Penyusunan Dokumen
Masterplan Persampahan
Kota Tegal
Laporan Akhir
1 BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Kelurahan Kaligangsa seluas kurang lebih 14 hektar namun belum bisa dimanfaatkan,
karena kendala akses jalan menuju TPA yaitu belum selesainya pembangunan atau
Jalan Lingkar Utara atau Jalan By Pass Tegal-Brebes. Untuk mengurangi beban TPA,
saat ini pengelolaan sampah Kota Tegal mengandalkan kinerja Tempat Pengolahan
Sampah Terpadu (TPST) yang tersebar di beberapa kelurahan untuk melakukan
pemilahan, pemanfaatan sampah yang mempunyai nilai ekonomi serta pembakaran
menggunakan incinerator skala kecil di beberapa TPST telah diusahakan.
Kondisi ini tentu membutuhkan perhatian yang serius agar dapat meningkatkan
kinerja tingkat pelayanan persampahan. Sebagai acuan, target nasional layanan
persampahan perkotaan adalah 100% pada tahun 2019, sementara tingkat layanan
persampahan Kota Tegal tahun 2014 adalah sekitar 75%. Belum optimalnya kinerja
pengelolaan sampah di Kota Tegal ini dapat berdampak terhadap kualitas lingkungan
dan sanitasi masyarakat. Penumpukan dan pembuangan sampah kerap ditemukan di
saluran air atau tanah kosong sehingga menimbulkan berbagai gangguan kesehatan,
kenyamanan, dan estetika.
Untuk itu perlu dirumuskan upaya peningkatkan pengelolaan sampah yang
mampu mengatasi beban pengelolaan sampah kota. Paradigma pengelolaan sampah
yang masih bertumpu pada peran Pemerintah Kota sebagai satu-satunya Pelayan
Publik, perlu diimbangi dengan mendorong peran serta masyarakat dan swasta secara
optimal. Untuk mendapatkan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi dalam
penanganan sampah ini, maka dalam dalam tahap awal perlu dilakukan penyusunan
Masterplan Persampahan Kota Tegal dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan
di atas.
19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Sampah di Jawa Tengah.
20. Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 1 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa
Umum.
21. Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tegal Tahun 2011-2031.
22. Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Tegal Tahun 2014-2019.
23. Peraturan Walikota Tegal Nomor 31 Tahun 2012 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 1 Tahun 2012 Tentang
Retribusi Jasa Umum Jenis Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan.
24. Peraturan Walikota Tegal Nomor 66 Tahun 2012 tentang Pengaturan
Pembuangan dan Pengangkutan Sampah.
Gambar 1. 1
Peta Lingkup Wilayah Perencanaan
22. Pembakaran sampah adalah salah satu teknik pengolahan sampah dengan
membakar sampah secara terkendali, sehingga terjadi perubahan bentuk.
23. Reduksi dari sampah padat menjadi abu, gas dan cairan.
24. Pemadatan adalah upaya mengurangi volume sampah dengan cara dipadatkan
baik secara manual maupun mekanis sehingga pembuangan ke tempat
pembuangan akhir lebih efisien.
25. Daur ulang adalah proses pengolahan sampah yang dapat menghasilkan
produk yang bermanfaat lagi.
26. Potensi Daur Ulang adalah sampah yang masih bisa dimanfaatkan kembali
atau di daur ulang.
27. Tingkat Daur Ulang adalah jumlah atau volume timbulan sampah anorganik
yang berhasil di daur ulang dari timbulan sampah anorganik potensi daur ulang.
28. Tingkat pelayanan adalah jumlah sampah yang berhasil dikelola baik dengan
cara konvensional (kumpul-angkut-buang) dan juga dengan pendekatan
pengolahan dan atau daur ulang.
29. Tempat penampungan sementara (TPS) adalah tempat sebelum sampah
diangkut ke tempat pendauran-ulang, pengolahan, dan/atau pemrosesan akhir.
30. Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) adalah tempat dilaksanakannya
kegiatan mengguna ulang, mendaur ulang, pemilahan, pengumpulan,
pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.
31. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) adalah tempat untuk pemrosesan akhir
sampah kota setelah direduksi melalui proses-proses di hulu.
32. Daerah pelayanan merupakan area yang menggambarkan cakupan pelayanan
(luas, wilayah pelayanan) dimana daerah pelayanan ini harus dipetakan secara
memadai.
33. Sumber sampah menggambarkan jumlah sumber-sumber penghasil sampah
baik dari perumahan (perumahan teratur, tidak teratur dan perumahan kumuh)
maupun non perumahan yang meliputi fasilitas komersial (seperti pasar,
pertokoan, hotel, restaurant, dll) fasilitas umum (seperti perkantoran, sekolah,
RS, puskesmas, taman, jalan, dll) dan fasilitas sosial (seperti tempat ibadah).
34. Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang dihasilkan per orang dan
per hari dalam satuan volume maupun berat. Timbulan sampah diukur dengan
satuan lt/orang/hari, m3/hari, atau ton/hari. Data timbulan sampah sebaiknya
dilakukan secara primer, yaitu dengan cara analisis timbulan sampah dengan
metode yang representatif (jumlah sample dan waktu pengambilan sample 8 hari
berturut-turut) sesuai SNI tentang Metode Sampling Timbul Sampah
35. Komposisi dan karakteristik sampah, meliputi komposisi organik, kertas,
plastik, logam, kaca dan lain-lain. Untuk data karakteristik sampah perlu
diketahui berat jenis sampah, kadar air, nilai kalor, dan lain-lain. Data ini juga
sebaiknya dilakukan secara primer.
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang, maksud, tujuan, dan sasaran kajian, dasar
acuan/referensi, ruang lingkup wilayah dan substansi kajian, serta sistematika
laporan. Bab ini juga berisi tentang metode dalam pelaksanaan pekerjaan. Metode
meliputi pendekatan pekerjaan, kerangka pikir pekerjaan, metode pengumpulan
data, serta metode analisis yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Bab II Literature dan Kajian Kebijakan
Bab ini berisi tentang tinjauan literature dan kajian kebijakan mengenai
persampahan di Kota Tegal, dimana kebijakan dapat terdiri dari kebijakan sektoral
persampahan maupun kebijakan spasial yang mengacu pada RTRW Kota Tegal.
Bab III Kondisi Umum Wilayah Kota Tegal
Bab ini berisi tentang gambaran umum wilayah studi yang terdiri dari letak
geografis, kondisi fisik, kondisi penggunaan tanah, kependudukan dan sosial,
prasarana dan sarana, perekonomian wilayah Kota Tegal
Bab IV Evaluasi Sistem Eksisting dan Permasalahan Pengelolaan Sampah Kota
Tegal
Bab ini berisi tentang kondisi eksisting persampahan Kota Tegal, serta isu dan
permasalahan terkait pengelolaan persampahan Kota Tegal.
Bab V Kebijakan Pengelolaan Sampah Kota Tegal Tahun 2017-2037
Bab ini berisi mengenai kebijakan tentang pengelolaan sampah dengan
mempertimbangkan perkiraan kebutuhan pelayanan, skenario pengembangan
persampahan, visi misi dan strategi dalam pengelolaan sampah di Kota Tegal.
Bab VI Rencana Operasi Penanganan Pengelolaan Persampahan
Bab ini berisi tentang sistem operasi pengelolaan, pewadahan, pengumpulan,
pemindahan, pengolahan hingga pemrosesan akhir dengan program pembangunan
TPA Bokongsemar.
Bab VII Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan
Bab ini berisi tentang rencana pengelolaan sampah yang dimulai dari tahapan
pelaksanaan pengembangan pengelolaan, kebutuhan sarana dan prasarana
pengelolaan hingga program kerja untuk meningkatkan pengelolaan persampahan.
Bab VIII Rencana Pembiayaan dan Pola Investasi
Bab ini berisi tentang rencana pembiayaan dengan mempertimbangkan kebutuhan
investasi, analisis biaya satuan pengelolaan sampah, proyeksi kebutuhan biaya dan
Operation dan Maintenance, alternatif sumber pembiayaan, struktur tarif dan
mekanisme penarikan retribusi.
Bab IX Rencana Pengembangan Kelembagaan
Bab ini berisi tentang penyelenggaraan kelembagaan, bentuk kelembagaan operator
dan kebutuhan sumber daya manusia.
Bab X Rencana Pengembangan Peraturan
Bab ini berisi tentang rencana dan kerangka pengembangan produk peraturan
hukum dengan memperhatikan referensi peraturan yang berkaitan dengan
pengelolaan persampahan.
Bab XI Peran Serta Masyarakat dan Swasta
Bab ini berisi tentang perencanaan peningkatan peran serta masyarakat dan pihak
swasta dalam pengelolaan persampahan di Kota Tegal.
2 TINJAUAN LITERATUR
BAB II LITERATUR
KEBIJAKAN
DAN DAN KEBIJAKAN
menjadi obyek aktivitas pemulung, mulai dari sumber sampah sampai ke TPA.
Sisanya sekitar 2% tergolong lain-lain seperti B3 yang perlu dikelola tersendiri. Jenis
sampah dengan persentase organik yang tinggi sangat cocok diolah menjadi kompos,
sumber gasbio dan sejenisnya. Sedang komponen anorganik mempunyai potensi
sebagai bahan daur ulang yang juga cukup potensial seperti plastik, kertas,
logam/kaleng, kaca, karet. Berdasarkan kenyataannya tersebut, akan lebih baik bila
pengurangan jumlah sampah dilakukan melalui proses pengolahan sampah yang
terpadu. Pembangunan sistem persampahan yang lengkap dan dikelola secara
terpadu, selain memerlukan modal investasi awal yang cukup besar, juga
memerlukan kemampuan manajemen operasional yang baik.
Untuk mewujudkan maksud tersebut dapat dijalin hubungan kerjasama antar
daerah dan atau bermitra usaha dengan sektor swasta yang potensial dan
berpengalaman. Kerjasama kemitraan dapat mempercepat proses penyediaan sarana
dan prasarana dengan cakupan pelayanan yang lebih luas dan peningkatan dalam
mutu pelayanannya. Sistem pengelolaan yang dikembangkan harus sensitif dan
akomodatif terhadap aspek komposisi dan karakteristik sampah dan kecenderungan
perubahannya di masa mendatang. Sistem pengelolaan sampah harus disesuaikan
dengan pergeseran nilai sampah ( waste shifting values) yang selama ini dianggap
sebagai bahan buangan yang tidak bermanfaat, bergeser nilainya dengan bahan-
bahan bernilai bila diolah menjadi kompos dan bahan daur ulang dan daur pakai.
Pengelolaan sampah terpadu secara konseptual digambarkan pada diagram di bawah
berikut ini.
Upaya pertama dalam pengelolaan sampah secara terpadu adalah pemilahan
yang dilakukan mulai dari sumber penghasil sampah, baik dari rumah tangga, pasar,
industri, fasilitas umum, daerah komersial dan sumber lainnya. Sampah organik (sisa
makanan, daun, dan lain-lain) dipisah dengan sampah anorganik (plastik, kaca, dan
lain-lain). sampah yang telah dipilah dapat didaur ulang di tempat sumber sampah
atau dapat dibawa atau dijual untuk dilakukan proses daur ulang di industri daur
ulang. Sampah tersebut dapat pula dipakai ulang sebelum diangkut ke TPS atau
dibuat kompos untuk digunakan di lokasi sumber sampah.
Sampah dari sumber sampah juga dapat dibawa ke Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) terdekat setelah melalui proses pemilahan. Di TPS sampah
dikumpulkan dan dipilah kembali dan diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Sampah tersebut juga dapat didaur ulang di industri daur ulang. Pemilahan sampah
dapat pula dilakukan di TPA. Sebagian sampah dapat didaur ulang dan dibuat
kompos yang dapat dijual ke konsumen. Sisanya atau residu dari proses tersebut
dapat ditimbun dengan menggunakan metode sanitary landfill.
Sumber Timbunan
Swadaya Masyarakat
Proses Pemisahan
Proses Pemilahan
Insinerator
Produk Kompos Produk Lain (Misal: Batako) Produk Bahan Daur Ulang
Tata cara pengelolaan sampah bersifat integral dan terpadu secara berantai
dengan urutan yang berkesinambungan yaitu : penampungan/pewadahan,
pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pembuangan/ pengolahan.
1) Penampungan Sampah/Pewadahan. Proses awal dalam penampungan
sampah terkait langsung dengan sumber sampah adalah penampungan.
Penampungan sampah adalah suatu cara penampungan sebelum
dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang ke TPA. Tujuannya adalah
menghindari agar sampah tidak berserakan sehingga tidak mengganggu
lingkungan (SNI 19-2454-2002). Bahan wadah yang dipersyaratkan sesuai
Standart Nasional Indonesia adalah tidak mudah rusak, ekonomis, mudah
diperoleh dan dibuat oleh masyarakat dan mudah dikosongkan. Sedangkan
menurut Syafrudin dan Priyambada (2001), persyaratan bahan wadah adalah
awet dan tahan air, mudah diperbaiki, ringan dan mudah diangkat serta
ekonomis, mudah diperoleh atau dibuat oleh masyarakat.
2) Pengumpulan Sampah. Pengumpulan sampah yaitu cara atau proses
pengambilan sampah mulai dari tempat penampungan / pewadahan sampai
ke tempat pembuangan sementara. Pola pengumpulan sampah pada dasarnya
dikelompokkan dalam 2 (dua) yaitu : pola individual dan pola komunal (SNI
19-2454-2002) sebagai berikut :
Pola Individual. Proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber sampah
kemudian diangkut ke tempat pembuangan sementara/TPS sebelum dibuang
ke TPA.
a. Pewadahan Sampah
b. Pengumpulan sampah
c. Pemindahan sampah
d. Pengangkutan sampah
e. Pengolahan dan pemilahan sampah
f. Pembuangan akhir sampah
Skema teknik operasional pengelolaan persampahan dapat dilhat pada
gambar berikut di bawah ini.
TIMBULAN
SAMPAH
PENGUMPULAN
PENGANGKUTAN
PEMBUANGAN AKHIR
Gambar 2. 6
Diagram Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan
Tabel II. 1
Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Komponen-Komponen Sumber Sampah
Tabel II. 2
Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi Kota
Tabel II. 3
Tujuan dan Sasaran dalam Pencapaian Misi RPJMD Kota Tegal Tahun 2014-2019
Indikator
Tujuan Sasaran 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Sasaran
Meningkatkan Meningkatnya Persentase 70,00 75,00 80,00 85,00 90,00 90,00
kualitas kualitas dan penanganan
lingkungan kinerja sampah (%)
hidup pengelolaan
persampahan
Sumber : RPJMD Kota Tegal tahun 2014-2019
Pada target hingga tahun 2019, prosentase penanganan sampah di Kota Tegal
ditargetkan mencapai 90%. Disebutkan pula dalam arah kebijakan, ditargetkan rasio
tempat pembuangan sampah (TPS) per 1000 penduduk mencapai 2,70. Hal ini
tentunya membutuhkan peningkatan kualitas yang serius dan terintegrasi agar dapat
tercapai. Salah satunya diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :
Meningkatkan kualitas dan kinerja pengelolaan persampahan melalui peningkatan
sarana dan prasarana pengelolaan sampah, lembaga pengelola sampah, dan
pengendalian volume sampah melalui 3R (reuse, reduce dan recycle).
Peningkatan penanganan dan pengelolaan sampah, serta pemberdayaan
masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Gambar 2. 7
Peta Rencana Struktur Ruang Kota Tegal
Gambar 2. 8
Peta Rencana Pola Ruang Kota Tegal
3 KONDISI UMUM
BAB III KONDISI
TEGAL
WILAYAH
UMUM WILAYAH KOTAKOTA TEGAL
Kota Tegal memiliki luas wilayah yang relatif kecil, hanya sekitar 0,11% dari luas
Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2007
tentang Perubahan Batas Wilayah Kota Tegal dengan Kabupaten Brebes Provinsi Jawa
Tengah di Muara Kaligangsa, luas wilayah Kota Tegal menjadi 39, 68 Km² atau 3.968
Hektar. Secara administrasi wilayah Kota Tegal terbagi dalam 4 Kecamatan dan 27
Kelurahan. Penjabaran mengenai luas wilayah, banyaknya kelurahan, RT dan RW dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Gambar 3. 1
Peta Wilayah Administrasi Kota Tegal
Tabel III. 1
Pembagian Wilayah Administrasi Kota Tegal Tahun 2015
No Kecamatan Kelurahan Luas (km2) RW RT
1 Kalinyamat Wetan 0,89 4 17
2 Bandung 0,59 5 22
3 Debong Kidul 0,35 4 20
4 Tunon 0,75 4 21
I Tegal Selatan 5 Keturen 0,62 3 17
6 Debong Kulon 0,74 4 18
7 Debong Tengah 1,11 6 35
8 Randugunting 1,38 12 89
Jumlah 6,43 42 239
1 Kejambon 0,86 6 43
2 Slerok 1,39 6 45
II Tegal Timur 3 Panggung 2,23 14 137
4 Mangunkusuman 0,47 4 42
5 Mintaragen 1,41 11 94
Jumlah 6,36 41 361
1 Pesurungan Kidul 0,72 2 14
2 Debong Lor 0,56 3 15
3 Kemandungan 0,56 3 13
III Tegal Barat 4 Pekauman 0,96 8 50
5 Kraton 1,23 8 65
6 Tegalsari 2,19 14 107
7 Muarareja 8,19 3 15
Jumlah 15,13 41 279
1 Kalingangsa 2,53 7 38
2 Kradon 1,20 4 22
3 Cabawan 1,28 4 17
IV Margadana 4 Margadana 2,41 11 49
5 Kalinyamat Kulon 1,52 4 27
6 Sumurpanggang 1,00 2 18
7 Pesurungan Lor 1,82 3 21
Jumlah 11,76 35 192
Total 39,68 159 1.071
Sumber: SIPD Kota Tegal, 2015
Kecamatan yang memiliki luas wilayah paling besar adalah Kecamatan Tegal
Barat (15,13 km2) dengan 7 kelurahan, disusul Kecamatan Margadana (11,76 km 2)
dengan jumlah 7 kelurahan, Kecamatan Tegal Selatan (6,43 km 2) dengan 8 kelurahan,
sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Tegal Timur
(6,36 km2) dengan jumlah 5 kelurahan.
Tabel III. 2
Keadaan Iklim Rata-Rata dari Tahun 2011-2015
Tahun
Keadaan Iklim Rata-Rata Satuan
2011 2012 2013 2014 2015
1. Suhu
a) Suhu Terendah °C 24,5 24,56 24,9 24.87 24.87
b) Suhu Tertinggi °C 31,2 31,49 31,7 31.50 31.50
2. Kelembaban Udara
a) Kelembaban Udara Terendah % 71 70 71 69 69
b) Kelembaban Udara Tertinggi % 85 85 86 86 86
3. Curah Hujan
a) Curah Hujan Terendah mm/bln 3 1 5 2 2
b) Curah Hujan Tertinggi mm/bln 450,2 341 459 439.8 439.8
4. Kecepatan Angin
a) Kecepatan Angin Terendah Knot 11 14 16 14 14
b) Kecepatan Angin Tertinggi Knot 25 23 38 26 26
Sumber: SIPD Kota Tegal, 2015
Tambak Ikan
14%
Pemukiman
44%
Gambar 3. 4
Peta Penggunaan Lahan Kota Tegal
Tabel III. 4
Kondisi Kependudukan Kota Tegal Tahun 2015
400.000
300.000
200.000
100.000
0
Gambar 3. 6
Peta Kepadatan Penduduk Kota Tegal
Kondisi sosial masyarakat Kota Tegal diantaranya ditunjukkan dengan kondisi mata
pencaharian penduduknya. Upah Minimum Kota (UMK) Kota Tegal untuk tahun 2016 yang
disahkan oleh Gubernur Jawa Tengah berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 560/66
Tahun 2015 yaitu Rp 1.385.000,- Jumlah UMK ini mengalami kenaikan sebesar jika
dibandingkan dengan UMK tahun 2015 yang berjumlah Rp 1.206.000,-. Sebagai salah satu
kota besar di Jawa Tengah, UMK yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk Kota Tegal relatif
lebih kecil jika dibandingkan dengan kota-kota lain.
Berkaitan dengan kondisi kesehatan masyarakat, memerangi penyakit menular
merupakan program ketiga dari MDGs bidang kesehatan. TBC dan DBD merupakan salah
satu penyakit yang mudah menular namun hingga saat ini penderitanya selalu ada dari
tahun ke tahun bahkan hingga menelan korban jiwa. Demam Berdarah Dengue sendiri
seperti menjadi penyakit musiman yang melanda sejumlah wilayah. Di bawah ini
merupakan data tentang cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit.
