Anda di halaman 1dari 271

PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

1.1. LATAR BELAKANG

P
Pengelolaan sampah suatu kota bertujuan untuk melayani sampah

yang dihasilkan penduduknya, yang secara tidak langsung turut

memelihara kesehatan masyarakat serta menciptakan suatu

lingkungan yang bersih, baik dan sehat. Pada awalnya, pemukiman

seperti pedesaan memiliki kepadatan penduduk yang masih sangat rendah. Secara alami

tanah/alam masih dapat mengatasi pembuangan sampah yang dilakukan secara sederhana

(gali urug). Makin padat penduduk suatu pemukiman atau kota dengan segala aktivitasnya,

sampah tidak dapat lagi diselesaikan di tempat; sampah harus dibawa keluar dari

lingkungan hunian atau lingkungan lainnya. Permasalahan sampah semakin perlu untuk

dikelola secara profesional.

Saat ini pengelolaan persampahan menghadapi banyak masalah terutama akibat semakin

besarnya timbulan sampah yang dihasilkan masyarakat baik produsen maupun konsumen.

Hal ini menjadi semakin berat dengan masih dimilikinya paradigma lama pengelolaan

yang mengandalkan kegiatan pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan; yang

kesemuanya membutuhkan anggaran yang semakin besar dari waktu ke waktu; yang bila

tidak tersedia akan menimbulkan banyak masalah operasional seperti sampah yang tidak

Pendahuluan Bab 1 - 1
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

terangkut, fasilitas yang tidak memenuhi syarat, cara pengoperasian fasilitas yang tidak

mengikuti ketentuan teknis.

Pada akhirnya berbagai masalah tersebut akan bermuara pada rendahnya kuantitas dan

kualitas pelayanan dan tidak diindahkannya perlindungan lingkungan dalam pengelolaan.

Bila hal ini tidak segera dilakukan perbaikan akan berdampak buruk terhadap kepercayaan

dan kerjasama masyarakat yang sangat diperlukan untuk menunjang pelayanan publik yang

mensejahterakan masyarakat. Untuk dapat mengelola sampah pemukiman atau kota yang

sampahnya semakin banyak dengan masalah yang kompleks, diperlukan adanya suatu

sistem pengelolaan yang mencakup lembaga atau institusi yang dilengkapi dengan

peraturan, pembiayaan / pendanaan, peralatan penunjang yang semuanya menjadikan suatu

sistem, di samping kesadaran masyarakat yang cukup tinggi.

Sampah merupakan salah satu isu perkotaan yang perlu mendapatkan perhatian serius dari

seluruh pemangku kepentingan tak terkecuali Pemerintah Kota Bukittinggi. Seiring dengan

bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya aktivitas sosial dan ekonomi

masyarakat mengakibatkan volume sampah, khususnya sampah padat yang dihasilkan

masyarakat terus mengalami peningkatan. Ditambah lagi dengan kondisi Kota Bukittingi

sebagai kota wisata, jasa dan perdagangan, pendidikan dan kesehatan yang menyebabkan

Kota Bukitinggi sering dikunjungi oleh masyarakat luar. Besarnya jumlah kunjungan ke

Kota Bukittinggi menyebabkan melonjaknya volume sampah. Peningkatkan ini tentunya

akan berimplikasi pada peningkatan pelayanan pengelolaan sampah perkotaan yang efektif,

efiesien dan berkelanjutan.

Pendahuluan Bab 1 - 2
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Hingga saat ini, pengelolaan sampah di Kota Bukittinggi masih dilakukan dengan cara-cara

konvensional yang tergolong kurang direkomendasikan dalam jangka panjang. Sampah-

sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga dikumpulkan tanpa melalui tahap pemisahan

jenis sampah terlebih dahulu. Sampah ini selanjutnya di bawa ke TPS (Tempat

Penampungan Sementara) di tingkat RW, Kelurahan maupun Kecamatan; sebelum

diangkut ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir). Padahal idealnya TPA digunakan sebagai

tempat penampungan akhir dari sampah-sampah yang tidak bisa diolah kembali (di daur

ulang atau dikonversikan menjadi energi). Namun dalam konteks pengelolaan sampah di

Kota Bukittinggi, TPA masih digunakan sebagai tempat untuk menampung seluruh

sampah padat perkotaan yang dihasilkan oleh masyarakat.

Menurut Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan,

pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas

lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pemerintah Pusat dan

Pemerintahan Daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik

dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang ini. Keterbatasan lahan menjadi permasalahan utama bagi Kota Bukittinggi dalam

melakukan pengelolaan sampah. Mengatasi permasalahan ini Kota Bukittinggi sejak tahun

2013 telah melakukan pembuangan sampah ke TPA Regional yang terletak di Kota

Payakumbuh yang pengelolaannya memakai sistem Sanitary landfill.

Pembuangan sampah ke TPA Regional dalam pelaksanaannya masih menemui berbagai

kendala seperti belum siapnya sarana prasarana penunjang ke lokasi TPA, kurangnya

armada truk pengangkut sampah yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Bukittinggi, serta

Pendahuluan Bab 1 - 3
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

membengkaknya anggaran untuk pengelolaan sampah. Hal ini menuntut Pemerintah Kota

Bukittinggi harus mencari solusi terbaik agar pengelolaan sampah benar-benar efektif dan

efisien serta ramah lingkungan.

