Anda di halaman 1dari 233

PEMERINTAH KOTA TEGAL

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA)


Jalan Ki Gede Sebayu Nomor 03 Kota Tegal
Telp. (0283) 351452, 351453

Penyusunan Dokumen
Masterplan Persampahan
Kota Tegal

Laporan Akhir

Tahun Anggaran 2016


Laporan

1 BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber
hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang dapat menimbulkan dampak
negatif serta dalam penanganannya, baik untuk membuang atau mengolahnya,
memerlukan biaya yang cukup besar. Sampah dan pengelolaannya menjadi masalah
yang mendesak pada kota-kota di Indonesia, termasuk Kota Tegal, karena jika tidak
dilakukan penanganan dengan baik akan mengakibatkan perubahan keseimbangan
lingkungan yang merugikan. Beberapa dampak negatif jika sampah tidak dikelola
dengan baik seperti menjadikannya sumber penyakit, lingkungan kotor, dan memicu
terjadinya banjir apabila dibuang pada badan sungai. Sampah busuk dapat
menimbulkan bau dan dapat meresap ke tanah sehingga mencemari tanah dan air
tanah. Selain itu, pembakaran sampah dapat berakibat terjadinya pencemaran udara
yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat, dan memicu terjadinya pemanasan
global. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah pencemaran tersebut diperlukan
penanganan dan pengendalian terhadap sampah. Produksi sampah yang terus menerus
meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi,
dan gaya hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan
keberagaman karakteristik sampah. Masalah yang sering muncul dalam penanganan
sampah adalah masalah biaya operasional yang tinggi dan semakin sulitnya ruang yang
sesuai untuk pembuangan.
Dalam Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
pengelolaan sampah mengandung pengertian kegiatan yang sistematis, menyeluruh,
dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas
lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya. Sampai dengan saat ini,
pengelolaan persampahan yang dilakukan oleh pemerintah umumnya masih
menggunakan pendekatan end of pipe solution yang menitikberatkan pada pengelolaan
sampah ketika sampah tersebut telah dihasilkan, yaitu berupa kegiatan pengumpulan,
pengangkutan, dan pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah.
Sementara itu upaya-upaya mengurangi produksi sampah menuju zero waste,
memberdayakan sampah menjadi barang yang bernilai ekonomi umumnya maupun
upaya pemanfaatan sampah sebagai sumber energi ( waste to energy) belum optimal
dilakukan.
Kota Tegal merupakan salah satu daerah yang menghadapi permasalahan
pengelolaan sampah. Kota ini belum memiliki TPA yang representatif pasca berakhirnya
masa sewa lahan TPA pada bulan Oktober 2015, sehingga saat ini pengelolaan sampah
kota ini mengandalkan TPA sementara seluas 1,3 ha di Kelurahan Muarareja dengan
sistem open dumping. Pemerintah Kota Tegal sebenarnya telah menyiapkan lahan TPA
di

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota I-


Laporan

Kelurahan Kaligangsa seluas kurang lebih 14 hektar namun belum bisa dimanfaatkan,
karena kendala akses jalan menuju TPA yaitu belum selesainya pembangunan atau
Jalan Lingkar Utara atau Jalan By Pass Tegal-Brebes. Untuk mengurangi beban TPA,
saat ini pengelolaan sampah Kota Tegal mengandalkan kinerja Tempat Pengolahan
Sampah Terpadu (TPST) yang tersebar di beberapa kelurahan untuk melakukan
pemilahan, pemanfaatan sampah yang mempunyai nilai ekonomi serta pembakaran
menggunakan incinerator skala kecil di beberapa TPST telah diusahakan.
Kondisi ini tentu membutuhkan perhatian yang serius agar dapat meningkatkan
kinerja tingkat pelayanan persampahan. Sebagai acuan, target nasional layanan
persampahan perkotaan adalah 100% pada tahun 2019, sementara tingkat layanan
persampahan Kota Tegal tahun 2014 adalah sekitar 75%. Belum optimalnya kinerja
pengelolaan sampah di Kota Tegal ini dapat berdampak terhadap kualitas lingkungan
dan sanitasi masyarakat. Penumpukan dan pembuangan sampah kerap ditemukan di
saluran air atau tanah kosong sehingga menimbulkan berbagai gangguan kesehatan,
kenyamanan, dan estetika.
Untuk itu perlu dirumuskan upaya peningkatkan pengelolaan sampah yang
mampu mengatasi beban pengelolaan sampah kota. Paradigma pengelolaan sampah
yang masih bertumpu pada peran Pemerintah Kota sebagai satu-satunya Pelayan
Publik, perlu diimbangi dengan mendorong peran serta masyarakat dan swasta secara
optimal. Untuk mendapatkan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi dalam
penanganan sampah ini, maka dalam dalam tahap awal perlu dilakukan penyusunan
Masterplan Persampahan Kota Tegal dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan
di atas.

1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran


1.2.1 Maksud
Kegiatan Penyusunan Masterplan Persampahan Kota Tegal dimaksudkan untuk
menyusun perencanaan jangka pendek, menengah, dan panjang mengenai aspek
teknik, finansial, kelembagaan, aturan atau hukum serta aspek peran serta masyarakat
dalam pengelolaan persampahan. Perencanaan didasarkan pada kaidah
pengembangan sistem pengelolaan sampah terpadu (Integrated Solid Waste
Management System).
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari pekerjaan Penyusunan Masterplan Persampahan Kota Tegal ini
adalah untuk meningkatkan kinerja pengelolaan sistem persampahan di Kota
Tegal mengacu dokumen masterplan persampahan yang terdiri dari rencana tindak dan
rencana strategi pengelolaan persampahan Kota Tegal untuk jangka pendek, menengah
dan jangka panjang yang bisa dipertanggung jawabkan.
1.2.3 Sasaran
Sasaran pekerjaan adalah berupa target yang ingin dicapai dengan hasil yang
diperoleh melalui pekerjaan ini adalah :
1. Terwujudnya dokumen rencana induk pengelolaan persampahan sebagai
pedoman guna meningkatnya cakupan pelayanan pengelolaan sampah Kota
Tegal sehingga pengelolaan sampah dari berbagai aktifitas kota berjalan dengan
baik ;

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota I-


Laporan

2. Mengkaji sistem pengelolaan sampah yang efektif dengan menerapkan konsep


meminimalisir sampah tertimbun di TPA dan pengembangan teknologi tepat
guna serta ramah lingkungan;
3. Mengkaji alternatif penanganan persampahan dengan model kerjasama dengan
swasta; dan
4. Merumuskan strategi untuk meningkatkan peran serta semua stakeholder dalam
pengelolaan sampah kota.

1.3 Dasar Hukum


Dasar hukum atau kebijakan yang menjadi acuan dalam pekerjaan Penyusunan
Masterplan Persampahan Kota Tegal ini adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
3. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerja Sama Daerah.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
10. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional.
11. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang .
12. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara
Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang.
13. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
14. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M2006, tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Sistem Pengelolaan Persampahan.
16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Teknis Kawasan Budidaya.
17. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle melalui
Bank Sampah.
18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota I-


Laporan

19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Sampah di Jawa Tengah.
20. Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 1 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa
Umum.
21. Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tegal Tahun 2011-2031.
22. Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Tegal Tahun 2014-2019.
23. Peraturan Walikota Tegal Nomor 31 Tahun 2012 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 1 Tahun 2012 Tentang
Retribusi Jasa Umum Jenis Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan.
24. Peraturan Walikota Tegal Nomor 66 Tahun 2012 tentang Pengaturan
Pembuangan dan Pengangkutan Sampah.

1.4 Ruang Lingkup


1.4.1 Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah kajian Penyusunan Masterplan Persampahan Kota Tegal adalah
seluruh wilayah administrasi Kota Tegal dengan luas wilayah sebesar 39,68 Km2
meliputi 4 kecamatan.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota I-


Laporan Akhir

Gambar 1. 1
Peta Lingkup Wilayah Perencanaan

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota I-


Laporan

1.4.2 Lingkup Materi


Lingkup materi atau substansi kajian dalam pekerjaan Penyusunan Masterplan
Persampahan Kota Tegal adalah meliputi berikut di bawah ini:
1. Pengumpulan Data Kota dan Perencanaan Pengembangan Kota, meliputi:
Gambaran Wilayah Studi; Kondisi Fisik Kota; Prasarana Kota; Kependudukan;
Kondisi sosial ekonomi masyarakat; Tingkat kesehatan masyarakat; Rencana
pengembangan kota.
2. Pengumpulan Data Kondisi Pengelolaan Persampahan, meliputi: Tingkat
pelayanan; Sistem pengelolaan; Aspek institusi; Aspek teknis; Aspek
pembiayaan; Aspek peraturan; Aspek peran serta masyarakat dan swasta.
3. Analisis Permasalahan, meliputi: Masalah Teknis; Masalah Non Teknis; Target
penanganan.
4. Penyusunan Strategi Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan, meliputi:
Strategi Teknis; Strategi Peningkatan Kelembagaan; Strategi peningkatan
pembiayaan; Strategi peningkatan pengaturan; Strategi peningkatan peran serta
masyarakat.
5. Perumusan Tujuan dan target penanganan: Jangka Pendek, Jangka Menengah,
Jangka Panjang
6. Perumusan Strategi Pengembangan Pelayanan: Perkiraan Timbulan Sampah;
Sistem Pengembangan Pengelolaan Yang Akan Ditingkatkan; Sistem Pelayanan.
7. Perumusan Strategi Pembiayaan: Strategi Investasi; Strategi Operasi dan
Pemeliharaan.
8. Perumusan Rencana Pengembangan Pengelolaan Persampahan: Rencana
Daerah Pelayanan; Rencana Pengembangan Secara Teknis
9. Perumusan Rencana Pengembangan Kelembagaan
10. Perumusan Rencana Pengembangan Peraturan
11. Perumusan Rencana Pendanaan
12. Perumusan Rencana Pengembangan PSM dan Swasta
13. Perumusan Rencana Tahapan Pelaksanaan

1.5 Definisi Operasional Persampahan


Beberapa pengertian atau definisi operasional dalam Penyusunan Masterplan
Persampahan Kota Tegal antara lain adalah:
1. Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat
anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.
2. Sampah perkotaaan adalah sampah yang ditimbulkan dari aktifitas kota
termasuk didalamnya sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) rumah
tangga.
3. Sampah organik adalah sampah yang mudah membusu k terdiri da ri bekas
makanan, bekas sayuran , kulit buah lunak, daun-daunan dan rumput.
4. Sampah anorganik adalah sampah kering yang sukar atau tidak membusuk
seperti kertas, kardus, kaca/gelas, plastik, besi dan logam lainnya.
5. Sampah B3 Rumah Tangga adalah sampah yang berasal dari aktifitas RT,
mengandung bahan dan/atau bekas kemasan suatu jenis bahan berbahaya/atau
beracun karena sifat kandungannya tersebut baik secara langsung maupun tidak

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota I-


Laporan

langsung dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup dan atau


membahayakan kesehatan manusia.
6. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan
yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
7. Pewadahan sampah adalah cara penampungan sampah sementara di
sumbernya, baik individual maupun komunal.
8. Pewadahan individual adalah cara penampungan sampah sementara di masing-
masing sumbernya.
9. Pewadahan komunal adalah cara penampungan sampah sementara secara
bersama-sama pada satu tempat.
10. Pengumpulan sampah adalah proses penanganan dengan cara pengumpulan
dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke tempat pembuangan
sementara atau langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa melalui proses
pemindahan.
11. Pola pengumpulan individual langsung adalah cara pengumpulan sampah
dari rumah-rumah/sumber sampah dan diangkut langsung ke tempat
pembuangan akhir tanpa melalui proses pemindahan.
12. Pola pengumpulan individual tidak langsung adalah cara mengumpulkan
sampah dari masing-masing sumber sampah dibawa ke lokasi pemindahan
(menggunakan gerobak) untuk diangkut ke tempat pembuangan akhir.
13. Pola pengumpulan komunal langsung adalah cara pengumpulan sampah
dari masing-masing titik wadah komunal dan diangkut langsung ke tempat
pembuangan akhir.
14. Pola pengumpulan komunal tidak langsung adalah adalah cara
pengumpulan sampah dari masing-masing titik wadah komunal dibawa ke lokasi
pemindahan (menggunakan gerobak) untuk diangkut ke tempat pembuangan
akhir.
15. Pola penyapuan jalan adalah proses pengumpulan sampah hasil penyapuan
jalan dengan menggunakan gerobak.
16. Pemindahan sampah adalah tahap memindahkan sampah hasil pengumpulan
ke dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir.
17. Pengangkutan sampah adalah tahap membawa sampah dari lokasi
pemindahan atau langsung dari sumber sampah menuju ke tempat pembuangan
akhir.
18. Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah
atau merubah bentuk menjadi yang bermanfaat, antara lain dengan cara
pembakaran, pengomposan, pemadatan, penghancuran, pengeringan, dan
pendaurulangan.
19. Pengomposan (composting) adalah sistem pengolahan sampah organik
dengan bantuan mikroorganisme sehingga terbentuk pupuk organik (pupuk
kompos).
20. Potensi Pengomposan adalah jumlah atau volume sampah yang berpotensi
untuk dikomposkan.
21. Tingkat Pengomposan adalah jumlah atau volume sampah organik yang
berhasil dikomposkan di bandingkan terhadap timbulan sampah organik potensi
pengomposan.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota I-


Laporan

22. Pembakaran sampah adalah salah satu teknik pengolahan sampah dengan
membakar sampah secara terkendali, sehingga terjadi perubahan bentuk.
23. Reduksi dari sampah padat menjadi abu, gas dan cairan.
24. Pemadatan adalah upaya mengurangi volume sampah dengan cara dipadatkan
baik secara manual maupun mekanis sehingga pembuangan ke tempat
pembuangan akhir lebih efisien.
25. Daur ulang adalah proses pengolahan sampah yang dapat menghasilkan
produk yang bermanfaat lagi.
26. Potensi Daur Ulang adalah sampah yang masih bisa dimanfaatkan kembali
atau di daur ulang.
27. Tingkat Daur Ulang adalah jumlah atau volume timbulan sampah anorganik
yang berhasil di daur ulang dari timbulan sampah anorganik potensi daur ulang.
28. Tingkat pelayanan adalah jumlah sampah yang berhasil dikelola baik dengan
cara konvensional (kumpul-angkut-buang) dan juga dengan pendekatan
pengolahan dan atau daur ulang.
29. Tempat penampungan sementara (TPS) adalah tempat sebelum sampah
diangkut ke tempat pendauran-ulang, pengolahan, dan/atau pemrosesan akhir.
30. Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) adalah tempat dilaksanakannya
kegiatan mengguna ulang, mendaur ulang, pemilahan, pengumpulan,
pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.
31. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) adalah tempat untuk pemrosesan akhir
sampah kota setelah direduksi melalui proses-proses di hulu.
32. Daerah pelayanan merupakan area yang menggambarkan cakupan pelayanan
(luas, wilayah pelayanan) dimana daerah pelayanan ini harus dipetakan secara
memadai.
33. Sumber sampah menggambarkan jumlah sumber-sumber penghasil sampah
baik dari perumahan (perumahan teratur, tidak teratur dan perumahan kumuh)
maupun non perumahan yang meliputi fasilitas komersial (seperti pasar,
pertokoan, hotel, restaurant, dll) fasilitas umum (seperti perkantoran, sekolah,
RS, puskesmas, taman, jalan, dll) dan fasilitas sosial (seperti tempat ibadah).
34. Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang dihasilkan per orang dan
per hari dalam satuan volume maupun berat. Timbulan sampah diukur dengan
satuan lt/orang/hari, m3/hari, atau ton/hari. Data timbulan sampah sebaiknya
dilakukan secara primer, yaitu dengan cara analisis timbulan sampah dengan
metode yang representatif (jumlah sample dan waktu pengambilan sample 8 hari
berturut-turut) sesuai SNI tentang Metode Sampling Timbul Sampah
35. Komposisi dan karakteristik sampah, meliputi komposisi organik, kertas,
plastik, logam, kaca dan lain-lain. Untuk data karakteristik sampah perlu
diketahui berat jenis sampah, kadar air, nilai kalor, dan lain-lain. Data ini juga
sebaiknya dilakukan secara primer.

1.6 Kerangka Pemikiran


Penyusunan Masterplan Persampahan Kota Tegal dilakukan dengan tahapan dan
pola pikir sebagaimana digambarkan dalam kerangka pemikiran berikut di bawah ini:

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota I-


Laporan Akhir

Sumber : Identifikasi Penyusun, 2016


Gambar 1. 2
Kerangka Pikir Pelaksanaan Pekerjaan

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota I-


Laporan

1.7 Sistematika Laporan Akhir

Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang, maksud, tujuan, dan sasaran kajian, dasar
acuan/referensi, ruang lingkup wilayah dan substansi kajian, serta sistematika
laporan. Bab ini juga berisi tentang metode dalam pelaksanaan pekerjaan. Metode
meliputi pendekatan pekerjaan, kerangka pikir pekerjaan, metode pengumpulan
data, serta metode analisis yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Bab II Literature dan Kajian Kebijakan
Bab ini berisi tentang tinjauan literature dan kajian kebijakan mengenai
persampahan di Kota Tegal, dimana kebijakan dapat terdiri dari kebijakan sektoral
persampahan maupun kebijakan spasial yang mengacu pada RTRW Kota Tegal.
Bab III Kondisi Umum Wilayah Kota Tegal
Bab ini berisi tentang gambaran umum wilayah studi yang terdiri dari letak
geografis, kondisi fisik, kondisi penggunaan tanah, kependudukan dan sosial,
prasarana dan sarana, perekonomian wilayah Kota Tegal
Bab IV Evaluasi Sistem Eksisting dan Permasalahan Pengelolaan Sampah Kota
Tegal
Bab ini berisi tentang kondisi eksisting persampahan Kota Tegal, serta isu dan
permasalahan terkait pengelolaan persampahan Kota Tegal.
Bab V Kebijakan Pengelolaan Sampah Kota Tegal Tahun 2017-2037
Bab ini berisi mengenai kebijakan tentang pengelolaan sampah dengan
mempertimbangkan perkiraan kebutuhan pelayanan, skenario pengembangan
persampahan, visi misi dan strategi dalam pengelolaan sampah di Kota Tegal.
Bab VI Rencana Operasi Penanganan Pengelolaan Persampahan
Bab ini berisi tentang sistem operasi pengelolaan, pewadahan, pengumpulan,
pemindahan, pengolahan hingga pemrosesan akhir dengan program pembangunan
TPA Bokongsemar.
Bab VII Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan
Bab ini berisi tentang rencana pengelolaan sampah yang dimulai dari tahapan
pelaksanaan pengembangan pengelolaan, kebutuhan sarana dan prasarana
pengelolaan hingga program kerja untuk meningkatkan pengelolaan persampahan.
Bab VIII Rencana Pembiayaan dan Pola Investasi
Bab ini berisi tentang rencana pembiayaan dengan mempertimbangkan kebutuhan
investasi, analisis biaya satuan pengelolaan sampah, proyeksi kebutuhan biaya dan
Operation dan Maintenance, alternatif sumber pembiayaan, struktur tarif dan
mekanisme penarikan retribusi.
Bab IX Rencana Pengembangan Kelembagaan
Bab ini berisi tentang penyelenggaraan kelembagaan, bentuk kelembagaan operator
dan kebutuhan sumber daya manusia.
Bab X Rencana Pengembangan Peraturan

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota I-


Laporan

Bab ini berisi tentang rencana dan kerangka pengembangan produk peraturan
hukum dengan memperhatikan referensi peraturan yang berkaitan dengan
pengelolaan persampahan.
Bab XI Peran Serta Masyarakat dan Swasta
Bab ini berisi tentang perencanaan peningkatan peran serta masyarakat dan pihak
swasta dalam pengelolaan persampahan di Kota Tegal.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota I-


Laporan

2 TINJAUAN LITERATUR
BAB II LITERATUR
KEBIJAKAN
DAN DAN KEBIJAKAN

2.1 Tinjauan Literatur Pengelolaan Persampahan


2.1.1 Pengertian Sampah
Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu
yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang
berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).
Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan sampah
adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk
padat. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses. Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas.
Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah
dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Dalam kehidupan
manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga
dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi.
Sampah juga didefinisikan sebagai bahan buangan dari kegiatan rumah tangga,
komersial, industri atau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia lainnya.
Selain itu, dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa sampah
mengandung prinsip dan pengertian sebagai berikut :
 Sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya
dan bersifat padat.
 Sampah juga merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah
tidak terpakai atau adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan
kegiatan manusia.
 Sampah yang dapat membusuk ( garbage), menghendaki pengelolaan yang
cepat. Gas-gas yang dihasilkan dari pembusukan sampah berupa gas metan
dan H2S yang bersifat racun bagi tubuh.
 Sampah yang tidak dapat membusuk ( refuse), terdiri dari sampah plastik,
logam, gelas karet dan lain-lain.
 Sampah berupa debu/abu sisa hasil pembakaran bahan bakar atau sampah.
 Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, yakni sampah B3 adalah
sampah karena sifatnya, jumlahnya, konsentrasinya atau karena sifat kimia,
fisika dan mikrobiologinya dapat meningkatkan mortalitas dan mobilitas secara
bermakna atau menyebabkan penyakit.
 Sampah menimbulkan bahaya sekarang maupun yang akan datang terhadap
kesehatan atau lingkungan apabila tidak diolah dengan baik.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota II-


Laporan

(Notoatmojo, 2003; Slamet, 2004; Purwendro dan Nurhidayat, 2006; Artiningsih,


2008).

2.1.2 Sumber – sumber Sampah


Menurut Gilbert dkk (1996) sumber-sumber timbulan sampah adalah sebagai
berikut :
a) Sampah dari pemukiman penduduk. Pada suatu pemukiman biasanya
sampah dihasilkan oleh suatu keluarga yang tinggal disuatu bangunan atau
asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya cendrung organik, seperti sisa
makanan atau sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik dan lainnya.
b) Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan. Tempat-tempat
umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan
melakukan kegiatan. Tempat–tempat tersebut mempunyai potensi yang cukup
besar dalam memproduksi sampah termasuk tempat perdagangan seperti
pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa
makanan, sampah kering, abu, plastik, kertas, kaleng.
c) Sampah dari sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah. Yang
dimaksud disini misalnya adalah tempat hiburan umum, pantai, masjid, rumah
sakit, bioskop, perkantoran, dan sarana pemerintah lainnya yang
menghasilkan sampah kering dan sampah basah.
d) Sampah dari industri. Dalam pengertian ini termasuk pabrik – pabrik baik
yang termasuk distribusi ataupun proses suatu bahan mentah. Sampah yang
dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering abu, sisa –
sisa makanan, sisa bahan bangunan
e) Sampah Pertanian. Sampah dihasilkan dari tanaman atau hewan daerah
pertanian, misalnya sampah dari kebun, kandang, ladang atau sawah yang
dihasilkan berupa bahan makanan pupuk maupun bahan pembasmi serangga
tanaman.

2.1.3 Jenis – jenis sampah


Jenis-jenis sampah dapat dibagi menjadi 3 (Gilbert dkk, 1996; Noelaka, 2008)
yakni:
1. Sampah Organik. Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari
bahan-bahan hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat
biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui proses
alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik.
Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa makanan,
pembungkus (selain kertas, karet dan plastik), tepung , sayuran, kulit buah,
daun dan ranting.
2. Sampah Anorganik. Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari
bahan-bahan nonhayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses
teknologi pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi:
sampah logam dan produk olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah
kaca dan keramik, sampah detergen. Sebagian besar anorganik tidak dapat

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota II-


Laporan

diurai oleh alam/mikroorganisme secara keseluruhan (unbiodegrad-able).


Sementara, sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama.
Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol
gelas, tas plastik, dan kaleng.
3. Sampah B3 (Bahan Berbahaya Beracun). Pada sampah B3, sampah ini
terjadi dari zat kimia organik dan nonorganik serta logam-logam berat, yang
umunnya berasal dari buangan industri. Pengelolaan sampah B3 tidak dapat
dicampurkan dengan sampah organik dan nonorganik. Biasanya ada badan
khusus yang dibentuk untuk mengelola sampah B3 sesuai peraturan berlaku.

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sampah


Sampah, baik kuantitas maupun kualitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai
kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi
sampah antara lain:
1. Jumlah penduduk. Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak
penduduk, semakin banyak pula sampahnya.
2. Keadaan sosial ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi
masyarakat, semakin banyak pula jumlah per kapita sampah yang dibuang
tiap harinya.
3. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun
kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara
pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam dapat
mempengaruhi jumlah dan jenis sampahnya.

2.1.5 Sistem Pengelolaan Sampah


Sistem pengelolaan sampah mencakup sub sistem pemrosesan dan
pengolahan. Masing-masing perlu dikembangkan secara bertahap langsung sebagai
bahan baku maupun sebagai sumber energi, sehingga tercipta keseimbangan dan
keselarasan antar sub-sistem, baik dalam pengoperasian maupun pembiayaannya.
Untuk memperoleh economies of scale dari sinkronisasi sub sistem yang lain, maka
dalam perencanaan dan implementasinya, berbagai upaya terkait dengan upaya
peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam pembiyaan dan operasionalnya harus
menjadi prioritas utama. Pola pengelolaan sampah hendaknya dikembangkan dengan
pemrosesan lebih lanjut untuk menjadikan sampah sebagai sumber daya yang dapat
dimanfaatkan, baik di tingkat kawasan mapun di TPA, sehingga sampah yang akan
diurug ke dalam tanah diminimalkan.
Dengan melihat karakteristik dan komposisinya, sampah berpotensi
memberikan nilai ekonomi, misalnya bila diolah menjadi bahan kompos dan bahan
daur ulang. Namun potensi nilai ekonomi ini hendaknya harus dilihat secara
proposional dan lebih mengedepankan prinsip agar sistem yang dipilih dapat
berkesinambungan. Dilihat dari komposisi sampah, maka sebagian besar sampah
kota di Indonesia adalah tergolong sampah hayati, atau secara umum dikenal sebagai
sampah organik. Sampah yang tergolong hayati ini untuk kota-kota besar bisa
mencapai 70% dari total sampah, dan sekitar 28% adalah sampah non hayati yang

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota II-


Laporan

menjadi obyek aktivitas pemulung, mulai dari sumber sampah sampai ke TPA.
Sisanya sekitar 2% tergolong lain-lain seperti B3 yang perlu dikelola tersendiri. Jenis
sampah dengan persentase organik yang tinggi sangat cocok diolah menjadi kompos,
sumber gasbio dan sejenisnya. Sedang komponen anorganik mempunyai potensi
sebagai bahan daur ulang yang juga cukup potensial seperti plastik, kertas,
logam/kaleng, kaca, karet. Berdasarkan kenyataannya tersebut, akan lebih baik bila
pengurangan jumlah sampah dilakukan melalui proses pengolahan sampah yang
terpadu. Pembangunan sistem persampahan yang lengkap dan dikelola secara
terpadu, selain memerlukan modal investasi awal yang cukup besar, juga
memerlukan kemampuan manajemen operasional yang baik.
Untuk mewujudkan maksud tersebut dapat dijalin hubungan kerjasama antar
daerah dan atau bermitra usaha dengan sektor swasta yang potensial dan
berpengalaman. Kerjasama kemitraan dapat mempercepat proses penyediaan sarana
dan prasarana dengan cakupan pelayanan yang lebih luas dan peningkatan dalam
mutu pelayanannya. Sistem pengelolaan yang dikembangkan harus sensitif dan
akomodatif terhadap aspek komposisi dan karakteristik sampah dan kecenderungan
perubahannya di masa mendatang. Sistem pengelolaan sampah harus disesuaikan
dengan pergeseran nilai sampah ( waste shifting values) yang selama ini dianggap
sebagai bahan buangan yang tidak bermanfaat, bergeser nilainya dengan bahan-
bahan bernilai bila diolah menjadi kompos dan bahan daur ulang dan daur pakai.
Pengelolaan sampah terpadu secara konseptual digambarkan pada diagram di bawah
berikut ini.
Upaya pertama dalam pengelolaan sampah secara terpadu adalah pemilahan
yang dilakukan mulai dari sumber penghasil sampah, baik dari rumah tangga, pasar,
industri, fasilitas umum, daerah komersial dan sumber lainnya. Sampah organik (sisa
makanan, daun, dan lain-lain) dipisah dengan sampah anorganik (plastik, kaca, dan
lain-lain). sampah yang telah dipilah dapat didaur ulang di tempat sumber sampah
atau dapat dibawa atau dijual untuk dilakukan proses daur ulang di industri daur
ulang. Sampah tersebut dapat pula dipakai ulang sebelum diangkut ke TPS atau
dibuat kompos untuk digunakan di lokasi sumber sampah.
Sampah dari sumber sampah juga dapat dibawa ke Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) terdekat setelah melalui proses pemilahan. Di TPS sampah
dikumpulkan dan dipilah kembali dan diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Sampah tersebut juga dapat didaur ulang di industri daur ulang. Pemilahan sampah
dapat pula dilakukan di TPA. Sebagian sampah dapat didaur ulang dan dibuat
kompos yang dapat dijual ke konsumen. Sisanya atau residu dari proses tersebut
dapat ditimbun dengan menggunakan metode sanitary landfill.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota II-


Laporan

Sumber Timbunan

Swadaya Masyarakat

Proses Pemisahan

Proses Pemilahan

Sampah Organik Sampah Anorganik

Layak Tak Layak Tak Layak Layak Daur

INSTALASI KOMPOS Sanitary Landfill (SLF)


Resi- du

Insinerator

Produk Kompos Produk Lain (Misal: Batako) Produk Bahan Daur Ulang

Sumber: Widyarsana (2008)


Gambar 2. 1
Pengelolaan Sampah Secara Terpadu

Sistem pengolahan sampah adalah proses pengelolaan sampah yang meliputi


5 (lima) aspek/komponen yang saling mendukung dimana antara satu dengan lainnya
saling berinteraksi untuk mencapai tujuan (SNI 19-2454-2002). Kelima aspek tersebut
meliputi :
1. Aspek teknis operasional
2. Aspek kelembagaan
3. Aspek hukum dan peraturan
4. Aspek pembiayaan
5. Aspek peran serta masyarakat
Kelima aspek tersebut diatas ditunjukkan dengan Gambar 2.2 berikut ini. Dari
gambar tersebut terlihat bahwa dalam sistem pengelolaan sampah antara aspek

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota II-


Laporan

teknis operasional, kelembagaan, hukum , pembiayaan dan peran serta masyarakat


saling terkait dan tidak dapat berdiri sendiri.

(Sumber: SNI 19-2454-


2002)
Gambar 2. 2.
Skema Manajemen Pengelolaan Sampah

a. Aspek Teknis Operasional


Aspek teknis operasional pengelolaan sampah perkotaan meliputi dasarkegiatan
pewadahan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan sampah, pengelolaan
sampah di tempat pembuangan akhir. Keterkaitan antar sub sistem dalam
pengelolaan sampah dilihat pada Gambar 2.3.

(Sumber: SNI 19-2454-


2002)
Gambar 2. 3
Teknis Operasional Pengelolaan Sampah

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota II-


Laporan

Tata cara pengelolaan sampah bersifat integral dan terpadu secara berantai
dengan urutan yang berkesinambungan yaitu : penampungan/pewadahan,
pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pembuangan/ pengolahan.
1) Penampungan Sampah/Pewadahan. Proses awal dalam penampungan
sampah terkait langsung dengan sumber sampah adalah penampungan.
Penampungan sampah adalah suatu cara penampungan sebelum
dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang ke TPA. Tujuannya adalah
menghindari agar sampah tidak berserakan sehingga tidak mengganggu
lingkungan (SNI 19-2454-2002). Bahan wadah yang dipersyaratkan sesuai
Standart Nasional Indonesia adalah tidak mudah rusak, ekonomis, mudah
diperoleh dan dibuat oleh masyarakat dan mudah dikosongkan. Sedangkan
menurut Syafrudin dan Priyambada (2001), persyaratan bahan wadah adalah
awet dan tahan air, mudah diperbaiki, ringan dan mudah diangkat serta
ekonomis, mudah diperoleh atau dibuat oleh masyarakat.
2) Pengumpulan Sampah. Pengumpulan sampah yaitu cara atau proses
pengambilan sampah mulai dari tempat penampungan / pewadahan sampai
ke tempat pembuangan sementara. Pola pengumpulan sampah pada dasarnya
dikelompokkan dalam 2 (dua) yaitu : pola individual dan pola komunal (SNI
19-2454-2002) sebagai berikut :
 Pola Individual. Proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber sampah
kemudian diangkut ke tempat pembuangan sementara/TPS sebelum dibuang
ke TPA.

Sumber : SNI 19-2454-


2002
Gambar 2. 4
Pola Pengelolaan Sampah Individual Tak Langsung

 Pola Komunal. Pengumpulan sampah dilakukan oleh penghasil sampah ke


tempat penampungan sampah komunal yang telah disediakan/ke truk sampah
yang menangani titik pengumpulan kemudian diangkut ke TPA tanpa proses
pemindahan.

Sumber : SNI 19-2454-


2002
Gambar 2. 5
Pola Pengelolaan Sampah Komunal

3) Pemindahan Sampah. Proses pemindahan sampah adalah memindahkan


sampah hasil pengumpulan ke dalam alat pengangkutan untuk dibawa ke
tempat pembuangan akhir. Tempat yang digunakan untuk pemindahan

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota II-


Laporan

sampah adalah depo pemindahan sampah yang dilengkapi dengan container


pengangkut (SNI 19-2454- 2002).
4) Pengangkutan Sampah. Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan
sampah yang telah dikumpulkan di tempat penampungan sementara atau dari
tempat sumber sampah ke tempat pembuangan akhir. Berhasil tidaknya
penanganan sampah juga tergantung pada sistem pengangkutan yang
diterapkan. Pengangkutan sampah yang ideal adalah dengan truck container
tertentu yang dilengkapi alat pengepres (SNI 19-2454-2002).
5) Pembuangan Akhir Sampah. Tempat pembuangan sampah akhir (TPA)
adalah sarana fisik untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir
sampah. Tempat menyingkirkan sampah kota sehingga aman (SK SNI T-11-
1991-03). Pembuangan akhir merupakan tempat yang disediakan untuk
membuang sampah dari semua hasil pengangkutan sampah untuk diolah lebih
lanjut. Prinsip pembuangan akhir adalah memusnahkan sampah domestik di
suatu lokasi pembuangan akhir. Jadi tempat pembuangan akhir merupakan
tempat pengolahan sampah. Menurut SNI 19-2454-2002 tentang teknik
operasional pengelolaan sampah perkotaan, secara umum teknologi
pengolahan sampah dibedakan menjadi 3 (tiga) metode yaitu : Open
Dumping, Sanitary Landfill, Controlled Landfill.
 Open Dumping. Metode open dumping ini merupakan sistem pengolahan
sampah dengan hanya membuang / menimbun sampah disuatu tempat tanpa
ada perlakuan khusus atau sistem pengolahan yang benar, sehingga sistem
open dumping menimbulkan gangguan pencemaran lingkungan.
 Sanitary Landfill. Metode pembuangan akhir sampah yang dilakukan
dengan cara sampah ditimbun dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan
tanah sebagai lapisan penutup. Pekerjaan pelapisan tanah penutup dilakukan
setiap hari pada akhir jam operasi.
 Controlled Landfill. Metode controlled landfill adalah sistem open dumping
yang diperbaiki yang merupakan sistem pengalihan open dumping dan
sanitary landfill yaitu dengan penutupan sampah dengan lapisan tanah
dilakukan setelah TPA penuh yang dipadatkan atau setelah periode tertentu.
b. Aspek Kelembagaan
Menurut Syafrudin dan Priyambada (2001), bentuk kelembagaan pengelola
sampah disesuaikan dengan katagori kota. Adapun bentuk kelembagaan yang
sesuai dengan kondisi Kota Tegal adalah sebagai berikut :
1) Kota sedang kategori 2 (jumlah penduduk 100.000 – 250.000 jiwa) dengan
bentuk lembaga yang dianjurkan berupa suku dinas / bidang pada DPU
atau SKPD bidang perumahan dan permukiman; atau
2) Kota sedang kategori 1 (jumlah penduduk 250.000 – 500.000 jiwa) dengan
bentuk lembaga pengelola sampah yang dianjurkan berupa dinas sendiri.
c. Aspek Hukum dan Peraturan
Hukum dan peraturan didasarkan atas kenyataan bahwa negara Indonesia
adalah negara hukum, dimana sendi-sendi kehidupan bertumpu pada hukum
yang berlaku. Manajemen persampahan kota di Indonesia membutuhkan

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota II-


Laporan

kekuatan dan dasar hukum, seperti dalam pembentukan organisasi, pemungutan


retribusi, dan keterlibatan masyarakat.
d. Aspek Pembiayaan
Pembiayaan merupakan sumber daya penggerak agar pada roda sistem
pengelolaan persampahan di kota tersebut dapat bergerak dengan lancar. Sistem
pengolahan persampahan di Indonesia lebih di arahkan kesistem pembiayaan
sendiri termasuk membentuk perusahaan daerah. Masalah umum yang sering
dijumpai dalam sub sistem pembiayaan adalah retribusi yang terkumpul sangat
terbatas dan tidak sebanding dengan biaya operasional, dana pembangunan
daerah berdasarkan skala prioritas, kewenangan dan struktur organisasi yang ada
tidak berhak mengelola dana sendiri dan penyusunan tarif retribusi tidak
didasarkan metode yang benar. Menurut Raharyan dan Widagdo (2005),
peraturan yang dibutuhkan dalam sistem pengelolaan sampah di perkotaan
antara lain mengatur tentang:
a. Ketertiban umum yang terkait dengan penanganan persampahan.
b. Rencana induk pengelolaan sampah kota.
c. Bentuk lembaga organisasi pengelolaan.
d. Tata cara penyelenggaraan pengelolaan.
e. Tarif jasa pelayanan atau retribusi.
f. Kerjasama dengan berbagai pihak terkait, diantaranya kerjasama antar daerah
atau kerjasama dengan pihak swasta.
e. Aspek Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan kesediaan
masyarakat untuk membantu berhasilnya program pengembangan pengelolaan
sampah sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan
kepentingan diri sendiri. Salah satu pendekatan masyarakat untuk dapat
membantu program pemerintah dalam keberhasilan adalah membiasakan
masyarakat pada tingkah laku yang sesuai dengan program persampahan yaitu
merubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib, lancar
dan merata, merubah kebiasaan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang
kurang baik dan faktor-faktor sosial, struktur dan budaya setempat (Wibowo dan
Djajawinata, 2004).

2.2 Kebijakan Sektoral Pengelolaan Persampahan


2.2.1 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
Beberapa definisi terkait pengelolaan sampah menurut UU 18 Tahun 2008
adalah sebagai berikut:
 Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat.
 Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
volumenya memerlukan pengelolaan khusus.
 Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota II-


Laporan

 Tempat pengolahan sampah terpadu adalah tempat dilaksanakannya kegiatan


pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan,
dan pemrosesan akhir sampah.
 Tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk memroses dan
mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan
lingkungan.
Beberapa ketentuan terkait pengelolaan sampah menurut UU 18 Tahun 2008
yang cukup penting adalah terkait pengelolaan sampah rumah tangga dan
pegurangan sampah sebagai berikut:
1) Dalam Pasal 19 dijelaskan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas:
a. pengurangan sampah; dan
b. penanganan sampah.
2) Dalam Pasal 20 dijelaskan baha pengurangan sampah meliputi kegiatan :
a. pembatasan timbulan sampah;
b. pendauran ulang sampah; dan/atau
c. pemanfaatan kembali sampah.
3) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan :
a. menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka
waktu tertentu;
b. memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
c. memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;
d. memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan
e. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.
4) Dalam Pasal 22 dijelaskan bahwa kegiatan penanganan sampah meliputi :
a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;
b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu;
c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan
sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;
d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah
sampah; dan/atau
e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

2.2.2 SNI 19-2454-2002 Tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan


Sampah Perkotaan
Tata cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan meliputi dasar-
dasar perencanaan untuk substansi berikut ini:
1. Daerah Pelayanan;
2. Tingkat Pelayanan; dan
3. Teknik Operasional yang meliputi :

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota II-


Laporan

a. Pewadahan Sampah
b. Pengumpulan sampah
c. Pemindahan sampah
d. Pengangkutan sampah
e. Pengolahan dan pemilahan sampah
f. Pembuangan akhir sampah
Skema teknik operasional pengelolaan persampahan dapat dilhat pada
gambar berikut di bawah ini.

TIMBULAN
SAMPAH

PEMILAHAN, PEWADAHAN DAN


PENGOLAHAN DI SUMBER

PENGUMPULAN

PEMINDAHAN PEMILAHAN DAN


PENGOLAHAN

PENGANGKUTAN

PEMBUANGAN AKHIR

Gambar 2. 6
Diagram Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan

2.2.3 SNI 03-3241-1994 Tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA


Tempat pembuangan akhir sampah adalah sarana fisik berupa tempat yang
digunakan untuk mengkarantinakan sampah kota secara aman. kriteria lokasi TPA
harus memenuhi persyaratan/ketentuan hukum, pengelolaan lingkungan hidup
dengan AMDAL, serta tata ruang yang ada. Kelayakan lokasi TPA ditentukan
berdasarkan:

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota II-


Laporan

 Kriteria regional digunakan untuk menentukan kelayakan zone meliputi kondisi


geologi, hidrogeologi, kemiringan tanah, jarak dari lapangan terbang, cagar
alam banjir dengan periode 25 tahun.
 Kriteria penyisih digunakan untuk memilih lokasi terbaik sebagai tambahan
meliputi iklim, utilitas, lingkungan biologis, kondisi tanah , demografi, batas
administrasi, kebisingan, bau, estetika dan ekonomi.
 Kriteria penetapan digunakan oleh instansi berwenang untuk menyetujui dan
menetapkan lokasi terpilih sesuai kebijakan setempat.
Cara pengerjaan yaitu dengan melakukan analisis terhadap data sekunder ,
berupa peta topografi, geologi lingkungan, hidrogeologi, bencana alam. peta
administrasi, kepemilikan lahan, tata guna lahan dan iklim, data primer berdasarkan
kriteria, pembuatan peta skala 1:25.000 atau 1:50.000 dan identifikasi lokasi
potensial.

2.2.4 SNI 03-3242-1994 Tentang Pengelolaan Sampah di Permukiman


Operasional pengelolaan sampah di permukiman disyaratkan adanya
keterlibatan aktif masyarakat, pengelola sampah kota dan pengembang perumahan
baru terutama dalam mengelola dan megadakan sarana persampahan di lingkungan
permukiman. Ketentuan pengelolaan sampah ini meliputi:
 Perencanaan, dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah rumah, kelas, dan
tipe bangunan; jumlah sampah yang akan dikelola berdasarkan jumlah
penduduk, jumlah dan luas bangunan/fasilitas umum, besaran timbulan
sampah berdasarkan sumberya
 Teknik operasional, ditentukan berdasarkan kondisi topografi dan lingkungan
pelayanan, kondisi sosial ekonomi, partisipasi masyarakat, jumlah dan jenis
timbulan sampah, pola operasional dilakukan melalui pewadahan,
pengumpulan, pemindahan di transfer depo, pengangkutan ke TPA
 Pembiayaan meliputi seluruh biaya pengelolaan untuk operasi, pemeliharaan
serta penggantian alat.
Cara pengerjaan dilakukan dengan menganalisa atas penyebaran rumah, luas
daerah yang dikelola, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan, jumlah rumah
berdasarkan tipe, timbulan sampah per hari, jumlah bangunan fasilitas umum, kondisi
jalan, topografi dan lingkungan untuk menentukan alternatif sistem termasuk jenis
peralatan.

2.2.5 SNI 19-3983-1995 Tentang Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota


Kecil dan Kota Sedang di Indonesia
Sumber sampah berasal dari perumahan (rumah permanen, semi permanen,
non permanen); dan non perumahan yaitu : (kantor, toko/ruko, pasar, sekolah,
tempat ibadah, jalan, hotel, restoran, industri, rumah sakit, fasilitas umum lainnya.
Besaran Timbulan Sampah pada standard ini adalah berikut:

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota II-


Laporan

Tabel II. 1
Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Komponen-Komponen Sumber Sampah

Tabel II. 2
Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi Kota

2.3 Kebijakan Terkait Pengelolaan Persampahan Kota Tegal


2.3.1 Tinjauan RTRW Kota Tegal Tahun 2011-2031
1. Tujuan dan Kebijakan RTRW Kota Tegal
Tujuan penataan ruang wilayah Kota Tegal sesuai dengan RTRW Kota Tegal
adalah mewujudkan Kota Tegal sebagai kota bahari yang didukung kegiatan
perdagangan, jasa dan industri yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, ditetapkan kebijakan penataan
ruang, yakni:
a) Kebijakan struktur ruang wilayah Kota meliputi :
 Peningkatan pusat pelayanan kota yang memperkuat kegiatan
perdagangan, jasa dan industri berskala regional;
 Pengembangan pusat pelayanan kota; dan
 Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan prasarana sarana umum
b) Kebijakan pola ruang wilayah Kota meliputi :
 Pengembangan kawasan budidaya yang efisien dan kompak;
 Peningkatan dan penyediaan RTH yang proporsional di seluruh wilayah;

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota II-


Laporan

 Peningkatan pemanfaatan ruang pada wilayah pesisir yang memperhatikan


daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan
 Peningkatan pengelolaan kawasan peruntukan industri.
c) Kebijakan Kawasan Strategis meliputi :
 Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan
keamanan dalam kerangka ketahanan nasional;
 Pelestarian lingkungan hidup dan peningkatan fungsi perlindungan;
 Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan
perekonomian; dan
 Pelestarian dan peningkatan nilai–nilai sosial dan budaya.
2. Rencana Struktur Ruang Kota Tegal
a. Sistem Pusat Pelayanan
Sistem pusat pelayanan merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi
terdiri atas:
1) PPK (Pusat Pelayanan Kota) terletak di Kecamatan Tegal Timur dengan
fungsi utama meliputi pemukiman, pusat pemasaran dan perdagangan, pusat
perhubungan dan telekomunikasi, pusat kegiatan usaha jasa dan produksi,
serta pusat pelayanan sosial.
2) SPPK (Sub Pusat Pelayanan Kota) Tegal meliputi :
 SPPK Bandung memiliki fungsi untuk pelayanan permukiman yang meliputi
wilayah kecamatan Tegal Selatan;
 SPPK Kraton memiliki fungsi untuk pelayanan perdagangan dan jasa yang
meliputi wilayah kecamatan Tegal Barat;
 SPPK Kejambon memiliki fungsi untuk pelayanan permukiman, pendidikan,
perdagangan dan jasa yang meliputi wilayah Kecamatan Tegal Timur; dan
 SPPK Sumurpanggang memiliki fungsi untuk pelayanan permukiman dan
pendidikan meliputi wilayah Kecamatan Margadana.
3) PL (Pusat Lingkungan) terdapat pada masing-masing SPPK meliputi :
 SPPK Bandung terbagi atas PL Kalinyamat Wetan, PL Bandung, PL Debong
Kidul, I4 di Kelurahan PL Tunon, PL Keturen, PL Debong Kulon, PL Debong
Tengah, PL Randugunting;
 SPPK Kraton terbagi atas PL Pesurungan Kidul, PL Kelurahan Debong Lor,
PL Kemandungan PL Pekauman, PL Kraton, PL Tegalsari, PL Muarareja ;
 SPPK Kejambon terbagi atas PL Kejambon, PL Slerok, PL Panggung, PL
Mangkukusuman, PL Mintaragen;
 SPPK Sumurpanggang terbagi atas PL Kaligangsa, PL Krandon, PL
Cabawan, PL Margadana, PL Kalinyamat Kulon, PL Sumurpanggang, PL
Pesurungan Lor.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota II-


Laporan

g. Sistem Jaringan Prasarana


1. Rencana Pengembangan Sistem Transportasi
a) Rencana Jaringan Jalan
 Rencana Jaringan Jalan dilakukan dengan Pengembangan fungsi
jaringan jalan yang ada, pembuatan jalan baru dan pengembangan
simpang susun.
 Mengembangkan jaringan jalan arteri primer Jalan Mertoloyo – Jalan
Yos Sudarso; Jalan MT Haryono – Jalan Gajah Mada; Jalan Mayjen
Sutoyo – Jalan Kolonel Sugiono; dan Jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo
– Jalan Dr. Cipto Mangunkusumo.
 Pengembangan jaringan jalan kolektor primer meliputi Jalan Jend.
Sudirman; Jalan AR. Hakim – Jalan Sultan Agung; dan Jalan K.S.Tubun.
 Pengembangan jaringan jalan kolektor sekunder (jalan kota) pada Jalan
Kapten Sudibyo.
 Pengembangan jalan lokal sekunder hingga jalan lingkungan.
 Pengembangan jalan baru : Jalan By Pass Tegal – Brebes;
 Pengembangan simpang susun dengan rel kereta api di Kecamatan
Tegal Selatan dan Kecamatan Tegal Timur.
b) Sistem Prasarana Lalu-lintas
 Penataan terminal Kota Tegal tipe A berada di Kelurahan
Sumurpanggang.
 Peningkatan keselamatan jalan di ruas–ruas jalan arteri, jalan kolektor
dan jalan lokal dengan perlengkapan jalan.
 Penyediaan sarana dan prasarana angkutan massal
 Penataan halte angkutan kota berada disetiap bangkitan dan tarikan
lalu lintas yang menggunakan angkutan umum.
c) Sistem Jaringan Perkeretaapian
 Peningkatan jalur kereta api yang menghubungkan Kota Tegal dengan
Kota Purwokerto melalui jalur selatan serta ke Kota Semarang dan
Jakarta melalui jalur utara;
 Pengembangan jalur kereta api Semarang –Tegal – Slawi/ Brebes;
 Peningkatan stasiun kereta api Kota Tegal; dan
 Peningkatan dan penanganan perlintasan sebidang.
d) Sistem Jaringan Angkutan Penyeberangan
Sistem jaringan angkutan penyeberangan meliputi pengembangan
pelabuhan penyebrangan di Kelurahan Muarareja dan Tegalsari.
2. Rencana Pengembangan Jaringan Energi
Rencana pengembangan sistem jaringan transmisi tenaga listrik meliputi
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dengan pola jaringan distribusi
daerah prioritas I pengembangan pelayanan listrik sebagian Kecamatan Tegal
Barat yaitu sebagian Kelurahan Muarareja dan Kecamatan Margadana yaitu
Kelurahan Pesurungan Lor; dan daerah prioritas II pengembangan pelayanan

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota II-


Laporan

listrik sebagian wilayah di Kecamatan Margadana. Rencana pengembangan


prasarana energi MIGAS meliputi:
a) Jaringan pipa transmisi dari Semarang dan Cilacap yang melayani depo
minyak di Kelurahan Slerok;
b) Pelayanan energi gas minyak cair melalui Stasiun Pompa Bahan Bakar
Elpiji;dan
c) Pembangunan pipa gas Cirebon – Tegal – Semarang.
3. Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi dan Informasi
 Pengembangan prasarana telekomunikasi sistem kabel dan seluler
 Pembangunan dan peningkatan jaringan primer telekomunikasi dengan
mengikuti pola jaringan jalan arteri, kolektor dan lokal;
 Pembangunan menara telekomunikasi berupa pembangunan menara
telekomunikasi bersama di setiap sppk;
 Penataan dan pengaturan lokasi menara telekomunikasi bersama diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Walikota; dan
 Penyediaan sistem hot spot atau sejenisnya di setiap SPPK.
4. Rencana Pengembangan Jaringan Sumber Daya Air
Pengembangan sungai berdasarkan wilayah sungai adalah Wilayah Sungai
Pemali-Comal dengan rencana pengelolaan SDA, meliputi:
1) Pengembangan sistem irigasi meliputi penanganan DAS Gung- Wadas-
Gangsa dan penanganan Daerah Irigasi Pesayangan, Gangsa Lumingser
dan Sidapurna;
2) Sistem Pengendalian Banjir dengan pengembangan polder yang terdapat
pada sub sistem Kaligangsa yaitu Polder Kaligangsa seluas 3,5 hektar di
Kelurahan Kaligangsa serta pengendalian rob;
3) Sistem Pengendalian abrasi pantai dengan pembangunan konstruksi
perlindungan pantai dan konservasi yang diarahkan pada kawasan
sempadan pantai melalui pengembangan hutan mangrove guna;
4) Rencana sistem perlindungan dan pelestarian sumber daya air dengan
pelestarian sungai dan air tanah.
5. Rencana Pengembangan Prasarana Persampahan
Rencana pengembangan prasarana persampahan dilakukan dengan prinsip
mengurangi (reduce), menggunakan kembali (reuse) dan mendaur ulang
(recycle) meliputi :
a) Pengembangan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kelurahan
Kaligangsa Kecamatan Margadana;
b) Pengembangan Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan tempat
pengelolaan sampah terpadu di setiap kelurahan.
Rencana lokasi TPS sampah ditempatkan pada kawasan yang memberikan
pelayanan optimal dalam sistem pengelolaan sampah sementara, terutama
pada kawasan sekitar pasar.
6. Rencana Pengembangan Prasarana Limbah

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota II-


Laporan

 Pengolahan limbah dilayani dengan Instalasi Pengolah Lumpur Tinja dan


Instalasi Pengolah Air Limbah skala kota di daerah Kelurahan Muarareja
Kecamatan Tegal Barat;
 Pengambilan limbah dilakukan pengangkutan menggunakan
kendaraan/truk penyedot limbah dari tempat bermukim;
 Penambahan sarana pengangkutan dalam pengelolaan limbah agar tidak
terjadi penumpukan pada setiap kecamatan atau SPPK ; dan
 Pengembangan sistem pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun
dengan memperhatikan prinsip kelestarian lingkungan.
7. Rencana Pengembangan Prasarana Drainase
 peningkatan Polder Kaligangsa berfungsi untuk penanggulangan genangan
banjir serta sistem irigasi;
 peningkatan saluran pembuangan permukiman, bangunan umum;
 peningkatan jaringan irigasi untuk pengairan sawah;
 pengembangan jaringan drainase sekunder sepanjang Jalan Dr. Cipto,
Jalan Mataram, Jalan Kapten Tendean, Jalan S. Parman, Jalan Yos
Sudarso, dan Jalan By Pass Tegal – Brebes.
3. Rencana Pola Ruang Kota Tegal
a. Kawasan Lindung
1. Kawasan Perlindungan Setempat
a. Kawasan Sempadan Sungai. Kawasan ini meliputi Sungai Ketiwon,
Sungai Kali Gung, Sungai Kali Gangsa, Sungai Kemiri, dan Sungai
Sibelis dengan penataan bangunan; penghijauan; pengaturan papan
reklame/ pengumuman, pondasi dan rentangan kabel listrik, pondasi
jembatan; dan jalan inspeksi.
b. Kawasan Sempadan Pantai. Pada wilayah Kota Tegal, kawasan
yang dimaksud adalah kawasan sekitar Pantai Kecamatan Tegal Timur
dan Kecamatan Tegal Barat dengan penghijauan dan pemasangan
batu atau beton untuk melindungi pantai dari abrasi; dan penetapan
kawasan sempadan pantai yang dapat dimanfaatkan dermaga,
pelabuhan, kegiatan perikanan lain, dan kegiatan lain yang dijinkan
sesuai peraturan perundangan.
2. Ruang Terbuka Hijau.
Pembagian Ruang Terbuka Hijau (RTH) ini terdiri dari Ruang Terbuka Hijau
(RTH) publik paling sedikit 20% dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) privat
10%. Luasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Tegal kurang lebih 831
hektar (20,92%) disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hirarki
pelayanan dengan memperhatikan rencana struktur dan pola ruang.
Meliputi taman RT, Taman RW, taman kecamatan, taman pemakaman
umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, hutan kota dan RTHK. RTH privat
memiliki luas kurang lebih 499 ha (12,57% dari luas wilayah kota). RTH
privat tersebar pada kawasan permukiman, perdagangan dan jasa,
industri, pelayanan umum, pariwisata dan transportasi.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota II-


Laporan

3. Kawasan Rawan Bencana


Di Kota Tegal terdapat beberapa lokasi wilayah yang sering mengalami
bencana alam. Kota Tegal memiliki kecamatan yang termasuk kawasan
rawan banjir antara lain Kecamatan Tegal Selatan, Kecamatan Margadana,
Kecamatan Tegal Timur dan Kecamatan Tegal Barat. Selain itu, beberapa
desa di daerah pesisir merupakan kawasan rawan abrasi (pantai Kelurahan
Muarareja, Kelurahan Tegalsari, Kelurahan Mintaragen dan Kelurahan
Panggung).
b. Kawasan Budidaya
1. Kawasan Peruntukan Permukiman
a) Kepadatan Tinggi. Kelurahan Kraton, Kelurahan Pekauman,
Kelurahan Mangkukusuman, Kelurahan Randugunting, Kelurahan
Kejambon,Kelurahan Tegalsari
b) Kepadatan Sedang. Kelurahan Slerok, Kelurahan Mintaragen,
Kelurahan Pesurungan Kidul, Kelurahan Kemandungan, Kelurahan
Kaligangsa, Kelurahan Cabawan, Kelurahan Debong Kidul, Kelurahan
Debong Tengah, Kelurahan Sumurpanggang, Kelurahan Debong Lor,
Kelurahan Debong Kulon, Kelurahan Bandung, Kelurahan Tunon,
Kelurahan Kalinyamat Wetan, Kelurahan Kalinyamat Kulon, Kelurahan
Keturen, Kelurahan Panggung;.
c) Kepadatan Rendah. Kelurahan Pesurungan Lor, Kelurahan
Muarareja, Kelurahan Margadana, Kelurahan Krandon, Kelurahan
Cabawan, Kelurahan Kaligangsa.
2. Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa
Meliputi pasar tradisional dan pusat perbelanjaan toko modern yang
tersebar di kelurahan Kota Tegal.
3. Kawasan Peruntukan Industri
 Kawasan Industri besar dan menengah di Kawasan Industri Terpadu di
Kecamatan Margadana dan Kecamatan Tegal Barat;
 Industri kecil dan mikro berupa kelompok berada di Kelurahan
Kejambon Kecamatan Tegal Timur dan di Kelurahan Kalinyamat Wetan
Kecamatan Tegal Selatan.
4. Kawasan Peruntukan Pariwisata
Berupa pariwisata alam yakni Wisata Pantai Alam Indah; dan Kawasan
kawasan sabuk hijau dan kawasan lindung di Kelurahan Muarareja.
5. Kawasan Peruntukan Pertanian
 kawasan budidaya tanaman pangan meliputi lahan sawah irigasi di
Kecamatan Tegal Selatan, Tegal Timur, Tegal Barat dan Margadana;
 kawasan budidaya peternakan unggas di Kelurahan Pesurungan Lor
Kecamatan Margadana.
6. Kawasan Peruntukan Perikanan
Meliputi kawasan perikanan budidaya; kawasan perikanan tangkap; dan
kawasan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.
7. Kawasan Peruntukan Pelabuhan

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota II-


Laporan

 kawasan Pelabuhan Perikanan Pantai terletak di kelurahan Tegalsari


Kecamatan Tegal Barat dikembangkan berintegrasi dengan rencana
industri perikanan;
 kawasan Pelabuhan Tegal terletak di Kelurahan Tegalsari Kecamatan
Tegal barat direncanakan untuk pelabuhan pengumpul;
 kawasan pelabuhan Coastal Ferry terletak di kelurahan Muarareja dan
Tegalsari Kecamatan Tegal Barat sebagai pelabuhan penyeberangan di
lingkup regional.
4. Penetapan Kawasan Strategis Kota Tegal
a. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
 Kawasan pusat kota yang berada di Kecamatan Tegal Barat dan Kecamatan
Tegal Timur atau pada kawasan SPPK Kraton dan SPPK Kejambon diarahkan
untuk kegiatan perdagangan dan jasa serta perkantoran ;
 Kawasan koridor terpengaruh oleh jalur utama pantai utara dan jalur selatan
Kota Tegal diarahkan untuk kegiatan perdagangan dan jasa;
 Kawasan sekitar pelabuhan dan Kawasan Industri Terpadu terdapat di SPPK
Kraton dan diarahkan untuk mendukung kegiatan kepelabuhan.
b. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Sosial dan Budaya
 Kawasan Alun-alun kota di Kelurahan Mangkukusuman
 Kawasan Kota Lama yang terletak di lingkungan Balai Kota Lama di Kelurahan
Tegalsari;
 Kawasan Stasiun Besar Kereta Api di Kelurahan Panggung
c. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan fungsi dan daya dukung
Kawasan Strategis Kota dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
merupakan Kawasan strategis daya dukung lingkungan hidup wilayah pesisir di
Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat dan pesisir di Kelurahan
Panggung dan Kelurahan Mintaragen Kecamatan Tegal Timur.