Tabel III. 7
Jumlah Penderita Penyakit Tertentu di Kota Tegal Tahun 2015
Cakupan penemuan dan
2011 2012 2013 2014 2015
penanganan penderita
penyakit:
TBC BTA
1). Jumlah Penderita Baru TBC BTA
Orang 51 53 82 57 44
Yang Ditemukan dan Diobati
2). Jumlah Perkiraan Penderita Baru TBC BTA Orang 272 272 272 262 94
DBD
1). Jumlah Penderita Baru DBD Yang
Orang 31 14 68 75 57
Ditangani sesuai SOP
20112012201320142015
800.000,00
700.000,00
600.000,00
nilai PDRB (dalam juta) 500.000,00
Pertanian, Peternakan, Kehutanan,
dan Perikanan
1.000.000,00
900.000,00
800.000,00
700.000,00
nilai PDRB (dalam juta)
600.000,00
Perdagangan, Hotel dan
500.000,00
Restoran
400.000,00
Pengangkutan dan Komunikasi
300.000,00
200.000,00
100.000,00 Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan
0,00 Jasa-Jasa
2011201220132014
Tahun
Berdasarkan data PDRB Kota Tegal Atas Dasar Harga Konstan beberapa tahun
terakhir nilainya terus meningkat. Berdasarkan lapangan usaha hampir seluruh sektor
pembentuk PDRB konsisten meningkat, kecuali sektor pertanian dan jasa-jasa yang
cenderung menurun. Dari sisi nilai terbesar maka sektor perdagangan, hotel dan
restoran serta sektor industri pengolahan memiliki nilai terbesar. Hal ini sesuai dengan
karakteristik kota yang lebih ditopang oleh sektor sekunder dan tersier. Kota Tegal
yang memiliki lokasi strategis yang menghubungkan kota-kota besar baik di Jawa
Tengah, Jawa Barat maupun DKI Jakarta merupakan salah satu pusat perdagangan
dan jasa.
Dari sisi kontribusi, selama kurun waktu lima tahun terakhir, sektor ekonomi
yang berkontribusi positif dengan jumlah yang tergolong besar terhadap nilai PDRB
adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, industri pengolahan, angkutan dan
komunikasi. Sementara itu sektor ekonomi mempunyai nilai PDRB terendah adalah
sektor listrik, air minum, dan pertanian. Kenaikan PDRB dari sisi permintaan lebih
banyak dari sisi konsumsi. Seperti yang digambarkan pada diagram di atas terdapat
kecenderungan kenaikan nilai PDRB sari sisi penawaran atau menurut lapangan usaha
lebih banyak ditopang oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, pertanian, serta
jasa-jasa dan industri pengolahan yang merupakan empat sektor utama.
Kapten Ismail – Jalan Dr Sutomo – Jalan Hangtuah – Jalan Letjen Suprapto , Jalan DI
Pandjaitan, Jalan S. Parman, Jalan Sultan Hasanudin – Jalan Teuku Cik Di Tiro, Jalan Ki
Hajar Dewantoro, Jalan Semeru – Jalan Kolonel Sugiarto, Jalan Hanoman, Jalan Veteran –
Jalan A.Yani, Jalan P. Diponegoro, Jalan Yos Sudarso – Jalan Kapten Pierre Tendean, Jalan
Mataram, Jalan Sumbodro – Jalan Arjuna, Jalan Teuku Umar dan Jalan Kompol Suprapto.
Tabel III. 8
Kategorisasi Jalan di Kota Tegal Tahun 2011-2015
Kategorisasi Jalan Ukuran 2011 2012 2013 2014 2015
I. Panjang Jalan Berdasarkan Kelas *
1. Jalan Nasional Km 12,905 12,905 12,905 12.905 12.905
3. Jalan Kabupaten/Kota Km 229,850 229,850 229,850 229,850 229,850
II. Kondisi Jalan *
1. Aspal Km 203,175 208,512 211.692 214.037 211.481
2. Kerikil Km 2.887 2.887 0,30 0,30 0,30
3. Tanah Km 11,238 10,373 9.923 9.723 8.623
III. Panjang Jalan Berdasarkan Kondisi *
1. Jalan Baik Km 152,817 161,236 169,913 165,002 170,300
2. Jalan Rusak Ringan Km 14,017 16,857 13,500 20,126 10,914
3. Jalan Rusak Berat Km 25,490 24,188 18,378 20,984 11,278
VI. Panjang Jalan Berdasarkan Fungsi *
1. Arteri Km 12,905 12,905 12,905 10,670 10,670
2. Kolektor Km 202,965 229,850 229,850 4,897 4,897
Sumber: SIPD Kota Tegal, 2015
Tabel III. 9
Jumlah Sarana Pendidikan Kota Tegal Tahun 2015
Jenis Sekolah 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Sekolah Nasional
Taman Kanak-Kanak (TK)
1. Negeri 3 3 3 2 3
2. Swasta 68 68 75 50 66
Sekolah Luar Biasa (SLB)
1. Negeri 1 1 1 1 1
Sekolah Dasar (SD)
Khusus (Rumah Sakit Bersalin), serta 393 unit klinik/praktik dokter yang tersebar di seluruh
wilayah Kota Tegal.
Tabel III. 10
Jumlah Sarana Kesehatan Kota Tegal
2. Puskesmas
Berdasarkan tabel di atas kita bisa melihat bahwa pada tahun 2015 jumlah
industri kecil dan industri besar yang ada di Kota Tegal mengalami penurunan, namun
di sisi lain industri dengan skala menengah mulai bangkit dan menggeliat dan bahkan
jumlahnya mencapai 43 unit kerja. Sedangkan untuk jumlah industri rumah tangga
jumlah masih sama seperti pada tahun 2014.
Sebagian besar kegiatan sektor ekonomi yang ada di Kota Tegal didominasi oleh
aktivitas di sektor perdagangan dan jasa Sarana perdagangan yang ada di Kota Tegal
meliputi Pasar Tradisional sebanyak 13 buah, pasar swalayan/supermarket/toserba
sebanyak 16 buah, mall/plaza sebanyak 3 buah, dan pertokoan/warung/kios sebanyak
3.411 buah. Dengan kata lain sarana perdagangan yang ada di Kota Tegal cukup
lengkap dan beragam bila dibandingkan dengan kota-kota lain di sekitar Pantura Jawa
Tengah.
Pusat perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri atas satu atau
beberapa bangunan yang didirikan secara vertical maupun horizontal yang dijual atau
disewakan kepada para pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan
perdagangan barang. Sedangkan yang dimaksud toko modern adalah toko dengan
sistem pembayaran mandiri, yang menjual berbagai jenis barang secara eceran
berbentuk minimarket, supermarket, department store, hypermarket ataupun grosir
yang berbentuk perkulakan. Kemudian untuk pasar tradisional memiliki pengertian
yaitu pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta,
BUMN, BUMD termasuk kerjasama dengan swasta dimana tempat usahanya berupa
toko, kios, los atau tenda yang dimiliki maupun dikelola oleh pedangan kecil, menegah,
swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha kecil, modal kecil, dan dengan
proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Pasar tradisional yang ada di
Kota Tegal antara lain :
1. Pasar Pagi di Kelurahan Mangkukusuman
2. Pasar Malam di Kelurahan Panggung
3. Pasar Beras di Kelurahan Mintaragen
4. Pasar Langon di Kelurahan Slerok
5. Pasar Kejambon di Kelurahan Kejambon
6. Pasar Randugunting di Kelurahan Randugunting
Tabel III. 12
Sarana Perdagangan Kota Tegal
Satua
Sarana Perdagangan n 2011 2012 2013 2014 2015
1. Pasar Tradisional Buah 12 13 13 13 13
2. Pasar Swalayan
/Supermarket/Toserba Buah 14 14 16 16 16
3. Hipermarket Buah 0 0 0 0 1
4. Mal/Plaza Buah 5 5 5 3 3
5. Pertokoan/Warung/Kios Buah 2.377 2.660 2.793 3.411 3.411
6. Restoran Unit 19 19 21 21 21
7. Rumah Makan Unit 170 196 212 212 212
8. Pasar
a) Pasar Bangunan
Permanen/Semi Permanen Buah 10 10 10 10 13
b) Pasar Tanpa Bangunan
Permanen/Semi Permanen Buah 6 6 6 6 6
c) Pusat Perdagangan Unit 5 5 5 5 5
Sumber: SIPD Kota Tegal, 2015
Tabel III. 13
Jumlah Hotel di Kota Tegal
Jumlah Buah 24 24 24 24 24
Sumber: SIPD Kota Tegal, 2015
Letak Kota Tegal yang strategis, yaitu berada pada jalur pertigaan kota besar
menuju Semarang, Purwokerto dan Jakarta, cenderung digunakan sebagai kota transit
yang sangat menguntungkan bagi sektor jasa seperti hotel dan restoran. Untuk memenuhi
kebutuhan penginapan bagi pengunjung tersedia berbagai macam hotel yang bisa
disesuaikan dengan kebutuhan. Pada tahun 2015 tercatat ada 24 hotel yang ada di Kota
Tegal terdiri atas empat buah hotel bintang dua, 1 buah hotel bintang dua, 2 buah hotel
bintang satu, dan 17 hotel non bintang.
Tabel III. 14
Jumlah Rumah Berdasar Kondisi Fisik Bangunan di Kota Tegal
Jumlah Rumah Berdasarkan Kondisi Fisik
Satuan 2011 2012 2013 2014 2015
Bangunan
1). Jumlah Rumah Bangunan Permanen Unit 52.977 52.977 53.381 53.381 59.056
2). Jumlah Rumah Semi Permanen Unit 0 0 0 0 5.480
3). Jumlah Rumah Non Permanen Unit 0 0 0 0 1.078
Jumlah Rumah Unit 52.977 52.977 53.381 53.381 65.614
Sumber: SIPD Kota Tegal, 2015
Jumlah Rumah
Bangunan Permanen 90%
Jumlah rumah dengan bangunan permanen di Kota Tegal pada tahun 2015 mencapai
59.056 unit atau 90% dari jumlah total rumah yang ada, sedangkan terdapat 5.480 rumah
semi permanen yang ada di Kota Tegal yang jika dilihat secara presentase mencapai 8%.
Sedangkan untuk jumlah rumah non permanen ada sekitar 1.078 unit atau 2% dari
keseluruhan unit yang ada.
Dari tabel di atas diketahui bahwa rata-rata timbulan sampah rumah tangga di
Kota Tegal adalah 8,1 lt/hr atau 2 kg/hr. Dapat diketahui pula rerata timbulan sampah
non-domestik berupa toko 13,3 lt/hr (2,78 kg/hr), warung 6,9 lt/hr (2,05 kg/hr), kantor
16,7 lt/hr (3,1 kg/hr) dan fasilitas kesehatan non rawat inap 12,8 lt/hr (2,23 kg/hr).
Mengacu Tabel IV.1 di atas dapat dihitung total timbulan sampah di Kota Tegal
sebagaimana diuraikan pada Tabel IV.2. Beberapa sumber sampah yang tidak diketahui
melalui survey timbulan mengacu standard dan studi terkait.
Tabel IV. 2
Perhitungan Timbulan Sampah Kota Tegal
RERATA Timbulan
N Persen-
KOMPONEN SUMBER SAMPAH SATUAN TIMBULA Sumber/Asumsi Jumlah total
O tase
N (Ltr/hr) (m3/hr)
Dari Table IV.2 diketahui bahwa produksi sampah di Kota Tegal keseluruhan
adalah sekitar 988,78 m3/hari, dengan sumber yang paling besar adalah dari sampah
domestic atau rumah tangga sekitar 54% diikuti sampah pasar sekitar 13%, sampah
rumah makan/restoran 8%, sampah hotel/penginapan sekitar 6%, sampah toko 5%,
sampah pusat perbelanjaan/mal sekitar 4% serta sampah warung dan rumah sakit
masing-masing 2%. Jika digolongkan menjadi dua, yaitu sampah domestic dan non-
domestik diketahui bahwa :
produksi sampah domestic mencapai sekitar 54% ; dan
produksi sampah non-domestik mencapai sekitar 46%.
Sementara itu dilihat dari komposisi atau karakteristik / jenis sampahnya
diketahui bahwa sampah domestic atau rumah tangga didominasi sampah organic
(65%) disusul jenis sampah plastic/karet (17%), kertas (9%), kain/tekstil/bahan kulit
(7%), kaca/gelas/keramik (2%) dan logam (1%). Sampah non-domestic didominasi
sampah organic (69%) disusul jenis kertas (16%), sampah plastic/karet (12%),
kain/tekstil/bahan kulit (1%), dan kaca/gelas/keramik (1%). Data komposisi sampah
selengkapnya dapat dilihat pada table dan gambar di bawah ini. Atau secara
keseluruhan, komposisi sampah kota didominasi sampah organic (67%) disusul
sampah kertas (15%) dan sampah plastic/karet (13%).
Organik
14,6%
1,3%
0,3% Kertas,
Karton
3,8% Kain,Tekstil, Bahan Kulit
Plastik,
Karet
Tabel IV. 3
Komposisi Timbulan Sampah per Jenis Sumber Sampah
Berat dan Persentase Per karakteristik Jenis
(dalam kg / hari dan %)
KOMPONEN SUMBER Kain, Logam
NO Gelas,
SAMPAH Kertas, Tekstil, (besi- Plastik,
Organik Kaca,
Karton Bahan non Karet
Kerami
Kulit besi)
k
1 Domestik / Rumah 1,25 0,18 0,12 0,01 0,03 0,32
Gambar 4. 2
Alur Pengelolaan Sampah Eksisting di Kota Tegal
Data pengelolaan sampah saat ini mengacu pola pengumpulan sampah yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Pengelolaan sampah menggunakan TPS
TPS adalah tempat pembuangan sampah sementara yang disediakan oleh
pemerintah daerah atau partisipasi masyarakat untuk menampung sampah
buangan dari masyarakat. Sampah dari TPS berasal dari sampah hasil
pengangkutan gerobak yang kemudian diangkut menuju TPA. Jumlah sampah
yang berhasil dikelola atau dikumpulkan (kemudian diangkut-buang) melalui
sarana TPS sebanyak 40 unit dengan layanan mencapai 462 m3/hari,
atau rata-rata 11,55 m3/hari tiap TPS dengan uraian data selengkapnya
sebagaimana Tabel IV.4.
Persebaran TPS berada hampir seluruh kelurahan dengan penempatan TPS pada
pusat aktivitas seperti pada pasar, perkantoran, mall, fasilitas transportasi
Tabel IV. 4
Volume Sampah yang Ditampung pada TPS
Volume Sampah
No Lokasi TPS Kelurahan Luas (m2) Pengambilan
(m3/hr)
1 TPS Jl. Batanghari Mintaragen 12 10 1 rit pagi-sisa
2 TPS Jl. Cimanuk Mintaragen 24 18 2 rit pagi-sisa
3 TPS Jl. Slamet Riyadi PLN Mintaragen 40 16 2 rit pagi-sisa
4 TPS Jl. Waringin Mintaragen 10 16 2 rit pagi-sisa
5 TPS Jl. Zaenal Arifin (makam panggung) Mintaragen 36 25 2 rit pagi-sisa
6 TPS Jl. Halmahera (Bumper) Mintaragen 12 10 1,5 rit pagi
7 TPS Karimun Jawa Mintaragen 3 5 1 rit pagi
8 TPS Jl. Kol Sugiarto Panggung 6 10 1 rit pagi-sisa
9 TPS Jl. Panggung Timur (Radio Sananta) Panggung 18 15 2 rit pagi-sisa
10 TPS Jl. Tentara Pelajar (PKL) Panggung 6 10 1 rit pagi-sisa
11 TPS Jl. Kaligung (SMP 4) Panggung 10 8 1,5 rit pagi
12 TPS Jl. Irian (Bong Cina) Panggung 6 6 1 rit pagi
13 TPS Jl. Timor Timur (TPS Baru) Panggung 24 10 1,5 rit pagi
14 TPS Pondok Mertoloyo Panggung 12 10 1,5 rit pagi
15 TPS Jl. Cendrawasih (samping Bank Mandiri) Randugunting 4 8 1 rit pagi-sisa
16 TPS Jl. Kapten Sudibyo (depan eks Moro) Randugunting 10 16 2 rit pagi-sisa
17 TPS Jl. Kompol Suprapto (Dolog) Kemandungan 24 20 2 rit pagi-sisa
18 TPS Villa Garden Kemandungan 5 6 1 rit pagi
19 TPS Jl. Gatot Subroto (Tirus Ke Barat) Debong Kulon 8 7 1 rit pagi
20 TPS Jl. Imam Bonjol Pekauman 40 20 2 rit pagi-sisa
21 TPS Jl. Palangkaraya Pesurungan Lor 2 3 1 rit pagi
22 TPS Jl. Dewi Sartika(Akper) Debong Lor 9 7 1 rit pagi
23 TPS Lapangan Tegal Selatan (2 TPS) Kalinyamat Wetan 7 7 1 rit pagi
24 TPS Jl. Temanggung Margadana 8 9 1 rit pagi - sisa
25 TPS Jl. Buya Hamka (Margadana) Margadana 12 8 1 rit pagi - sisa
26 TPS Kaligangsa (3 TPS) Kaligangsa 9 6 1 rit pagi - sisa
Volume Sampah
No Lokasi TPS Kelurahan Luas (m2) Pengambilan
(m3/hr)
27 TPS Bayeman (utara rel ) Kaligangsa 24 16 2 rit pagi-sisa
28 TPS Jl. Mataram (Belakang Terminal Bus) Sumurpanggang 32 8 1 rit pagi-sisa
29 TPS Jl. Jalak Barat (Belakang Pasific Mall) Pekauman 20 10 1 rit pagi-sisa
30 TPS Jl. Dr. Sutomo (Pasar Mambo) Pekauman 10 12 1 rit pagi-sisa
31 TPS Pasar Bandung Bandung 4 6 1 rit pagi
32 TPS Jl. KS Tubun (Pasar Randugunting) Randugunting 12 12 2 rit pagi
33 TPS Pasar Pagi Mangkukusuman 25 18 2,5 rit pagi
34 TPS Jl. Ki Mojo (Pasar Sumurpanggang) Sumurpanggang 32 18 2 rit pagi-sisa
35 TPS Pasar Karangdawa Kejambon 6 8 1 rit pagi-sisa
36 TPS Jl.Perintis Kemerdekaan (Pasar Anyar) Panggung 9 12 2 rit pagi-sisa
37 TPS Jl. Martoloyo (Pasar Beras) Mintaragen 24 16 2 rit pagi-sisa
38 TPS Jl. Hotel Plaza Pesurungan Kidul 12 10 1,5 rit pagi
39 TPS Hotel Bahari Inn Pesurungan Kidul 12 10 1,5 rit pagi
40 TPS Jl. Durian (Hotel Surabaya) Kraton 20 20 2 rit pagi-sisa
Total TPS 462
Sumber: Diskimtaru, 2016
Tabel IV. 5
Volume Sampah yang Ditampung pada Kontainer
Luas Volume Sampah
No Lokasi Pengambilan
(m2) (m3/hr)
1 Kontainer Jl. Ki Hajar Dewantoro/ Kalinyamat Kulon 3,6 6 1 rit pagi
2 Kontainer Jl. Ponorogo Barat Sumurpanggang 3,6 6 1 rit pagi
3 Kontainer Jl. Sumbawa 3,6 6 1 rit pagi
4 Kontainer Jl. Martadinata 3,6 6 1 rit pagi
5 Kontainer Jl. Sangir (PAI) 3,6 6 1 rit pagi
6 Kontainer Pelabuhan 3,6 6 1 rit pagi
7 Kontainer Jl. Flores 3,6 6 1 rit pagi
8 Kontainer Jl. Jongor 3,6 6 1 rit pagi
9 Kontainer RSUD Kardinah 3,6 6 1 rit pagi
10 Kontainer Jl. Wisanggeni 3,6 6 1 rit pagi
11 Kontainer Jl. Ki Gede sebayu 3,6 6 1 rit pagi
12 Kontainer Jl Ababil (RSI Harapan Anda) 3,6 6 1 rit pagi
13 Kontainer Jl Mataram Pesurungan Lor 3,6 6 1 rit pagi
Total Kontainer 78
Sumber: Diskimtaru, 2016
Kejambon (36,33 m3/hari), TPST Tegalsari (30,30 m3/hari), TPST Kraton (19,35
m3/hari) dan TPST Slerok (15,98 m3/hari). Secara umum setiap harinya, jumlah
sampah yang ditampung di TPST rata-rata sebanyak 13,87 m3/hari. Jenis
sampah yang ditampung adalah sampah organik dan anorganik.
Dalam pengelolannya, sebelum sampah yang ditampung di kirim ke TPA,
sebelumnya sampah-sampah tersebut dipilah sesuai jenisnya, seperti sampah
dedaunan yang dapat dijadikan kompos, sampah-sampah plastik yang masih
dapat dijual kembali dan beberapa sampah lainnya yang dapat dipilah. Hasil
TPST Kejambon
TPST Randugunting
TPST Kraton
TPST Krandon
Sumber: Observasi Lapangan Tim Penyusun, 2016
Gambar 4. 4
Kondisi TPST yang beroperasi di Kota Tegal
Sarana TPST tersebut idealnya dapat menangani sampah dalam satu kelurahan,
meskipun kenyataannya tidak semua wilayah dapat terlayani atau dapat terjadi
pula satu TPST melayani hingga wilayah kelurahan tetangga. Sebagai contoh
TPST Randugunting yang melayani Kel. Randugunting dan sebagian kelurahan
Debong Lor, Debong Tengah, Debog Kulon, Debong Kidul. TPST Melati Jaya
Kejambon dengan jangkauan pelayanan Kel. Kejambon dan sebagian
masyarakat dari kelurahan Slerok, Mangkukusuman, Panggung, dan
Randugunting.