Kota Bukittinggi belum memiliki data persampahan yang akurat dan valid. Sehingga hal

ini berimplikasi pada terkendalanya penyusunan dan pengambilan keputusan yang tepat

dalam menangani persoalan sampah. Untuk mewujudkan konsep pengelolaan sampah yang

ideal di Kota Bukittinggi maka diperlukan suatu perencanaan umum atau strategi yang

diharapkan menjadi acuan dalam pengelolaan sampah di Kota Bukittinggi. Sesuai dengan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI Nomor 03/PRT/M/2013, perencanaan umum

penyelenggaraan pengelolaan sampah untuk kota sedang dan kecil disusun dalan bentuk

perencanaan teknis dan manajemen persampahan. Dimana di dalamnya memuat gambaran

umum kondisi kota/kawasan, wilayah dan tingkat pelayanan, program dan kegiatan

penanganan sampah, rencana penanganan sampah, program prioritas, tahapan pelaksanaan,

aspek pengaturan dan kelembagaan, pembiayaan dan peran serta masyarakat dan swasta.

Pelaksanaan perencanaan tersebut nantinya diharapkan menghasilkan suatu pedoman

teknis (Standard Operational Procedure/ SOP) pengelolaan sampah di Kota Bukitinggi.

Lebih lanjut, pedoman ini kemudian menjadi acuan bagi pemerintah kota bersama seluruh

stakeholders, untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan sampah sehingga akan terwujud

kejelasan tanggung jawab di dalam pengelolaan sampah. Perlunya kejelasan tanggung

jawab ini, agar dikemudian hari tidak terjadi persoalan-persoalan antara pemerintah,

masyarakat, dan dunia usaha terkait hak dan kewajiban di dalam pengelolaan sampah.

Pendahuluan Bab 1 - 4
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Berdasarkan hal tersebut di atas Pemerintah Kota Bukittinggi telah menganggarkan dana

APBD melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan pada tahun 2014 untuk menyusun

Perencanaan Teknis Manajemen Pesampahan/Masterplan yang merupakan salah satu

bentuk tanggung jawab dan keseriusan pemerintah kota dalam menjamin terselenggaranya

pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai amanat Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan.

1.2. DASAR HUKUM

Dasar hukum Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan ini antara lain :

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2001 tentang Perumahan dan Permukiman

2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Sumber Daya Air

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2008 tentang Amdal dan Lingkungan Hidup

5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup.

7. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem

Penyediaan Air Minum.

8. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan

Ruang.

9. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah

Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga

Pendahuluan Bab 1 - 5
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan

Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan.

11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan

Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan

Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

12. Peraturan Daerah Kota Bukittinggi Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) Kota Bukittinggi Tahun 2010 - 2030

13. Peraturan Daerah Kota Bukittinggi Nomor 8 Tahun 2006, tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Bukittinggi Tahun 2006-2025.

14. Peraturan Daerah Kota Bukittinggi Nomor 13 Tahun 2011, tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bukittinggi Tahun 2011-

2015.

15. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Retribusi Pelayanan

Persampahan/Kebersihan.

16. Peraturan Walikota Bukittinggi no 37 tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksana

Pemungutan Retribusi Pelayanan Persampahan

1.3. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

Maksud

Maksud dari pembuatan Perencanaan Teknis Managemen Persampahan / Masterplan Kota

Bukittinggi adalah tersedianya suatu dokumen perencanaan yang merupakan dasar

kebijakan dan strategi pengelolaan persampahan di Kota Bukittinggi untuk jangka waktu

20 tahun. Dengan demikian penyelenggaraan pengelolaan persampahan dapat dilakukan

secara terencana, terarah, dan terpadu dengan rencana pembangunan daerah.

Pendahuluan Bab 1 - 6
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tujuan

Tujuan Penyusunan Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan/Masteplan Kota

Bukittinggi ini adalah :

1. Mengetahui kondisi eksisting pengelolaan persampahan di Kota Bukittinggi.

2. Mengidentifikasi permasalahan pengelolaan persampahan di Kota Bukittinggi

3. Menganalisis sistem pengelolaan sampah agar dapat menjadi panduan sistem

pengelolaan sampah yang sehat dan memenuhi kaidah nasional dalam pengelolaan

persampahan.

4. Menyusun skenario rencana program pengembangan strategi pengelolaan

persampahan baik jangka pendek, menengah dan jangka panjang meliputi: kelayakan

teknis, sosial ekonomi, keuangan, aspek pengaturan, kelembagaan, pembiayaan dan

peran serta masyarakat, guna mengurangi volume/timbulan sampah ke TPA Regional.

5. Menyusun Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Sampah Perkotaan Kota Bukittinggi

Sebagai pedoman teknis bagi pemerintah Kota Bukittinggi agar dapat memiliki

perencanaan teknis dan managemen persampahan yang dapat dijadikan panduan untuk

percepatan pembenahan sistem pengelolaan persampahan.

Sasaran

Sasaran penyusunan Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan/Masteplan Kota

Bukittinggi ini adalah :

1. Tersedianya konsep perencanaan teknis dan manajemen pengelolaan persampahan

2. Tersedianya dokumen teknis penyelenggaraan PSP mencakup gambar rencana detail,

Pendahuluan Bab 1 - 7
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

rencana anggaran, SOP dan kebutuhan PSP

3. Tersedianya perencanaan dan mekanisme peningkatan kapasitas kelembagaan

penyelenggara PSP

4. Tersedianya konsep rancangan kebutuhan dana investasi dan operasional selama 5

(lima) tahun kedepan berikut konsep perhitungan tarif retribusi yang perlu dibayar

masyarakat.

