untuk sampak kering ;
Setiap hari
Tiga hari sekali
Seminggu sekali
Lainnya sebutkan....................
Untuk sampah B3 dikumpulkan :
Setiap hari
Tiga hari sekali
Seminggu sekali
Lainnya sebutkan....................
Daerah pelayanan mencakup :
Lebih dari 500 kk
300- 500 kk
100 – 300 kk
50 – 100 kk
Kurang dari 50 kk
Pelaksanaan pengumpulan dilakukan oleh :
Dinas Kebersihan atau sejenis
Petugas khusus dari RW/Kelurahan
Swadaya masyarakat oleh KSM
Kelompok aktif masyarakat : Karang Taruna, PKK, dll
Lainnya sebutkan............
14
2.5.2.4 Tempat Pengolahan Sampat Terpadu Skala Kawasan
Jenis teknologi yang digunakan :
Pengkomposan sampah organik
Pengolahan sampah kertas
Pengolahan sampah plastik
Lainnya sebutkan
Kapasitas TPST :
Diatas atau sama dengan 2 ton (10 m3) per hari
Antara 1 ton – 2 ton per hari
Kurang dari 1 ton per hari
Cakupan Layanan :
Diatas atau sama dengan 1000 kepala keluarga
Antara 750 – 1000 kepala keuarga
Antara 500 – 750 kepala keluarga
Antara 250 – 500 kepala keluarga
Antara 100 – 250 kepala keluarga
Antara 40 – 100 kepala keluarga
Dibawah 40 kepala keluarga
Bentuk kompos :
Mempunyai tekstur yang halus
Masih kasar terlihat ada materi organik tidak hancur
Lainnya sebutkan.............
Bentuk lembaga :
Kelompok Swadaya Masyarakat
Bagian dari kepengurusan RT/RW
Kelompok Aktif (PKK, Karang Taruna, Perkumpulan keagamaan)
Lembaga diluar lingkungan (LSM)
Lainnya sebutkan .............................
Struktur Organisasi :
pembina
ketua
Sekretaris
Bendahara
Unit Monitoring dan Evaluasi
Unit kerajinan daur ulang
Unit produksi kompos
Unit penjualan produk
Unit pemeliharaan
Unit Diklat
Unit penyuluhan
Legalitas pembentukan :
Surat Keputusan RT/RW
Surat Keputusan Lurah
Surat Keputusan Camat
Surat Keputusan Walikota
Lainnya sebutkan.....................
2.5.4 Pendanaan
Biaya Investasi :
Pewadahan :
Kurang dari Rp. 25.000,- per kk
Antara Rp. 25.000 – 50.000,- per kk
Antara Rp. 50.000 – Rp. 100.000,- per kk
Antara Rp. 100.000,- - Rp. 300.000,- per kk
Diatas Rp. 300.000,- per kk
Pengumpulan :
Kurang dari Rp. 100.000,- per unit
Antara Rp. 100.000,- - Rp. 1.500.000,- per unit
Antara Rp. 1.500.000,- - Rp. 2.500.000,- per unit
Diatas Rp. 2.500.000,- per unit
TPST :
Kurang dari Rp. 200 juta
Antara 200 juta – 1 milyard
Diatas 1 milyard.
18
Biaya operasional per tahun :
Pengumpulan :
Kurang dari Rp. 5.000.000,-
Antara Rp. 5.000.000,- - Rp. 10.000.000,-
Antara Rp. 10.000.000,- - Rp. 15.000.000,-
Diatas Rp. 15.000.000,-
Sumber Dana :
Dana Mandiri dari masyarakat
Sharing antara masyarakat dan pihak lain
Dana APBD pemerintah daerah
Dana LSM Lokal
Dana LSM Luar Negeri
Lainnya sebutkan
Keterlibatan Warga :
Seluruh warga 1 kelurahan terlibat
Seluruh warga 1 RW terlibat
Seluruh warga 1 RT terlibat
50 % warga 1 RT terlibat
25 % warga 1 RT terlibat
Perwakilan pada setiap RT/RW di seluruh kelurahan
Lainnya sebutkan.................
Kelompok aktif di masyarakat yang terlibat :
PKK
Karang Taruna
Jantung Sehat
Kelompok agama
Arisan
Lainnya sebutkan................
Frekuensi pertemuan warga tentang pengelolaan sampah terpadu 3R :
Seminggu sekali
Dua minggu sekali
Sebulan sekali
3 bulan sekali
6 bulan sekali
1 tahun sekali
Lebih dari 1 tahun sekali
Tidak pernah
Lainnya sebutkan....................