2.3.2 Tinjauan RPJMD Kota Tegal Tahun 2014 – 2019


a. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran RPJMD
Visi pembangunan jangka menengah daerah Kota Tegal selama lima tahun
(2014-2019) adalah sesuai visi Walikota dan Wakil Walikota terpilih yaitu :
“Terwujudnya Kota Tegal yang Sejahtera dan Bermartabat Berbasis
Pelayanan Prima”
Kota Tegal yang Sejahtera, merupakan suatu kondisi masyarakat Kota
Tegal yang terpenuhi kebutuhan dasarnya meliputi sandang, pangan, perumahan,
air bersih, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, rasa aman dari perlakuan atau ancaman
tindak kekerasan fisik maupun non fisik, lingkungan hidup sehat, leluasa
berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan politik, mempunyai akses terhadap
informasi, serta lingkungan yang damai, tenteram dan nyaman.
Kota Tegal Bermartabat, merupakan kondisi masyarakat yang memiliki
harkat kemanusiaan tinggi yaitu bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berbudi
pekerti luhur, memiliki kebebasan menentukan sikap dan tindakannya (self

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota II-


Laporan

determination), memiliki kesadaran sosial tentang kesamaan (equality) dan


pemerataan (equity).
Kota Tegal berbasis Pelayanan Prima atau excellent service, merupakan
semangat pemerintahan Kota Tegal untuk melayani dengan baik dan memuaskan
(melebihi pengharapan) masyarakatnya. Semangat ini didukung oleh segenap
stakeholder dan terinternalisasi dalam semangat pengabdian seluruh aparatur
pelaksana di Pemerintahan Kota Tegal.
Sedangkan misi dalam RPJMD yang terkait dengan sektor pelayanan
persampahan adalah : misi Mewujudkan infrastruktur yang memadai dan
kelestarian lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan. Misi ini diarahkan
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur yang memadai untuk
mendukung pertumbuhan perekonomian dengan tetap memperhatikan daya dukung
lingkungan dan peruntukan ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal.
Salah satu sasaran dalam mencapai misi tersebut adalah meningkatnya
kualitas dan kinerja pengelolaan persampahan. Sedangkan indikator sasaran
dalam pencapaian misi tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel II. 3
Tujuan dan Sasaran dalam Pencapaian Misi RPJMD Kota Tegal Tahun 2014-2019
Indikator
Tujuan Sasaran 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Sasaran
Meningkatkan Meningkatnya Persentase 70,00 75,00 80,00 85,00 90,00 90,00
kualitas kualitas dan penanganan
lingkungan kinerja sampah (%)
hidup pengelolaan
persampahan
Sumber : RPJMD Kota Tegal tahun 2014-2019

Pada target hingga tahun 2019, prosentase penanganan sampah di Kota Tegal
ditargetkan mencapai 90%. Disebutkan pula dalam arah kebijakan, ditargetkan rasio
tempat pembuangan sampah (TPS) per 1000 penduduk mencapai 2,70. Hal ini
tentunya membutuhkan peningkatan kualitas yang serius dan terintegrasi agar dapat
tercapai. Salah satunya diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :
 Meningkatkan kualitas dan kinerja pengelolaan persampahan melalui peningkatan
sarana dan prasarana pengelolaan sampah, lembaga pengelola sampah, dan
pengendalian volume sampah melalui 3R (reuse, reduce dan recycle).
 Peningkatan penanganan dan pengelolaan sampah, serta pemberdayaan
masyarakat dalam pengelolaan sampah.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota II-


Laporan

Gambar 2. 7
Peta Rencana Struktur Ruang Kota Tegal

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota II-


Laporan

Gambar 2. 8
Peta Rencana Pola Ruang Kota Tegal

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota II-


Laporan Akhir

3 KONDISI UMUM
BAB III KONDISI
TEGAL
WILAYAH
UMUM WILAYAH KOTAKOTA TEGAL

3.1 Wilayah Administrasi


Kota Tegal merupakan salah satu kota yang berada di wilayah pantai utara
(pantura) bagian barat Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis, Kota Tegal terletak
pada 109o 08’ sampai 109o 10’ Bujur Timur dan 60 50’ sampai 6o 53’ Lintang Selatan.
Bentang
wilayah terjauh Utara ke Selatan adalah 6,7 Km dan Barat ke Timur sepanjang 9,7 Km.
Dilihat secara geografis, posisi Kota Tegal sangat strategis sebagai penghubung
jalur perekonomian nasional dan regional di wilayah Pantura Jawa yaitu dari barat ke
timur (Jakarta-Tegal-Semarang-Surabaya) dengan wilayah tengah dan selatan Pulau
jawa (Jakarta-Tegal-Purwokerto-Yogyakarta). Secara administrasi, wilayah Kota Tegal
berbatasan dengan wilayah berikut ini:
 Sebelah Utara : Laut Jawa
 Sebelah Selatan : Kabupaten Tegal
 Sebelah Timur : Kabupaten Tegal
 Sebelah Barat : Kabupaten
Brebes (lihat Gambar 3.1)

Kota Tegal memiliki luas wilayah yang relatif kecil, hanya sekitar 0,11% dari luas
Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2007
tentang Perubahan Batas Wilayah Kota Tegal dengan Kabupaten Brebes Provinsi Jawa
Tengah di Muara Kaligangsa, luas wilayah Kota Tegal menjadi 39, 68 Km² atau 3.968
Hektar. Secara administrasi wilayah Kota Tegal terbagi dalam 4 Kecamatan dan 27
Kelurahan. Penjabaran mengenai luas wilayah, banyaknya kelurahan, RT dan RW dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota III-


Laporan Akhir

Gambar 3. 1
Peta Wilayah Administrasi Kota Tegal

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota III-


Laporan

Tabel III. 1
Pembagian Wilayah Administrasi Kota Tegal Tahun 2015
No Kecamatan Kelurahan Luas (km2) RW RT
1 Kalinyamat Wetan 0,89 4 17
2 Bandung 0,59 5 22
3 Debong Kidul 0,35 4 20
4 Tunon 0,75 4 21
I Tegal Selatan 5 Keturen 0,62 3 17
6 Debong Kulon 0,74 4 18
7 Debong Tengah 1,11 6 35
8 Randugunting 1,38 12 89
Jumlah 6,43 42 239
1 Kejambon 0,86 6 43
2 Slerok 1,39 6 45
II Tegal Timur 3 Panggung 2,23 14 137
4 Mangunkusuman 0,47 4 42
5 Mintaragen 1,41 11 94
Jumlah 6,36 41 361
1 Pesurungan Kidul 0,72 2 14
2 Debong Lor 0,56 3 15
3 Kemandungan 0,56 3 13
III Tegal Barat 4 Pekauman 0,96 8 50
5 Kraton 1,23 8 65
6 Tegalsari 2,19 14 107
7 Muarareja 8,19 3 15
Jumlah 15,13 41 279
1 Kalingangsa 2,53 7 38
2 Kradon 1,20 4 22
3 Cabawan 1,28 4 17
IV Margadana 4 Margadana 2,41 11 49
5 Kalinyamat Kulon 1,52 4 27
6 Sumurpanggang 1,00 2 18
7 Pesurungan Lor 1,82 3 21
Jumlah 11,76 35 192
Total 39,68 159 1.071
Sumber: SIPD Kota Tegal, 2015

Kecamatan yang memiliki luas wilayah paling besar adalah Kecamatan Tegal
Barat (15,13 km2) dengan 7 kelurahan, disusul Kecamatan Margadana (11,76 km 2)
dengan jumlah 7 kelurahan, Kecamatan Tegal Selatan (6,43 km 2) dengan 8 kelurahan,
sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Tegal Timur
(6,36 km2) dengan jumlah 5 kelurahan.

Tegal Selatan; 16%


Margadana; 30%

Tegal Timur; 16%


Tegal Barat; 38%

Sumber: SIPD Kota Tegal, 2015


Gambar 3. 2
Presentase Luas Wilayah Kota Tegal

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota III-


Laporan

3.2 Kondisi Fisik Wilayah


3.2.1 Kondisi Topografi
Kondisi topografi dapat digambarkan melalui bentuk bentang alam, ketinggian
dan kemiringannya. Topografi Kota Tegal termasuk dalam kategori dataran rendah,
yaitu memiliki ketinggian antara 0-3 meter di atas permukaan air laut (dpal). Bentuk
topografi Kota Tegal dipengaruhi oleh tiga buah sungai besar, yaitu Ketiwon, Kemiri
dan Gangsa (dari Timur ke Barat). Oleh karena itu dijumpai “flood plain” (endapan di
sekitar muara sungai besar) sebagai berikut :
 Dengan elevasi maksimum +3.00 m, terdapat endapan flood plain Sungai
Gangsa yang membentuk wilayah di Kecamatan Margadana. Karena
rendahnya elevasi tanah, terutama di Utara jalan nasional, maka lahan yang
ada dipergunakan sebagai kawasan tambak sehingga airnya payau mudah
mengalir ke dalam tambak tersebut. Di selatan jalan negara terdapat tanah
yang relatif lebih tinggi sebagai kawasan permukiman, namun elevasinya
tetap berada di bawah tanggul Kali Gangsa.
 Di bagian Timur, terdapat lokasi yang elevasinya relatif lebih tinggi (maksimum
+3.00 m). Karena itu, pada belahan Timur Kota Tegal ini, banyak kawasan
permukiman (kota lama) dengan elevasi rendah di Sebelah Utara (dekat
Pantai Utara Jawa).
 Arah kemiringan topografi adalah dari Selatan ke Utara, elevasi muka tanah di
kaki tanggul dengan sungai tersebut berkisar antara 1 – 2 m. Keadaan tanah
yang datar ini menyebabkan Kota Tegal berdiri di atas daerah endapan yang
berasal dari pegunungan di sebelah Selatan kota.

3.2.2 Kondisi Geologi dan Jenis Tanah


Geologi permukaan adalah kondisi geologi tanah atau batu yang ada di
permukaan dan sebarannya baik lateral maupun vertikal hingga kedalaman batuan
dasar serta sifat-sifat keteknikan tanah atau batu tersebut, dalam kaitannya untuk
menunjang pengembangan kawasan. Salah satu hal yang mencerminkan kondisi
geologi permukaan yaitu jenis tanah yang membentuk kawasan. Jenis tanah
merupakan komponen yang cukup penting dalam menentukan kesesuaian fungsi
kegiatan. Hal ini terkait dengan tingkat kepekaan masing-masing jenis tanah terhadap
erosi.
Struktur tanah Kota Tegal pada umumnya terdiri atas tanah jenis aluvial
hydromof yang berasal dari endapan tanah liat bercampur dengan pasir, dengan
demikian sifat tanahnya agak sulit untuk diresapi air. Hanya pada bagian selatan Kota
Tegal, terdiri dari tanah jenis podsolik yang berwarna merah kekuning-kuningan dan
sangat lekat serta tanah erosi terhadap curah hujan yang berlebihan. Daerah
sepanjang sungai Gangsa merupakan tambak, struktur tanahnya terdiri atas jenis
agronosal dan humus. Jenis-jenis tanah yang terdapat di wilayah Kota Tegal selain
dominasi tanah alluvial, ada sebagian kecil jenis tanah latosol dan litasol.Tanah
alluvial, yaitu yang tanah beraneka sifatnya, berwarna kelabu, cokelat atau hitam,
produktivitasnya rendah sampai tinggi dan bisa digunakan untuk tanah pertanian
utama dan permukiman.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota III-


Laporan

3.2.3 Kondisi Klimatologi dan Curah Hujan


Klimatologi berhubungan dengan iklim yang merupakan rata-rata cuaca pada
waktu yang lama dalam wilayah yang cukup luas. Kota Tegal secara umum
dipengaruhi oleh zona iklim tropis kering yang sesuai dengan letak geografisnya.
Berdasarkan dibawah ini dapat dijelaskan bahwa temperatur udara minimum di Kota
Tegal mencapai 24,87 0C dan maksimum mencapai 31,500C dengan kelembaban
udara terendah mencapai 69,00% dan tertinggi mencapai 86,00%. Adapun curah
hujan terendah mencapai 1,00 mm/bulan dan tertinggi mencapai 439,80 mm/bulan
dengan kecepatan angin terendah mencapai 14,00 knot dan tertinggi mencapai 26,00
knot. Kondisi iklim yang ada di Kota Tegal di sepanjang tahun 2015 tidak berbeda
jauh dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2015, musim hujan di Kota Tegal
terjadi antara bulan Nopember hingga bulan Mei dan paling rendah pada bulan Juli.
Hal ini menunjukkan curah hujan di Kota Tegal per tahunnya relative rendah karena
letak wilayah berada pada kawasan pesisir.
Berikut adalah tabel banyaknya curah hujan di Kota Tegal Tahun 2015 :

Tabel III. 2
Keadaan Iklim Rata-Rata dari Tahun 2011-2015
Tahun
Keadaan Iklim Rata-Rata Satuan
2011 2012 2013 2014 2015

1. Suhu
a) Suhu Terendah °C 24,5 24,56 24,9 24.87 24.87
b) Suhu Tertinggi °C 31,2 31,49 31,7 31.50 31.50
2. Kelembaban Udara
a) Kelembaban Udara Terendah % 71 70 71 69 69
b) Kelembaban Udara Tertinggi % 85 85 86 86 86
3. Curah Hujan
a) Curah Hujan Terendah mm/bln 3 1 5 2 2
b) Curah Hujan Tertinggi mm/bln 450,2 341 459 439.8 439.8
4. Kecepatan Angin
a) Kecepatan Angin Terendah Knot 11 14 16 14 14
b) Kecepatan Angin Tertinggi Knot 25 23 38 26 26
Sumber: SIPD Kota Tegal, 2015

3.2.4 Kondisi Sumber Daya Air


Di wilayah Kota Tegal yang merupakan wilayah pesisir pantai utara Jawa, pada
musim kemarau beberapa wilayahnya mengalami kekeringan. Sedangkan banyak
musim penghujan beberapa wilayahnya mengalami bencana banjir. Air permukaan di
Kota Tegal pada umumnya berupa sungai yang mengalirkan air sepanjang tahun
maupun sungai dengan aliran air hanya pada periode tertentu (hanya pada musim
hujan) dan mata air. Terdapat 5 sungai yang mengalir di wilayah administratif Kota
Tegal. Kelima sungai tersebut yaitu Sungai Ketiwon, Sungai Gung, Sungai Gangsa,
Sungai Kemiri, dan Sungai Sibelis.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota III-


Laporan

3.3 Kondisi Guna Lahan


Pemanfaatan lahan di Kota Tegal terbagi atas lahan sawah dan lahan bukan
sawah, yang meliputi: bangunan dan pekarangan, tegalan/kebun, tambak dan lain-lain.
Luas lahan bukan sawah memiliki luas yang cukup besar dibandingkan dengan lahan
sawah, dengan pemanfaatan lahan terbesar adalah permukiman (44,14%). Prosentase
luas sawah irigasi cenderung menurun dibandingkan tahun sebelumnya akibat adanya
alih fungsi lahan menjadi bukan sawah. Kecamatan Tegal Barat menjadi salah satu
kecamatan yang memiliki luas lahan berupa bangunan dan pekarangan yang paling
luas di Kota Tegal, hal ini dikarenakan Kecamatan Tegal Barat merupakan pusat kota
yang sebagian besar terdiri dari kawasan perdagangan jasa dan pemukiman. Untuk
melihat pembagian dalam pemanfaatan lahan secara rinci dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel III. 3
Penggunaan Lahan Kota Tegal Tahun 2015
Penggunaan 2011 2012 2013 2014 2015
Lahan Ha % Ha % Ha % Ha % Ha %
Sawah 881.50 22.11 859.65 21.57 859.65 21.57 757.90 19.01 743.8 18.66
Ladang 42.57 1.07 42.57 1.07 42.57 1.07 42.57 1.07 42.57 1.07
Pemukiman 1,751.52 43.94 1,773.43 44.49 1773.43 44.49 1,773.43 44.49 1,759.31 44.14
Tambak 482.08 12.09 543.58 13.64 543.58 13.64 543.58 13.64 543.58 13.64
Usaha Lain 828.33 20.78 766.77 19.24 766.77 19.24 868.52 21.79 896.74 22.50
Jumlah 3,986.00 100.00 3,986.00 100.00 3,986.00 100.00 3,986.00 100.00 3,986.00 100.00

Sumber: SIPD Kota Tegal, 2015

Sawah Irigasi 19%


Usaha Lain 22%
Ladang 1%

Tambak Ikan
14%

Pemukiman
44%

Sumber: SIPD 2015


Gambar 3. 3
Presentase Penggunaan Lahan Kota Tegal

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota III-


Laporan Akhir

Gambar 3. 4
Peta Penggunaan Lahan Kota Tegal

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota III-


Laporan Akhir

3.4 Kondisi Kependudukan


Pertumbuhan penduduk merupakan besaran prosentase perubahan jumlah
penduduk di suatu wilayah tertentu pada kurun waktu tertentu dibandingkan dengan
jumlah penduduk pada waktu sebelumnya. Sumber mengenai kependudukan Kota
Tegal yang menjadi acuan data memperlihatkan adanya perubahan sumber dimana yang
semula mengacu pada Badan Pusat Statistik (2011-2012) sekarang mengacu pada
data yang
dimiliki oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tegal (2013-sekarang).
Penduduk Kota Tegal pada tahun 2015 mencapai 276.122 jiwa dengan rincian
penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 139.261 jiwa dan penduduk berjenis kelamin
perempuan sebanyak 136.861. Dengan kata lain penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih
banyak daripada perempuan dengan sex rasio sebesar 101,75%. Dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya, tren laju pertumbuhan penduduk Kota Tegal tahun 2015
tergolong positif bahkan mencapai 0,05%.

Tabel III. 4
Kondisi Kependudukan Kota Tegal Tahun 2015

Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kepadatan


Tahun Laki-Laki (jiwa)
(Jiwa) (Jiwa) Kelamin (%) (Jiwa/Km2)

2011 119.899 12.811 241.710 98,43 6.064


2012 156.002 152.356 308.358 102,39 7.736
2013 143.746 140.123 283.869 102,59 7.122
2014 139.342 136.640 275.982 101,98 6.924
2015 139.261 136.861 276.122 101,75 6.927
Sumber: SIPD Kota Tegal, 2015

400.000
300.000
200.000
100.000
0

2011 2012 2013 2014 2015

Sumber: SIPD Kota Tegal, 2011-2015


Gambar 3. 5.
Pertumbuhan dan Trend Jumlah Penduduk Kota Tegal Tahun 2011-2015

Kepadatan penduduk dapat diklasifikasikan menjadi kepadatan penduduk kotor dan


kepadatan penduduk bersih. Kepadatan penduduk kotor didefinisikan sebagai
perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah. Sedangkan kepadatan
penduduk bersih digambarkan dengan jumlah penduduk dibanding luas wilayah terbangun.
Kepadatan penduduk rata-rata di Kota Tegal pada tahun 2015 mencapai 6.927 jiwa/km2.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota III-


Laporan Akhir

Gambar 3. 6
Peta Kepadatan Penduduk Kota Tegal

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota III-


Laporan

3.5 Kondisi Sosial dan Kesehatan Masyarakat


Berdasar data SIPD Kota Tegal tahun 2015, didapatkan jumlah KK di Kota Tegal
pada tahun 2015 yakni 71.844 KK digolongkan menjadi 5 tingkat, yakni tingkat keluarga
prasejahtera yakni keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5
kebutuhan dasarnya (basic needs) hingga keluarga sejahtera tahap 3 plus yakni keluarga
yang secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan
bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materiil, Kepala Keluarga atau anggota
keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan/ yayasan/institusi masyarakat. Penduduk
Kota Tegal sebagian besar berada pada tahapan keluarga sejahtera tahap 1, tahap 2 dan
tahap 3 yag artinya kesejahteraan penduduk Kota Tegal rata-rata berada pada skala
menengah.
Tabel III. 5
Penduduk Kota Tegal Menurut Kesejahteraan
Keluarga Menurut Tingkat
Kesejahteraan Satuan 2011 2012 2013 2014 2015
1. Keluarga Prasejahtera KK 8.557 7.816 8.773 8.375 8.752
2. Keluarga Sejahtera Tahap 1 KK 18.343 18.269 18.817 19.030 19.277
3. Keluarga Sejahtera Tahap 2 KK 22.399 21.338 21.669 21.892 22.086
4. Keluarga Sejahtera Tahap 3 KK 17.728 17.052 17.028 17.028 18.209
5. Keluarga Sejahtera Tahap 3 Plus KK 2.706 2.694 3.150 3.150 3.520
Jumlah KK 69.733 67.169 69.437 69.475 71.844

Sumber: SIPD Kota Tegal, 2015

Jumlah penduduk bekerja dikategorisasikan menurut lapangan usaha yang meliputi


Pertanian, Kehutanan, Perkebunan dan Perikanan, Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan
Air, Bangunan, Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel, Angkutan,
Penggudangan dan Komunikasi, Keuangan, Asuransi, Usaha Sewa Bangunan, Tanah dan
Jasa Perusahaan dan Jasa Kemasyarakatan. Untuk mengetahui persentase jumlah
penduduk menurut mata pencaharian di Kota Tegal dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel III. 6
Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha
Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Lapangan
Usaha 2011 2012 2013 2014 2015
1. Pertanian, Kehutanan, Perkebunan dan Perikanan 19.592 19.649 9.063 9.974 9.974
2. Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0 0
3. Industri Pengolahan 17.055 19,877 16,694 17 17
4. Listrik, Gas dan Air 301 526 540 540
5. Bangunan 14.311 14.353 390 426 426
6. Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan
Hotel 24.902 24.975 19.425 20.530 20.530
7. Angkutan, Penggudangan dan Komunikasi 5.396 5.412 461 493 493
8. Keuangan, Asuransi, Usaha Sewa Bangunan, Tanah
dan Jasa Perusahaan 0 2345 1 1 1
9. Jasa Kemasyarakatan 29.819 29.906 21.467 933 933
Sumber: SIPD Kota Tegal, 2015

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota III-


Laporan

Kondisi sosial masyarakat Kota Tegal diantaranya ditunjukkan dengan kondisi mata
pencaharian penduduknya. Upah Minimum Kota (UMK) Kota Tegal untuk tahun 2016 yang
disahkan oleh Gubernur Jawa Tengah berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 560/66
Tahun 2015 yaitu Rp 1.385.000,- Jumlah UMK ini mengalami kenaikan sebesar jika
dibandingkan dengan UMK tahun 2015 yang berjumlah Rp 1.206.000,-. Sebagai salah satu
kota besar di Jawa Tengah, UMK yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk Kota Tegal relatif
lebih kecil jika dibandingkan dengan kota-kota lain.
Berkaitan dengan kondisi kesehatan masyarakat, memerangi penyakit menular
merupakan program ketiga dari MDGs bidang kesehatan. TBC dan DBD merupakan salah
satu penyakit yang mudah menular namun hingga saat ini penderitanya selalu ada dari
tahun ke tahun bahkan hingga menelan korban jiwa. Demam Berdarah Dengue sendiri
seperti menjadi penyakit musiman yang melanda sejumlah wilayah. Di bawah ini
merupakan data tentang cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit.

Tabel III. 7
Jumlah Penderita Penyakit Tertentu di Kota Tegal Tahun 2015
Cakupan penemuan dan
2011 2012 2013 2014 2015
penanganan penderita
penyakit:
TBC BTA
1). Jumlah Penderita Baru TBC BTA
Orang 51 53 82 57 44
Yang Ditemukan dan Diobati
2). Jumlah Perkiraan Penderita Baru TBC BTA Orang 272 272 272 262 94
DBD
1). Jumlah Penderita Baru DBD Yang
Orang 31 14 68 75 57
Ditangani sesuai SOP

2). Jumlah Penderita Baru DBD Yang Ditemukan Orang 31 14 12 86 86

Acute Flacid Paraly


1). Jumlah Penderita Baru Acute Flacid
Orang 3 5 6 3 1
Paraly Yang Ditemukan dan Diobati

2). Jumlah Perkiraan Penderita Baru Acute


Orang 3 3 2 2 4
Flacid Paraly
Sumber: SIPD Kota Tegal, 2015

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota III-


Laporan
160
140
120 Jumlah Penderita
100 Baru Acute Flacid Paraly
80 Jumlah Penderita Baru DBD
60
40
20
0
Jumlah Penderita
Baru TBC BTA

20112012201320142015

Sumber: SIPD Kota Tegal, 2015


Gambar 3. 7
Grafik Kasus Penyakit Tertentu Kota Tegal Tahun 2011-2015

3.6 Kondisi Perekonomian


Perekonomian merupakan faktor penting yang turut menentukan perkembangan
kota, karena perkembangan suatu kota menuju tingkat yang lebih lanjut dapat dilihat dari
intensitas dan jenis kegiatan ekonomi di dalamnya. Semakin tinggi tingkat aktivitas suatu
daerah, maka semakin tinggi pula intensitas kegiatan ekonomi di dalamnya, yang berarti
juga tingginya tingkat perputaran uang di dalam daerah tersebut. Kondisi perekonomian
salah satunya dapat dilihat dari nilai PDRB wilayah tersebut. Secara matematis PDRB
adalah komulatif nilai tambah Bruto dari seluruh sektor lapangan usaha. Namun dari
hitungan- hitungan tersebut PDRB dapat diartikan sebagai kemampuan suatu wilayah
untuk menghasilkan barang dan jasa dari seluruh kegiatan ekonomi yang ada. Karenanya
PDRB dapat mencerminkan perekonomian suatu wilayah serta produktivitas per
komoditinya berperan membangun perekonomian suatu daerah. Struktur perekonomian
suatu daerah dipengaruhi oleh besarnya distribusi sektor ekonomi yang dominan
(kontribusi > 10 persen), hal tersebut dapat berarti bahwa selama ini sektor-sektor
tersebut yang menjadi motor penggerak perekonomian suatu daerah. Sedangkan bila
dilihat dari pertumbuhan sektoral ada 4 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
yaitu jumlah penduduk, jumlah stok barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, dan
tingkat teknologi yang digunakan. Struktur perekonomian Kota Tegal dapat dilihat dari
sektor-sektor yang mempengaruhi kondisi perekonomian.
Selanjutnya untuk nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sementara atas
dasar harga konstan untuk saat ini masih mengacu pada data tahun 2014 dimana
menurut sektor lapangan usaha sebesar Rp 3.729.939.570,-. Berbagai sektor lapangan
usaha tersebut meliputi (1) pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan, (2) industri
pengolahan (migas dan non migas), (3) listrik, gas, dan air bersih, (4) bangunan, (5)
perdagangan, hotel, dan restoran, (6) pengangkutan dan komunikasi, (7) keuangan, real
estate, dan jasa perusahaan, (8) jasa-jasa lainnya. Secara terperinci perbandingan nilai
PDRB dari tahun ke tahun per sektornya dapat dilihat dari gambar berikut ini

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota III-


Laporan

800.000,00
700.000,00
600.000,00
nilai PDRB (dalam juta) 500.000,00
Pertanian, Peternakan, Kehutanan,
dan Perikanan

400.000,00 Industri Pengolahan (migas dan


non migas)
300.000,00 Listrik, Gas dan Air Bersih
200.000,00
100.000,00Bangunan
0,00
2011201220132014
Tahun

Sumber: SIPD Kota Tegal, 2015


Gambar 3. 8
Nilai PDRB Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan,
Sektor Industri Pengolahan Migas Dan Non Migas, Sektor Listrik, Gas ,dan Air Bersih,
Serta Sektor Bangunan di Kota Tegal

1.000.000,00
900.000,00
800.000,00
700.000,00
nilai PDRB (dalam juta)

600.000,00
Perdagangan, Hotel dan
500.000,00
Restoran
400.000,00
Pengangkutan dan Komunikasi
300.000,00
200.000,00
100.000,00 Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan
0,00 Jasa-Jasa

2011201220132014
Tahun

Sumber: SIPD Kota Tegal, 2015


Gambar 3. 9
Nilai PDRB Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi, Sektor Keungan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan, dan Sektor Jasa-Jasa

Berdasarkan data PDRB Kota Tegal Atas Dasar Harga Konstan beberapa tahun
terakhir nilainya terus meningkat. Berdasarkan lapangan usaha hampir seluruh sektor
pembentuk PDRB konsisten meningkat, kecuali sektor pertanian dan jasa-jasa yang
cenderung menurun. Dari sisi nilai terbesar maka sektor perdagangan, hotel dan

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota III-


Laporan

restoran serta sektor industri pengolahan memiliki nilai terbesar. Hal ini sesuai dengan
karakteristik kota yang lebih ditopang oleh sektor sekunder dan tersier. Kota Tegal
yang memiliki lokasi strategis yang menghubungkan kota-kota besar baik di Jawa
Tengah, Jawa Barat maupun DKI Jakarta merupakan salah satu pusat perdagangan
dan jasa.
Dari sisi kontribusi, selama kurun waktu lima tahun terakhir, sektor ekonomi
yang berkontribusi positif dengan jumlah yang tergolong besar terhadap nilai PDRB
adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, industri pengolahan, angkutan dan
komunikasi. Sementara itu sektor ekonomi mempunyai nilai PDRB terendah adalah
sektor listrik, air minum, dan pertanian. Kenaikan PDRB dari sisi permintaan lebih
banyak dari sisi konsumsi. Seperti yang digambarkan pada diagram di atas terdapat
kecenderungan kenaikan nilai PDRB sari sisi penawaran atau menurut lapangan usaha
lebih banyak ditopang oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, pertanian, serta
jasa-jasa dan industri pengolahan yang merupakan empat sektor utama.

3.7 Kondisi Sarana dan Prasarana


3.7.1 Kondisi Jalan Kota Tegal
Posisi Kota Tegal ini sangat strategis, karena berada di pertigaan jalur jalan
antarkota besar Purwokerto – Tegal – Jakarta dan Semarang – Tegal – Jakarta.
Berdasarkan kategorisasi kelas jalan, Kota Tegal memiliki sekitar 12.905 km jalan nasional
dan 229.850 km jalan kota. Panjang jalan ini belum berubah sejak kurun waktu lima tahun
terakhir. Namun untuk kondisi jalan yang ada di Kota Tegal, sedikit demi sedikit mengalami
peningkatan kualitas. Hal ini terlihat dari panjang jalan yang telah diaspal sebanyak
211.481 km, sedangkan jalan yang masih kerikil hanya sekitar 0,30 km. Beberapa bulan
terakhir sendiri, jalan Kota Tegal dilakukan upaya pembetonan supaya kualitas jalan lebih
baik mengingat Jalan Kota Tegal merupakan salah satu jalur utama untuk angkutan logistik
barang dan juga manusia. Berdasarkan data terakhir, kondisi jalan yang masih baik
panjangnya meningkat menjadi 170.300, sedangkan yang rusak sedang dan rusak berat
berkurang menjadi 10.914 km dan 11.278 km.
Panjang jalan berdasarkan fungsi terdiri dari 12.905 km arteri dan 229.850 km
kolektor. Jalan arteri primer adalah jalan yang menghubungkan antar pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan local atau daerah. Jalan arteri primer dengan status jalan
nasional merupakan jalan arteri dalam skala wilayah tingkat nasional yang meliputi, Jalan
Martoloyo – Jalan Yos Sudarso, Jalan MT Haryono – Jalan Gajah Mada, Jalan Mayjen
Sutoyo
– Jalan Kolonel Sugiono, dan Jalan Dr Wahidin Sudiro Husodo – Jalan Dr Dipto
Mangunkusumo.
Jalan Kolektor Primer adalah jalan kolektor dalam skala wilayah. Jalan kolektor
primer status jalan nasional antara lain Jalan Jenderal Sudirman, Jalan AR. Hakim – Jalan
Sultan Agung dan Jalan KS Tubun.Sedangkan jalan kolektor sekunder adalah jalan yang
menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua ataupun
ketiga. Jalan kolektor sekunder dengan status jalan kota yaitu Jalan Kapten Sudibyo.
Jalan Kota lainnya antara lain jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Blanak – Jalan
Brawijaya, Jalan RA Kartini – Jalan Menteri Supeno, Jalan HOS Cokroaminoto, Jalan

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota III-


Laporan
Pancasila – Jalan KH Mansyur – Jalan KH Wahid Hasyim, Jalan Brigjen Katamso – Jalan

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota III-


Laporan

Kapten Ismail – Jalan Dr Sutomo – Jalan Hangtuah – Jalan Letjen Suprapto , Jalan DI
Pandjaitan, Jalan S. Parman, Jalan Sultan Hasanudin – Jalan Teuku Cik Di Tiro, Jalan Ki
Hajar Dewantoro, Jalan Semeru – Jalan Kolonel Sugiarto, Jalan Hanoman, Jalan Veteran –
Jalan A.Yani, Jalan P. Diponegoro, Jalan Yos Sudarso – Jalan Kapten Pierre Tendean, Jalan
Mataram, Jalan Sumbodro – Jalan Arjuna, Jalan Teuku Umar dan Jalan Kompol Suprapto.

Tabel III. 8
Kategorisasi Jalan di Kota Tegal Tahun 2011-2015
Kategorisasi Jalan Ukuran 2011 2012 2013 2014 2015
I. Panjang Jalan Berdasarkan Kelas *
1. Jalan Nasional Km 12,905 12,905 12,905 12.905 12.905
3. Jalan Kabupaten/Kota Km 229,850 229,850 229,850 229,850 229,850
II. Kondisi Jalan *
1. Aspal Km 203,175 208,512 211.692 214.037 211.481
2. Kerikil Km 2.887 2.887 0,30 0,30 0,30
3. Tanah Km 11,238 10,373 9.923 9.723 8.623
III. Panjang Jalan Berdasarkan Kondisi *
1. Jalan Baik Km 152,817 161,236 169,913 165,002 170,300
2. Jalan Rusak Ringan Km 14,017 16,857 13,500 20,126 10,914
3. Jalan Rusak Berat Km 25,490 24,188 18,378 20,984 11,278
VI. Panjang Jalan Berdasarkan Fungsi *
1. Arteri Km 12,905 12,905 12,905 10,670 10,670
2. Kolektor Km 202,965 229,850 229,850 4,897 4,897
Sumber: SIPD Kota Tegal, 2015

3.7.2 Kondisi Sarana Pendidikan


Dari segi diversifikasi dan tingkatan sekolah yang ada, Kota Tegal tergolong cukup
lengkap. Tegal memiliki lembaga pendidikan dari PAUD hingga Perguruan Tinggi, baik
negeri maupun swasta, baik sekolah biasa hingga sekolah berbasis agama. Secara rinci
jumlah sekolah yang ada di Kota Tegal terangkum dalam tabel di bawah ini.Untuk jenjang
pendidikan perguruan tinggi, Kota Tegal memiliki Universitas Pancasakti (UPS) dan
beberapa akademi lain yang telah terakreditasi.

Tabel III. 9
Jumlah Sarana Pendidikan Kota Tegal Tahun 2015
Jenis Sekolah 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Sekolah Nasional
Taman Kanak-Kanak (TK)
1. Negeri 3 3 3 2 3
2. Swasta 68 68 75 50 66
Sekolah Luar Biasa (SLB)
1. Negeri 1 1 1 1 1
Sekolah Dasar (SD)

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota III-


Laporan

Jenis Sekolah 2011 2012 2013 2014 2015


1. Negeri 122 122 122 122 122
2. Swasta 16 16 16 16 18
Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SMP)
1. Negeri 20 20 20 20 18
2. Swasta 10 10 11 15 12
Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SMA)
1. Negeri 5 5 5 5 5
2. Swasta 6 6 6 7 12
Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SMK)
1. Negeri 0 0 0 3 3
2.Swasta 0 0 0 17 17
Perguruan Tinggi (PT)
1. Negeri 1 1 1 1 1
2. Swasta 4 4 4 4 4
Lembaga Pendidikan Ketrampilan 31 40 40 40 25
Sekolah Menengah Kejuruan 20 20 20 20 20
Akademi atau Program Diploma 1 1 1 1 1
Jumlah Sekolah/Perguruan Agama
Madrasah Ibtidaiyah (MI)
1. Swasta 15 17 17 17 17
Madrasah Tsanawiyah (MTs)
1. Negeri 1 1 1 1 1
2. Swasta 3 3 4 4 4
Madrasah Aliyah (MA)
1. Negeri 1 1 1 1 1
Jumlah Kelas
1). TK dan Sejenisnya 304 315 142 71 952
2). SD dan Sejenisnya 985 991 1,014 1,000 468
3). SMP dan Sejenisnya 453 473 424 369 463
4). SMA dan Sejenisnya 223 205 208 118 0
5). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 261 280 302 191 0
Sumber: SIPD Kota Tegal, 2015

3.7.3 Kondisi Sarana Kesehatan


Dengan meningkatnya pelayanan kesehatan, pemerintah berupaya meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Karena kesehatan merupakan salah satu tiang utama dalam
usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia maupun kesejahteraan masyarakat.
Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang representative menjadi salah satu acuan
kesuksesan pelayanan kesehatan masyarakat Kota Tegal. Pada tahun 2015 tersedia 199
unit Posyandu Terdaftar, 8 unit Puskesmas Induk, 21 Unit Puskesmas Pembantu, 1 Unit
Rumah Sakit Umum Daerah tipe B, 1 unit Rumah Sakit Umum tipe C, 1 unit Rumah Sakit

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota III-


Laporan

Khusus (Rumah Sakit Bersalin), serta 393 unit klinik/praktik dokter yang tersebar di seluruh
wilayah Kota Tegal.
Tabel III. 10
Jumlah Sarana Kesehatan Kota Tegal

Sarana Kesehatan Satuan 2011 2012 2013 2014 2015

1. Posyandu Unit 194 194 197 195 199

2. Puskesmas

a). Induk Unit 4 8 8 8 8

b). Pembantu Unit 21 21 21 21 21

c). Poliklinik Unit 2 2 0 0 0

3. Rumah Sakit Umum Daerah Tipe B Unit 1 1 1 1 1

4. Rumah Sakit Umum Swasta

a). Tipe B Unit 1 1 1 1 1

b). Tipe C Unit 1 1 1 1 1

5. Rumah Sakit Bersalin Unit 1 1 1 1 1

6. Klinik/Praktek Dokter Unit 271 280 249 249 393


Sumber: SIPD Kota Tegal, 2015
3.7.4 Kondisi Kawasan Industri, Perdagangan dan Jasa
Industri di Kota Tegal perkembangan aktivitasnya sangat fluktuatif, ada yang terus
mengalami peningkatan baik dari segi jumlah unit usaha, jumlah tenaga kerja, dan nilai
produksinya, namun ada pula yang mengalami penurunan. Kegiatan industri sendiri pada
dasarnya dibedakan menjadi tiga kelompok berdasarkan skala, yaitu industri besar, industri
menengah, industri kecil, dan industri rumah tangga. Berikut ini merupakan data lengkap
mengenai industri yang ada di Kota Tegal.
Tabel III. 11
Industri Kota Tegal berdasarkan Skala

Skala Industri 2011 2012 2013 2014 2015


1. Industri Kecil
1). Unit Kerja 3615 3795 4018 4082 2897
2). Tenaga Kerja 14272 14.803 14.981 15.160 13,958
3). Nilai Produksi 110451 120.649 126.320 132.004 1,188,570
4). Jumlah Industri Kecil 2,457 2,857 2,909 2,947 2,817
2. Industri Menengah
1). Unit Kerja 0 0 0 0 43
2). Tenaga Kerja 0 0 0 0 1.107
3). Nilai Produksi 0 0 0 0 0

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota III-


Laporan

Skala Industri 2011 2012 2013 2014 2015


4). Jumlah Industri Menengah 0 0 0 0 43
3. Industri Besar
1). Unit Kerja 42 43 45 46 9
2). Tenaga Kerja 4.360 4.535 4.634 4.733 3.158
3). Nilai Produksi 219.400 230.966 236.047 241.122 241.122
4. Industri Rumah Tangga
1). Jumlah Unit Usaha 237 272 307 340 340
2). Jumlah Tenaga Kerja 503 605 683 761 761
Sumber : Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian, dan Perdagangan Kota
Tegal

Berdasarkan tabel di atas kita bisa melihat bahwa pada tahun 2015 jumlah
industri kecil dan industri besar yang ada di Kota Tegal mengalami penurunan, namun
di sisi lain industri dengan skala menengah mulai bangkit dan menggeliat dan bahkan
jumlahnya mencapai 43 unit kerja. Sedangkan untuk jumlah industri rumah tangga
jumlah masih sama seperti pada tahun 2014.
Sebagian besar kegiatan sektor ekonomi yang ada di Kota Tegal didominasi oleh
aktivitas di sektor perdagangan dan jasa Sarana perdagangan yang ada di Kota Tegal
meliputi Pasar Tradisional sebanyak 13 buah, pasar swalayan/supermarket/toserba
sebanyak 16 buah, mall/plaza sebanyak 3 buah, dan pertokoan/warung/kios sebanyak
3.411 buah. Dengan kata lain sarana perdagangan yang ada di Kota Tegal cukup
lengkap dan beragam bila dibandingkan dengan kota-kota lain di sekitar Pantura Jawa
Tengah.
Pusat perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri atas satu atau
beberapa bangunan yang didirikan secara vertical maupun horizontal yang dijual atau
disewakan kepada para pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan
perdagangan barang. Sedangkan yang dimaksud toko modern adalah toko dengan
sistem pembayaran mandiri, yang menjual berbagai jenis barang secara eceran
berbentuk minimarket, supermarket, department store, hypermarket ataupun grosir
yang berbentuk perkulakan. Kemudian untuk pasar tradisional memiliki pengertian
yaitu pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta,
BUMN, BUMD termasuk kerjasama dengan swasta dimana tempat usahanya berupa
toko, kios, los atau tenda yang dimiliki maupun dikelola oleh pedangan kecil, menegah,
swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha kecil, modal kecil, dan dengan
proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Pasar tradisional yang ada di
Kota Tegal antara lain :
1. Pasar Pagi di Kelurahan Mangkukusuman
2. Pasar Malam di Kelurahan Panggung
3. Pasar Beras di Kelurahan Mintaragen
4. Pasar Langon di Kelurahan Slerok
5. Pasar Kejambon di Kelurahan Kejambon
6. Pasar Randugunting di Kelurahan Randugunting

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota III-


Laporan

7. Pasar Martoloyo di Kelurahan Panggung


8. Pasar Bandung di Kelurahan Bandung
9. Pasar Sumurpanggang di Kelurahan Sumurpanggang
10. Pasar Krandon di Kelurahan Krandon
11. Pasar Karangdawa di Kelurahan Mangkukusuman
12. Pasar Cinde di Kelurahan Kraton
13. Pasar Muaraanyar di Kelurahan Muarareja
Pemerintah Kota Tegal terus mengupayakan peningkatan kondisi pasar dari waktu
ke waktu demi kenyamanan bersama baik para penjual maupun para pembeli. Secara garis
besar, pasar tradisional yang ada di Kota Tegal terbagi menjadi dua kondisi yaitu dengan
bangunan permanen/semi permanen yaitu sebanyak 13 buah dan tanpa bangunan
permanen yaitu sebanyak 6 buah.

Tabel III. 12
Sarana Perdagangan Kota Tegal
Satua
Sarana Perdagangan n 2011 2012 2013 2014 2015
1. Pasar Tradisional Buah 12 13 13 13 13
2. Pasar Swalayan
/Supermarket/Toserba Buah 14 14 16 16 16
3. Hipermarket Buah 0 0 0 0 1
4. Mal/Plaza Buah 5 5 5 3 3
5. Pertokoan/Warung/Kios Buah 2.377 2.660 2.793 3.411 3.411
6. Restoran Unit 19 19 21 21 21
7. Rumah Makan Unit 170 196 212 212 212
8. Pasar
a) Pasar Bangunan
Permanen/Semi Permanen Buah 10 10 10 10 13
b) Pasar Tanpa Bangunan
Permanen/Semi Permanen Buah 6 6 6 6 6
c) Pusat Perdagangan Unit 5 5 5 5 5
Sumber: SIPD Kota Tegal, 2015

Tabel III. 13
Jumlah Hotel di Kota Tegal

Jumlah Hotel Satuan 2011 2012 2013 2014 2015

1. Hotel Bintang Lima Buah 0 0 0 0 0

2. Hotel Bintang Empat Buah 0 0 0 0 0

3. Hotel Bintang Tiga Buah 4 4 4 4 4

4. Hotel Bintang Dua Buah 1 1 1 2 1

5. Hotel Bintang Satu Buah 2 2 2 1 2

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota III-


Laporan

Jumlah Hotel Satuan 2011 2012 2013 2014 2015

6. Hotel Non Bintang Buah 17 17 17 17 17

Jumlah Buah 24 24 24 24 24
Sumber: SIPD Kota Tegal, 2015

Letak Kota Tegal yang strategis, yaitu berada pada jalur pertigaan kota besar
menuju Semarang, Purwokerto dan Jakarta, cenderung digunakan sebagai kota transit
yang sangat menguntungkan bagi sektor jasa seperti hotel dan restoran. Untuk memenuhi
kebutuhan penginapan bagi pengunjung tersedia berbagai macam hotel yang bisa
disesuaikan dengan kebutuhan. Pada tahun 2015 tercatat ada 24 hotel yang ada di Kota
Tegal terdiri atas empat buah hotel bintang dua, 1 buah hotel bintang dua, 2 buah hotel
bintang satu, dan 17 hotel non bintang.

3.7.5 Kondisi Perumahan dan Permukiman Penduduk


Pengembangan kawasan perumahan di Kota Tegal diklasifikasikan berdasarkan
tingkat kepadatan, yaitu tinggi, sedang dan rendah dengan pola sebaran sebagai berikut:
 Kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi tersebar di Kelurahan
Kraton, Kelurahan Pekauman, Kelurahan Mangkukusuman, Kelurahan
Randugunting, Kelurahan Kejambon, dan Kelurahan Tegalsari.
 Kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan sedang tersebar di Kelurahan
Slerok, Kelurahan Mintaragen, Kelurahan Pesurungan Kidul, Kelurahan
Kemandungan, Kelurahan Kaligangsa, Kelurahan Cabawan, Kelurahan Debong
Kidul, Kelurahan Debong Tengah, Kelurahan Sumurpanggang, Kelurahan
Debong Lor, Kelurahan Debong Kulon, Kelurahan Bandung, Kelurahan Tunon,
Kelurahan Kalinyamat Wetan, Kelurahan Kalinyamat Kulon, Kelurahan Keturen,
dan Kelurahan Panggung.
 Kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan rendah tersebar di Kelurahan
Pesurungan Lor, Kelurahan Muarareja, Kelurahan Margadana, Kelurahan
Krandon.
Status Kepemilikan rumah di Kota Tegal meliputi rumah milik sendiri dan rumah
sewa. Pada tahun 2015 ini, kepemilikan rumah milik sendiri mencapai 64.607 unit. Jika
dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu sebanyak 53.381 unit, maka terjadi peningkatan
sekitar 21%. Tidak mengherankan jika banyak lahan kosong yang ada di Kota Tegal beralih
fungsi menjadi perumahan. Sedangkan untuk jumlah rumah sewa di Kota Tegal mencapai
1.007 unit. Kebutuhan akan rumah sendiri pada tahun 2015 cenderung tetap yaitu 65.614
unit. Jika dibandingkan dengan jumlah kepemilikan rumah milik sendiri, maka ada KK yang
memiliki rumah lebih dari 1 unit di Kota Tegal.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota III-


Laporan

Tabel III. 14
Jumlah Rumah Berdasar Kondisi Fisik Bangunan di Kota Tegal
Jumlah Rumah Berdasarkan Kondisi Fisik
Satuan 2011 2012 2013 2014 2015
Bangunan
1). Jumlah Rumah Bangunan Permanen Unit 52.977 52.977 53.381 53.381 59.056
2). Jumlah Rumah Semi Permanen Unit 0 0 0 0 5.480
3). Jumlah Rumah Non Permanen Unit 0 0 0 0 1.078
Jumlah Rumah Unit 52.977 52.977 53.381 53.381 65.614
Sumber: SIPD Kota Tegal, 2015

Secara global, pembangunan perumahan dan pemukiman di empat Kecamatan Kota


Tegal dapat dikatakan cukup merata bahkan trennya cenderung positif dari tahun ke
tahun. Kondisi fisik rumah masyarakat Tegal dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Jumlah Rumah Jumlah Rumah


Semi Permanen 8% Non Permanen 2%

Jumlah Rumah
Bangunan Permanen 90%

Sumber : SIPD Kota Tegal, 2015


Gambar 3. 4 Kondisi Fisik Bangunan Rumah Di Kota Tegal Tahun 2015

Jumlah rumah dengan bangunan permanen di Kota Tegal pada tahun 2015 mencapai
59.056 unit atau 90% dari jumlah total rumah yang ada, sedangkan terdapat 5.480 rumah
semi permanen yang ada di Kota Tegal yang jika dilihat secara presentase mencapai 8%.
Sedangkan untuk jumlah rumah non permanen ada sekitar 1.078 unit atau 2% dari
keseluruhan unit yang ada.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota III-


Laporan Akhir

4 EVALUASI SISTEM EKSISTING DAN PERMASALAHAN PENGELO


BAB IV EVALUASI SISTEM EKSISTING
PENGELOLAAN
SAMPAH KOTA TEGAL

4.1 Aspek Teknis Pengelolaan Sampah


4.1.1 Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sampah
Gambaran tentang Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sampah Kota Tegal
aktual terkini dapat diketahui dari hasil Survey Timbulan Sampah Kota Tegal Tahun
2016. Survey Timbulan Sampah ini secara teknis dilakukan mengacu ketentuan SNI 19-
3964-1994 mengenai Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan
Komposisi Sampah Perkotaan. Laporan tentang Kegiatan Survey Timbulan Sampah Kota
Tegal yang dilaksanakan pada bulan Juni 2016 dapat dilihat pada dokumen terlampir,
sementara kesimpulan hasil survey ini secara umum adalah sebagai berikut di bawah
ini:
Tabel IV. 1
Rerata Timbulan Sampah per Jenis Sumber Sampah
RERATA
RERATA
NO KOMPONEN SUMBER SAMPAH SATUAN VOLUME
BERAT (kg/hr)
(Ltr/hr)
1 Domestik / Rumah tangga per rumah tangga 8,10 2,00
2 Non-Domestik:
a. Toko per unit toko 13,30 2,78
b. Warung per unit warung 6,90 2,05
c. Kantor per unit kantor 16,70 3,10
d. Fasilitas kesehatan pustu, puskesmas, per unit fasilitas
12,80 2,23
klinik (non-rawat inap)
Sumber: Survey timbulan sampah (Juni 2016)

Dari tabel di atas diketahui bahwa rata-rata timbulan sampah rumah tangga di
Kota Tegal adalah 8,1 lt/hr atau 2 kg/hr. Dapat diketahui pula rerata timbulan sampah
non-domestik berupa toko 13,3 lt/hr (2,78 kg/hr), warung 6,9 lt/hr (2,05 kg/hr), kantor
16,7 lt/hr (3,1 kg/hr) dan fasilitas kesehatan non rawat inap 12,8 lt/hr (2,23 kg/hr).
Mengacu Tabel IV.1 di atas dapat dihitung total timbulan sampah di Kota Tegal
sebagaimana diuraikan pada Tabel IV.2. Beberapa sumber sampah yang tidak diketahui
melalui survey timbulan mengacu standard dan studi terkait.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan Akhir

Tabel IV. 2
Perhitungan Timbulan Sampah Kota Tegal
RERATA Timbulan
N Persen-
KOMPONEN SUMBER SAMPAH SATUAN TIMBULA Sumber/Asumsi Jumlah total
O tase
N (Ltr/hr) (m3/hr)

A DOMESTIK 530,66 53,7%


1 Perumahan per rumah 8,10 Survey timbulan sampah (Juni 2016) 65.514 530,66 53,7%
B NON-DOMESTIK 458,12 46,3%
1 Toko per unit toko 13,30 Survey timbulan sampah (Juni 2016) 3.411 45,37 4,6%
2 Warung per unit warung 6,90 Survey timbulan sampah (Juni 2016) 2.822 19,47 2,0%
3 Kantor per unit kantor 16,70 Survey timbulan sampah (Juni 2016) 299 4,99 0,5%
Fasilitas kesehatan pustu,
puskesmas, klinik (non-
4 rawat inap) per unit fasilitas 12,80 Survey timbulan sampah (Juni 2016) 208 2,66 0,3%
5 Rumah makan/restoran per unit fasilitas 356,30 Damanhuri dan Padmi (2010) 233 83,02 8,4%
Asumsi 80% rerata volume sampah
6 Fasilitas kesehatan Rumah Sakit per unit fasilitas 4.800,00 kontainer RSU Kardinah & RSI Harapan 4 19,20 1,9%
Anda
Asumsi 80% rerata volume sampah
7 Pasar per unit pasar 10.200,00 kontainer pada 8 pasar di Kota Tegal 13 132,60 13,4%
Mal, department store, Asumsi 80% rerata volume sampah
8 pusat perbelanjaan per unit fasilitas 8.000,00 kontainer Mal Pacific 5 40,00 4,0%
Asumsi 20% rerata volume sampah
9 Hotel per unit hotel 2.667,00 kontainer 3 hotel di Kota Tegal 24 64,01 6,5%
Fasilitas transportasi (terminal, Asumsi 60% rerata volume sampah
10 pelabuhan, stasiun) per unit fasilitas 3.900,00 kontainer terminal dan pelabuhan 4 15,60 1,6%
11 Sekolah liter/orang/hari 0,10 Standar SNI 0,1 ltr/org/hr 80.549 8,05 0,8%
per m2
12 Industri bangunan 0,01 Faudhilah (2012) 1.035.900 10,36 1,0%
Sampah penyapuan jalan per km SNI 19-3983-1995; diasumsikan setara jalan
13 nasional panjang jalan 100,00 arteri dan kolektor sekunder 12,905 1,29 0,1%
per km SNI 19-3983-1995; diasumsikan setara jalan
14 Sampah penyapuan jalan kota panjang jalan 50,00 lokal sekunder 229,850 11,49 1,2%
TOTAL 988,78 100,0%
Sumber: Perhitungan konsultan, 2016.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Dari Table IV.2 diketahui bahwa produksi sampah di Kota Tegal keseluruhan
adalah sekitar 988,78 m3/hari, dengan sumber yang paling besar adalah dari sampah
domestic atau rumah tangga sekitar 54% diikuti sampah pasar sekitar 13%, sampah
rumah makan/restoran 8%, sampah hotel/penginapan sekitar 6%, sampah toko 5%,
sampah pusat perbelanjaan/mal sekitar 4% serta sampah warung dan rumah sakit
masing-masing 2%. Jika digolongkan menjadi dua, yaitu sampah domestic dan non-
domestik diketahui bahwa :
 produksi sampah domestic mencapai sekitar 54% ; dan
 produksi sampah non-domestik mencapai sekitar 46%.
Sementara itu dilihat dari komposisi atau karakteristik / jenis sampahnya
diketahui bahwa sampah domestic atau rumah tangga didominasi sampah organic
(65%) disusul jenis sampah plastic/karet (17%), kertas (9%), kain/tekstil/bahan kulit
(7%), kaca/gelas/keramik (2%) dan logam (1%). Sampah non-domestic didominasi
sampah organic (69%) disusul jenis kertas (16%), sampah plastic/karet (12%),
kain/tekstil/bahan kulit (1%), dan kaca/gelas/keramik (1%). Data komposisi sampah
selengkapnya dapat dilihat pada table dan gambar di bawah ini. Atau secara
keseluruhan, komposisi sampah kota didominasi sampah organic (67%) disusul
sampah kertas (15%) dan sampah plastic/karet (13%).