5. Tersedianya konsep intensifikasi kebersihan berupa konsep reduksi sampah,

penggunaan kembali dan daur ulang (3R/ Reuse, Reduce, Recycle)

6. Tersedianya opsi konsep manajemen multi institusi pengelolaan kebersihan

7. Teridentifikasinya kebutuhan materi pengaturan untuk bahan masukan perda.

8. Tersedianya konsep, jenis, bentuk dan pola peran serta masyarakat, berikut teknik,

metode dan materi penyuluhan serta pendidikan masyarakat.

1.4. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan Penyusunan Perencanaan Teknis Manajemen Persamapahan Kota

Bukittinggi ini sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja meliputi :

1. Rencana Umum Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan/Masterplan meliputi :

a. Evaluasi kondisi kota/kawasan dan rencana pengembangannya, yang bertujuan

untuk mengetahui karakteristik, fungsi strategis dan konteks regional nasional

kota/kawasan yang bersangkutan.

Pendahuluan Bab 1 - 8
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

b. Evaluasi kondisi eksisting penanganan sampah meliputi aspek institusi, teknis

operasional, pembiayaan, peraturan dan peran serta masyarakat serta swasta

2. Rencana penanganan sampah mengedepankan pengurangan sampah yang dibawa ke

TPA, SPA (Stasiun Peralihan Antara) dan TPST (Tempat Pengolahan Sampah

Terpadu), pemanfaatan sampah sebagai sumber daya melalui kegiatan 3R, pewadahan,

pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah.

3. Program dan Kegiatan Pengembangan, yang mengkaji prioritas penanganan sampah

yang disusun berdasarkan hasil evaluasi terhadap permasalahan yang ada dan

kebutuhan pengembangan dimasa depan. Program dan kegiatan ini memuat rencana

penanganan sampah setiap 5 (lima) tahun selama 20 (dua puluh) tahun.

4. Rencana alokasi lahan transfer depo, TPS 3R yang berlokasi di Kelurahan Aur

Kuning, transfer depo dan SPA yang berlokasi di Talao. Rencana alokasi lahan TPS

3R dan SPA mencakup gambar rencana detail (DED), rencana anggaran, SOP

termasuk prasarana pendukung seperti jalan, drainase, fasilitas penanganan

lindih/leachet, dan prasarana penunjang lainnya.

5. Rencana pembiayaan dan pola investasi berupa indikasi besar biaya tingkat awal,

sumber, dan pola pembiayaan. Perhitungan biaya tingkat awal mencakup seluruh

komponen pekerjaan perencanaan, pekerjaan konstruksi, pajak, pembebasan tanah,

dan perizinan.

6. Rencana pengembangan kelembagaan ;

Perencanaan program peningkatan kelembagaan yang memisahkan peran operator dan

regulator. Rencana pengembangan organisasi penyelenggara/operator meliputi

Pendahuluan Bab 1 - 9
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

struktur organisasi dan penempatan personil sesuai dengan latar belakang

pendidikannya.

7. Rencana Pengembangan Peraturan ;

Rencana pengembangan peraturan daerah diperlukan dalam rangka menjalankan

amanah peraturan perundang-undangan tentang persampahan, seperti perlu adanya

perda tentang K3 dengan kajian materi muatan yang disesuaikan dengan kondisi

daerah. Rencana pengembangan peraturan ini melahirkan draft ranperda ranperda

yang dibutuhkan dalam pengelolaan persampahan.

8. Perencanaan sarana dan prasarana persampahan sesuai kebutuhan pelayanan dengan

mengedepankan pemanfaatan sampah dan meningkatkan kualitas TPA, TPST, SPA

melalui penerapan teknologi ramah lingkungan. Perencanaan sarana dan prasarana

persampahan dituangkan dalam peta kebutuhan sarana dan prasarana persampahan

dengan penentuan titik koordinat penempatan sarana dan prasarana persampahan

dengan memperhatikan estetika kota.

9. Perencanaan pelayanan pengumpulan dan pengangkutan sampah bagi masyarakat di

wilayah pelayanan dengan biaya retribusi yang terjangkau oleh masyarakat. Sasaran

pelayanan pada tahap awal, prioritas harus ditujukan pada kawasan yang telah

mendapatkan pelayanan saat ini, kawasan berkepadatan tinggi serta kawasan strategis.

Setelah itu prioritas pelayanan diarahkan pada kawasan pengembangan. Kebutuhan

pelayanan berdasarkan proyeksi penduduk, proyeksi timbulan sampah, dan kebutuhan

prasarana dan sarana persampahan yang diproyeksikan setiap interval 5 (lima) tahun

selama periode perencanaan 20 (dua puluh) tahun.

Pendahuluan Bab 1 - 10
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

10. Perencanaan Pengembangan Peran Serta Masyarakat. Dalam perencanaan

pengembangan peran serta masyarakat dibutuhkan konsep, bentuk dan pola peran serta

masyarakat dengan teknik, metode dan materi yang sesuai. Seperti pada program

kampanye dan edukasi secara berkesinambungan untuk meningkatkan peran serta

masyarakat dalam kegiatan 3R.

11. Rencana pasca penutupan TPA dengan melakukan kajian biaya/keuangannya.

Pendahuluan Bab 1 - 11
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

2.1. ASPEK TEKNIS

2.1.1. Sumber dan Pewadahan Sampah

Kebijakan pengurangan sampah semaksimal mungkin

. dimulai dari sumbernya. Pengurangan sampah dari

sumbernya merupakan aplikasi pengelolaan sampah

paradigma baru yang tidak lagi bertumpu pada end of pipe

system, dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang harus diangkut dan dibuang

ke TPA dan memanfaatkan semaksimal mungkin material yang dapat di daur ulang.