Tabel IV. 6
Rekapitulasi Pengelolaan Sampah Tingkat TPST Di Kota Tegal (M3/Hari)
VOL. VOL. VOL. SISA /
VOL. VOL.
NO TPST SAMPAH DIPILAH / DIBUANG Keterangan
DIKOMPOS DIBAKAR
MASUK REUSE KE TPA
1 TPST Kraton 19,35 5,29 0,94 - 13,60 Sudah menggunakan incenerator
2 TPST Pesurungan Lor 7,71 1,23 0,36 - 6,97 Belum terdapat incenerator
3 TPST Randugunting 39,75 4,86 1,00 7,97 26,22 Sudah menggunakan incenerator
4 TPST Kiragasela Cabawan 8,66 2,56 - 2,62 3,56 Belum dilakukan pengkomposan
5 TPST Sejahtera Mandiri Pekauman 5,24 1,68 - 2,63 0,92 Belum dilakukan pengkomposan
6 TPST Trukan Jaya 7,06 0,25 - 5,16 1,65 Belum dilakukan pengkomposan
Pada TPST Kejambon berdekatan
degan permukiman penduduk
7 TPST Melati Jaya Kejambon 36,33 10,29 5,81 - 19,95
sehingga incenerator sementara
tidak dioperasionalkan
Volume pengomposan dapat
8 TPST Bahari Asri 9,75 1,26 0,75 8,09 0,98
ditingkatkan
9 TPST Al-Hikmah Tunon 7,05 0,65 0,61 1,78 4,01 Sudah menggunakan incenerator
10 TPST Sumbodro Slerok 15,98 2,16 - 3,71 10,13 Belum dilakukan pengkomposan
11 TPST Pesurungan Kidul 5,28 1,63 0,33 0,89 2,58 Sudah menggunakan incenerator
12 TPST Krandon 4,16 1,81 - 2,93 0,80 Belum dilakukan pengkomposan
13 TPST Fajar Jaya 4,97 0,25 - 4,65 0,07 Belum dilakukan pengkomposan
14 TPST Rukun Bersih Sumurpanggang 6,50 0,75 0,15 - 5,60 Belum terdapat incenerator
Belum terdapat incenerator dan
15 TPST Tegalsari 30,30 6,30 - - 24,00
Belum dilakukan pengkomposan
Jumlah 208,11 40,97 9,95 40,44 121,05
Persentase 100% 20% 5% 19% 58%
Sumber: Diolah dari data Diskimtaru, 2016
Gambar 4. 5
Peta Volume TPST Kota Tegal
Gambar 4. 6
Peta Jangkauan TPST Kota Tegal
Gambar 4. 7
Peta Lokasi Kontainer Sampah Kota Tegal
Gambar 4. 8
Peta Rute Sampah Kota Tegal
Dari uraian data pelayanan yaitu jumlah sampah yang berhasil dikelola baik dengan
cara konvensional (kumpul-angkut-buang) dan juga dengan pendekatan pengolahan dan
atau daur ulang (reduksi sampah) di Kota Tegal yang dilakukan oleh Dinas KIMTARU Kota
Tegal serta pengelolaan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), maupun pengangkut
sampah dan pemulung adalah sebagai berikut:
Tabel IV. 8
Rekapitulasi Layanan / Pengelolaan Sampah Kota Tegal Tahun 2016
No JENIS PENGELOLAAN SAMPAH Volume Sampah (m3/hr) Persentase
A TPS 462,00 58%
B KONTAINER 78,00 10%
C TPST 208,11 26%
D Reduksi sampah oleh pengangkut sampah
54,80 7%
dan pemulung
TOTAL 802,91 100%
Sumber: Perhitungan data dari Diskimtaru Kota Tegal (2016)
Tabel IV. 9
Volume Pengelolaan Sampah Kota Tegal Tahun 2010-2016 (m3/hari)
Tahun Sampah Terangkut
2010 400
2011 435
2012 450
2013 450
2014 550
2015 550
2016 803
Sumber: Diolah dari data Diskimtaru Kota Tegal (2016)
Berdasar total keseluruhan sampah yang dikelola, maka jumlah sampah total yang
adalah 802,91 m3/hari. Jumlah ini jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,
menunjukkan meningkatnya kinerja pengelola persampahan di bawah Dinas Kintaru.
Sampah di TPS merupakan sampah yang mampu ditampung terbanyak sesuai dengan
jumlah TPS yakni 58% dari total sampah dikelola. Jumlah volume sampah yang ditampung
TPST sebesar 26% dan diharapkan akan mengalami peningkatan dengan penambahan
TPST pada tahun berikutnya.
Selanjutnya dapat diketahui tingkat pelayanan pengelolaan sampah saat ini
mengacu data pengumpulan sampah yang dilakukan dibandingkan dengan produksi
timbulan sampah kota keseluruhan sebagai berikut:
Tabel IV. 10
Rekapitulasi Tingkat Layanan Sampah Kota Tegal Tahun 2016 Berdasar Jumlah
Sampah Dikelola
Volume Keterangan
Sampah
No Uraian (m3/hr)
TOTAL LAYANAN PENGELOLAAN
1 SAMPAH 802,91
2 TOTAL PRODUKSI/TIMBULAN SAMPAH 988,78
3 TINGKAT LAYANAN (1:2) 81% Target RPJMD:
80% (2016)
85% (2017)
90% (2018, 2019);
Target Nasional Pelayanan
Sanitasi Kota 100% (2019)
Sumber: Perhitungan konsultan (2016)
Pada saat ini, kondisi tingkat atau cakupan pelayanan persampahan (berdasarkan
data jumlah sampah dikelola) di Kota Tegal dapat dinilai mencapai sekitar 81% dari
timbulan. Tingkat layanan sekitar 81% tahun 2016 ini jika dibandingkan dengan target
RPJMD Kota Tegal pada tahun 2016 adalah 80%, sehingga telah memenuhi angka yang
ditargetkan. Pembangunan bidang persampahan ini selanjutnya perlu memperhatikan
target nasional layanan sanitasi kota dimana salah satunya sector persampahan yaitu
mencapai 100% pada tahun 2019. Sehingga angka ini harus menjadi acuan pembangunan
bidang persampahan di Kota Tegal.
Tabel IV. 11
Rekapitulasi Tingkat Layanan / Pengelolaan Sampah Kota Tegal Tahun 2016 Berdasarkan Jumlah Penduduk Terlayani
No Kelurahan Jumlah Tingkat KK Sarana Persampahan Identifikasi Permasalahan
KK Layanan Terlayani
A Kec. Tegal Selatan 18.312 71% 13.089
1 Kalinyamat Wetan 1.492 70% 1.044 TPST Bahari Asri Pemilahan dan pengomposan sampah di TPS
masih relative kecil. Karakter permukiman
TPS Lapangan Tegal Selatan (2 pinggiran kota, sebagian penduduk masih
TPS) mengelola sampah secara individual, ditimbun
dan dibakar di pekarangan.
2 Bandung 1.677 60% 1.006 TPS Pasar Bandung Karakter permukiman pinggiran kota,
sebagian penduduk masih mengelola sampah
secara individual, ditimbun dan dibakar di
pekarangan.
3 Debong Kidul 1.496 60% 898 - Sebagian permukiman dijangkau layanan
TPST Randugunting. Karakter permukiman
pinggiran kota, sebagian penduduk masih
mengelola sampah secara individual, ditimbun
dan dibakar di pekarangan.
4 Tunon 1.843 70% 1.290 TPST Al-Hikmah Tunon Pemilahan dan pengomposan sampah di TPST
masih relative kecil. Karakter permukiman
pinggiran kota, sebagian penduduk masih
mengelola sampah secara individual, ditimbun
dan dibakar di pekarangan. Ada inisiatif
penerapan bank sampah tingkat komunitas.
5 Keturen 1.380 60% 828 - Sebagian permukiman dijangkau layanan
TPST Tunon. Karakter permukiman pinggiran
kota, sebagian penduduk masih mengelola
sampah secara individual, ditimbun dan
dibakar di
pekarangan.
6 Debong Kulon 1.358 70% 951 TPS Jl. Gatot Subroto (Tirus Ke Karakter permukiman pinggiran kota,
Barat) sebagian penduduk masih mengelola sampah
secara individual, ditimbun dan dibakar di
pekarangan.
7 Debong Tengah 3.624 60% 2.174 - Sebagian permukiman dijangkau layanan
TPST Randugunting. Karakter permukiman
pinggiran kota, sebagian penduduk masih
mengelola sampah secara individual, ditimbun
dan dibakar di pekarangan.
8 Randugunting 5.442 90% 4.898 TPST Randugunting
Secara umum pengelolaan sampah relative
2 Debong Lor 1.093 80% 874 TPS Jl. Dewi Sartika(Akper) Sebagian permukiman dijangkau layanan
TPST Randugunting. Perlu peningkatan
layanan persampahan karena kawasan telah
berkembang menjadi permukiman padat.
3 Kemandungan 1.108 80% 886 TPS Jl. Kompol Suprapto (Dolog) Sebagian permukiman dijangkau layanan
TPST Pekauman. Perlu peningkatan layanan
TPS Villa Garden persampahan karena kawasan telah
berkembang menjadi permukiman padat.
4 Pekauman 2.337 90% 2.103 TPST Sejahtera Mandiri
Pekauman Tersedia sarana TPST Sejahtera Mandiri
TPS Jl. Imam Bonjol Pekauman. Dan 3 unit TPS. Secara
umum penanganan sampah relative baik.
TPS Jl. Jalak Barat (Belakang
Pasific Mall)
1 Kalingangsa 3.099 60% 1.859 TPS Kaligangsa (3 TPS) Sebagian kecil permukiman terlayani
pengelolaan sampah TPST Krandon.
TPS Bayeman (utara rel ) Karakter permukiman pinggiran kota,
sebagian penduduk masih mengelola
sampah secara individual, ditimbun dan
dibakar di
pekarangan.
2 Krandon 1.824 70% 1.277 TPST Krandon Karakter permukiman pinggiran kota,
sebagian penduduk masih mengelola sampah
secara individual, ditimbun dan dibakar di
pekarangan.
3 Cabawan 1.713 60% 1.028 TPST Kiragasela Cabawan Karakter permukiman pinggiran kota,
sebagian penduduk masih mengelola sampah
secara individual, ditimbun dan dibakar di
pekarangan.
4 Margadana 1.667 60% 1.000 TPST Fajar Jaya
Karakter permukiman pinggiran kota,
5 Kalinyamat Kulon 4.443 70% 3.110 TPST Trukan Jaya Karakter permukiman pinggiran kota,
sebagian penduduk masih mengelola sampah
TPS / Kontainer Ki secara individual, ditimbun dan dibakar di
Hajar Dewantoro pekarangan.
(Kalkul)
6 Sumurpanggang 1.945 80% 1.556 TPST Rukun
Bersih Karakter permukiman pinggiran kota,
Sumurpanggang sebagian penduduk masih mengelola sampah
TPS Jl. Mataram (Belakang secara individual, ditimbun dan dibakar di
Terminal Bus) pekarangan.
TPS Jl. Ki Mojo (Pasar
Sumurpanggang)
Kontainer Jl. Ponorogo Barat
Gambar 4. 9
Peta Jangkauan Pelayanan Persampahan Kota Tegal
Gambar 4. 10
Contoh Sampah yang Dibuang di Tepi Tambak di Kel. Mintaragen
Dari perhitungan di atas, dapat diperkirakan kondisi tingkat atau cakupan pelayanan
persampahan (berdasarkan data jumlah penduduk terlayani) di Kota Tegal dapat dinilai
mencapai sekitar 75% dari jumlah penduduk. Tingkat pelayanan persampahan ini lebih
rendah jika dibandingkan dengan perhitungan berdasarkan data jumlah sampah dikelola
yang mencapai sekitar 81% dari timbulan yang disebabkan karena besarnya sampah yang
berhasil dikelola tidak hanya sampah yang berasal dari rumah tangga tetapi juga sumber
non domestic yang jumlahnya signifikan.
Angka tingkat layanan 75% tersebut juga menunjukkan bahwa sekitar 25%
penduduk di kota ini belum terjangkau layanan persampahan, artinya peduduk tersebut
membuang atau mengelola sendiri sampahnya dimana secara umum tidak dilakukan
dengan cara-cara yang memenuhi criteria pengelolaan yang benar, sebagai cotoh adalah
membuang pada aeral terbuka atau perairan umum. Sehingga kondisi ini potensial
menimbulkan dampak negative bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Gambar 4. 11
Wadah Sampah Individual Rumah Tangga dan Kawasan Perkantoran Kota Tegal
atau partisipasi masyarakat untuk menampung sampah buangan dari masyarakat. Sampah
dari TPS berasal dari sampah hasil pengangkutan gerobak yang kemudian diangkut menuju
TPA. Pada beberapa daerah yang padat penduduknya TPS sangat kecil dan tidak cukup
untuk menampung sampah yang ditimbulkan. Hal tersebut akan mengakibatkan timbulan
sampah yang tidak terangkat, dan bila terdekomposisi akan menimbulkan bau dan akan
mengundang lalat.
TPS yang tersedia di Kota Tegal berjumlah 46 unit, umumnya kondisinya
memerlukan perbaikan fisik dan peningkatan operasional berupa pengaturan jadwal
pembuangan dan pengangkutan, sehingga jangka waktu penumpukan sampahnya tertentu
dan tidak lebih dari 3 (tiga) hari. Hampir seluruh TPS yang terbuat dari pasangan bata
plesteran tidak mempunyai penutup, sehingga saat hujan sampah tercampur dengan air,
yang dapat menimbulkan bau dan terjadi kontaminasi air hujan oleh sampah, yang
mengalir di sepanjang jalan.
Sedangkan jumlah Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST sistem 3R) di Kota
Tegal sampai dengan tahun 2016 berjumlah 15 unit yang tersebar di beberapa kelurahan.
Keberadaanya cukup efektif untuk mereduksi sampah sampai ke TPA. Disamping itu
masyarakat juga terdorong untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan sampahnya sendiri,
sehingga sampah organik dan anorganik dapat diolah dengan baik dan bernilai ekonomis.
Secara teknis, pengumpulan sampah di Kota Tegal dilakukan dengan proses pengumpulan
dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke :
1) tempat pembuangan sementara (TPS);
2) pengolahan sampah skala kawasan (TPST): atau
3) langsung ke tempat pembuangan atau pemerosesan akhir tanpa melalui proses
pemindahan.
Operasional pengumpulan dan pengangkutan sampah mulai dari sumber sampah
hingga ke lokasi pemerosesan akhir atau ke lokasi pembuangan akhir, dilakukan dengan
dua cara, yaitu secara langsung (door to door), atau secara tidak langsung (dengan
menggunakan Transfer Depo/Container) sebagai TPS. Pengumpulan sampah yang
dijalankan di Kota Tegal dibedakan atas 3 pola operasi pengumpulan yaitu: pola individual
langsung (door to door), individual tidak langsung, dan komunal langsung.
a. Pola Individual Langsung (door to door)
Pola ini adalah dimana sampah dari sumber sampah dikumpulkan, dan langsung
diangkut oleh truk pengangkut sampah ke TPA. Lokasi yang menggunakan pola ini
adalah kawasan industri, kawasan fasilitas umum seperti pendidikan. Rata-rata yang
menggunakan pola ini di Kota Tegal adalah beberapa sekolah yang bekerjasama
dengan pihak pengelola sampah. Pola ini dijalankan di wilayah yang tidak bisa
menyediakan sarana TPS.
Dump truck
Sumber Timbulan Sampah
TPA Muarareja
Gambar 4. 12
Pengumpulan Sampah Pola Individual Langsung di Kota Tegal
Gambar 4. 13
Pengumpulan Sampah Pola Individual Tidak Langsung di Kota Tegal
Pada awalnya sampah dari sumber sampah diangkut oleh petugas menggunakan
gerobak sampah. Gerobak sampah terdiri dari 2 jenis yaitu sepeda gerobak sampah
serta gerobak tangan (hand cart). Selanjutnya sampah yang dikumpulkan dibawa
ke TPS/TPST untuk diproses. Di Kota Tegal pelayanan saat ini masih menggunakan
TPS yang berkontainer baik berlandasan atau tidak. Rata-rata kondisi TPS berupa
bangunan permanen yang tersebar di seluruh kelurahan di Kota Tegal. TPS dapat
berupa bak maupun kontainer. Secara umum TPS di Kota Tegal memiliki volume
sampah 4-24 m3/hari dengan pengambilan 1-2,5 rit/hari.
Berdasarkan data TPS di Kota Tegal, pada beberapa kelurahan belum sepenuhnya
terjangkau pengelolaan sampah, terutama di beberapa kelurahan di Kecamatan
Margadana sehingga sampah hanya dibakar atau dibuang ke sungai/pekarangan.
Ketersediaan lahan untuk TPS juga merupakan faktor penentu belum adanya lokasi
TPS. Umumnya masalah ini terjadi pada lingkungan permukiman dengan tingkat
partisipasi masyarakat yang rendah. Pola operasi individual tidak langsung
merupakan metode yang cukup tepat untuk terapkan di beberapa wilayah di Kota
Tegal, terutama pada Kecamatan yang termasuk pada kategori pelayanan kritis atau
kepadatan tinggi. Penerapan pola ini di daerah padat penduduk, perlu pembinaan
bagi masyarakat untuk bisa tertib buang sampah di TPS secara individual.
Sementara itu pengelolaan TPST ini sangat diandalkan di Kota Tegal, karena sudah
melakukan pengolahan sampah berupa pengomposan, pemilahan, dan pembakaran
1. Gerobak Sampah
Sarana pengumpulan sampah berupa gerobak sampah beroperasi pada tingkat
RT atau RW di kawasan permukiman. Gerobak ini dijalankan dengan
ditarik/didorong atau berbentuk becak. Volume gerobak sampah ini adalah 0,68
– 1,00 m3 atau kurang dari 1 m3 dengan pola operasi 1-2 rit/hari bekerja 6 hari
seminggu. Kondisi armada sebagain tidak terawat atau rusak tetapi tetap
digunakan. Jumlah total gerobak sampah adalah 711 unit. Sebagai contoh, di
Kelurahan Kejambon yang terdiri dari 6 RW atau 43 RT dengan penduduk 3.644
KK, dilayani sebanyak 9 gerobak sampah. Standar yang harus terpenuhi
terhadap sarana pengumpul berupa gerobak menurut SNI adalah setiap satu
gerobak volume 1 m3 disiapkan untuk melayani 200 KK. Dengan demikian,
kendaraan pengumpul di Kota Tegal umumnya berada pada kapasitas (beban)
kerja tinggi yang melampaui kapasitas optimal. Dengan standar ini sebagai
contoh, Kelurahan Kejambon memerlukan paling tidak 18 gerobak sampah
dengan volume 1m3.
Gambar 4. 14
Gerobak Sampah Untuk Pengangkutan Komunitas
Gambar 4. 15
Tossa untuk Mengangkut Sampah
1. Penyapuan jalan
Kegiatan penyapuan jalan di Kota Tegal saat ini dilakukan dengan cara manual.
Penyapuan cara manual adalah penyapuan yang dilakukan oleh tenaga manusia
dibantu peralatan seperti sapu lidi dan kegiatan dilakukan dengan sistim beregu
(kelompok) atau perorangan. Pelayanan penyapuan jalan di Kota Tegal
diarahkan pada tempat/fasilitas umum seperti jalan dan trotoar, serta fasilitas
umum lainnya. Frekuensi penyapuan jalan dalam satu hari adalah sebanyak 3
kali yaitu dari pagi hari hingga sore hari. Jumlah penyapu jalan adalah sebanyak
112 orang. Dimana terbagi menjadi 3 shift yaitu shift pagi (06-12.00 WIB),
siang/sore (12.00-18.00 WIB), serta malam (21.00-03.00 WIB). Pola
operasionalnya adalah setiap tenaga penyapu bertugas membersihkan sampah
dari pengguna jalan pada kedua sisi jalan yang dikelompokkan dan dikumpulkan
di beberapa titik setiap antara 20 – 50 meter satu kelompok sampah, untuk
kemudian diangkut oleh petugas pengambil sampah kendaraan pengangkut
(armada tossa/dump truck sampah) dan dibuang ke TPA. Setiap penyapu jalan
menyapu lokasi jalan protokol minimal 1.500 m 2, maksimal 2.500 m2 (standar
kemampuan kerja perorangan). Selain itu kebersihan dan keselamatan tenaga
kerja penyapu jalan juga aspek yang harus diperhatikan.