Organik
14,6%
1,3%
0,3% Kertas,
Karton
3,8% Kain,Tekstil, Bahan Kulit

12,8% Logam (besi-


non besi)
Gelas, Kaca, Keramik
67,4%

Plastik,
Karet

Sumber : Survey timbulan,


2016 Gambar 4. 1
Rata-rata Komposisi Sampah di Kota Tegal

Tabel IV. 3
Komposisi Timbulan Sampah per Jenis Sumber Sampah
Berat dan Persentase Per karakteristik Jenis
(dalam kg / hari dan %)
KOMPONEN SUMBER Kain, Logam
NO Gelas,
SAMPAH Kertas, Tekstil, (besi- Plastik,
Organik Kaca,
Karton Bahan non Karet
Kerami
Kulit besi)
k
1 Domestik / Rumah 1,25 0,18 0,12 0,01 0,03 0,32

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Berat dan Persentase Per karakteristik Jenis


(dalam kg / hari dan %)
KOMPONEN SUMBER Kain, Logam
NO Gelas,
SAMPAH Kertas, Tekstil, (besi- Plastik,
Organik Kaca,
Karton Bahan non Karet
Kulit besi) Kerami
k
tangga
Persentase Domestik 65,38% 9,21% 6,54% 0,51% 1,64% 16,75%
2 Non-Domestik:
a. Toko 2,70 0,29 0,07 - 0,13 0,68
Persentase 69,91% 7,46% 1,73% - 3,45% 17,49%
b. Warung 1,42 0,20 0,05 - - 0,43
Persentase 67,70% 9,74% 2,39% - - 20,33%
c. Kantor 1,19 1,38 - 0,002 - 0,29
Persentase 41,74% 48,26% 0,00% 0,06% - 10,02%
d. Fasilitas kesehatan
pustu, puskesmas, klinik 1,98 - - - - 0,04
(non-rawat inap)
Persentase 98,26% 0,05% 0,00% 0,00% 0,00% 1,74%
Persentase Non-
Domestik 69,40% 16,38% 1,03% 0,02% 0,86% 12,40%
Rerata Keseluruhan
(Domestik dan Non- 67,39% 12,79% 3,79% 0,26% 1,25% 14,57%
Domestik
Sumber : Survey timbulan sampah (Juni 2016)

4.1.2 Tingkat Pelayanan


Terdapat dua pengertian yang berbeda tentang tingkat pelayanan persampahan
kota, yaitu:
1. Tingkat pelayanan adalah jumlah sampah yang berhasil dikelola baik
dengan cara konvensional (kumpul-angkut-buang) dan juga dengan pendekatan
pengolahan dan atau daur ulang, yang dinyatakan dalam persentase.
2. Tingkat pelayanan adalah persentase jumlah penduduk yang memiliki
atau mendapatkan akses pelayanan persampahan terhadap jumlah
penduduk total yang ada dalam batas wilayah administrasi tertentu. Akses
pelayanan persampahan dalam hal ini termasuk :
a. Penduduk Mendapatkan Pelayanan Pengumpulan Sampah. Pengumpulan
sampah dalam hal ini tidak dibatasi oleh Dinas Kimtaru, tetapi juga insitusi
lain dengan catatan dilaksanakan secara benar dan sesuai dengan criteria
teknis.
b. Memiliki Fasilitas dan Dapat Mengelola Sampah dengan Cara Setempat.
Penduduk yang tinggal di suatu wilayah yang tidak mendapat pelayanan
pengumpulan sampah tetapi memiliki fasilitas dan dapat mengelola
sampahnya secara setempat termasuk dalam bilangan penduduk yang
memiliki akses pelayanan persampahan. Pengelolaan setempat dalam hal ini
harus dilakukan dengan cara-cara yang memenuhi criteria pengelolaan yang
benar.
Sehingga uraian berikut ini membahas tentang tingkat layanan persampahan
Kota Tegal menggunakan dua pengertian tingkat pelayanan persampahan kota di atas.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

A. Tingkat Pelayanan Berdasarkan Jumlah Sampah Dikelola


Pengelolaan sampah di Kota Tegal saat dilakukan oleh Dinas Permukiman dan
Tata Ruang Kota Tegal dengan personil dan sarana prasarana yang dimiliki serta
pengelolaan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang mengelola sampah komunitas
(tingkat kelurahan) berbasis sarana TPST.
Sistem pengelolaan sampah kota saat dilakukan mulai pengupulan,
pengangkutan, pembuangan yang dimulai di tingkat sumber hingga TPS, container,
TPST hingga TPA. Urutan pengelolaan persampahan mulai dari pemungutan hingga
pengolahan dan pembuangan akhir di Kota Tegal adalah seperti pada Gambar 4.2
berikut di bawah ini.

Sumber: Observasi Lapangan, 2016

Gambar 4. 2
Alur Pengelolaan Sampah Eksisting di Kota Tegal

Data pengelolaan sampah saat ini mengacu pola pengumpulan sampah yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Pengelolaan sampah menggunakan TPS
TPS adalah tempat pembuangan sampah sementara yang disediakan oleh
pemerintah daerah atau partisipasi masyarakat untuk menampung sampah
buangan dari masyarakat. Sampah dari TPS berasal dari sampah hasil
pengangkutan gerobak yang kemudian diangkut menuju TPA. Jumlah sampah
yang berhasil dikelola atau dikumpulkan (kemudian diangkut-buang) melalui
sarana TPS sebanyak 40 unit dengan layanan mencapai 462 m3/hari,
atau rata-rata 11,55 m3/hari tiap TPS dengan uraian data selengkapnya
sebagaimana Tabel IV.4.
Persebaran TPS berada hampir seluruh kelurahan dengan penempatan TPS pada
pusat aktivitas seperti pada pasar, perkantoran, mall, fasilitas transportasi

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

(pelabuhan, stasiun, terminal) serta pada jalan protokol kota. Penempatan


sampah pada lokasi strategis dengan tujuan untuk memudahkan dalam
pemindahan dan pengangkutan karena akses jalan yang dilewati sesuai dengan
kapasitas kendaraan pengangkutan yang digunakan (dump truk). Pada tingkat
TPS, belum semua sampah dipilah sehingga masih banyak potensi sampah daur
ulang yang belum dimanfaatkan. Pada beberapa daerah yang padat
penduduknya, TPS tidak cukup untuk menampung sampah yang ditimbulkan. Hal
tersebut mengakibatkan timbulan sampah yang tidak terangkut, dan bila
terdekomposisi akan menimbulkan bau dan akan mengundang lalat.
Berdasar pola pengambilan sampah yang ada di Kota Tegal, saat pagi hari truk
pengangkut sampah mengangkut sebanyak 2 kali ritasi yakni pengangkutan
sesuai rute pengambilan sampah untuk kemudian dibuang ke TPA dan kembali
lagi pada rute sebelumnya. Sedangkan sisa sampah pada masing masing TPS
diangkut menggunakan truk pengangkut sampah khusus pengambilan sisa
sampah sebanyak 1 kali ritasi.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Tabel IV. 4
Volume Sampah yang Ditampung pada TPS
Volume Sampah
No Lokasi TPS Kelurahan Luas (m2) Pengambilan
(m3/hr)
1 TPS Jl. Batanghari Mintaragen 12 10 1 rit pagi-sisa
2 TPS Jl. Cimanuk Mintaragen 24 18 2 rit pagi-sisa
3 TPS Jl. Slamet Riyadi PLN Mintaragen 40 16 2 rit pagi-sisa
4 TPS Jl. Waringin Mintaragen 10 16 2 rit pagi-sisa
5 TPS Jl. Zaenal Arifin (makam panggung) Mintaragen 36 25 2 rit pagi-sisa
6 TPS Jl. Halmahera (Bumper) Mintaragen 12 10 1,5 rit pagi
7 TPS Karimun Jawa Mintaragen 3 5 1 rit pagi
8 TPS Jl. Kol Sugiarto Panggung 6 10 1 rit pagi-sisa
9 TPS Jl. Panggung Timur (Radio Sananta) Panggung 18 15 2 rit pagi-sisa
10 TPS Jl. Tentara Pelajar (PKL) Panggung 6 10 1 rit pagi-sisa
11 TPS Jl. Kaligung (SMP 4) Panggung 10 8 1,5 rit pagi
12 TPS Jl. Irian (Bong Cina) Panggung 6 6 1 rit pagi
13 TPS Jl. Timor Timur (TPS Baru) Panggung 24 10 1,5 rit pagi
14 TPS Pondok Mertoloyo Panggung 12 10 1,5 rit pagi
15 TPS Jl. Cendrawasih (samping Bank Mandiri) Randugunting 4 8 1 rit pagi-sisa
16 TPS Jl. Kapten Sudibyo (depan eks Moro) Randugunting 10 16 2 rit pagi-sisa
17 TPS Jl. Kompol Suprapto (Dolog) Kemandungan 24 20 2 rit pagi-sisa
18 TPS Villa Garden Kemandungan 5 6 1 rit pagi
19 TPS Jl. Gatot Subroto (Tirus Ke Barat) Debong Kulon 8 7 1 rit pagi
20 TPS Jl. Imam Bonjol Pekauman 40 20 2 rit pagi-sisa
21 TPS Jl. Palangkaraya Pesurungan Lor 2 3 1 rit pagi
22 TPS Jl. Dewi Sartika(Akper) Debong Lor 9 7 1 rit pagi
23 TPS Lapangan Tegal Selatan (2 TPS) Kalinyamat Wetan 7 7 1 rit pagi
24 TPS Jl. Temanggung Margadana 8 9 1 rit pagi - sisa
25 TPS Jl. Buya Hamka (Margadana) Margadana 12 8 1 rit pagi - sisa
26 TPS Kaligangsa (3 TPS) Kaligangsa 9 6 1 rit pagi - sisa

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Volume Sampah
No Lokasi TPS Kelurahan Luas (m2) Pengambilan
(m3/hr)
27 TPS Bayeman (utara rel ) Kaligangsa 24 16 2 rit pagi-sisa
28 TPS Jl. Mataram (Belakang Terminal Bus) Sumurpanggang 32 8 1 rit pagi-sisa
29 TPS Jl. Jalak Barat (Belakang Pasific Mall) Pekauman 20 10 1 rit pagi-sisa
30 TPS Jl. Dr. Sutomo (Pasar Mambo) Pekauman 10 12 1 rit pagi-sisa
31 TPS Pasar Bandung Bandung 4 6 1 rit pagi
32 TPS Jl. KS Tubun (Pasar Randugunting) Randugunting 12 12 2 rit pagi
33 TPS Pasar Pagi Mangkukusuman 25 18 2,5 rit pagi
34 TPS Jl. Ki Mojo (Pasar Sumurpanggang) Sumurpanggang 32 18 2 rit pagi-sisa
35 TPS Pasar Karangdawa Kejambon 6 8 1 rit pagi-sisa
36 TPS Jl.Perintis Kemerdekaan (Pasar Anyar) Panggung 9 12 2 rit pagi-sisa
37 TPS Jl. Martoloyo (Pasar Beras) Mintaragen 24 16 2 rit pagi-sisa
38 TPS Jl. Hotel Plaza Pesurungan Kidul 12 10 1,5 rit pagi
39 TPS Hotel Bahari Inn Pesurungan Kidul 12 10 1,5 rit pagi
40 TPS Jl. Durian (Hotel Surabaya) Kraton 20 20 2 rit pagi-sisa
Total TPS 462
Sumber: Diskimtaru, 2016

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Tabel IV. 5
Volume Sampah yang Ditampung pada Kontainer
Luas Volume Sampah
No Lokasi Pengambilan
(m2) (m3/hr)
1 Kontainer Jl. Ki Hajar Dewantoro/ Kalinyamat Kulon 3,6 6 1 rit pagi
2 Kontainer Jl. Ponorogo Barat Sumurpanggang 3,6 6 1 rit pagi
3 Kontainer Jl. Sumbawa 3,6 6 1 rit pagi
4 Kontainer Jl. Martadinata 3,6 6 1 rit pagi
5 Kontainer Jl. Sangir (PAI) 3,6 6 1 rit pagi
6 Kontainer Pelabuhan 3,6 6 1 rit pagi
7 Kontainer Jl. Flores 3,6 6 1 rit pagi
8 Kontainer Jl. Jongor 3,6 6 1 rit pagi
9 Kontainer RSUD Kardinah 3,6 6 1 rit pagi
10 Kontainer Jl. Wisanggeni 3,6 6 1 rit pagi
11 Kontainer Jl. Ki Gede sebayu 3,6 6 1 rit pagi
12 Kontainer Jl Ababil (RSI Harapan Anda) 3,6 6 1 rit pagi
13 Kontainer Jl Mataram Pesurungan Lor 3,6 6 1 rit pagi
Total Kontainer 78
Sumber: Diskimtaru, 2016

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Sumber: Observasi Lapangan, 2016


Gambar 4. 3
Kondisi TPS yang ada di Kota Tegal
b. Pengelolaan sampah menggunakan Kontainer
Jumlah sampah yang berhasil dikelola atau dikumpulkan (kemudian diangkut-
buang) melalui sarana container pada 13 titik lokasi mencapai 78 m3/hari
dengan uraian sebagaimana Tabel IV.5. Kontaner yang ada diletakkan pada
jalan yang mudah dijangkau oleh truk pengangkut sampah. Setiap kontainer
mampu menampung 6 m3 dan diangkut menuju TPA.
c. Pengelolaan sampah menggunakan TPST
Secara konseptual. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) adalah tempat
dilaksanakannya kegiatan mengguna ulang, mendaur ulang, pemilahan,
pengumpulan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Di Kota Tegal, TPST
berada pada skala Kelurahan dengan melakukan kegiatan pengumpulan sampah
diikuti dengan pemilahan sampah, daur ulang dan proses pengomposan.
Sementara penanganan residu atau sampah yang tidak didaur ulang adalah
diangkut ke TPA. Jumlah sampah yang berhasil dikelola atau dikumpulkan
(sebagian diolah, sebagian kemudian diangkut-buang) melalui sarana TPST
sebanyak 15 unit dengan layanan mencapai 208,11 m3/hari dengan
uraian data selengkapnya sebagaimana Tabel IV.6.
Dari total sampah yang masuk atau diangkut ke TPST diketahui sebagian sekitar
42% sampah dilakukan pengolahan dengan cara dipilah atau dimanfaatkan
kembali (reuse) misalnya dijual sebanyak sekitar 20%, dibuat pupuk kompos 5%
dan dibakar dalam insenerator 19%. Sehingga sisanya sekitar 121,05 m3/hari
(58%) sampah diangkut ke TPA. TPST ini dikelola bersama oleh DISKIMTARU
Kota Tegal dan partisipasi dari masyarakat sekitar dalam bentuk Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM) atau paguyuban kebersihan lingkungan. Dari sekitar
15 TPST yang ada di Kota Tegal, 5 TPST diantaranya cukup signifikan berperan
mengelola sampah, yaitu TPST Randugunting (39,75 M3/hari), dan TPST
Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-
Laporan

Kejambon (36,33 m3/hari), TPST Tegalsari (30,30 m3/hari), TPST Kraton (19,35
m3/hari) dan TPST Slerok (15,98 m3/hari). Secara umum setiap harinya, jumlah
sampah yang ditampung di TPST rata-rata sebanyak 13,87 m3/hari. Jenis
sampah yang ditampung adalah sampah organik dan anorganik.
Dalam pengelolannya, sebelum sampah yang ditampung di kirim ke TPA,
sebelumnya sampah-sampah tersebut dipilah sesuai jenisnya, seperti sampah
dedaunan yang dapat dijadikan kompos, sampah-sampah plastik yang masih
dapat dijual kembali dan beberapa sampah lainnya yang dapat dipilah. Hasil

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

pemilahan dan pengolahan sampah ini nantinya dapat digunakan pengelola


untuk biaya operasional TPST lainnya. Sedangkan untuk jenis sampah yang tidak
dapat diolah akan dibuang ke TPA atau akan dibakar.

TPST Kejambon

TPST Randugunting

TPST Kraton

TPST Krandon
Sumber: Observasi Lapangan Tim Penyusun, 2016
Gambar 4. 4
Kondisi TPST yang beroperasi di Kota Tegal

Sarana TPST tersebut idealnya dapat menangani sampah dalam satu kelurahan,

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

meskipun kenyataannya tidak semua wilayah dapat terlayani atau dapat terjadi
pula satu TPST melayani hingga wilayah kelurahan tetangga. Sebagai contoh
TPST Randugunting yang melayani Kel. Randugunting dan sebagian kelurahan
Debong Lor, Debong Tengah, Debog Kulon, Debong Kidul. TPST Melati Jaya
Kejambon dengan jangkauan pelayanan Kel. Kejambon dan sebagian
masyarakat dari kelurahan Slerok, Mangkukusuman, Panggung, dan
Randugunting.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Tabel IV. 6
Rekapitulasi Pengelolaan Sampah Tingkat TPST Di Kota Tegal (M3/Hari)
VOL. VOL. VOL. SISA /
VOL. VOL.
NO TPST SAMPAH DIPILAH / DIBUANG Keterangan
DIKOMPOS DIBAKAR
MASUK REUSE KE TPA
1 TPST Kraton 19,35 5,29 0,94 - 13,60 Sudah menggunakan incenerator
2 TPST Pesurungan Lor 7,71 1,23 0,36 - 6,97 Belum terdapat incenerator
3 TPST Randugunting 39,75 4,86 1,00 7,97 26,22 Sudah menggunakan incenerator
4 TPST Kiragasela Cabawan 8,66 2,56 - 2,62 3,56 Belum dilakukan pengkomposan
5 TPST Sejahtera Mandiri Pekauman 5,24 1,68 - 2,63 0,92 Belum dilakukan pengkomposan
6 TPST Trukan Jaya 7,06 0,25 - 5,16 1,65 Belum dilakukan pengkomposan
Pada TPST Kejambon berdekatan
degan permukiman penduduk
7 TPST Melati Jaya Kejambon 36,33 10,29 5,81 - 19,95
sehingga incenerator sementara
tidak dioperasionalkan
Volume pengomposan dapat
8 TPST Bahari Asri 9,75 1,26 0,75 8,09 0,98
ditingkatkan
9 TPST Al-Hikmah Tunon 7,05 0,65 0,61 1,78 4,01 Sudah menggunakan incenerator
10 TPST Sumbodro Slerok 15,98 2,16 - 3,71 10,13 Belum dilakukan pengkomposan
11 TPST Pesurungan Kidul 5,28 1,63 0,33 0,89 2,58 Sudah menggunakan incenerator
12 TPST Krandon 4,16 1,81 - 2,93 0,80 Belum dilakukan pengkomposan
13 TPST Fajar Jaya 4,97 0,25 - 4,65 0,07 Belum dilakukan pengkomposan
14 TPST Rukun Bersih Sumurpanggang 6,50 0,75 0,15 - 5,60 Belum terdapat incenerator
Belum terdapat incenerator dan
15 TPST Tegalsari 30,30 6,30 - - 24,00
Belum dilakukan pengkomposan
Jumlah 208,11 40,97 9,95 40,44 121,05
Persentase 100% 20% 5% 19% 58%
Sumber: Diolah dari data Diskimtaru, 2016

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Gambar 4. 5
Peta Volume TPST Kota Tegal

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Gambar 4. 6
Peta Jangkauan TPST Kota Tegal

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Gambar 4. 7
Peta Lokasi Kontainer Sampah Kota Tegal

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Gambar 4. 8
Peta Rute Sampah Kota Tegal

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

a. Reduksi sampah melalui pemilahan oleh pemulung dan pengangkut


sampah
Satu proses pengelolaan sampah yang dapat mengurangi (reduksi) jumlah sampah
dilakukan oleh pemulung dan pengangkut sampah (penarik gerobak/becak sampah)
dengan pertimbangan ekonomis bahwa beberapa jenis sampah dapat dijual sebagai
sumber pendapatan. Proses reduksi sampah ini dilakukan sebelum sampah diangkut
ke TPS/TPST/container. Berikut ini adalah perkiraan reduksi sampah oleh pemulung
dan pengangkut sampah di Kota Tegal:
Tabel IV. 7
Reduksi Sampah oleh Pemulung dan Pengangkut Sampah di Kota Tegal
Volume
Total
Rerata
Jumlah Volume
No Jenis Sampah Keterangan
(orang) Sampah
Dikumpulkan
(m3/hari)
(liter/hari)
1 Pengangkut 640 20 12,8 Asumsi jumlah pengangkut sampah
sampah (penarik adalah 90% dari jumlah gerobak
gerobak sampah, karena sebagian gerobak
sampah) diketahui rusak atau belum
dioperasikan optimal di tingkat
TPST. Asumsi minimal 1 karung per
hari
setara volume 20 liter
2 Pemulung 210 200 42 Identifikasi terdapat 7 pengepul x
30 pemulung.
Asumsi minimal 10 karung per hari
setara volume 20 liter.
TOTAL 54,8
Sumber: Perhitungan konsultan, (2016)

Dari uraian data pelayanan yaitu jumlah sampah yang berhasil dikelola baik dengan
cara konvensional (kumpul-angkut-buang) dan juga dengan pendekatan pengolahan dan
atau daur ulang (reduksi sampah) di Kota Tegal yang dilakukan oleh Dinas KIMTARU Kota
Tegal serta pengelolaan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), maupun pengangkut
sampah dan pemulung adalah sebagai berikut:

Tabel IV. 8
Rekapitulasi Layanan / Pengelolaan Sampah Kota Tegal Tahun 2016
No JENIS PENGELOLAAN SAMPAH Volume Sampah (m3/hr) Persentase
A TPS 462,00 58%
B KONTAINER 78,00 10%
C TPST 208,11 26%
D Reduksi sampah oleh pengangkut sampah
54,80 7%
dan pemulung
TOTAL 802,91 100%
Sumber: Perhitungan data dari Diskimtaru Kota Tegal (2016)

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Tabel IV. 9
Volume Pengelolaan Sampah Kota Tegal Tahun 2010-2016 (m3/hari)
Tahun Sampah Terangkut
2010 400
2011 435
2012 450
2013 450
2014 550
2015 550
2016 803
Sumber: Diolah dari data Diskimtaru Kota Tegal (2016)

Berdasar total keseluruhan sampah yang dikelola, maka jumlah sampah total yang
adalah 802,91 m3/hari. Jumlah ini jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,
menunjukkan meningkatnya kinerja pengelola persampahan di bawah Dinas Kintaru.
Sampah di TPS merupakan sampah yang mampu ditampung terbanyak sesuai dengan
jumlah TPS yakni 58% dari total sampah dikelola. Jumlah volume sampah yang ditampung
TPST sebesar 26% dan diharapkan akan mengalami peningkatan dengan penambahan
TPST pada tahun berikutnya.
Selanjutnya dapat diketahui tingkat pelayanan pengelolaan sampah saat ini
mengacu data pengumpulan sampah yang dilakukan dibandingkan dengan produksi
timbulan sampah kota keseluruhan sebagai berikut:

Tabel IV. 10
Rekapitulasi Tingkat Layanan Sampah Kota Tegal Tahun 2016 Berdasar Jumlah
Sampah Dikelola
Volume Keterangan
Sampah
No Uraian (m3/hr)
TOTAL LAYANAN PENGELOLAAN
1 SAMPAH 802,91
2 TOTAL PRODUKSI/TIMBULAN SAMPAH 988,78
3 TINGKAT LAYANAN (1:2) 81% Target RPJMD:
 80% (2016)
 85% (2017)
 90% (2018, 2019);
Target Nasional Pelayanan
Sanitasi Kota 100% (2019)
Sumber: Perhitungan konsultan (2016)

Pada saat ini, kondisi tingkat atau cakupan pelayanan persampahan (berdasarkan
data jumlah sampah dikelola) di Kota Tegal dapat dinilai mencapai sekitar 81% dari
timbulan. Tingkat layanan sekitar 81% tahun 2016 ini jika dibandingkan dengan target
RPJMD Kota Tegal pada tahun 2016 adalah 80%, sehingga telah memenuhi angka yang
ditargetkan. Pembangunan bidang persampahan ini selanjutnya perlu memperhatikan
target nasional layanan sanitasi kota dimana salah satunya sector persampahan yaitu
mencapai 100% pada tahun 2019. Sehingga angka ini harus menjadi acuan pembangunan
bidang persampahan di Kota Tegal.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

B. Tingkat Pelayanan Berdasarkan Penduduk yang Mendapatkan Akses


Pelayanan Persampahan
Tingkat pelayanan dalam kategori ini adalah persentase jumlah penduduk yang
memiliki atau mendapatkan akses pelayanan persampahan terhadap jumlah penduduk total
yang ada dalam batas wilayah administrasi tertentu, dalam hal ini kelurahan, kecamatan
hingga kota. Akses pelayanan persampahan dalam hal ini utamanya adalah jumlah
Penduduk Mendapatkan Pelayanan Pengumpulan Sampah dari Dinas Kimtaru Kota Tegal
dan pengelolaan oleh KSM di setiap kelurahan.
Dengan batasan pengertian ini, maka berdasarkan wawancara dengan pemangku
kepentingan pengelolaan sampah baik tingkat Kota (Diskimtaru), tingkat kecamatan dan
tingkat kelurahan (pemerintah kelurahan atau KSM), serta dengan memperhatikan data
tangka layanan yang sudah ada (data Strategi Sanitasi Kota Tegal, 2015), maka dapat
diidentifikasi perkiraan tingkat layanan di setiap kelurahan sebagai berikut:

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Tabel IV. 11
Rekapitulasi Tingkat Layanan / Pengelolaan Sampah Kota Tegal Tahun 2016 Berdasarkan Jumlah Penduduk Terlayani
No Kelurahan Jumlah Tingkat KK Sarana Persampahan Identifikasi Permasalahan
KK Layanan Terlayani
A Kec. Tegal Selatan 18.312 71% 13.089
1 Kalinyamat Wetan 1.492 70% 1.044 TPST Bahari Asri Pemilahan dan pengomposan sampah di TPS
masih relative kecil. Karakter permukiman
TPS Lapangan Tegal Selatan (2 pinggiran kota, sebagian penduduk masih
TPS) mengelola sampah secara individual, ditimbun
dan dibakar di pekarangan.

2 Bandung 1.677 60% 1.006 TPS Pasar Bandung Karakter permukiman pinggiran kota,
sebagian penduduk masih mengelola sampah
secara individual, ditimbun dan dibakar di
pekarangan.
3 Debong Kidul 1.496 60% 898 - Sebagian permukiman dijangkau layanan
TPST Randugunting. Karakter permukiman
pinggiran kota, sebagian penduduk masih
mengelola sampah secara individual, ditimbun
dan dibakar di pekarangan.
4 Tunon 1.843 70% 1.290 TPST Al-Hikmah Tunon Pemilahan dan pengomposan sampah di TPST
masih relative kecil. Karakter permukiman
pinggiran kota, sebagian penduduk masih
mengelola sampah secara individual, ditimbun
dan dibakar di pekarangan. Ada inisiatif
penerapan bank sampah tingkat komunitas.
5 Keturen 1.380 60% 828 - Sebagian permukiman dijangkau layanan
TPST Tunon. Karakter permukiman pinggiran
kota, sebagian penduduk masih mengelola
sampah secara individual, ditimbun dan
dibakar di
pekarangan.
6 Debong Kulon 1.358 70% 951 TPS Jl. Gatot Subroto (Tirus Ke Karakter permukiman pinggiran kota,
Barat) sebagian penduduk masih mengelola sampah
secara individual, ditimbun dan dibakar di
pekarangan.
7 Debong Tengah 3.624 60% 2.174 - Sebagian permukiman dijangkau layanan
TPST Randugunting. Karakter permukiman
pinggiran kota, sebagian penduduk masih
mengelola sampah secara individual, ditimbun
dan dibakar di pekarangan.
8 Randugunting 5.442 90% 4.898 TPST Randugunting
Secara umum pengelolaan sampah relative

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

No Kelurahan Jumlah Tingkat KK Sarana Persampahan Identifikasi Permasalahan


KK Layanan Terlayani
TPS Jl. Cendrawasih (Bank cukup baik. Upaya pemilahan, pengomposan
Mandiri) dan pembakaran sampah di TPST mampu
TPS Jl. Kapten Sudibyo (depan mengurangi sekitar 1/3 volume sampah
eks Moro) yang diangkut ke TPA. Perlu peningkatan
TPS Jl. KS Tubun (Pasar kinerja pengelolaan TPST.
Randugunting)
Kontainer Jl Ababil (RSI
Harapan Anda)

B Kec. Tegal Timur 23.420 80% 18.790


1 Kejambon 3.644 90% 3.280 TPST Melati Jaya Kejambon Secara umum pengelolaan sampah relative
TPS Pasar Karangdawa cukup baik. Terdapat sarana TPST, TPS pasar
dan container. Upaya pemilahan dan
Kontainer RSUD Kardinah pengomposan sampah di TPST mampu
mengurangi sekitar 47% volume sampah
yang diangkut ke TPA. Perlu peningkatan
kinerja
pengelolaan TPST.
2 Slerok 4.703 70% 3.292 TPST Sumbodro Slerok Tersedia sarana TPST Sumbodro Slerok dan
lokasi container. Karakter permukiman
Kontainer Jl. Wisanggeni pinggiran kota, sebagian penduduk masih
mengelola sampah secara individual, ditimbun
dan dibakar di pekarangan.
3 Panggung 8.616 80% 6.893 TPS Jl. Kol Sugiarto

TPS Jl. Panggung Timur (Radio


Sananta) Tidak tersedia sarana TPST. Sarana tersedia
TPS Jl. Tentara Pelajar (PKL) berupa TPS 8 lokasi dan 2 lokasi container.
Karakter permukiman padat perkotaan
TPS Jl. Kaligung (SMP 4) yang umumnya lahan rumah warga tidak
TPS Jl. Irian (Bong Cina) luas.
Masih cukup banyak warga yang tidak
TPS Jl. Timor Timor (TPS Baru) terlayani pengumpulan sampah sehingga
dibuang di lahan dan perairan umum yang
TPS Pondok Mertoloyo
potensial menimbulkan dampak terhadap
TPS Jl. Perintis Kemerdekaan kesehatan lingkungan.
(Pasar Anyar)
Kontainer Jl. Flores
Kontainer Jl. Ki Gede sebayu

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

No Kelurahan Jumlah Tingkat KK Sarana Persampahan Identifikasi Permasalahan


KK Layanan Terlayani
4 Mangunkusuman 1.603 90% 1.443 TPS Pasar Pagi Pengelolaan sampah warga termasuk dalam
cakupan layanan TPST Kejambon. Wilayah
yang tidak terlalu luas, sehingga secara
umum
pengelolaan sampah relative baik.
5 Mintaragen 4.854 80% 3.883 TPS Jl. Batanghari

TPS Jl. Cimanuk


TPS Jl. Slamet Riyadi PLN

TPS Jl. Waringin Tedapat sarana berupa TPS (8 lokasi dan 1


lokasi container.) Karakter permukiman padat
TPS Jl. Zaenal Arifin (makam perkotaan dan kawasan pesisir yang
Panggung) umumnya lahan rumah warga tidak luas.
TPS Jl. Halmahera (Bumper) Masih cukup banyak warga yang tidak
terlayani pengumpulan sampah sehingga
TPS Karimun Jawa dibuang di lahan dan perairan umum yang
TPS Jl. Martoloyo (Pasar Beras) potensial menimbulkan dampak terhadap
kesehatan lingkungan. Permasalahan
Kontainer Jl. Sangir (PAI) semakin bertambah dengan adanya masalah
sanitasi
lainnya seperti masalah drainase/genangan.
C Kec. Tegal Barat 19.208 79% 15.197

1 Pesurungan Kidul 1.544 90% 1.390 TPST Pesurungan Kidul


Terdapat sarana TPST Pesurungan Kidul dan 2
TPS Jl. Hotel Plaza
lokasi TPS. Secara umum penanganan
TPS Hotel Bahari Inn sampah relative baik.

2 Debong Lor 1.093 80% 874 TPS Jl. Dewi Sartika(Akper) Sebagian permukiman dijangkau layanan
TPST Randugunting. Perlu peningkatan
layanan persampahan karena kawasan telah
berkembang menjadi permukiman padat.
3 Kemandungan 1.108 80% 886 TPS Jl. Kompol Suprapto (Dolog) Sebagian permukiman dijangkau layanan
TPST Pekauman. Perlu peningkatan layanan
TPS Villa Garden persampahan karena kawasan telah
berkembang menjadi permukiman padat.
4 Pekauman 2.337 90% 2.103 TPST Sejahtera Mandiri
Pekauman Tersedia sarana TPST Sejahtera Mandiri
TPS Jl. Imam Bonjol Pekauman. Dan 3 unit TPS. Secara
umum penanganan sampah relative baik.
TPS Jl. Jalak Barat (Belakang
Pasific Mall)

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

No Kelurahan Jumlah Tingkat KK Sarana Persampahan Identifikasi Permasalahan


KK Layanan Terlayani
TPS Jl. Dr. Sutomo (Pasar
Mambo)
5 Kraton 4.455 80% 3.564 TPST Kraton Pengelolaan sampah belum optimal, masih
TPS Jl. Durian (Hotel Surabaya) terdapat warga masyarakat membuang
sampah di lahan kosong dan perairan umum.
6 Tegalsari 6.814 80% 5.451 TPS / Kontainer Pelabuhan Pengelolaan sampah belum optimal, masih
terdapat warga masyarakat membuang
TPST Tegalsari sampah di lahan kosong dan perairan umum.
Masalah lain adalah potensi sampah sisa
industri perikanan yang belum optimal
tertangani.
7 Muarareja 1.857 50% 929 - Tidak tersedia sarana pengelolaan sampah.
Sebagian kecil permukiman terlayani
pengelolaan sampah TPST Tegalsari.
Sebagian besar sampah warga dibuang di
lahan dan perairan umum yang potensial
menimbulkan dampak terhadap kesehatan
lingkungan.
Permasalahan semakin bertambah dengan
adanya masalah sanitasi lainnya seperti
masalah drainase/genangan. Masalah lain
adalah potensi sampah sisa industri
perikanan
yang belum tertangani.
D Kec. Margadana 16.207 68% 11.043

1 Kalingangsa 3.099 60% 1.859 TPS Kaligangsa (3 TPS) Sebagian kecil permukiman terlayani
pengelolaan sampah TPST Krandon.
TPS Bayeman (utara rel ) Karakter permukiman pinggiran kota,
sebagian penduduk masih mengelola
sampah secara individual, ditimbun dan
dibakar di
pekarangan.
2 Krandon 1.824 70% 1.277 TPST Krandon Karakter permukiman pinggiran kota,
sebagian penduduk masih mengelola sampah
secara individual, ditimbun dan dibakar di
pekarangan.
3 Cabawan 1.713 60% 1.028 TPST Kiragasela Cabawan Karakter permukiman pinggiran kota,
sebagian penduduk masih mengelola sampah
secara individual, ditimbun dan dibakar di
pekarangan.
4 Margadana 1.667 60% 1.000 TPST Fajar Jaya
Karakter permukiman pinggiran kota,

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

No Kelurahan Jumlah Tingkat KK Sarana Persampahan Identifikasi Permasalahan


KK Layanan Terlayani
TPS Jl. Temanggung sebagian penduduk masih mengelola sampah
secara individual, ditimbun dan dibakar di
TPS Jl. Buya Hamka (Margadana) pekarangan.

5 Kalinyamat Kulon 4.443 70% 3.110 TPST Trukan Jaya Karakter permukiman pinggiran kota,
sebagian penduduk masih mengelola sampah
TPS / Kontainer Ki secara individual, ditimbun dan dibakar di
Hajar Dewantoro pekarangan.
(Kalkul)
6 Sumurpanggang 1.945 80% 1.556 TPST Rukun
Bersih Karakter permukiman pinggiran kota,
Sumurpanggang sebagian penduduk masih mengelola sampah
TPS Jl. Mataram (Belakang secara individual, ditimbun dan dibakar di
Terminal Bus) pekarangan.
TPS Jl. Ki Mojo (Pasar
Sumurpanggang)
Kontainer Jl. Ponorogo Barat

7 Pesurungan Lor 1.516 80% 1.213 TPST Pesurungan Lor


Karakter permukiman pinggiran kota,
TPS Jl. Palangkaraya sebagian penduduk masih mengelola sampah
secara individual, ditimbun dan dibakar di
Kontainer Jl Mataram pekarangan.
Pesurungan Lor
77.147 75% 58.120

Sumber: Identifikasi konsultan, 2016

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Gambar 4. 9
Peta Jangkauan Pelayanan Persampahan Kota Tegal

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Gambar 4. 10
Contoh Sampah yang Dibuang di Tepi Tambak di Kel. Mintaragen

Dari perhitungan di atas, dapat diperkirakan kondisi tingkat atau cakupan pelayanan
persampahan (berdasarkan data jumlah penduduk terlayani) di Kota Tegal dapat dinilai
mencapai sekitar 75% dari jumlah penduduk. Tingkat pelayanan persampahan ini lebih
rendah jika dibandingkan dengan perhitungan berdasarkan data jumlah sampah dikelola
yang mencapai sekitar 81% dari timbulan yang disebabkan karena besarnya sampah yang
berhasil dikelola tidak hanya sampah yang berasal dari rumah tangga tetapi juga sumber
non domestic yang jumlahnya signifikan.
Angka tingkat layanan 75% tersebut juga menunjukkan bahwa sekitar 25%
penduduk di kota ini belum terjangkau layanan persampahan, artinya peduduk tersebut
membuang atau mengelola sendiri sampahnya dimana secara umum tidak dilakukan
dengan cara-cara yang memenuhi criteria pengelolaan yang benar, sebagai cotoh adalah
membuang pada aeral terbuka atau perairan umum. Sehingga kondisi ini potensial
menimbulkan dampak negative bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat.

4.1.3 Kinerja Prasarana dan Sarana Persampahan


Kinerja Prasarana dan Sarana Persampahan eksisting di Kota Tegal ditinjau pada
setiap tahapan atau proses pengelolaan sampah mulai pewadahan hingga pengolahan
atau pemrosesan akhir. Secara umum analisis permasalahan kinerja sarana dan prasarana
ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan sejauh mana kinerja (efisiensi) sarana
dan prasarana yang dipergunakan dalam pelayanan. Untuk mengetahui tingkat efisiensi
yang dicapai, dilakukan perbandingan terhadap standar yang berlaku. Dalam hal ini
dipergunakan standar SNI-03-3242-1994 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah di
Permukiman dan SNI SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah
Perkotaan. Adapun penilaian secara kuantitatif dan kualitatif dilakukan dengan menilai hasil
kerja yang diukur berdasarkan tingkat efisiensi sarana dan prasarana maupun tingkat
kebersihan di wilayah pelayanan dan di titik-titik sarana prasarana. Kajian terhadap kondisi
eksisting menunjukkan sistem operasi sarana dan prasarana pengelolaan sampah untuk
setiap aktifitas perkotaan.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

4.1.3.1. Sarana dan Prasarana Pewadahan


Kegiatan pewadahan mempunyai tujuan : (1) untuk mengisolasi sampah dalam
suatu wadah yang ditentukan agar tidak berserakan; dan (2) untuk mempermudah proses
penanganan selanjutnya yaitu pengumpulan. Jenis pewadahan di Kota Tegal ini bersifat
individual maupun komunal. Untuk jenis pewadahan sampah di rumah tangga/permukiman
di Kota Tegal didominasi oleh pewadahan individual, dengan lokasi wadah adalah di
halaman muka. Jenis pewadahan adalah berupa tong/bak sampah. Sedangkan untuk
pewadahan pada kawasan non permukiman seperti pasar dan fasilitas umum
menggunakan jenis wadah komunal berupa tong/bak sampah komunal. Untuk pewadahan
komunal, umumnya terletak di suatu tempat terbuka sehingga memudahkan petugas untuk
pengambilan sampah. Pola pewadahan komunal umumnya terletak di taman kota, jalan,
pasar, dan perkantoran. Umumnya dalam kawasan perkantoran, pewadahan sudah
menggunakan bak pemilah sampah organik dan anorganik. Ukuran wadah sampah
biasanya berukuran 10-50 liter untuk permukiman, 100-500 liter untuk kantor, toko besar,
hotel, rumah makan.
Belum ada upaya pemilahan sampah dalam pewadahan ini, meskipun pada
beberapa tong sampah di tepi jalan umum dan kawasan perkantoran sudah disediakan
wadah terpisah untuk sampah organic dan anorganik namun pada prakteknya belum
berjalan. Untuk tong sampah individual yang disediakan warga masyarakat kondisinya
terkadang seadanya, misalnya dengan menggunakan tong atau bekas, namun secara
umum dapat mewadahi sampah pada tingkat sumber.

Gambar 4. 11
Wadah Sampah Individual Rumah Tangga dan Kawasan Perkantoran Kota Tegal

4.1.3.2. Sarana dan Prasarana Pengumpulan


Proses setelah pewadahan sampah adalah pengumpulan sampah. Kegiatan
pengumpulan sampah dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan sampah yang sudah
diwadahi oleh sumber agar dapat segera diangkut ke lokasi pengolahan dan/atau
pembuangan.
Pola pengumpulan sampah di Kota Tegal dilakukan di TPS, container dan TPST. TPS
adalah tempat pembuangan sampah sementara yang disediakan oleh pemerintah daerah

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

atau partisipasi masyarakat untuk menampung sampah buangan dari masyarakat. Sampah
dari TPS berasal dari sampah hasil pengangkutan gerobak yang kemudian diangkut menuju
TPA. Pada beberapa daerah yang padat penduduknya TPS sangat kecil dan tidak cukup
untuk menampung sampah yang ditimbulkan. Hal tersebut akan mengakibatkan timbulan
sampah yang tidak terangkat, dan bila terdekomposisi akan menimbulkan bau dan akan
mengundang lalat.
TPS yang tersedia di Kota Tegal berjumlah 46 unit, umumnya kondisinya
memerlukan perbaikan fisik dan peningkatan operasional berupa pengaturan jadwal
pembuangan dan pengangkutan, sehingga jangka waktu penumpukan sampahnya tertentu
dan tidak lebih dari 3 (tiga) hari. Hampir seluruh TPS yang terbuat dari pasangan bata
plesteran tidak mempunyai penutup, sehingga saat hujan sampah tercampur dengan air,
yang dapat menimbulkan bau dan terjadi kontaminasi air hujan oleh sampah, yang
mengalir di sepanjang jalan.
Sedangkan jumlah Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST sistem 3R) di Kota
Tegal sampai dengan tahun 2016 berjumlah 15 unit yang tersebar di beberapa kelurahan.
Keberadaanya cukup efektif untuk mereduksi sampah sampai ke TPA. Disamping itu
masyarakat juga terdorong untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan sampahnya sendiri,
sehingga sampah organik dan anorganik dapat diolah dengan baik dan bernilai ekonomis.
Secara teknis, pengumpulan sampah di Kota Tegal dilakukan dengan proses pengumpulan
dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke :
1) tempat pembuangan sementara (TPS);
2) pengolahan sampah skala kawasan (TPST): atau
3) langsung ke tempat pembuangan atau pemerosesan akhir tanpa melalui proses
pemindahan.
Operasional pengumpulan dan pengangkutan sampah mulai dari sumber sampah
hingga ke lokasi pemerosesan akhir atau ke lokasi pembuangan akhir, dilakukan dengan
dua cara, yaitu secara langsung (door to door), atau secara tidak langsung (dengan
menggunakan Transfer Depo/Container) sebagai TPS. Pengumpulan sampah yang
dijalankan di Kota Tegal dibedakan atas 3 pola operasi pengumpulan yaitu: pola individual
langsung (door to door), individual tidak langsung, dan komunal langsung.
a. Pola Individual Langsung (door to door)
Pola ini adalah dimana sampah dari sumber sampah dikumpulkan, dan langsung
diangkut oleh truk pengangkut sampah ke TPA. Lokasi yang menggunakan pola ini
adalah kawasan industri, kawasan fasilitas umum seperti pendidikan. Rata-rata yang
menggunakan pola ini di Kota Tegal adalah beberapa sekolah yang bekerjasama
dengan pihak pengelola sampah. Pola ini dijalankan di wilayah yang tidak bisa
menyediakan sarana TPS.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Dump truck
Sumber Timbulan Sampah

TPA Muarareja
Gambar 4. 12
Pengumpulan Sampah Pola Individual Langsung di Kota Tegal

b. Pola Individual Tidak Langsung


Sistem individual tidak langsung adalah sistem yang paling banyak digunakan di
Kota Tegal khususnya untuk kawasan permukiman. Pada sistem ini, sebelum
diangkut ke tempat pemerosesan, atau ke tempat pembuangan akhir, sampah dari
masing-masing sumber akan dikumpulkan dahulu oleh sarana pengumpul seperti
dalam gerobak tangan (hand cart) dan diangkut ke TPS. Dalam hal ini, TPS dapat
pula berfungsi sebagai lokasi pemrosesan skala kawasan guna mengurangi jumlah
sampah yang harus diangkut ke pemerosesan akhir. Di Kota Tegal, sampah-sampah
yang berada di bak/tong sampah pada skala rumah tangga diambil oleh petugas
pengambil sampah setiap hari, dikoordinir oleh lingkungan (RT/RW) dengan
memakai gerobag sampah untuk dibuang di TPS atau kontainer yang tersedia di
wilayah masing-masing. Sampah-sampah yang berada di TPS/TPST/kontainer
tersebut kemudian diangkut oleh armada truck sampah ke TPA. Pengangkutan
sampah dilakukan setiap hari (tidak lebih dari 24 jam) diambil setiap sehari 2 (dua)
kali yaitu pagi dan sore.
Di Kota Tegal juga sudah terdapat pengelolaan sampah di TPST, dimana
kehadirannya cukup optimal dalam mereduksi sampah. Pengolahan TPST inilah
yang saat ini diandalkan oleh Kota Tegal. Teknis proses pengangkutan dari rumah
tangga menuju TPA dengan pola individual tidak langsung adalah sebagai berikut.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Pengumpulan dengan gerobak


Sumber Timbulan Sampah

Pengangkutan oleh dump truck Pemindahan di TPS/TPST

Gambar 4. 13
Pengumpulan Sampah Pola Individual Tidak Langsung di Kota Tegal

Pada awalnya sampah dari sumber sampah diangkut oleh petugas menggunakan
gerobak sampah. Gerobak sampah terdiri dari 2 jenis yaitu sepeda gerobak sampah
serta gerobak tangan (hand cart). Selanjutnya sampah yang dikumpulkan dibawa
ke TPS/TPST untuk diproses. Di Kota Tegal pelayanan saat ini masih menggunakan
TPS yang berkontainer baik berlandasan atau tidak. Rata-rata kondisi TPS berupa
bangunan permanen yang tersebar di seluruh kelurahan di Kota Tegal. TPS dapat
berupa bak maupun kontainer. Secara umum TPS di Kota Tegal memiliki volume
sampah 4-24 m3/hari dengan pengambilan 1-2,5 rit/hari.
Berdasarkan data TPS di Kota Tegal, pada beberapa kelurahan belum sepenuhnya
terjangkau pengelolaan sampah, terutama di beberapa kelurahan di Kecamatan
Margadana sehingga sampah hanya dibakar atau dibuang ke sungai/pekarangan.
Ketersediaan lahan untuk TPS juga merupakan faktor penentu belum adanya lokasi
TPS. Umumnya masalah ini terjadi pada lingkungan permukiman dengan tingkat
partisipasi masyarakat yang rendah. Pola operasi individual tidak langsung
merupakan metode yang cukup tepat untuk terapkan di beberapa wilayah di Kota
Tegal, terutama pada Kecamatan yang termasuk pada kategori pelayanan kritis atau
kepadatan tinggi. Penerapan pola ini di daerah padat penduduk, perlu pembinaan
bagi masyarakat untuk bisa tertib buang sampah di TPS secara individual.
Sementara itu pengelolaan TPST ini sangat diandalkan di Kota Tegal, karena sudah
melakukan pengolahan sampah berupa pengomposan, pemilahan, dan pembakaran

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

menggunakan incinerator. Rata-rata jumlah sampah yang masuk dalam TPST


adalah sekitar 4 – 40 m3/hari. Dengan adanya pengolahan sampah di tingkat TPST,
rata- rata sekitar 30-34% sampah telah dapat direduksi melalui pengomposan
dengan komposter, pembakaran, maupun daur ulang ( recycle) untuk sampah
anorganik yang masih dapat dimanfaatkan. Pola pengelolaan sampah menggunakan
TPST ini cukup efektif dalam upaya mengurangi timbulan sampah. Namun dalam
proses pembakaran sampah masih dirasa kurang ramah lingkungan, hal ini karena
lokasi incinerator yang dekat dengan lokasi permukiman warga sehingga
menimbulkan polusi bagi lingkungan sekitar.
Sarana dan prasarana pengumpulan sampah mulai dari sumber sampah adalah
sebagai berikut:
Tabel IV. 8
Data Peralatan Pengumpul Sampah di Kota Tegal
Jumlah
No Jenis Alat Angkut Kapasitas per unit (m3) Ritasi
(unit)
1 Gerobak Sampah 711 1 1
2 Gerobak motor sampah 19 1,5 2
Sumber : Diskimtaru Kota Tegal, 2015

1. Gerobak Sampah
Sarana pengumpulan sampah berupa gerobak sampah beroperasi pada tingkat
RT atau RW di kawasan permukiman. Gerobak ini dijalankan dengan
ditarik/didorong atau berbentuk becak. Volume gerobak sampah ini adalah 0,68
– 1,00 m3 atau kurang dari 1 m3 dengan pola operasi 1-2 rit/hari bekerja 6 hari
seminggu. Kondisi armada sebagain tidak terawat atau rusak tetapi tetap
digunakan. Jumlah total gerobak sampah adalah 711 unit. Sebagai contoh, di
Kelurahan Kejambon yang terdiri dari 6 RW atau 43 RT dengan penduduk 3.644
KK, dilayani sebanyak 9 gerobak sampah. Standar yang harus terpenuhi
terhadap sarana pengumpul berupa gerobak menurut SNI adalah setiap satu
gerobak volume 1 m3 disiapkan untuk melayani 200 KK. Dengan demikian,
kendaraan pengumpul di Kota Tegal umumnya berada pada kapasitas (beban)
kerja tinggi yang melampaui kapasitas optimal. Dengan standar ini sebagai
contoh, Kelurahan Kejambon memerlukan paling tidak 18 gerobak sampah
dengan volume 1m3.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Gambar 4. 14
Gerobak Sampah Untuk Pengangkutan Komunitas

2. Armada Gerobak Motor Roda Tiga (Tossa)


Sarana pengumpulan sampah berupa gerobak Tossa beroperasi pada jalan
protocol, kawasan perkantoran dan komersial. Volume gerobak Tossa ini adalah
1,50 - 2,24 m3 dengan pola operasi 3 rit/hari bekerja 6 hari seminggu. Jam
kerja pagi-siang pukul 06.00 - 12.00 WIB, siang/sore pukul 13.00-18.00 WIB,
serta malam pukul 24.00-03.00 WIB. Jumlah armada total adalah 19 unit.
Kondisi armada umumnya cukup baik. Kendaraan pengumpul Tossa di Kota
Tegal umumnya berada pada kapasitas (beban) kerja tinggi yang optimal.

Gambar 4. 15
Tossa untuk Mengangkut Sampah

c. Pola Penyapuan Jalan


Selain sumber sampah dari permukiman dan non permukiman, sampah juga bersumber
dari sampah jalan. Penanganan sampah di jalan-jalan protokol/utama Kota Tegal
meliputi aktivitas penyapuan jalan, pengambilan sampah oleh armada motor roba tiga
(„Tossa‟), dan pengambilan sampah oleh armada truk.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

1. Penyapuan jalan
Kegiatan penyapuan jalan di Kota Tegal saat ini dilakukan dengan cara manual.
Penyapuan cara manual adalah penyapuan yang dilakukan oleh tenaga manusia
dibantu peralatan seperti sapu lidi dan kegiatan dilakukan dengan sistim beregu
(kelompok) atau perorangan. Pelayanan penyapuan jalan di Kota Tegal
diarahkan pada tempat/fasilitas umum seperti jalan dan trotoar, serta fasilitas
umum lainnya. Frekuensi penyapuan jalan dalam satu hari adalah sebanyak 3
kali yaitu dari pagi hari hingga sore hari. Jumlah penyapu jalan adalah sebanyak
112 orang. Dimana terbagi menjadi 3 shift yaitu shift pagi (06-12.00 WIB),
siang/sore (12.00-18.00 WIB), serta malam (21.00-03.00 WIB). Pola
operasionalnya adalah setiap tenaga penyapu bertugas membersihkan sampah
dari pengguna jalan pada kedua sisi jalan yang dikelompokkan dan dikumpulkan
di beberapa titik setiap antara 20 – 50 meter satu kelompok sampah, untuk
kemudian diangkut oleh petugas pengambil sampah kendaraan pengangkut
(armada tossa/dump truck sampah) dan dibuang ke TPA. Setiap penyapu jalan
menyapu lokasi jalan protokol minimal 1.500 m 2, maksimal 2.500 m2 (standar
kemampuan kerja perorangan). Selain itu kebersihan dan keselamatan tenaga
kerja penyapu jalan juga aspek yang harus diperhatikan.
2. Pengambilan sampah oleh armada tossa
Pengambilan sampah di jalan protokol dilakukan oleh armada tossa dengan
ketentuan jam kerja pagi hingga siang hari mulai pukul 06.00 WIB sampai
dengan pukul 12.30 WIB, siang/sore (12.00-18.00 WIB), serta malam (24.00-
03.00 WIB). Pengambilan sampah oleh armada tossa bertujuan untuk
mengambil sampah di sisi jalan baik yang berada di bak/tong sampah maupun
pengelompokan sampah yang dikumpulkan oleh petugas penyapu jalan,
kemudian dibuang ke TPA. Lokasi pengambilan sampah yang dilayani oleh
armada tossa adalah sebagai berikut.
Tabel IV. 13
Lokasi Pengambilan Sampah oleh ‘Tossa’
No Jam Layanan Rute / Lokasi
Jl. Gajahmada, Jl. MT. Haryono, JL. S.Parman, JL. Brigjen Katamso
Jl. Jend. Sudirman, Jl. Hos Cokroaminoto, Jl. Proklamasi
Pagi Jl. Martoloyo, JL. Yos Sudarso, JL. Panggung Timur, JL. Serayu
06.00 – 12.30 JL. KH. Ahmad Dahlan, JL. Ki Gede Sebayu, Rumdin Walikota
1 Jl. Kartini, Rumdin Wakil Walikota, Jl Menteri Supeno, Jl. Semeru
Jl. Kol. Sudiarto, Jl. Werkudoro, Jl. Mayjen Sutoyo, Jl. Pekauman Utara (Batik Intisari)
Jl. Kol Sugiono
Jl. DR. Sutomo
Jl. Komplek Alun-alun, Jl. Pancasila Taman Poci
Sore
2 Jl. AR. Hakim, Jl. Sultan Agung
13.00 -18.00
Jl. DI Panjaitan, Jl. Veteran, Jl. Pemuda (DPRD)
Malam 24.00-
3 Jl. AR. Hakim, Jl. P. Diponegoro, Jl. Ahmad Yani, Jl. Veteran, Jl. Pemuda DPRD
03.00
Sumber : Diskimtaru Kota Tegal, 2016

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Dari identifikasi lapangan diketahui bahwa kegiatan penyapuan jalan di Kota Tegal
saat ini dilakukan dengan cara manual. Penyapuan cara manual adalah penyapuan
yang dilakukan oleh tenaga manusia dibantu peralatan seperti sapu lidi dan
kegiatan dilakukan dengan sistim beregu (kelompok) atau perorangan. Pelayanan
penyapuan jalan di Kota Tegal diarahkan pada tempat/fasilitas umum seperti jalan
dan trotoar, serta fasilitas umum lainnya. Pola operasionalnya adalah setiap tenaga
penyapu bertugas membersihkan sampah dari pengguna jalan pada kedua sisi jalan
yang dikelompokkan dan dikumpulkan di beberapa titik setiap antara 20 – 50 meter
satu kelompok sampah, untuk kemudian diangkut oleh petugas pengambil sampah
kendaraan pengangkut (armada tossa/dump truck sampah) dan dibuang ke TPA.
Evaluasi kinerja penyapuan jalan secara umum adalah sebagai berikut:
Pola operasi: Manual
Kendaraan pengumpul: Gerobak dan armada motor sampah Tossa
Tenaga kerja: Jumlah penyapu jalan 112 orang. Menyapu jalan
protokol 1.500 m2-2.500 m2 per orang
Waktu kerja: 3 shift : pagi (06-12.00 WIB), sore (12.00-18.00
WIB), malam (21.00-03.00 WIB).
Secara umum penyapuan jalan telah berjalan dengan baik. Namun pada masa
mendatang perlu direncanakan system penyapuan jalan secara mekanik terutama
pada jalan protocol. Selain itu kebersihan dan keselamatan tenaga kerja penyapu
jalan juga aspek yang harus diperhatikan.