Pengurangan sampah tersebut selain dapat menghemat lahan TPA juga dapat mengurangi

jumlah angkutan sampah dan menghasilkan kualitas bahan daur ulang yang cukup baik

karena tidak tercampur dengan sampah lain. Potensi pengurangan sampah di sumber dapat

mencapai 50 % dari total sampah yang dihasilkan.

Strategi yang diterapkan:

1. Meningkatkan pemahaman masyarakat akan upaya 3R (Reduce-Reuse-Recycle) dan

pengamanan sampah B3 (Bahan Buangan Berbahaya) rumah tangga

2. Mengembangkan dan menerapkan sistem insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan 3R

3. Mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian & perdagangan

Tinjauan Kebijakan dan Strategi Persampahan Bab 2 - 1


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

2.1.2. Sistem Pengumpulan dan Pengangkutan

Kebijakan Sistem Pengumpulan dan Pengangkutan :

1. Pengumpulan sampah dari sumber dilakukan secara langsung dengan alat angkut

(untuk sumber sampah besar atau daerah yang memiliki kemiringan lahan cukup

tinggi) atau tidak langsung dengan menggunakan gerobak (untuk daerah teratur) dan

secara komunal oleh masyarakat sendiri (untuk daerah tidak teratur).

2. Pengangkutan secara langsung dari setiap sumber harus dibatasi pada daerah

pelayanan yang tidak memungkinkan cara operasi lainnya atau pada daerah

pelayanan tertentu berdasarkan pertimbangan keamanan maupun estetika dengan

memperhitungkan besarnya biaya operasi yang harus dibayar oleh pengguna jasa.

Strategi yang diterapkan:

1. Pemindahan sampah dari alat pengumpul (gerobak) ke alat angkut (truk) dilakukan di

transfer depo atau container untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan.

2. Lokasi pemindahan harus dekat dengan daerah pelayanan atau radius 500 m.

3. Pemindahan skala kota ke stasiun transfer diperlukan bila jarak ke lokasi TPA lebih

besar dari 25 km.

4. Jenis truk yang digunakan minimal dump truck yang memiliki kemampuan

membongkar muatan secara hidrolis, efisien dan cepat.

5. Penggunaan arm roll truck dan compactor truck harus mempertimbangkan

kemampuan pemeliharaan.

Tinjauan Kebijakan dan Strategi Persampahan Bab 2 - 2


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

2.1.3. Sistem Pengolahan dan Pengelolaan Persampahan

Kebijakan Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan :

Tingkat pelayanan yang 40% pada saat ini menyebabkan banyak dijumpai TPS yang tidak

terangkut dan masyarakat yang membuang sampah ke lahan kosong/sungai. Banyak

anggota masyarakat yang tidak mendapatkan pelayanan pengumpulan sampah secara

memadai. Sementara itu berbagai komitmen internasional sudah disepakati untuk

mendorong peningkatan pelayanan yang lebih tinggi kepada masyarakat. Sasaran

peningkatan pelayanan nasional pada tahun 2015 yang mengarah pada pencapaian 70%

penduduk juga telah ditetapkan bersama.

Strategi yang diterapkan:

1. Optimalisasi pemanfaatan prasarana dan sarana persampahan.

2. Meningkatkan cakupan pelayanan secara terencana dan berkeadilan.

3. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan.

4. Melaksanakan rehabilitasi TPA yang mencemari lingkungan.

5. Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah sanitary landfill.

6. Meningkatkan Pengelolaan TPA Regional.

7. Penelitian, pengembangan, dan aplikasi teknologi penanganan persampahan tepat

guna dan berwawasan lingkungan.

Tinjauan Kebijakan dan Strategi Persampahan Bab 2 - 3


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

2.2. Aspek Kelembagaan

Kebijakan pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan :

Motor penggerak pengelolaan persampahan adalah institusi yang diberi kewenangan untuk

melaksanakan seluruh aspek manajemen untuk menghasilkan kualitas pelayanan

persampahan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Untuk itu diperlukan suatu

kebijakan yang mendukung perkuatan kapasitas kelembagaan pengelola persampahan.

Perkuatan kelembagaan tersebut ditinjau dari bentuk institusi yang memiliki kewenangan

yang sesuai dengan tanggung jawabnya, memiliki fungsi perencanaan, pelaksanaan dan

pengendalian serta didukung oleh tenaga yang terdidik dibidang manajemen persampahan.

Banyak kelemahan masih dilakukan oleh hampir semua pemangku kepentingan

persampahan dan belum ada langkah-langkah strategis untuk menyelesaikannya. Beberapa

kelemahan tersebut misalnya dapat dilihat pada beberapa contoh berikut: Pengelola

Kebersihan (Pemerintah Daerah) belum mengangkut sampah dari TPS sesuai ketentuan;

atau mengoperasikan pembuangan sampah secara open dumping. Masyarakat juga

memiliki andil kelemahan misalnya dalam hal tidak membayar retribusi sesuai ketentuan,

atau membuang sampah sembarangan. Legislatif belum menyediakan anggaran sesuai

kebutuhan minimal yang harus disediakan. Pemerintah Pusat belum mampu menyediakan

ketentuan peraturan secara lengkap, dan lain-lain.