20
2.5.6 Pengaturan
Pengaturan dan Peraturan perundangan disarankan mempunyai :
Surat Keputusan Pembentukan Organisasi Pengelola Sampah 3R terpadu berbasis
masyarakat – TKM (Sk Lurah, RW, atau RT)
Surat Keputusan (Lurah, RW, RT) tentang iuran bulanan pengelolaan sampah
surat Keputusan (Lurah, RW, RT) tentang tata tertib kebersihan lingkungan dan
pengelolaan sampah
Lainnya sebutkan.............
2.5.7 Operasional
Tingkat operaional saat pemantauan :
Sudah berjalan 100 % mencakup sesuai perencanaan
Berjalan antara 75 % - 100 %
Antara 50 % - 75 %
Dibawah 50 %
BAB III
EVALUASI PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS
MASYARAKAT
3.1 Indikator
22
5. Adanya pengaturan yang jelas dalam melaksanakan pengelolaan sampah terpadu
3R bebasis masyarakat (diukur berdasarkan surat keputusan, surat edaran, tentang
tata cara pengelolaan sampah dari pimpinan wilayah seperti RT, RW dan kelurahan).
Evaluasi tingkat pusat dilakukan oleh Tim Pusat . Indikator yang perlu diperhatikan dalam
evaluasi tingkat pusat adalah sebagai berikut :
Jumlah kota/kabupaten melaksanakan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis
masyarakat.
Jumlah warga masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan sampah terpadu 3R
berbasis masyarakat.
Jumlah kota/kabupaten yang sudah memiliki Tim Kerja Masyarakat.
Jumlah kota/kabupaten yang memiliki sumber dana mandiri.
Jumlah masyarakat pada lokasi terpilih yang terlibat dalam pengelolaan sampah
terpadu 3R berbasis masyarakat.
Jumlah Kepala Keluarga yang terlibat langsung dalam kegiatan pelaksanaan
pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat.
Jumlah sampah terkurangi
Jenis produk daur ulang sampah
Kesesuaian pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat.
24
3.5.1 Lokasi 3 R
Umum :
Pemantauan Score
Letak Lokasi :
< 50 m dari rumah terdekat 1
Antara 50 – 100 m dari rumah 2
Antara 100 – 500 m dari rumah 3
> 500 m dari rumah terdekat 1
Status lahan :
Milik Pemerintah 5
Milik Perorangan 4
Antara 0,75 - 1 3
26
3.5.2 Sarana dan Prasarana
3.5.2.1 Pewadahan
Pemantauan Score
Pola pewadahan, baik untuk individual dan komunal :
Satu jenis pewadahan untuk semua sampah 1
Pewadahan terpilah antara sampah organik dan non organik 2
Pewadahan terpilah antara sampah organik, non organik, dan sampah 3
B3
Warna Pewadahan :
Sampah Organik :
Warna Gelap 3
Warna Terang 2
Warna Merah 1
Lainnya sebutkan…………
Sampah Non Organik :
Warna Gelap 2
Warna Terang 3
Warna Merah 1
Lainnya sebutkan…………
Sampah B3 :
Warna Gelap 2
Warna Terang 1
Warna Merah 3
Lainnya sebutkan…………
Pemantauan Score
28
3.5.2.2 Pengolahan Skala Rumah Tangga
Pemantauan Score
Antara 30 – 60 liter 2
Dibawah 30 liter 1
Jumlah komposter :
Diatas 3 unit per rumah 3
2 unit per rumah 2
1 unit per rumah 1
Lainnya sebutkan....................
Pemantauan Score
Bentuk kompos :
Mempunyai tekstur yang halus 3
Masih kasar terlihat ada materi organik tidak hancur 2
Lainnya sebutkan.............
30
3.5.2.3 Pengumpulan
Pemantauan Score
Jenis alat pengumpulan :
Gerobak/motor sampah biasa 1
Gerobak sampah 3R 2
Motor sampah 3R 3
Lainnya sebutkan................