4.1.3.3. Sarana dan Prasarana Pemindahan


Pemindahan sampah merupakan tahapan untuk memindahkan sampah hasil
pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat pemrosesan atau ke
pembuangan akhir. Kegiatan pemindahan memiliki tujuan untuk mengurangi
ketergantungan antara kegiatan pengumpulan dan pengangkutan sehingga masing-masing
dapat dikelola secara efisien. Lokasi pemindahan sampah idealnya memudahkan bagi
sarana pengumpul dan pengangkut sampah untuk masuk dan keluar dari lokasi
pemindahan, dan tidak jauh dari sumber sampah. Pemerosesan sampah atau pemilahan
sampah dapat dilakukan di lokasi ini, sehingga sarana ini dapat berfungsi sebagai lokasi
pemerosesan tingkat kawasan. Pemindahan sampah dilakukan oleh petugas kebersihan,
yang dapat dilakukan secara manual atau mekanik, atau kombinasi misalnya pengisian
kontainer dilakukan secara manual oleh petugas pengumpul, sedangkan pengangkutan
kontainer ke atas truk dilakukan secara mekanis ( load haul). Dengan demikian proses
pemindahan terjadi pada pola operasi tidak langsung di sebuah lokasi TPS.
Tipe pemindahan dipengaruhi oleh cakupan pelayanan, kapasitas, dan jenis alat
yang digunakan. Pola pemindahan sampah di Kota Tegal dilakukan pada lokasi TPS dan
TPST oleh petugas kebersihan. Proses pemindahan sampah ke TPA menggunakan TPS
yang menjadi satu bagian dengan transfer depo dan sarananya berupa container dengan
kapasitas ± 6 m3. Pada saat ini di Kota Tegal dari seluruh TPS yang ada dapat

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

dikategorikan menjadi beberapa jenis yaitu TPS dengan container yang diberi landasan,
TPS dengan container tanpa landasan, TPS bak pasangan bata, serta TPS darurat atau TPS
yang berupa transfer depo/pool kontainer. Pada jam tertentu sampah ini diangkut oleh
truk pengangkut menuju ke TPA.

Gambar 4. 16
Proses Pemindahan sampah ke dari TPST ke Truk Pengangkut

Beberapa amatan kondisi lapangan mengenai proses operasi pemindahan di


TPS/TPST adalah sebagai berikut :
 Proses pemindahan dari gerobak ke TPS umumnya hanya dituang;
 Pemindahan dari TPS ke truk pengangkut umumnya dilakukan manual oleh
petugas Bongkar Muat (BM) sebanyak 4 orang yang mengikuti setiap dump
truck. Proses muat sampah ini memakan waktu cukup panjang yaitu sekitar 1-2
jam. Kendala yang muncul setidaknya adalah sebagai berikut:
o Lokasi timbunan sampah lebih rendah dibandingkan permukaan bak truk,
sehingga menaikkan beban sampah ini memerlukan tenaga besar dan
waktu lama. Untuk itu direkomendasikan menata lantai TPST yang

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

memungkinkan lantai timbunan lebih tinggi atau sejajar dengan


permukaan bak truk. Model ini disebut sebagai TPS model Ram.
o Petugas BM yang bertugas utama memuat sampah juga terkadang
melakukan pemilahan/pengumpulan sampah yang mempunyai nilai
ekonomi untuk dijual sebagai tambahan pendapatan mereka. Situasi
seperti ini menambah waktu muat semakin lama. Dalam jangka panjang
perlu dikaji bahwa peran untuk memuat sampah ke truk tidak perlu
petugas khusus apalagi jumlahnya cukup banyak (4 orang) yang
mengikuti truk, tetapi dapat digantikan oleh petugas TPST tentunya
dengan diikuti pengaturan tugas dan fungsi personil TPST dan diikuti
dengan peningkatan pendapatan.
Proses pemindahan dalam hal ini terjadi pada pola operasi tidak langsung di lokasi
TPS atau TPST. Kegiatan ini memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat
pengangkut untuk dibawa ke tempat pemrosesan atau ke pembuangan akhir. Saat ini di
Kota Tegal, dari seluruh TPS yang ada, dapat dikategorikan sebagai berikut :
(1) TPS dengan container 13 titik. Jumlah container total 26 unit.
(2) TPS bak pasangan bata 40 titik.
(3) TPST sebanyak 15 titik.

Gambar 4. 17
TPS dengan Pasangan Bata

Pemindahan di TPS berlangsung setiap hari, namun dari 40 TPS terdapat 25 TPS
yang tidak tuntas pemindahan sampah dalam sehari, artinya terdapat sisa sampah yang
tidak terangkut ke TPA. Kondisi penumpukan ini menunjukkan kapasitas pengangkut yang
belum mencukupi kebutuhan atau mekanisme pengangkutan yang belum optimal.
Tabel IV. 9
TPS Tidak Tuntas Pengambilan tiap Hari
No. LOKASI TPS Kelurahan Pengambilan
1. TPS Jl. Batanghari Mintaragen 1 rit pagi-sisa
2. TPS Jl. Cimanuk Mintaragen 2 rit pagi-sisa

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

No. LOKASI TPS Kelurahan Pengambilan


3. TPS Jl. Slamet Riyadi PLN Mintaragen 2 rit pagi-sisa
4. TPS Jl. Waringin Mintaragen 2 rit pagi-sisa
5. TPS Jl. Zaenal Arifin (makam panggung) Mintaragen 2 rit pagi-sisa
6. TPS Jl. Kol Sugiarto Panggung 1 rit pagi-sisa
7. TPS Jl. Panggung Timur (Radio Sananta) Panggung 2 rit pagi-sisa
8. TPS Jl. Tentara Pelajar (PKL) Panggung 1 rit pagi-sisa
9. TPS Jl. Cendrawasih (samping Bank Mandiri) Randugunting 1 rit pagi-sisa
10. TPS Jl. Kapten Sudibyo (depan eks Moro) Randugunting 2 rit pagi-sisa
11. TPS Jl. Kompol Suprapto (Dolog) Kemandungan 2 rit pagi-sisa
12. TPS Jl. Imam Bonjol Pekauman 2 rit pagi-sisa
13. TPS Jl. Temanggung Margadana 1 rit pagi - sisa
14. TPS Jl. Buya Hamka (Margadana) Margadana 1 rit pagi - sisa
15. TPS Kaligangsa (3 TPS) Kaligangsa 1 rit pagi - sisa
16. TPS Bayeman (utara rel ) Kaligangsa 2 rit pagi-sisa
17. TPS Jl. Jalak Barat (Belakang Pasific Mall) Pekauman 1 rit pagi-sisa
18. TPS Jl. Dr. Sutomo (Pasar Mambo) Pekauman 1 rit pagi-sisa
19. TPS Jl. Ki Mojo (Pasar Sumurpanggang) Sumurpanggang 2 rit pagi-sisa
20. TPS Pasar Karangdawa Kejambon 1 rit pagi-sisa
21. TPS Jl.Perintis Kemerdekaan (Pasar Anyar) Panggung 2 rit pagi-sisa
22. TPS Jl. Martoloyo (Pasar Beras) Mintaragen 2 rit pagi-sisa
23. TPS Jl. Durian (Hotel Surabaya) Kraton 2 rit pagi-sisa
Sumber: Diolah dari data Diskimtaru, 2016

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, operasi pemindahan sampah, belum


baik diukur dari hal-hal berikut ini :
 Proses pemindahan dari Gerobak ke TPS/TPST, umumnya dituang begitu saja,
dengan bantuan seorang atau dua orang petugas yang hanya dilengkapi dengan
alat seadanya. Pada operasi ini kendala utama yang dihadapi adalah adanya kontak
antara petugas dengan sampah yang relatif lama.
 Untuk pemindahan dari TPS dengan kontainer dilakukan langsung dengan menukar
kontainer isi dengan yang kosong. Permasalahan yang sering dihadapi adalah
sampah meluap dari kontainer sehingga banyak sampah yang tercecer di pelataran.
Untuk membersihkan TPS sering petugas harus menumpuk sampah ke dalam
kontainer sehingga sering terjadi pemadatan yang berlebih.
 Untuk pemindahan dari TPS/TPST berbentuk bak atau pelataran, dilakukan secara
manual oleh satu atau dua orang petugas dengan waktu operasi pemuatan relatif
lama, waktu kontak antara sampah dengan petugas panjang, dan banyak sampah
yang berceceran dan berserakan di pelataran TPS/TPST.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Dari pengamatan di atas, dapat disimpulkan operasi pemindahan yang dijalankan


di wilayah kerja Dinas KIMTARU Kota Tegal sangat tidak efisien dalam penggunaan tenaga
dan waktu serta pembenahan model operasi pemindahan.
Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan dalam operasi pemindahan ini
adalah pengembangan TPS menjadi sebuah transfer depo model Ram, dimana para
penarik gerobak datang di transfer depo sebelum dump truk. Pada saat dump truk datang,
mereka secara bergilir memasukan sampah dengan cara menuangkan isi gerobak ke dalam
bak truk. Cara seperti ini akan menghemat penggunaan waktu dan tenaga untuk
pemindahan sehingga ritasi pengumpulan dan pengangkutan dapat ditingkatkan. Bila
transfer depo model Ram belum dapat dibuat, maka penarik gerobak tetap datang di
transfer depo sebelum dump truk datang, dan mereka memasukkan sampahnya ke dalam
karung untuk memudahkan pemindahan sampah ke dalam dump truk. Dengan cara
demikian, maka dump truk tidak perlu parkir telalu lama di transfer depo, sehingga
diperoleh efisiensi waktu pengangkutan. Dengan demikian ritasinya dapat ditingkatkan.

4.1.3.4. Sarana dan Prasarana Pengangkutan


Pengangkutan sampah adalah sub sistem yang bertujuan membawa sampah dari
lokasi penampungan sementara atau dari sumber sampah menuju tempat pemrosesan
berikutnya atau akhir secara efisien. Sistem pemuatan sampah untuk diangkut di Kota
Tegal umumnya dilakukan dengan :
1. Metode Manual
Yaitu pemuatan sampah dari proses pengumpulan ke kontainer angkutan
dilakukan oleh petugas pengumpul. Petugas pengumpul melakukan:
 Pemindahan sampah dari gerobak hasil pengumpulan atau dari bak sampah
(TPS) ke kontainer truk
 Pemindahan dari bak sampah atau gerobak trailler yang diparkir di jalan
protokol ke dalam kendaraan angkut maupun trailler
 Peralatan yang digunakan untuk pengoperasian pemindahan manual antara
lain sekop, cangkul, dan sejenisnya.
2. Metode Mekanis
Yaitu pemuatan kontainer ke atas arm roll truck dilakukan secara mekanis (load
haul). Tata laksana pemindahan dengan menggunakan arm roll truck terdiri dari
langkah-langkah berikut.
 Manuver parkir guna meletakkan kontainer kosong yang dibawanya;
 Menurunkan kontainer ke tanah;
 Manuver ke kontainer penuh;
 Mengangkat kontainer penuh;
 Keluar dari lokasi pemindahan untuk melaksanakan operasi pengangkutan.
Bila melihat cara operasional pengangkutan yang ada, maka kinerja pengangkutan
sampah Kota Tegal masih perlu ditingkatkan lagi, terutama untuk menghemat waktu

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

pengangkutan agar ritasi dapat dioptimumkan. Optimasi ritasi armada pengangkut ini perlu
dilakukan dengan meninjau ulang praktek pemindahan dan rute pengangkutan.
Untuk sarana prasarana persampahan yang mendukung kegiatan pengumpulan
sampah, pada saat ini tergolong belum memadai untuk pengangkutan sampah kota, baik
dari permukiman penduduk maupun non permukiman. Selain itu pola pengumpulan
sampah individual langsung juga mempengaruhi adanya efektivitas ritasi dump truck
karena rata-rata 1 unit kendaraan besar membutuhkan waktu panjang, dan hanya mampu
melayani 1 rit/hari. Padahal dengan kapasitas tersebut seharusnya dapat melayani 2-3
rit/harinya. Perincian jumlah dan kapasitas angkut peralatan sampah dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel IV. 15
Data Peralatan Pengangkut Sampah di Kota Tegal
Jumlah Kapasitas per unit
No Jenis Alat Angkut Ritasi
(unit) (m3)
1 Dump truck 19 6 3
2 Arm roll 4 6 4
3 Container 26 6 -
Sumber : Diskimtaru Kota Tegal, 2015

Pengangkutan sampah di Kota Tegal dilakukan oleh armada arm roll dan dump
truck. Pengambilan sampah oleh armada arm roll dan dump truck sampah dengan
ketentuan :
Jam kerja pagi :
 Senin-Kamis pukul 06.00 WIB – 12.30 WIB
 Jumat pukul 05.30 WIB – 11.00 WIB
 Sabtu – Minggu pukul 06.00 WIB – 12.30
WIB Jam Kerja Siang/sore :
 Senin-Kamis pukul 12.00 WIB – 18.00 WIB
 Jumat pukul 13.00 WIB – 18.00 WIB
 Sabtu – Minggu pukul 11.30 WIB – 17.30 WIB

Tugas pengangkutan sampah armada truck adalah mengambil dan mengangkut


sampah dari sumbernya (tepi jalan raya, pasar, TPS, dan kontainer) sesuai dengan rute
dan waktu yang sudah ditentukan kemudian membuang sampah ke TPA. Lokasi
pengambilan sampah oleh arm roll dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel IV. 16
Lokasi Pengambilan Sampah oleh Arm roll
No Lokasi
Kontainer Jl. Ki Hajar Dewantoro/Kalinyamat Kulon
Kontainer Jl. Ponorogo Barat KUD Sumurpanggang
1 Kontainer Jl. Sumbawa
Kontainer Jl. Martadinata
Kontainer Jl. Sangir (PAI)

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

No Lokasi
Kontainer Pelabuhan
2 Kontainer Jl. Jongor
Kontainer RSUD Kardinah
Kontainer Jl. Wisanggeni /Selatan SMP 14
Kontainer Jl. Ki Gede Sebayu (Diskimtaru)
3 Kontainer Jl. Ababil (RSI Harapan Anda)
Kontainer Jl. Matarama Pedurungan Lor
Sumber : Diskimtaru Kota Tegal, 2014

Pada saat ini permasalahan dalam pengangkutan sampah adalah terbatasnya


sarana pengangkutan sampah, tidak sebanding dengan jumlah volume sampah.
Keterbatasan armada pengangkutan sampah menyebabkan tertumpuknya sampah di TPS
dan container sehingga menimbulkan bau dan mengganggu estetika kawasan.
Faktor yang mempegaruhi kinerja operasi pengangkutan adalah : (1) Jarak titik
akhir pengumpulan terhadap TPA, (2) Model kendaraan angkut dan kondisi fisiknya, (3)
Kondisi jalan baik kepadatan arus lalu lintas maupun kualitas jalan yang dilaluinya.
Melihat luasnya area administrasi di setiap Kecamatan yang ada dalam wilayah
pelayanan dan dengan hanya ada satu lokasi TPA, yaitu di Kelurahan Muarareja,
Kecamatan Barat, dapat dipastikan jarak antara lokasi pengumpulan ke TPA tidak terlalu
jauh. Lokasi TPA Muarareja itu sendiri berjarak kurang lebih 2 km dari jalan raya (jalan
arteri Pantura). Sebagai contoh, jarak dari terjauh dari wilayah Kecamatan Tegal Timur ke
TPA terukur 10 km. Saat ini di Kota Tegal, armada pengangkut sampah dapat
dikategorikan sebagai berikut:
1. Dump truck kapasitas 6 m3 sebanyak 19 unit (rata-rata 3 rit per hari)
2. Arm roll truck 6 m3 sebanyak 4 unit.
Dari data di atas maka dapat dihitung kapasitas angkut kendaraan angkut yang
dioperasikan di Kota Tegal saat ini seperti dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel IV. 10
Kapasitas Angkut Sampah Eksisting
Kapasitas Kapasitas
Volume Jumlah Rerata
No Jenis Sarana Angkut / Angkut total
(m3) (unit) ritasi/hari
unit (m3)*) (m3/hari)
A Kapasitas Angkut
1 Dump truck 6 19 9,6 3 547,20
2 Arm roll truck 6 4 9,6 3 115,20
TOTAL 662,40
B Sampah Terangkut ke TPA
Sumber :
1 TPS 462,00
2 KONTAINER 78,00
3 TPST 121,05
TOTAL 661,05
Sumber: Perhitungan konsultan, 2016 *) tingkat pemadatan 1,6

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Data dari Dinas KIMTARU, rata-rata frekuensi pengangkutan mencapai 3


rit/unit/hari, dengan tingkat pemadatan 1,6 di dalam alat angkut, maka akan diperoleh
kapasitas maksimum 662,4 m3/hari. Saat ini sampah terangkut mencapai 661,05
m3/hari, dengan kata lain kapasitas angkut kendaraan belum melampaui kapasitas
maksimumnya. Dengan demikian jumlah armada pengangkutan belum perlu ditambah.
Permasalahan yang sering muncul seperti angkutan yang melebihi daya angkut sehingga
mengakibatkan sampah meluap dan mengotori jalan atau pada beberapa lokasi sampah
sampai tidak terangkut disebabkan oleh pola operasi yang tidak optimal baik ritasi, waktu
pemuatan sampah di TPST/TPS yang lama (1-2 jam), rute maupun pola pemadatan
sampah dalam angkutan yang tidak optimal.

4.1.3.5. Sarana dan Prasarana Pengolahan


Pengolahan sampah di Kota Tegal saat ini termasuk dalam kategori pengolahan
skala lingkungan yang dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah yang terkumpul di
TPST sehingga dapat mengurangi beban pengangkutan dan pengolahan/ pembuangan
sampah. Sampai saat ini sistem pengolahan sampah di Kota Tegal skala kawasan dilakukan
dalam TPST. Kegiatan pengolahan berupa kegiatan 3R ( reduce, reuse, recycle) namun masih
belum dilaksanakan hampir di semua TPS yang ada di Kota Tegal. Jenis kegiatan
pengolahan yang dilakukan di TPST pada saat ini terdiri dari :
a. Pengomposan
Adanya timbulan sampah organik yang tinggi dapat menjadi potensi dalam
melakukan daur ulang sampah, khususnya untuk melakukan komposting. Hal ini
dapat berguna untuk menekan beban pengelolaan sampah di Kota Tegal.
Pengomposan dilakukan dengan menggunakan alat komposter yang ada. Dari
observasi lapangan diketahui bahwa tidak semua sampah organik dapat diolah.
Dari observasi di lapangan, diperkirakan 95% sampah organik merupakan
sampah organik yang dapat dikomposkan. Berdasarkan data dari Diskimtaru
Kota Tegal, dari 14 TPST terdapat 8 TPST melakukan pengomposan, dengan
volume sampah yang dikompos rata-rata dapat sekitar 0,1 – 5 m 3/hari dengan
total mencapai hampir 10 m3/hari (atau 5% dari jumlah sampah terkumpul).
Kedepannya potensi untuk pengomposan ini cukup tinggi karena potensi
timbulan sampah organik yang mendominasi komposisi sampah.
Tabel IV. 11
Pengomposan Sampah Tingkat TPST di Kota Tegal
NO TPST VOL. DIKOMPOS (m3/hari)
1 TPST Kraton 0,94
2 TPST Pesurungan Lor 0,36
3 TPST Randugunting 1,00
4 TPST Melati Jaya Kejambon 5,81
5 TPST Bahari Asri 0,75
6 TPST Al-Hikmah Tunon 0,61

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

NO TPST VOL. DIKOMPOS (m3/hari)


7 TPST Pesurungan Kidul 0,33
8 TPST Rukun Bersih Sumurpanggang 0,15
Jumlah 9,95
Persentase terhadap sampah terkumpul 5%
Sumber: Diolah dari data Diskimtaru, 2016

b. Insinerasi
Dalam TPST sudah terdapat incinerator, dimana metode pengolahan sampah
dengan cara membakar sampah pada suatu tungku pembakaran.Teknologi
insinerasi merupakan teknologi yang mengkonversi materi padat menjadi materi
gas (gas buang), serta materi padatan yang sulit terbakar, yaitu abu (bottom
ash) dan debu (fly ash). Berdasarkan data dari Diskimtaru Kota Tegal, dari 14
TPST terdapat 10 TPST melakukan sistem ini, dengan volume sampah yang
dibakar mencapai 0,8 – 8,09 m3/hari atau total mencapai 40,44 m3/hari (atau
19% dari total sampah terkumpul). Teknologi insinerasi yang ideal dalam
implementasinya selain memerlukan biaya tinggi juga memerlukan ketelitian
yang tinggi dari pihak pengelola, namun saat ini insenerator di TPST dilakukan
dengan sistem yang sederhana. Satu hal dalam penggunaan sistem ini adalah
adanya dampak dari pembakaran tersebut yang potensial mengganggu terhadap
lingkungan sekitar.

Tabel IV. 12
Pengelolaan Sampah dengan Incenerator Tingkat TPST
di Kota Tegal (M3/Hari)
NO TPST VOL. DIBAKAR (m3/hari)
1 TPST Randugunting 7,97
2 TPST Kiragasela Cabawan 2,62
3 TPST Sejahtera Mandiri Pekauman 2,63
4 TPST Trukan Jaya 5,16
5 TPST Bahari Asri 8,09
6 TPST Al-Hikmah Tunon 1,78
7 TPST Sumbodro Slerok 3,71
8 TPST Pesurungan Kidul 0,89
9 TPST Krandon 2,93
10 TPST Fajar Jaya 4,65
Jumlah 40,44
Persentase 19%
Sumber: Diolah dari data Diskimtaru, 2016

c. Daur ulang (Pemilahan)


Kegiatan daur ulang dapat dilakukan untuk mengolah sampah anorganik,
dimana bahan sampah yang recycable. Pada kondisi eksisting, komposisi
sumber

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

sampah anorganik didominasi oleh sampah kertas dan plastik. Sebagian


kegiatan daur ulang di TPST dilakukan dengan cara pemilahan sampah dan
setelah terkumpul sampah dapat dijual. Pemilahan dilakukan di seluruh TPST
dengan efektifitas dapat mengurangi sampah mencapai 40,97 m3/ hari atau
sekitar 20% dari total sampah terkumpul.

Tabel IV. 13
Pengolahan Sampah Dipilah/Reuse Tingkat TPST Di Kota Tegal
VOL. DIPILAH / REUSE
NO TPST
(m3/hari)
1 TPST Kraton 5,29
2 TPST Pesurungan Lor 1,23
3 TPST Randugunting 4,86
4 TPST Kigarasela Cabawan 2,56
5 TPST Sejahtera Mandiri Pekauman 1,68
6 TPST Trukan Jaya 0,25
7 TPST Melati Jaya Kejambon 10,29
8 TPST Bahari Asri 1,26
9 TPST Al-Hikmah Tunon 0,65
10 TPST Sumbodro Slerok 2,16
11 TPST Pesurungan Kidul 1,63
12 TPST Krandon 1,81
13 TPST Fajar Jaya 0,25
14 TPST Rukun Bersih Sumurpanggang 0,75
15 TPST Tegalsari 6,30
Jumlah 40,97
Persentase 20%
Sumber: Diolah dari data Diskimtaru, 2016

d. Daur ulang (Pemilahan) oleh Pemulung dan Pengumpul Sampah


Kegiatan pemilahan sampah juga dilakukan pemilah sampah individu atau
pemulung yang melakukan pemilahan sampah langsung dari sumbernya dari rumah
penduduk, perkantoran, toko dan sebagainya. Umumnya mereka mendapatkan hasil
pemilahan sampah anorganik yang cukup banyak yakni kurang lebih 10 karung per
harinya dengan nominal mencapai Rp 100.000 per hari. Manfaat ekonomi ini
menjadi motivasi seseorang menjadi pemulung. Hasil pemulung ini dijual langsung
setiap hari ke pengepul di Kota Tegal. Hasil identifikasi lapangan terdapat sekitar 7
pengepul yang berlokasi di Jl. Kemuning sekitar 4 pengepul dan di belakang
Terminal Bus sekitar 3 pengepul. Dengan rata-rata setiap pengepul menampung
sekitar 30 pemulung, maka diperkirakan di Kota Tegal beroperasi sekitar 210
pemulung setiap harinya. Dengan asumsi pemulung mengumpulkan minimal 10

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

karung per hari, maka reduksi sampah yang dilakukan setara volume 200 liter per
hari per orang atau total dapat mencapai 42 m3/hari.
Sementara itu pengangkut sampah juga memilah sampah anorganik untuk dijual
sebagai penghasilan tambahan mereka. Asumsi jumlah pengangkut sampah adalah
90% dari jumlah gerobak sampah, karena sebagian gerobak diketahui rusak atau
belum dioperasikan optimal di tingkat TPST, sehingga terdapat kurang lebih 640
orang. Dengan jumlah hasil sampah yang diperoleh minimal 1 karung per hari
setara volume 20 liter, maka total reduksi sampah dari proses ini adalah sekitar 12,8
m3/hari di seluruh wilayah Kota Tegal. Dengan demikian total reduksi sampah dari
pemulung dan petugas pengumpul sampah adalah sekitar 54,8 m3/hari.
Tabel di bawah ini menjelaskan tentang harga jual berbagai jenis sampah anorganik
di Kota Tegal.

Tabel IV.21
Harga Jual Hasil Pemilahan Sampah Anorganik di Kota Tegal
No Jenis Sampah Harga Jual
1 Plastik Kresek Rp 500,- per kg
2 Plastic Botol Aqua (PET tanpa label dan tutup) Rp 2900,- per kg
3 Plastic Blowing (termasuk tutup botol, wadah lem, wadah minyak goreng) Rp 4000,- per kg
4 Plastic Aqua Gelas Rp 4000.- per kg
5 Plastic ember dan keranjang makanan plastik Rp 3000,-per kg
6 Plastic Krasan (botol yakult dsb) Rp 200,-per kg
7 Pralon pipa Rp 1100,- per kg
8 Plastic HD (ember hitam dan helm) Rp 1200,-per kg
9 Plastic Kristal (CD, Kaset, tangkai sikat gigi) Rp 3000,- per kg
10 Lampu Rp 1000,- per buah
11 Kaca Rp 150,- per kg
12 Botol kaca (orson, kecap dsb) Rp 200,- Rp 500,- per kg
Sumber :survey primer konsultan, 2016

Hasil sampah oleh pengepul akan diolah pada tahap selanjutnya. Peran pengepul
sangat penting dalam tahapan pasca pengelolaan sampah karena mampu
menampung sampah dan mendistribusikan ke pemasok yang lebih besar (untuk
bahan baku lainnya) hingga ke luar Kota Tegal (Cirebon, Solo, Kudus, Purwakarta
dsb).

(a) (b)

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

(c) (d) (e)


Keterangan :
(a) Hasil pemilahan sampah non organik di TPST
(b) Pengepul sampah di Jalan Kemuning
(c)Pemilahan sampah di TPA
(d) Pemilah sampah individu
(e) Pengepul sampah di samping terminal

Gambar 4.18
Pemilahan Sampah yang memiliki nilai ekonomis

Sampah anorganik dari perumahan dan non perumahan TPS


sisa

Dipilah oleh pemilah individu dan petugas BM TPA


sisa

Dipilah oleh pemilah individu Dipilah oleh pemilah individu dan petugas pemilah TPA
sisa

TPST
Hasil pemilahan Masyarakat menjual baran
Dipilah oleh pemilah individu, petugas pengangkutan sampah, dan petugas TPST

Plastik dijual ke Cirebon,Purwakarta dsb Hasil pemilahan


Pengepul
Kertas ke Kudus dan Solo
Besi, alumunium, kuningan, tembaga diolah dengan peleburan pabrik setempat

Setiap hari untuk pemilah individu 1-2 kali seminggu u

Gambar 4.19.
Alur Pemilahan Sampah

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Dari uraian di atas, secara umum pengolahan sampah secara informal dengan
aktifitas pengolahan seperti daur ulang ada di tingkat TPST, atau dapat diperhitungkan
sebagai kegiatan pengolahan oleh sektor informal/ masyarakat, yang diperkirakan saat ini
mencapai sekitar 14,78% terhadap timbulan sampah, sehingga sistem ini memberikan
kontribusi reduksi beban penimbunan sampah di TPA. Kondisi ini cukup baik, namun dapat
ditingkatkan kapasitasnya pada masa mendatang.

Tabel IV. 22
Kinerja Sistem Pengolahan Sampah Eksisting
Sistem Pengolahan Volume (m3/hari)
1. Pengomposan di TPST 9,95
2. Daur ulang (pemilahan) di TPST 40,97
3. Pembakaran di TPST 40,44
4. Pemilahan oleh pemulung dan pengumpul sampah 54,8
TOTAL 146,16
TOTAL TIMBULAN 988,78
Persentase sampah diolah 14,78%
Sumber: Perhitungan konsultan, 2016

Dari hasil survey timbulan, terukur potensi bahan daur ulang sampah berupa
sampah organic (67%) disusul sampah plastik / karet (15%) dan sampah kertas (13%).
Dari ketiga jenis sampah ini, dari observasi di lapangan memperlihatkan nilai ekonomis
plastic lebih tinggi daripada kertas dan kompos, sehingga daur ulang plastik lebih
berkembang dibandingkan kertas. Hal ini menunjukkan bahwa untuk pengembangan daur
ulang sampah di Kota Tegal, selayaknya plastik menjadi prioritas penanganan.
Pada survey timbulan, terukur timbulan sampah di Kota Tegal masih di dominasi
oleh sampah organic (67%). Pengomposan adalah alternatif pengolahan sampah jenis ini.
Berikut ini adalah potensi produksi kompos jika 60% sampah organic bisa diolah.

Tabel IV. 143


Potensi Pengomposan di Kota Tegal
Potensi sampah organik satuan Jumlah
Sampah organik domestik/ rumah tangga
 Per rumah tangga kg/hari 1,25
 Total Kota Tegal kg/hari 81893
Sampah organik non-domestik kg/hari 56909
Total Sampah organic kg/hari 138802
kg/bulan 4627
Potensi bahan baku kompos (60%) kg/bulan 2776
Potensi kompos jadi kg/bulan 1110
Sumber: Perhitungan konsultan, 2016

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Terdapat 3 faktor yang perlu diperhatikan dalam pengomposan yaitu : (1) Pelaku
pengomposan atau pelaksananya; (2) Teknologi pengomposan ; dan (3) Skala
pengomposan. Pengomposan dapat dilakukan oleh masyarakat maupun oleh Dinas
KIMTARU sendiri. Tinjauan terhadap praktek-praktek pengomposan yang dilakukan di
berbagai kota di Indonesia, pengomposan akan lebih efektif dan efisien jika dilakukan
dengan pola kemitraan bersama masyarakat atau swasta, tentunya yang perlu diperhatikan
adalah mekanisme kemitraannya itu sendiri. Sering terjadi, masyarakat diajak
mengomposkan sampah, akan tetapi tidak dikembangkan mekanisme insentifnya, sehingga
sering terjadi masyarakat merasa berat dengan biaya operasi pengomposan tersebut.
Dalam aspek teknologi pengomposan, banyak alternative yang sudah dikembangkan
dan bahkan teruji di Indonesia. Teknologi pengomposan sudah tersedia mulai dari
teknologi sederhana hingga teknologi canggih. Pemilihan teknologi akan ditentukan oleh
pelaku pengomposan itu sendiri. Pengomposan yang dilakukan oleh masyarakat dan
pemerintah kiranya cukup menggunakan metoda sederhana, sedangkan untuk pelaku
swasta untuk meningkatkan efisiensi, selayaknya perlu dipilih teknologi tinggi, seperti
biodegester.
Skala pengomposan seharusnya menjadi perhatian, mengingat hal ini akan
menentukan besar kecilnya sarana dan prasarana yang harus dipersiapkan untuk itu.
Melihat besarnya potensi bahan baku kompos, selayaknya di Kota Tegal dikembangkan
pengomposan dalam beberapa skala, yaitu :
(1) Skala lingkungan, di tingkat RT/RW dengan melibatkan masyarakat.
(2) Skala kawasan, di tingkat Kelurahan dengan pendekatan kemitraan antara Pemerintah-
Masyarakat-Swasta. Pola ini dapat dilakukan di TPST yang ada.
(3) Skala kota, yaitu pengomposan yang dilakukan di TPA, untuk melayani wilayah yang
tidak memungkinkan dikembangkannya skala kawasan dan skala lingkungan.

4.1.3.6. Sarana dan Prasarana Pembuangan Akhir


Data tentang pemrosesan akhir sampah di TPA di Kelurahan Muarareja Kota Tegal
adalah sebagai berikut:
Pengelola : UPTD DISKIMTARU Kota Tegal
Lokasi : Jl. Mataram Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal
Barat
Luas lahan : kurang lebih 1,45 ha meliputi lahan penimbunan 1,17
ha dan lahan untuk kantor, gudang dan halaman
depan sekitar 0,38 ha.
Sistem pengelolaan : Open dumping
Volume sampah ditampung : 500 – 600 ton / hari
44 rit truk / hari
Peralatan : Dump truck = 19 unit
Arm roll truck = 4
unit Insinerator = 1
unit Alat berat = 1
unit

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Alat untuk pengomposan = 1


unit Kantor pengelola = 1 unit
Gudang peralatan = 1 unit
TPA ini direncanakan hanya sebagai TPA sementara sehingga luasan juga terbatas.
Saat ini tingginya timbunan sampah TPA telah mencapai sekitar 8 meter. Permasalahan lain
yang muncul adalah bau yang ditimbulkan. Pengolahan sampah yang dilakukan di TPA ini
adalah pengolahan sampah norganik menjadi kompos dan untuk sampah anorganik
dipilah-pilah oleh petugas dan pemulung untuk dimanfaatkan kembali. Untuk sampah
anorganik yang dapat didaur ulang akan dijual dan untuk sampah yang tidak layak didaur
ulang akan dibakar menggunakan Insinerator.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan Akhir

Gambar 4. 20
Lokasi TPA Eksisting

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Sumber: Observasi Lapangan, 2016


Gambar 4. 21
Kondisi TPA di Kota Tegal

Sumber: Observasi Lapangan, 2016


Gambar 4. 22
Sarana dan Prasarana
TPA

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Observasi terhadap TPA Muarareja, mengarah pada satu kesimpulan bahwa TPA
tersebut masih belum ditata dengan baik. Kondisi ini dapat dipahami karena TPA seluas 2
ha ini tidak dirancang untuk jangka panjang, atau hanya sebagai TPA sementara.
Penimbunan dilakukan secara open dumping, tidak ada pengolahan lindi, dan operasi yang
ada hanyalah buang tanpa pengolahan.
Untuk mengetahui kebutuhan luasan lahan untuk penimbunan sampah di TPA dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:

Mengacu data berat sampah yang masuk TPA eksisting sekitar 550 ton/hari (data
Dinas Kimtaru, 2016), maka tingkat kepadatan sampah yang masuk TPA eksisting adalah
sekitar 832 kg/m3. Asumsi yang digunakan dalam perhitungan kebutuhan luasan TPA ini
adalah sebagai berikut:
a. Proyeksi sampah yang masuk TPA mengikuti proyeksi timbulan sampah dengan
pencapaian tingkat layanan 100% pada akhir tahun perencanaan dengan
reduksi sampah mencapai 20% sehingga sampah yang masuk ke TPA sebesar
80% dari timbulan.
b. Tingkat pemadatan di TPA dapat mencapai 600 kg/m3 atau volume sampah
dengan pemadatan ini bias menghemat ruang sekitar 72% dibandingkan dengan
kepadatan sampah yang masuk TPA.
c. Tinggi timbunan sampah adalah 2 m.
Dengan menggunakan rumus, asumsi perhitungan dan data kondisi eksisting
sebagai baseline, maka dapat dihitung kebutuhan luasan TPA di Kota Tegal yaitu mencapai
13,69 ha hingga tahun 2037 (catatan: system penimbunan hanya satu layer, jika system
penimbunan menggunakan system sanitary/control landfill dengan beberapa layer
penimpunan, maka dapat dilakukan penghematan lahan). Jika dibandingkan dengan TPA
eksisting di Kelurahan Muarareja, dengan luasan sekitar 1,4 ha, maka TPA ini hanya dapat
digunakan sampai dengan tahun 2017.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Tabel IV. 24
Proyeksi kebutuhan luas lahan TPA
A (volume E Pemadatan 600
sampah kg/m3 (% sampah
dibuang ke dibadingkan T (tinggi L L
TPA dalam kepadatan timbunan Komulatif Komulatif
Tahun m3/hari) eksisting) dalam m) L (m2) (m2) (ha)
th. 2016
661
(baseline) 72% 2 5756,31 5756,31 0,58
th. 2017 738 72% 2 6428,99 12185,30 1,22
th. 2018 749 72% 2 6521,38 18706,69 1,87
th. 2019 758 72% 2 6596,27 25302,96 2,53
th. 2020 776 72% 2 6761,37 32064,32 3,21
th. 2021 796 72% 2 6928,47 38992,80 3,90
th. 2022 815 72% 2 7097,58 46090,38 4,61
th. 2023 835 72% 2 7268,69 53359,07 5,34
th. 2024 855 72% 2 7441,89 60800,95 6,08
th. 2025 875 72% 2 7617,09 68418,04 6,84
th. 2026 884 72% 2 7698,07 76116,11 7,61
th. 2027 893 72% 2 7779,05 83895,17 8,39
th. 2028 903 72% 2 7860,12 91755,29 9,18
th. 2029 901 72% 2 7841,84 99597,13 9,96
th. 2030 910 72% 2 7921,78 107518,90 10,75
th. 2031 919 72% 2 8001,80 115520,70 11,55
th. 2032 916 72% 2 7979,51 123500,21 12,35
th. 2033 925 72% 2 8058,49 131558,70 13,16
th. 2034 923 72% 2 8033,15 139591,85 13,96
th. 2035 931 72% 2 8111,08 147702,93 14,77
th. 2036 928 72% 2 8082,70 155785,63 15,58
th. 2037 925 72% 2 8052,31 163837,93 16,38
Sumber: perhitungan konsultan, 2016.

Untuk menghindari dampak negatif, perlu ditargetkan pengoperasi penimbunan


segera dirubah menjadi sistem Controlled Landfill, walaupun bentuk operasi yang ideal
adalah sistem Sanitary Landfill. Dengan menerapkan sistem Controlled Landfill, maka
akan diperoleh dua macam perbaikan yaitu dengan aplikasi tanah penutup dan
pemasangan saluran pengumpul biogas. Aplikasi tanah penutup pada sistem Controlled
Landfill akan membantu menutup sampah.
Melalui pemasangan saluran biogas, maka gas metan dan biogas lain dari timbunan
sampah akan tersalur dengan baik sehingga tidak menyebar di permukaan TPA. Gas metan
yang dikumpulkan ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk mendukung kegiatan
di TPA. Bila belum dapat dimanfaatkan, maka gas Metan ini dibakar supaya tidak menyebar
ke udara bebas. Dengan demikian akan mengurangi efek terhadap pencemaran udara dan
kesehatan.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Untuk penanganan leachate/lindi dalam rangka me-minimasi dampak pencemaran


air tanah, maka sebaiknya leachate di-resirkulasikan ke dalam timbunan sampah. Overflow
dari resrikulasi sebaiknya disaring dengan land treatment (lahan sanitasi). Pada saat ini
areal timbunan sampah di TPA Muarareja belum dilengkapi dengan saluran drainase.
Saluran drainase ini sangat penting dibangun supaya mengurangi jumlah limpasan air
hujan yang meresap ke dalam timbunan sampah. Bila resapan air hujan ke dalam
timbunan sampah dapat dikurangi, maka jumlah produksi leachate dapat ditekan,
sehingga efek pencemaran air tanah dan air permukaan di lingkungan sekitar TPA dapat
dikurangi.
Pada saat ini TPA sudah dilengkapi dengan pagar, sehingga dapat dihindari
pembuangan liar ke TPA. Hal lain yang perlu diperhatikan berkaitan dengan operasional
TPA adalah pengawasan terhadap sampah yang boleh masuk ke TPA. Untuk ke depan,
perlu diberlakukan larangan terhadap limbah B3 baik dari rumah sakit, industri atau
sumber lain kecuali sampah B3 yang berasal dari kegiatan rumah tangga seperti kemasan
cairan pembersih, kemasan pembasmi serangga dan lainnya, yang masih tergolong
sampah rumah tangga). Untuk memantaunya setiap truk yang datang perlu diperiksa
muatannya oleh petugas Pos di TPA. Petugas wajib melarang masuk truk yang membawa
limbah B3 Non Rumah Tangga.

4.2 Aspek Kelembagaan


4.2.1. Kondisi Eksisting
Pengelolaan sampah di Kota Tegal skala kota dikelola oleh DISKIMTARU Kota Tegal
dan pada skala lingkungan (kelurahan) dikelola oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
atau peguyuban pengelolaan sampah. Dalam pengelolannya, DISKIMTARU memiliki
tanggung jawab sebagai pemegang kebijakan dan pendanaan untuk operasional
pengelolaan sampah dan gaji untuk pihak pengelola sampah. Sedangkan Paguyuban
pengelolaan sampah yang ada di Kota Tegal yang terdiri dari institusi tingkat kelurahan,
RW dan RT atau perwakilan masyarakat ini memiliki bertanggung jawab untuk mengelola
sampahnya secara swadaya pada TPST. Untuk lebih menjelaskan dalam struktur
pengelolaan persampahan di Kota Tegal, dapat dilihat pada bagan di bawah ini.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Dinas Pemukiman dan Tata Ruang (DISKIMTARU) Kota Tegal

UPTD Pengelolaan Sampah

KSM/Paguyuban

Pengelolaan TPST
Kelurahan/RW/RT

Masyarakat
Keterangan
Pengelola Koordinasi

Gambar 4. 23
Struktur Pengelolaan Sampah di Kota Tegal

Dalam pengelolaan TPST, seperti TPST Kejambon, Kraton dan Randugunting, dalam
operasional pengelolaan sampahnya yang oleh pihak KSM paguyuban pengelolaan
sampah, kegiatan pengolahan sampah dilakukan mulai pegumpulan dari tingkat RT ke
TPST kemudian dilakukan pengolahan menjadi kompos dan pemilahan sampah di tingkat
TPST. Sedangkan peran pihak DISKIMTARU selaku dinas/SKPD Pemkot ini memfasilitasi
pengadaan sarana dan perasana yang butuhkan oleh TPST, termasuk dalam hal gaji/upah
pekerja TPST.
Koordinasi antara DISKIMTARU dan KSM TPST biasanya dilakukan setiap bulan.
Koordinasi ini utamanya membicarakan tentang permasalahan dan tantangan yang sedang
dihadapi dalam pengelolaan TPST dan sampah di lingkungannya, serta koordinasi untuk
memecahkan masalah dan menemukan beberapa solusi untuk upaya peningkatakn
pelayanan dan kinerja operasional pengelolaan sampah di Kota Tegal.

4.2.2. Evaluasi Kinerja Kelembagaan


Evaluasi bentuk kelembagaan yang melaksanakan tugas pengelolaan kebersihan
atau pengelolaan sampah di Kota Tegal, ditujukan untuk mengetahui :
1. Kapasitas kelembagaan dalam pengelolaan sampah.
2. Kewenangan yang dimiliki.
Bentuk lembaga pengelola sampah di Kota Tegal adalah Seksi Persampahan dan
UPTD Pengolahan Sampah di bawah Dinas KIMTARU, yang merupakan satuan kerja
perangkat daerah (SKPD) dalam Pemerintahan Kota Tegal. Seksi dan UPTD Dinas KIMTARU
sebagai Dinas Teknis Daerah, berfungsi menjalankan urusan pemerintahan dalam bidang

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

teknis pengelolaan sampah. Sebagai Dinas Teknis, maka kapasitasnya sebagai


penyelenggara teknis atau sebagai operator dalam pengelolaan sampah.
Sementara itu Pemerintah Kota Tegal juga memiliki lembaga yang terkait dengan
persampahan secara lebih luas yaitu bidang Lingkungan Hidup, dalam hal ini Kantor
Lingkungan Hidup (KLH) dan BAPPEDA. Bidang lingkungan hidup ini memiliki kaitan erat
dengan penyelenggaraan pengelolaan sampah yaitu dalam hal pengaturan kebijakan
lingkungan hidup sampai dengan berbagai upaya bidang pengendalian pencemaran
lingkungan. BAPPEDA bersama-sama KLH bisa berperan sebagai regulator dalam
pengelolaan sampah.
Pelayanan pengelolaan sampah merupakan kegiatan rutin harian dengan beban
kerja yang tinggi serta diperlukan alokasi sumber daya finansial, sumberdaya manusia dan
sumber daya material yang cukup besar, sehingga diperlukan kapasitas lembaga yang
selalu fokus dengan satu bidang pelayanan.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Gambar 4. 24
Struktur Organisasi Dinas Kintaru Kota Tegal

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Gambar 4. 25
Struktur Organisasi Kantor LH Kota Tegal

Gambar 4. 26
Struktur Organisasi BAPPEDA Kota Tegal

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

4.2.3. Sumberdaya Manusia


Sumberdaya manusia atau personil dalam organisasi pengelola sampah memiliki
peran yang sangat penting untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi dalam pengelolaan
sampah. Dua aspek utama dalam sumber manusia yang akan berpengaruh terhadap
kinerja adalah aspek kualitas dan kuantitas SDM.
Status kepegawaian dalam pengelolaan persampahan di Kota Tegal dalam wadah
kelembagaan di bawah Dinas KIMTARU, terdapat dua status pegawai yaitu: Pegawai negeri
sipil (PNS); dan Pegawai Kontrak. Pegawai dengan status pegawai negeri sipil sangat sulit
untuk bersifat permanen menjadi pegawai dengan tugas selamanya di Dinas KIMTARU,
tetapi dalam kerangka peningkatan karir sebagai pegawai pemerintah sering terjadi mutasi
antar dinas atau lembaga. Pada sisi lain pengelolaan sampah memerlukan pegawai dengan
profesi sebagai ahli bidang persampahan yang memerlukan pembinaan, pendidikan dan
pelatihan sehingga menjadi pegawai professional di bidangnya. Berkaitan dengan hal
tersebut pengelolaan persampahan yang dikelola oleh personil PNS, akan sulit membangun
kompetensi manakala pegawai yang telah dibina, dididik dan dilatih dalam bidang
persampahan tetapi oleh karena kebutuhan peningkatan karir akhirnya harus mengikuti
program mutasi ke unit kerja lain. Terlebih lagi pegawai yang menduduki jabatan dalam
eselon II, III dan IV, sering terjadi mutasi antar unit kerja keluar unit kerja Dinas
KIMTARU. Jadi kondisi yang demikian ini yang menjadi kendala untuk membangun
kompetensi atau kualitas tenaga persampahan dalam lembaga atau organisasi pengelola
persampahan.
Sementara itu dalam operasional dan pemeliharaan system pengelolaan sampah,
SDM yang paling berperan sebagai ujung tombak di lapangan adalah operator yang
statusnya sebagai tenaga kerja kontrak/harian lepas/swakelola) dengan jumlah mencapai
294 orang dengan rincian sebagai berikut:

Tabel IV. 25
Jumlah personil pengelolaan sampah status tenaga kerja kontrak/harian lepas/swakelola
Komponen Jumlah (orang)
a. Pengemudi truk (non PNS) 3
b. Tenaga bongkar muat sampah (BM) 80
c. Petugas TPA 4
d. Penjaga malam TPA 3
e. Mandor penyapuan jalan 7
f. Penyapu jalan 117
g. Petugas TPST Kelurahan 80
TOTAL 294
Sumber: Dinas KIMTARU, 2016

4.3 Aspek Pembiayaan


Aspek pembiayaan pengelolaan sampah merupakan sumber penggerak untuk
pelaksanaan pengelolaan persampahan di suatu kawasan perkotaan. Beberapa hal yang

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

perlu diperhatikan dalam menggambarkan aspek pembiayaan pengelolaan persampahan


yaitu melihat proporsi komponen pembiayaan (gaji pemeliharaan, pengadaan, operasional
dan pemeliharaan) serta melihat seberapa besar proporsi perolehan restribusi
persampahan yang di dapat dari masyarakat.
Pembiayaan pengelolaan sampah Kota Tegal menggunakan dana APBD Kota Tegal
melalui APBD Kota Tegal baik yang bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana
Alokasi Khusus (DAK). Untuk lebih jelasnya dalam anggaran pembiayaan program dan
kegiatan pengelolaan sampah di Kota Tegal dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel IV. 26
Anggaran Program Pengembangan Kinerja Persampahan
Tahun Anggaran 2014-2016 (dalam rupiah)
Program Kegiatan Th. 2013 Th. 2014 Th. 2016
1. Penyediaan
prasarana dan
2.092.958.000 2.079.549.000 2.263.970.000
sarana pengelolaan
persampahan
2. Peningkatan operasi
dan pemeliharaan
prasarana dan 896.544.000 374.798.000 2.398.575.000
Pengembangan
sarana
kinerja persampahan
pengelolaan 3. Pengembangan
persampahan
teknologi
- - 7.123.310.000
pengolahan
persampahan
4. Pengembangan
teknologi
1.737.800.000 2.231.185.000 194.190.000
pengolahan
persampahan (DAK)
TOTAL 4.727.302.000 4.685.532.000 11.980.045.000
Sumber: DISKIMTARU Kota Tegal, 2016

Secara umum anggaran pengelolaan sampah melalui program Pengembangan


kinerja pengelolaan persampahan yang meliputi empat kegiatan tersebut telah mengalami
peningkatan pada tahun 2016, yaitu mencapai Rp. 11,98 milyar, dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Untuk melihat lebih rinci struktur anggaran tersebut dapat dilihat pada table
berikut ini:

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Tabel IV. 27
Rincian Anggaran Persampahan Tahun Anggaran 2016 (dalam rupiah)

Rincian Perhitungan
Kegiatan
Harga
Volume Satuan Jumlah
Uraian Satuan
Belanja Listrik 16 unit
incinerator selama 1 192 unit/bln 500.000 96.000.000
tahun/bulan
Operator incinerator, 2
org, x 16 unit x 365 hari 11680 org/unit/hr 30.000 350.400.000
1. Penyediaan
BBM Incinerator, 16 unit
prasarana dan
x 8 jam x 5 ltr x 365 hari 233600 unit/ltr/hr 7.500 1.752.000.000
sarana ( 1 hari max 40 liter)
pengelolaan Pengadaan kontainer
persampahan 2 unit 27.500.000 55.000.000
sampah
Honorarium pejabat
pengadaan kontainer 1 pekj 275.000 275.000
Honorarium PPK
kontainer sampah 1 pekj 310.000 310.000
2. Peningkatan Honorarium tenaga
operasi dan TPST, 4 orang x 16 TPST 23360 org/hr 30.000 700.800.000
pemeliharaan x 365 hari
prasarana dan BBM pengelolaan
sarana sampah TPST : BBM, 16 5760 per liter 7.500 43.200.000
persampahan TPST x 30 ltr x 12 bulan
Pembangunan TPST I 1 pkt 450.000.000 1.800.000.000
Pembangunan TPST II 1 pkt 450.000.000 1.800.000.000
Pembangunan TPST III 1 pkt 450.000.000 1.800.000.000
Pembangunan TPST IV 1 pkt 450.000.000 1.800.000.000
Pembangunan TPST V 1 pkt 450.000.000 1.800.000.000
3. Pembangunan TPST VI 1 pkt 450.000.000 1.800.000.000
Pengembangan
teknologi Pembangunan TPST VII 1 pkt 450.000.000 1.800.000.000
pengolahan Pembangunan TPST VIII 1 pkt 450.000.000 1.800.000.000
persampahan Pembangunan TPST IX 1 pkt 450.000.000 1.800.000.000
Pembangunan TPST XI 1 pkt 450.000.000 1.800.000.000
Pengadaan incinerator
sampah 9 unit 200.000.000 1.800.000.000

PPK pembangunan TPST 11 org/pkt 760.000 8.360.000


: PPK, 1 org x 11 paket
Sumber: DISKIMTARU Kota Tegal, 2016

Dari rincian anggaran di atas diketahui bahwa kegiatan Penyediaan prasarana dan
sarana pengelolaan persampahan terdiri pembiayaan untuk pengadaan sarana dan
prasarana (investasi) dan pembiayaan untuk operasi dan pemeliharaan. Kegiatan
peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan focus untuk
membiayai kegiatan operasi dan pemeliharaan. Sementara kegiatan pengembangan
teknologi pengolahan persampahan digunakan untuk membiayai investasi sarana dan

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

prasarana. Untuk dapat mengetahui pemisahan anggaran yang digunakan untuk investasi
dan operasi-pemeliharaan (OP) sebagai masukan untuk analisis selanjutnya (termasuk
analisis biaya satuan pengelolaan sampah), maka perlu dilakukan identifikasi lebih rinci
salah satunya pada anggaran OP. Berdasarkan rincian anggaran Dinas KIMTARU, maka
dapat dilakukan analisis Biaya Satuan Pengelolaan Sampah Eksisting tahun 2016 sebagai
berikut:

Tabel IV.28
Analisis Biaya Satuan Pengelolaan Sampah Eksisting
Sampah Terlayani (m3/hari) 802,91
Biaya O & P
A Upah langsung
1 Tenaga kerja kontrak/harian lepas/swakelola
a. Pengemudi truk (non PNS) 3 org 48.600.000
b. Tenaga bongkar muat sampah (BM) 80 org 1.152.000.000
c. Petugas TPA 4 org 57.600.000
d. Penjaga malam TPA 3 org 28.800.000
e. Mandor penyapuan jalan 7 org 113.400.000
f. Penyapu jalan 117 org 1.263.600.000
g. Petugas TPST 80 org 864.000.000
Kegiatan peningkatan O & P prasarana dan sarana
2 persampahan 1.398.575.000
(di luar anggaran pengurugan ex TPA Muarareja)

B Biaya tak langsung *)


1 Program pelayanan administrasi perkantoran 1.200.000.000
2 Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur 866.666.000
*) asumsi 1/3 dari anggaran Dinas Kimtaru utk setiap
program
Biaya tak langsung tidak termasuk Belanja Pegawai (gaji
PNS)

(per
TOTAL tahun) 6.993.241.000
Biaya Satuan Pengelolaan Sampah (per m3) 23.862
Sumber : Perhitungan konsultan, 2016.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui total biaya pengelolaan,


pengangkutan dan pembuangan sampah Kota Tegal dalam satu tahun berdasarkan APBD
2016 adalah sebesar Rp 6.993.241.000,- (catatan: tidak termasuk Belanja Pegawai atau
gaji PNS). Kemudian sampah yang terkelola pada tahun yang sama adalah sebanyak
802,91 m3 /hari. Berdasarkan kedua data tersebut maka biaya satuan pengelolaan dan
pembuangan sampah di TPA adalah sebesar Rp 23.862 per m3.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Sementara itu, Anggaran Dinas Kimtaru Kota Tegal Tahun Anggaran 2014 di
dalamnya terdapat beberapa pembiayaan mulai dari penyediaan sarana prasarana
persampahan, pemeliharaan dan pengoptimalan sarana prasarana, serta pengembangan
teknologi pengelolaan sampah dengan target pembangunan 5 TPST yang akan tersebar di
Kota Tegal. Alokasi anggaran pengelolaan sampah pada tahun 2013 juga memiliki jumlah
anggaran yang hampir sama dengan anggaran tahun 2014, namun pada tahun 2013
jumlah anggaran yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan dengan tahun 2014. Hal ini
dikarenakan adanya pembiayaan untuk memperpanjang sewa lahan TPA Muarareja.
Evaluasi aspek pembiayaan dilakukan dengan mengukur tingkat efektifitas
penarikan retribusi saat ini. Efektifitas diukur dengan membandingkan pendapatan retribusi
yang tercatat terhadap potensi retribusi yang sesungguhnya. Tinjauan terhadap anggaran
belanja yang diusulkan dan yang terealisasi dilakukan untuk melihat besarnya alokasi
anggaran Pemerintah Kota terhadap tugas pengelolaan kebersihan.
Kriteria yang disyaratkan mengenai keuangan untuk pengelolaan kebersihan adalah
bersifat cost recovery (mampu membiayai sendiri) untuk biaya OP. Berdasarkan Data
pada Dinas KIMTARU, anggaran yang dikeluarkan Dinas KIMTARU untuk biaya OP
Persampahan Tahun Anggaran 2016 adalah Rp 6.993.241.000,- (catatan: tidak termasuk
Belanja Pegawai atau gaji PNS). Sementara pendapatan dalam bentuk retribusi
pengelolaan sampah masih sangat kecil dan tidak sebanding dengan besaran anggaran
yang digunakan untuk OP sampah. Retribusi kebersihan yang masuk hanya sekitar Rp
29.873.286,-/bulan atau diperkirakan sekitar Rp. 358.486.286,- pada tahun 2016
sebagaimana table di bawah ini, nilai ini hanya sekitar 5,13% dari kebutuhan biaya OP
persampahan. Untuk mencapai target cost recovery tersebut maka perlu adanya
peningkatan perolehan retribusi.