Tinjauan Kebijakan dan Strategi Persampahan Bab 2 - 4


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Untuk mengatasi hal tersebut maka sangat diperlukan adanya kebijakan agar aturan-aturan

hukum dapat disediakan dan diterapkan sebagaimana mestinya untuk menjamin semua

pemangku kepentingan melaksanakan bagian masing-masing secara bertanggung jawab.

Strategi yang diterapkan

1. Meningkatkan Status dan kapasitas institusi pengelola

Peningkatan bentuk institusi pengelola persampahan menjadi setingkat “Dinas” atau

“Perusahaan Daerah” untuk kota besar dan metropolitan didasarkan pada kebutuhan

manajemen untuk menyelesaikan masalah persampahan yang sudah cenderung lebih

komplek. Sedangkan untuk kota sedang dan kota kecil diperlukan institusi setingkat

"Sub Dinas" atau "Seksi" atau "UPT" (Unit Pelaksana Teknis).

2. Meningkatkan kinerja institusi pengelola persampahan.

3. Memisahkan fungsi regulator dan operator.

4. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemangku kepentingan lain.

5. Meningkatkan kualitas SDM.

6. Mendorong pengelolaan kolektif atas penyelenggaraan persampahan skala regional.

7. Meningkatkan kelengkapan produk hukum/NPSM sebagai landasan dan acuan

pelaksanaan pengelolaan persampahan.

8. Mendorong penerapan sistem pengawasan dan penerapan sanksi hukum secara

konsisten dalam rangka pembinaan aparat, masyarakat dan pemangku kepentingan

lainnya.

Tinjauan Kebijakan dan Strategi Persampahan Bab 2 - 5


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

2.3. Aspek Pembiayaan

Kebijakan pengembangan alternatif sumber pembiayaan :

Pengelolaan persampahan memang bagian dari pelayanan publik yang harus disediakan

oleh pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat. Namun demikian pengelolaan

persampahan juga merupakan tanggung jawab masyarakat untuk menjaga

keberlanjutannya. Sharing dari masyarakat sangat diperlukan untuk menjaga agar

pelayanan pengelolaan persampahan dapat berlangsung dengan baik dan memenuhi

kebutuhan masyarakat. Salah satu bentuk sharing dari masyarakat adalah melalui

pembayaran retribusi kebersihan yang diharapkan mampu mencapai tingkat yang dapat

membiayai dirinya sendiri.

Pemerintah perlu melakukan langkah-langkah investasi untuk menyediakan kebutuhan

prasarana dan sarana yang memadai untuk mewujudkan pelayanan tersebut; dan

masyarakat secara bertahap memberikan kontribusi untuk membiayai pelaksanaan

pengelolaannya.

Strategi yang diterapkan :

1. Penyamaan persepsi para pengambil keputusan

2. Mendorong peningkatan pemulihan biaya persampahan

Tinjauan Kebijakan dan Strategi Persampahan Bab 2 - 6


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

2.4. Aspek Peran Serta Masyarakat

Kebijakan peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra

pengelolaan :

Untuk melaksanakan pengurangan sampah di sumber dan meningkatkan pola-pola

penanganan sampah berbasis masyarakat, diperlukan perubahan pemahaman bahwa

masyarakat bukan lagi hanya sebagai obyek tetapi lebih sebagai mitra yang mengandung

makna kesetaraan. Tanpa ada peran aktif masyarakat akan sangat sulit mewujudkan kondisi

kebersihan yang memadai.

Di samping masyarakat, pihak swasta / dunia usaha juga memiliki potensi yang besar untuk

dapat berperan serta menyediakan pelayanan publik ini. Beberapa pengalaman buruk

dimasa lalu yang sering membebani dunia usaha sehingga tidak berkembang perlu

mendapatkan upaya-upaya perbaikan. Swasta jangan lagi dimanfaatkan bagi kepentingan

lain, tetapi perlu dilihat sebagai mitra untuk bersama mewujudkan pelayanan kepada

masyarakat sehingga kehadirannya sangat diperlukan.

Strategi yang diterapkan:

1. Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini melalui pendidikan

bagi anak usia sekolah

2. Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan kepada masyarakat

umum

Tinjauan Kebijakan dan Strategi Persampahan Bab 2 - 7


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

3. Meningkatkan pembinaan masyarakat khususnya kaum perempuan dalam pengelolaan

sampah

4. Mendorong pengelolaan sampah berbasis masyarakat

5. Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi dunia usaha/swasta

2.5. Konsep Pengelolaan Sampah Menggunakan Zero Waste

Menurut U.S Environmental Protection Agency (EPA) (1996), zero waste merupakan

sistem terpadu terdiri dari beberapa elemen yang mencakup pengurangan sampah dari

sumber, daur ulang, pembakaran sampah dan penimbunan sampah landifilling.

Undang-undang RI nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menegaskan

bahwa pengelolaan sampah harus dilakukan secarah komprehensif sejak hulu sampai

hilir. Pada tingkat perumahan atau kelurahan, dilakukan kegiatan pengurangan sampah

melalui program 3R. Dalam pengelolaan menuju zero waste, proses pemilahan dan

pengolahan harus dilaksanakan di sumber sampah, baik bersamaan maupun secara

berurutan dengan pewadahan sampah.

Pengelolaan sampah diawali dari lokasi timbulan sampah atau produsen sampah.