2. Pengambilan sampah oleh armada tossa
Pengambilan sampah di jalan protokol dilakukan oleh armada tossa dengan
ketentuan jam kerja pagi hingga siang hari mulai pukul 06.00 WIB sampai
dengan pukul 12.30 WIB, siang/sore (12.00-18.00 WIB), serta malam (24.00-
03.00 WIB). Pengambilan sampah oleh armada tossa bertujuan untuk
mengambil sampah di sisi jalan baik yang berada di bak/tong sampah maupun
pengelompokan sampah yang dikumpulkan oleh petugas penyapu jalan,
kemudian dibuang ke TPA. Lokasi pengambilan sampah yang dilayani oleh
armada tossa adalah sebagai berikut.
Tabel IV. 13
Lokasi Pengambilan Sampah oleh ‘Tossa’
No Jam Layanan Rute / Lokasi
Jl. Gajahmada, Jl. MT. Haryono, JL. S.Parman, JL. Brigjen Katamso
Jl. Jend. Sudirman, Jl. Hos Cokroaminoto, Jl. Proklamasi
Pagi Jl. Martoloyo, JL. Yos Sudarso, JL. Panggung Timur, JL. Serayu
06.00 – 12.30 JL. KH. Ahmad Dahlan, JL. Ki Gede Sebayu, Rumdin Walikota
1 Jl. Kartini, Rumdin Wakil Walikota, Jl Menteri Supeno, Jl. Semeru
Jl. Kol. Sudiarto, Jl. Werkudoro, Jl. Mayjen Sutoyo, Jl. Pekauman Utara (Batik Intisari)
Jl. Kol Sugiono
Jl. DR. Sutomo
Jl. Komplek Alun-alun, Jl. Pancasila Taman Poci
Sore
2 Jl. AR. Hakim, Jl. Sultan Agung
13.00 -18.00
Jl. DI Panjaitan, Jl. Veteran, Jl. Pemuda (DPRD)
Malam 24.00-
3 Jl. AR. Hakim, Jl. P. Diponegoro, Jl. Ahmad Yani, Jl. Veteran, Jl. Pemuda DPRD
03.00
Sumber : Diskimtaru Kota Tegal, 2016
Dari identifikasi lapangan diketahui bahwa kegiatan penyapuan jalan di Kota Tegal
saat ini dilakukan dengan cara manual. Penyapuan cara manual adalah penyapuan
yang dilakukan oleh tenaga manusia dibantu peralatan seperti sapu lidi dan
kegiatan dilakukan dengan sistim beregu (kelompok) atau perorangan. Pelayanan
penyapuan jalan di Kota Tegal diarahkan pada tempat/fasilitas umum seperti jalan
dan trotoar, serta fasilitas umum lainnya. Pola operasionalnya adalah setiap tenaga
penyapu bertugas membersihkan sampah dari pengguna jalan pada kedua sisi jalan
yang dikelompokkan dan dikumpulkan di beberapa titik setiap antara 20 – 50 meter
satu kelompok sampah, untuk kemudian diangkut oleh petugas pengambil sampah
kendaraan pengangkut (armada tossa/dump truck sampah) dan dibuang ke TPA.
Evaluasi kinerja penyapuan jalan secara umum adalah sebagai berikut:
Pola operasi: Manual
Kendaraan pengumpul: Gerobak dan armada motor sampah Tossa
Tenaga kerja: Jumlah penyapu jalan 112 orang. Menyapu jalan
protokol 1.500 m2-2.500 m2 per orang
Waktu kerja: 3 shift : pagi (06-12.00 WIB), sore (12.00-18.00
WIB), malam (21.00-03.00 WIB).
Secara umum penyapuan jalan telah berjalan dengan baik. Namun pada masa
mendatang perlu direncanakan system penyapuan jalan secara mekanik terutama
pada jalan protocol. Selain itu kebersihan dan keselamatan tenaga kerja penyapu
jalan juga aspek yang harus diperhatikan.
dikategorikan menjadi beberapa jenis yaitu TPS dengan container yang diberi landasan,
TPS dengan container tanpa landasan, TPS bak pasangan bata, serta TPS darurat atau TPS
yang berupa transfer depo/pool kontainer. Pada jam tertentu sampah ini diangkut oleh
truk pengangkut menuju ke TPA.
Gambar 4. 16
Proses Pemindahan sampah ke dari TPST ke Truk Pengangkut
Gambar 4. 17
TPS dengan Pasangan Bata
Pemindahan di TPS berlangsung setiap hari, namun dari 40 TPS terdapat 25 TPS
yang tidak tuntas pemindahan sampah dalam sehari, artinya terdapat sisa sampah yang
tidak terangkut ke TPA. Kondisi penumpukan ini menunjukkan kapasitas pengangkut yang
belum mencukupi kebutuhan atau mekanisme pengangkutan yang belum optimal.
Tabel IV. 9
TPS Tidak Tuntas Pengambilan tiap Hari
No. LOKASI TPS Kelurahan Pengambilan
1. TPS Jl. Batanghari Mintaragen 1 rit pagi-sisa
2. TPS Jl. Cimanuk Mintaragen 2 rit pagi-sisa
pengangkutan agar ritasi dapat dioptimumkan. Optimasi ritasi armada pengangkut ini perlu
dilakukan dengan meninjau ulang praktek pemindahan dan rute pengangkutan.
Untuk sarana prasarana persampahan yang mendukung kegiatan pengumpulan
sampah, pada saat ini tergolong belum memadai untuk pengangkutan sampah kota, baik
dari permukiman penduduk maupun non permukiman. Selain itu pola pengumpulan
sampah individual langsung juga mempengaruhi adanya efektivitas ritasi dump truck
karena rata-rata 1 unit kendaraan besar membutuhkan waktu panjang, dan hanya mampu
melayani 1 rit/hari. Padahal dengan kapasitas tersebut seharusnya dapat melayani 2-3
rit/harinya. Perincian jumlah dan kapasitas angkut peralatan sampah dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel IV. 15
Data Peralatan Pengangkut Sampah di Kota Tegal
Jumlah Kapasitas per unit
No Jenis Alat Angkut Ritasi
(unit) (m3)
1 Dump truck 19 6 3
2 Arm roll 4 6 4
3 Container 26 6 -
Sumber : Diskimtaru Kota Tegal, 2015
Pengangkutan sampah di Kota Tegal dilakukan oleh armada arm roll dan dump
truck. Pengambilan sampah oleh armada arm roll dan dump truck sampah dengan
ketentuan :
Jam kerja pagi :
Senin-Kamis pukul 06.00 WIB – 12.30 WIB
Jumat pukul 05.30 WIB – 11.00 WIB
Sabtu – Minggu pukul 06.00 WIB – 12.30
WIB Jam Kerja Siang/sore :
Senin-Kamis pukul 12.00 WIB – 18.00 WIB
Jumat pukul 13.00 WIB – 18.00 WIB
Sabtu – Minggu pukul 11.30 WIB – 17.30 WIB
Tabel IV. 16
Lokasi Pengambilan Sampah oleh Arm roll
No Lokasi
Kontainer Jl. Ki Hajar Dewantoro/Kalinyamat Kulon
Kontainer Jl. Ponorogo Barat KUD Sumurpanggang
1 Kontainer Jl. Sumbawa
Kontainer Jl. Martadinata
Kontainer Jl. Sangir (PAI)
No Lokasi
Kontainer Pelabuhan
2 Kontainer Jl. Jongor
Kontainer RSUD Kardinah
Kontainer Jl. Wisanggeni /Selatan SMP 14
Kontainer Jl. Ki Gede Sebayu (Diskimtaru)
3 Kontainer Jl. Ababil (RSI Harapan Anda)
Kontainer Jl. Matarama Pedurungan Lor
Sumber : Diskimtaru Kota Tegal, 2014
Tabel IV. 10
Kapasitas Angkut Sampah Eksisting
Kapasitas Kapasitas
Volume Jumlah Rerata
No Jenis Sarana Angkut / Angkut total
(m3) (unit) ritasi/hari
unit (m3)*) (m3/hari)
A Kapasitas Angkut
1 Dump truck 6 19 9,6 3 547,20
2 Arm roll truck 6 4 9,6 3 115,20
TOTAL 662,40
B Sampah Terangkut ke TPA
Sumber :
1 TPS 462,00
2 KONTAINER 78,00
3 TPST 121,05
TOTAL 661,05
Sumber: Perhitungan konsultan, 2016 *) tingkat pemadatan 1,6
b. Insinerasi
Dalam TPST sudah terdapat incinerator, dimana metode pengolahan sampah
dengan cara membakar sampah pada suatu tungku pembakaran.Teknologi
insinerasi merupakan teknologi yang mengkonversi materi padat menjadi materi
gas (gas buang), serta materi padatan yang sulit terbakar, yaitu abu (bottom
ash) dan debu (fly ash). Berdasarkan data dari Diskimtaru Kota Tegal, dari 14
TPST terdapat 10 TPST melakukan sistem ini, dengan volume sampah yang
dibakar mencapai 0,8 – 8,09 m3/hari atau total mencapai 40,44 m3/hari (atau
19% dari total sampah terkumpul). Teknologi insinerasi yang ideal dalam
implementasinya selain memerlukan biaya tinggi juga memerlukan ketelitian
yang tinggi dari pihak pengelola, namun saat ini insenerator di TPST dilakukan
dengan sistem yang sederhana. Satu hal dalam penggunaan sistem ini adalah
adanya dampak dari pembakaran tersebut yang potensial mengganggu terhadap
lingkungan sekitar.
Tabel IV. 12
Pengelolaan Sampah dengan Incenerator Tingkat TPST
di Kota Tegal (M3/Hari)
NO TPST VOL. DIBAKAR (m3/hari)
1 TPST Randugunting 7,97
2 TPST Kiragasela Cabawan 2,62
3 TPST Sejahtera Mandiri Pekauman 2,63
4 TPST Trukan Jaya 5,16
5 TPST Bahari Asri 8,09
6 TPST Al-Hikmah Tunon 1,78
7 TPST Sumbodro Slerok 3,71
8 TPST Pesurungan Kidul 0,89
9 TPST Krandon 2,93
10 TPST Fajar Jaya 4,65
Jumlah 40,44
Persentase 19%
Sumber: Diolah dari data Diskimtaru, 2016
Tabel IV. 13
Pengolahan Sampah Dipilah/Reuse Tingkat TPST Di Kota Tegal
VOL. DIPILAH / REUSE
NO TPST
(m3/hari)
1 TPST Kraton 5,29
2 TPST Pesurungan Lor 1,23
3 TPST Randugunting 4,86
4 TPST Kigarasela Cabawan 2,56
5 TPST Sejahtera Mandiri Pekauman 1,68
6 TPST Trukan Jaya 0,25
7 TPST Melati Jaya Kejambon 10,29
8 TPST Bahari Asri 1,26
9 TPST Al-Hikmah Tunon 0,65
10 TPST Sumbodro Slerok 2,16
11 TPST Pesurungan Kidul 1,63
12 TPST Krandon 1,81
13 TPST Fajar Jaya 0,25
14 TPST Rukun Bersih Sumurpanggang 0,75
15 TPST Tegalsari 6,30
Jumlah 40,97
Persentase 20%
Sumber: Diolah dari data Diskimtaru, 2016
karung per hari, maka reduksi sampah yang dilakukan setara volume 200 liter per
hari per orang atau total dapat mencapai 42 m3/hari.
Sementara itu pengangkut sampah juga memilah sampah anorganik untuk dijual
sebagai penghasilan tambahan mereka. Asumsi jumlah pengangkut sampah adalah
90% dari jumlah gerobak sampah, karena sebagian gerobak diketahui rusak atau
belum dioperasikan optimal di tingkat TPST, sehingga terdapat kurang lebih 640
orang. Dengan jumlah hasil sampah yang diperoleh minimal 1 karung per hari
setara volume 20 liter, maka total reduksi sampah dari proses ini adalah sekitar 12,8
m3/hari di seluruh wilayah Kota Tegal. Dengan demikian total reduksi sampah dari
pemulung dan petugas pengumpul sampah adalah sekitar 54,8 m3/hari.
Tabel di bawah ini menjelaskan tentang harga jual berbagai jenis sampah anorganik
di Kota Tegal.
Tabel IV.21
Harga Jual Hasil Pemilahan Sampah Anorganik di Kota Tegal
No Jenis Sampah Harga Jual
1 Plastik Kresek Rp 500,- per kg
2 Plastic Botol Aqua (PET tanpa label dan tutup) Rp 2900,- per kg
3 Plastic Blowing (termasuk tutup botol, wadah lem, wadah minyak goreng) Rp 4000,- per kg
4 Plastic Aqua Gelas Rp 4000.- per kg
5 Plastic ember dan keranjang makanan plastik Rp 3000,-per kg
6 Plastic Krasan (botol yakult dsb) Rp 200,-per kg
7 Pralon pipa Rp 1100,- per kg
8 Plastic HD (ember hitam dan helm) Rp 1200,-per kg
9 Plastic Kristal (CD, Kaset, tangkai sikat gigi) Rp 3000,- per kg
10 Lampu Rp 1000,- per buah
11 Kaca Rp 150,- per kg
12 Botol kaca (orson, kecap dsb) Rp 200,- Rp 500,- per kg
Sumber :survey primer konsultan, 2016
Hasil sampah oleh pengepul akan diolah pada tahap selanjutnya. Peran pengepul
sangat penting dalam tahapan pasca pengelolaan sampah karena mampu
menampung sampah dan mendistribusikan ke pemasok yang lebih besar (untuk
bahan baku lainnya) hingga ke luar Kota Tegal (Cirebon, Solo, Kudus, Purwakarta
dsb).
(a) (b)
Gambar 4.18
Pemilahan Sampah yang memiliki nilai ekonomis
Dipilah oleh pemilah individu Dipilah oleh pemilah individu dan petugas pemilah TPA
sisa
TPST
Hasil pemilahan Masyarakat menjual baran
Dipilah oleh pemilah individu, petugas pengangkutan sampah, dan petugas TPST
Gambar 4.19.
Alur Pemilahan Sampah
Dari uraian di atas, secara umum pengolahan sampah secara informal dengan
aktifitas pengolahan seperti daur ulang ada di tingkat TPST, atau dapat diperhitungkan
sebagai kegiatan pengolahan oleh sektor informal/ masyarakat, yang diperkirakan saat ini
mencapai sekitar 14,78% terhadap timbulan sampah, sehingga sistem ini memberikan
kontribusi reduksi beban penimbunan sampah di TPA. Kondisi ini cukup baik, namun dapat
ditingkatkan kapasitasnya pada masa mendatang.
Tabel IV. 22
Kinerja Sistem Pengolahan Sampah Eksisting
Sistem Pengolahan Volume (m3/hari)
1. Pengomposan di TPST 9,95
2. Daur ulang (pemilahan) di TPST 40,97
3. Pembakaran di TPST 40,44
4. Pemilahan oleh pemulung dan pengumpul sampah 54,8
TOTAL 146,16
TOTAL TIMBULAN 988,78
Persentase sampah diolah 14,78%
Sumber: Perhitungan konsultan, 2016
Dari hasil survey timbulan, terukur potensi bahan daur ulang sampah berupa
sampah organic (67%) disusul sampah plastik / karet (15%) dan sampah kertas (13%).
Dari ketiga jenis sampah ini, dari observasi di lapangan memperlihatkan nilai ekonomis
plastic lebih tinggi daripada kertas dan kompos, sehingga daur ulang plastik lebih
berkembang dibandingkan kertas. Hal ini menunjukkan bahwa untuk pengembangan daur
ulang sampah di Kota Tegal, selayaknya plastik menjadi prioritas penanganan.
Pada survey timbulan, terukur timbulan sampah di Kota Tegal masih di dominasi
oleh sampah organic (67%). Pengomposan adalah alternatif pengolahan sampah jenis ini.
Berikut ini adalah potensi produksi kompos jika 60% sampah organic bisa diolah.
Terdapat 3 faktor yang perlu diperhatikan dalam pengomposan yaitu : (1) Pelaku
pengomposan atau pelaksananya; (2) Teknologi pengomposan ; dan (3) Skala
pengomposan. Pengomposan dapat dilakukan oleh masyarakat maupun oleh Dinas
KIMTARU sendiri. Tinjauan terhadap praktek-praktek pengomposan yang dilakukan di
berbagai kota di Indonesia, pengomposan akan lebih efektif dan efisien jika dilakukan
dengan pola kemitraan bersama masyarakat atau swasta, tentunya yang perlu diperhatikan
adalah mekanisme kemitraannya itu sendiri. Sering terjadi, masyarakat diajak
mengomposkan sampah, akan tetapi tidak dikembangkan mekanisme insentifnya, sehingga
sering terjadi masyarakat merasa berat dengan biaya operasi pengomposan tersebut.
Dalam aspek teknologi pengomposan, banyak alternative yang sudah dikembangkan
dan bahkan teruji di Indonesia. Teknologi pengomposan sudah tersedia mulai dari
teknologi sederhana hingga teknologi canggih. Pemilihan teknologi akan ditentukan oleh
pelaku pengomposan itu sendiri. Pengomposan yang dilakukan oleh masyarakat dan
pemerintah kiranya cukup menggunakan metoda sederhana, sedangkan untuk pelaku
swasta untuk meningkatkan efisiensi, selayaknya perlu dipilih teknologi tinggi, seperti
biodegester.
Skala pengomposan seharusnya menjadi perhatian, mengingat hal ini akan
menentukan besar kecilnya sarana dan prasarana yang harus dipersiapkan untuk itu.
Melihat besarnya potensi bahan baku kompos, selayaknya di Kota Tegal dikembangkan
pengomposan dalam beberapa skala, yaitu :
(1) Skala lingkungan, di tingkat RT/RW dengan melibatkan masyarakat.
(2) Skala kawasan, di tingkat Kelurahan dengan pendekatan kemitraan antara Pemerintah-
Masyarakat-Swasta. Pola ini dapat dilakukan di TPST yang ada.
(3) Skala kota, yaitu pengomposan yang dilakukan di TPA, untuk melayani wilayah yang
tidak memungkinkan dikembangkannya skala kawasan dan skala lingkungan.
Gambar 4. 20
Lokasi TPA Eksisting
Observasi terhadap TPA Muarareja, mengarah pada satu kesimpulan bahwa TPA
tersebut masih belum ditata dengan baik. Kondisi ini dapat dipahami karena TPA seluas 2
ha ini tidak dirancang untuk jangka panjang, atau hanya sebagai TPA sementara.
Penimbunan dilakukan secara open dumping, tidak ada pengolahan lindi, dan operasi yang
ada hanyalah buang tanpa pengolahan.
Untuk mengetahui kebutuhan luasan lahan untuk penimbunan sampah di TPA dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:
Mengacu data berat sampah yang masuk TPA eksisting sekitar 550 ton/hari (data
Dinas Kimtaru, 2016), maka tingkat kepadatan sampah yang masuk TPA eksisting adalah
sekitar 832 kg/m3. Asumsi yang digunakan dalam perhitungan kebutuhan luasan TPA ini
adalah sebagai berikut:
a. Proyeksi sampah yang masuk TPA mengikuti proyeksi timbulan sampah dengan
pencapaian tingkat layanan 100% pada akhir tahun perencanaan dengan
reduksi sampah mencapai 20% sehingga sampah yang masuk ke TPA sebesar
80% dari timbulan.
b. Tingkat pemadatan di TPA dapat mencapai 600 kg/m3 atau volume sampah
dengan pemadatan ini bias menghemat ruang sekitar 72% dibandingkan dengan
kepadatan sampah yang masuk TPA.
c. Tinggi timbunan sampah adalah 2 m.
Dengan menggunakan rumus, asumsi perhitungan dan data kondisi eksisting
sebagai baseline, maka dapat dihitung kebutuhan luasan TPA di Kota Tegal yaitu mencapai
13,69 ha hingga tahun 2037 (catatan: system penimbunan hanya satu layer, jika system
penimbunan menggunakan system sanitary/control landfill dengan beberapa layer
penimpunan, maka dapat dilakukan penghematan lahan). Jika dibandingkan dengan TPA
eksisting di Kelurahan Muarareja, dengan luasan sekitar 1,4 ha, maka TPA ini hanya dapat
digunakan sampai dengan tahun 2017.
Tabel IV. 24
Proyeksi kebutuhan luas lahan TPA
A (volume E Pemadatan 600
sampah kg/m3 (% sampah
dibuang ke dibadingkan T (tinggi L L
TPA dalam kepadatan timbunan Komulatif Komulatif
Tahun m3/hari) eksisting) dalam m) L (m2) (m2) (ha)
th. 2016
661
(baseline) 72% 2 5756,31 5756,31 0,58
th. 2017 738 72% 2 6428,99 12185,30 1,22
th. 2018 749 72% 2 6521,38 18706,69 1,87
th. 2019 758 72% 2 6596,27 25302,96 2,53
th. 2020 776 72% 2 6761,37 32064,32 3,21
th. 2021 796 72% 2 6928,47 38992,80 3,90
th. 2022 815 72% 2 7097,58 46090,38 4,61
th. 2023 835 72% 2 7268,69 53359,07 5,34
th. 2024 855 72% 2 7441,89 60800,95 6,08
th. 2025 875 72% 2 7617,09 68418,04 6,84
th. 2026 884 72% 2 7698,07 76116,11 7,61
th. 2027 893 72% 2 7779,05 83895,17 8,39
th. 2028 903 72% 2 7860,12 91755,29 9,18
th. 2029 901 72% 2 7841,84 99597,13 9,96
th. 2030 910 72% 2 7921,78 107518,90 10,75
th. 2031 919 72% 2 8001,80 115520,70 11,55
th. 2032 916 72% 2 7979,51 123500,21 12,35
th. 2033 925 72% 2 8058,49 131558,70 13,16
th. 2034 923 72% 2 8033,15 139591,85 13,96
th. 2035 931 72% 2 8111,08 147702,93 14,77
th. 2036 928 72% 2 8082,70 155785,63 15,58
th. 2037 925 72% 2 8052,31 163837,93 16,38
Sumber: perhitungan konsultan, 2016.