Tabel IV.29
Realisasi Penarikan Retribusi Pelayanan Persampahan
Kota Tegal Januari-Juli 2016
Bulan Realisasi (Rp)
Januari 28.100.000
Februari 27.375.000
Maret 28.475.000
April 26.225.000
Mei 43.275.000
Juni 28.657.000
Juli 27.010.000
Rerata per bulan 29.873.857
Penerimaan tahun 2016 (perkiraan) 358.486.286
Penerimaan tahun 2015 262.350.000
Sumber : Perhitungan konsultan, 2016.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

4.4 Aspek Peraturan


Terdapat beberapa peraturan yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pengelolaan persampahan Kota Tegal, meliputi:
1. Peraturan Walikota Tegal Nomor 66 Tahun 2012 tentang Pengaturan
Pembuangan dan Pengangkutan Sampah
Peraturan ini menjelaskan tentang kewajiban pemerintah dan masyarakat termasuk
larangan yang harus dipatuhi dalam pembuangan dan pengangkutan sampah di Kota
Tegal, sebegai berikut:
 Kewajiban Pemerintah (Pasal 3) melalui dinas teknis yang berkewajiban
memberikan pelayanan persampahan untuk menyediakan TPST/TPS,
pengangkutan sampah dari TPST/TPS menuju ke TPA, termasuk penyediaan
gerobak sampah pada tempat-tempat tertentu dimana TPST/TPS tidak
memungkinkan untuk dibangun. Selain itu pihak kecamatan dan kelurahan
berkewajiban untuk memberikan pembinaan kepada masyarakat mengenai
pengelolaan sampah. Sedangkan yang berkewajiban untuk mengoperasikan
gerobak sampah di lingkungan Kota Tegal menjadi kewajiban bagi ketua RT/RW
setempat.
 Kewajiban Masyarakat (pasal 4) dalam pengelolaan sampah setiap masyarakat
wajib menjaga dan memelihara kebersihan di lingkungannya. Sampah rumah
tangga wajib dibuang ke TPST/TPS, dan pemilik bagunan baik itu pribadi atau
fasilitas umum berkewajiban untuk menyediakan tempat sampah yang memiliki
volume sesuai dengan aktivitas yang dihasilkan pada masing-masing bangunan.
Kewajiban tersebut juga harus dilakukan oleh pedagang kaki lima dan badan
yang mengelola suatu kompleks perumahan, perkantoran, pasar dan bangunan
lainnya.
 Larangan dalam pembuangan sampah yang harus dipatuhi oleh setiap
penduduk/setiap pemilik bangunan adalah:
 Membuang, menumpuk, menyimpan sampah atau bangkai binatang di jalan,
jalur hijau, taman, sungai, saluran, fasilitas umum dan tempat lainnya yang
sejenis
 Membuang sampah atau kotoran lainnya dari atas kendaraan
 Membuang kotoran dan atau bangkai binatang ke TPST/TPS dan sekitarnya
serta fasilitas umum
 Membuang sampah ke TPS dengan menggunakan kendaraan bermotor, yang
volumenya lebih dari 1 (satu) meter kubik
 Membakar sampah di jalan, jalur hijau, taman dan tempat-tempat umum
 Mengeruk atau mengais sampah di TPS, kecuali oleh petugas untuk
kepentingan dinas
 Membuang sampah diluar tempat/lokasi pembuangan yang ditetapkan
 Membuang sampah di TPS pada jam 17.00 – 07.00 WIB
 Membakar sampah dan kotoran lainnya didalam TPS dan di sekitar TPS

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

 Membuang limbah klinis dan limbah B3 lainnya ke TPS


2. Peraturan Walikota Tegal Nomor 32 Tahun 2013 tentang Izin Lingkungan
Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Wajib Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup Atau Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup di Kota Tegal
Peraturan ini menjelaskan tentang prosedur dan mekanisme dalam penyelenggaraan
perizinan usaha dan kegiatan wajib Amdal atau UKL-UPL. Dalam peraturan ini yang
terkait tentang persampahan Kota Tegal adalah perraturan tentang pembangunan TPA
sampah domestik dengan sistem controlled landfill atau sanitary landfill termasuk
instalasi penunjangnya, dengan ketentuan luas kawasan TPA minimal 10 Ha dan
kapasitas total timbunan minimal 100.000 ton. Alasan atau dasar dari penetapan aturan
tentang pembangunan TPA ini, meliputi:
 Penyesuaian terhadap luas kawasan TPA dengan daya tampung TPA
 Perubahan paradigma dari tempat pembuangan/penampungan akhir menjadi
tempat pengolahan akhir.
 UU 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dimana konsep 3R menjadi
bagian dari deskripsi kegiatan Amdal TPA. Bukan lagi “open dumping” tapi
sebagai tempat pengolah akhir, sehingga composting dan landfill gas (waste to
energy) untuk insenerartor biasanya untuk kapasitas yang kecil (<100 ton per
hari) prosesnya kurang sempurna sehingga berdampak pada lingkungan
3. Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 1 Tahun 2012 tentang Retribusi Umum
Peraturan ini menjelaskan tentang ketentuan restribusi umum yang ada di Kota
Tegal, salah satunya adalah restrubusi pelayanan persampahan yang dipungut sebagai
pembayaran pelayanan persampahan/kebersihan oleh Pemerintah Daerah dengan
pelayanan yang meliputi:
 Pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi pembuangan
sementara
 Pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi pembuangan sementara
ke lokasi pembuangan/pembuangan akhir sampah
 Penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah
Menurut pasar 12 pada peraturan tersebut, menjelaskan objek restribusi pelayanan
ini dimulai dari proses pengambilan/pengumpulan sampah, penganguktan sampah,
hingga penampungan ke TPS dan TPA. Subjek dari restribusi pelayanan persampahan ini
adalah orang pribadi/rumah tangga dan badan yang menggunakan pelayanan jasa
Pelayanan Persampahan Kota Tegal. Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan
besaran tarif restribusi pelayanan persampahan didasarkan pada tujuan untuk biaya
penyelenggaraan pelayanan dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan
aspek keadilan, efektifitas pengendalian atas pelayanan persampahan Kota Tegal.
Menurut Perda Nomor 1 Tahun 2012 tersebut, jumlah besaran tarif restribusi pelayanan
persampahan adalah sebagai berikut.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan Akhir

Tabel IV. 30
Besaran Tarif Retribusi Pelayanan Persampahan Kota Tegal
Besaran Restribusi
Kelom- Satu-
Jenis Keterangan
pok an Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
INDUSTRI/PABRIK
Makan, Minuman, Sandang, Perabot Rumah Tangga,
I Bulan 300.000,- 200.000,- 75.000,- 50.000,-
Kimia, Rokok, Industri Rumah Tangga

PERUSAHAAN / JASA
1. Hotel, Wisma, Penginapan Bulan
2. Rumah Makan, Restoran, Jasa Boga, Cafetaria, Café Bulan 500.000,- 400.000,- 300.000,- 200.000,-
Shop, Warung Makan 300.000,- 200.000,- 100.000,- 50.000,-
3. Gedung Pertemuan, Gedung Olahraga Bulan
4. Tempat hiburan, BillBioskop Bulan 100.000,- 75.000,- 50.000,- 40.000,-
5. Salon, Penjahit, Potong Rambut, Penatu Bulan 200.000,- 150.000,- 100.000,- 50.000,-
II 6. Angkutan, Travel, Bis Bulan 100.000,- 50.000,- 40.000,- 20.000,-
KELOMPOK I, II, III, IV dan V:
7. Asuransi, Perbankan, Perkantoran Bulan 100.000,- 75.000,- 50.000,- 25.000,-
Klasifikasi ditetapkan oleh
8. Bengkel, Service Station, SPBU, Usaha Cuci Mobil Bulan 300.000,- 200.000,- 100.000,- 50.000,-
walikota berdasarkan perkiraan
9. Usaha Praktek Dokter, Notaris, Pengacara / Bulan 100.000,- 75.000,- 50.000,- 25.000,-
volume sampah yang dapat
Penasehat Hukum, 100.000,- 75.000,- 50.000,- 25.000,-
disimpulkan berdasarkan jenis
kegiatan usaha intensitas
kegiatan usaha dan jumlah
PERDAGANGAN : tenaga kerja
III Pasar Moderen, Toko, Kios di Luar Pasar Bulan 500.000,- 300.000,- 150.000,- 25.000,-

FASILITAS UMUM :
 Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Balai Pengobatan, Bulan
Apotik, Laboratorium 500.000,- 200.000,- 100.000,- 50.000,-
IV  Sekolah, Asrama, Perguruan Tinggi, Kursus, Pondok Bulan
Pesantren, Rumah Pondokan, 100.000,- 50.000,- 25.000,- 10.000,-

PERTUNJUKAN, KERAMAIAN UMUM, INSIDENTIL


Kegi-
V DI LUARRUANGAN 500.000,- 200.000,- 50.000,- 25.000,-
atan
VI RUMAH TANGGA Bulan 5.000,- 3.000,- 2.000,- 1.000,-
Sumber: Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 1 Tahun 2012 tentang Restribusi Umum

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

4. Peraturan Walikota Tegal Nomor 1 Tahun 2012 tentang Petunjuk


Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 1 Tahun 2012 tentang
Restribusi Jasa Umum Jenis Retribusi Pelayanan
Persampahan/Kebersihan
Peraturan ini menjelaskan tentang petunjuk untuk pembagian klasifikasi
penggolongan kelas restribusi persampahan untuk industri/pabrik, perusahaan/jasa,
perdagangan, fasilitas umum dan pertunjukan keramaian umum, insidentil di luar
ruang serta rumah tangga.
 Klasifikasi Penggolongan Kelas Retribusi Persampahan/Kebersihan
Industri/Pabrik; Perusahaan/Jasa; Perdagangan; Fasilitas Umum; dan
Pertunjukan, Keramaian Umum, Insidentil di Luar Ruangan :
a. Kelas I : jumlah sampah yang dihasilkan oleh sumber sampah dalam satu
bulan mencapai > 8 m3
b. Kelas II : jumlah sampah yang dihasilkan oleh sumber sampah dalam
satu bulan mencapai > 6 m3 – 8 m3
c. Kelas III : jumlah sampah yang dihasilkan oleh sumber sampah dalam
satu bulan mencapai > 4 m3 – 6 m3
d. Kelas IV : jumlah sampah yang dihasilkan oleh sumber sampah dalam
satu bulan mencapai < 4 m3
 Klasifikasi Penggolongan Kelas Retribusi Persampahan/Kebersihan Rumah
Tangga :
a. Kelas I : jumlah sampah yang dihasilkan oleh sumber sampah dalam satu
bulan mencapai > 1,5 m3
b. Kelas II : jumlah sampah yang dihasilkan oleh sumber sampah dalam
satu bulan mencapai > 1 m3 – 1.5 m3
c. Kelas III : jumlah sampah yang dihasilkan oleh sumber sampah dalam
satu bulan mencapai > 0.5 m3 – 1 m3
d. Kelas IV : jumlah sampah yang dihasilkan oleh sumber sampah dalam
satu bulan mencapai < 0.5 m3
Dalam peraturan walikota ini juga dijelaskan menganai tata cara pemungutan
restribusi persampahan yang dijelaskan pada pasal 5, yaitu menggunakan
karcis/dokumen kepada wajib restribusi.
Peraturan hukum yang mengatur tentang pengelolaan sampah di Kota Tegal,
terdiri dari peraturan hukum berbentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Walikota,
dengan materi pengaturan meliputi:
1. Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 1 Tahun 2012 tentang Restribusi Umum;
2. Peraturan Walikota Tegal Nomor 1 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 1 Tahun 2012 tentang Restribusi Jasa Umum
Jenis Restribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;
3. Peraturan Walikota Tegal Nomor 66 Tahun 2012 tentang Pengaturan Pembuangan
dan Pengangkutan Sampah; dan
4. Peraturan Walikota Tegak Nomor 32 Tahun 2013 tentang Izin Lingkungan Bagi
Usaha Dan/Atau Kegiatan Wajib Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Atau
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup di
Kota Tegal.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Berdasarkan kepada jenis dan materi peraturan hukum sebagaimana tersebut di


atas, berikut adalah hal-hal yang perlu di kritisi untuk kebutuhan pengembangan di
masa mendatang :
a. Peraturan hukum yang mengatur secara khusus tentang pengelolaan sampah, masih
terbatas dalam bentuk Peraturan Walikota Tegal Nomor 66 Tahun 2012 tentang
Pengaturan Pembuangan dan Pengangkutan Sampah; sementara pengelolaan
sampah meliputi berbagai aspek yang memerlukan pengaturan secara komprehensif
dan dalam kapasitas Perda agar memiliki kekuatan hukum yang memadai untuk
dijalankan dan dipatuhi bagi seluruh komponen masyarakat dan pemerintah. Selain
secara substansi tidak terbatas pada Pengaturan Pembuangan dan Pengangkutan
Sampah tetapi juga secara komprehensif mengatur ketentuan-ketentuan secara
umum pengelolaan sampah dalam seluruh aspeknya.
b. Belum ada ketentuan tentang desentralisasi pengelolaan sampah misalnya pada
kecamatan atau kelurahan yang diintegrasikan dengan aspek peranserta masyarakat
dan swasta. Untuk itu selain diperlukan Peraturan tentang pedoman dalam
penyelenggaraan pengelolaan sampah yang meliputi semua aspek terkait termasuk
di dalamnya Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kebersihan / persampahan
juga perlu diikuti pelimpahan sebagian kewenangan Walikota kepada Camat atau
Lurah dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah.

4.5 Aspek Peran Serta Masyarakat dan Swasta


4.5.1. Kondisi Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah
Dalam pengelolaan persampahan Kota Tegal, peran serta masyarakat dilakukan
pada saat pewadahan dan pemisahan sampah organik dan anorganik. Namun pada
kenyataannya banyak masyarakat Kota Tegal yang masih mencampurkan sampahnya,
tanpa memisahkannya terlebih dahulu. Sehingga nantinya akan mempersulit pemisahan
sampah di TPST ataupun di TPA. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk hidup bersih
dan membuang sampah di sungai atau badan saluran menjadi salah satu permasalahan
harus diperhatikan.
Saat ini, sistem pengangkutan sampah yang ada di masyarakat dilakukan secara
swadaya. Pengangkutan sampah dimulai di tingkat RT dan RW dengan membayar
restribusi sampah untuk pengangkutan sampahnya dari masing-masing rumah menuju
ke TPS. Selanjutnya sampah yang ada di TPS diangkut kembali ke TPST setempat yang
dikelola oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) atau Paguyuban di tingkat
kelurahan. KSM atau Paguyuban yang ikut mengelola TPST, juga berperan untuk ikut
serta dalam pemilahan sampah serta pengolahan sampah menjadi barag yang bernilai
ekonomis kembali. Selain itu, paguyuban ini juga berperan dalam upaya peningkatan
pelayanan dan sistem pengelolaan sampah di Kota Tegal, Sedangkan untuk pihak
swasta, biasanya sistem pengelolaan sampahnya di buang langsung ke TPS ataupun
TPST secara mandiri.
Memperhatikan pengamatan lapangan terkait pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat terhadap sampah di Kota Tegal, diperoleh beberapa temuan yang
menunjukkan peran serta masyarakat Kota Tegal:
a. Sudah ada inisiatif peranserta masyarakat dalam bentuk penyelenggaraan
pengangkutan sampah tingkat RT/RW hingga kelurahan dan kegiatan pemilahan

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

sampah dan komposting pada beberapa kelompok komunitas dan TPST. Dapat
dikatakan pengetahuan masyarakat akan pengelolaan sampah yang lebih baik
yaitu konsep memilah, mengomposkan dan mendaur ulang umumnya berada
pada tahap sudah mengetahui namun umumnya belum mau melakukan. Hanya
sebagian kecil yang melakukan atau seperti di TPST pemilah mau melakukan
karena untuk mendapatkan imbalan (bekerja).
b. Komunitas masyarakat di tingkat lokal cukup mempunyai kelembagaan social
yang cukup kuat, misalnya dengan aktifnya pertemuan-pertemuan informal
berbagai kelompok masyarakat- seperti PKK, kelompok pengajian, karang
taruna, dasawisma. Umumnya mereka melakukan komunikasi informal (dari
mulut ke mulut) yang tinggi, karena sifat „guyub‟ mereka masih sangat tinggi.
Kondisi ini potensial untuk mengembangkan pola-pola partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan sampah. Selain itu, di setiap kelurahan di Kota Tegal juga
telah terbentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) untuk mengelola TPST,
memilah sampah, dan membuat kompos. KSM tersebut berada dibawah Dinas
Kimtaru namun beranggotakan masyarakat setempat untuk sumber daya
manusianya.

4.5.2. Bank Sampah


Bentuk peran serta masyarakat Kota Tegal dalam pengelolaan sampah adalah
mengurangi jumlah timbulan sampah di lingkungannya masing-masing dan pengolahan
sampah pada sumbernya. Contoh kegiatannya antara lain mengurangi penggunaan
kantong plastik, mendaur ulang sampah plastik, mengolah sampah organik menjadi
kompos, dan ikut serta dalam program bank sampah. Bank sampah yang ada di Kota
Tegal, direncanakan sebanyak 6 unit, namun 3 unit bank sampah yakni Bank Sampah
SMP 15, Bank Sampah Kaligangsa Asri dan Bank Sampah Mawar Biru sedang dalam
tahap perencanaan dan pembangunan. Sedangkan untuk pengkomposan, pengolahan
di sumber (5 lokasi wajib meliputi permukiman, pasar, perkantoran, sekolah dan
Tempat Pemrosesan Akhir) mencakup partisipasi masyarakat namun belum optimal
karena belum semua kegiatan melakukan pengkomposan tersebut.

Tabel IV. 31
Daftar Bank Sampah Binaan Kota Tegal

No Nama Alamat
1 Berkah Amanah RT 03/XII Kelurahan Panggung
2 Dewi Shinta RW XI Pondok Martoloyo
3 Bahtera RT 05/XII Kel. Panggung
4 Bank Sampah SMP 15 Jl. Sumbodro No. 60 Kel. Slerok
5 Bank Sampah Kaligangsa Asri (pengkomposan) RW VII Kel. Kaligangsa
6 Bank Sampah Mawar Biru (daur ulang) Jl. Siwalan Raya No. 1 Kel. Kraton
Sumber : KLH Kota Tegal, 2016

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Sumber : Hasil Dokumentasi Konsultan


Gambar 4. 97
Bank Sampah Kelurahan Tunon

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Tabel IV. 32
Realisasi Bank Sampah Di Kota Tegal

Persentase
Dasar Omzet
Waktu Wilayah Jumlah sampah Jenis
Nama Alamat Pendirian/Latar Kepengurusan Kapasitas Satuan
Pendirian Kerja/Pelayanan nasabah yang produk
Belakang (000)
dikelola

Berkah RT 03/XII SK. Kepala 15 Januari Pengelola Kecamatan Tegal 60 130,00 m3/bulan 90,00% 4.000
Amanah Kelurahan Kantor 2014 Sendiri Timur
Panggung Lingkungan Kota
Tegal Nomor
660.1/01.B

Dewi RW XI SK. Kepala 20 Kelompok Kecamatan Tegal 80 200,00 m3/bulan 93,00% 6.000 produk
Shinta Pondok Kantor Desember Swadaya Timur, dan Tegal daur
Martoloyo Lingkungan Kota 2013 Masyarakat Barat ulang
Tegal Nomor sampah
660.1/260 plastik

Bahtera RT 05/XII SK. Kepala 21 Januari Perorangan Kecamatan Tegal 30 80,00 m3/bulan 95,00% 2.000
Kel. Kantor 2014 Timur
Panggung Lingkungan
Hidup No.
660.1/01.C

Sumber : KLH Kota Tegal, 2016

Tabel IV. 33

Realisasi Kegiatan Pengkomposan di Kota Tegal

Lokasi Alamat Jenis Kegiatan Teknologi yang Pelaku atau pelaksana


digunakan
Perumahan Perum Jl. Nanas Pengomposan Komposter manual RT dan RW setempat
Perumahan Perum Taman Sejahtera Pengomposan Komposter manual RT dan RW setempat
Perumahan Baruna Asri Pengomposan Komposter manual RT dan RW setempat
Perumahan Perum Pondok Martoloyo Pengomposan Komposter manual RT dan RW setempat
Sekolah SMA Negeri 1 Tegal Pengomposan Komposter manual Siswa dan penjaga sekolah

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Lokasi Alamat Jenis Kegiatan Teknologi yang Pelaku atau pelaksana


digunakan
Sekolah SMA Negeri 2 Tegal Pengomposan Komposter manual Siswa dan penjaga sekolah
Sekolah SMK Negeri 3 Tegal Pengomposan Komposter manual Siswa dan penjaga sekolah
Sekolah SMP Negeri 7 Tegal Pengomposan Komposter manual Siswa dan penjaga sekolah
Sekolah SMP Negeri 10 Tegal Pengomposan Komposter manual Siswa dan penjaga sekolah
Sekolah SD Mangkukusuman 8 Pengomposan Komposter manual Guru dan penjaga sekolah
Sekolah SD Mangkukusuman 9 Pengomposan Komposter manual Guru dan penjaga sekolah
Sekolah SD Randugunting 3 Pengomposan Komposter manual Guru dan penjaga sekolah
Pasar Pasar Pagi Kota Tegal Pengomposan Komposter manual Guru dan penjaga sekolah
Pasar Pasar Sumurpanggang Pengomposan Komposter manual Guru dan penjaga sekolah
Perkantoran Kantor Lingkungan Hidup Pengomposan Komposter manual Karyawan
UPTD Pengolahan UPTD Pengolahan Sampah- Pengomposan Pengolahan Biologi Masyarakat
Sampah Muarareja
Sumber : KLH Kota Tegal, 2016

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IV-


Laporan

5 KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH KOTA TEGAL TH. 201

5.1. Perkiraan Kebutuhan Pelayanan


Perkiraan kebutuhan pelayanan sampah didasarkan pada kondisi kota kota,
distribusi penduduk per sub-wilayah, integrasi dengan rencana pengembangan kota, dan
daerah rawan sanitasi. Proyeksi kebutuhan pelayanan juga disesuaikan dengan target
nasional di bidang sanitasi/persampahan. Secara teknis, kebutuhan pelayanan penanganan
sampah ditentukan berdasarkan :
1. Proyeksi penduduk yang dilakukan untuk interval 5 tahun selama periode perencanaan;
dan
2. Proyeksi timbulan sampah yang diproyeksikan setiap interval 5 tahun. Yang kemudian
diikuti dengan perkiraan kebutuhan lahan TPA dan kebutuhan prasarana dan sarana
persampahan (pemilahan, pengangkutan, TPS, TPS 3R atau TPST, dan TPA).
Proyeksi penduduk Kota Tegal hingga dua puluh tahun adalah sebagaimana gambar
di bawah ini, yang menunjukkan perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2037
mencapai 348.053 jiwa.

400000 y = 3282,3x + 223327


350000 R² = 0,9326

300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
th 2001
th 2002
th 2003
th 2004
th 2005
th 2006
th 2007
th 2008

th 2017
th 2018
th 2019
th 2020
th 2021
th 2022
th 2023
th 2024
th 2025

th 2034
th 2035
th 2036
th 2037
th 2000

th 2009
th 2010
th 2011
th 2012
th 2013
th 2014
th 2015
th 2016

th 2026
th 2027
th 2028
th 2029
th 2030
th 2031
th 2032
th 2033

Gambar 5. 1
Trend Proyeksi Penduduk Kota Tegal sampai dengan Th. 2037

Sasaran pelayanan pengelolaan sampah Kota Tegal ditetapkan berdasarkan pada


beban permasalahan sampah yang dihadapi pada kondisi saat ini sampai pada masa
hingga 20 tahun mendatang. Sebagaimana hasil identifikasi aspek operasional, bahwa
beban pengelolaan sampah selama 20 tahun mendatang harus diarahkan pada 100%
penduduk yang merupakan kategori penduduk perkotaan yang akan dilayani dengan

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota V-


Laporan

pendekatan pelayanan teknis. Beban pelayanan pengelolaan sampah dalam periode 5


tahunan selama 20 tahun mendatang diperlihatkan pada tabel berikut ini.

Tabel V. 1
Proyeksi Beban Layanan Pengelolaan Sampah Kota Tegal sampai dengan Th. 2037

Proyeksi Jumlah Proyeksi Timbulan Sampah


Tahun
Penduduk (m3/hari) (ton/hari)
2016 (baseline) 279.125 988,78 308,94
2017 282.407 1000,41 312,57
2018 285.690 1012,03 316,21
2019 288.972 1023,66 319,84
2020 292.254 1035,29 323,47
2021 295.537 1046,92 327,10
2022 298.819 1058,54 330,74
2023 302.101 1070,17 334,37
2024 305.384 1081,80 338,00
2025 308.666 1093,43 341,64
2026 311.948 1105,05 345,27
2027 315.230 1116,68 348,90
2028 318.513 1128,31 352,53
2029 321.795 1139,93 356,17
2030 325.077 1151,56 359,80
2031 328.360 1163,19 363,43
2032 331.642 1174,82 367,07
2033 334.924 1186,44 370,70
2034 338.207 1198,07 374,33
2035 341.489 1209,70 377,97
2036 344.771 1221,33 381,60
2037 348.053 1232,95 385,23
Sumber: Analisis konsultan (2016)
*) Hasil survey timbulan sampah (2016)
Dari perhitungan di atas dapat diproyeksikan timbulan sampah Kota Tegal hingga
dua puluh tahun, yang menunjukkan perkiraan timbulan sampah pada tahun 2037
mencapai 1.232,95 m3/hari atau 385,23 ton/hari.

5.2 Skenario Pengembangan Bidang Persampahan


Dalam upaya mendekati target Nasional dalam pelayanan persampahan, perlu
dipertimbangkan berbagai faktor internal maupun eksternal, terutama mengingat
pengelolaan sampah sangat bergantung pada kebijakan Pemerintah, maka dikembangkan

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota V-


Laporan

skenario peningkatan pelayanan yang mewakili scenario optimis, moderat atau pesimis.
Ketiga scenario dimaksud mengandung pengertian sebagai berikut:
1. Skenario optimis diarahkan sesuai dengan target dan sasaran Nasional.
2. Skenario moderat adalah skenario pencapaian sasaran Nasional pada 10 tahun
periode perencanaan.
3. Skenario pesimis, adalah skenario pencapaian sasaran Nasional pada akhir tahun
perencanaan (20 tahun periode perencanaan).
Target nasional bidang persampahan menurut RPJMN 2015-2019 adalah
terwujudnya Universal Access dalam hal Pembangunan dan penyediaan air minum dan
sanitasi (sampah, limbah dan drainase) diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat”. Target Persampahan Perkotaan adalah 100% yang
dicapai melalui : 20% fasilitas reduksi sampah dan 80% penanganan sampah.

Skenario-1
Merupakan skenario optimis yaitu optimasi pencapaian target Nasional dalam system
pengelolaan sampah, dengan konsep :
1. Pencapaian 100% tingkat pelayanan di tahun 2019.
2. Strategi reduksi sampah di sumber (komunitas) hingga TPST (daur ulang,
composting, pembakaran sampah) diimplementasikan dengan intensif dalam 3
tahun pertama melalui program kampanye dan pendidikan/pemberdayaan kelompok
masyarakat, serta peningkatan TPST, sehingga tercapai penurunan angka timbulan
sampah hingga 20% pada tahun 2019, yang berdampak pada penurunan beban
penimbunan di TPA yang cukup signifikan.
Proporsi beban pengelolaan untuk skenario ini dapat dilihat pada Tabel dan Gambar
berikut ini.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota V-


Laporan

1400

1200

1000

800

600 TIDAK TERKELOLA


PENANGANAN/TPA REDUKSI
400

200
0
th. 2017

th. 2019

th. 2021

th. 2023
th. 2024

th. 2026

th. 2028

th. 2031

th. 2033

th. 2036
th. 2016 (baseline)

th. 2018

th. 2020

th. 2022

th. 2025

th. 2027

th. 2029
th. 2030

th. 2032

th. 2034
th. 2035

th. 2037
Gambar 5. 2
Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 1

Tabel V. 2
Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 1
Sampah
Tidak
TAHUN Tingkat Layanan Reduksi Penanganan Terkelola
Vol Vol
Persen. (m3/hr) Persen. (m3/hr) Persen. Vol (m3/hr) Vol (m3/hr)
2016 (baseline) 81,2% 802,91 9,2% 91,36 72,0% 661,05 185,87
2017 89,0% 890,36 13,0% 130,05 76,0% 760,31 110,04
2018 94,0% 951,31 16,0% 161,93 78,0% 789,39 60,72
2019 100,0% 1023,66 20,0% 204,73 80,0% 818,93 0,00
2020 100,0% 1035,29 20,0% 207,06 80,0% 828,23 0,00
2021 100,0% 1046,92 21,0% 219,85 79,0% 827,06 0,00
2022 100,0% 1058,54 21,0% 222,29 79,0% 836,25 0,00
2023 100,0% 1070,17 22,0% 235,44 78,0% 834,73 0,00
2024 100,0% 1081,80 22,0% 238,00 78,0% 843,80 0,00
2025 100,0% 1093,43 23,0% 251,49 77,0% 841,94 0,00
2026 100,0% 1105,05 23,0% 254,16 77,0% 850,89 0,00
2027 100,0% 1116,68 24,0% 268,00 76,0% 848,68 0,00
2028 100,0% 1128,31 24,0% 270,79 76,0% 857,51 0,00
2029 100,0% 1139,93 25,0% 284,98 75,0% 854,95 0,00
2030 100,0% 1151,56 25,0% 287,89 75,0% 863,67 0,00
2031 100,0% 1163,19 26,0% 302,43 74,0% 860,76 0,00

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota V-


Laporan

Sampah
Tidak
TAHUN Tingkat Layanan Reduksi Penanganan Terkelola
Vol Vol
Persen. (m3/hr) Persen. (m3/hr) Persen. Vol (m3/hr) Vol (m3/hr)
2032 100,0% 1174,82 26,0% 305,45 74,0% 869,36 0,00
2033 100,0% 1186,44 27,0% 320,34 73,0% 866,10 0,00
2034 100,0% 1198,07 27,0% 323,48 73,0% 874,59 0,00
2035 100,0% 1209,70 28,0% 338,72 72,0% 870,98 0,00
2036 100,0% 1221,33 29,0% 354,18 71,0% 867,14 0,00
2037 100,0% 1232,95 30,0% 369,89 70,0% 863,07 0,00
Sumber: Analisis konsultan (2016)

Skenario-2
Merupakan skenario moderat yaitu pengelolaan sampah Kota Tegal dengan konsep :
1. Pencapaian 100% tingkat pelayanan di tahun 2026.
2. Strategi reduksi sampah di sumber (komunitas) hingga TPST (daur ulang, composting,
pembakaran sampah) diimplementasikan bertahap melalui program kampanye dan
pendidikan/pemberdayaan kelompok masyarakat, serta peningkatan TPST, sehingga
tercapai penurunan angka timbulan sampah hingga 20% pada tahun 2026, yang
berdampak pada penurunan beban penimbunan di TPA yang cukup signifikan.
Proporsi beban pengelolaan untuk skenario ini dapat dilihat pada Tabel dan Gambar
berikut ini.
Tabel V. 3
Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 2
Sampah
Tidak
TAHUN Tingkat Layanan Reduksi Penanganan Terkelola
Vol Vol Vol
Persen. Vol (m3/hr) Persen. (m3/hr) Persen. (m3/hr) (m3/hr)
2016 (baseline) 81,2% 802,91 9,2% 91,36 72,0% 661,05 185,87
2017 84,0% 840,34 10,2% 102,04 73,8% 738,30 160,07
2018 85,0% 860,23 11,0% 111,32 74,0% 748,91 151,81
2019 86,0% 880,35 12,0% 122,84 74,0% 757,51 143,31
2020 88,0% 911,05 13,0% 134,59 75,0% 776,47 124,23
2021 90,0% 942,22 14,0% 146,57 76,0% 795,66 104,69
2022 92,0% 973,86 15,0% 158,78 77,0% 815,08 84,68
2023 94,0% 1005,96 16,0% 171,23 78,0% 834,73 64,21
2024 96,0% 1038,53 17,0% 183,91 79,0% 854,62 43,27
2025 98,0% 1071,56 18,0% 196,82 80,0% 874,74 21,87
2026 100,0% 1105,05 20,0% 221,01 80,0% 884,04 0,00
2027 100,0% 1116,68 20,0% 223,34 80,0% 893,34 0,00
2028 100,0% 1128,31 20,0% 225,66 80,0% 902,65 0,00
2029 100,0% 1139,93 21,0% 239,39 79,0% 900,55 0,00

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota V-


Laporan

Sampah
Tidak
TAHUN Tingkat Layanan Reduksi Penanganan Terkelola
Vol Vol Vol
Persen. Vol (m3/hr) Persen. (m3/hr) Persen. (m3/hr) (m3/hr)
2030 100,0% 1151,56 21,0% 241,83 79,0% 909,73 0,00
2031 100,0% 1163,19 21,0% 244,27 79,0% 918,92 0,00
2032 100,0% 1174,82 22,0% 258,46 78,0% 916,36 0,00
2033 100,0% 1186,44 22,0% 261,02 78,0% 925,43 0,00
2034 100,0% 1198,07 23,0% 275,56 77,0% 922,52 0,00
2035 100,0% 1209,70 23,0% 278,23 77,0% 931,47 0,00
2036 100,0% 1221,33 24,0% 293,12 76,0% 928,21 0,00
2037 100,0% 1232,95 25,0% 308,24 75,0% 924,72 0,00
Sumber: Analisis konsultan (2016)

1400
1200
1000
800
600
400
200
TIDAK TERKELOLA
PENANGANAN/TPA REDUKSI

0
th. 2019

th. 2021

th. 2024

th. 2027

th. 2030

th. 2033

th. 2036
th. 2037
th. 2016 (baseline)
th. 2017
th. 2018

th. 2020

th. 2022
th. 2023

th. 2025
th. 2026

th. 2028
th. 2029

th. 2031
th. 2032

th. 2034
th. 2035

Gambar 5. 3
Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 2
Skenario-3
Merupakan skenario pesimis yaitu pengelolaan sampah Kota Tegal dengan konsep :
1. Pencapaian 100% tingkat pelayanan di tahun 2037.
2. Strategi reduksi sampah di sumber (komunitas) hingga TPST (daur ulang, composting,
pembakaran sampah) diimplementasikan bertahap dalam jangka penjang melalui
program kampanye dan pendidikan/pemberdayaan kelompok masyarakat, serta
peningkatan TPST, sehingga tercapai penurunan angka timbulan sampah hingga
20% pada tahun 2037, yang berdampak pada penurunan beban penimbunan di TPA
yang cukup signifikan.
Proporsi beban pengelolaan untuk skenario ini dapat dilihat pada Tabel dan Gambar
berikut ini.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota V-


Laporan

1400
1200
1000
800
600
400
200
TIDAK TERKELOLA
0
PENANGANAN/TPA REDUKSI
th. 2020
th. 2021
th. 2022

th. 2026
th. 2027
th. 2028
th. 2016 (baseline)
th. 2017
th. 2018
th. 2019

th. 2023
th. 2024
th. 2025

th. 2033
th. 2034
th. 2035
th. 2029
th. 2030
th. 2031
th. 2032

th. 2036
th. 2037
Gambar 5. 4
Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 3

Tabel V. 4
Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 3
Sampah
Tidak
TAHUN Tingkat Layanan Reduksi Penanganan Terkelola
Vol Vol Vol Vol
Persen. (m3/hr) Persen. (m3/hr) Persen. (m3/hr) (m3/hr)
2016
(baseline) 81,2% 802,91 9,2% 91,36 72,0% 661,05 185,87
2017 84,0% 840,34 10,2% 102,04 73,8% 738,30 160,07
2018 85,0% 860,23 10,4% 105,25 74,6% 754,98 151,81
2019 85,0% 870,11 10,6% 108,51 74,4% 761,60 153,55
2020 86,0% 890,35 10,8% 111,81 75,2% 778,54 144,94
2021 86,0% 900,35 11,0% 115,16 75,0% 785,19 146,57
2022 87,0% 920,93 11,0% 116,44 76,0% 804,49 137,61
2023 87,0% 931,05 11,0% 117,72 76,0% 813,33 139,12
2024 88,0% 951,98 12,0% 129,82 76,0% 822,17 129,82
2025 88,0% 962,21 12,0% 131,21 76,0% 831,00 131,21
2026 89,0% 983,50 12,0% 132,61 77,0% 850,89 121,56
2027 90,0% 1005,01 13,0% 145,17 77,0% 859,84 111,67
2028 91,0% 1026,76 13,0% 146,68 78,0% 880,08 101,55
2029 92,0% 1048,74 14,0% 159,59 78,0% 889,15 91,19
2030 93,0% 1070,95 14,0% 161,22 79,0% 909,73 80,61
2031 94,0% 1093,40 15,0% 174,48 79,0% 918,92 69,79

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota V-


Laporan

Sampah
Tidak
TAHUN Tingkat Layanan Reduksi Penanganan Terkelola
Vol Vol Vol Vol
Persen. (m3/hr) Persen. (m3/hr) Persen. (m3/hr) (m3/hr)
2032 95,0% 1116,08 15,0% 176,22 80,0% 939,85 58,74
2033 96,0% 1138,99 16,0% 189,83 80,0% 949,16 47,46
2034 97,0% 1162,13 17,0% 203,67 80,0% 958,46 35,94
2035 98,0% 1185,50 18,0% 217,75 80,0% 967,76 24,19
2036 99,0% 1209,11 19,0% 232,05 80,0% 977,06 12,21
2037 100,0% 1232,95 20,0% 246,59 80,0% 986,36 0,00
Sumber: Analisis konsultan (2016)

Skenario Terpilih
Dari ketiga skenario dapat dilihat bahwa sebesar apapun proporsi beban
pengelolaan yang ditetapkan bagi Dinas KIMTARU tetap memerlukan adanya peran dari
dua kelompok pengelola lainnya (KSM/paguyuban sebagai TPST dan komunitas masyarakat
lainnya) untuk mencapai tingkat sampah tertangani yang paling optimal. Penentuan
skenario mana yang akan dipilih, sangat ditentukan oleh kebijakan Pemerintah Kota Tegal.
Banyaknya aspek pembangunan yang masih harus menjadi prioritas di Kota Tegal, ketiga
skenario di atas perlu dianalisis dengan pendekatan tidak saja dari aspek pembiayaan
tetapi juga dari aspek strategies pembangunan kota.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota V-


Laporan

Tabel V. 5
Pemilihan Skenario Terbaik
Pertimbangan Skenario 1 optimis: sesuai dengan target Skenario 2 moderat : pencapaian Skenario 3 pesimis :
dan sasaran Nasional (th. 2019) sasaran Nasional pada tahun ke-10 pencapaian sasaran Nasional
(th. 2026) pada tahun ke-20 (th. 2037)
Aspek teknis Tidak realistis karena harus membangun Jangka waktu 10 tahun cukup Dapat dicapai
TPA baru sekaligus membangun dan realistis membangun dan
merehabilitasi system dan sarana- merehabilitasi system dan sarana-
prasarana menyesuaikan intervensi pola prasarana menyesuaikan
3R intervensi
pola 3R
Aspek kelembagaan Kelembagaan saat ini masih belum sesuai Jangka waktu 10 tahun cukup Dapat dicapai
standar, sehingga perlu peningkatan realistis untuk peningkatan status
status kelembagaan dari eselon IV kelembagaan dari eselon IV
menjadi eselon III. Diperlukan penataan menjadi eselon III, penataan SOTK
SOTK baru sehingga memerlukan waktu baru, termasuk peningkatan SDM
penyesuaian kurang lebih 5 tahun, pengelola.
termasuk peningkatan SDM pengelola.
Sehingga
tidak realistis dicapai hingga tahun 2019.
Aspek pembiayaan Pada tahap awal (th. 2017) memerlukan Jangka wkatu 10 tahun cukup Dapat dicapai
pembiayaan cukup besar untuk untuk meningkatkan
pembangunan TPA Bokongsemar, pembiayaan baik untuk
sehingga biaya investasi sarana dan pembangunan TPA
prasarana lainnya sulit ditambah pada Bokongsemar, maupun biaya
periode awal ini. Sehingga tidak realistis investasi sarana dan prasarana
target dicapai lainnya dengan memperhatikan
hingga tahun 2019. intervensi pola 3R.
Aspek peraturan Saat ini belum tersedia peraturan yang Jangka waktu 10 tahun dapat Dapat dicapai
komprehensif yang mendukung digunakan untuk menyediakan
pengelolaan persampahan yang ideal. peraturan yang komprehensif
Sehingga tidak realistis target dicapai yang mendukung pengelolaan
hingga tahun 2019. persampahan yang ideal dengan
intervensi 3R.
Aspek peranserta Pencapaian target nasional memerlukan Jangka waktu 10 tahun cukup Dapat dicapai
masyarakat dukungan peranserta masyarakat dan untuk membangun
swasta dalam implementasi pola 3R. Saat peranserta masyarakat dan
ini peranserta masyarakat masih minim swasta dalam implementasi
sehingga perlu intervensi yang besar pola 3R.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota V-


Laporan
dalam
aspek ini. Kondisi ini membuat tidak

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota V-


Laporan

Pertimbangan Skenario 1 optimis: sesuai dengan target Skenario 2 moderat : pencapaian Skenario 3 pesimis :
dan sasaran Nasional (th. 2019) sasaran Nasional pada tahun ke-10 pencapaian sasaran Nasional
(th. 2026) pada tahun ke-20 (th. 2037)
realistis bahwa target dapat dicapai hingga
tahun 2019.
KESIMPULAN Tidak relistis dapat dicapai Skenario / alternative terbaik, Menjadi target minimal
realistis mencapai sasaran pembangunan
persampahan (jika scenario
terbaik karena suatu hal
tidak dapat dicapai)
Sumber: Identifikasi konsultan, 2016

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota V-


Laporan

Pemilihan scenario terbaik dilakukan dengan pertimbangan aspek-aspek


sebagaimana table di atas. Dari analisis tersebut diketahui bahwa scenario terbaik dan
realistis untuk dilaksanakan adalah Skenario 2 moderat yaitu pencapaian sasaran
Nasional pada tahun ke-10 (th. 2026).

5.3. Visi dan Misi


Kebijakan dan Strategi Sistem Pengelolaan Sampah dimaksudkan sebagai pedoman
dalam penyusunan kebijakan teknis, perencanaan, pemprograman dan kegiatan lain yang
terkait dengan pengelolaan persampahan baik di lingkungan Dinas KIMTARU dan Lembaga
terkait lainnya, juga bagi masyarakat maupun kelompok lainnya yang memiliki perhatian
terhadap pengelolaan sampah.
Semua yang tertuang di dalam kebijakan yang dikembangkan ditujukan untuk
mendukung pencapaian sasaran pembangunan persampahan melalui rencana, program
dan pelaksanaan kegiatan terpadu, efektif dan efisien.
Perumusan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah pada dasarnya adalah untuk
mewujudkan visi pengelolaan sampah perkotaan yang diharapkan akan dapat terjadi pada
masa yang akan datang. Perumusan visi tersebut didasarkan pada isu-isu utama yang
dihadapi dalam pengelolaan persampahan pada saat ini.
Visi pengelolaan sampah Kota Tegal hingga 20 tahun mendatang yaitu :
“Terwujudnya kebersihan lingkungan di Kota Tegal melalui optimalisasi kinerja
pengelolaan sampah dan peranserta masyarakat”
Untuk mencapai visi tersebut, misi yang dikembangkan oleh Pemerintah Kota Tegal
adalah :
1. Membangun kemandirian masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Masyarakat merupakan penghasil sampah, karena itu masyarakat merupakan
aktor utama dalam pengelolaan sampah, yang perlu diberdayakan agar mampu
melakukan berbagai upaya penanganan sampah untuk lingkungannya sendiri.
Sementara itu, adanya keterbatasan Pemerintah dalam pembiayaan, maka perlu
dibuka seluas-luasnya kesempatan masyarakat kelompok usaha (swasta) untuk
bermitra dalam pengelolaan sampah dalam suatu wilayah tertentu yang memiliki
kriteria khusus.
2. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan sistem pengelolaan
sampah ke seluruh Wilayah Kota Tegal. Pelayanan sistem pengelolaan
sampah di Kota Tegal harus mampu menjangkau 27 kelurahan pada 4
kecamatan. 3. Menjalankan Paradigma Minimasi Timbulan Sampah dengan.
3. Mengembangkan Pengolahan dan atau Daur Ulang Sampah. Timbulan
sampah yang selalu indentik dengan perkembangan jumlah penduduk,
sedangkan kapasitas pengelolaan tidak mungkin ditingkatkan sampai kondisi
maksimum, maka Kota Tegal dalam 10 - 20 tahun mendatang menetapkan
minimasi sampah sebagai sasaran utama pelaksanaan pengelolaan sampah.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota V-


Laporan

4. Meningkatkan kemampuan manajemen dan kelembagaan dalam sistem


pengelolaan sampah sesuai dengan prinsip good and coorperate
governance, yang berupa :
a. Penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik dalam pengelolaan
sampah
b. Penyelenggaraan pengelolaan sampah yang transparan, partisipatif serta
akuntabel dalam pengelolaannya,
c. Pelibatan semua stakeholder dalam pengelolaan persampahan
d. Pengelolaan persampahan secara efektif, efisien dan profesional
e. Penguatan kelembagaan dengan penyesuaian struktur dan kewenangan
kelembagaan pengelola persampahan
5. Memobilisasi dana dari berbagai sumber untuk pengembangan system
pengelolaan persampahan, melalui:
a. Peningkatan prioritas dan alokasi pendanaan bagi penyelenggaraan
pelayanan persampahan.
b. Pengembangan potensi pendanaan untuk pengelolaan persampahan baik
melalui anggaran kota, propinsi, pusat, bahkan dana luar negeri,
termasuk kerjasama dengan dunia usaha/swasta.
c. Pengembangan dan perkuatan pendanaan sistem pengelolaan berbasis
masyarakat melalui penyertaan modal atau bentuk lainnya
6. Menegakkan hukum dan melengkapi peraturan perundangan untuk
meningkatkan sistem pengelolaan persampahan, melalui:
a. Memperbaharui produk hukum yang ada untuk disesuai dengan visi misi
saat ini.
b. Melengkapi produk hukum yang diperlukan bagi landasan
penyelenggaraan pengelolaan persampahan.
c. Penegakan dan Penaatan Hukum, dengan mengembangkan mekanisme
yang sesuai dengan perkembangan budaya masyarakat dengan
melibatkan seluruh stakeholder.

5.4. Strategi
5.4.1. Strategi Umum Pengelolaan Sampah Kota Tegal
Dalam Pengelolaan Sampah di Kota Tegal secara umum perlu dikembangkan
strategi sebagai berikut :
1. Perkuatan Lembaga Formal Pengelola Sampah (Dinas KIMTARU), agar menjadi
lembaga yang handal dalam menjalankan kewenangannya dan mampu bermitra
dengan kelompok informal dan atau masyarakat lainnya yang ingin berperan
aktif dalam pengelolaan sampah di Kota Tegal.
2. Perluasan jangkauan pelayanan di wilayah perkotaan dengan desentrasilasi
pengelolaan di tingkat kelurahan melalui implementasi 3R Berbasis TPST.
3. Kemitraan antara Pemerintah, Masyarakat dan Swasta untuk berpartisipasi
dalam pengelolaan sampah.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota V-


Laporan

4. Pengembangan Pendidikan Masyarakat dengan penguatan strategi komunikasi,


guna pemaparan pengetahuan untuk mencapai perubahan sikap, persepsi dan
keterampilan masyarakat di seluruh Kota Tegal.

5.4.2 Strategi Peningkatan Teknis Pengelolaan


Strategi di dalam aspek teknik operasional pengelolaan sampah berpijak pada
beban pengelolaan terhadap sistem yang akan dikembangkan selama periode
perencanaan. Oleh karena itu dalam pengoperasian diarahkan terhadap upaya efiensi
kerja, yaitu dengan menerapkan konsep minimasi sampah terangkut ke TPA dengan
meningkatkan upaya pengolahan sampah sedekat mungkin dengan sumbernya. Untuk itu
reduksi sampah yang harus ditimbun di TPA merupakan target sub sistem operasional.
Namun demikian, pergeseran suatu pola pengelolaan sampah dalam system yang
sudah ‘eksist’ terlebih dahulu merupakan suatu pekerjaan besar dan tentunya diperlukan
peran aktif dari seluruh stakeholders dalam system tersebut. Perubahan tersebut tidak bisa
dilakukan dalam waktu singkat, melainkan diperlukan adanya waktu peralihan. Panjang
atau singkatnya waktu peralihan tersebut akan sangat ditentukan oleh faktor konsistensi
dari setiap stakeholders terutama Pemerintah Kota sebagai fasilitator.
Untuk mencapai efektifitas kerja yang tinggi, operasi pengelolaan sampah di Kota
Tegal, ditetapkan hal-hal berikut :
 Penerapan konsep 3R di setiap tahapan operasi pengelolaan akan menjadi
pertimbangan utama dalam rencana pengembangan sarana dan prasarana
 Pemilahan sebagai konsep awal pola 3R, akan dilakukan sejak di sumbernya, dengan
prioritas dalam pelaksanaannya.
 Operasi pengumpulan sampah dari sumber ke TPST, sesuai dengan Perda yang ada
tetap menjadi tanggung jawab masyarakat dibawah koordinasi RT/RW setempat.
 TPST akan dikembangkan untuk melayani maksimal 1 Kelurahan atau 5000 penduduk.
TPST tingkat kelurahan ini difungsikan sebagai tempat pengomposan dan pengumpulan
sementara sampah anorganik serta B3 Rumah Tangga, dengan operasi pengelolaan
Komunal Tidak Langsung.
 Sampah anorganik dari TPS Kelurahan akan diangkut ke TPA Kota. TPA Kota dalam hal
ini mendesak untuk segera dilakukan pembangunan TPA baru di kawasan
Bokongsemar.

5.4.3. Strategi Peningkatan Kelembagaan


Berdasarkan analisis kendala dan peluang yang ada di dalam subsistem organisasi
kelembagaan maka diperlukan strategi berikut :
1. Meningkatkan status dan kapasitas lembaga pengelola kebersihan,
dimana saat ini berupa seksi di bawah Bidang Kebersihan dan Pertamanan dan
UPTD (eselon IV) pada Dinas KIMTARU, perlu pengkajian ulang untuk kembali
menjadi Bidang tersendiri (eselon III), mengingat semakin tingginya beban
pengelolaan sampah di Kota Tegal.
2. Menginisiasi terbentuknya sub sistem kelembagaan yang dapat
menjalankan fungsi sesuai perannya masing-masing. Hal ini menyangkut

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota V-


Laporan

peningkatan peran lembaga formal maupun non formal yang telah ada, dan
juga pengembangan lembaga lain yang dibutuhkan kehadirannya. Kehadiran
lembaga lain dilakukan dengan pola pendekatan bottom-up, dimana kehadiran
lembaga tersebut merupakan kebutuhan dan merupakan inisiatif warga bukan
bentukan pemerintah. Kehadiran lembaga eksternal ini tidak saja menyangkut
aspek teknik operasional tetapi diharapkan juga untuk mendukung penegakan
hukum di dalam sistem.
3. Meningkatkan kinerja lembaga pengelola persampahan, salah satunya
dengan meingkatkan kualitas SDM Lembaga Pengelola Kebersihan.
4. Melakukan pemisahan fungsi /unit regulator dan operator.
5. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi antar stakeholder local
maupun regional, dan juga membangun kemitraan yang harmonis dengan
masyarakat dalam upaya membangun sistem pengelolaan berbasis masyarakat.

5.4.4. Strategi Peningkatan Hukum


Strategi bidang hukum dan peraturan difokuskan untuk menunjang terlaksananya
strategi pada keempat aspek lainnya. Strategi ini menyangkut :
1. Penataan kembali perangkat hukum dan peraturan disesuaikan dengan rencana
jangka pendek, menengah dan panjang.
2. Penegakan dan penaatan hukum/peraturan, dengan terbentuknya masyarakat
yang peka terhadap aturan/hukum.
3. Membangun tatanan hukum di masyarakat bersamaan dengan pengembangan
sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

5.4.5. Strategi Peningkatan Pembiayaan


Pembiayaan penyelenggaraan pengelolaan sampah merupakan unsur pokok
berlangsungnya sistem pelayanan. Permasalahan sampah kota adalah persoalan permanen
dan rutin terus bertambah besar sehingga menuntut pada konsep pembiayaannya. Selama
pengelolaan sampah masih menjadi tanggung jawab pemerintah, maka strategi
pembiayaan pengelolaan sampah kota harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam
pembiayaan pengelolaan infrastruktur kota.
Penyelenggaraan pelayanan pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang harus
dan pasti dilaksanakan oleh pemerintah. Oleh karena itu model atau konsep
pembiayaannya baik sumber atau pun alokasinya harus memiliki kejelasan dan kepastian.
Mengingat bahwasanya Pengelolaan sampah merupakan bagian pelayanan umum
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Tegal, dengan demikian pengaturan
pembiayaan menjadi tugas dan tanggung jawab Pemerintah. Target yang ingin dicapai
dalam aspek pembiayaan selama 10 tahun mendatang adalah :
 Terpenuhinya anggaran pengelolaan kebersihan sesuai dengan perhitungan kebutuhan
pelayanan standar,

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota V-


Laporan

 Terciptanya keseimbangan antara realisasi retribusi dengan anggaran operasional


sehingga subsidi dapat dikurangi secara bertahap, Untuk itu dikembangkan suatu
strategi pembiayaan sebagai berikut :
o Penguatan unit penagihan dalam struktur organisasi lembaga Dinas KIMTARU,
dengan mengembangkan mekanisme penagihan retribusi yang disepakati oleh
seluruh pihak berkaitan,
o Pengalokasian anggaran secara proporsional per unit kegiatan.

5.4.6. Strategi Peningkatan Peran Serta Masyarakat


Faktor utama yang menjamin pencapaian sistem pengelolaan sampah adalah faktor
manusia, baik petugas pelaksana pengelola dan masyarakat umum sebagai penimbul
sampah. Untuk dapat merealisasikan strategi operasional yang telah dikembangkan, perlu
adanya sebuah upaya besar, menyentuh manusia sebagai faktor utama keberhasilan.
Dalam kurun waktu 10 tahun mendatang sasaran yang paling realistis adalah menjadikan
masyarakat Kota Tegal sebagai masyarakat yang bersikap dan berperilaku positif terhadap
sampah, dengan indicator tumbuhnya sikap dan tingkah laku yang didasari oleh kesadaran
akan lingkungan bersih, sehingga sikap dan perilaku terhadap sampah tidak didasari pada
kewajiban tetapi sebagai nilai kebutuhan.
Untuk melaksanakan pengurangan sampah di sumber dan meningkatkan pola-pola
penanganan sampah berbasis masyarakat, diperlukan pemahaman bahwa masyarakat
bukan lagi hanya sebagai obyek tetapi lebih sebagai mitra yang mengandung makna
keselarasan. Tanpa ada peran aktif masyarakat akan sangat sulit mewujudkan kondisi
kebersihan yang memadai. Disamping itu, pihak swasta/dunia usaha juga memiliki potensi
yang besar untuk dapat berperan serta menyediakan pelayanan publik ini.
Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan
adalah:
(1) Menyebar luaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan kepada
masyarakat umum.
(2) Mengembangkan pendidikan masyarakat tentang pengelolaan sampah sejak usia
dini.
(3) Mengembangkan pola pembelajaran kepada masyarakat yang terintegrasi dalam
pengembangan sistem pengelolaan berbasis masyarakat.
(4) Mengembangkan pola-pola insentif dan iklim kondusif bagi dunia usaha /
swasta.