Pola pengumpulan :
32
Pemantauan Score
Daerah pelayanan mencakup :
o Lebih dari 500 kk 5
o 300- 500 kk 4
o 100 – 300 kk 3
o 50 – 100 kk 2
o Kurang dari 50 kk 1
Pemantauan Score
Jenis teknologi yang digunakan :
Pengkomposan sampah organik 5
Pengolahan sampah kertas 5
Pengolahan sampah plastik 5
Lainnya sebutkan
Kapasitas TPST :
Diatas atau sama dengan 2 ton (10 m3) per hari 3
Antara 1 ton – 2 ton per hari 2
Kurang dari 1 ton per hari 1
34
Aspek Score
Cakupan Layanan :
Diatas atau sama dengan 1000 kepala keluarga 7
Antara 750 – 1000 kepala keuarga 6
Antara 500 – 750 kepala keluarga 5
Antara 250 – 500 kepala keluarga 4
Antara 100 – 250 kepala keluarga 3
Antara 40 – 100 kepala keluarga 2
Dibawah 40 kepala keluarga 1
Bentuk kompos :
Mempunyai tekstur yang halus 3
Masih kasar terlihat ada materi organik tidak hancur 2
Lainnya sebutkan.............
36
3.5.3 Kelembagaan
Aspek Score
Bentuk lembaga :
Kelompok Swadaya Masyarakat 5
Bagian dari kepengurusan RT/RW 4
Kelompok Aktif (PKK, Karang Taruna, Perkumpulan keagamaan) 3
Lembaga diluar lingkungan (LSM) 2
Lainnya sebutkan .............................
Struktur Organisasi :
pembina 3
ketua 3
Sekretaris 3
Bendahara 3
Unit Monitoring dan Evaluasi 3
Unit kerajinan daur ulang 3
Unit produksi kompos 3
Unit penjualan produk 3
Unit pemeliharaan 3
Unit Diklat 3
Unit penyuluhan 3
Legalitas pembentukan :
Surat Keputusan RT/RW 1
Surat Keputusan Lurah 2
Surat Keputusan Camat 3
Surat Keputusan Walikota 4
Lainnya sebutkan.....................
3.5.4 Pendanaan
Aspek Score
Biaya Investasi :
Pewadahan :
Kurang dari Rp. 25.000,- per kk 5
Antara Rp. 25.000 – 50.000,- per kk 4
Antara Rp. 50.000 – Rp. 100.000,- per kk 3
Pengumpulan Gerobak:
Kurang dari Rp. 1.000.000,- per unit 4
Antara Rp. 1.000.000,- - Rp. 1.500.000,- per unit 3
Antara Rp. 1.500.000,- - Rp. 2.500.000,- per unit 2
Diatas Rp. 2.500.000,- per unit 1
Pengumpulan Motor:
Kurang dari Rp. 10.000.000,- per unit 4
Antara Rp. 10.000.000,- - Rp. 15.000.000,- per unit 3
Antara Rp. 15.000.000,- - Rp. 25.000.000,- per unit 2
Diatas Rp. 25.000.000,- per unit 1
38
TPST :
o Kurang dari Rp. 200 juta 3
o Antara 200 juta – 1 milyard 2
o Diatas 1 milyard. 1
40
3.5.5 Peran Serta Masyarakat
Aspek Score
Keterlibatan Warga :
Seluruh warga 1 kelurahan terlibat 6
Seluruh warga 1 RW terlibat 5
Seluruh warga 1 RT terlibat 4
50 % warga 1 RT terlibat 3
25 % warga 1 RT terlibat 2
Perwakilan pada setiap RT/RW di seluruh kelurahan 1
Lainnya sebutkan.................
Aspek Score
Pengaturan dan Peraturan perundangan disarankan mempunyai :
Surat Keputusan Pembentukan Organisasi Pengelola Sampah 3R 5
terpadu berbasis masyarakat – TKM (Sk Lurah, RW, atau RT)
Surat Keputusan (Lurah, RW, RT) tentang iuran bulanan pengelolaan 5
sampah
surat Keputusan (Lurah, RW, RT) tentang tata tertib kebersihan 5
lingkungan dan pengelolaan sampah
Lainnya sebutkan.............
3.5.7 Operasional
Aspek Score
Tingkat operasional saat pemantauan :
Sudah berjalan 100 % sesuai perencanaan 4
Berjalan antara 75 % - 100 % 3
Antara 50 % - 75 % 2
1
Dibawah 50 %
42
BAB IV
PENUTUP
Hasil monitoring dan evaluasi seperti yang tertera pada pedoman ini dapat dijadikan acuan
untuk pengembangan maupun replikasi ke daerah sekitarnya.
Kami mengharapkan masukan yang konstruktif guna lebih melengkapi pedoman ini.
DAFTAR PUSTAKA
44
PENASEHAT
Direktur Jenderal Cipta Karya
Susmono
Kati Andraini Darto
PENYUSUN
Endang Setyaningrum
Widhi Handoko
Sri Bebassari
Djoko Heru Martono
Maskana
EDITOR
PT. WASECO TIRTA
Dicetak Untuk