KSM/Paguyuban
Pengelolaan TPST
Kelurahan/RW/RT
Masyarakat
Keterangan
Pengelola Koordinasi
Gambar 4. 23
Struktur Pengelolaan Sampah di Kota Tegal
Dalam pengelolaan TPST, seperti TPST Kejambon, Kraton dan Randugunting, dalam
operasional pengelolaan sampahnya yang oleh pihak KSM paguyuban pengelolaan
sampah, kegiatan pengolahan sampah dilakukan mulai pegumpulan dari tingkat RT ke
TPST kemudian dilakukan pengolahan menjadi kompos dan pemilahan sampah di tingkat
TPST. Sedangkan peran pihak DISKIMTARU selaku dinas/SKPD Pemkot ini memfasilitasi
pengadaan sarana dan perasana yang butuhkan oleh TPST, termasuk dalam hal gaji/upah
pekerja TPST.
Koordinasi antara DISKIMTARU dan KSM TPST biasanya dilakukan setiap bulan.
Koordinasi ini utamanya membicarakan tentang permasalahan dan tantangan yang sedang
dihadapi dalam pengelolaan TPST dan sampah di lingkungannya, serta koordinasi untuk
memecahkan masalah dan menemukan beberapa solusi untuk upaya peningkatakn
pelayanan dan kinerja operasional pengelolaan sampah di Kota Tegal.
Gambar 4. 24
Struktur Organisasi Dinas Kintaru Kota Tegal
Gambar 4. 25
Struktur Organisasi Kantor LH Kota Tegal
Gambar 4. 26
Struktur Organisasi BAPPEDA Kota Tegal
Tabel IV. 25
Jumlah personil pengelolaan sampah status tenaga kerja kontrak/harian lepas/swakelola
Komponen Jumlah (orang)
a. Pengemudi truk (non PNS) 3
b. Tenaga bongkar muat sampah (BM) 80
c. Petugas TPA 4
d. Penjaga malam TPA 3
e. Mandor penyapuan jalan 7
f. Penyapu jalan 117
g. Petugas TPST Kelurahan 80
TOTAL 294
Sumber: Dinas KIMTARU, 2016
Tabel IV. 27
Rincian Anggaran Persampahan Tahun Anggaran 2016 (dalam rupiah)
Rincian Perhitungan
Kegiatan
Harga
Volume Satuan Jumlah
Uraian Satuan
Belanja Listrik 16 unit
incinerator selama 1 192 unit/bln 500.000 96.000.000
tahun/bulan
Operator incinerator, 2
org, x 16 unit x 365 hari 11680 org/unit/hr 30.000 350.400.000
1. Penyediaan
BBM Incinerator, 16 unit
prasarana dan
x 8 jam x 5 ltr x 365 hari 233600 unit/ltr/hr 7.500 1.752.000.000
sarana ( 1 hari max 40 liter)
pengelolaan Pengadaan kontainer
persampahan 2 unit 27.500.000 55.000.000
sampah
Honorarium pejabat
pengadaan kontainer 1 pekj 275.000 275.000
Honorarium PPK
kontainer sampah 1 pekj 310.000 310.000
2. Peningkatan Honorarium tenaga
operasi dan TPST, 4 orang x 16 TPST 23360 org/hr 30.000 700.800.000
pemeliharaan x 365 hari
prasarana dan BBM pengelolaan
sarana sampah TPST : BBM, 16 5760 per liter 7.500 43.200.000
persampahan TPST x 30 ltr x 12 bulan
Pembangunan TPST I 1 pkt 450.000.000 1.800.000.000
Pembangunan TPST II 1 pkt 450.000.000 1.800.000.000
Pembangunan TPST III 1 pkt 450.000.000 1.800.000.000
Pembangunan TPST IV 1 pkt 450.000.000 1.800.000.000
Pembangunan TPST V 1 pkt 450.000.000 1.800.000.000
3. Pembangunan TPST VI 1 pkt 450.000.000 1.800.000.000
Pengembangan
teknologi Pembangunan TPST VII 1 pkt 450.000.000 1.800.000.000
pengolahan Pembangunan TPST VIII 1 pkt 450.000.000 1.800.000.000
persampahan Pembangunan TPST IX 1 pkt 450.000.000 1.800.000.000
Pembangunan TPST XI 1 pkt 450.000.000 1.800.000.000
Pengadaan incinerator
sampah 9 unit 200.000.000 1.800.000.000
Dari rincian anggaran di atas diketahui bahwa kegiatan Penyediaan prasarana dan
sarana pengelolaan persampahan terdiri pembiayaan untuk pengadaan sarana dan
prasarana (investasi) dan pembiayaan untuk operasi dan pemeliharaan. Kegiatan
peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan focus untuk
membiayai kegiatan operasi dan pemeliharaan. Sementara kegiatan pengembangan
teknologi pengolahan persampahan digunakan untuk membiayai investasi sarana dan
prasarana. Untuk dapat mengetahui pemisahan anggaran yang digunakan untuk investasi
dan operasi-pemeliharaan (OP) sebagai masukan untuk analisis selanjutnya (termasuk
analisis biaya satuan pengelolaan sampah), maka perlu dilakukan identifikasi lebih rinci
salah satunya pada anggaran OP. Berdasarkan rincian anggaran Dinas KIMTARU, maka
dapat dilakukan analisis Biaya Satuan Pengelolaan Sampah Eksisting tahun 2016 sebagai
berikut:
Tabel IV.28
Analisis Biaya Satuan Pengelolaan Sampah Eksisting
Sampah Terlayani (m3/hari) 802,91
Biaya O & P
A Upah langsung
1 Tenaga kerja kontrak/harian lepas/swakelola
a. Pengemudi truk (non PNS) 3 org 48.600.000
b. Tenaga bongkar muat sampah (BM) 80 org 1.152.000.000
c. Petugas TPA 4 org 57.600.000
d. Penjaga malam TPA 3 org 28.800.000
e. Mandor penyapuan jalan 7 org 113.400.000
f. Penyapu jalan 117 org 1.263.600.000
g. Petugas TPST 80 org 864.000.000
Kegiatan peningkatan O & P prasarana dan sarana
2 persampahan 1.398.575.000
(di luar anggaran pengurugan ex TPA Muarareja)
(per
TOTAL tahun) 6.993.241.000
Biaya Satuan Pengelolaan Sampah (per m3) 23.862
Sumber : Perhitungan konsultan, 2016.
Sementara itu, Anggaran Dinas Kimtaru Kota Tegal Tahun Anggaran 2014 di
dalamnya terdapat beberapa pembiayaan mulai dari penyediaan sarana prasarana
persampahan, pemeliharaan dan pengoptimalan sarana prasarana, serta pengembangan
teknologi pengelolaan sampah dengan target pembangunan 5 TPST yang akan tersebar di
Kota Tegal. Alokasi anggaran pengelolaan sampah pada tahun 2013 juga memiliki jumlah
anggaran yang hampir sama dengan anggaran tahun 2014, namun pada tahun 2013
jumlah anggaran yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan dengan tahun 2014. Hal ini
dikarenakan adanya pembiayaan untuk memperpanjang sewa lahan TPA Muarareja.
Evaluasi aspek pembiayaan dilakukan dengan mengukur tingkat efektifitas
penarikan retribusi saat ini. Efektifitas diukur dengan membandingkan pendapatan retribusi
yang tercatat terhadap potensi retribusi yang sesungguhnya. Tinjauan terhadap anggaran
belanja yang diusulkan dan yang terealisasi dilakukan untuk melihat besarnya alokasi
anggaran Pemerintah Kota terhadap tugas pengelolaan kebersihan.
Kriteria yang disyaratkan mengenai keuangan untuk pengelolaan kebersihan adalah
bersifat cost recovery (mampu membiayai sendiri) untuk biaya OP. Berdasarkan Data
pada Dinas KIMTARU, anggaran yang dikeluarkan Dinas KIMTARU untuk biaya OP
Persampahan Tahun Anggaran 2016 adalah Rp 6.993.241.000,- (catatan: tidak termasuk
Belanja Pegawai atau gaji PNS). Sementara pendapatan dalam bentuk retribusi
pengelolaan sampah masih sangat kecil dan tidak sebanding dengan besaran anggaran
yang digunakan untuk OP sampah. Retribusi kebersihan yang masuk hanya sekitar Rp
29.873.286,-/bulan atau diperkirakan sekitar Rp. 358.486.286,- pada tahun 2016
sebagaimana table di bawah ini, nilai ini hanya sekitar 5,13% dari kebutuhan biaya OP
persampahan. Untuk mencapai target cost recovery tersebut maka perlu adanya
peningkatan perolehan retribusi.
Tabel IV.29
Realisasi Penarikan Retribusi Pelayanan Persampahan
Kota Tegal Januari-Juli 2016
Bulan Realisasi (Rp)
Januari 28.100.000
Februari 27.375.000
Maret 28.475.000
April 26.225.000
Mei 43.275.000
Juni 28.657.000
Juli 27.010.000
Rerata per bulan 29.873.857
Penerimaan tahun 2016 (perkiraan) 358.486.286
Penerimaan tahun 2015 262.350.000
Sumber : Perhitungan konsultan, 2016.
Tabel IV. 30
Besaran Tarif Retribusi Pelayanan Persampahan Kota Tegal
Besaran Restribusi
Kelom- Satu-
Jenis Keterangan
pok an Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
INDUSTRI/PABRIK
Makan, Minuman, Sandang, Perabot Rumah Tangga,
I Bulan 300.000,- 200.000,- 75.000,- 50.000,-
Kimia, Rokok, Industri Rumah Tangga
PERUSAHAAN / JASA
1. Hotel, Wisma, Penginapan Bulan
2. Rumah Makan, Restoran, Jasa Boga, Cafetaria, Café Bulan 500.000,- 400.000,- 300.000,- 200.000,-
Shop, Warung Makan 300.000,- 200.000,- 100.000,- 50.000,-
3. Gedung Pertemuan, Gedung Olahraga Bulan
4. Tempat hiburan, BillBioskop Bulan 100.000,- 75.000,- 50.000,- 40.000,-
5. Salon, Penjahit, Potong Rambut, Penatu Bulan 200.000,- 150.000,- 100.000,- 50.000,-
II 6. Angkutan, Travel, Bis Bulan 100.000,- 50.000,- 40.000,- 20.000,-
KELOMPOK I, II, III, IV dan V:
7. Asuransi, Perbankan, Perkantoran Bulan 100.000,- 75.000,- 50.000,- 25.000,-
Klasifikasi ditetapkan oleh
8. Bengkel, Service Station, SPBU, Usaha Cuci Mobil Bulan 300.000,- 200.000,- 100.000,- 50.000,-
walikota berdasarkan perkiraan
9. Usaha Praktek Dokter, Notaris, Pengacara / Bulan 100.000,- 75.000,- 50.000,- 25.000,-
volume sampah yang dapat
Penasehat Hukum, 100.000,- 75.000,- 50.000,- 25.000,-
disimpulkan berdasarkan jenis
kegiatan usaha intensitas
kegiatan usaha dan jumlah
PERDAGANGAN : tenaga kerja
III Pasar Moderen, Toko, Kios di Luar Pasar Bulan 500.000,- 300.000,- 150.000,- 25.000,-
FASILITAS UMUM :
Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Balai Pengobatan, Bulan
Apotik, Laboratorium 500.000,- 200.000,- 100.000,- 50.000,-
IV Sekolah, Asrama, Perguruan Tinggi, Kursus, Pondok Bulan
Pesantren, Rumah Pondokan, 100.000,- 50.000,- 25.000,- 10.000,-
sampah dan komposting pada beberapa kelompok komunitas dan TPST. Dapat
dikatakan pengetahuan masyarakat akan pengelolaan sampah yang lebih baik
yaitu konsep memilah, mengomposkan dan mendaur ulang umumnya berada
pada tahap sudah mengetahui namun umumnya belum mau melakukan. Hanya
sebagian kecil yang melakukan atau seperti di TPST pemilah mau melakukan
karena untuk mendapatkan imbalan (bekerja).
b. Komunitas masyarakat di tingkat lokal cukup mempunyai kelembagaan social
yang cukup kuat, misalnya dengan aktifnya pertemuan-pertemuan informal
berbagai kelompok masyarakat- seperti PKK, kelompok pengajian, karang
taruna, dasawisma. Umumnya mereka melakukan komunikasi informal (dari
mulut ke mulut) yang tinggi, karena sifat „guyub‟ mereka masih sangat tinggi.
Kondisi ini potensial untuk mengembangkan pola-pola partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan sampah. Selain itu, di setiap kelurahan di Kota Tegal juga
telah terbentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) untuk mengelola TPST,
memilah sampah, dan membuat kompos. KSM tersebut berada dibawah Dinas
Kimtaru namun beranggotakan masyarakat setempat untuk sumber daya
manusianya.
Tabel IV. 31
Daftar Bank Sampah Binaan Kota Tegal
No Nama Alamat
1 Berkah Amanah RT 03/XII Kelurahan Panggung
2 Dewi Shinta RW XI Pondok Martoloyo
3 Bahtera RT 05/XII Kel. Panggung
4 Bank Sampah SMP 15 Jl. Sumbodro No. 60 Kel. Slerok
5 Bank Sampah Kaligangsa Asri (pengkomposan) RW VII Kel. Kaligangsa
6 Bank Sampah Mawar Biru (daur ulang) Jl. Siwalan Raya No. 1 Kel. Kraton
Sumber : KLH Kota Tegal, 2016
Tabel IV. 32
Realisasi Bank Sampah Di Kota Tegal
Persentase
Dasar Omzet
Waktu Wilayah Jumlah sampah Jenis
Nama Alamat Pendirian/Latar Kepengurusan Kapasitas Satuan
Pendirian Kerja/Pelayanan nasabah yang produk
Belakang (000)
dikelola
Berkah RT 03/XII SK. Kepala 15 Januari Pengelola Kecamatan Tegal 60 130,00 m3/bulan 90,00% 4.000
Amanah Kelurahan Kantor 2014 Sendiri Timur
Panggung Lingkungan Kota
Tegal Nomor
660.1/01.B
Dewi RW XI SK. Kepala 20 Kelompok Kecamatan Tegal 80 200,00 m3/bulan 93,00% 6.000 produk
Shinta Pondok Kantor Desember Swadaya Timur, dan Tegal daur
Martoloyo Lingkungan Kota 2013 Masyarakat Barat ulang
Tegal Nomor sampah
660.1/260 plastik
Bahtera RT 05/XII SK. Kepala 21 Januari Perorangan Kecamatan Tegal 30 80,00 m3/bulan 95,00% 2.000
Kel. Kantor 2014 Timur
Panggung Lingkungan
Hidup No.
660.1/01.C
Tabel IV. 33
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
th 2001
th 2002
th 2003
th 2004
th 2005
th 2006
th 2007
th 2008
th 2017
th 2018
th 2019
th 2020
th 2021
th 2022
th 2023
th 2024
th 2025
th 2034
th 2035
th 2036
th 2037
th 2000
th 2009
th 2010
th 2011
th 2012
th 2013
th 2014
th 2015
th 2016
th 2026
th 2027
th 2028
th 2029
th 2030
th 2031
th 2032
th 2033
Gambar 5. 1
Trend Proyeksi Penduduk Kota Tegal sampai dengan Th. 2037
Tabel V. 1
Proyeksi Beban Layanan Pengelolaan Sampah Kota Tegal sampai dengan Th. 2037
skenario peningkatan pelayanan yang mewakili scenario optimis, moderat atau pesimis.
Ketiga scenario dimaksud mengandung pengertian sebagai berikut:
1. Skenario optimis diarahkan sesuai dengan target dan sasaran Nasional.
2. Skenario moderat adalah skenario pencapaian sasaran Nasional pada 10 tahun
periode perencanaan.
3. Skenario pesimis, adalah skenario pencapaian sasaran Nasional pada akhir tahun
perencanaan (20 tahun periode perencanaan).
Target nasional bidang persampahan menurut RPJMN 2015-2019 adalah
terwujudnya Universal Access dalam hal Pembangunan dan penyediaan air minum dan
sanitasi (sampah, limbah dan drainase) diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat”. Target Persampahan Perkotaan adalah 100% yang
dicapai melalui : 20% fasilitas reduksi sampah dan 80% penanganan sampah.
Skenario-1
Merupakan skenario optimis yaitu optimasi pencapaian target Nasional dalam system
pengelolaan sampah, dengan konsep :
1. Pencapaian 100% tingkat pelayanan di tahun 2019.
2. Strategi reduksi sampah di sumber (komunitas) hingga TPST (daur ulang,
composting, pembakaran sampah) diimplementasikan dengan intensif dalam 3
tahun pertama melalui program kampanye dan pendidikan/pemberdayaan kelompok
masyarakat, serta peningkatan TPST, sehingga tercapai penurunan angka timbulan
sampah hingga 20% pada tahun 2019, yang berdampak pada penurunan beban
penimbunan di TPA yang cukup signifikan.
Proporsi beban pengelolaan untuk skenario ini dapat dilihat pada Tabel dan Gambar
berikut ini.
1400
1200
1000
800
200
0
th. 2017
th. 2019
th. 2021
th. 2023
th. 2024
th. 2026
th. 2028
th. 2031
th. 2033
th. 2036
th. 2016 (baseline)
th. 2018
th. 2020
th. 2022
th. 2025
th. 2027
th. 2029
th. 2030
th. 2032
th. 2034
th. 2035
th. 2037
Gambar 5. 2
Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 1
Tabel V. 2
Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 1
Sampah
Tidak
TAHUN Tingkat Layanan Reduksi Penanganan Terkelola
Vol Vol
Persen. (m3/hr) Persen. (m3/hr) Persen. Vol (m3/hr) Vol (m3/hr)
2016 (baseline) 81,2% 802,91 9,2% 91,36 72,0% 661,05 185,87
2017 89,0% 890,36 13,0% 130,05 76,0% 760,31 110,04
2018 94,0% 951,31 16,0% 161,93 78,0% 789,39 60,72
2019 100,0% 1023,66 20,0% 204,73 80,0% 818,93 0,00
2020 100,0% 1035,29 20,0% 207,06 80,0% 828,23 0,00
2021 100,0% 1046,92 21,0% 219,85 79,0% 827,06 0,00
2022 100,0% 1058,54 21,0% 222,29 79,0% 836,25 0,00
2023 100,0% 1070,17 22,0% 235,44 78,0% 834,73 0,00
2024 100,0% 1081,80 22,0% 238,00 78,0% 843,80 0,00
2025 100,0% 1093,43 23,0% 251,49 77,0% 841,94 0,00
2026 100,0% 1105,05 23,0% 254,16 77,0% 850,89 0,00
2027 100,0% 1116,68 24,0% 268,00 76,0% 848,68 0,00
2028 100,0% 1128,31 24,0% 270,79 76,0% 857,51 0,00
2029 100,0% 1139,93 25,0% 284,98 75,0% 854,95 0,00
2030 100,0% 1151,56 25,0% 287,89 75,0% 863,67 0,00
2031 100,0% 1163,19 26,0% 302,43 74,0% 860,76 0,00
Sampah
Tidak
TAHUN Tingkat Layanan Reduksi Penanganan Terkelola
Vol Vol
Persen. (m3/hr) Persen. (m3/hr) Persen. Vol (m3/hr) Vol (m3/hr)
2032 100,0% 1174,82 26,0% 305,45 74,0% 869,36 0,00
2033 100,0% 1186,44 27,0% 320,34 73,0% 866,10 0,00
2034 100,0% 1198,07 27,0% 323,48 73,0% 874,59 0,00
2035 100,0% 1209,70 28,0% 338,72 72,0% 870,98 0,00
2036 100,0% 1221,33 29,0% 354,18 71,0% 867,14 0,00
2037 100,0% 1232,95 30,0% 369,89 70,0% 863,07 0,00
Sumber: Analisis konsultan (2016)
Skenario-2
Merupakan skenario moderat yaitu pengelolaan sampah Kota Tegal dengan konsep :
1. Pencapaian 100% tingkat pelayanan di tahun 2026.
2. Strategi reduksi sampah di sumber (komunitas) hingga TPST (daur ulang, composting,
pembakaran sampah) diimplementasikan bertahap melalui program kampanye dan
pendidikan/pemberdayaan kelompok masyarakat, serta peningkatan TPST, sehingga
tercapai penurunan angka timbulan sampah hingga 20% pada tahun 2026, yang
berdampak pada penurunan beban penimbunan di TPA yang cukup signifikan.