5.5. Rencana Peningkatan Pelayanan Persampahan


Berdasar pentahapan rencana peningkatan pelayanan, maka didapatkan rencana
pelayanan persampahan dalam 3 tahapan, yakni tahapan jangka pendek (2017-2019),
jangka menengah (2020-2024) dan jangka panjang (2025-2037). Pada rencana jangka
pendek terdapat target peningkatan layanan sebesar 10 % per tahun, hingga tercapainya
target pelayanan persampahan 100 % pada tahun 2037.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota V-


Laporan

Tabel V.6
Rencana Pencapaian Tingkat Pelayanan Persampahan

Tingkat Jangka Jangka Jangka


No Kelurahan Layanan pendek menengah panjang
2016 (2017-2019) (2020-2024) (2025-2037)

A Kec. Tegal Selatan 71% 75% 82% 100%


1 Kalinyamat Wetan 70% 74% 81% 100%
2 Bandung 60% 66% 75% 100%
3 Debong Kidul 60% 66% 75% 100%
4 Tunon 70% 74% 81% 100%
5 Keturen 60% 66% 75% 100%
6 Debong Kulon 70% 74% 81% 100%
7 Debong Tengah 60% 66% 75% 100%
8 Randugunting 90% 91% 94% 100%

B Kec. Tegal Timur 80% 83% 88% 100%


1 Kejambon 90% 91% 94% 100%
2 Slerok 70% 74% 81% 100%
3 Panggung 80% 83% 88% 100%
4 Mangunkusuman 90% 91% 94% 100%
5 Mintaragen 80% 83% 88% 100%

C Kec. Tegal Barat 79% 82% 87% 100%


1 Pesurungan Kidul 90% 91% 94% 100%
2 Debong Lor 80% 83% 88% 100%
3 Kemandungan 80% 83% 88% 100%
4 Pekauman 90% 91% 94% 100%
5 Kraton 80% 83% 88% 100%
6 Tegalsari 80% 83% 88% 100%
7 Muarareja 50% 57% 69% 100%

D Kec. Margadana 68% 73% 80% 100%


1 Kalingangsa 60% 66% 75% 100%
2 Krandon 70% 74% 81% 100%
3 Cabawan 60% 66% 75% 100%
4 Margadana 60% 66% 75% 100%
5 Kalinyamat Kulon 70% 74% 81% 100%
6 Sumurpanggang 80% 83% 88% 100%
7 Pesurungan Lor 80% 83% 88% 100%

TOTAL 75% 78% 85% 100%


Sumber: Analisa Konsultan, 2016

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota V-


Laporan

Gambar 5.5. Rencana Tingkat Pelayanan Jangka Pendek

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota V-


Laporan

Gambar 5.6. Rencana Tingkat Pelayanan Jangka Menengah

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota V-


Laporan

Gambar 5.7. Rencana Tingkat Pelayanan Jangka Panjang

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota V-


Laporan

6
RENCANA OPERASI PENANGANAN PENGELOLAAN PERSAMPAH

6.1. Sistem Operasi Pengelolaan


Telah dipaparkan dalam strategi dan kebijakan pengelolaan sampah di Kota Tegal,
dalam kurun waktu 20 tahun mendatang akan dikembangkan dengan model pengelolaan
sampah yang berbasis pelayanan teknis oleh Dinas KIMTARU dengan dukungan reduksi
sampah oleh masyarakat. Model pelayanan teknis dari Dinas KIMTARU diberikan dalam
bentuk pelayanan penanganan dan pengolahan sampah, karena seluruh daerah pelayanan
merupakan wilayah perkotaan. Sistem ini akan menerapkan konsep penanganan dan
pengelolaan sampah dimana upaya pengurangan sampah ( Reduce), pemanfaatan kembali
(Reuse) dan daur ulang (Recyle) diterapkan dalam setiap tahapan penanganan sampah
dari hulu ke hilir. Konsep penanganan dan pengolahan yang direncanakan selama 20 tahun
mendatang adalah sebagai berikut :
1. Lingkup pelayanan pengelolaan sampah adalah seluruh wilayah administrasi Kota
Tegal.
2. Jenis sampah yang dikelola oleh Dinas KIMTARU adalah sampah domestik, yaitu
sampah yang bersumber dari aktifitas rumah tangga/domestik, tidak termasuk limbah
industri dan medis.
3. Limbah industri, atau sampah hasil proses produksi, adalah tanggung jawab setiap
lembaga atau individu dan atau badan yang menghasilkannya dan tidak menjadi
tanggung jawab Dinas KIMTARU. Hal tersebut telah diatur oleh undang-undang tentang
pengelolaan limbah B3 dari industri untuk dikelola oleh pihak yang telah ditunjuk
pemerintah. Pengelolaan sampah B3 rumah tangga, misalnya kaleng bekas kemasan
insektisida, batu baterai bekas, neon bekas dan lain sebagainya secara bertahap harus
menjadi tanggung jawab Pemerintah. Dinas KIMTARU tidak bertanggung jawab atas
pengolahan sampah jenis ini. Akan tetapi disebabkan sampah jenis ini terkandung di
dalam sampah domestik, maka Dinas KIMTARU harus menanganinya dengan
memisahkannya dari sampah lainnya.
4. Pewadahan, pengumpulan dan pengangkutan di sumber diarahkan menuju sistem
terpilah. Sampah dipilah menjadi 2 jenis, yaitu : sampah organik dan anorganik. Dalam
jangka pendek, pemilahan diperkenalkan di seluruh aktifitas penimbul sampah, dan
pada jangka menengah akan diimplementasikan secara bertahap.
5. Operasi pengumpulan sampah dari rumah-rumah ke Tempat Pengolahan Sampah Skala
Kelurahan (TPS-Terpadu atau TPST), dilakukan oleh masyarakat secara mandiri dengan
membentuk organisasi pada tingkat RT/RW atau menunjuk pihak pengelola swadaya.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VI-


Laporan

6. Di wilayah yang memungkinkan untuk dikembangkan Sistem Pengelolaan Berbasis


Masyarakat, ditetapkan bahwa operasi pengelolaan harus menerapkan prinsip-prinsip
3R. Di lingkungan RT/RW, diberikan peluang untuk dikembangkannya pengolahan
sampah skala komunal, dan kawasan, juga dengan menerapkan prinsip-prinsip 3R.
7. Dalam suatu wilayah Kelurahan wajib memiliki area satu TPST Kelurahan yang dikelola
dengan pola kemitraan antara Dinas KIMTARU, bekerja sama dengan aparat Kelurahan,
Masyarakat dan bahkan pihak swasta.
8. TPS Kelurahan adalah lokasi penampungan sampah, pemilahan sampak anorganik dan
pengomposan sampah organik. Ditempatkan di setiap Kelurahan untuk melayani 5000
penduduk (sekitar 1.000 KK).
9. Pengomposan dilakukan sebagai usaha minimasi sampah tertimbun di TPA, bukan
untuk mencari keuntungan ekonomis. Kerja sama dengan pihak atau instansi atau dinas
lainnya yang terkait dengan penggunaan produk kompos akan dijalin dalam kerangka
pengembangan tanaman organik. TPST adalah pusat pengolahan sampah anorganik
terutama yang mempunyai nilai ekonomi (plastik, kertas, logam, dll).
10. TPA sebagai lokasi pemrosesan akhir sampah, sampai Tahun 2017 direncanakan akan
tetap menggunakan TPA Muarareja. TPA Bokongsemar direncanakan beroperasi mulai
tahun 2018 dan dalam jangka panjang dipersiapkan untuk penanganan residu olahan
sampah dan sampah B3 RT. Penanganan akhir sampah di TPA dilakukan penimbunan
secara controlled landfill.
Sistem operasi pengelolaan sampah di Kota Tegal, dalam kurun waktu 20 tahun
mendatang, digambarkan pada Gambar 6.1.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VI-


Laporan Akhir

Pewadahan Pengumpulan Pengolahan dan penanganan akhir


Pengolahan Pengangkutan

Domestic

Dump truck
TPST Kelurahan (model Ram)

TPST Pasar (model Ram)

Tong sampah: organic; anorganik


Gerobak / becak / motor sampah
Pemindahan
TPA Bokongsemar (controlled landfil

Arm roll truck

Non-domestik
Transfer depo dangan kontainer tertutup di lokasi strategis

Penyapuan jalan

Gambar 6.1 Sistem operasi pengelolaan sampah di Kota

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VI-


Laporan

6.2 Pewadahan Sampah


Pewadahan sampah adalah aktifitas penanganan sampah di sumber sampah. Wadah
sampah adalah tempat untuk menyimpan sampah di sumber, sebelum sampah itu dikelola.
Konsep pewadahan yang akan diterapkan adalah dengan sistem terpilah dalam 2 jenis,
yaitu : sampah organik, anorganik dan B3 Rumah Tangga. Akan tetapi pemilahan dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut :
 Pewadahan terpilah mencapai 50% wilayah pelayanan, dalam 20 mendatang.
 Jangka Pendek (2017-2019), diorientasikan sebagai pengenalan pemilahan
kepada masyarakat umum, dengan memasang wadah sampah terpilah 2 di
jalan protokol, taman kota, atau fasilitas umum lainnya, kantor-kantor
Pemerintah dan institusi pendidikan.
 Jangka menengah (2020-2024), merupakan masa pengenalan yang lebih
intensif dengan melakukan pembinaan di lingkungan permukiman yang
menjadi sasaran pengembangan sampah berbasis masyarakat. Dalam
periode ini pula di cari bentuk dan mekanisme pemilahan yang dapat
diterima sesuai dengan tatanan sosial budaya masyarakat di Kota Tegal.
 Jangka Panjang (2025-2037), merupakan masa kampanye di seluruh wilayah
pelayanan.
Ketentuan Umum Wadah sampah terpilah di sumber adalah sebagai berikut:
 Wadah terbuat dari plastik atau bahan anti karat lainnya
 Kapasitas minimal 20 liter per jenis sampah.
 Wadah Organik, berwarna hijau
 Wadah Anorganik, berwarna kuning
 Jika pemilahan sudah berjalan baik dapat ditambah Wadah B3 RT, berwarna
merah.

6.3 Operasi Pengumpulan


Pengumpulan sampah merupakan kegiatan operasional pelayanan yang
berhubungan langsung dengan hasil tingkat kebersihan di sumber atau tempat asal sampah
yaitu berupa lingkungan bersih dan sehat yang dapat dinikmati oleh masyarakat.
Kelancaran dan keberhasilan sistem pengumpulan sampah merupakan syarat pertama
tercapainya sanitasi lingkungan dari gangguan sampah. Dengan demikian lingkungan
menjadi bersih tidak terdapat sampah yang tercecer, dibuang ke saluran, ke sungai ke
tempat-tempat ilegal lainnya.
Target dari sistem pengumpulan dalam adalah tercapainya tingkat sanitasi
lingkungan dari gangguan sampah melalui pembentukan sistem pengumpulan yang
menjamin rutinitas dan stabilitas pelayanan. Sistem pengumpulan yang dibangun
disesuaikan dengan kondisi fisik geografi, ekonomi, fasilitas jalan dan kondisi lainnya
supaya dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VI-


Laporan

6.3.1 Pengumpulan pada Kawasan Permukiman


Ketentuan pengumpulan pada kawasan permukiman di Kota Tegal, ditetapkan
sebagai berikut :
 Pengumpulan dari setiap sumber aktifitas ditujukan ke TPST Kelurahan, tidak ada
sistem langsung pengumpulan ke TPA (kecuali dari transfer depo dengan container)
mengingat adanya tujuan pengomposan di tingkat Kelurahan.
 Pengumpulan adalah tanggung jawab masyarakat dan atau penimbul sampah. Secara
berkelompok, masyarakat dan atau penimbul sampah membentuk organisasi RT/RW
atau penunjukkan pihak lain, dalam pengumpulan sampah,
 Untuk wilayah pelayanan terpilah di sumber, disyaratkan ada pengaturan jadwal
pengangkutan berdasarkan jenis sampah, Frekuensi pengumpulan sampah organik,
disyaratkan harus setiap hari. Frekuensi pengumpulan sampah anorganik disyarakatkan
minimal 3 kali dalam seminggu,
 Sistem pengumpulan disesuaikan dengan mempertimbangkan jenis alat pengumpul,
fasilitas jalan dan kemampuan membayarnya.
 TPST didesain model RAM sehingga memudahkan memuat sampah ke dump truck.

6.3.2 Pengumpulan Sampah Pasar


Timbulan Sampah pasar di Kota Tegal saat ini merupakan peringkat kedua terbesar
setelah sampah rumah tangga. Dalam hal komposisi, sampah pasar didominasi oleh
sampah organik yang cukup besar hal ini merupakan potensi kompos yang tinggi. Sehingga
strategi yang ditempuh adalah melakukan pengomposan sampah pasar dengan
menyediakan fasilitas TPS Terpadu untuk skala pasar. Dengan demikian, di sumber yaitu
sejak dari kios-kios dan los pasar, sampah dipisahkan antara sampah organik dan
anorganik. Sedangkan sampah anorganik sisanya dibawa ke TPA. Namun tentu saja hal ini
memerlukan waktu untuk proses pembinaan. Direncanakan proses ini dijalankan dalam
jangka menengah.
Ketentuan Pengelolaan Sampah Pasar :
 Pengelolaan sampah pasar diserahkan pada pihak pengelola pasar setempat
kerjasama dengan masyarakat di lingkungan kelurahan dimana pasar berada.
 Sistem pengumpulan sampah pasar diarahkan terpisah menurut dua jenis
sampah yaitu sampah organik dan anorganik.
 Sampah organik langsung dikomposkan di TPST Pasar, sedangkan untuk
sampah anorganik sisanya dibawa ke TPA untuk dilakukan pengolahan.
 Ketika TPST Pasar masih belum di bangun, maka pengomposan sampah pasar
akan dikomposkan di TPST terdekat atau TPA.
 Adanya orientasi pemilahan sampah organik dan anorganik, yang dimulai pada
setiap kios pasar, maka sarana pewadahan yang disediakan oleh setiap kios
adalah terpisah antara sampah organik dan anorganik.
 Wadah yang disediakan bisa berupa karung, kantong plastik atau lainnya sesuai
kemampuan pemilik kios tersebut.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VI-


Laporan

 TPST didesain model RAM sehingga memudahkan memuat sampah ke dump


truck.

6.3.3 Pengumpulan Sampah Fasilitas Umum dan Komersial


Dalam hal ini yang dimaksud dengan fasilitas umum meliputi institusi pemerintahan
dan swasta, sekolah, rumah sakit, bangunan ibadah, alun-alun kota dan tempat umum
lainnya yang berada di sepanjang jalan utama. Sedangkan komersial merupakan pertokoan
dan niaga.
Ketentuan Umum :
 Pewadahan untuk fasilitas umum dan komersial akan menggunakan wadah yang
lebih tahan lama dan ditempatkan/digunakan secara komunal yaitu berupa “bin
terpilah-2”.
 Volume Wadah 80-120 L.
 Pengangkutan minimal sekali dalam sehari.
 Kendaraan pengangkut berupa motor sampah roda tiga (tossa) terpilah 2
(organik-anorganik) dengan kapasitas 1,5 – 2,2 m3
Sampah dalam wadah-wadah bin dituang sampahnya ke dalam kendaraan
pengangkut untuk dibawa ke TPST Kelurahan. Pada lokasi tertentu yang tersedia transfer
depo dengan container maka pengumpulan sampah dari sumber dapat dilakukan pada
container terdekat tersebut. Pada operasi ini tidak terjadi pemilahan sampah. Karena
container akan diambil dan diangkut ke TPA. Adapun ketentuan bagi setiap kelompok
pelayanan adalah sebagai berikut :
Daerah Komersial (Pertokoan dan Niaga)
 Sistem individual langsung, pewadahan dibiayai secara individu,
 Pengumpulan dilakukan oleh Dinas KIMTARU atau pihak lain / swasta yang
ditunjuk, atas perjanjian frekuensi pengangkutan dan besarnya retribusi yang
harus dibayarkan,
 Frekuensi pengangkutan minimal 2 shift dalam sehari, yaitu pagi dan siang atau
malam.

Institusi (perkantoran, sekolah) dan Hotel


 Institusi / Hotel diwajibkan mengembangkan program minimisasi sampah di
dalam lingkungannya sendiri, sehingga mampu mereduksi timbulan sampah,
 Pewadahan dilakukan dengan pemilahan antara 2 jenis sampah yaitu organik
dan anorganik.
 Pengomposan dilakukan di lingkungan setempat dengan metoda sederhana.
 Dinas KIMTARU memberikan jasa pengumpulan sampah anorganik dengan
menyediakan sarana pengumpul berupa Kontainer, dengan ketentuan :
o Institusi/Hotel tunggal, tidak lebih dari satu gedung berlantai 3.
Dilayani dengan metoda individual langsung. Wadah sampah di
sumber disediakan secara mandiri oleh institusi bersangkutan.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VI-


Laporan

o Institusi/ Hotel gabungan, berupa kawasan perkantoran/hotel atau


sejenisnya dilayani dengan menempatkan kontainer secara permanen
di lokasi tersebut, untuk selanjutnya diangkut pada jadwal tertentu,
o Setiap institusi yang dilayani wajib memberikan imbalan jasa
pelayanan kepada Dinas Kebersihan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

Taman
 Penanggung jawab pengelolaan di dalam taman adalah unit kerja yang
membidangi Bidang Pertamanan.
 Sampah dikumpulkan dengan proses penyapuan oleh unit kerja Bidang
Pertamanan, Mengingat sampah taman didominasi oleh sampah organik
compostable, maka pewadahan dilakukan terpisah antara organik dan
anorganik.
 Sampah organik dikumpulkan ke TPST Kelurahan untuk dikomposkan,
 Sampah anorganik sisa diangkut ke TPA.

Saluran Drainase Jalan dan Pengairan


 Drainase dan atau Badan Air harus bebas dari sampah,
 Keberadaan sampah di dalam saluran dan badan air adalah kewenangan
lembaga SKPD atau dinas yang menangani masalah pemeliharaan drainase jalan
dan pengairan. Pembersihan saluran dan atau badan air dari sampah adalah
tanggung jawab SKPD/Dinas bersangkutan.
 Dinas KIMTARU melayani pengumpulan dan pengangkutan sampah dari drainase
dan badan air atas permintaan SKPD/Dinas Pengelola,
 Biaya pelayanan ditentukan berdasarkan aturan yang berlaku.

6.3.4 Penyapuan Jalan


Sampah yang berada di jalan, baik yang ditimbulkan oleh aktifitas manusia maupun
tumbuhan (tanaman penghijau) apabila tidak dikelola akan menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan seperti akan terlihat merusak keindahan dan kebersihan jalan. Sistem
pelayanan kebersihan jalan sudah harus disesuaikan dengan perkembangan sosial dan
teknologi agar dapat terselenggara secara efektif dan efisien. Opersional penyapuan jalan
dengan alat pengumpul gerobak sudah tidak sesuai dengan perkembangan sosial dan
teknologi disamping kurang efektif karena lambat. Oleh karena itu perlu dipilih alternatif
sistem pengumpulan sampah dari hasil kerja penyapuan jalan yang paling sesuai dengan
mempertimbangkan volume beban sampah hasil sapuan jalan yang memiliki karakteristik
tertentu pada masing-masing lokasi jalan.
Rangkaian kegiatan pengelolaan kebersihan sampah di jalan meliputi penyapuan,
pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan dengan ketentuan sebagai berikut:

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VI-


Laporan

Tabel VI.1
Rencana Pola Operasi Penyapuan Jalan
Kondisi eksisting Rencana Peningkatan
Pola operasi Manual  Manual di permukiman dan daerah komersial
 Mekanik di jalan protocol
Kendaraan Gerobak dan armada motor  Manual: gerobak, motor sampah
pengumpul sampah Tossa  Mekanik, kendaraan penyapuan
Tenaga kerja Jumlah penyapu jalan 112  Manual: 3 orang per jalur penyapuan.
orang. Menyapu jalan protokol  Mekanik: 1 orang per kendaraan
1.500 m2-2.500 m2 per orang
Waktu kerja 3 shift :  Manual: 2 jam 1 jalur.
pagi (06-12.00 WIB),  Mekanik: 1 kendaraan per 2 km
sore (12.00-18.00 WIB), Mesin, 6 jam/hari
malam (21.00-03.00 WIB).

Secara umum penyapuan jalan telah berjalan dengan baik. Namun pada masa mendatang
perlu direncanakan system penyapuan jalan secara mekanik terutama pada jalan protocol. Selain itu
kebersihan dan keselamatan tenaga kerja penyapu jalan juga aspek yang harus diperhatikan.

Gambar 6.2
Contoh sarana penyapuan jalan secara mekanik

6.4 Transfer (Pemindahan)


Target dari sistem pemindahan adalah terciptanya mekanisme pemindahan yang
praktis, memudahkan bagi para petugas pengumpul dalam memindahkan sampah dari
kendaraan pengumpul ke kontainer. Pembinaan kedisiplinan para petugas dalam proses
pemindahan juga menjadi target sistem. Saat ini di Kota Tegal, dari seluruh TPS / TPST
yang
ada, dapat dikategorikan sebagai berikut :
(1) TPS dengan container yang diberi landasan, 26 titik.
(2) TPS bak pasangan bata 40 titik.
(3) TPST kelurahan sebanyak 15 titik.
Dari ketiga bentuk fisik TPS / TPST tersebut, TPS jenis Landasan Container yang
masih layak dipertahankan, sedangkan kedua bentuk lainnya (TPS bak pasangan bata dan
TPST), selayaknya segera diperbaiki. Kesulitan utama dalam pengadaaan TPS/TPST

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VI-


Laporan

umumnya ada pada pengadaan lahan. Untuk itu kendala ini bisa diatasi dengan koordinasi
dengan berbagai pihak di dalam lingkungan Pemerintah Daerah (terutama kelurahan).
Berdasarkan evaluasi terhadap jenis TPS yang ada dapat disimpulkan bahwa permasalahan
utama adalah menyangkut faktor kemudahan dalam proses pemindahan. Oleh karena itu
perlu dilakukan penataan TPS agar para petugas pengumpul dapat dengan mudah
memindahkan sampah dari gerobak atau kendaraan pengumpul lainnya ke dalam
container atau bak truk sampah. TPS dengan kriteria seperti ini dikenal dengan TPS Model
RAM. Karena itu TPS model RAM akan menjadi opsi bagi TPS yang berfungsi hanya sebagai
penampungan sementara.

Gambar 6.3
contoh TPS model RAM

6.5 Pengolahan
6.5.1 Pengomposan
Ketentuan Umum
Pengomposan sampah di Kota Tegal bertujuan mengurangi laju aliran timbulan
sampah ke TPA, disamping untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan. Karena itu
pengomposan harus dilakukan sedekat mungkin dengan sumber. Mengacu pada strategi
yang telah dikembangkan, dan berdasarkan alasan utama pengembangan pengomposan di
Kota Tegal, maka Prinsip dasar dalam Rencana Pengomposan untuk 20 tahun adalah
sebagai berikut :
(1) Terintegrasi di dalam Sistem Pengelolaan Sampah Kota. Bahwa pengomposan
sampah dimana pun dalam skala bagaimana pun harus menjadi bagian dalam
sistem pengelolaan sampah kota. Hal ini dilakukan agar kinerja pengomposan akan
menjadi bagian dari kinerja sistem kota, sehingga kontribusi pengomposan terhadap
beban pengelolaan sistem kota menjadi lebih terukur dan signifikan.
(2) Minimasi di sumber. Pengelolaan sampah di Kota Tegal, saat ini masih manganut
pola konvensional atau paradigma lama yaitu „kumpul-angkut-buang‟. Pelaksanaan
pengomposan itu sendiri perlu dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya,
dengan sasaran pengurangan beban pengelolaan sampah kota yang terkait dengan
pengurangan kebutuhan area pembuangan akhir. Pelaksanaan teknis dengan

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VI-


Laporan

pendekatan ini yaitu seluruh sampah yaitu rumah tangga, pasar dan daerah
komersil, perkantoran dan sekolah, industri dan penyapuan jalan serta taman, harus
dikomposkan di lingkungannya sendiri. Namun demikian adakalanya kendala
keberadaan lahan muncul, maka direncanakan TPST yang berfungsi untuk
mengomposkan dalam lingkup wilayah Kelurahan.
(3) Kewilayahan. Pengomposan sampah dilakukan untuk suatu wilayah Kelurahan.
Dimana lokasi unit kerja kompos berada maka dari wilayah Kelurahan tersebut
sampah sebagai bahan baku kompos diambil. Hal ini dilakukan dengan maksud
agar kehadiran unit kerja kompos benar-benar dirasakan sebagai solusi masalah
pengelolaan sampah di wilayah tersebut. Dengan demikian diharapkan penolakan
akan kehadiran lokasi pengomposan dapat dihindari dan menumbuhkan kesertaan
masyarakat. Dalam aplikasinya, doharapkan akan muncul kehadiran unit
pengomposan di setiap lingkungan RT, RW, unit pasar, unit toko, unit gedung atau
istansi tertentu, unit sekolah atau kegiatan lainnya
(4) Kemitraan dengan Masyarakat dan Swasta. Pelaksanaan pengomposan perlu
dilakukan dengan menjalin kemitraan antara pemerintah-masyarakat dan swasta.
Sebagai salah satu kelompok stakeholder dalam pengelolaan sampah kota,
masyarakat sudah seharusnya ditempatkan dengan tepat. Disamping itu, kehadiran
swasta yang secara profesional memberikan jasa pengomposan dan atau
pengelolaan sampah pun menjadi peluang untuk kemitraan dalam pelaksaaan
pengomposan.
Ketentuan teknis
Sistem pengomposan yang akan dikembangkan dalam periode perencanaan
ditetapkan sebagai berikut :
 Pengomposan dilakukan di TPST Kelurahan dan juga di sumber sampah lainnya dengan
memperhatikan keterbatasan lahan untuk proses pengomposan. Dengan demikian,
metode yang dipilih adalah metode Pengomposan Komunal.
 Pengomposan di TPST Kelurahan diutamakan untuk sampah yang bersumber dari
permukiman, sedangkan sampah dari Pasar akan diproses di TPST Pasar. Namun
demikian, bila TPS Kelurahan sudah cukup memadai, dan dapat dijangkau maka
pengomposan sampah pasar dapat dilakukan di sini.
 Satu unit TPST Kelurahan untuk pengomposan dipersiapkan untuk melayani 5000
penduduk.
 Metode pengomposan dipilih sistem box methode yang dimodifikasi dengan sistem
open windrow.
Standar sarana dalam sebuah unit kerja pengomposan adalah sebagai berikut :
1. Area penampungan sampah
2. Area pemilahan dan pencacahan
3. Area residu
4. Area pengomposan
5. Area pematangan, pengayakan dan pengemasan
6. Gudang alat dan tempat penyimpan kompos

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VI-


Laporan

Dengan ketentuan teknis seperti di atas, maka kebutuhan sarana prasarana


pengomposan di TPST Kelurahan adalah sebagai berikut :
(1) Lahan, seluas kurang lebih 200 m2
(2) Standar bangunan TPST dengan pengomposan
(3) Mesin pencacah organik, kapasitas minimal 23 HP, 2-3 m3/jam.
(4) Mesin Pengayak kompos
(5) Peralatan pendukung proses
Pembuatan kompos di sumber dapat dilakukan dengan beberapa metode, sebagai
berikut :
 Komposter Rumah Tangga Individual (untuk melayani 1 keluarga atau 5-7
orang) dan Komunal (untuk melayani 10 keluarga 50-70 orang
 Metode lubang (hanya dapat dilakukan untuk daerah yang tingkat kepadatan
penduduknya masih rendah).
 Komposter Gentong (alasnya di lubangi dan di isi kerikil serta sekam)
merupakan cara sederhana karena seluruh sampah organik dapat dimasukan
dalam gentong.
 Bin Takakura (keranjang yang dilapisi kertas karton, sekam padi dan kompos
matang) memerlukan sedikit kesabaran karena dibutuhkan sampah organik
terseleksi dan pencacahan untuk mempercepat proses pematangan kompos.
Komposter takakura tidak menimbulkan bau sehingga dapat ditempatkan di
dalam rumah.

Tabel VI.2
Pemilihan Jenis Bahan untuk Pengomposan

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VI-


Laporan

Gambar 6.4.
Sistem Pengkomposan Menggunakan Metode Takakura

Tabel VI.3
Parameter Ideal Kompos

Sumber : Suwahyono, 2014

Pengomposan dapat dilakukan pada berbagai tingkatan mulai dari skala komunitas
masyarakat hingga pada aktivitas non perumahan seperti pada sekolah, pasar dan kantor.
Namun, kegiatan pengomposan tidak dilakukan setiap hari dengan alasan keterbatasan
lahan untuk fermentasi tersebut serta ketersediaan bahan dari sampah organik yang
dibutuhkan dalam jumlah cukup banyak. Pengolahan sampah organik menjadi kompos
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk proses fermentasi yakni antara 1-2 minggu.
Sampah organik tersebut dicacah kemudian diberi campuran berupa aktivator abiotik
seperti pupuk nitrogen,kotoran hewan dan larutan enzim untuk mempercepat perombakan
bahan organik tersebut. Penambahan bioaktivator seperti EM-4 akan mempercepat proses
pengkomposan.
Kegiatan pengomposan yang sudah berjalan perlu dioptimalkan sedangkan pada
TPST, Pasar, dan aktivitas non perumahan lain yang belum terdapat pengomposan dapat
digerakkan untuk kegiatan tersebut. Namun, permasalahan mendasar lain yang perlu
ditingkatkan adalah tahapan pemasaran paska pengolahan kompos tersebut. Pihak
pembuat kompos dapat bekerjasama dengan pemerintah, swasta maupun masyarakat

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VI-


Laporan

umum untuk pemasaran agar kegiatan ini mampu memberikan nilai tambah bagi
masyarakat.

Gambar 6.5.
Alat pengomposan dan Lahan untuk fermentasi kompos

6.5.2 Pengolahan Sampah


Anorganik Ketentuan Umum
Berdasarkan studi timbulan sampah anorganik yang paling tinggi jumlahnya adalah
kertas, plastik / karet, namun demikian, sampah plastik lebih bernilai jual tinggi, sehingga
peluang untuk dikembangkannya usaha daur ulang plastic lebih besar dari jenis sampah
lainnya. Pengolahan sampah anorganik direncanakan dipusatkan di TPST kelurahan.
Ketentuan Teknis
Rencana pengolahan sampah anorganik di TPST kelurahan mengikuti ketentuan
sebagai berikut :
 Pengolahan sampah anorganik di pusatkan di TPS kelurahan.
 Sampah anorganik yang masuk ke TPST dipilah berdasarkan jenis anorganik potensi
daur ulang yaitu : plastik, kertas, gelas dan logam,
 Sampah anorganik bukan plastik, seperti kertas, gelas dan logam, akan dikelola dengan
mengembangkan kegiatan pengepulan atau usaha penjualan ke para pelaku
pengumpulan yang lebih besar.
 Khusus plastik keras di cacah dengan mesin pencacahan, dikemas siap di jual ke pabrik
daur ulang.
 Khusus plastik halus, dipress, siap dijual ke pabrik daur ulang plastik (lihat Gambar 6.6
berikut ini)
 Beberapa sampah anorganik seperti kardus, kertas, juga dapat diolah dengan mesin
press untuk dijadikan paving dan kemudan dibakar. Kondisi eksistingnya sudah
dilakukan seperti di TPST Kejambon, namun karena biaya produksi cukup besar maka
harga paving ini cukup mahal (Rp 4000,- per paving dan jika dibanding dengan batako
hanya Rp 2000,-) sehingga membutuhkan pemasaran yang baik.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VI-


Laporan

Gambar 6.6
Mesin Press dan Hasil Paving Olahan Sampah

Kebutuhan sarana pengolahan sampah anorganik di TPST adalah sebagai berikut :


 Bangunan 150 m2
 Mesin pencacah plastik kapasitas minimal 24 HP
 Mesin pressing plastik, kapasitas 10 HP.

Gambar 6.7
Skema Penanganan Sampah Anorganik di TPST Kelurahan

6.5.3 Pengolahan Sampah B3 RT


Mengingat timbulan sampah B3 RT di sumber sangat kecil, maka tidak diperlukan
wadah khusus. Masyarakat perlu diajak untuk memahami cara-cara penangan sampah B3
RT ini dengan aman dan cara yang lebih sederhana, tanpa memerlukan peralatan khusus,
melainkan dengan menggunakan alat atau bahan yang bias diperoleh dengan murah dan
mudah. Rencana penanganan sampah B3 RT, dijelaskan pada Gambar di bawah ini.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VI-


Laporan

Gambar 6.8
Rencana Penanganan Sampah B3 RT

Ketentuan teknis sarana penanganan B3 RT :


Wadah di sumber :
(1) Wadah harus kering, dan tidak lembab seperti kardus bekas
(2) Wadah di simpan khusus, jauh dari jangkauan anak-anak
(3) Wadah jauh dari api.
Pengumpulan:
 Sampah B3 RT disimpan oleh setiap penimbul, dan dikumpulkan pada petugas Dinas
KIMTARU untuk kemudian disimpan di Bak Penampung.
 Khusus Sampah B3 RT yang ada di TPST Kelurahan. Dari TPST secara periodik,
diangkut ke TPA. Di TPA, sampah B3 RT akan dikumpulkan di dalam bangunan khusus,
sebelum ditangani secara khusus. Alternatif penanganan, yaitu diangkut ke Pusat
Pengelolaan Limbah Industri khusus B3, seperti di Cileungsi Bogor. Alternatif lain yaitu
ditimbun dengan cara-cara sesuai peraturan pengelolaan B3.
Bak Pengumpul di TPST :
 Bak terbuat dari bahan anti karat, dan tidak mudah terbakar, minimal dinding dari
beton.
 Bak tertutup, dan kedap air.
 Terdapat lubang / pintu pengumpul untuk memasukkan sampah tanpa harus membuka
pintu bak.
 Di dalam Bak terdapat kontainer penampungan yang bisa langsung di bawa ketika
proses pengumpulan dilakukan.
 Bak berpintu untuk memudahkan pengambilan container.
 Pintu terbuat dari baja,di cat warna merah pertanda Bahan Beracun Berbahaya

6.6 Pemrosesan Akhir (Pembangunan TPA)


6.6.1. Sistem TPA
Program utama dalam pengelolaan sampah di Kota Tegal salah satunya adalah
pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah di kawasan Bokongsemar. Hal ini
didasarkan pada analisis umur pakai TPA sementara di Kelurahan Muarareja akan segera
berakhir pada tahun 2017. Rencana pembangunan TPA Bokongsemar mengacu data
perencanaan teknis (DED) adalah sebagai berikut :

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VI-


Laporan

Tabel VI.4
Ketentuan Teknis TPA Bokongsemar
Komponen Uraian Catatan
Lokasi Kawasan Bokongsemar
Kel. Kaligangsa, batas wilayah:
Selatan = Anak Sungai Kaligangsa
Barat = Sungai Kaligangsa
Timur = Saluran tambak
Utara = rencana jalan lingkar
Luas lahan 14,21 ha
Kebutuhan luas lahan TPA 0,97 ha/tahun
Kebutuhan tanah penutup 109.450 m3/tahun
Cadangan Tanah Penutup 120.000 m3/tahun Cadangan tanah dari penggalian
di lokasi TPA sebesar 20 Ha x 5,5
m dipandang terlalu besar
Teknologi pembuangan Controlled landfill
Teknologi pengolahan 1. Pemilahan dan daur ulang
2. Pengomposan
3. Pembakaran sampah
Ketebalan penimbunan 3,5 – 5 m
ketebalan lapisan setelah 1,5 – 2 m
dipadatkan
Ketebalan tanah penutup 10 – 30 cm
(cover soil)
Fasilitas pendukung 1. Zona penyangga Akses jalan masuk belum
(green boundary) direncanakan secara detail.
2. Pagar keliling. Konsep awal akan menggunakan
3. Tanggul pengaman. jalan lingkar utara, tetapi hingga
4. Lokasi penurunan sampah. saat ini belum ada kejelasan
5. Pengolahan air lindi. pembangunannya, untuk itu
6. Kolam stabilisasi. perlu direncanakan akses jalan
7. Pengelolaan gas. masuk yang lain.
8. Akses jalan masuk/keluar.
9. Jalan operasi.
10. Kantor dan rumah jaga
11. Bengkel kerja dan
tempat pencucian
kendaraan.
12. Jembatan timbang
Kebutuhan Peralatan 1. Crawler Tractor (2 unit)
2. Steel wheel compactor (1 unit)
3. Scraper or dragline (1 unit)
4. Water truck (1 unit)

TPA yang ideal bukan merupakan tempat pembuangan akhir, tetapi pemrosesan
sampah pada bagian akhir. Di TPA, sampah masih dapat diolah berupa pemilahan sampah
organik dan anorganik. Tahapan selanjutnya yakni sampah organik dikomposkan
sedangkan sampah anorganik dipilah kembali untuk dikumpulkan menjadi bank sampah
yang dapat dijual pada pihak ketiga /pengepul. Sampah yang ada di TPA juga dibakar
menggunakan incenerator untuk mengurangi volume sampah yang ada.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VI-


Laporan

6.6.2. Alternatif Teknologi Pengolahan Sampah


Terdapat beberapa alternative teknologi pengolahan sampah baik yang diterapkan
untuk pengolahan di TPA skala kota maupun pengolahan di TPST skala lingkungan
permukiman seperti diuraikan di bawah ini
a. Renergon Solid-waste Digestion (RSD) Mini Waste1
RSD adalah adalah teknologi pengolah sampah menjadi energi listrik yang
terdesentralisasi pada skala permukiman, sebagai upaya mengurangi biaya transportasi
sampah yang mahal. Prinsip kerja RSD mini-waste ini adalah sebagai berikut:
 Pemilahan sampah dengan conveyor belt untuk memudahkan pengambilan
sampah anorganik (plastic, logam, kain, kertas, dll.).
 Sampah organic difermentasi dalam container untuk dimanfaatkan biogas
sebagai sumber energy listrik.
 Spesifikasi model:
o Produksi sampah 2.000 ton/tahun (sekitar 70% organic).
o Waktu operasional 8.000 jam/tahun atau hampir 24 jam operasional
setiap hari.
o Jumlah container fermentasi 4 unit (sampah terdegradasi dalam system
anaerobic selama 28 hari).
o Produksi energy: 47 kW listrik dan 68 kW panas (menerus/continuous
power). Produksi listrik dapat dimanfaatkan untuk kepentingan umum
atau dijual ke jaringan listrik PLN (on grid-integrated), sementara sumber
panas dapat dimanfaatkan untuk memasak beberapa rumah.
o Produksi kompos 500 ton/tahun dengan tingkat kekeringan 60% sebagai
hasil residu.
(Skema model lihat Gambar 6.9).

1
Untuk informasi lebih lanjut dapat mengakses PT. RENERGON ENERGI NUSANTARA sebagai Partner Office
Indoensia dari Renergon Interational AG Swiss. www.renergon.com. Contact person : Bapak Ichsan, MSc. PDEng.
(ichsan.ichsan@gmail.com)

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VI-


Laporan

Gambar 6.9. Skema Model RSD Mini Waste


(sumber: www.renergon.com)

b. Pryolisis
Reaktor Pirolisis GS 100 adalah Konverter pemusnah sampah plastik menggunakan
bahan bakar pembangkit panas bukan dari bahan bakar minyak (BBM). Energi kalor
bagi pemanasan reaktor pirolisis hingga diatas 1000 derajat Celcius dihasilkan oleh
Gasifier GS 100. Bahan bakar adalah jenis sampah biomassa kering (kain perca, kayu,
daun kering ranting, kertas dan biomassa kering lainnya). Kapasitas konversi reaktor
Gasifier GS 100 sebesar 100 kg sampah/ jam setara 2 ton sampah/ hari, atau setara
lebih 3-5 m3/ hari.
Reaktor pirolisis GS 100 berupa silinder kedap udara ( diameter 40 cm, tinggi= 100 cm)
terbuat dari stainless steel dilengkapi lobang pengumpan (hopper) bijih plastik secara
kontinyu, pendingin (kondensat) berupa pipa stainless (1 inchi, panjang 2 m),
perangkap tar dibuat dari kaca ( Pyrex glass) serta penampung minyak bakar terbuat
dari glass tahan panas. Sistim pirolisis memiliki kapasitas konversi ( convert capacity)
2,5 kg biji plastik per jam atau 60 kg biji plastik atau setara dengan pengolahan
sampah plastik ( jenis PE, PET, HDPE, kresek, styrofoam ) sebelum pencacahan 0,1
ton/ hari menjadi 54 liter minyak bakar/ hari.
Reaktor mampu mengubah sampah plastik jenis PP (polipropilene), PE (polietilene) dan
PS (polistirene) menjadi minyak bakar ( fasa cair) yang dapat diaplikasikan sebagai

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VI-


Laporan

bahan bakar boiler, insinerator. Pada kondisi umpan kualitas PE/PET akan dihasilkan
minyak bakar setara kerosine bagi campuran mesin diesel dan generator (engine statis).
Kategori sampah yang termasuk PP antara lain tong sampah, bungkus snack, kotak
DVD, dan sejenisnya. Sampah plastik yang termasuk kategori PE ( botol air minuman,
kantong plastik biasa, tutup botol plastik). Sedangkan PS meliputi sampah sterofom, dll.
Sistim pirolisis memiliki kapasitas konversi (convert capacity) 2,5 kg biji plastik per jam
atau 60 kg biji plastik (aneka jenis kresek, styrofoam, pampers, kemasan makanan dan
aneka jenis plastik tidak bernilai) atau setara dengan pengolahan sampah plastik
(sebelum pencacahan) 0,1 ton/ hari menjadi 54 liter minyak bakar/ hari. Reaktor
mampu mengubah sampah plastik menjadi minyak bakar (fasa cair) yang dapat
diaplikasikan langsung (direct use) sebagai bahan bakar ( boiler, insinerator) maupun
pencampur kerosine bagi mesin diesel dan generator (engine statis dong Feng dan
sejenisnya).
Perolehan hasil pemusnahan tergantung kandungan kalori dari komposisi jenis bahan
baku isian (sampah atau biomassa). Secara umum, tiap kg sampah dan biomassa
kering ( kadar air maksimal 80 %) diperoleh 2000 k Kal atau 2,4 juta k Kalori dari tiap
1,2 ton sampah kapasitas gasifikasi GS 100. Perolehan residu (abu, arang atau kerak
slag) sebesar 1-4 % setara 50 kg dari tiap 1,2 ton berat bahan baku isian (bbi). Abu
keluaran gasifier ini baik digunakan bahan pembuatan batako maupun campuran
semen kontruksi. Temuan sistim pembangkitan dan aplikasi biogas ( dari sampah serta
biomassa) serta reaktor gasifikasi atau gasifier sampah anorganik (degradable material)
berikut reaktor pirolisis plastik, akan menjamin pengelolaan Depo Sampah atau TPST
berlangsung dengan efektif dan efisien, mandiri energi dan selanjutnya akan
berkelanjutan.

Gambar 6.10
Reaktor Pyrolisis
c. Komposter skala kota
Dengan teknologi komposter model Rotary Klin Elektrik (RKE), berkapasitas 1000 liter
(1 m3)/unit/batch produksi 5 hari, diperlukan sekurangnya 5 unit untuk membentuk
suatu Instalasi Produksi Kompos IPK RKE 1000 L (Instalasi Produksi Kompos )
berkapasitas 1

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VI-


Laporan

m3/ hari. Instalasi terdiri dari alat pencacah (chopper) MPO 500 - kapasitas 500 kg sd
700 kg/jam, pengayak (screen Tools) MPK 115 kapasitas 1 ton/hari dan 5 unit Rotary
Kiln Elektrik (RKE 1000L). Biaya investasi ini belum termasuk bangunan peneduh tanpa
dinding ( hanggar/ shelter). Mengelola sampah organik, dalam IPK RKE 1000 L
menggunakan Rotary Klin ini, akan memerlukan biaya 4 kantong @ 7 Kg mineral
(bulking agents) Green Phoskko (GP2) @ Rp 5000,-/kg dan 1 kg ~ 4 Pack aktivator
Green Phoskko (GP1) @ Rp 27. 500,- / kg atau total sekitar Rp 250.000,-/batch
produksi per hari. Dengan biaya sebesar diatas, akan menghasilkan kompos padat
sebesar 40 % dari berat bahan sampah organik (semula 1 ton sampah, menjadi sekitar
400 kg kompos). Disamping itu, terdapat 20 botol pupuk organik cair (liquid organic
fertilizer), di pasaran seharga @ Rp 20.000 hingga Rp 40.000/ botol @ 500 ml. Mesin
ini sudah memadai bagi pengelolaan 1 ton atau 3 m 3 sampah/ hari atau mengelola
sampah dari sekitar 200 rumah atau 1000 jiwa di suatu kawasan (pabrik, mall, hotel,
pasar) secara terus menerus tanpa henti setiap hari.

Gambar 6.11
Pengelolaan Kompos Skala Kota

d. Incinerator Ramah Lingkungan


Pembakaran sampah (incineration) bertujuan untuk mereduksi volume buangan padat.
Teknologi ini dapat mengurangi volume sampah hingga 97% dan bobot hingga 70%.
Panas hasil pembakaran dipakai untuk menghasilkan energi. Prosesnya
menggabungkan proses fisika dan proses kimia, sehingga incenerator ini lebih ramah
lingkungan. Pemasangan reaktor plasma pada insinerator, menghasilkan gas hasil
pembakaran sampah diurai sehingga tidak mencemari udara. Reaktor plasma berupa
cerobong setinggi 150 meter. Di dalam reaktor plasma terdapat elektroda-elektroda
berbahan baja tahan karat. Gas-gas dari insinerator masuk reaktor plasma, lalu
terionisasi dengan pemanasan sekitar 1.000 derajat celsius. Dengan cara itu, gas-gas
berbahaya terurai dalam bentuk yang tak mencemari udara sehingga tak berisiko
kesehatan. Selain menghilangkan dioksin, reaktor plasma juga menguraikan gas-gas
beracun, seperti NOx SOx, turan, bahkan logam berat semacam merkuri.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VI-


Laporan

7
RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN TAHAPAN PELAKSANAAN

7.1. Tahapan Pelaksanaan Pengembangan Operasi Pengelolaan


Seluruh rencana pengembangan operasi pengelolaan sampah sebagaimana
diuraikan di atas, tentunya memerlukan pentahapan dalam pelaksanaannya. Pentahapan
selayaknya disesuaikan dengan pencapaian target pelayanan yang ditetapkan dalam
skenario yang dikembangkan (terpilih).
Sebagaimana dijelaskan di depan, skenario moderat merupakan scenario yang
paling optimal dapat dilaksanakan di Kota Tegal dengan memperhatikan kemampuan
keuangan daerah, kapasitas kelembagaan pengelolaan persampahan serta kondisi
masyarakat di wilayah ini. Dalam skenrio terpilih ini pengelolaan sampah Kota Tegal akan
mencapai target tingkat pelayanan 100% di tahun 2026. Strategi reduksi sampah di
sumber (komunitas) hingga TPST (daur ulang, composting, pembakaran sampah)
diimplementasikan bertahap melalui program kampanye dan pendidikan/pemberdayaan
kelompok masyarakat, serta peningkatan TPST, sehingga tercapai penurunan angka
timbulan sampah hingga 20% pada tahun 2026, yang berdampak pada penurunan beban
penimbunan di TPA yang cukup signifikan. Menjabarkan scenario tersebut, berikut ini
merupakan beberapa target atau sasaran rinci pada setiap tahapan:
Tabel VII.1
Tahapan Pengembangan Sistem Operasional Skenario Terpilih
Jangka pendek (2017-2019) Jangka menengah (2020-2024) Jangka panjang (2025-2037)
1. Operasionalisasi TPA 1. Tingkat layanan 96%; Reduksi 1. Tingkat layanan 100%;
Bokongsemar sampah 17%. Reduksi sampah 25%.
2. Tingkat layanan 86%; 2. Operasionalisasi TPST 2. Pemantapan kinerja
Reduksi sampah 12%. setiap kelurahan. operasi system
3. Diseminasi perubahan 3. Operasionalisasi TPST pasar. penanganan.
sistem operasi model 4. Peningkatan kinerja 3. Pemantapan partisipasi
konvensional, menjadi operasi system masyarakat dan
model 3R penanganan. swasta.
4. Optimalisasi kinerja TPST. 5. Peningkatan partisipasi 4. Penguatan kelembagaan
5. Penataan kelembagaan masyarakat dan pengelola dan komunitas.
pengelola. swasta. 5. Penerapan pembiayaan
6. Penyiapan 6. Peningkatan efektifitas dengan cost recovery.
peraturan terkait. pembiayaan melalui berbagai
sumber (utamanya retribusi).
Sumber: Indentifikasi konsultan, 2016

7.2. Kebutuhan Sarana dan Prasarana


Kebutuhan sarana dan prasarana ditentukan oleh kapasitas pelayanan yang
direncanakan. Karenanya prediksi kebutuhan sarana prasarana dijelaskan dalam tabel
berikut ini:

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VII-


Laporan

Tabel VII.2
Kebutuhan Sarana dan Prasarana Persampahan Kota Tegal 2017 s/d 2037
Jangka Jangka Jangka
Baseline
No Komponen Satuan pendek menengah panjang Ket
(2016)
(2017-2019) (2020-2024) (2025-2037)
A Data layanan
1 Penduduk kota Jiwa 279.125 288.972 305.384 348.053
2 Total timbulan m3/hr 988,78 1023,66 1081,80 1232,95
3 Tingkat layanan % 81,2% 86,00% 96,00% 100,00%
4 Sampah tertangani m3/hr 802,91 880,35 1038,53 1232,95
5 Reduksi sampah m3/hr 91,36 122,84 183,91 308,24
6 Sampah diolah di TPA m3/hr 661,05 757,51 854,62 924,72
B Data kebutuhan sarana-prasarana
1 Gerobak sampah Unit 711 Pengadaan untuk
Kebutuhan Unit 711 711 711 penggantian armada
lama
Pengadaan Unit 60 100 260
2 Motor sampah Unit 19 Termasuk penggantian
Kebutuhan Unit 27 27 42 armada dengan usia
>10 tahun
Pengadaan Unit 8 8 15
3 TPST Kelurahan Unit 15
Kebutuhan Unit 21 27 27
Pengadaan Unit 6 6 0
4 TPST Pasar Unit 0
Kebutuhan Unit 3 8 13
Pengadaan Unit 3 5 5
5 TPS-kontainer Unit 13 TPS eksisting
Kebutuhan Unit 16 23 45 dikembangkan
menjadi TPS container
Pengadaan Unit 3 7 22
6 Kontainer Unit 26
Kebutuhan Unit 26 29 57
Pengadaan Unit 0 3 28
7 Arm roll truck Unit 4 Termasuk penggantian
Kebutuhan Unit 4 6 16 armada dengan usia
>10 tahun
Pengadaan Unit 0 2 10
8 Dump truck Unit 19 Termasuk penggantian
Kebutuhan Unit 19 24 42 armada dengan usia
>10 tahun
Pengadaan unit 0 5 18
9 TPA dan fasilitasnya 1 Pembangunan TPA
Kebutuhan Unit 1 1 1 Bokongsemar.
Pembangunan per sel
Pengadaan Unit 1 1 1
sesuai kebutuhan.
10 Alat berat TPA Unit 1 Termasuk penggantian
Kebutuhan Unit 5 5 5 armada dengan usia

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VII-


Laporan

Jangka Jangka Jangka


Baseline
No Komponen Satuan pendek menengah panjang Ket
(2016)
(2017-2019) (2020-2024) (2025-2037)
Pengadaan Unit 3 2 4 >10 tahun
11 Pengembangan 1 1 Termasuk
Teknologi pengembangan sistem
pengolahan di TPA waste to energy
Kebutuhan Paket 1 1 (dapat dikerjasamakan
Pengadaan Paket 1 1 dengan pihak lain)
Sumber: perhitungan konsultan, 2016

7.3 Program Kerja Peningkatan Pengelolaan Sampah


Berdasarkan pada strategi dan kebijakan Pemerintah Kota Tegal dalam peningkatan
pelayanan pengelolaan sampah, dikembangkan program kerja yang menjadi kerangka
garis besar pengembangan kegiatan selama 20 tahun mendatang. Program kerja
pengelolaan sampah di Kota Tegal dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2037 secara
tabularis diperlihatkan pada tabel berikut ini.

Tabel VII.3
Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Kota Tegal 2017 s/d 2037
Program Kegiatan Rincian substansi kegiatan
1. Program 1. Penyusunan kebijakan 1. Meningkatkan status dan kapasitas
pengembanga manajemen lembaga pengelola kebersihan (perubahan
n kinerja pengelolaan SOTK)
pengelolaan persampahan 2. Penyusunan dan legalisasi peraturan
persampahan (perda dan perwali) terkait pengelolaan
sampah.
2. Penyediaan sarana dan 1. Analisis kinerja sarana dan prasarana.
prasarana pengelolaan 2. Pembangunan TPA.
persampahan 3. Pembangunan TPST.
4. Pengadaan armada dan peralatan.
3. Peningkatan operasi 1. Peningkatan efisiensi dan efektifitas
dan pemeliharaan operasi dan pemeliharaan.
prasarana dan sarana 2. Modifikasi TPST menjadi TPST model Ram.
persampahan 3. Pemenuhan kebutuhan tenaga kerja
operasi dan pemeliharaan secara efektif
dan efisien.
4. Pemantauan operasi dan pemeliharaan.
5. Peningkatan kesehatan dan keselamatan
kerja untuk tenaga kerja operasi dan
pemeliharaan.
4. Pengembangan 1. Pengembangan teknologi daur ulang sampah
teknologi pengolahan (pengomposan, pengolahan sampah
persampahan anorganik, dll).
2. Pengembangan teknologi pembakaran sampah
(insenerator).
3. Pengembangan teknologi pemanfaatan gas
methane sebagai sumber energy.
5. Bimbingan teknis 1. Bintek / diklat kepada personil Dinas KIMTARU,
persampahan pengelola TPST maupun komunitas (contoh
bank sampah).

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VII-


Laporan

6. Peningkatan 1. Meningkatkan kinerja lembaga pengelola


kemampuan aparat persampahan melalui program peningkatan
pengelolaan SDM.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VII-


Laporan

Program Kegiatan Rincian substansi kegiatan


persampahan 2. Penerapan insentif dan disinsentif terhadap
pegelola.
7. Kerjasama pengelolaan 1. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi antar
sampah stakeholder local maupun regional (swasta,
pemerintah, masyarakat, LSM, perguruan
tinggi, dll).
8. Sosialisasi kebijakan 1. Menyebarluaskan pemahaman tentang
pengelolaan pengelolaan persampahan kepada masyarakat
persampahan umum.
2. Mengembangkan pendidikan masyarakat
tentang pengelolaan sampah sejak usia
dini.
3. Mengembangkan pola pembelajaran kepada
masyarakat terintegrasi dalam
pengembangan
sistem pengelolaan berbasis masyarakat.
4. Peningkatan peranserta 1. Peningkatan efektifitas penagihan retribusi
masyarakat dalam jasa pengelolaan sampah.
pengelolaan 2. Mengembangkan pola-pola insentif dan iklim
persampahan kondusif bagi dunia usaha / swasta.
3. Penegakan hukum/peraturan bidang
persampahan
5. Monitoring, evaluasi 1. Monitoring operasi dan pemeliharaan.
dan pelaporan 2. Evaluasi kinerja pengelola (Dinas KIMTARU,
KSM TPST, dll).
3. Pelaporan pelaksanaan kegiatan dan profil
pengelolaan.
Ket.: Nomenklatur program dan kegiatan mengacu Permendagri 13/ 2006.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VII-


Laporan

8 RENCANA PEMBIAYAAN DAN POLA INVESTASI

8.1. Kebutuhan Investasi


Kebutuhan investasi dalam pengelolaan sampah merupakan informasi yang sangat
penting bagi para pengambil keputusan dalam rangka menyusun APBD setiap tahunnya.
Adapun sarana yang diperhitungkan adalah seluruh item yang menjadi tanggung jawab
Pemerintah dalam pengadaannya, yaitu :
1. Motor Sampah.
2. Kontainer penampung sampah di TPS dengan landasan, kapasitas 6m3.
Penataan TPS dengan landasan perlu dilakukan menggantikan TPS konvensional
(tanpa container).
3. Arm Roll truck 6 m3 untuk container 6m3.
4. Bangunan TPST Kelurahan dan TPST Pasar beserta perlengkapan pengomposan,
daur ulang dan insenerator
5. Dump Truck 10 m3, untuk menangani sampah yang tidak terolah dan
pemindahan residu dari TPST Kelurahan dan TPST Pasar ke TPA.
6. Sarana dan prasarana TPA.
Perhitungan proyeksi investasi didasarkan pada kebutuhan sarana dan prasarana
dapat diperlihatkan dalam Tabel 8.1.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VIII-


Laporan

Tabel VIII.1
Proyeksi Kebutuhan Investasi Jangka Pendek (2017-2019)
2017 2018 2019
Sat-
No Komponen Kuan- Harga Satuan Kuan- Harga Kuan- Harga
uan Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp)
titas (Rp) titas Satuan (Rp) titas Satuan (Rp)
1 Motor sampah
Pengadaan unit 3 31.000.000 93.000.000 3 33.170.000 99.510.000 2 35.495.000 70.990.000
2 TPST Kelurahan
Pengadaan/pembangunan unit 2 500.000.000 1.000.000.000 2 535.000.000 1.070.000.000 2 572.500.000 1.145.000.000
3 TPST Kelurahan (eksisting)
Rehab model RAM unit 3 100.000.000 300.000.000 2 107.000.000 214.000.000 2 114.500.000 229.000.000
4 TPST Pasar
Pengadaan/penataan unit 1 220.000.000 220.000.000 1 235.400.000 235.400.000 1 251.900.000 251.900.000
5 TPS-kontainer
Penataan transfer depo unit 1 50.000.000 50.000.000 1 53.500.000 53.500.000 1 57.250.000 57.250.000
6 Kontainer
Pengadaan unit 0 - - 0 - - 0 - -
7 Arm roll truck
Pengadaan unit 0 - - 0 - - 0 - -
8 Dump truck
Pengadaan unit 0 - - 0 - - 0 - -
9 TPA (berikut fasilitasnya)
a. Pengadaan
/pembangunan unit 1 10.252.590.860 10.252.590.860
sel
b. pembuatan
kolam stabilisasi
unit 1 6.752.764.796 6.752.764.796
dan pengolahan
leachate
c. pembuatan
tanggul dan unit 1 20.812.630.462 20.812.630.462
sabuk hijau
d. pembuatan jalan
unit 1 17.814.571.625 17.814.571.625
akses
e. pembuatan
bengkel dan unit 1 204.610.172 204.610.172
kantor

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VIII-


Laporan

2017 2018 2019


Sat-
No Komponen Kuan- Harga Satuan Kuan- Harga Kuan- Harga
uan Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp)
titas (Rp) titas Satuan (Rp) titas Satuan (Rp)
10 Alat berat TPA
Pengadaan unit 1 5.000.000.000 5.000.000.000 1 5.350.000.000 5.350.000.000 1 5.725.000.000 5.725.000.000
11 Pengembangan Teknologi
Pengolahan di TPA
(misal Waste to Energy) - - -
JUMLAH 62.500.167.915 7.022.410.000 7.479.140.000
Sumber: Perhitungan konsultan, 2016
Ket.: Telah mempertimbangkan perubahan nilai uang dengan discount rate acuan mengacu BI rate tertanggal 21 Juli 2016 = 6,5%.