Sampah dipisah antara sampah organik dan sampah nonorganik, dan ditempatkan pada

wadah sampah yang berbeda. Sampah organik untuk diproses menjadi kompos,

sedangkan sampah nonorganik biasanya dimanfaatkan untuk didaur ulang maupun

dimanfaatkan kembali. Proses selanjutnya baik pengumpulan, pemindahan maupun

Tinjauan Kebijakan dan Strategi Persampahan Bab 2 - 8


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

pengangkutan sampah yang telah terpilah diusahakan jangan tercampur kembali. Upaya

ini untuk meningkatkan efisiensi pengolahan sampah.

Dalam penerapan konsep zero waste, sistem terpadu yang ditangani hanya sebatas hingga

proses pengolahan sampah, sehingga penggunaan lahan di TPA dapat dikurangi atau

ditiadakan. Dengan adanya pemilahan sampah dalam sistem pengumpulan akan

mengurangi beban pada sistem pengelolaan secara keseluruhan, sehingga akan terjadi

pengurangan biaya pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan sampah.

2.5.1. Pengomposan

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan

organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba

dalam kendisi lingkungan yang hangat, lembab dan aerobik atau anaerobik. Pengomposan

merupakan bentuk stabilisasi dari limbah padat organik yang membutuhkan kondisi

khusus yaitu kelembaban dan aerasi untuk menghasilkan temperatur termofilik.

Temperatur termofilik berada diatas 113°F .(45° C).

Secara umum, tujuan pengomposan adalah :

1. Mengubah bahan organik yang terurai secara alami menjadi bahan yang secara

biologi bersifat stabil dan dapat mengurangi volume asli dari sampah.

2. Bila proses pembuatannya sesara aerob, maka proses ini akan m embunuh bakteri

pathogen, telur, serangga dan mikroorganisme yang terdapat dalam limbah padat

kota.

3. Menghasilkan produk yang dapat digunakan untuk mendukung pertumbuhan

tanaman dan memperbaiki sifat tanah.

Tinjauan Kebijakan dan Strategi Persampahan Bab 2 - 9


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Sampah yang dapat dikomposkan adalah limbah organik rumah tangga, sampah-

sampah organik pasar, kertas dalam jumlah kecil, limbah peternakan, limbah

pertanian dan sebagainya.

Jenis sampah organik yang bisa diolah menjadi kompos antara lain sampah sayur

baru, sisa sayur basi, sisa nasi, sisa ikan, ayam, kulit telur dan sampah buah tetapi

tidak termasuk kulit buah yang keras.

2.5.2 Daur Ulang

Daur ulang atau recycle adalah proses untuk menjadikan suatu barang bekas atau

sampah menjadi barang baru yang bemilai ekonomis. Manfaat ekonomi daur ulang adalah

mengurangi biaya pembuangan akhir sampah kota, terutama karena semakin terbatasnya

lahan untuk landfill.

Secara umum sampah terdiri dari sampah organik dan nonorganik. Sampah nonorganik

adalah sampah yang tersusun dari senyawa anorganik dan yang berasal dari sumber daya

alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi atau dari proses industri. Sampah

jenis ini dapat didaur ulang menjadi suatu barang baru atau bahan baku prosuk lainnya,

Daur ulang merupakan salah satu bentuk pengolahan sampah yang utama terdiri dari

aplikasi 3R yaitu recycle.

Tinjauan Kebijakan dan Strategi Persampahan Bab 2 - 10


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

3.1. KONDISI FISIK

3.1.1. Geografis

.
Secara geografis Kota Bukittinggi dibatasi oleh wilayah

yang semuanya berada di bawah pemerintahan Kabupaten

Agam dan terletak antara 100020’ – 100025’ BT dan

00016’ – 00020’ LS. Kota Bukittinggi memiliki luas

wilayah 25,239 km2 berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1956 tentang

Pembentukan Daerah Otonom Kota Besar Dalam Lingkungan Daerah Sumatera Tengah.

Batas wilayah Kota Bukittinggi adalah sebagai berikut :

Utara : Berbatasan dengan Nagari Gadut dan Kapau Kecamatan Tilatang

Kamang Kabupaten Agam

Selatan : Berbatasan dengan Nagari Kubang Putih dan Nagari Taluak IV Suku

Kecamatan Banuhampu Kabupaten Agam

Barat : Berbatasan dengan Dengan Nagari Sianok, Guguk dan Koto Gadang

Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam

Timur : Berbatasan dengan Nagari Tanjung Alam dan Nagari Ampang Gadang

Kecamatan IV Angkat Kabupaten Agam

Gambaran Umum Kota Bukittinggi Bab 3 - 1


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Secara administrasi Kota Bukittinggi terdiri atas 3 (tiga) kecamatan dan 24 kelurahan,

yaitu:

1. Kecamatan Guguk Panjang dengan luas areal 6,831 km2 (683,10 ha) atau 27,06 % dari

total luas Kota Bukittinggi yang meliputi 7 kelurahan.

2. Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dengan luas areal 12,156 km2 (1.215,60 ha)

atau 48 % dari total luas Kota Bukittinggi yang meliputi 9 kelurahan.

3. Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh dengan luas areal 6,252 km2 (625,20 ha) atau

24,77% dari total luas Kota Bukittinggi yang meliputi 8 kelurahan.