Proporsi beban pengelolaan untuk skenario ini dapat dilihat pada Tabel dan Gambar
berikut ini.
Tabel V. 3
Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 2
Sampah
Tidak
TAHUN Tingkat Layanan Reduksi Penanganan Terkelola
Vol Vol Vol
Persen. Vol (m3/hr) Persen. (m3/hr) Persen. (m3/hr) (m3/hr)
2016 (baseline) 81,2% 802,91 9,2% 91,36 72,0% 661,05 185,87
2017 84,0% 840,34 10,2% 102,04 73,8% 738,30 160,07
2018 85,0% 860,23 11,0% 111,32 74,0% 748,91 151,81
2019 86,0% 880,35 12,0% 122,84 74,0% 757,51 143,31
2020 88,0% 911,05 13,0% 134,59 75,0% 776,47 124,23
2021 90,0% 942,22 14,0% 146,57 76,0% 795,66 104,69
2022 92,0% 973,86 15,0% 158,78 77,0% 815,08 84,68
2023 94,0% 1005,96 16,0% 171,23 78,0% 834,73 64,21
2024 96,0% 1038,53 17,0% 183,91 79,0% 854,62 43,27
2025 98,0% 1071,56 18,0% 196,82 80,0% 874,74 21,87
2026 100,0% 1105,05 20,0% 221,01 80,0% 884,04 0,00
2027 100,0% 1116,68 20,0% 223,34 80,0% 893,34 0,00
2028 100,0% 1128,31 20,0% 225,66 80,0% 902,65 0,00
2029 100,0% 1139,93 21,0% 239,39 79,0% 900,55 0,00
Sampah
Tidak
TAHUN Tingkat Layanan Reduksi Penanganan Terkelola
Vol Vol Vol
Persen. Vol (m3/hr) Persen. (m3/hr) Persen. (m3/hr) (m3/hr)
2030 100,0% 1151,56 21,0% 241,83 79,0% 909,73 0,00
2031 100,0% 1163,19 21,0% 244,27 79,0% 918,92 0,00
2032 100,0% 1174,82 22,0% 258,46 78,0% 916,36 0,00
2033 100,0% 1186,44 22,0% 261,02 78,0% 925,43 0,00
2034 100,0% 1198,07 23,0% 275,56 77,0% 922,52 0,00
2035 100,0% 1209,70 23,0% 278,23 77,0% 931,47 0,00
2036 100,0% 1221,33 24,0% 293,12 76,0% 928,21 0,00
2037 100,0% 1232,95 25,0% 308,24 75,0% 924,72 0,00
Sumber: Analisis konsultan (2016)
1400
1200
1000
800
600
400
200
TIDAK TERKELOLA
PENANGANAN/TPA REDUKSI
0
th. 2019
th. 2021
th. 2024
th. 2027
th. 2030
th. 2033
th. 2036
th. 2037
th. 2016 (baseline)
th. 2017
th. 2018
th. 2020
th. 2022
th. 2023
th. 2025
th. 2026
th. 2028
th. 2029
th. 2031
th. 2032
th. 2034
th. 2035
Gambar 5. 3
Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 2
Skenario-3
Merupakan skenario pesimis yaitu pengelolaan sampah Kota Tegal dengan konsep :
1. Pencapaian 100% tingkat pelayanan di tahun 2037.
2. Strategi reduksi sampah di sumber (komunitas) hingga TPST (daur ulang, composting,
pembakaran sampah) diimplementasikan bertahap dalam jangka penjang melalui
program kampanye dan pendidikan/pemberdayaan kelompok masyarakat, serta
peningkatan TPST, sehingga tercapai penurunan angka timbulan sampah hingga
20% pada tahun 2037, yang berdampak pada penurunan beban penimbunan di TPA
yang cukup signifikan.
Proporsi beban pengelolaan untuk skenario ini dapat dilihat pada Tabel dan Gambar
berikut ini.
1400
1200
1000
800
600
400
200
TIDAK TERKELOLA
0
PENANGANAN/TPA REDUKSI
th. 2020
th. 2021
th. 2022
th. 2026
th. 2027
th. 2028
th. 2016 (baseline)
th. 2017
th. 2018
th. 2019
th. 2023
th. 2024
th. 2025
th. 2033
th. 2034
th. 2035
th. 2029
th. 2030
th. 2031
th. 2032
th. 2036
th. 2037
Gambar 5. 4
Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 3
Tabel V. 4
Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 3
Sampah
Tidak
TAHUN Tingkat Layanan Reduksi Penanganan Terkelola
Vol Vol Vol Vol
Persen. (m3/hr) Persen. (m3/hr) Persen. (m3/hr) (m3/hr)
2016
(baseline) 81,2% 802,91 9,2% 91,36 72,0% 661,05 185,87
2017 84,0% 840,34 10,2% 102,04 73,8% 738,30 160,07
2018 85,0% 860,23 10,4% 105,25 74,6% 754,98 151,81
2019 85,0% 870,11 10,6% 108,51 74,4% 761,60 153,55
2020 86,0% 890,35 10,8% 111,81 75,2% 778,54 144,94
2021 86,0% 900,35 11,0% 115,16 75,0% 785,19 146,57
2022 87,0% 920,93 11,0% 116,44 76,0% 804,49 137,61
2023 87,0% 931,05 11,0% 117,72 76,0% 813,33 139,12
2024 88,0% 951,98 12,0% 129,82 76,0% 822,17 129,82
2025 88,0% 962,21 12,0% 131,21 76,0% 831,00 131,21
2026 89,0% 983,50 12,0% 132,61 77,0% 850,89 121,56
2027 90,0% 1005,01 13,0% 145,17 77,0% 859,84 111,67
2028 91,0% 1026,76 13,0% 146,68 78,0% 880,08 101,55
2029 92,0% 1048,74 14,0% 159,59 78,0% 889,15 91,19
2030 93,0% 1070,95 14,0% 161,22 79,0% 909,73 80,61
2031 94,0% 1093,40 15,0% 174,48 79,0% 918,92 69,79
Sampah
Tidak
TAHUN Tingkat Layanan Reduksi Penanganan Terkelola
Vol Vol Vol Vol
Persen. (m3/hr) Persen. (m3/hr) Persen. (m3/hr) (m3/hr)
2032 95,0% 1116,08 15,0% 176,22 80,0% 939,85 58,74
2033 96,0% 1138,99 16,0% 189,83 80,0% 949,16 47,46
2034 97,0% 1162,13 17,0% 203,67 80,0% 958,46 35,94
2035 98,0% 1185,50 18,0% 217,75 80,0% 967,76 24,19
2036 99,0% 1209,11 19,0% 232,05 80,0% 977,06 12,21
2037 100,0% 1232,95 20,0% 246,59 80,0% 986,36 0,00
Sumber: Analisis konsultan (2016)
Skenario Terpilih
Dari ketiga skenario dapat dilihat bahwa sebesar apapun proporsi beban
pengelolaan yang ditetapkan bagi Dinas KIMTARU tetap memerlukan adanya peran dari
dua kelompok pengelola lainnya (KSM/paguyuban sebagai TPST dan komunitas masyarakat
lainnya) untuk mencapai tingkat sampah tertangani yang paling optimal. Penentuan
skenario mana yang akan dipilih, sangat ditentukan oleh kebijakan Pemerintah Kota Tegal.
Banyaknya aspek pembangunan yang masih harus menjadi prioritas di Kota Tegal, ketiga
skenario di atas perlu dianalisis dengan pendekatan tidak saja dari aspek pembiayaan
tetapi juga dari aspek strategies pembangunan kota.
Tabel V. 5
Pemilihan Skenario Terbaik
Pertimbangan Skenario 1 optimis: sesuai dengan target Skenario 2 moderat : pencapaian Skenario 3 pesimis :
dan sasaran Nasional (th. 2019) sasaran Nasional pada tahun ke-10 pencapaian sasaran Nasional
(th. 2026) pada tahun ke-20 (th. 2037)
Aspek teknis Tidak realistis karena harus membangun Jangka waktu 10 tahun cukup Dapat dicapai
TPA baru sekaligus membangun dan realistis membangun dan
merehabilitasi system dan sarana- merehabilitasi system dan sarana-
prasarana menyesuaikan intervensi pola prasarana menyesuaikan
3R intervensi
pola 3R
Aspek kelembagaan Kelembagaan saat ini masih belum sesuai Jangka waktu 10 tahun cukup Dapat dicapai
standar, sehingga perlu peningkatan realistis untuk peningkatan status
status kelembagaan dari eselon IV kelembagaan dari eselon IV
menjadi eselon III. Diperlukan penataan menjadi eselon III, penataan SOTK
SOTK baru sehingga memerlukan waktu baru, termasuk peningkatan SDM
penyesuaian kurang lebih 5 tahun, pengelola.
termasuk peningkatan SDM pengelola.
Sehingga
tidak realistis dicapai hingga tahun 2019.
Aspek pembiayaan Pada tahap awal (th. 2017) memerlukan Jangka wkatu 10 tahun cukup Dapat dicapai
pembiayaan cukup besar untuk untuk meningkatkan
pembangunan TPA Bokongsemar, pembiayaan baik untuk
sehingga biaya investasi sarana dan pembangunan TPA
prasarana lainnya sulit ditambah pada Bokongsemar, maupun biaya
periode awal ini. Sehingga tidak realistis investasi sarana dan prasarana
target dicapai lainnya dengan memperhatikan
hingga tahun 2019. intervensi pola 3R.
Aspek peraturan Saat ini belum tersedia peraturan yang Jangka waktu 10 tahun dapat Dapat dicapai
komprehensif yang mendukung digunakan untuk menyediakan
pengelolaan persampahan yang ideal. peraturan yang komprehensif
Sehingga tidak realistis target dicapai yang mendukung pengelolaan
hingga tahun 2019. persampahan yang ideal dengan
intervensi 3R.
Aspek peranserta Pencapaian target nasional memerlukan Jangka waktu 10 tahun cukup Dapat dicapai
masyarakat dukungan peranserta masyarakat dan untuk membangun
swasta dalam implementasi pola 3R. Saat peranserta masyarakat dan
ini peranserta masyarakat masih minim swasta dalam implementasi
sehingga perlu intervensi yang besar pola 3R.
Pertimbangan Skenario 1 optimis: sesuai dengan target Skenario 2 moderat : pencapaian Skenario 3 pesimis :
dan sasaran Nasional (th. 2019) sasaran Nasional pada tahun ke-10 pencapaian sasaran Nasional
(th. 2026) pada tahun ke-20 (th. 2037)
realistis bahwa target dapat dicapai hingga
tahun 2019.
KESIMPULAN Tidak relistis dapat dicapai Skenario / alternative terbaik, Menjadi target minimal
realistis mencapai sasaran pembangunan
persampahan (jika scenario
terbaik karena suatu hal
tidak dapat dicapai)
Sumber: Identifikasi konsultan, 2016
5.4. Strategi
5.4.1. Strategi Umum Pengelolaan Sampah Kota Tegal
Dalam Pengelolaan Sampah di Kota Tegal secara umum perlu dikembangkan
strategi sebagai berikut :
1. Perkuatan Lembaga Formal Pengelola Sampah (Dinas KIMTARU), agar menjadi
lembaga yang handal dalam menjalankan kewenangannya dan mampu bermitra
dengan kelompok informal dan atau masyarakat lainnya yang ingin berperan
aktif dalam pengelolaan sampah di Kota Tegal.
2. Perluasan jangkauan pelayanan di wilayah perkotaan dengan desentrasilasi
pengelolaan di tingkat kelurahan melalui implementasi 3R Berbasis TPST.
3. Kemitraan antara Pemerintah, Masyarakat dan Swasta untuk berpartisipasi
dalam pengelolaan sampah.
peningkatan peran lembaga formal maupun non formal yang telah ada, dan
juga pengembangan lembaga lain yang dibutuhkan kehadirannya. Kehadiran
lembaga lain dilakukan dengan pola pendekatan bottom-up, dimana kehadiran
lembaga tersebut merupakan kebutuhan dan merupakan inisiatif warga bukan
bentukan pemerintah. Kehadiran lembaga eksternal ini tidak saja menyangkut
aspek teknik operasional tetapi diharapkan juga untuk mendukung penegakan
hukum di dalam sistem.
3. Meningkatkan kinerja lembaga pengelola persampahan, salah satunya
dengan meingkatkan kualitas SDM Lembaga Pengelola Kebersihan.
4. Melakukan pemisahan fungsi /unit regulator dan operator.
5. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi antar stakeholder local
maupun regional, dan juga membangun kemitraan yang harmonis dengan
masyarakat dalam upaya membangun sistem pengelolaan berbasis masyarakat.
Tabel V.6
Rencana Pencapaian Tingkat Pelayanan Persampahan
6
RENCANA OPERASI PENANGANAN PENGELOLAAN PERSAMPAH
Domestic
Dump truck
TPST Kelurahan (model Ram)
Non-domestik
Transfer depo dangan kontainer tertutup di lokasi strategis
Penyapuan jalan
Taman
Penanggung jawab pengelolaan di dalam taman adalah unit kerja yang
membidangi Bidang Pertamanan.
Sampah dikumpulkan dengan proses penyapuan oleh unit kerja Bidang
Pertamanan, Mengingat sampah taman didominasi oleh sampah organik
compostable, maka pewadahan dilakukan terpisah antara organik dan
anorganik.
Sampah organik dikumpulkan ke TPST Kelurahan untuk dikomposkan,
Sampah anorganik sisa diangkut ke TPA.
Tabel VI.1
Rencana Pola Operasi Penyapuan Jalan
Kondisi eksisting Rencana Peningkatan
Pola operasi Manual Manual di permukiman dan daerah komersial
Mekanik di jalan protocol
Kendaraan Gerobak dan armada motor Manual: gerobak, motor sampah
pengumpul sampah Tossa Mekanik, kendaraan penyapuan
Tenaga kerja Jumlah penyapu jalan 112 Manual: 3 orang per jalur penyapuan.
orang. Menyapu jalan protokol Mekanik: 1 orang per kendaraan
1.500 m2-2.500 m2 per orang
Waktu kerja 3 shift : Manual: 2 jam 1 jalur.
pagi (06-12.00 WIB), Mekanik: 1 kendaraan per 2 km
sore (12.00-18.00 WIB), Mesin, 6 jam/hari
malam (21.00-03.00 WIB).
Secara umum penyapuan jalan telah berjalan dengan baik. Namun pada masa mendatang
perlu direncanakan system penyapuan jalan secara mekanik terutama pada jalan protocol. Selain itu
kebersihan dan keselamatan tenaga kerja penyapu jalan juga aspek yang harus diperhatikan.
Gambar 6.2
Contoh sarana penyapuan jalan secara mekanik
umumnya ada pada pengadaan lahan. Untuk itu kendala ini bisa diatasi dengan koordinasi
dengan berbagai pihak di dalam lingkungan Pemerintah Daerah (terutama kelurahan).
Berdasarkan evaluasi terhadap jenis TPS yang ada dapat disimpulkan bahwa permasalahan
utama adalah menyangkut faktor kemudahan dalam proses pemindahan. Oleh karena itu
perlu dilakukan penataan TPS agar para petugas pengumpul dapat dengan mudah
memindahkan sampah dari gerobak atau kendaraan pengumpul lainnya ke dalam
container atau bak truk sampah. TPS dengan kriteria seperti ini dikenal dengan TPS Model
RAM. Karena itu TPS model RAM akan menjadi opsi bagi TPS yang berfungsi hanya sebagai
penampungan sementara.
Gambar 6.3
contoh TPS model RAM
6.5 Pengolahan
6.5.1 Pengomposan
Ketentuan Umum
Pengomposan sampah di Kota Tegal bertujuan mengurangi laju aliran timbulan
sampah ke TPA, disamping untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan. Karena itu
pengomposan harus dilakukan sedekat mungkin dengan sumber. Mengacu pada strategi
yang telah dikembangkan, dan berdasarkan alasan utama pengembangan pengomposan di
Kota Tegal, maka Prinsip dasar dalam Rencana Pengomposan untuk 20 tahun adalah
sebagai berikut :
(1) Terintegrasi di dalam Sistem Pengelolaan Sampah Kota. Bahwa pengomposan
sampah dimana pun dalam skala bagaimana pun harus menjadi bagian dalam
sistem pengelolaan sampah kota. Hal ini dilakukan agar kinerja pengomposan akan
menjadi bagian dari kinerja sistem kota, sehingga kontribusi pengomposan terhadap
beban pengelolaan sistem kota menjadi lebih terukur dan signifikan.
(2) Minimasi di sumber. Pengelolaan sampah di Kota Tegal, saat ini masih manganut
pola konvensional atau paradigma lama yaitu „kumpul-angkut-buang‟. Pelaksanaan
pengomposan itu sendiri perlu dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya,
dengan sasaran pengurangan beban pengelolaan sampah kota yang terkait dengan
pengurangan kebutuhan area pembuangan akhir. Pelaksanaan teknis dengan
pendekatan ini yaitu seluruh sampah yaitu rumah tangga, pasar dan daerah
komersil, perkantoran dan sekolah, industri dan penyapuan jalan serta taman, harus
dikomposkan di lingkungannya sendiri. Namun demikian adakalanya kendala
keberadaan lahan muncul, maka direncanakan TPST yang berfungsi untuk
mengomposkan dalam lingkup wilayah Kelurahan.
(3) Kewilayahan. Pengomposan sampah dilakukan untuk suatu wilayah Kelurahan.
Dimana lokasi unit kerja kompos berada maka dari wilayah Kelurahan tersebut
sampah sebagai bahan baku kompos diambil. Hal ini dilakukan dengan maksud
agar kehadiran unit kerja kompos benar-benar dirasakan sebagai solusi masalah
pengelolaan sampah di wilayah tersebut. Dengan demikian diharapkan penolakan
akan kehadiran lokasi pengomposan dapat dihindari dan menumbuhkan kesertaan
masyarakat. Dalam aplikasinya, doharapkan akan muncul kehadiran unit
pengomposan di setiap lingkungan RT, RW, unit pasar, unit toko, unit gedung atau
istansi tertentu, unit sekolah atau kegiatan lainnya
(4) Kemitraan dengan Masyarakat dan Swasta. Pelaksanaan pengomposan perlu
dilakukan dengan menjalin kemitraan antara pemerintah-masyarakat dan swasta.
Sebagai salah satu kelompok stakeholder dalam pengelolaan sampah kota,
masyarakat sudah seharusnya ditempatkan dengan tepat. Disamping itu, kehadiran
swasta yang secara profesional memberikan jasa pengomposan dan atau
pengelolaan sampah pun menjadi peluang untuk kemitraan dalam pelaksaaan
pengomposan.
Ketentuan teknis
Sistem pengomposan yang akan dikembangkan dalam periode perencanaan
ditetapkan sebagai berikut :
Pengomposan dilakukan di TPST Kelurahan dan juga di sumber sampah lainnya dengan
memperhatikan keterbatasan lahan untuk proses pengomposan. Dengan demikian,
metode yang dipilih adalah metode Pengomposan Komunal.
Pengomposan di TPST Kelurahan diutamakan untuk sampah yang bersumber dari
permukiman, sedangkan sampah dari Pasar akan diproses di TPST Pasar. Namun
demikian, bila TPS Kelurahan sudah cukup memadai, dan dapat dijangkau maka
pengomposan sampah pasar dapat dilakukan di sini.
Satu unit TPST Kelurahan untuk pengomposan dipersiapkan untuk melayani 5000
penduduk.
Metode pengomposan dipilih sistem box methode yang dimodifikasi dengan sistem
open windrow.
Standar sarana dalam sebuah unit kerja pengomposan adalah sebagai berikut :
1. Area penampungan sampah
2. Area pemilahan dan pencacahan
3. Area residu
4. Area pengomposan
5. Area pematangan, pengayakan dan pengemasan
6. Gudang alat dan tempat penyimpan kompos
Tabel VI.2
Pemilihan Jenis Bahan untuk Pengomposan
Gambar 6.4.
Sistem Pengkomposan Menggunakan Metode Takakura
Tabel VI.3
Parameter Ideal Kompos
Pengomposan dapat dilakukan pada berbagai tingkatan mulai dari skala komunitas
masyarakat hingga pada aktivitas non perumahan seperti pada sekolah, pasar dan kantor.
Namun, kegiatan pengomposan tidak dilakukan setiap hari dengan alasan keterbatasan
lahan untuk fermentasi tersebut serta ketersediaan bahan dari sampah organik yang
dibutuhkan dalam jumlah cukup banyak. Pengolahan sampah organik menjadi kompos
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk proses fermentasi yakni antara 1-2 minggu.
Sampah organik tersebut dicacah kemudian diberi campuran berupa aktivator abiotik
seperti pupuk nitrogen,kotoran hewan dan larutan enzim untuk mempercepat perombakan
bahan organik tersebut. Penambahan bioaktivator seperti EM-4 akan mempercepat proses
pengkomposan.