Tabel VIII.2
Proyeksi Kebutuhan Investasi Jangka Menegah (2020-2024) dan Panjang (2025-2037)
2020-2024 2025-2037
No Komponen Satuan Kuan- Harga Satuan Kuan- Harga Satuan
Biaya (Rp) Biaya (Rp)
titas (Rp) titas (Rp)
1 Motor sampah
Pengadaan unit 8 49.786.000 398.288.000 15 119.970.000 1.799.550.000
2 TPST Kelurahan
Pengadaan/pembangunan unit 6 803.000.000 4.818.000.000 0
3 TPST Kelurahan (eksisting)
Rehab model RAM unit 8 160.600.000 1.284.800.000 0
4 TPST Pasar
Pengadaan/penataan unit 5 353.320.000 1.766.600.000 5 851.400.000 4.257.000.000
5 TPS-kontainer
Penataan transfer depo unit 7 80.300.000 562.100.000 22 193.500.000 4.257.000.000
6 Kontainer
Pengadaan unit 3 41.756.000 125.268.000 28 100.620.000 2.817.360.000
7 Arm roll truck
Pengadaan unit 2 465.740.000 931.480.000 10 1.122.300.000 11.223.000.000
8 Dump truck
Pengadaan unit 5 513.920.000 2.569.600.000 18 1.238.400.000 22.291.200.000
9 TPA (berikut fasilitasnya)
Pengadaan/pembangunan sel unit 1 11.736.037.720 1 39.658.453.740

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VIII-


Laporan

2020-2024 2025-2037
No Komponen Satuan Kuan- Harga Satuan Kuan- Harga Satuan
Biaya (Rp) Biaya (Rp)
titas (Rp) titas (Rp)
10 Alat berat TPA
Pengadaan unit 2 8.030.000.000 16.060.000.000 4 19.350.000.000 77.400.000.000
11 Pengembangan Teknologi Pengolahan di
TPA (misal Waste to Energy) 1 10.000.000.000 10.000.000.000 1 20.000.000.000 20.000.000.000
JUMLAH 38.516.136.000 144.045.110.000
Sumber: Perhitungan konsultan, 2016
Ket.: Telah mempertimbangkan perubahan nilai uang dengan discount rate acuan mengacu BI rate tertanggal 21 Juli 2016 = 6,5%.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VIII-


Laporan

8.2 Proyeksi Kebutuhan Biaya O&M


Perhitungan biaya O&M pengelolaan sampah dilakukan dengan mempertimbangkan
intervensi pola 3R serta dengan berbasis atau menggunakan biaya satuan yang telah
dihitung sebelumnya. Berdasarkan proyeksi jumlah sampah yang dikelola maka dapat
diestimasi kebutuhan biaya O&M per tahun. Perhitungan ini memperhatikan rencana
kebutuhan personil dalam rangka mencapai kinerja operasi dan pemeliharaan sehingga
dapat dihitung kebutuhan biaya OP setiap tahapan pembangunan persampahan seperti
table di bawah ini. Hasil estimasi adalah sebagai berikut:
 Dalam jangka pendek (2017-2019) diperkirakan biaya OP per tahun adalah
sekitar Rp. 7,26 milyar, atau biaya pengelolaan sampah sekitar Rp. 22.597,-
per m3.
 Dalam jangka menengah (2020-2024) diperkirakan biaya OP per tahun
adalah sekitar Rp. 9,05 milyar, atau biaya pengelolaan sampah sekitar Rp.
23.868,- per m3.
 Dalam jangka panjang (2025-2037) diperkirakan biaya OP per tahun adalah
sekitar Rp. 10,62 milyar, atau biaya pengelolaan sampah sekitar Rp. 23.607,-
per m3.
Tabel VIII.3
Analisis Biaya Satuan Pengelolaan Sampah Jangka pendek (2017-2019)
Sampah Terlayani (m3/hari) 880,35
Biaya O & P
A Upah langsung
1 Tenaga kerja kontrak/harian lepas/swakelola
a. Pengemudi truk (non PNS) 10 org 162.000.000
b. Tenaga bongkar muat sampah (BM) 0 org -
c. Petugas TPA 8 org 115.200.000
d. Penjaga malam TPA 4 org 38.400.000
e. Mandor penyapuan jalan 7 org 113.400.000
f. Penyapu jalan 117 org 1.263.600.000
g. Petugas TPST Kelurahan 116 org 1.670.400.000
h. Petugas TPST Pasar 6 org 86.400.000
Kegiatan peningkatan O & P prasarana dan sarana
2 persampahan 1.538.432.500
(asumsi meningkat 10% dari periode sebelumya)
B Biaya tak langsung *)
1 Program pelayanan administrasi perkantoran 1.320.000.000
2 Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur 953.332.600
*) asumsi meningkat 10% dari periode sebelumya)

(per
TOTAL tahun) 7.261.165.100
Biaya Satuan Pengelolaan Sampah (per m3) 22.597
Sumber: perhitungan konsultan, 2016

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VIII-


Laporan

Tabel VIII.4
Analisis Biaya Satuan Pengelolaan Sampah Jangka Menengah (2020-2024)
Sampah Terlayani (m3/hari) 1038,53
Biaya O & P
A Upah langsung
1 Tenaga kerja kontrak/harian lepas/swakelola (asumsi kenaikan upah Rp. 5000/hari)
a. Pengemudi truk (non PNS) 20 org 360.000.000
b. Tenaga bongkar muat sampah (BM) 0 org -
c. Petugas TPA 8 org 129.600.000
d. Penjaga malam TPA 4 org 43.200.000
e. Mandor penyapuan jalan 7 org 126.000.000
f. Penyapu jalan 117 org 1.474.200.000
g. Petugas TPST Kelurahan 152 org 2.462.400.000
h. Petugas TPST Pasar 16 org 259.200.000
Kegiatan peningkatan O & P prasarana dan sarana
2 persampahan 1.692.275.750
(asumsi meningkat 10% dari periode sebelumya)

B Biaya tak langsung *)


1 Program pelayanan administrasi perkantoran 1.452.000.000
2 Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur 1.048.665.860
*) asumsi meningkat 10% dari periode sebelumya)

(per
TOTAL tahun) 9.047.541.610
Biaya Satuan Pengelolaan Sampah (per m3) 23.868

Tabel VIII.5
Analisis Biaya Satuan Pengelolaan Sampah Jangka Panjang (2025-2037)
Sampah Terlayani (m3/hari) 1232,95
Biaya O & P
AUpah langsung
1Tenaga kerja kontrak/harian lepas/swakelola (asumsi kenaikan upah Rp. 5000/hari)

a. Pengemudi truk (non PNS) 40 org 792.000.000


b. Tenaga bongkar muat sampah (BM) 0 org -
c. Petugas TPA 8 org 144.000.000
d. Penjaga malam TPA 4 org 48.000.000
e. Mandor penyapuan jalan 7 org 138.600.000
f. Penyapu jalan 117 org 1.684.800.000
g. Petugas TPST Kelurahan 152 org 2.736.000.000
h. Petugas TPST Pasar 26 org 468.000.000
Kegiatan peningkatan O & P prasarana dan sarana
2 persampahan 1.861.503.325

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VIII-


Laporan

(asumsi meningkat 10% dari periode sebelumya)

B Biaya tak langsung *)


1 Program pelayanan administrasi perkantoran 1.597.200.000
2 Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur 1.153.532.446
*) asumsi meningkat 10% dari periode sebelumya)

(per
TOTAL tahun) 10.623.635.771
Biaya Satuan Pengelolaan Sampah (per m3) 23.607
Sumber: perhitungan konsultan, 2016

8.3 Alternatif Sumber Pembiayaan


Sebagai sebuah sektor yang termasuk dalam pelayanan publik maka sumber
pembiayaan pengelolaan sampah, baik untuk investasi maupun untuk biaya operasional
dan perawatan, seharusnya adalah dari APBD Kota Tegal. Namun demikian tidak menutup
kemungkinan Pemerintah Kota Tegal dapat bekerja sama dengan pihak lain (swasta) dalam
pengelolaan sampah. Sumber biaya khususnya investasi bisa saja bekerja sama dengan
Swasta yang dianggap memenuhi syarat untuk dilibatkan dalam sebuah kemitraan.
Uraian di bawah ini memperlihatkan alternatif sumber biaya baik untuk investasi
maupun biaya O&M untuk pola pengelolaan dengan intervensi 3R :
Alternative sumber biaya investasi:
 APBD Kota
 APBD Provinsi
 APBN
 Swasta melalui
kerjasama. Alternative sumber
biaya O&M:
 APBD Kota
 Masyarakat dan swasta.

8.4 Struktur Tarif dan Mekanisme Penarikan Retribusi


Untuk menunjang keberhasilan program persampahan ini sebagian besar akan
ditentukan oleh manajemen pengelolaannya karena investasi ini menjadi tidak berhasil
apabila pengelolaan dilapangannya tidak mendukung. Faktor-faktor yang mendukung
keberhasilan program persampahan ini diantaranya adalah :
1. Peraturan, yaitu peraturan mengenai tarif persampahan dalam bentuk Perda dan
Perwali. Seperti yang telah kita ketahui bahwa Kota Tegal telah memiliki peraturan
mengenai retribusi sampah tetapi sampai saat ini nampaknya peraturan tersebut belum
berjalan efektif sesuai yang diharapkan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tegal
Nomor 1 Tahun 2012 tentang Restribusi Umum dijabarkan dalam Peraturan Walikota
Tegal Nomor 1 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota
Tegal Nomor 1 Tahun 2012 tentang Restribusi Jasa Umum Jenis Restribusi Pelayanan

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VIII-


Laporan

Persampahan/Kebersihan. Besaran tarif retribusi sampah yang diberlakukan kepada


lingkungan rumah tinggal dibagi kedalam 4 (empat) kelas tarif per bulannya, yaitu :
Kelas I Rp. 5.000,-
Kelas II Rp. 3.000,-
Kelas III Rp. 2.000,-
Kelas IV Rp 1.000,-
2. Dinas KIMTARU sampai saat ini masih belum memiliki data base klasifikasi jumlah
rumah tinggal berdasarkan (4 kelas) seperti yang dimaksudkan dalam PERDA dan
Perwali tersebut, karena mengukurnya harus diketahui jumlah sampah yang dihasilkan
setiap rumah tangga yang sulit dilaksanakan. Untuk itu Dinas KINTARU diharapkan
segera melakukan pendataan klasifikasi rumah tinggal berdasarkan 4 kelas di atas
dengan melakukan survey, yang dikemas dalam kerangka studi Potensi Retribusi.
3. Sampai saat ini cara penangihan retribusi persampahan di Kota Tegal masih belum
memiliki standar operasional prosedur yang baku, untuk itu sebaiknya prosedur itu
harus diperbaiki agar pencapaian efisiensi penagihan retribusi dapat direalisasikan.
Biaya pengelolaan sampah yang berasal dari bukan rumah tinggal, retribusi penagihan
dilaksanakan melalui langsung oleh petugas penagih yang ditunjuk oleh Dinas
KIMTARU. Berdasarkan pengamatan di lapangan, pelaksanaan penagihan ini
bekerjasama dengan pihak kelurahan namun belum efektif terlaksana sesuai target.
Masyarakat umumnya merasa sudah membayar pengelolaan sampah melalui RT/RW
dimana alokasi biaya ini digunakan untuk pengumpulan dari sumber rumah tangga
sampai ke TPST atau untuk biaya tenaga dan oparasional gerobak sampah. Sehingga
umumnya masyarakat belum menyadari pentingnya pembiayaan pengelolaan sampah
tidak terbatas pada pengumpulan ke TPST.
Oleh karena itu, direkomendasikan mekanisme pembayaran untuk rumah tinggal
adalah sebagai berikut :
Alternative I
 Setiap kepala keluarga yang mendelegasikan pengelolaan sampah kepada petugas
swakelola RT/RW atau petugas swasta, dikenakan wajib retribusi. Besarnya retribusi
yang harus dibayarkan meliputi : biaya pengumpulan dari rumah ke TPST dan
sekaligus biaya dari TPST ke TPA. Biaya dari rumah ke TPST ditetapkan secara
musyawarah, sedangkan biaya dari TPST ke TPA mengikuti Perda yang berlaku.
 Selanjutnya petugas RT/RW melalui Kelurahan atau pengelola swasta menyerahkan
retribusi yang hanya meliputi biaya pengelolaan dari TPST ke TPA (sesuai Perda)
kepada Dinas KIMTARU dan seterusnya diserahkan kepada Kas Daerah. Untuk
penerapan mekanisme seperti ini diperlukan basis data pengelola RT/RW dan atau
pengelola swasta sesuai dengan lingkup pelayanannya.
Alternative II
 Pemungutan biaya pengelolaan persampahan yang berasal dari retribusi khususnya
rumah tinggal dilaksanakan melalui loket-loket tempat pembayaran rekening PDAM
yang telah ditetapkan dengan bekerjasama dengan PDAM Kota Tegal. Sebagaimana
diketahui saat ini pelanggan PDAM mencapai sekitar 16.000 sambungan sehingga

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VIII-


Laporan

jumlah tersebut merupakan jumlah minimal potensi retribusi persampahan yang


dapat ditagih setiap bulan.
 Selanjutnya PDAM menyerahkan retribusi kepada Dinas KIMTARU dan seterusnya
diserahkan kepada Kas Daerah.
Adapun tatacara penetapan wajib bayar non rumah tinggal masuk ke dalam kategori
dalam wajib retribusi kebersihan, maka perlu dibuat suatu “Surat Penetapan Wajib Bayar
Retribusi”. Selanjutnya agar dapat dilakukan pengawasan dan pengendalian, perlu adanya
Tanda Bukti Pembayaran untuk jenis wajib bayar non rumah tinggal. Tanda bukti dapat
berupa karcis atau menggunkan kuitansi. Untuk pengelolaan sampah pasar, mekanisme
penarikan retribusi disarankan sebagai berikut:
 Sampah di dalam pasar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengelola pasar.
 Pembuangan sampah pasar ke TPST Pasar dikenakan retribusi pengelolaan sebesar
yang ditetapkan dalam Perda. Retribusi dibayarkan oleh pengelola pasar kepada
Dinas KIMTARU untuk diserahkan ke Kas Daerah.
Retribusi sampah yang dipungut dari masyarakat adalah merupakan sumber
pendapatan utama Pemerintah Daerah untuk mengelola sampah khususnya untuk biaya
O&M. Namun demikian perolehan retribusi selalu jauh di bawah dari biaya yang
dibutuhkan untuk mengelola sampah. Rendahnya perolehan retribusi dapat disebabkan
oleh 2 hal :
 Tarif retribusi tidak dihitung berdasarkan analisis biaya satuan sehingga tariff
retribusi terlalu rendah.
 Metode penarikan retribusi yang kurang efektif.
Perhitungan tarif retribusi didasarkan pada analisis biaya satuan yang dihitung pada
tahun ketika akan dilakukan evaluasi 5 tahunan. Untuk tahun 2017 dan seterusnya, tarif
dasar retribusi dapat dihitung berdasarkan analisis biaya satuan untuk kebutuhan
pengelolaan sampah ideal adalah sebesar Rp 23.862,- per m3. Angka tersebut merupakan
tarif dasar berdasarkan kebutuhan ideal. Bila tingkat timbulan sampah di Kota Tegal adalah
8,10 liter/rumah tangga/hari, maka jumlah sampah yang dihasilkan per rumah tangga
adalah sebanyak 0,24 m3 per bulan. Hal ini berarti tarif dasar retribusi per rumah tangga
adalah sebesar Rp 5.727,- per bulan. Tariff tersebut dapat menjadi nilai tengah tariff
untuk menentukan tarif retribusi yang dilakukan dengan cara subsidi silang antara
kelompok wajib retribusi. Perhitungan tarif retribusi dengan cara subsidi silang antar
kelompok wajib retribusi (KWR), selayaknya dilakukan dalam periode tertentu.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota VIII-


Laporan

9
RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
BAB VI PERKIRAAN KEBUTUHAN PELAYANAN
PENANGANAN
SAMPAH KOTA TEGAL

9.1. Penyelenggaraan Kelembagaan


Rencana pengembangan kelembagaan pengelolaan sampah Kota Tegal merupakan
upaya untuk mewujudkan tata kelola pengelolaan sampah Kota Tegal dengan
mensinergikan fungsi kelembagaan yang sudah ada, baik kelembagaan di tingkat
pemerintah atau kelembagaan yang berbasis masyarakat. Sehingga arahan untuk konsep
pengembangan kedepan menggunakan sistem kelembagaan yang bersifat kolaboratif.
Dimana dalam sistem kelembagaan ini diharapkan dapat melibatkan proaktif dari para
pemangku kepentingan guna menciptakan sebuah pengelolaan sampah yang terpadu.
Dalam suatu lembaga pemerintahan pengelolaan sampah terbagi menjadi lembaga
yang berperan sebagai operator dan regulator. Dimana lembaga yang berperan sebagai
regulator ini memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan kebijakan, norma dan
standart bagi pelaksanaan pelayanan persampahan secara publik. Selain itu, regulasi ini
memiliki fungsi sebagai pengawas dan pengendalian pelaksanaan pelayanan publik agar
sesuai dengan yang diterapkan. Dalam hal ini, lembaga pemerintah yang dapat berperan
sebagai pembuat regulator adalah Kantor Lingkungan Hidup dan Bappeda.
Sedangkan untuk lembaga pengelola yang berperan sebagai operator memiliki
tugas untuk melaksanakan pelayanan persampahan sepeti pengelolaan TPA dan
penganggukatn sampah yang pelaksanakaannya dilakukan sesuai perencanaan dan
implementasi kegitan yang sesuai dengan arahan regulator. Dimana lembaga pemerintah
yang dapat berperan sebagai operator adalah Dinas Kimtaru Kota Tegal. Meskipun
demikian, pemerintah daerah dapat menyesuaikan kelembagaan sesuai ketentuan Struktur
Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Pemerintah Daerah. Melihat kondisi tersebut, maka
untuk rencana pengembangan kelembagaan yang sesuai adalah dengan:
a. Memisahkan kepentingan dan tanggung jawab antara lembaga pemerintah yang
berparan dalam penyusunan regulator dan operator pelaksanaan pengelolaan
sampah
b. Mensinkronkan dan menyelaraskan penyusunan regulasi yang sesuai dengan
pelaksanaan operasional sampah oleh lembaga operator, sehingga tidak terjadi
ketimpangan dan memastikan pelaksanaan pelayanan persampahan yang
terpadu

Selain lembaga pemerintahan, terdapat lembaga berbasis masyarakat yang


dibedakan menjadi lembaga khusus dan lembaga swadaya. Maksud dari lembaga khusus
ini adalah lembaga pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang dibentuk oleh
pemerintah. Lembaga khusus pengelolaan sampah ini berupa KSM atau Paguyuban

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IX-


Laporan

pengelolaan sampah yang bertugas mengelola dan mengolah sampah Kota Tegal di tingkat
TPST. Sedangkan untuk lembaga swadaya masyarakat dalam pengelolaan sampah ini
berupa komunitas masyarakat yang melaksanakan pengolahan sampah menggunakan
pengkomposan dan pengolahan sampah menggunakan sistem bank sampah. Berdasarkan
analisis yang telah dijabarkan sebelumnya, dijelaskan bahwa diperlukan suatu kemitraan
antara lembaga pemerintah dalam mengelola sampah dengan lembaga berbasis
masyarakat dengan memaksimalkan peran dan fungsi dari partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sampah. Melihat kondisi ini, rencana pengembangan yang sesuai untuk
pengembangan kelembagaan berbasis peran serta masyarakat ini meliputi:
a. Melakukan pembinaan khusus dan pengawasan pada lembaga khusus (KSM
Pengelola Sampah) dalam meningkatkan kinerjanya untuk mengelola sampah di
tingkat TPST
b. Mengadakan pelatihan khusus bagi komunitas swadaya masyarakat baik dalam
hal pengomposan maupun sistem bank sampah, untuk meningkatkan kinerja
operasional komunitas dalam pengelolaan sampah
c. Mengembangkan teknologi baru dalam pengelolaan sampah agar dapat
diterapkan dalam pengelolaan di tingkat TPST ataupun lingkungan masyarakat,
sehingga membantu dalam mereduksi jumlah timbunan sampah Kota Tegal
d. Menjalin kerjasama sama dan kemitraan dengan lembaga pemerintah yang
terkait guna megadakan sosialisasi dan mengajak masyarakat Kota Tegal untuk
ikut serta dalam upaya pengolahan sampah mulai dari sumber sampah
Dalam pengembangannya, masing-masing lembaga pengelolaan sampah baik
lembaga pemerintah maupun lembaga berbasis masyarakat memiliki kepentingan dan
peran masing-masing dalam pengelolaan sampah. Baik sebagai lembaga regulator,
operator maupun lembaga masyarakat khusus dan swadaya. Secara umum, rencana
pengembangan kelembagaan pada masing-masing stakeholder dapat dilihat pada matriks
kepentingan dan peran lembaga dalam pengelolaan sampah di Kota Tegal.

Tabel IX.I
Matriks Kepentingan dan Peran Lembaga Pengelolaan Sampah Kota Tegal
Peran dan Kewenangan
Unsur
Kepentingan Pengaturan/
Lembaga Pembinaan Pelaksanaan Pengawasan
Perencanaan
Regulator - Menyusun - Sosialisasi dan - Mengembangkan - Mengawasi dan
regulasi dan pembinaan kebijakan dan mengendalikan
kebijakan regulasi dan standart pelaksanaan
terkait kebijakan pelaksanaan pelayanan
pengelolaan terkait pelayanan publik persampahan
dan pengelolaan agar sesuai
Pemerintah pengolahan dan dengan regulasi
sampah pengolahan dan kebijakan
- Menyusun dan persampahan yang ada
melakukan
kajian yang
nantinya dapat
digunakan

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IX-


Laporan

Peran dan Kewenangan


Unsur
Kepentingan Pengaturan/
Lembaga Pembinaan Pelaksanaan Pengawasan
Perencanaan
sebagai
pedoman teknis
pelaksanaan
pengelolaan
sampah
Operator - Menetapkan - Mengadakan - Menyelenggarakan - Mengawasi
anggaran pembinaan pelayanan pelaksanaan
pembiayaan dan pelatihan persampahan teknis
untuk yang terkait - Bertangung jawab operasional
pelayanan dalam atas seluruh sampah di
pengelolaan pengelolaan kegiatan teknis tingkat TPA,
sampah sampah guna pengelolaan TPST maupun
- Merencakan meningkatkan sampah mulai dari lingkungan
program- kinerja dan penganggutan masyarakat
program peran serta hingga pengolahan - Mengadakan
pelaksanaan masyarakat di TPA monitoring dan
pengelolaan eveluasi
dan pelaksanaan
pengolahan pengelolaan
persampahan sampah untuk
meningkatkan
kinerja dalam
penggelolaanny
a
Lembaga - Menetapkan - Mengadakan - Mengelola dan - Mengawasi
Khusus (KSM rencana dan pembinaan mengolah sampah proses
Pengelola program- langsung di tingkat TPST, pengangkutan
Sampah program kepada mulai dari sampah dari
pelaksanaan masyarakat pemilahan, daur TPS menuju
pengelolaan yang terkait hingga pengolahan TPST
sampah di dengan sistem daur ulang sampah - Monitoring dan
tingkat TPST pengangkutan menjadi kompos eveluasi
dan maupun hasil operasional
pengelolaan olahan daur ulang dalam
sampah dari lainnya pengelolaan
sumbernya sampah untuk
Lembaga meningkatkan
Berbasis kinerja
Masyarakat pengelolaan
lebih baik lagi
Lembaga - Menetapkan - Mengadakan - Mengolah sampah - Mengawasi
Swadaya program- pembinaan di tingkat proses
(Komunitas program dan mengajak lingkungan pengolahan
Masyarakat) lembaga yang masyarakat masyarakat yang dilakukan
terkait dengan untuk ikut dengan sistem dan
upaya serta dalam pengkomposan mengavaluasi
pengolahan pengolahan maupun dengan kekurangan
dampah sampah mulai sistem bank dan
menjadi barang dari sumber sampah permasalahn
ekonomis yang dihadapi

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IX-


Laporan

Peran dan Kewenangan


Unsur
Kepentingan Pengaturan/
Lembaga Pembinaan Pelaksanaan Pengawasan
Perencanaan
kembali untuk
meningkatkan
kinerja
pengolahan
sampah
menjadi lebih
baik lagi
Masyarakat & - Menyampaikan - Berpartisipasi - Berperan serta - Ikut serta
Pihak Swasta pendapat dan aktif dalam dalam upaya dalam
pertimbangan pelaksanaan pengelolaan mengawasi
kepada instansi pembinaan sampah dengan pelaksanaan
atau lembaga yang memisahkan pelayanan
masyarakat dilakukan jenis sampah dari persampahan
dalam oleh lembaga sumber sampah baik di tingkat
peningkatan pemerintah (rumah tangga) pemerintah
pelayanan maupun - Ikut serta dalam kota maupun di
persampahan lembaga pelaksanaan tingkat
Masyarakat
berbasis pelayanan lembaga
masyarakat persampahan berbasis
dengan membayar masyarakat
restribusi sampah
- Mematuhi regulasi
dan peraturan
yang terkait
dengan
pengelolaan
persampahan
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun, 2016

9.2. Bentuk Kelembagaan Operator


Berdasarkan kriteria jumlah penduduk perkotaan (urban) yang diarahkan oleh
Departemen Pekerjaan Umum, maka bentuk lembaga pengelola sampah di Kota Tegal
adalah sebagai berikut:
 Jumlah penduduk Kota Tegal : 276.122 jiwa
 Klasifikasi Kota termasuk Kota Sedang (berpenduduk 200.000-500.000), sehingga
bentuk lembaga pengelola sampah sesuai ketentuan ini adalah Sub-Dinas atau
Bidang pada Dinas Teknis di bidang Prasarana Wilayah atau PU.
Dengan mengacu ketentuan tersebut, maka kelembagaan pengelola sampah yang
sesuai untuk Kota Tegal adalah Bidang pada Dinas Penyelenggara Pengelolaan
Persampahan atau Pengelolaan Lingkungan Hidup (saat ini adalah Dinas
KIMTARU). Perubahan bentuk kelembagaan yang bertugas dan berwenang menjalankan
urusan dalam bidang Persampahan di Kota, dari yang semula berbentuk Seksi/UPTD Dinas
KIMTARU menjadi Bidang Kebersihan / Persampahan dapat menggambarkan:

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IX-


Laporan

a. Peningkatan kapasitas kelembagaan. Lembaga pengelola persampahan dalam


bentuk Bidang Kebersihan, maka lembaga tersebut kapasitasnya untuk mengelola
masalah sampah lebih besar daripada hanya sebagai Seksi/UPTD.
b. Peningkatan kewenangan jabatan. Pengelolaan sampah dalam lembaga Bidang
Kebersihan, kewenangannya dimiliki oleh seorang pejabat struktural Kepala Bidang
dengan eselon jabatan adalah III-a. Sementara pengelolaan sampah dalam bentuk
Seksi/UPTD, kewenangannya dipegang oleh seorang pejabat struktural dengan
eselon jabatan IV-a.
c. Peningkatan prioritas. Terjadinya peningkatan kapasitas lembaga dan peningkatan
eselon jabatan struktural yang menangani langsung urusan persampahan, maka hal
ini juga menggambarkan adanya peningkatan prioritas dalam pengelolaan sampah
dari sebelum adanya perubahan kelembagaan.
Struktur organisasi Bidang Pengelolaan Sampah di bawah Dinas KIMTARU sekurang-
kurangnya adalah sebagai berikut:

Kepala Dinas
Penyelenggara Pengelolaan Persampahan atau Lingkungan Hidup (eselon II)

Kepala Bidang
Pengelolaan Sampah (Eselon III)

Kepala Seksi Operasional Kepala Seksi


Kepala Seksi Pengolahan
Kebersihan dan Reduksi Sampah (Eselon IV) Pengangkutan Sampah (Eselon IV)
Akhir / TPA (Eselon IV)

Operator Penyapuan Jalan Operator TPST Operator Truk Sampah Operator TPA

Gambar 9.1
Struktur Organisasi Bidang Pengelolaan Sampah pada Dinas Penyelenggara Pengelolaan
Persampahan atau Lingkungan Hidup

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IX-


Laporan

Permasalahan dan pengelolaan sampah tidak hanya merupakan persoalan yang


bersifat teknis, tetapi juga menyangkut persoalan yang bersifat social kemasyarakatan
sehingga tidak mungkin persoalan pengelolaan persampahan dapat diselesaikan oleh Dinas
Teknis Daerah yaitu Dinas KIMTARU secara sendirian. Oleh karena itu keterkaitan antar
lembaga pemerintah dan lembaga kemasyarakatan sangat penting agar terjadi sinergi
kelembagaan dalam pengelolaan sampah.
Perlu adanya lembaga kemasyarakatan sebagai mitra dari lembaga pemerintah yang
mengelola sampah pada tingkatan lingkungan masyarakat, sehingga dapat
memaksimalkan fungsi dan peran dari partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Terkait hal ini KSM atau paguyuban pengelola sampah berbasis TPST di tingkat
kelurahan dapat berperan lebih besar, selain membuka peranserta lebih besar dari
berbagai komunitas masyarakat dan swasta.

9.3. Kebutuhan Sumberdaya Manusia


Sumberdaya manusia atau personil dalam organisasi pengelola sampah memiliki
peran yang sangat penting untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi dalam pengelolaan
sampah. Dua aspek utama dalam sumber manusia yang akan berpengaruh terhadap
kinerja adalah aspek kualitas dan kuantitas SDM.
Status kepegawaian dalam pengelolaan persampahan di Kota Tegal dalam wadah
kelembagaan di bawah Dinas KIMTARU, terdapat dua status pegawai yaitu: Pegawai negeri
sipil (PNS); dan Pegawai Kontrak. Pegawai dengan status pegawai negeri sipil sangat sulit
untuk bersifat permanen menjadi pegawai dengan tugas selamanya di Dinas KIMTARU,
tetapi dalam kerangka peningkatan karir sebagai pegawai pemerintah sering terjadi mutasi
antar dinas atau lembaga. Pada sisi lain pengelolaan sampah memerlukan pegawai dengan
profesi sebagai ahli bidang persampahan yang memerlukan pembinaan, pendidikan dan
pelatihan sehingga menjadi pegawai professional di bidangnya. Berkaitan dengan hal
tersebut pengelolaan persampahan yang dikelola oleh personil PNS, akan sulit membangun
kompetensi manakala pegawai yang telah dibina, dididik dan dilatih dalam bidang
persampahan tetapi oleh karena kebutuhan peningkatan karir akhirnya harus mengikuti
program mutasi ke unit kerja lain. Terlebih lagi pegawai yang menduduki jabatan dalam
eselon II, III dan IV, sering terjadi mutasi antar unit kerja keluar unit kerja Dinas
KIMTARU. Jadi kondisi yang demikian ini yang menjadi kendala untuk membangun
kompetensi atau kualitas tenaga persampahan dalam lembaga atau organisasi pengelola
persampahan.
Pengelolaan sampah merupakan bagian dari urusan di bidang pekerjaan umum dan
juga merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan lingkungan sehingga memerlukan
sumberdaya manusia atau personil dengan kualifikasi keahlian bidang teknik sipil, teknik
lingkungan, teknik mesin, dan bidang penunjang lainnya.
Pelaksanaan pengelolaan sampah merupakan jenis pekerjaan rutin harian dan
bersifat padat karya. Jumlah SDM dalam hal ini harus seimbang:
a. Antara jumlah kebutuhan dengan jumlah yang ada
b. Antara satu unit kerja dengan unit kerja lainnya
c. Antara tingkat penambahan peralatan dengan penambahan personil

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IX-


Laporan

d. Antara tenaga administrasi dan tenaga lapangan


Sebagaimana dijelaskan di depan,, dalam operasional dan pemeliharaan system
pengelolaan sampah, SDM yang paling berperan sebagai ujung tombak di lapangan adalah
operator yang statusnya sebagai tenaga kerja kontrak/harian lepas/swakelola) dengan
rencana kebutuhan penambahan personil sebagai berikut:

Tabel IX.2
Rencana kebutuhan personil pengelolaan sampah (Tenaga kerja kontrak/harian
lepas/swakelola)
Jangka Jangka Jangka
Baseline pendek menengah panjang
Komponen
(2016) (2017- (2020- (2025-
2019) 2024) 2037)
a. Pengemudi truk (non PNS)*) 3 10 20 40
b. Tenaga bongkar muat sampah (BM)**) 80 0 0 0
c. Petugas TPA 4 8 8 8
d. Penjaga malam TPA 3 4 4 4
e. Mandor penyapuan jalan 7 7 7 7
f. Penyapu jalan 117 117 117 117
g. Petugas TPST Kelurahan 80 116 152 152
h. Petugas TPST Pasar (@2 orang) 0 6 16 26
Sumber: Perhitungan konsultan, 2016
*) Pengemudi truk dalam jangka panjang direncanakan diisi oleh tenaga kontrak (non-PNS). Dengan
demikian tenaga PNS hanya akan menduduki fungsi manajemen bukan oparsional.
**) Pekerjaan bongkar muat dialihkan menjadi tanggungjawab/kewajiban petugas TPST dengan
meningkatkan honor/gaji bulanan.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota IX-


Laporan

10
RENCANA PENGEMBANGAN PERATURAN
BAB VI PERKIRAAN KEBUTUHAN PELAYANAN
PENANGANAN
SAMPAH KOTA TEGAL

Kerangka pengembangan produk peraturan hukum memperhatikan referensi-


referensi yang berkaitan dengan pengelolaan persampahan (UU Persampahan, Standar
Nasional Indonesia-SNI tentang Persampahan, Peraturan dan Keputusan Menteri PU
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan
(KSNP-SPP), Norma, Pedoman, Standard dan Manual-NPSM).
Garis-garis besar kebutuhan jenis peraturan hukum yang diperlukan dan materi
yang perlu diakomodir dalam peraturan adalah sebagai berikut:
a. Peraturan Daerah Kota Tegal tentang Pengelolaan Sampah di Kota Tegal merupakan
perda tersendiri dan tidak menjadi satu kesatuan dengan pengaturan bidang lain.
Materi pokok pengaturan dalam Perda Pengelolaan sampah ini meliputi:
o Aspek Kelembagaan, mengatur bentuk dan jenis kelembagaan yang
bertanggungjawab dalam pengelolaan sampah dari mulai lembaga
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan/pengendalian. Pembagian
peran ini harus secara jelas (walaupun tidak secara rinci, karena dapat diatur
lebih lanjut dalam bentuk Peraturan/Keputusan Walikota) diatur dan
ditetapkan dalam Perda. Lembaga pemerintah, lembaga/organisasi
masyarakat, lembaga swasta dari mulai skala lingkungan, local kota dan
regional yang diberikan peran dalam pengelolaan sampah.
o Aspek tehnik dan operasional, mengatur dan menetapkan pola/sistem tehnik
dan operasional pengelolaan sampah yang dibangun dari paradigma baru
seperti pola 3 R dan pemilahan sampah sejak dari sumbernya, 3 R skala
kawasan, pengangkutan dan pemrosesan akhir berorientasi ramah
lingkungan. Lingkup daerah pelayanan wilayah, pengelolaan sampah B3,
pengelolaan tingkat Kecamatan atau Kelurahan.
o Aspek pembiayaan, mengatur tentang proporsi biaya (anggaran) pengelolaan
sampah terhadap APBD, proporsi biaya yang bersumber dari hasil pungutan
retribusi terhadap sumber APBD, sumber-sumber biaya lainnya dan besarnya
Tarif retribusi pengelolan sampah.
o Aspek peranserta masyarakat, mengatur keikutsertaan setiap lapisan
masyarakat dan setiap penimbul sampah dalam pengelolaan sampah baik
dalam kaitannya aspek teknik operasional, aspek kelembagaan dan aspek
pembiayaan.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota X-


Laporan

o Disamping mengatur tentang kewajiban, hak dan larangan secara umum


dalam pengelolaan sampah yang baik dan benar serta berwawasan
lingkungan berkelanjutan.
b. Penjabaran dari Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Persampahan kedalam
Peraturan Walikota dan/atau Keputusan Walikota sebagai pedoman dan/atau
petunjuk teknis untuk setiap aspek dalam pengelolaan persampahan seperti:
o Peraturan Walikota Tegal tentang Pedoman Tehnik dan Operasional
Penanganan Sampah, mengatur tentang tata cara penanganan sampah di
pemukiman, pasar, perkantoran, daerah komersial dan lainnya dari mulai
penyapuan, pengumpulan, 3 R, pengangkutan dan pemrosesan baik antara
maupun akhir.
o Peraturan Walikota Tegal tentang Pedoman Tarif dan Tatacara pemungutan
retribusi pengelolaan sampah, mengatur tentang struktur tarif, besaran Tarif
dan tatacara penetapan dan pemungutan retribusi pengelolaan sampah.
o Peraturan Walikota Tegal tentang partisipasi dan peranserta masyarakat dan
swasta dalam pengelolaan sampah.
o Peraturan Walikota Tegal tentang pedoman pembentukan
organisasi/lembaga masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sampah.
Struktur materi Perda dan penjabarannya dalam bentuk Peraturan dan atau
Keputusan Bupati dapat digambarkan sebagai berikut:

Perda Pengelolaan Sampah

Peraturan/Keputusan Walikota tentang Pengelolaan Sampah

Gambar 10.1
Struktur Materi Perda dan Penjabarannya

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota X-


Laporan

11
PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA
BAB VI PERKIRAAN KEBUTUHAN PELAYANAN
PENANGANAN
SAMPAH KOTA TEGAL

11.1 Rencana Peningkatan Peran Serta Masyarakat


Melihat kondisi ini, peran serta masyarakat dan swasta hingga saat ini belum
maksimal dalam pengelolaan sampah di Kota Tegal, karena peran serta masyarakat hanya
sebatas pada pengangkutan saja, dan inisiatif pembuatan kompos skala komunitas.
Memperhatikan pengamatan lapangan terkait pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat
terhadap sampah di Kota Tegal, diperoleh beberapa temuan yang menunjukkan gambaran
umum persepsi masyarakat Kota Tegal:
a. Sudah ada inisiatif peranserta masyarakat dalam bentuk penyelenggaraan
pengangkutan sampah tingkat RT/RW hingga kelurahan dan kegiatan pemilahan
sampah dan composting pada beberapa kelompok komunitas dan TPST. Dapat
dikatakan pengetahuan masyarakat akan pengelolaan sampah yang lebih baik yaitu
konsep memilah, mengomposkan dan mendaur ulang umumnya berada pada tahap
sudah mengetahui namun umumnya belum mau melakukan. Hanya sebagian kecil
yang melakukan atau seperti di TPST pemilah mau melakukan karena untuk
mendapatkan imbalan (bekerja).
b. Komunitas masyarakat di tingkat lokal cukup mempunyai kelembagaan social yang
cukup kuat, misalnya dengan aktifnya pertemuan-pertemuan informal berbagai
kelompok masyarakat- seperti PKK, kelompok pengajian, karang taruna. Umumnya
mereka melakukan komunikasi informal (dari mulut ke mulut) yang tinggi, karena
sifat ‘guyub’ mereka masih sangat tinggi. Identifikasi Permasalahan Persampahan di
Kota Tegal. Kondisi ini potensial untuk mengembangkan pola-pola partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah.
c. Pentingnya melibatkan perusahaan swasta untuk turutserta mengelola sampah.
Perusahaan-perusahaan swasta terikat dengan apa yang disebut sebagai corporate
social responsibility /CSR (tanggungjawab sosial perusahaan). Perusahaan harus
ikut bertanggungjawab dan terlibat dalam penyelesaian masalah-masalah sosial dan
lingkungan di mana mereka beroperasi. Sehingga sangat mungkin untuk melibatkan
swasta dalam program pengelolaan sampah. Alternatif yang dapat ditempuh adalah
perusahaan secara rutin memberikan dana pengelolaan lingkungan kepada
pemerintah setempat, dan peruntukkannya jelas misalnya untuk membangun atau
mengadakan sarana dan prasarana persampahan atau mendukung operasional
tenaga pemilah sampah.
d. Pentingnya fokus pada apa yang dibutuhkan Masyarakat, karena sampah belum
menjadi perhatian utama masyarakat. Untuk itu program-program pengelolaan

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota XI-


Laporan

sampah perlu diintegrasikan dengan upaya pemberdayaan ekonomi dan penciptaan


lapangan kerja. Sebagai contoh adalah mendorong kegiatan daur ulang sampah
pada tingkat komunitas yang memberikan nilai ekonomi. Bank sampah juga menjadi
salah satu contoh dalam integrase kegiatan ekonomi dan pengelolaan sampah.
e. Pentingnya menerapkan mekanisme insentif dan disinsentif dalam pengelolaan
sampah. Insentif dapat diberikan kepada masyarakat yang berperanserta efektif
dalam upaya ini. Misalnya kelompok-kelompok yang melakukan daur ulang sampah.
Disinsentif juga dapat diterapkan kepada masyarakat (termasuk swasta) yang tidak
melakukan pengelolaan sampah. Untuk itu perlu dikaji lebih mendalam penerapan
mekanisme ini sesuai kebutuhan dan lapangan.
Dalam pengelolaan sampah, peran serta masyarakat dan swasta sangat dibutuhkan
melalui:
1. Pemberian usul, pertimbangan dan saran kepada Pemerintah Daerah.
2. Perumusan kebijakan pengelolaan sampah.
3. Pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa persampahan.
Perlu adanya suatu program menyeluruh yang dilaksanakan secara intensif agar
pengelolaan sampah tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, melainkan menjadi
tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat. Agar partisipasi masyarakat terwujud secara
nyata perlu adanya usaha yang membangkitkan motivasi, kemampuan, kesempatan, dan
menggali serta mengembangkan potensi yang ada pada masyarakat, sehingga masyarakat
bersedia berpartisipasi dalam pengelolaan sampah secara berkesinambungan dan
konsisten.
Pendampingan masyarakat, harus bisa membuka pola berpikir masyarakat, dan
meningkatkan minat mereka untuk menjaga keberlangsungan program secara mandiri
(setelah program/proyek selesai). Pendekatan program yang konvensional, misalnya
dengan penyuluhan/ceramah oleh petugas, tidak akan ada manfaatnya untuk menimbulkan
minat masyarakat.
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kota Tegal, yang
bertujuan untuk membangun masyarakat yang mampu berpatisipasi secara aktif dalam
pengelolaan sampah di lingkungannya pada dasarnya bertujuan agar masyarakat turut
serta aktif baik secara individu atau berkelompok dalam mewujudkan kebersihan
lingkungan, tindakan nyata yang diharapkan adalah :
 Partisipasi aktif individual, berupa keikutsertaan setiap individu untuk membantu
terciptanya mekanisme pengelolaan sampah yang kondusif. Sebagai individu di
sumber, masyarakat dituntut untuk mampu mengelola sampah secara mandiri.
Tindakan nyata yang dapat dilakukan adalah memilah sampah atas organik dan
anorganik sedemikian hingga memudahkan dilakukannya perolehan kembali oleh
pihak atau lembaga lain yang akan melakukan proses pendayagunaan sampah.
 Partsipasi komunal, berupa kesertaan masyarakat secara komunal dalam upaya
mengatasi permasalahan sampah di lingkungannya. Tindak nyata yang dapat
dilakukan misalnya melakukan usaha pengomposan komunal, dan usaha
pendayagunaan sampah lainnya yang sesuai dengan potensi yang ada di lingkungan
setempat.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota XI-


Laporan

Program terpadu dalam upaya peningkatan partsipasi aktif masyarakat, perlu


dilakukan secara terus menerus, berkesinambungan serta melibatkan berbagai unsur baik
pemerintah maupun masyarakat. Untuk itu perlu dikembangkan strategi dengan
pendekatan edukatif-persuasif dengan penerapan prinsip bottom-up. Edukatif berkaitan
dengan pendidikan atau pemaparan pengetahuan tentang sampah dan segala
permasalahannya pada seluruh lapisan masyarakat. Persuasif berkaitan dengan upaya
menghadirkan contoh nyata bagi masyarakat sehingga akan menggugah perilaku dan sikap
masyarakat. Pendidikan masyarakat akan menjadi efektif bila pemaparan menggunakan
media masyarakat setempat. Wujud keberhasilan keterbukaan antara masyarakat dan
manajemen pengelola adalah terciptanya saling kepercayaan, dan menjadikan masyarakat
sebagai penentu kebijakan bagi pihak pengelola sampah kota.
Target program yang menjadi sasaran pengembangan program adalah masyarakat,
swasta dan pemerintah. Bagi masyarakat, bisa diharapkan dalam beberapa tahun tercipta
lingkungan yang lebih sehat dan indah, sehingga bisa terjadi penurunan tingkat penyakit
yang disebabkan sanitasi yang buruk. Selain itu, program ini juga diharapkan dapat lebih
menciptakan peluang usaha dengan pelibatan aktif pihak swasta pada setiap tahap
pengelolaan sampah. Bagi pemerintah, program ini bisa menjadi bahan share learning
bagi daerah-daerah lain, tentang bagaimana sebuah pemerintahan membangun kebijakan
yang berbasis masyarakat. Inisiatif lokal yang didukung oleh pemerintah, bisa membantu
terciptanya sistem pengelolaan sampah/kebersihan yang jauh lebih efektif dan efisien.
a. Pengoptimalan 3R untuk mengurangi volume sampah akhir yang akan dibuang ke
TPA.
b. Pengoptimalan peran serta masyarakat dalam pembayaran retribusi persampahan di
lingkungannya. Penduduk yang terlayani sistem pengangkutan persampahan dikenai
retribusi sebesar Rp10.000-Rp20.000 per bulan/KK.
c. Pelibatan perusahaan swasta untuk turutserta mengelola sampah. Perusahaan-
perusahaan swasta terikat dengan apa yang disebut sebagai corporate social
responsibility /CSR (tanggungjawab sosial perusahaan). Perusahaan harus ikut
bertanggungjawab dan terlibat dalam penyelesaian masalah-masalah sosial dan
lingkungan di mana mereka beroperasi. Sehingga sangat mungkin untuk melibatkan
swasta dalam program pengelolaan sampah. Alternatif yang dapat ditempuh adalah
perusahaan secara rutin memberikan dana pengelolaan lingkungan kepada
pemerintah setempat, dan peruntukkannya jelas misalnya untuk membangun atau
mengadakan sarana dan prasarana persampahan atau mendukung operasional
tenaga pemilah sampah.
d. Pentingnya fokus pada apa yang dibutuhkan Masyarakat, karena sampah belum
menjadi perhatian utama masyarakat. Untuk itu program-program pengelolaan
sampah perlu diintegrasikan dengan upaya pemberdayaan ekonomi dan penciptaan
lapangan kerja. Sebagai contoh adalah mendorong kegiatan daur ulang sampah
pada tingkat komunitas yang memberikan nilai ekonomi. Bank sampah juga menjadi
salah satu contoh dalam integrase kegiatan ekonomi dan pengelolaan sampah
sehingga efektivitasnya perlu dioptimalkan.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota XI-


Laporan

e. Penerapkan mekanisme insentif dan disinsentif dalam pengelolaan sampah. Insentif


dapat diberikan kepada masyarakat yang berperanserta efektif dalam upaya ini.
Misalnya kelompok-kelompok yang melakukan daur ulang sampah. Diisinsentif juga
dapat diterapkan kepada masyarakat (termasuk swasta) yang tidak melakukan
pengelolaan sampah. Untuk itu perlu dikaji lebih mendalam penerapan mekanisme
ini sesuai kebutuhan dan lapangan.
f. Pengadaan sosialisasi untuk perilaku bersih baik berupa kampanye hidup bersih
melalui pemilihan media-media maupun pada aktivitas massal yang dilakukan
masyarakat serta lomba kebersihan.
Pada tahap pertama yakni pemerintah beserta masyarakat akan mengadakan
identifikasi inisiatif-inisiatif lokal di kalangan masyarakat maupun kantor/instansi yang
dapat dijadikan sebagai best practice kedepannya. Pada tahapan ini, masyarakat diajak
untuk mengapresiasi best practice yang telah disosialisikan melalui media massa maupun
kegiatan yang melibatkan masyarakat umum.
Pada tahap kedua yakni share-learning. Praktisi tersebut yang akan menjadi garis
depan program untuk menimbulkan motivasi masyarakat untuk bergerak. Program bisa
menentukan beberapa lokasi percobaan ( pilot project) bagi para praktisi tersebut untuk
berbagi ilmu dengan masyarakat/komunitas lain. Pada program sebelumnya, telah
dilakukan pilot project pada program 3R di Kecamatan Margadana.
Pada tahap ketiga, program mulai mengajak masyarakat dan pemerintah duduk
bersama untuk menjadikan gerakan program ini menjadi gerakan bersama yang didukung
oleh kebijakan.
Perencanaan Peningkatan Partisipasi masyarakat dan swata adalah sebagai berikut
di bawah ini:
 Tahun 1-2 : teridentifikasi best-practises dalam pengelolaan sampah dan produksi
media-media tentang best practises tersebut. Pada tahapan ini, masyarakat mulai
diajak untuk menemukenali contoh pengelolaan sampah di masyarakat yang baik
dan dapat diadaptasi sesuia dengan karakteristik wilayah.
 Tahun 2-4 : tersosialisasikannya best practises kepada komunitas lain. Pada
tahapan ini dapat bekerjasama dengan berbagai pihak termasuk pihak yayasan
peduli, swasta maupun lembaga non profit untuk mengembangkan jaringan
pengetahuan masyarakat terhadap pengelolaan sampah melalui workshop, studi
banding serta pelatihan langsung pada masyarakat.
 Tahun 5-6 : tumbuh dan berkembangnya praktek-praktek pengelolaan sampah.
Pada tahapan ini telah dibentuk organisasi sosial seperti Program Pengelolaan
Sampah Berbasis Masyarakat (PESAMAS) maupun mengembangkan organisasi
sosial di bidang pengelolaan sampah yang telah ada di masyarakat. Terbentuknya
organisasi sosial ini juga mencakup keberlangsungan organisasi yang didalamnya
terdapat struktur organisasi, manajemen pengelolaan hingga jaringan pemasaran
pasca pengolahan.
 Tahun 7-8 : terdokumentasikannya praktek-praktek baru tersebut serta muncul
gerakan bersama komunitas untuk mengadvokasi kebijakan publik tentang

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota XI-


Laporan

kebersihan. Pada tahapan ini peran pemerintah sebagai regulator sangat dibutuhkan
untuk menjaga keberlangsungan program. Masyarakat sebagai pelaku utama dapat
terlibat langsung dalam Pemberian usul, pertimbangan dan saran kepada
Pemerintah Daerah terkait penetapan regulasi tesebut.
 Tahun 9-10 : keluarnya kebijakan publik yang berbasis partisipasi masyarakat dan
pengawalan implementasinya. Pada tahapan ini juga mencakup penerapan insentif
dan disinsentif terkait penerapan aturan dan kebijakan mengenai pelibatan
masyarakat.
 Tahun ke 11 dan seterusnya : terlembagakannya gerakan ini menjadi bagian dari
sistem pengelolaan sampah/kebersihan berbasis masyarakat serta pemeliharaan
kelembagaan masyarakat tersebut.

11.2 Rencana Pengembangan Bank Sampah


Masyarakat sebagai nasabah bank memasokkan sampah yang telah dipilah
kemudian diterima oleh petugas penimbangan dan kemudian diterima oleh teller
sampah untuk dicatat di buku tabungan. Yang tercatat dalam buku tabungan sampah
adalah berat sampah yang nantinya akan dijual oleh pengelola dan masyarakat akan
menerima 80 % dari hasil penjualan dan 20% untuk pengelola. Sampah yang di setor
harus terpilah dengan benar, kantong I berisi sampah kertas, kantong II berisi
sampah plastik, kantong III berisi sampah logam, kantong IV berisi plastik kresek,
kantong V berisi plastik bekas kemasan.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota XI-


Laporan

Gambar 11.1. Cara Pelaksanaan Bank Sampah

Tabel XI.1
Rencana Tahapan Pengembangan Bank Sampah

Jangka pendek (2017-2019) Jangka menengah (2020-2024) Jangka panjang (2025-


2037)
1. Pembangunan Bank 1. Pembangunan bank sampah 1. Pembangunan 8 unit
Sampah SMP 15, Bank sebanyak 10 unit tersebar bank sampah tersebar
Sampah Kaligangsa Asri dan pada setiap kelurahan pada setiap kelurahan
Bank Sampah Mawar Biru 2. Operasionalisasi Bank Sampah 2. Operasionalisasi bank
2. Pembangunan bank sampah yang telah selesai tahap sampah setiap
sebanyak 5 unit tersebar pembangunan kelurahan
pada setiap kelurahan 3. Peningkatan jaringan 3. Peningkatan kinerja
3. Pengaturan sistem pemasaran hasil bank sampah pelayanan bank sampah
manajemen dan 4. Peningkatan partisipasi 4. Pemantapan partisipasi
kelembagaan bank sampah. masyarakat dan swasta. masyarakat dan swasta.
5. Penguatan kelembagaan

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota XI-


Laporan

Jangka pendek (2017-2019) Jangka menengah (2020-2024) Jangka panjang (2025-


2037)
4. Pengaturan jaringan 5. Peningkatan efektifitas pengelola dan komunitas.
pemasaran hasil bank pembiayaan. 6. Penerapan pembiayaan
sampah.
5. Penyiapan peraturan terkait.
Sumber: Indentifikasi konsultan, 2016

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota XI-


Laporan

12
KESIMPULAN

1. Dari survey timbulan sampah di Kota Tegal (2016) diketahui bahwa rata-rata timbulan
sampah rumah tangga di Kota Tegal adalah 8,1 lt/hr atau 2 kg/hr. Sementara itu rerata
timbulan sampah non-domestik berupa toko 13,3 lt/hr (2,78 kg/hr), warung 6,9 lt/hr
(2,05 kg/hr), kantor 16,7 lt/hr (3,1 kg/hr) dan fasilitas kesehatan non rawat inap 12,8
lt/hr (2,23 kg/hr). Dilihat dari komposisi atau karakteristik / jenis sampahnya diketahui
bahwa secara keseluruhan, komposisi sampah kota didominasi sampah organic (67%)
disusul sampah kertas (15%) dan sampah plastic/karet (13%).
2. Produksi sampah di Kota Tegal keseluruhan adalah sekitar 988,78 m3/hari, dengan
sumber yang paling besar adalah dari sampah domestic atau rumah tangga sekitar
54% dan produksi sampah non-domestik mencapai sekitar 46% (meliputi sampah pasar
sekitar 13%, sampah rumah makan/restoran 8%, sampah hotel/penginapan sekitar
6%, sampah toko 5%, sampah pusat perbelanjaan/mal sekitar 4% serta sampah
warung dan rumah sakit masing-masing 2%).
3. Upaya reduksi sampah telah dilakukan seperti daur ulang ada di tingkat TPST hingga
aktifitas pemulung, diperkirakan saat ini mencapai sekitar 14,78% dari timbulan
sampah. Kondisi ini perlu ditingkatkan kapasitasnya pada masa mendatang.
4. Pengelolaan sampah di Kota Tegal masih mengalami kendala belum optimalnya kinerja
sarana-prasarana pengelolaan sampah diantaranya:
a. Pewadahan dan pengumpulan sampah belum optimal dalam pemilahan
sampah berdasarkan jenisnya.
b. Pengangkutan sampah masih mengalami kendala dalam pemuatan sampah
di TPST sehingga waktu operasi menjadi lebih lama, disamping teknis operasi
yang perlu ditingkatkan.
c. Pengelolaan sampah melalui TPST relatif cukup baik mengurangi jumlah
sampah yang harus dikelola di TPA. Meskipun demikian perlu ditingkatkan
kinerja TPST terutama dalam pemilahan sampah, pengomposan dan
penggunaan insenerator yang ramah lingkungan.
d. Kendala TPA Muarareja yang tidak mampu menampung sampah dalam
jangka pendek (2017) sehingga harus diambil langkah segera dalam
penyiapan TPA Bokongsemar.
5. Proyeksi timbulan sampah Kota Tegal hingga 20 tahun (th. 2037) mencapai
1.232,95 m3/hari atau 385,23 ton/hari. Pembangunan bidang persampahan
diarahkan mencapai target nasional bidang persampahan menurut RPJMN 2015-
2019 adalah terwujudnya Universal Access yaitu target pengelolaan 100% yang
dicapai melalui

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota XII-


Laporan

20% fasilitas reduksi sampah dan 80% penanganan sampah. Skenario terbaik dan
realistis untuk dilaksanakan di Kota Tegal adalah pencapaian sasaran Nasional pada
tahun ke-10 (th. 2026).
6. Visi pengelolaan sampah Kota Tegal hingga 20 tahun mendatang yaitu :
“Terwujudnya kebersihan lingkungan di Kota Tegal melalui optimalisasi kinerja
pengelolaan sampah dan peranserta masyarakat”. Strategi yang ditempuh melalui:
a. Membangun kemandirian masyarakat dalam pengelolaan sampah.
b. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan sistem pengelolaan sampah
ke seluruh Wilayah Kota Tegal.
c. Mengembangkan Pengolahan dan atau Daur Ulang Sampah.
d. Meningkatkan kemampuan manajemen dan kelembagaan dalam sistem
pengelolaan sampah sesuai dengan prinsip good and coorperate governance.
e. Memobilisasi dana dari berbagai sumber untuk pengembangan system
pengelolaan persampahan.
f. Menegakkan hukum dan melengkapi peraturan perundangan untuk
meningkatkan sistem pengelolaan persampahan.
7. Kebutuhan investasi untuk pembangunan persampahan di Kota Tegal
adalah: a. Tahun 2017 : Rp. 62.500.167.915,00
b. Tahun 2018 : Rp. 7.022.410.000,00
c. Tahun 2019 : Rp. 7.479.140.000,00
d. Jangka Menengah (2020-2024) : Rp. 38.516.136.000,00 (sekitar Rp.
7.703.227.200 per tahun).
e. Jangka Panjang (2025-2037) : Rp. 144.045.110.000,00 (sekitar Rp.
11.080.393.077 per tahun).
8. Kebutuhan biaya operasi dan pemeliharaan dalam jangka pendek (2017-2019)
adalah Rp. 7,26 milyar/tahun; jangka menengah (2020-2024) sekitar Rp. 9,05
milyar/tahun ; jangka panjang (2025-2037) sekitar Rp. 10,62 milyar/tahun (rerata
biaya pengelolaan sampah sekitar Rp. 22.597-23.868 per m3.
9. Peningkatan kelembagaan diarahkan pada pembentukan Bidang pada Dinas
Penyelenggara Pengelolaan Persampahan atau Pengelolaan Lingkungan Hidup (saat
ini adalah Dinas KIMTARU). Selain perlu upaya peningkatan kapasitas dan efisiensi
SDM pengelola (operator) baik di tingkat dinas maupun KSM.
10. Dibutuhkan Peraturan Daerah Kota Tegal tentang Pengelolaan Sampah yang
mengatur aspek kelembagaan, aspek tehnik dan operasional, aspek pembiayaan,
aspek peranserta masyarakat, Perda perlu dilengkapi dengan Peraturan Walikota
dan/atau Keputusan Walikota sebagai pedoman dan/atau petunjuk teknis untuk
setiap aspek dalam pengelolaan persampahan.
11. Upaya kerjasama dengan berbagai pihak yaitu Pemerintah, Masyarakat, Swasta,
LSM bidang Lingkungan Hidup baik di dalam maupun di luar negeri, serta Lembaga
Perguruan Tinggi perlu didorong dalam rangka riset, peningkatan kapasitas,
pembiayaan, maupun pengembangan teknologi untuk meningkatkan kinerja
pengelolaan sampah di Kota Tegal.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota XII-


Laporan

12. Pengembangan teknologi perlu menjadi perhatian berbagai pihak, misalnya


pemanfaatan sampah sebagai sumber energy (waste to energy). Untuk itu
Pemerintah Kota Tegal didorong melakukan inisiatif kerjasama dengan berbagai
pihak dalam melakukan riset atau proyek percontohan dalam pengembangan
teknologi. Sebagai contoh adalah teknologi waste to energy skala lingkungan
permukiman yang dikembangkan oleh Renergon Interational AG Swiss (lihat
www.renergon.com).