Peta Administrasi Kota Bukittinggi dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambaran Umum Kota Bukittinggi Bab 3 - 2


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 3.1

Peta Administrasi Kota Bukittinggi

Gambaran Umum Kota Bukittinggi Bab 3 - 3


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Rincian luas Kota Bukittinggi per kelurahan dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut

Tabel 3.1 Luas Wilayah Kota Bukittinggi Per Kelurahan


Luas & Persentase Terhadap Kota
No. Kecamatan/Kelurahan
(Ha) (%)

I GUGUK PANJANG 683,10 27,07

1. Bukit Cangang K. Ramang 47,00 1,86

2. Tarok Dipo 148,00 5,86

3. Pakan Kurai 87,00 3,45

4. Aur Tajungkang T. Sawah 69,00 2,73

5. Benteng Pasar Atas 56,00 2,22

6. Kayu Kubu 91,00 3,61

7. Bukit Apit Puhun 185,10 7,33

II MANDIANGIN KOTO SELAYAN 1.215,60 48,16

1. Pulai Anak Air 88,20 3,49

2. Koto Selayan 73,00 2,89

3. Garegeh 65,00 2,58

4. Manggis Ginting 65,10 2,58

5. Campago Ipuh 139,30 5,52

6. Puhun Tembok 71,00 2,81

7. Puhun Pintu Kabun 361,00 14,30

8. Kubu Gulai Bancah 181,00 7,17

Gambaran Umum Kota Bukittinggi Bab 3 - 4


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Luas & Persentase Terhadap Kota


No. Kecamatan/Kelurahan
(Ha) (%)

9. Campago Guguk Bulek 172,00 6,81

III AUR BIRUGO TIGO BALEH 625,20 24,77

1. Belakang Balok 50,40 2,00

2. Sapiran 25,70 1,02

3. Birugo 94,00 3,72

4. Aur Kuning 90,00 3,57

5. Pakan Labuah 118,00 4,68

6. Kubu Tanjung 91,10 3,61

7. Ladang Caklah 74,00 2,93

8. Parit Antang 82,00 3,25

JUMLAH 2.523,90 100,00

Sumber : RTRW Kota Bukittinggi, 2010

3.1.2. Topografi

Kota Bukittinggi terletak pada ketinggian antara 780-950 m diatas permukaan laut yang

memiliki kondisi topografi yang beragam yaitu relatif datar, berbukit-bukit dan di beberapa

kawasan memiliki keterjalan hampir vertikal seperti di kawasan sepanjang Ngarai Sianok.

Beberapa wilayah yang relatif berbukit terletak sekitar Kelurahan Benteng Pasar Atas,

Kelurahan Campago Ipuh, Kelurahan Kubu Gulai Bancah dan Kelurahan Pulai Anak Air.

Gambaran Umum Kota Bukittinggi Bab 3 - 5


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Wilayah yang relatif curam terdapat di sepanjang Ngarai Sianok yang membentang dari

Utara sampai bagian Selatan di sebelah Barat Kota Bukittinggi. Daya dukung tanah di

wilayah berbukit dan curam di sekitar Ngarai ini relatif kurang stabil dan dapat

menimbulkan longsor.

Tabel 3.2
Kemiringan Lahan/Lereng Wilayah Kota Bukittinggi

Kecamatan
Jumlah
No Lereng ABTB % GP % MKS % %
(ha)
(ha) (ha) (ha)
1 0–2% 430,22 68,81 369,77 54,313 584,27 49,06 1384,26 54,59

2 3–8% 88,57 14,17 96,70 14,16 71,47 5,88 256,74 9,79

3 9 – 15 % 25,60 4,09 52,95 7,75 180,63 14,86 259,18 10,60

4 16 – 25% 9,73 1,56 23,66 3,46 94,74 7,79 128,13 5,27

5 26 – 40 % 4,86 0,78 29,93 4,38 73,75 6,07 108,54 4,37

6 > 40 % 66,22 10,59 110,09 16,12 210,75 17,34 387,05 15,38

Jumlah 625,20 100 683,10 100 1215,60 100 2523,90 100

Sumber: RTRW Kota Bukittinggi, 2010

Keterangan : ABTB = Air Birugo Tigo Baleh


GP = Guguk Panjang
MKS = Mandiangin Koto Selayan

Peta Topografi Kota Bukittinggi dapat dilihat pada gambar 3.2 dan Peta Kelerengan Kota

Bukittinggi dapat dilihat pada gambar 3.3.

Gambaran Umum Kota Bukittinggi Bab 3 - 6


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 3.2

Peta Topografi Kota Bukittinggi

Gambaran Umum Kota Bukittinggi Bab 3 - 7


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 2.3

Peta Kelerengan Kota Bukittinggi

Gambaran Umum Kota Bukittinggi Bab 3 - 8


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

3.1.3. Hidrologi

Tipologi hidrologi wilayah Kota Bukittinggi merupakan tipologi wilayah aliran pada

dataran tinggi. Mayoritas merupakan daerah hulu sungai (up stream) dengan pola

Dendrtik, aliran air yang relatif deras. Selain itu kondisi kelerengan Kota Bukittinggi yang

banyak membentuk aliran-aliran air (raven) menyebabkan banyak terjadi penyusupan air

melalui aliran bawah tanah.

Permunculan air tanah (mata air) yang berasal dari satuan tufa batu apung banyak terdapat

di kaki Gunung Singgalang dan Gunung Merapi, yaitu di daerah dataran timur laut Kota

Bukittinggi, diantaranya mata air Sungai Tanang (150 l/detik) dan mata air Cingkariang

(150 l/detik).

Peta Hidrologi Kota Bukittinggi dapat dilihat pada gambar 3.4.