Kegiatan pengomposan yang sudah berjalan perlu dioptimalkan sedangkan pada
TPST, Pasar, dan aktivitas non perumahan lain yang belum terdapat pengomposan dapat
digerakkan untuk kegiatan tersebut. Namun, permasalahan mendasar lain yang perlu
ditingkatkan adalah tahapan pemasaran paska pengolahan kompos tersebut. Pihak
pembuat kompos dapat bekerjasama dengan pemerintah, swasta maupun masyarakat
umum untuk pemasaran agar kegiatan ini mampu memberikan nilai tambah bagi
masyarakat.
Gambar 6.5.
Alat pengomposan dan Lahan untuk fermentasi kompos
Gambar 6.6
Mesin Press dan Hasil Paving Olahan Sampah
Gambar 6.7
Skema Penanganan Sampah Anorganik di TPST Kelurahan
Gambar 6.8
Rencana Penanganan Sampah B3 RT
Tabel VI.4
Ketentuan Teknis TPA Bokongsemar
Komponen Uraian Catatan
Lokasi Kawasan Bokongsemar
Kel. Kaligangsa, batas wilayah:
Selatan = Anak Sungai Kaligangsa
Barat = Sungai Kaligangsa
Timur = Saluran tambak
Utara = rencana jalan lingkar
Luas lahan 14,21 ha
Kebutuhan luas lahan TPA 0,97 ha/tahun
Kebutuhan tanah penutup 109.450 m3/tahun
Cadangan Tanah Penutup 120.000 m3/tahun Cadangan tanah dari penggalian
di lokasi TPA sebesar 20 Ha x 5,5
m dipandang terlalu besar
Teknologi pembuangan Controlled landfill
Teknologi pengolahan 1. Pemilahan dan daur ulang
2. Pengomposan
3. Pembakaran sampah
Ketebalan penimbunan 3,5 – 5 m
ketebalan lapisan setelah 1,5 – 2 m
dipadatkan
Ketebalan tanah penutup 10 – 30 cm
(cover soil)
Fasilitas pendukung 1. Zona penyangga Akses jalan masuk belum
(green boundary) direncanakan secara detail.
2. Pagar keliling. Konsep awal akan menggunakan
3. Tanggul pengaman. jalan lingkar utara, tetapi hingga
4. Lokasi penurunan sampah. saat ini belum ada kejelasan
5. Pengolahan air lindi. pembangunannya, untuk itu
6. Kolam stabilisasi. perlu direncanakan akses jalan
7. Pengelolaan gas. masuk yang lain.
8. Akses jalan masuk/keluar.
9. Jalan operasi.
10. Kantor dan rumah jaga
11. Bengkel kerja dan
tempat pencucian
kendaraan.
12. Jembatan timbang
Kebutuhan Peralatan 1. Crawler Tractor (2 unit)
2. Steel wheel compactor (1 unit)
3. Scraper or dragline (1 unit)
4. Water truck (1 unit)
TPA yang ideal bukan merupakan tempat pembuangan akhir, tetapi pemrosesan
sampah pada bagian akhir. Di TPA, sampah masih dapat diolah berupa pemilahan sampah
organik dan anorganik. Tahapan selanjutnya yakni sampah organik dikomposkan
sedangkan sampah anorganik dipilah kembali untuk dikumpulkan menjadi bank sampah
yang dapat dijual pada pihak ketiga /pengepul. Sampah yang ada di TPA juga dibakar
menggunakan incenerator untuk mengurangi volume sampah yang ada.
1
Untuk informasi lebih lanjut dapat mengakses PT. RENERGON ENERGI NUSANTARA sebagai Partner Office
Indoensia dari Renergon Interational AG Swiss. www.renergon.com. Contact person : Bapak Ichsan, MSc. PDEng.
(ichsan.ichsan@gmail.com)
b. Pryolisis
Reaktor Pirolisis GS 100 adalah Konverter pemusnah sampah plastik menggunakan
bahan bakar pembangkit panas bukan dari bahan bakar minyak (BBM). Energi kalor
bagi pemanasan reaktor pirolisis hingga diatas 1000 derajat Celcius dihasilkan oleh
Gasifier GS 100. Bahan bakar adalah jenis sampah biomassa kering (kain perca, kayu,
daun kering ranting, kertas dan biomassa kering lainnya). Kapasitas konversi reaktor
Gasifier GS 100 sebesar 100 kg sampah/ jam setara 2 ton sampah/ hari, atau setara
lebih 3-5 m3/ hari.
Reaktor pirolisis GS 100 berupa silinder kedap udara ( diameter 40 cm, tinggi= 100 cm)
terbuat dari stainless steel dilengkapi lobang pengumpan (hopper) bijih plastik secara
kontinyu, pendingin (kondensat) berupa pipa stainless (1 inchi, panjang 2 m),
perangkap tar dibuat dari kaca ( Pyrex glass) serta penampung minyak bakar terbuat
dari glass tahan panas. Sistim pirolisis memiliki kapasitas konversi ( convert capacity)
2,5 kg biji plastik per jam atau 60 kg biji plastik atau setara dengan pengolahan
sampah plastik ( jenis PE, PET, HDPE, kresek, styrofoam ) sebelum pencacahan 0,1
ton/ hari menjadi 54 liter minyak bakar/ hari.
Reaktor mampu mengubah sampah plastik jenis PP (polipropilene), PE (polietilene) dan
PS (polistirene) menjadi minyak bakar ( fasa cair) yang dapat diaplikasikan sebagai
bahan bakar boiler, insinerator. Pada kondisi umpan kualitas PE/PET akan dihasilkan
minyak bakar setara kerosine bagi campuran mesin diesel dan generator (engine statis).
Kategori sampah yang termasuk PP antara lain tong sampah, bungkus snack, kotak
DVD, dan sejenisnya. Sampah plastik yang termasuk kategori PE ( botol air minuman,
kantong plastik biasa, tutup botol plastik). Sedangkan PS meliputi sampah sterofom, dll.
Sistim pirolisis memiliki kapasitas konversi (convert capacity) 2,5 kg biji plastik per jam
atau 60 kg biji plastik (aneka jenis kresek, styrofoam, pampers, kemasan makanan dan
aneka jenis plastik tidak bernilai) atau setara dengan pengolahan sampah plastik
(sebelum pencacahan) 0,1 ton/ hari menjadi 54 liter minyak bakar/ hari. Reaktor
mampu mengubah sampah plastik menjadi minyak bakar (fasa cair) yang dapat
diaplikasikan langsung (direct use) sebagai bahan bakar ( boiler, insinerator) maupun
pencampur kerosine bagi mesin diesel dan generator (engine statis dong Feng dan
sejenisnya).
Perolehan hasil pemusnahan tergantung kandungan kalori dari komposisi jenis bahan
baku isian (sampah atau biomassa). Secara umum, tiap kg sampah dan biomassa
kering ( kadar air maksimal 80 %) diperoleh 2000 k Kal atau 2,4 juta k Kalori dari tiap
1,2 ton sampah kapasitas gasifikasi GS 100. Perolehan residu (abu, arang atau kerak
slag) sebesar 1-4 % setara 50 kg dari tiap 1,2 ton berat bahan baku isian (bbi). Abu
keluaran gasifier ini baik digunakan bahan pembuatan batako maupun campuran
semen kontruksi. Temuan sistim pembangkitan dan aplikasi biogas ( dari sampah serta
biomassa) serta reaktor gasifikasi atau gasifier sampah anorganik (degradable material)
berikut reaktor pirolisis plastik, akan menjamin pengelolaan Depo Sampah atau TPST
berlangsung dengan efektif dan efisien, mandiri energi dan selanjutnya akan
berkelanjutan.
Gambar 6.10
Reaktor Pyrolisis
c. Komposter skala kota
Dengan teknologi komposter model Rotary Klin Elektrik (RKE), berkapasitas 1000 liter
(1 m3)/unit/batch produksi 5 hari, diperlukan sekurangnya 5 unit untuk membentuk
suatu Instalasi Produksi Kompos IPK RKE 1000 L (Instalasi Produksi Kompos )
berkapasitas 1
m3/ hari. Instalasi terdiri dari alat pencacah (chopper) MPO 500 - kapasitas 500 kg sd
700 kg/jam, pengayak (screen Tools) MPK 115 kapasitas 1 ton/hari dan 5 unit Rotary
Kiln Elektrik (RKE 1000L). Biaya investasi ini belum termasuk bangunan peneduh tanpa
dinding ( hanggar/ shelter). Mengelola sampah organik, dalam IPK RKE 1000 L
menggunakan Rotary Klin ini, akan memerlukan biaya 4 kantong @ 7 Kg mineral
(bulking agents) Green Phoskko (GP2) @ Rp 5000,-/kg dan 1 kg ~ 4 Pack aktivator
Green Phoskko (GP1) @ Rp 27. 500,- / kg atau total sekitar Rp 250.000,-/batch
produksi per hari. Dengan biaya sebesar diatas, akan menghasilkan kompos padat
sebesar 40 % dari berat bahan sampah organik (semula 1 ton sampah, menjadi sekitar
400 kg kompos). Disamping itu, terdapat 20 botol pupuk organik cair (liquid organic
fertilizer), di pasaran seharga @ Rp 20.000 hingga Rp 40.000/ botol @ 500 ml. Mesin
ini sudah memadai bagi pengelolaan 1 ton atau 3 m 3 sampah/ hari atau mengelola
sampah dari sekitar 200 rumah atau 1000 jiwa di suatu kawasan (pabrik, mall, hotel,
pasar) secara terus menerus tanpa henti setiap hari.
Gambar 6.11
Pengelolaan Kompos Skala Kota
7
RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN TAHAPAN PELAKSANAAN
Tabel VII.2
Kebutuhan Sarana dan Prasarana Persampahan Kota Tegal 2017 s/d 2037
Jangka Jangka Jangka
Baseline
No Komponen Satuan pendek menengah panjang Ket
(2016)
(2017-2019) (2020-2024) (2025-2037)
A Data layanan
1 Penduduk kota Jiwa 279.125 288.972 305.384 348.053
2 Total timbulan m3/hr 988,78 1023,66 1081,80 1232,95
3 Tingkat layanan % 81,2% 86,00% 96,00% 100,00%
4 Sampah tertangani m3/hr 802,91 880,35 1038,53 1232,95
5 Reduksi sampah m3/hr 91,36 122,84 183,91 308,24
6 Sampah diolah di TPA m3/hr 661,05 757,51 854,62 924,72
B Data kebutuhan sarana-prasarana
1 Gerobak sampah Unit 711 Pengadaan untuk
Kebutuhan Unit 711 711 711 penggantian armada
lama
Pengadaan Unit 60 100 260
2 Motor sampah Unit 19 Termasuk penggantian
Kebutuhan Unit 27 27 42 armada dengan usia
>10 tahun
Pengadaan Unit 8 8 15
3 TPST Kelurahan Unit 15
Kebutuhan Unit 21 27 27
Pengadaan Unit 6 6 0
4 TPST Pasar Unit 0
Kebutuhan Unit 3 8 13
Pengadaan Unit 3 5 5
5 TPS-kontainer Unit 13 TPS eksisting
Kebutuhan Unit 16 23 45 dikembangkan
menjadi TPS container
Pengadaan Unit 3 7 22
6 Kontainer Unit 26
Kebutuhan Unit 26 29 57
Pengadaan Unit 0 3 28
7 Arm roll truck Unit 4 Termasuk penggantian
Kebutuhan Unit 4 6 16 armada dengan usia
>10 tahun
Pengadaan Unit 0 2 10
8 Dump truck Unit 19 Termasuk penggantian
Kebutuhan Unit 19 24 42 armada dengan usia
>10 tahun
Pengadaan unit 0 5 18
9 TPA dan fasilitasnya 1 Pembangunan TPA
Kebutuhan Unit 1 1 1 Bokongsemar.
Pembangunan per sel
Pengadaan Unit 1 1 1
sesuai kebutuhan.
10 Alat berat TPA Unit 1 Termasuk penggantian
Kebutuhan Unit 5 5 5 armada dengan usia
Tabel VII.3
Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Kota Tegal 2017 s/d 2037
Program Kegiatan Rincian substansi kegiatan
1. Program 1. Penyusunan kebijakan 1. Meningkatkan status dan kapasitas
pengembanga manajemen lembaga pengelola kebersihan (perubahan
n kinerja pengelolaan SOTK)
pengelolaan persampahan 2. Penyusunan dan legalisasi peraturan
persampahan (perda dan perwali) terkait pengelolaan
sampah.
2. Penyediaan sarana dan 1. Analisis kinerja sarana dan prasarana.
prasarana pengelolaan 2. Pembangunan TPA.
persampahan 3. Pembangunan TPST.
4. Pengadaan armada dan peralatan.
3. Peningkatan operasi 1. Peningkatan efisiensi dan efektifitas
dan pemeliharaan operasi dan pemeliharaan.
prasarana dan sarana 2. Modifikasi TPST menjadi TPST model Ram.
persampahan 3. Pemenuhan kebutuhan tenaga kerja
operasi dan pemeliharaan secara efektif
dan efisien.
4. Pemantauan operasi dan pemeliharaan.
5. Peningkatan kesehatan dan keselamatan
kerja untuk tenaga kerja operasi dan
pemeliharaan.
4. Pengembangan 1. Pengembangan teknologi daur ulang sampah
teknologi pengolahan (pengomposan, pengolahan sampah
persampahan anorganik, dll).
2. Pengembangan teknologi pembakaran sampah
(insenerator).
3. Pengembangan teknologi pemanfaatan gas
methane sebagai sumber energy.
5. Bimbingan teknis 1. Bintek / diklat kepada personil Dinas KIMTARU,
persampahan pengelola TPST maupun komunitas (contoh
bank sampah).
Tabel VIII.1
Proyeksi Kebutuhan Investasi Jangka Pendek (2017-2019)
2017 2018 2019
Sat-
No Komponen Kuan- Harga Satuan Kuan- Harga Kuan- Harga
uan Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp)
titas (Rp) titas Satuan (Rp) titas Satuan (Rp)
1 Motor sampah
Pengadaan unit 3 31.000.000 93.000.000 3 33.170.000 99.510.000 2 35.495.000 70.990.000
2 TPST Kelurahan
Pengadaan/pembangunan unit 2 500.000.000 1.000.000.000 2 535.000.000 1.070.000.000 2 572.500.000 1.145.000.000
3 TPST Kelurahan (eksisting)
Rehab model RAM unit 3 100.000.000 300.000.000 2 107.000.000 214.000.000 2 114.500.000 229.000.000
4 TPST Pasar
Pengadaan/penataan unit 1 220.000.000 220.000.000 1 235.400.000 235.400.000 1 251.900.000 251.900.000
5 TPS-kontainer
Penataan transfer depo unit 1 50.000.000 50.000.000 1 53.500.000 53.500.000 1 57.250.000 57.250.000
6 Kontainer
Pengadaan unit 0 - - 0 - - 0 - -
7 Arm roll truck
Pengadaan unit 0 - - 0 - - 0 - -
8 Dump truck
Pengadaan unit 0 - - 0 - - 0 - -
9 TPA (berikut fasilitasnya)
a. Pengadaan
/pembangunan unit 1 10.252.590.860 10.252.590.860
sel
b. pembuatan
kolam stabilisasi
unit 1 6.752.764.796 6.752.764.796
dan pengolahan
leachate
c. pembuatan
tanggul dan unit 1 20.812.630.462 20.812.630.462
sabuk hijau
d. pembuatan jalan
unit 1 17.814.571.625 17.814.571.625
akses
e. pembuatan
bengkel dan unit 1 204.610.172 204.610.172
kantor
Tabel VIII.2
Proyeksi Kebutuhan Investasi Jangka Menegah (2020-2024) dan Panjang (2025-2037)
2020-2024 2025-2037
No Komponen Satuan Kuan- Harga Satuan Kuan- Harga Satuan
Biaya (Rp) Biaya (Rp)
titas (Rp) titas (Rp)
1 Motor sampah
Pengadaan unit 8 49.786.000 398.288.000 15 119.970.000 1.799.550.000
2 TPST Kelurahan
Pengadaan/pembangunan unit 6 803.000.000 4.818.000.000 0
3 TPST Kelurahan (eksisting)
Rehab model RAM unit 8 160.600.000 1.284.800.000 0
4 TPST Pasar
Pengadaan/penataan unit 5 353.320.000 1.766.600.000 5 851.400.000 4.257.000.000
5 TPS-kontainer
Penataan transfer depo unit 7 80.300.000 562.100.000 22 193.500.000 4.257.000.000
6 Kontainer
Pengadaan unit 3 41.756.000 125.268.000 28 100.620.000 2.817.360.000
7 Arm roll truck
Pengadaan unit 2 465.740.000 931.480.000 10 1.122.300.000 11.223.000.000
8 Dump truck
Pengadaan unit 5 513.920.000 2.569.600.000 18 1.238.400.000 22.291.200.000
9 TPA (berikut fasilitasnya)
Pengadaan/pembangunan sel unit 1 11.736.037.720 1 39.658.453.740
2020-2024 2025-2037
No Komponen Satuan Kuan- Harga Satuan Kuan- Harga Satuan
Biaya (Rp) Biaya (Rp)
titas (Rp) titas (Rp)
10 Alat berat TPA
Pengadaan unit 2 8.030.000.000 16.060.000.000 4 19.350.000.000 77.400.000.000
11 Pengembangan Teknologi Pengolahan di
TPA (misal Waste to Energy) 1 10.000.000.000 10.000.000.000 1 20.000.000.000 20.000.000.000
JUMLAH 38.516.136.000 144.045.110.000
Sumber: Perhitungan konsultan, 2016
Ket.: Telah mempertimbangkan perubahan nilai uang dengan discount rate acuan mengacu BI rate tertanggal 21 Juli 2016 = 6,5%.
(per
TOTAL tahun) 7.261.165.100
Biaya Satuan Pengelolaan Sampah (per m3) 22.597
Sumber: perhitungan konsultan, 2016
Tabel VIII.4
Analisis Biaya Satuan Pengelolaan Sampah Jangka Menengah (2020-2024)
Sampah Terlayani (m3/hari) 1038,53
Biaya O & P
A Upah langsung
1 Tenaga kerja kontrak/harian lepas/swakelola (asumsi kenaikan upah Rp. 5000/hari)
a. Pengemudi truk (non PNS) 20 org 360.000.000
b. Tenaga bongkar muat sampah (BM) 0 org -
c. Petugas TPA 8 org 129.600.000
d. Penjaga malam TPA 4 org 43.200.000
e. Mandor penyapuan jalan 7 org 126.000.000
f. Penyapu jalan 117 org 1.474.200.000
g. Petugas TPST Kelurahan 152 org 2.462.400.000
h. Petugas TPST Pasar 16 org 259.200.000
Kegiatan peningkatan O & P prasarana dan sarana
2 persampahan 1.692.275.750
(asumsi meningkat 10% dari periode sebelumya)
(per
TOTAL tahun) 9.047.541.610
Biaya Satuan Pengelolaan Sampah (per m3) 23.868
Tabel VIII.5
Analisis Biaya Satuan Pengelolaan Sampah Jangka Panjang (2025-2037)
Sampah Terlayani (m3/hari) 1232,95
Biaya O & P
AUpah langsung
1Tenaga kerja kontrak/harian lepas/swakelola (asumsi kenaikan upah Rp. 5000/hari)
(per
TOTAL tahun) 10.623.635.771
Biaya Satuan Pengelolaan Sampah (per m3) 23.607
Sumber: perhitungan konsultan, 2016
9
RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
BAB VI PERKIRAAN KEBUTUHAN PELAYANAN
PENANGANAN
SAMPAH KOTA TEGAL
pengelolaan sampah yang bertugas mengelola dan mengolah sampah Kota Tegal di tingkat
TPST. Sedangkan untuk lembaga swadaya masyarakat dalam pengelolaan sampah ini
berupa komunitas masyarakat yang melaksanakan pengolahan sampah menggunakan
pengkomposan dan pengolahan sampah menggunakan sistem bank sampah. Berdasarkan
analisis yang telah dijabarkan sebelumnya, dijelaskan bahwa diperlukan suatu kemitraan
antara lembaga pemerintah dalam mengelola sampah dengan lembaga berbasis
masyarakat dengan memaksimalkan peran dan fungsi dari partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sampah. Melihat kondisi ini, rencana pengembangan yang sesuai untuk
pengembangan kelembagaan berbasis peran serta masyarakat ini meliputi:
a. Melakukan pembinaan khusus dan pengawasan pada lembaga khusus (KSM
Pengelola Sampah) dalam meningkatkan kinerjanya untuk mengelola sampah di
tingkat TPST
b. Mengadakan pelatihan khusus bagi komunitas swadaya masyarakat baik dalam
hal pengomposan maupun sistem bank sampah, untuk meningkatkan kinerja
operasional komunitas dalam pengelolaan sampah
c. Mengembangkan teknologi baru dalam pengelolaan sampah agar dapat
diterapkan dalam pengelolaan di tingkat TPST ataupun lingkungan masyarakat,
sehingga membantu dalam mereduksi jumlah timbunan sampah Kota Tegal
d. Menjalin kerjasama sama dan kemitraan dengan lembaga pemerintah yang
terkait guna megadakan sosialisasi dan mengajak masyarakat Kota Tegal untuk
ikut serta dalam upaya pengolahan sampah mulai dari sumber sampah
Dalam pengembangannya, masing-masing lembaga pengelolaan sampah baik
lembaga pemerintah maupun lembaga berbasis masyarakat memiliki kepentingan dan
peran masing-masing dalam pengelolaan sampah. Baik sebagai lembaga regulator,
operator maupun lembaga masyarakat khusus dan swadaya. Secara umum, rencana
pengembangan kelembagaan pada masing-masing stakeholder dapat dilihat pada matriks
kepentingan dan peran lembaga dalam pengelolaan sampah di Kota Tegal.