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota XII-


KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayahNya hingga terselesaikannya buku “LAPORAN AKHIR” Penyusunan
Dokumen Masterplan Persampahan Kota Tegal.
Laporan Akhir ini disusun sebagai tahap awal dalam Penyusunan Dokumen
Masterplan Persampahan Kota Tegal. Secara umum isi bahasan yang tersaji dalam
laporan ini adalah Pendahuluan, Kajian Kebijakan, Kondisi & Gambaran Wilayah
Studi, Evaluasi Sistem Eksisting Persampahan Kota Tegal, Identifikasi Permasalahan
Sampah dan Kebijakan Pengelolaan Sampah, Rencana Program Kegiatan Penanganan
Sampah, Rencana Pengembangan Kelembagaan dan rencana Partisipasi Masyarakat
serta Kesimpulan.
Laporan Akhir Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota Tegal ini
diharapkan dapat acuan pelaksanaan pengelolaan persampahan Kota Tegal
dimaksud.
Demikianlah Laporan ini, semoga dapat memenuhi persyaratan dalam
pelaksanaan penyelesaian pekerjaan dan dapat bermanfaat bagi semua pihak terkait.

Tegal, Agustus 2016

Penyusun

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota ii


DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................ ii

Daftar Isi .................................................................................................. iii

Daftar Tabel ............................................................................................. vii

Daftar Gambar......................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. I-1


1.1 Latar Belakang ......................................................................................... I-1
1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran.................................................................... I-2
1.2.1 Maksud ........................................................................................... I-2
1.2.2 Tujuan............................................................................................. I-2
1.2.3 Sasaran ........................................................................................... I-3
1.3 Dasar Hukum........................................................................................... I-4
1.4 Ruang Lingkup ......................................................................................... I-4
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah.................................................................... I-4
1.4.2 Ruang Lingkup Materi ...................................................................... I-6
1.5 Definisi Opersional Persampahan ............................................................. I-6
1.6 Kerangka Pemikiran ................................................................................. I-8
1.7 Sistematika Laporan Akhir ........................................................................ I-10

BAB II TINJAUAN LITERATURE DAN KEBIJAKAN ...................................... II-1


2.1 Tinjauan Literatur Pengelolaan Persampahan............................................ II-1
2.1.1 Pengertian Sampah.......................................................................... II-2
2.1.2 Sumber – sumber Sampah ............................................................... II-2
2.1.3 Jenis – jenis sampah ........................................................................ II-3
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi sampah ...................................... II-3
2.1.5 Sistem Pengelolaan Sampah ............................................................ II-6
2.2 Kebijakan Sektoral Pengelolaan Persampahan .......................................... II-9
2.2.1 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah............................................................................................I-9
2.2.2 SNI 19-2454-2002 Tentang Tata Cara Teknik Operasional
Pengelolaan Sampah Perkotaan ...................................................... II-10
2.2.3 SNI 03-3241-1994 Tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA............. II-11
2.2.4 SNI 03-3242-1994 Tentang Pengelolaan Sampah di Permukiman..... II-12
2.2.5 SNI 19-3983-1995 Tentang Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota i


Kecil dan Kota Sedang di Indonesia....................................................I-12
2.3 Kebijakan Terkait Pengelolaan Persampahan Kota Tegal ........................... II-13
2.3.1 Tinjauan RTRW Kota Tegal Tahun 2011-2031 ................................... II-13
2.3.2 Tinjauan RPJMD Kota Tegal Tahun 2014 – 2019 ............................... II-19

BAB III GAMBARAN UMUM DAN GAMBARAN PENGELOLAAN SAMPAH


KOTA TEGAL ............................................................................................. III-1
3.1 Wilayah Administrasi ................................................................................ III-1
3.2 Kondisi Fisik Wilayah................................................................................ III-4
3.2.1 Kondisi Topografi............................................................................. III-4
3.2.2 Kondisi Geologi dan Jenis Tanah...................................................... III-4
3.2.3 Kondisi Klimatologi dan Curah Hujan ............................................... III-5
3.2.4 Kondisi Sumber Daya Air ................................................................. III-5
3.3 Kondisi Guna Lahan................................................................................. III-6
3.4 Kondisi Kependudukan............................................................................. III-8
3.5 Kondisi Sosial dan Kesehatan Masyarakat ................................................. III-10
3.6 Kondisi Perekonomian.............................................................................. III-12
3.7 Kondisi Sarana dan Prasarana .................................................................. III-14
3.7.1 Kondisi Jalan Kota Tegal .................................................................. III-14
3.7.2 Kondisi Sarana Pendidikan ............................................................... III-15
3.7.3 Kondisi Sarana Kesehatan................................................................ III-16
3.7.4 Kondisi Kawasan Industri, Perdagangan dan Jasa ............................. III-17
3.7.5 Kondisi Perumahan dan Pemukiman Penduduk................................. III-20

BAB IV EVALUASI SISTEM EKSISTING DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN


SAMPAH KOTA TEGAL ...................................................................... IV-1
4.1 Aspek Teknis Pengelolaan Sampah ........................................................... IV-1
4.1.1 Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sampah ................................ IV-1
4.1.2 Tingkat Pelayanan ........................................................................... IV-4
4.1.3 Kinerja Prasarana dan Sarana Persampahan .................................... IV-26
4.2 Aspek Kelembagaan ................................................................................ IV-53
4.2.1. Kondisi Eksisting ............................................................................. IV-53
4.2.2. Evaluasi Kinerja Kelembagaan ........................................................ IV-54
4.2.3. Sumber Daya Manusia .................................................................... IV-58
4.3 Aspek Pembiayaan ................................................................................... IV-58
4.4 Aspek Peraturan....................................................................................... IV-63
4.5 Aspek Peran Serta Masyarakat dan Swasta................................................ IV-67
4.5.1. Kondisi Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah........... IV-67
4.5.2. Bank Sampah ................................................................................. IV-68

BAB V KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH KOTA TEGAL TH. 2017-2037 .....V-1


5.1 Perkiraan Kebutuhan Pelayanan ............................................................... V-1
5.2 Skenario Pengembangan Bidang Persampahan......................................... V-2
5.3 Visi dan Misi .......................................................................................... V-11

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota i


5.4. Strategi..............................................................................................V-12
5.4.1 Strategi Umum Pengelolaan Sampah Kota Tegal .............................. V-12
5.4.2 Strategi Peningkatan Teknis Pengelolaan.......................................... V-13
5.4.3 Strategi Peningkatan Kelembagaan.................................................. V-13
5.4.4 Strategi Peningkatan Hukum............................................................ V-14
5.4.5 Strategi Peningkatan Pembiayaan .................................................... V-14
5.4.6 Strategi Peningkatan Peran Serta masyarakat ................................... V-14
5.5. Rencana Peningkatan Pelayanan Persampahan....................................... V-15

BAB VI PERKIRAAN KEBUTUHAN PELAYANAN PENANGANAN SAMPAH


KOTA TEGAL............................................................................................ VI-1
6.1 Sistem Operasi Pengelolaan .................................................................... VI-1
6.2 Pewadahan Sampah ............................................................................... VI-4
6.3 Operasi Pengumpulan ............................................................................ VI-4
6.3.1 Pengumpulan pada Kawasan Permukiman ........................................ VI-5
6.3.2 Pengumpulan Sampah Pasar ............................................................ VI-5
6.3.3 Pengumpulan Sampah Fasilitas Umum dan Komersial ....................... VI-6
6.3.4 Penyapuan Jalan .............................................................................. VI-7
6.4 Transfer (Pemindahan) ............................................................................ VI-8
6.5 Pengolahan ............................................................................................ VI-9
6.5.1 Pengomposan .................................................................................. VI-9
6.5.2 Pengolahan Sampah Anorganik ...................................................... VI-13
6.5.3 Pengolahan Sampah B3 RT ............................................................. VI-14
6.6 Pemrosesan Akhir (Pembangunan TPA) .................................................. VI-15
6.6.1 Sistem TPA ..................................................................................... VI-15
6.6.2 Alternatif Teknologi Pengolahan Sampah ........................................ VI-17

BAB VII RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PENGELOLAAN


PERSAMPAHAN ...................................................................................... VII-1
7.1 Tahapan Pelaksanaan Pengembangan Operasi Pengelolaan ................... VII-1
7.2. Kebutuhan Sarana dan Prasarana .......................................................... VII-1
7.3 Program Kerja Peningkatan Pengelolaan Sampah ................................... VII-3

BAB VIII RENCANA PEMBIAYAAN DAN POLA INVESTASI ............................ VIII-1


8.1 Kebutuhan Investasi .............................................................................. VIII-1
8.2 Proyeksi Kebutuhan Biaya O&M............................................................. VIII-5
8.3 Alternatif Sumber Pembiayaan .............................................................. VIII-7
8.4 Struktur dan Tarif Mekanisme Penarikan Retribusi .................................. VIII-7

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota v


BAB IX RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN.......................................X-1
9.1 Penyelenggaraan Kelembagaan ...............................................................IX-1
9.2 Bentuk Kelembagaan Operator ................................................................IX-4
9.3 Kebutuhan Sumberdaya Manusia .............................................................IX-6

BAB X RENCANA PENGEMBANGAN PERATURAN............................................X-1

BAB XIPERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA ........................................ XI-1


11.1 Rencana Peningkatan Peran Serta Masyarakat ..........................................XI-5
11.2 Rencana Pengembangan Bank Sampah ....................................................XI-5

BAB XII KESIMPULAN................................................................................. XII-1

LAMPIRAN.........................................................................................................xiii

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota v


DAFTAR TABEL

Tabel II.1. Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Komponen-Komponen


Sumber Sampah ....................................................................... II–13
Tabel II.2. Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi Kota ............ II–13
Tabel II.3. Tujuan dan Sasaran dalam Pencapaian Misi RPJMD Kota Tegal Tahun
2014-2019 ................................................................................
II–20
Tabel III.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kota Tegal Tahun 2015 .......... III–3
Tabel III.2. Keadaan Iklim Rata-rata dari Tahun 2011-2015 ........................ III–5
Tabel III.3. Penggunaan Lahan Kota Tegal Tahun 2015 .............................. III–6
Tabel III.4. Kondisi Kependudukan Kota Tegal Tahun 2015 ......................... III–8
Tabel III.5. Penduduk Kota Tegal Menurut Kesejahteraan ............................ III–10
Tabel III.6. Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha ................. III–10
Tabel III.7. Jumlah Penderita Penyakit Tertentu di Kota Tegal Tahun 2015 ... III–11
Tabel III.8. Kategorisasi Jalan di Kota Tegal Tahun 2011-2015.................... III–15
Tabel III.9. Jumlah Sarana Pendidikan Kota Tegal Tahun 2015.................... III–15
Tabel III.10. Jumlah Sarana Kesehatan Kota Tegal........................................ III–17
Tabel III.11. Industri Kota Tegal berdasarkan Skala....................................... III–17
Tabel III.12. Sarana Perdagangan Kota Tegal ............................................... III–19
Tabel III.13. Jumlah Hotel di Kota Tegal ....................................................... III–19
Tabel III.14. Jumlah Rumah Berdasar Kondisi Fisik Bangunan di Kota Tegal... III–21
Tabel IV.1. Rerata Timbulan Sampah per Jenis Sumber Sampah.................. IV–1
Tabel IV.2. Perhitungan Timbulan Sampah Kota Tegal ................................ IV–2
Tabel IV.3. Komposisi Timbulan Sampah per Jenis Sumber Sampah ............ IV–3
Tabel IV.4. Volume Sampah yang Ditampung pada TPS .............................. IV–7
Tabel IV.5. Volume Sampah yang Ditampung pada Kontainer ..................... IV–9
Tabel IV.6. Rekapitulasi Pengelolaan Sampah Tingkat TPST Di Kota Tegal
(M3/Hari) ................................................................................. IV–12
Tabel IV.7. Reduksi Sampah oleh Pemulung dan Pengangkut Sampah di
Kota Tegal................................................................................ IV–17
Tabel IV.8. Rekapitulasi Layanan / Pengelolaan Sampah Kota Tegal
Tahun 2016.............................................................................. IV–17
Tabel IV.9. Volume Pengelolaan Sampah Kota Tegal Tahun 2010-2016
(m3/hari) .................................................................................. IV–18
Tabel IV.10. Rekapitulasi Tingkat Layanan Sampah Kota Tegal Tahun 2016 Berdasar
Jumlah Sampah Dikelola(m3/hari) ............................................. IV–18
Tabel IV.11. Rekapitulasi Tingkat Layanan / Pengelolaan Sampah Kota Tegal
Tahun 2016 Berdasarkan Jumlah Penduduk Terlayani................ IV–20

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota v


Tabel IV.12.Data Peralatan Pengumpul Sampah di Kota Tegal ..................... IV–31
Tabel IV.13.Lokasi Pengambilan Sampah oleh „Tossa‟.................................. IV–33
Tabel IV.14.TPS Tidak Tuntas Pengambilan tiap Hari .................................... IV–36
Tabel IV.15.Data Peralatan Pengangkut Sampah di Kota Tegal..................... IV–39
Tabel IV.16.Lokasi Pengambilan Sampah oleh Arm roll ................................ IV–40
Tabel IV.17. Kapasitas Angkut Sampah Eksisting........................................... IV–40
Tabel IV.18.Pengomposan Sampah Tingkat TPST di Kota Tegal..................... IV–41
Tabel IV.19.Pengelolaan Sampah dengan Incenerator Tingkat TPST di Kota Tegal
(m3/hari) .................................................................................. IV–42
Tabel IV.20. Pengolahan Sampah Dipilah/Reuse Tingkat TPST Di Kota Tegal.. IV–43
Tabel IV.21. Harga Jual Hasil Pemilahan Sampah Anorganik di Kota Tegal.... IV–44
Tabel IV.22. Kinerja Sistem Pengolahan Sampah Eksisting............................. IV–46
Tabel IV.23. Potensi Pengomposan di Kota Tegal .......................................... IV–46
Tabel IV.24. Proyeksi kebutuhan luas lahan TPA ........................................... IV–52
Tabel IV.25. Jumlah personil pengelolaan sampah status tenaga kerja kontrak/
harian lepas/swakelola ............................................................. IV–58
Tabel IV.26. Anggaran Program Pengembangan Kinerja Persampahan
Tahun Anggaran 2014-2016 (dalam rupiah) ............................. IV–59
Tabel IV.27. Rincian Anggaran Persampahan Tahun Anggaran 2016
(dalam rupiah).......................................................................... IV–60
Tabel IV.28. Analisis Biaya Satuan Pengelolaan Sampah Eksisting ................. IV–61
Tabel IV.29. Realisasi Penarikan Retribusi Pelayanan Persampahan ............... IV–62
Tabel IV.30. Besaran Tarif Retribusi Pelayanan Persampahan Kota Tegal ....... IV–65
Tabel IV.31. Daftar Bank Sampah Binaan Kota Tegal .................................... IV–68
Tabel IV.32. Realisasi Bank Sampah Di Kota Tegal ........................................ IV–70
Tabel IV.33. Realisasi Kegiatan Pengkomposan di Kota Tegal ........................ IV–70
Tabel V. 1 Proyeksi Beban Layanan Pengelolaan Sampah Kota Tegal sampai
dengan Th. 2037............................................................................V-1
Tabel V. 2 Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 1 ....................................... V-4
Tabel V. 3 Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 2 ....................................... V-6
Tabel V. 4 Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 3 ....................................... V-7
Tabel V. 5 Pemilihan Skenario Terbaik ............................................................... V-9
Tabel VI. 1 Rencana Pola Operasi Penyapuan Jalan............................................ VI-8
Tabel VI. 2 Parameter Ideal Kompos ................................................................ VI-11
Tabel VI. 3 Ketentuan Teknis TPA Bokongsemar................................................ VI-12
Tabel VII. 1 Tahapan Pengembangan Sistem Operasional Skenario Terpilih ........ VII-1
Tabel VII. 2 Kebutuhan Sarana dan Prasarana Persampahan Kota Tegal 2017
s/d 2037 ........................................................................................ VII-2
Tabel VII. 3 Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Kota
Tegal 2017 s/d 2037 ...................................................................... VII-3
Tabel VIII. 1 Proyeksi Kebutuhan Investasi Jangka Pendek (2017-2019) ............. VIII-2
Tabel VIII. 2 Proyeksi Kebutuhan Investasi Jangka Menegah (2020-2024) dan
Panjang (2025-2037 .................................................................... VIII-3

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota v


Tabel VIII. 3 Analisis Biaya Satuan Pengelolaan Sampah Jangka pendek (2017-
2019)............................................................................................I-5
Tabel VIII. 4 Analisis Biaya Satuan Pengelolaan Sampah Jangka Menengah
(2020-2024)................................................................................. VIII-6
Tabel VIII. 5 Analisis Biaya Satuan Pengelolaan Sampah Jangka Panjang
(2025-2037)................................................................................. VIII-6
Tabel IX. 1 Matriks Kepentingan dan Peran Lembaga Pengelolaan Sampah
Kota Tegal.......................................................................................IX-2
Tabel IX. 2 Rencana kebutuhan personil pengelolaan sampah (Tenaga kerja
kontrak/harian lepas/swakelola) ......................................................IX-7
Tabel X1. 1 Rencana Tahapan Pengembangan Bank Sampah .............................XI-6

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota i


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Peta Administrasi Kota TegLingkup Wilayah Perencanaan........ I–5


Gambar 1.2. Kerangka Pikir Pelaksanaan Perencanaan ............................... I–9
Gambar 2.1. Pengelolaan Sampah Secara Terpadu..................................... II–5
Gambar 2.2. Skema Manajemen Pengelolaan Sampah ............................... II–6
Gambar 2.3. Teknis Operasional Pengelolaan Sampah ............................... II–6
Gambar 2.4. Pola Pengelolaan Sampah Individual Tak Langsung................. II–7
Gambar 2.5. Pola Pengelolaan Sampah Komunal ....................................... II–7
Gambar 2.6. Diagram Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan......... II–11
Gambar 2.7. Peta Rencana Struktur Ruang Kota Tegal................................. II–21
Gambar 2.8. Peta Rencana Pola Ruang Kota Tegal ...................................... II–22
Gambar 3.1. Peta Wilayah Administrasi Kota Tegal ..................................... III–2
Gambar 3.2. Persentase Luas Wilayah Kota Tegal ....................................... III–3
Gambar 3.3. Persentase Penggunaan Lahan Kota Tegal .............................. III–6
Gambar 3.4. Peta Penggunaan Lahan Kota Tegal........................................ III–7
Gambar 3.5. Pertumbuhan dan Trend Jumlah Penduduk Kota Tegal
Tahun 2011-2015.................................................................. III–8
Gambar 3.6. Peta Kepadatan Penduduk Kota Tegal........................................I-9
Gambar 3.7. Grafik Kasus Penyakit Tertentu Kota Tegal Tahun 2011-2015 .. III-13
Gambar 3.8. Nilai PDRB Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan
Perikanan, Sektor Industri Pengolahan Migas dan Non
Migas, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih, serta Sektor
Bangunan
Di Kota Tegal......................................................................... III-13
Gambar 3.9. Nilai PDRB Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor
Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Real
Estate
Dan Jasa Perusahaan, dan Sektor Jasa-jasa............................ III-14
Gambar 3.10. Kondisi Fisik Bangunan Rumah di Kota Tegal Tahun 2015 ....... III-21
Gambar 3.12. Persentase Pengangkut Sampah Terangkut Per Hari di Kota
Tegal Tahun 2014.................................................................. III-21
Gambar 3.13. Persentase Sumber-sumber Sampah di Kota Tegal
Tahun 2011........................................................................... III-23
Gambar 3.14. Sampah Organik dan Sampah Non Organik di Kota Tegal...... III-23
Gambar 3.15. Sarana dan Prasarana Pengelolaan Sampah........................... III-25
Gambar 3.16. Kondisi TPS yang ada di Kota Tegal ........................................ III-25
Gambar 3.17. Kondisi TPST yang Beroperasi di Kota Tegal ............................ III-26
Gambar 3.18. Kondisi TPA di Kota Tegal....................................................... III-27
Gambar 3.19. Alur Pengangkutan hingga Pembuangan Akhir Sampah
di Kota Tegal ......................................................................... III-28

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota x


Gambar 3.20. Akses Pengelolaan Persampahan di Kota Tegal...........................I-29
Gambar 3.21. Resiko Persampahan di Kota Tegal ......................................... III-30
Gambar 3.22. Bagan Struktur Pengelolaan Sampah di Kota Tegal ................. III-31
Gambar 3.23. UPTD Persampahan Muarareja............................................... III-32
Gambar 3.24. TPST Mlati Kel. Kejambon ....................................................... III-33
Gambar 3.25. TPST di Jalan Cendrawasih ..................................................... III-34
Gambar 3.26. Bank Sampah Kelurahan Tunon.............................................. III-35
Gambar 4.1. Rata-rata Komposisi Sampah di Kota Tegal ............................. IV-3
Gambar 4.2. Alur Pengelolaan Sampah Eksisting di Kota Tegal.................... IV-5
Gambar 4.3. Kondisi TPS yang ada di Kota Tegal ........................................ IV-10
Gambar 4.4. Kondisi TPST yang beroperasi di Kota Tegal ............................ IV-11
Gambar 4.5. Peta Volume TPST Kota Tegal ................................................. IV-13
Gambar 4.6. Peta Jangkauan TPST Kota Tegal ............................................ IV-14
Gambar 4.7. Peta Lokasi Kontainer Sampah Kota Tegal .............................. IV-15
Gambar 4.8. Peta Rute Sampah Kota Tegal................................................. IV-16
Gambar 4.9. Peta Jangkauan Pelayanan Persampahan Kota Tegal .............. IV-25
Gambar 4.10. Contoh Sampah yang Dibuang di Tepi Tambak di Kel.
Mintaragen............................................................................ IV-26
Gambar 4.11. Wadah Sampah Individual Rumah Tangga dan Kawasan
Perkantoran Kota Tegal.......................................................... IV-27
Gambar 4.12. Pengumpulan Sampah Pola Individual Langsung di Kota Tegal ........ IV-29
Gambar 4.13. Pengumpulan Sampah Pola Individual Tidak Langsung di Kota Tegal IV-30
Gambar 4.14. Gerobak Sampah Untuk Pengangkutan Komunitas ................. IV-32
Gambar 4.15. Tossa untuk Mengangkut Sampah .......................................... IV-32
Gambar 4.16. Proses Pemindahan sampah ke dari TPST ke Truk Pengangkut ......... IV-35
Gambar 4.17. TPS dengan Pasangan Bata ........................................................ IV-36
Gambar 4.18. Pemilahan Sampah Dengan Nilai Ekonomis............................ IV-45
Gambar 4.19. Alur Pemilahan Sampah......................................................... IV-45
Gambar 4.20. Lokasi TPA Eksisting ............................................................... IV-49
Gambar 4.21. Kondisi TPA di Kota Tegal....................................................... IV-50
Gambar 4.22. Sarana dan Prasarana TPA ..................................................... IV-50
Gambar 4.23. Struktur Pengelolaan Sampah di Kota Tegal............................ IV-54
Gambar 4.24. Struktur Organisasi Dinas Kimtaru Kota Tegal......................... IV-56
Gambar 4.25. Struktur Organisasi KLH di Kota Tegal .................................... IV-57
Gambar 4.26. Struktur Organisasi BAPPEDA Kota Tegal ................................ IV-57
Gambar 4.27. Bank Sampah Kelurahan Tunon.............................................. IV-69
Gambar 5. 1 Trend Proyeksi Penduduk Kota Tegal sampai dengan Th. 2037 ......... V-1
Gambar 5. 2 Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 1 ..................................... V-4
Gambar 5. 3 Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 2 ..................................... V-6
Gambar 5. 4 Sasaran Peningkatan Pelayanan Skenario 3 ..................................... V-7
Gambar 5. 5 Rencana Tingkat Pelayanan Jangka Pendek ................................... V-17
Gambar 5. 6 Rencana Tingkat Pelayanan Jangka Menengah .............................. V-18
Gambar 5. 7 Rencana Tingkat Pelayanan Jangka Panjang .................................. V-19
Gambar 6. 1 Sistem operasi pengelolaan sampah di Kota Tegal ....................... VI-3

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota x


Gambar 6. 2 Contoh sarana penyapuan jalan secara mekanik...........................I-8
Gambar 6. 3 Contoh TPS model RAM ............................................................... VI-9
Gambar 6. 4 Sistem Pengkomposan Menggunakan Metode Takakura............. VI-12
Gambar 6. 5 Alat pengomposan dan Lahan untuk fermentasi kompos ............ VI-13
Gambar 6. 6 Mesin Press dan Hasil Paving Olahan Sampah ........................... VI-14
Gambar 6. 7 Skema Penanganan Sampah Anorganik di TPST Kelurahan ........ VI-14
Gambar 6. 8 Rencana Penanganan Sampah B3 RT ......................................... VI-15
Gambar 6. 9 Skema Model RSD Mini Waste ................................................... VI-18
Gambar 6. 10 Reaktor Pyrolisis ........................................................................ VI-19
Gambar 6. 11 Pengelolaan Kompos Skala Kota................................................ VI-20
Gambar 9. 1 Struktur Organisasi Bidang Pengelolaan Sampah pada Dinas
Persampahan atau Lingkungan Hidup ..............................................IX-5
Gambar 10. 1 Struktur Materi Perda dan Penjabarannya ...................................... X-2
Gambar 11. 1 Cara Pelaksanaan Bank Sampah ...................................................XI-6

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota x


LAMPIRAN
LAPORAN HASIL SURVEY TIMBULAN SAMPAH KOTA TEGAL
Juni, 2016

A. Dasar

Kegiatan Survey Timbulan Sampah Kota Tegal Tahun 2016 ini dilakukan
mengacu ketentuan:

 SNI 19-3964-1994 mengenai Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh


Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan.
 Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001
tentang Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Perkotaan.

B. Metoda

Mengacu ketentuan SNI 19-3964-1994, kegiatan survey ini dilakukan dengan


cara pengambilan contoh sampah perumahan maupun non perumahan pada
periode tertentu kemudian dilakukan pengukuran berat dan volume sampah.

Sumber : SNI 19-3964-1994


Gambar 1. Langkah Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan Sampah

Metode pengambilan sampel Timbulan Sampah Kota Tegal yang digunakan


adalah stratified random sampling dengan populasi dibagi ke dalam kelompok strata
dan kemudian mengambil sampel dari tiap kelompok tergantung kriteria yang
ditetapkan. Kriteria sampel yang digunakan dibagi menjadi kelompok aktivitas
permukiman dan non permukiman. Sampel permukiman dibagi sesuai strata yakni
rumah dengan pendapatan tinggi, rumah dengan pendapatan menengah dan rumah
dengan pendapatan rendah. Sedangkan sampel untuk no permukiman terbagi
menjadi beberapa aktivitas seperti pendidikan, kesehatan, serta perdagangan jasa.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota x


Perhitungan sampel timbulan sampah permukiman

Perhitungan Sampel Sampah Permukiman mengacu SNI 19-3964-1994 adalah


menggunakan formula sebagai berikut:

Dengan menggunakan formula tersebut, Perhitungan Sampel Timbulan Sampah


Permukiman di Kota Tegal adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Perhitungan Sampel Timbulan Sampah Permukiman Kota Tegal


Jumlah Penduduk 245.558 jiwa
S (jumlah contoh) 496 jiwa

K (jumlah contoh KK) 50 KK

K1 (rumah permanen pendapatan tinggi) 10 KK


K2 (rumah semi permanen pendapatan 25 KK
menengah)
K3 (rumah non permanen pendapatan rendah) 15 KK

Kelurahan Jumlah Kode Sampel Nomor Sampel


Sampel
1. Kalinyamat Wetan 2 K3 K2 11; 36

2. Bandung 2 K1 K2 1; 12

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota x


Kelurahan Jumlah Kode Sampel Nomor Sampel
Sampel
3. Debong Kidul 1 K2 13

4. Tunon 2 K3 K2 14; 37

5. Keturen 2 K3 K2 15; 38
6. Debong Kulon 1 K2 16

7. Debong Tengah 2 K1 K2 2; 17

8. Randugunting 1 K2 18

9. Kejambon 2 K1 K2 3; 19
10. Slerok 2 K1 K2 4; 20

11. Panggung 3 K1 K2 K3 5;21; 39

12. Mangkukusuman 2 K1 K2 6;22

13. Mintaragen 2 K3 K2 23; 40


14. Pesurungan Kidul 2 K3 K2 24; 41

15. Debong Lor 2 K3 K2 25; 42

16. Kemandungan 2 K1 K3 7; 43
17. Pekauman 2 K1 K2 8; 26

18. Kraton 2 K1 K2 9; 27

19. Tegalsari 2 K1 K3 10; 44

20. Muarareja 2 K3 K2 28; 45


21. Kaligangsa 2 K3 K2 29; 46

22. Krandon 2 K3 K2 30; 47

23 Cabawan 1 K2 31
24. Margadana 1 K2 32
25. Kalinyamat Kulon 2 K3 K2 33; 48

26. Sumurpanggang 2 K3 K2 34; 49

27. Pesurungan Lor 2 K3 K2 35; 50


Total 50

Keterangan :
 Kode 1-10 untuk permukiman K1 (permukiman permanen dengan pendapatan
tinggi)
 Kode 11-35 untuk permukiman K2 (permukiman permanen dengan pendapatan
menengah)
 Kode 36-50 untuk permukiman K3 (permukiman semi/non permanen dengan
pendapatan rendah)

Perhitungan sampel timbulan sampah non permukiman

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota x


Penentuan sampel non permukiman ditentukan berdasar standar pelayanan
minimum. Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal menggunakan Keputusan
Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001. Dengan
demikian Perhitungan Sampel Timbulan Sampah Non-Permukiman di Kota Tegal
adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Perhitungan Sampel Timbulan Sampah Non Permukiman

Jenis Sampel Jumlah sampel berdasar Minimum luas area pelayanan

Toko √ (245.558/6.000 jiwa) =6 sampel


Sekolah √ (245.558/30.000 jiwa) =3 sampel
Kantor √ 245.558/30.000 jiwa) =3 sampel
Pasar √ (245.558/36.000 jiwa = 2 sampel
Rumah makan/ Restoran Minimum 1 sampel

Fasilitas Kesehatan √ 245.558/30.000 jiwa) =3 sampel


Kecamatan Kelurahan Jenis Sampel Jumlah Sampel Kode Sampel

Tegal Selatan 1. Debong Kulon Puskesmas 1 60


2. Debong Tengah Warung 1 65

3. Randugunting Toko, Pasar 2 51; 63

Tegal Timur 1. Kejambon Toko 1 52


2. Slerok Puskesmas 1 61

3. Panggung Sekolah , Pasar 2 57; 64

4. Mangkukusuman Toko, Kantor 3 53; 66; 67;68

5. Mintaragen Sekolah 1 58
Tegal Barat 1. Kemandungan Toko 1 54

2. Pekauman Toko, Kantor 1 55;

3. Kraton Puskesmas 1 62

4. Tegalsari Toko, Sekolah 2 56; 59

Keterangan : 51-56 toko; 57-59 sekolah; 60-62 puskesmas; 63-64 pasar; 65 warung; 66-
68 kantor

Berdasar perhitungan mengacu SNI 19-3964-1994 didapatkan sampel sampah


permukiman 50 KK dengan komposisi K1 permukiman permanen pendapatan tinggi
sebanyak 10 sampel, K2 permukiman permanen pendapatan sedang sebanyak 25
sampel, dan K3 untuk permukiman semipermanen pendapatan rendah sebanyak 15
sampel. Sampel non permukiman meliputi toko sebanyak 6 sampel, sekolah sebanyak 3
sampel, kantor 3 sampel, pasar 2 sampel dan fasilitas kesehatan sebanyak 3 sampel.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota x


Gambar 2. Peta Sebaran Sampel

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota x


C. Pelaksanaan Survey Timbulan Sampah

Kegiatan Survey Timbulan Sampah Kota Tegal Tahun 2016 ini dilakukan pada:

 Tanggal : 13 Juni – 20 Juni 2016


 Lokasi Pengukuran Sampah : TPST Randugunting
 Bahan dan Alat :
a. alat pengambil contoh berupa kantong plastik dengan volume 40 liter;
b. alat pengukur volume contoh berupa kotak berukuran 20 cm x 20 cm x 100
cm, yang dilengkapi dengan skala tinggi;
c. timbangan;
d. perlengkapan berupa alat pemindah (seperti sekop) dan sarung tangan.
e. alat transprtasi untuk mengambil sampel berupa mobil pick-up dan sepeda
motor.
 Pelaksana Survey :
a. Koordinator (Konsultan)
b. Petugas pengukur (Konsultan)
c. Petugas pengambil sampel (Konsultan)
d. Petugas pemilah sampah (Tim TPST Randugunting).

D. Hasil Survey Timbulan Sampah

Hasil Kegiatan Survey Timbulan Sampah Kota Tegal Tahun 2016 diuraikan dalam
table-tabel berikut ini:

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota x


Tabel 3 Hasil Perhitungan Berat Timbulan Sampah Rumah Tangga Kota Tegal

Berat Sampah (kg)


No Kelurahan Nama Rumah Tangga Sampel Rerata
Hari I Hari II Hari III Hari IV Hari V Hari VI Hari VII (kg/hr)
1 Kalinyamat Wetan Tutik 3,10 1,90 3,20 2,25 3,00 2,10 2,70 2,61
2 Ruswanto 4,00 3,60 4,30 4,10 4,00
Bandung
3 Imam 2,80 0,20 0,30 0,35 0,90 0,89 0,91
4 Debong Kidul Sumirah 0,40 1,00 0,40 0,50 0,80 0,50 0,60
5 Tunon Asih 2,15 4,00 2,95 3,00 2,30 3,80 3,03
6 Nurul Fadilah 4,55 1,10 2,20 4,00 2,30 2,83
7 Karsinah 9,25 1,55 2,45 4,90 4,00 4,43
Keturen
8 Wetianingsih 4,45 1,90 2,00 1,55 2,48
9 Debong Kulon Purwanti 0,80 0,30 0,35 0,30 0,60 0,30 0,44
10 Bowo 2,70 2,00 4,10 2,00 2,70
Debong Tengah
11 Sopan 1,55 1,75 4,20 2,30 2,45 2,45
12 Randugunting Bambang 0,85 0,55 1,30 0,80 1,00 0,90
13 Khadijadh 1,55 1,70 1,30 1,55 1,53 1,53
Kejambon
14 Mulyati 6,00 1,70 2,70 5,30 2,60 2,50 3,47
15 Ndari 1,00 3,90 1,55 0,85 2,00 1,70 1,83
Slerok
16 Dr. Heri 10,00 1,25 5,15 5,60 5,40 5,48
17 Jajuri 1,55 1,70 1,50 1,60 1,60 1,59
Panggung
18 Hartoyo 1,55 2,00 1,10 1,60 1,56
19 Sutiyah 0,30 0,30 0,45 0,65 0,45 0,43
Mangkukusuman
20 Fatma 1,90 1,15 1,20 1,00 1,20 1,50 1,20 1,31
21 Nuraini 0,75 1,50 1,20 3,60 1,80 1,77
Mintaragen
22 Dwi K 5,60 2,05 6,00 0,85 4,00 3,30 3,63
23 Pesurungan Kidul Khomariyah 3,40 1,30 3,50 0,95 2,30 2,29
24 Nasiyatul 0,70 0,70 0,70 0,95 0,80 0,70 0,76
Debong Lor
25 Rohimah 0,25 0,20 0,10 0,05 0,20 0,20 0,15 0,16
26 Kemandungan Antonius 0,80 1,05 0,50 1,50 1,00 0,97

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota x


Berat Sampah (kg)
No Kelurahan Nama Rumah Tangga Sampel Rerata
Hari I Hari II Hari III Hari IV Hari V Hari VI Hari VII (kg/hr)
27 Danawi 1,40 4,20 2,40 1,80 2,90 2,00 2,45
28 Sopiah 0,30 0,45 0,80 1,30 0,60 0,80 0,71
Pekauman
29 Rohani 2,55 1,10 0,80 1,50 1,50 1,49
30 Nurtoni 1,40 1,60 1,25 2,10 2,75 1,82
Kraton
31 Subandi 0,55 2,20 2,75 2,05 1,90 1,89
32 Diana 2,40 0,60 1,15 0,80 1,30 1,20 1,24
Tegalsari
33 Murtini 3,10 1,15 2,30 2,20 1,90 2,13
34 Tutik 1,25 1,00 0,90 1,00 1,10 1,05
Muarareja
35 Kesih 0,95 0,65 0,40 0,30 0,70 0,50 0,58
36 Syairoh 3,30 5,40 2,75 2,80 3,90 3,20 3,56
Kaligangsa
37 Warsinah 1,45 1,35 2,60 3,40 2,10 2,30 2,20
38 Suhati 1,95 2,40 2,30 2,00 2,50 2,23
Krandon
39 Nurohman 1,10 1,40 0,80 1,10 1,10
40 Sukirno 2,50 2,25 1,80 0,75 2,60 1,10 1,83
Cabawan
41 Sulastri 2,00 2,25 2,30 3,20 2,50 2,50 2,30 2,44
42 Margadana Sutria 0,40 0,30 0,30 0,45 0,40 0,40 0,30 0,36
43 Rodiyah 6,80 3,20 2,25 2,10 3,00 4,20 3,59
Kalinyamat Kulon
44 Sutemi 1,65 2,30 1,20 1,50 1,66
45 Khalifah 1,40 2,75 4,05 1,80 2,20 2,80 2,50
Sumurpanggang
46 Imam 2,85 3,75 3,55 5,50 3,30 4,50 3,91
47 Ifa 1,70 0,45 1,05 1,90 0,30 1,08
Pesurungan Lor
48 Daka 2,50 3,95 0,25 2,40 2,20 2,10 2,23
Rerata (kg/hr) 2,19 1,87 1,91 1,59 2,10 1,84 1,89 2,00
Catatan : 2 sampel tidak bersedia dilakukan survey timbulan

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota x


Tabel 4 Hasil Perhitungan Berat Timbulan Sampah Non-Domestik Kota
Berat Sampah (kg)
No Jenis Nama Sampel Rerata
Hari I Hari II Hari III Hari IV Hari V Hari VI Hari VII (kg/hr)
1 Toko Indriyani 0,70 0,15 0,90 0,65 0,48 0,58
2 Toko Zulfikar 0,30 0,15 3,20 6,75 2,60 2,60
3 Toko Toko Rahma 9,00 1,30 4,30 5,10 6,10 5,16
Rerata toko 2,78
4 Warung Warung Bu Karni 2,95 1,05 1,75 2,45 1,80 2,30 2,05
Rerata warung 2,05
Kantor Kecamatan
1,45
5 Kantor Tegal Timur 0,25 1,20 1,20 0,20 0,86
Kantor Polsek Tegal
5,40
6 Kantor Timur 8,00 4,90 3,05 5,34 5,34
Rerata kantor 3,10
7 Fasilitas kesehatan Pustu Kejambon I 2,95 1,50 2,80 2,60 1,30 2,23
Rerata fasilitas
kesehatan (Pustu,
puskesmas, klinik) 2,23
Catatan : sampel sekolah tidak ada karena sedang masa libur sekolah

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota x


Tabel 5 Hasil Perhitungan Volume Timbulan Sampah Rumah Tangga Kota
Volume Sampah (liter)
No Kelurahan Nama Rumah Tangga Sampel Rerata
Hari I Hari II Hari III Hari IV Hari V Hari VI Hari VII (lt/hr)
1 Kalinyamat Wetan Tutik 11,2 5,6 25,6 6,0 10,8 10,5 11,6
2 Ruswanto 10,4 9,2 9,7 9,6 9,7
Bandung
3 Imam 4,0 1,2 1,6 2,0 2,1 2,3 2,2
4 Debong Kidul Sumirah 2,4 4,4 1,6 2,2 3,5 2,7 2,8
5 Tunon Asih 16,0 8,4 6,0 9,7 7,9 10,5 9,8
6 Nurul Fadilah 20,0 3,2 9,2 15,8 9,8 11,6
7 Karsinah 20,8 4,4 4,8 10,2 9,8 10,0
Keturen
8 Wetianingsih 27,2 15,6 19,6 20,8 20,8
9 Debong Kulon Purwanti 7,6 2,4 2,0 2,0 4,2 2,8 3,5
10 Bowo 8,0 7,4 11,0 5,6 8,0
Debong Tengah
11 Sopan 4,4 5,6 12,4 5,6 9,3 7,5
12 Randugunting Bambang 3,2 2,0 6,0 3,8 3,6 3,7
13 Khadijah 10,0 5,0 7,6 5,6 7,0 7,0
Kejambon
14 Mulyati 29,6 13,6 30,0 31,8 20,9 15,8 23,6
15 Ndari 5,2 7,6 5,2 2,0 5,5 4,5 5,0
Slerok
16 Dr. Heri 22,0 3,6 20,4 15,8 14,8 15,3
17 Jajuri 5,2 8,0 5,2 5,2 5,9 5,9
Panggung
18 Hartoyo 14,8 14,2 14,9 15,3 14,8
19 Sutiyah 3,6 1,6 4,0 4,4 3,4 3,4
Mangkukusuman
20 Fatma 8,8 2,0 4,4 2,0 4,0 4,6 4,3 4,3
21 Nuraini 2,0 3,6 3,6 2,0 2,8 2,8
Mintaragen
22 Dwi K 2,8 11,6 15,6 16,8 14,8 8,6 11,7
23 Pesurungan Kidul Khomariyah 10,4 2,8 7,2 4,4 9,2 6,8
24 Nasiyatul 3,2 1,6 30,0 3,2 10,0 7,2 9,2
Debong Lor
25 Rohimah 2,0 1,2 1,2 5,6 2,4 2,4 2,7 2,5
26 Kemandungan Antonius 3,2 2,8 1,6 6,0 3,4 3,4

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota x


Volume Sampah (liter)
No Kelurahan Nama Rumah Tangga Sampel Rerata
Hari I Hari II Hari III Hari IV Hari V Hari VI Hari VII (lt/hr)
27 Danawi 4,0 12,0 9,6 8,4 9,6 7,4 8,5
28 Sopiah 8,8 2,4 3,2 3,2 4,2 4,6 4,4
Pekauman
29 Rohani 10,4 1,6 2,4 24,4 9,7 9,7
30 Nurtoni 7,0 4,4 4,0 4,1 6,1 5,1
Kraton
31 Subandi 8,0 5,2 6,4 6,8 6,2 6,5
32 Diana 5,2 2,6 1,4 6,0 4,4 3,2 3,8
Tegalsari
33 Murtini 13,0 2,0 8,0 7,7 6,8 7,5
34 Tutik 10,0 5,2 2,8 3,7 8,3 6,0
Muarareja
35 Kesih 14,0 12,0 3,2 2,8 9,0 7,0 8,0
36 Syairoh 10,2 16,4 8,0 6,8 11,1 9,6 10,4
Kaligangsa
37 Warsinah 3,6 2,4 4,4 8,0 4,1 5,1 4,6
38 Suhati 8,8 5,2 5,6 7,4 5,6 6,5
Krandon
39 Nurohman 8,4 8,9 8,0 8,3 8,4
40 Sukirno 9,2 5,0 4,2 1,6 7,0 3,0 5,0
Cabawan
41 Sulastri 8,3 3,2 10,4 9,2 7,3 8,6 7,4 7,8
42 Margadana Sutria 7,2 2,8 3,2 14,4 6,9 7,1 6,8 6,9
43 Rodiyah 24,0 9,0 6,4 7,6 10,7 10,5 11,4
Kalinyamat Kulon
44 Sutemi 6,8 8,9 5,4 6,1 6,8
45 Khalifah 6,0 10,4 22,0 6,8 9,2 13,4 11,3
Sumurpanggang
46 Bp. Imam 14,4 22,8 16,4 17,6 14,8 10,9 16,2
47 Ifa 9,2 4,4 3,9 9,3 7,2 6,8
Pesurungan Lor
48 Pak Daka 8,0 16,0 0,8 8,9 8,1 7,8 8,3
Rerata (lt/hari) 9,1 6,4 7,2 6,9 8,8 7,8 7,9 8,1
Catatan : 2 sampel tidak bersedia dilakukan survey timbulan

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota xv


Tabel 6 Hasil Perhitungan Volume Timbulan Sampah Non-Domestik Kota
Volume Sampah (liter)
No Jenis Nama Sampel Rerata
Hari I Hari II Hari III Hari IV Hari V Hari VI Hari VII (lt/hr)
1 Toko Indriyani 11,2 0,8 5,2 6,8 4,5 5,7
2 Toko Zulfikar 6,0 12,0 17,6 33,2 17,2 17,2
3 Toko Toko Rahma 29,6 4,2 12,6 18,6 19,4 16,9
Rerata toko 13,3
4 Warung Warung Bu Karni 11,2 2,4 5,6 8,4 6,6 7,4 6,9
Rerata warung 6,9
5 Kantor Kantor Kecamatan Tegal Timur 3,6 10,0 7,7 7,6 5,3 6,8
6 Kantor Kantor Polsek Tegal Timur 35,6 19,6 27,6 23,2 26,5 26,5
Rerata kantor 16,7
7 Fasilitas kesehatan Pustu Kejambon I 15,6 10,0 13,5 14,5 10,2 12,8
Rerata fasilitas kesehatan
(Pustu, puskesmas, klinik) 12,8
Catatan : sampel sekolah tidak ada karena sedang masa libur sekolah

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota x


Tabel 7 Hasil Perhitungan Komposisi Timbulan Sampah Rumah Tangga Kota
Berat Per karakteristik Jenis (kg)

Logam Gelas,
Kertas, Kain,Tekstil, Plastik,
Organik (besi- Kaca,
Karton Bahan Kulit Karet
non besi) Kerami
No Kelurahan Nama Rumah Tangga Sampel
k
1 Kalinyamat Wetan Tutik 1,52 0,15 0,07 0,00 - 0,77
2 Bandung Ruswanto 3,05 0,20 - - - 0,00
3 Bandung Imam 0,17 0,05 0,07 - - 0,58
4 Debong Kidul Sumirah 0,33 0,04 - - - 0,13
5 Tunon Asih 1,88 0,20 0,00 - 0,18 0,50
6 Keturen Nurul Fadilah 0,98 0,13 0,75 - - 0,71
7 Keturen Karsinah 4,00 - - - 0,05 0,30
8 Keturen Wetianingsih 1,89 0,25 0,18 0,04 0,08 0,49
9 Debong Kulon Purwanti 0,03 0,07 0,14 - - 0,09
10 Debong Tengah Bowo 2,35 - 0,10 - - 0,20
11 Debong Tengah Sopan 1,65 0,19 - - 0,05 0,44
12 Randugunting Bambang 0,55 0,07 - 0,08 - 0,20
13 Kejambon Khadijah 0,89 0,18 - - - 0,33
14 Kejambon Mulyati 0,87 0,87 0,82 0,18 - 0,44
15 Slerok Ndari 1,18 0,10 0,13 - - 0,31
16 Slerok Dr. Heri 3,75 0,68 - 0,03 0,27 0,45
17 Panggung Jajuri 0,98 0,05 0,15 0,03 - 0,34
18 Panggung Hartoyo 1,20 0,10 0,50 - - 0,30
19 Mangkukusuman Sutiyah 0,61 0,37 - - - 0,03
20 Mangkukusuman Fatma 1,01 0,05 - - - 0,18
21 Mintaragen Nuraini 0,86 0,10 0,30 - 0,10 0,36
22 Mintaragen Dwi K 1,95 0,26 0,73 0,08 0,25 0,66
23 Pesurungan Kidul Khomariyah 0,96 0,05 0,04 - - 0,36

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota x


Berat Per karakteristik Jenis (kg)

Logam Gelas,
Kertas, Kain,Tekstil, Plastik,
Organik (besi- Kaca,
Karton Bahan Kulit Karet
non besi) Kerami
No Kelurahan Nama Rumah Tangga Sampel
k
24 Debong Lor Nasiyatul 0,56 0,04 - - - 0,07
25 Debong Lor Rohimah 0,61 0,02 - - - 0,17
26 Kemandungan Antonius 0,71 0,06 - - - 0,10
27 Kemandungan Danawi 1,18 0,15 0,44 0,00 - 0,36
28 Pekauman Sopiah 0,45 0,07 0,19 0,00 0,07 0,18
29 Pekauman Rohani 0,46 0,21 0,24 - - 0,21
30 Kraton Nurtoni 1,20 0,08 0,10 0,01 - 0,40
31 Kraton Subandi 1,76 0,08 - - 0,04 0,11
32 Tegalsari Diana 0,63 0,14 0,09 - 0,03 0,18
33 Tegalsari Murtini 0,85 0,15 0,53 0,01 0,15 0,29
34 Muarareja Tutik 0,65 0,18 - - - 0,15
35 Muarareja Kesih 0,09 0,25 - - 0,08 0,17
36 Kaligangsa Syairoh 2,90 0,01 0,05 - 0,04 0,45
37 Kaligangsa Warsinah 1,84 0,11 - - - 0,23
38 Krandon Suhati 1,25 0,05 0,02 0,00 0,13 0,30
39 Krandon Nurohman 0,15 0,20 0,10 - - 0,51
40 Cabawan Sukirno 1,34 0,06 - - - 0,24
41 Cabawan Sulastri 1,70 0,17 0,00 0,00 - 0,42
42 Margadana Sutria 0,03 0,09 - - - 0,20
43 Kalinyamat Kulon Rodiyah 3,26 0,03 0,00 - - 0,14
44 Kalinyamat Kulon Sutemi 0,80 0,15 0,05 - - 0,55
45 Sumurpanggang Khalifah 1,28 0,20 0,15 - - 0,58
46 Sumurpanggang Imam 2,65 0,44 0,05 - - 0,72
47 Pesurungan Lor Ifa 0,23 1,32 0,03 - - 0,35

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota xx


Berat Per karakteristik Jenis (kg)

Logam Gelas,
Kertas, Kain,Tekstil, Plastik,
Organik (besi- Kaca,
Karton Bahan Kulit Karet
non besi) Kerami
No Kelurahan Nama Rumah Tangga Sampel
k
48 Pesurungan Lor Pak Daka 0,73 0,06 - - - 0,16
Rerata (kg) 1,25 0,18 0,12 0,01 0,03 0,32
Persentase 65% 9% 7% 1% 2% 17%
Catatan : 2 sampel tidak bersedia dilakukan survey timbulan

Tabel 8 Hasil Perhitungan Komposisi Timbulan Sampah Non-Domestik Kota Tegal

Berat Per karakteristik Jenis (kg)

Logam Gelas,
Kertas, Kain,Tekstil, Plastik,
Organik (besi- Kaca,
Karton Bahan Kulit Karet
non Kerami
No Jenis Nama Sampel besi) k
1 Toko Indriyani 0,48 0,18 - - - 0,13
2 Toko Zulfikar 1,67 0,18 - 0,00 - 0,30
3 Toko Toko Rahma 5,95 0,50 0,20 - 0,40 1,60
Rerata toko 2,70 0,29 0,07 0,00 0,13 0,68
Persentase 70% 7% 2% 0% 3% 17%
4 Warung Warung Bu Karni 1,42 0,20 0,05 - - 0,43
Rerata warung 1,42 0,20 0,05 - - 0,43
Persentase 68% 10% 2% 0% 0% 20%
5 Kantor Kantor Kecamatan Tegal Timur - 0,83 - - - 0,01
6 Kantor Kantor Polsek Tegal Timur 2,39 1,94 - 0,00 - 0,56
Rerata kantor 1,19 1,38 - 0,00 - 0,29
Persentase 42% 48% 0% 0% 0% 10%
7 Fasilitas kesehatan Pustu Kejambon I 1,98 0,00 - - - 0,04

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota x


Berat Per karakteristik Jenis (kg)

Logam Gelas,
Kertas, Kain,Tekstil, Plastik,
Organik (besi- Kaca,
Karton Bahan Kulit Karet
non Kerami
No Jenis Nama Sampel besi) k

Rerata fasilitas kesehatan (Pustu,


puskesmas, klinik) 1,98 0,00 - - - 0,04
Persentase 98% 0% 0% 0% 0% 2%

Catatan : sampel sekolah tidak ada karena sedang masa libur sekolah

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota xx


DOKUMENTASI SURVEY TIMBULAN SAMPAH KOTA TEGAL

Setelah penimbangan, sampah dimasukkan ke dalam wadah ukur kemudian dihentakkan dan ditekan dengan tujuan pemadatan. Berikutnya dilak
Sampel sampah yang diambil Sampel sampah masih dalam wadah
dari setiap kelurahan plastik ditimbang untuk mengetahui
kemudian dikumpulkan berat awal

Setelah dipisahkan, sampah per Sampel sampah kemudian dipisahkan


komposisi dimasukkan ke dalam wadah sesuai komposisinya yakni sampah
masing masing untuk kemudian organik dan non organik (plastik,
ditimbang beratnya. kaca, kertas, kain, atom).

Sampel sampah kemudian dituang


ke tempat yang mudah untuk
dilakukan tahap selanjutnya, yaknii
pemilahan.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota xx


Sampel sampah
permukiman di
Kelurahan Tegalsari

Sampel sampah
permukiman di
Kelurahan Bandung

SURAT PENGANTAR SURVEY TIMBULAN SAMPAH

DALAM RANGKA PENYUSUNAN MASTERPLAN PERSAMPAHAN KOTA TEGAL TAHUN


2016
Tegal, 2 Juni 2016

Kepada Yth.

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota xxv


Bapak/ Ibu sebagai Sampel Survey Timbulan

Sampah Di - Tempat

Dalam rangka kegiatan penyusunan Masterplan Persampahan Kota Tegal, kami


memohon peran serta Bapak/Ibu/Saudara sebagai sampel untuk survey timbulan sampah.
Survey ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata volume dan berat sampah serta komposisi
jenisnya. Adapun kegiatan survey tersebut dilaksanakan pada tanggal 13 Juni – 20 Juni
2016 dengan mekanisme sebagai berikut:

1. Kami menyediakan kantong plastic ukuran 40 liter yang sudah kami berikan
label/keterangan dan akan kami sampaikan kepada Bapak/Ibu/Saudara.
2. Mohon Bapak/Ibu/Saudara membuang seluruh sampah hasil kegiatan sehari-hari
dalam satu kantong untuk penggunaan satu hari.
3. Petugas kami akan mengambil kantong sampah yang telah terisi sampah dari satu
hari pada pagi hari berikutnya.
4. Dari sampah satu hari tersebut kami akan menghitung volume dan beratnya serta
komposisi jenis sampahnya.
5. Peran serta Bapak/Ibu/Saudara sangat bermanfaat untuk mendapatkan data
sampah Kota Tegal yang akurat sebagai dasar perencanaan pengelolaan sampah
kota.

Atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu/Saudara kami sampaikan terima kasih.

Hormat Kami,

Tim Survey

Contact person : Kartika Tanjung (081390367000); Nurani (085729924312), Furqon


(085642514544)

Penyusunan Dokumen Masterplan Persampahan Kota xx

Anda mungkin juga menyukai