Tabel IX.I
Matriks Kepentingan dan Peran Lembaga Pengelolaan Sampah Kota Tegal
Peran dan Kewenangan
Unsur
Kepentingan Pengaturan/
Lembaga Pembinaan Pelaksanaan Pengawasan
Perencanaan
Regulator - Menyusun - Sosialisasi dan - Mengembangkan - Mengawasi dan
regulasi dan pembinaan kebijakan dan mengendalikan
kebijakan regulasi dan standart pelaksanaan
terkait kebijakan pelaksanaan pelayanan
pengelolaan terkait pelayanan publik persampahan
dan pengelolaan agar sesuai
Pemerintah pengolahan dan dengan regulasi
sampah pengolahan dan kebijakan
- Menyusun dan persampahan yang ada
melakukan
kajian yang
nantinya dapat
digunakan
Kepala Dinas
Penyelenggara Pengelolaan Persampahan atau Lingkungan Hidup (eselon II)
Kepala Bidang
Pengelolaan Sampah (Eselon III)
Operator Penyapuan Jalan Operator TPST Operator Truk Sampah Operator TPA
Gambar 9.1
Struktur Organisasi Bidang Pengelolaan Sampah pada Dinas Penyelenggara Pengelolaan
Persampahan atau Lingkungan Hidup
Tabel IX.2
Rencana kebutuhan personil pengelolaan sampah (Tenaga kerja kontrak/harian
lepas/swakelola)
Jangka Jangka Jangka
Baseline pendek menengah panjang
Komponen
(2016) (2017- (2020- (2025-
2019) 2024) 2037)
a. Pengemudi truk (non PNS)*) 3 10 20 40
b. Tenaga bongkar muat sampah (BM)**) 80 0 0 0
c. Petugas TPA 4 8 8 8
d. Penjaga malam TPA 3 4 4 4
e. Mandor penyapuan jalan 7 7 7 7
f. Penyapu jalan 117 117 117 117
g. Petugas TPST Kelurahan 80 116 152 152
h. Petugas TPST Pasar (@2 orang) 0 6 16 26
Sumber: Perhitungan konsultan, 2016
*) Pengemudi truk dalam jangka panjang direncanakan diisi oleh tenaga kontrak (non-PNS). Dengan
demikian tenaga PNS hanya akan menduduki fungsi manajemen bukan oparsional.
**) Pekerjaan bongkar muat dialihkan menjadi tanggungjawab/kewajiban petugas TPST dengan
meningkatkan honor/gaji bulanan.
10
RENCANA PENGEMBANGAN PERATURAN
BAB VI PERKIRAAN KEBUTUHAN PELAYANAN
PENANGANAN
SAMPAH KOTA TEGAL
Gambar 10.1
Struktur Materi Perda dan Penjabarannya
11
PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA
BAB VI PERKIRAAN KEBUTUHAN PELAYANAN
PENANGANAN
SAMPAH KOTA TEGAL
kebersihan. Pada tahapan ini peran pemerintah sebagai regulator sangat dibutuhkan
untuk menjaga keberlangsungan program. Masyarakat sebagai pelaku utama dapat
terlibat langsung dalam Pemberian usul, pertimbangan dan saran kepada
Pemerintah Daerah terkait penetapan regulasi tesebut.
Tahun 9-10 : keluarnya kebijakan publik yang berbasis partisipasi masyarakat dan
pengawalan implementasinya. Pada tahapan ini juga mencakup penerapan insentif
dan disinsentif terkait penerapan aturan dan kebijakan mengenai pelibatan
masyarakat.
Tahun ke 11 dan seterusnya : terlembagakannya gerakan ini menjadi bagian dari
sistem pengelolaan sampah/kebersihan berbasis masyarakat serta pemeliharaan
kelembagaan masyarakat tersebut.
Tabel XI.1
Rencana Tahapan Pengembangan Bank Sampah
12
KESIMPULAN
1. Dari survey timbulan sampah di Kota Tegal (2016) diketahui bahwa rata-rata timbulan
sampah rumah tangga di Kota Tegal adalah 8,1 lt/hr atau 2 kg/hr. Sementara itu rerata
timbulan sampah non-domestik berupa toko 13,3 lt/hr (2,78 kg/hr), warung 6,9 lt/hr
(2,05 kg/hr), kantor 16,7 lt/hr (3,1 kg/hr) dan fasilitas kesehatan non rawat inap 12,8
lt/hr (2,23 kg/hr). Dilihat dari komposisi atau karakteristik / jenis sampahnya diketahui
bahwa secara keseluruhan, komposisi sampah kota didominasi sampah organic (67%)
disusul sampah kertas (15%) dan sampah plastic/karet (13%).
2. Produksi sampah di Kota Tegal keseluruhan adalah sekitar 988,78 m3/hari, dengan
sumber yang paling besar adalah dari sampah domestic atau rumah tangga sekitar
54% dan produksi sampah non-domestik mencapai sekitar 46% (meliputi sampah pasar
sekitar 13%, sampah rumah makan/restoran 8%, sampah hotel/penginapan sekitar
6%, sampah toko 5%, sampah pusat perbelanjaan/mal sekitar 4% serta sampah
warung dan rumah sakit masing-masing 2%).
3. Upaya reduksi sampah telah dilakukan seperti daur ulang ada di tingkat TPST hingga
aktifitas pemulung, diperkirakan saat ini mencapai sekitar 14,78% dari timbulan
sampah. Kondisi ini perlu ditingkatkan kapasitasnya pada masa mendatang.
4. Pengelolaan sampah di Kota Tegal masih mengalami kendala belum optimalnya kinerja
sarana-prasarana pengelolaan sampah diantaranya:
a. Pewadahan dan pengumpulan sampah belum optimal dalam pemilahan
sampah berdasarkan jenisnya.
b. Pengangkutan sampah masih mengalami kendala dalam pemuatan sampah
di TPST sehingga waktu operasi menjadi lebih lama, disamping teknis operasi
yang perlu ditingkatkan.
c. Pengelolaan sampah melalui TPST relatif cukup baik mengurangi jumlah
sampah yang harus dikelola di TPA. Meskipun demikian perlu ditingkatkan
kinerja TPST terutama dalam pemilahan sampah, pengomposan dan
penggunaan insenerator yang ramah lingkungan.
d. Kendala TPA Muarareja yang tidak mampu menampung sampah dalam
jangka pendek (2017) sehingga harus diambil langkah segera dalam
penyiapan TPA Bokongsemar.
5. Proyeksi timbulan sampah Kota Tegal hingga 20 tahun (th. 2037) mencapai
1.232,95 m3/hari atau 385,23 ton/hari. Pembangunan bidang persampahan
diarahkan mencapai target nasional bidang persampahan menurut RPJMN 2015-
2019 adalah terwujudnya Universal Access yaitu target pengelolaan 100% yang
dicapai melalui
20% fasilitas reduksi sampah dan 80% penanganan sampah. Skenario terbaik dan
realistis untuk dilaksanakan di Kota Tegal adalah pencapaian sasaran Nasional pada
tahun ke-10 (th. 2026).
6. Visi pengelolaan sampah Kota Tegal hingga 20 tahun mendatang yaitu :
“Terwujudnya kebersihan lingkungan di Kota Tegal melalui optimalisasi kinerja
pengelolaan sampah dan peranserta masyarakat”. Strategi yang ditempuh melalui:
a. Membangun kemandirian masyarakat dalam pengelolaan sampah.
b. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan sistem pengelolaan sampah
ke seluruh Wilayah Kota Tegal.
c. Mengembangkan Pengolahan dan atau Daur Ulang Sampah.
d. Meningkatkan kemampuan manajemen dan kelembagaan dalam sistem
pengelolaan sampah sesuai dengan prinsip good and coorperate governance.
e. Memobilisasi dana dari berbagai sumber untuk pengembangan system
pengelolaan persampahan.
f. Menegakkan hukum dan melengkapi peraturan perundangan untuk
meningkatkan sistem pengelolaan persampahan.
7. Kebutuhan investasi untuk pembangunan persampahan di Kota Tegal
adalah: a. Tahun 2017 : Rp. 62.500.167.915,00
b. Tahun 2018 : Rp. 7.022.410.000,00
c. Tahun 2019 : Rp. 7.479.140.000,00
d. Jangka Menengah (2020-2024) : Rp. 38.516.136.000,00 (sekitar Rp.
7.703.227.200 per tahun).
e. Jangka Panjang (2025-2037) : Rp. 144.045.110.000,00 (sekitar Rp.
11.080.393.077 per tahun).
8. Kebutuhan biaya operasi dan pemeliharaan dalam jangka pendek (2017-2019)
adalah Rp. 7,26 milyar/tahun; jangka menengah (2020-2024) sekitar Rp. 9,05
milyar/tahun ; jangka panjang (2025-2037) sekitar Rp. 10,62 milyar/tahun (rerata
biaya pengelolaan sampah sekitar Rp. 22.597-23.868 per m3.
9. Peningkatan kelembagaan diarahkan pada pembentukan Bidang pada Dinas
Penyelenggara Pengelolaan Persampahan atau Pengelolaan Lingkungan Hidup (saat
ini adalah Dinas KIMTARU). Selain perlu upaya peningkatan kapasitas dan efisiensi
SDM pengelola (operator) baik di tingkat dinas maupun KSM.
10. Dibutuhkan Peraturan Daerah Kota Tegal tentang Pengelolaan Sampah yang
mengatur aspek kelembagaan, aspek tehnik dan operasional, aspek pembiayaan,
aspek peranserta masyarakat, Perda perlu dilengkapi dengan Peraturan Walikota
dan/atau Keputusan Walikota sebagai pedoman dan/atau petunjuk teknis untuk
setiap aspek dalam pengelolaan persampahan.
11. Upaya kerjasama dengan berbagai pihak yaitu Pemerintah, Masyarakat, Swasta,
LSM bidang Lingkungan Hidup baik di dalam maupun di luar negeri, serta Lembaga
Perguruan Tinggi perlu didorong dalam rangka riset, peningkatan kapasitas,
pembiayaan, maupun pengembangan teknologi untuk meningkatkan kinerja
pengelolaan sampah di Kota Tegal.
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayahNya hingga terselesaikannya buku “LAPORAN AKHIR” Penyusunan
Dokumen Masterplan Persampahan Kota Tegal.
Laporan Akhir ini disusun sebagai tahap awal dalam Penyusunan Dokumen
Masterplan Persampahan Kota Tegal. Secara umum isi bahasan yang tersaji dalam
laporan ini adalah Pendahuluan, Kajian Kebijakan, Kondisi & Gambaran Wilayah
Studi, Evaluasi Sistem Eksisting Persampahan Kota Tegal, Identifikasi Permasalahan
Sampah dan Kebijakan Pengelolaan Sampah, Rencana Program Kegiatan Penanganan
Sampah, Rencana Pengembangan Kelembagaan dan rencana Partisipasi Masyarakat
serta Kesimpulan.
Laporan Akhir Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota Tegal ini
diharapkan dapat acuan pelaksanaan pengelolaan persampahan Kota Tegal
dimaksud.
Demikianlah Laporan ini, semoga dapat memenuhi persyaratan dalam
pelaksanaan penyelesaian pekerjaan dan dapat bermanfaat bagi semua pihak terkait.
Penyusun
Kata Pengantar........................................................................................ ii
Daftar Gambar......................................................................................... x
LAMPIRAN.........................................................................................................xiii
A. Dasar
Kegiatan Survey Timbulan Sampah Kota Tegal Tahun 2016 ini dilakukan
mengacu ketentuan:
B. Metoda
2. Bandung 2 K1 K2 1; 12
4. Tunon 2 K3 K2 14; 37
5. Keturen 2 K3 K2 15; 38
6. Debong Kulon 1 K2 16
7. Debong Tengah 2 K1 K2 2; 17
8. Randugunting 1 K2 18
9. Kejambon 2 K1 K2 3; 19
10. Slerok 2 K1 K2 4; 20
16. Kemandungan 2 K1 K3 7; 43
17. Pekauman 2 K1 K2 8; 26
18. Kraton 2 K1 K2 9; 27
23 Cabawan 1 K2 31
24. Margadana 1 K2 32
25. Kalinyamat Kulon 2 K3 K2 33; 48
Keterangan :
Kode 1-10 untuk permukiman K1 (permukiman permanen dengan pendapatan
tinggi)
Kode 11-35 untuk permukiman K2 (permukiman permanen dengan pendapatan
menengah)
Kode 36-50 untuk permukiman K3 (permukiman semi/non permanen dengan
pendapatan rendah)
5. Mintaragen Sekolah 1 58
Tegal Barat 1. Kemandungan Toko 1 54
3. Kraton Puskesmas 1 62
Keterangan : 51-56 toko; 57-59 sekolah; 60-62 puskesmas; 63-64 pasar; 65 warung; 66-
68 kantor
Kegiatan Survey Timbulan Sampah Kota Tegal Tahun 2016 ini dilakukan pada:
Hasil Kegiatan Survey Timbulan Sampah Kota Tegal Tahun 2016 diuraikan dalam
table-tabel berikut ini:
Logam Gelas,
Kertas, Kain,Tekstil, Plastik,
Organik (besi- Kaca,
Karton Bahan Kulit Karet
non besi) Kerami
No Kelurahan Nama Rumah Tangga Sampel
k
1 Kalinyamat Wetan Tutik 1,52 0,15 0,07 0,00 - 0,77
2 Bandung Ruswanto 3,05 0,20 - - - 0,00
3 Bandung Imam 0,17 0,05 0,07 - - 0,58
4 Debong Kidul Sumirah 0,33 0,04 - - - 0,13
5 Tunon Asih 1,88 0,20 0,00 - 0,18 0,50
6 Keturen Nurul Fadilah 0,98 0,13 0,75 - - 0,71
7 Keturen Karsinah 4,00 - - - 0,05 0,30
8 Keturen Wetianingsih 1,89 0,25 0,18 0,04 0,08 0,49
9 Debong Kulon Purwanti 0,03 0,07 0,14 - - 0,09
10 Debong Tengah Bowo 2,35 - 0,10 - - 0,20
11 Debong Tengah Sopan 1,65 0,19 - - 0,05 0,44
12 Randugunting Bambang 0,55 0,07 - 0,08 - 0,20
13 Kejambon Khadijah 0,89 0,18 - - - 0,33
14 Kejambon Mulyati 0,87 0,87 0,82 0,18 - 0,44
15 Slerok Ndari 1,18 0,10 0,13 - - 0,31
16 Slerok Dr. Heri 3,75 0,68 - 0,03 0,27 0,45
17 Panggung Jajuri 0,98 0,05 0,15 0,03 - 0,34
18 Panggung Hartoyo 1,20 0,10 0,50 - - 0,30
19 Mangkukusuman Sutiyah 0,61 0,37 - - - 0,03
20 Mangkukusuman Fatma 1,01 0,05 - - - 0,18
21 Mintaragen Nuraini 0,86 0,10 0,30 - 0,10 0,36
22 Mintaragen Dwi K 1,95 0,26 0,73 0,08 0,25 0,66
23 Pesurungan Kidul Khomariyah 0,96 0,05 0,04 - - 0,36
Logam Gelas,
Kertas, Kain,Tekstil, Plastik,
Organik (besi- Kaca,
Karton Bahan Kulit Karet
non besi) Kerami
No Kelurahan Nama Rumah Tangga Sampel
k
24 Debong Lor Nasiyatul 0,56 0,04 - - - 0,07
25 Debong Lor Rohimah 0,61 0,02 - - - 0,17
26 Kemandungan Antonius 0,71 0,06 - - - 0,10
27 Kemandungan Danawi 1,18 0,15 0,44 0,00 - 0,36
28 Pekauman Sopiah 0,45 0,07 0,19 0,00 0,07 0,18
29 Pekauman Rohani 0,46 0,21 0,24 - - 0,21
30 Kraton Nurtoni 1,20 0,08 0,10 0,01 - 0,40
31 Kraton Subandi 1,76 0,08 - - 0,04 0,11
32 Tegalsari Diana 0,63 0,14 0,09 - 0,03 0,18
33 Tegalsari Murtini 0,85 0,15 0,53 0,01 0,15 0,29
34 Muarareja Tutik 0,65 0,18 - - - 0,15
35 Muarareja Kesih 0,09 0,25 - - 0,08 0,17
36 Kaligangsa Syairoh 2,90 0,01 0,05 - 0,04 0,45
37 Kaligangsa Warsinah 1,84 0,11 - - - 0,23
38 Krandon Suhati 1,25 0,05 0,02 0,00 0,13 0,30
39 Krandon Nurohman 0,15 0,20 0,10 - - 0,51
40 Cabawan Sukirno 1,34 0,06 - - - 0,24
41 Cabawan Sulastri 1,70 0,17 0,00 0,00 - 0,42
42 Margadana Sutria 0,03 0,09 - - - 0,20
43 Kalinyamat Kulon Rodiyah 3,26 0,03 0,00 - - 0,14
44 Kalinyamat Kulon Sutemi 0,80 0,15 0,05 - - 0,55
45 Sumurpanggang Khalifah 1,28 0,20 0,15 - - 0,58
46 Sumurpanggang Imam 2,65 0,44 0,05 - - 0,72
47 Pesurungan Lor Ifa 0,23 1,32 0,03 - - 0,35
Logam Gelas,
Kertas, Kain,Tekstil, Plastik,
Organik (besi- Kaca,
Karton Bahan Kulit Karet
non besi) Kerami
No Kelurahan Nama Rumah Tangga Sampel
k
48 Pesurungan Lor Pak Daka 0,73 0,06 - - - 0,16
Rerata (kg) 1,25 0,18 0,12 0,01 0,03 0,32
Persentase 65% 9% 7% 1% 2% 17%
Catatan : 2 sampel tidak bersedia dilakukan survey timbulan
Logam Gelas,
Kertas, Kain,Tekstil, Plastik,
Organik (besi- Kaca,
Karton Bahan Kulit Karet
non Kerami
No Jenis Nama Sampel besi) k
1 Toko Indriyani 0,48 0,18 - - - 0,13
2 Toko Zulfikar 1,67 0,18 - 0,00 - 0,30
3 Toko Toko Rahma 5,95 0,50 0,20 - 0,40 1,60
Rerata toko 2,70 0,29 0,07 0,00 0,13 0,68
Persentase 70% 7% 2% 0% 3% 17%
4 Warung Warung Bu Karni 1,42 0,20 0,05 - - 0,43
Rerata warung 1,42 0,20 0,05 - - 0,43
Persentase 68% 10% 2% 0% 0% 20%
5 Kantor Kantor Kecamatan Tegal Timur - 0,83 - - - 0,01
6 Kantor Kantor Polsek Tegal Timur 2,39 1,94 - 0,00 - 0,56
Rerata kantor 1,19 1,38 - 0,00 - 0,29
Persentase 42% 48% 0% 0% 0% 10%
7 Fasilitas kesehatan Pustu Kejambon I 1,98 0,00 - - - 0,04
Logam Gelas,
Kertas, Kain,Tekstil, Plastik,
Organik (besi- Kaca,
Karton Bahan Kulit Karet
non Kerami
No Jenis Nama Sampel besi) k
Catatan : sampel sekolah tidak ada karena sedang masa libur sekolah
Setelah penimbangan, sampah dimasukkan ke dalam wadah ukur kemudian dihentakkan dan ditekan dengan tujuan pemadatan. Berikutnya dilak
Sampel sampah yang diambil Sampel sampah masih dalam wadah
dari setiap kelurahan plastik ditimbang untuk mengetahui
kemudian dikumpulkan berat awal
Sampel sampah
permukiman di
Kelurahan Bandung
Kepada Yth.
Sampah Di - Tempat
1. Kami menyediakan kantong plastic ukuran 40 liter yang sudah kami berikan
label/keterangan dan akan kami sampaikan kepada Bapak/Ibu/Saudara.
2. Mohon Bapak/Ibu/Saudara membuang seluruh sampah hasil kegiatan sehari-hari
dalam satu kantong untuk penggunaan satu hari.
3. Petugas kami akan mengambil kantong sampah yang telah terisi sampah dari satu
hari pada pagi hari berikutnya.
4. Dari sampah satu hari tersebut kami akan menghitung volume dan beratnya serta
komposisi jenis sampahnya.
5. Peran serta Bapak/Ibu/Saudara sangat bermanfaat untuk mendapatkan data
sampah Kota Tegal yang akurat sebagai dasar perencanaan pengelolaan sampah
kota.
Hormat Kami,
Tim Survey