Gambaran Umum Kota Bukittinggi Bab 3 - 9


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 3.4

Peta Hidrologi Kota Bukittinggi

Gambaran Umum Kota Bukittinggi Bab 3 - 10


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

3.1.4. Tata Guna Lahan

Dari pengamatan fisik dapat diindikasikan struktur ruang kota dalam kategori

komponen kegiatan fungsional kota :

a. Kawasan pusat kota yang merupakan konsentrasi kegiatan perdagangan,

pemerintahan dan perkantoran, pelayanan kegiatan sosial dan pariwisata dengan

lingkup pelayanan nasional, regional wilayah kota dan daerah pinggiran. Kegiatan ini

berada di Kelurahan Benteng Pasar Atas, Aur Tajungkang Tengah Sawah, Kayu Kubu,

Bukit Cangang Kayu Ramang, Tarok Dipo, Belakang Balok, Birugo, serta Aur

Kuning.

b. Kawasan pariwisata dan kegiatan pendukungnya yaitu sepanjang Ngarai Sianok, dari

Panorama Lama sampai ke Panorama Baru dan Benteng.

c. Kawasan perumahan yang menyebar dengan intensitas yang semakin tinggi ke arah

pusat kota. Bagian timur dan tenggara kota merupakan daerah perkembangan

permukiman yang antara lain di Kelurahan Birugo, Aur Kuning, Kubu Tanjung,

Ladang Cakiah, Parit Antang, dan Koto Selayan.

d. Kawasan pertanian yang berkembang pada kawasan timur dan tenggara kota yang

besaran lahannya semakin menyusut karena beralih fungsi menjadi lahan

permukiman.

Perkembangan fisik ruang kota dari awal hingga mencapai besaran luas seperti sekarang

berawal dari lingkungan pusat kota meliputi Benteng Fort de Kock, Pasar Atas dan Pasar

Bawah. Perkembangan ke arah utara, selatan dan timur mengikuti pola jaringan jalan

utama yaitu poros jalan Medan - Bukittinggi - Padang dan poros jalan Bukittinggi -

Gambaran Umum Kota Bukittinggi Bab 3 - 11


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Pekanbaru. Struktur Kota Bukittinggi yang bersifat konsentrik cenderung mengarah ke

pola pembauran sektoral yang terintegrasi tanpa zonasi yang jelas batasnya. Terjadi

pemusatan kegiatan-kegiatan utama seperti kegiatan perdagangan, perkantoran, perhotelan

dan kepariwisataan, pendidikan, dan kesehatan dengan konsentrasi tinggi pada pusat

kota. Peta tata guna lahan Kota Bukittinggi dapat dilihat pada Gambar 3.5 berikut.

Gambaran Umum Kota Bukittinggi Bab 3 - 12


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 3.5
Peta Tata Guna Lahan Kota Bukittinggi

Gambaran Umum Kota Bukittinggi Bab 3 - 13


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

3.1.5. Tata Ruang Wilayah

Struktur ruang Kota Bukittinggi eksisting sebagian besar terbentuk dari kegiatan-kegiatan

yang bersifat perkotaan dan sebagian kecil bersifat perdesaan yang merupakan lahan-lahan

pertanian serta kegiatan kepariwisataan dan jaringan jalan kota. Kegiatan perkotaan yang

mempunyai jangkauan pelayanan wilayah (regional) berupa fasilitas perdagangan, fasilitas

kesehatan, fasilitas pendidikan dan fasilitas perkantoran/ pemerintahan, sedangkan

kegiatan-kegiatan kepariwisataan di Kota Bukittinggi memiliki tingkat pelayanan

internasional, nasional maupun regional antara lain berupa fasilitas akomodasi (hotel

berbintang), gedung konferensi, pelayanan jasa kepariwisataan yang mengkaitkan objek-

objek wisata baik yang berada di dalam kota ataupun yang terletak di luar kota dan daerah

lain di Provinsi Sumatera Barat.

Gambaran Umum Kota Bukittinggi Bab 3 - 14


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

3.2 ASPEK NON FISIK

3.2.1. Kependudukan

Mayoritas penduduk Kota Bukittinggi adalah pemeluk agama Islam yang taat dan

pemegang adat yang kuat. Karakter masyarakatnya yang mandiri, dinamis, kritis dan

unggul dalam mengembangkan kewirausahaan. Kaidah-kaidah agama dan adat terpadu

secara serasi di dalam tata kehidupan.

Walaupun sampai saat ini Kota Bukittinggi telah menjadi kawasan urban namun secara

budaya masyarakat Kota Bukittinggi masih memegang teguh adat-istiadat yang dapat

dilihat dari kehidupan sehari-hari dimana prinsip utama masayarakat Minangkabau “Adaik

Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” sangat menonjol. Kaitan budaya dan agama

dapat juga dilihat dari ungkapan “Syarak Mangato Adaik Mamakai”. Hal tersebut terlihat

dari banyak dan semaraknya kegiatan yang berbau keagamaan dan sudah mengental dalam

bentuk kegiatan budaya seperti Khatam Qur’an dan perayaan hari besar Islam. Saat ini

dengan adanya gerakan kembali ke Nagari maka kehidupan sosial budaya masyarakat yang

berlandaskan agama akan semakin menguat.

Tahun 2013, jumlah penduduk Kota Bukittinggi sebanyak 121.845 jiwa dengan laju

pertumbuhan penduduk 1,93 % per tahun (BPS Kota Bukittinggi, 2014). Untuk lebih

jelasnya, penyebaran penduduk tiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 3.3, kemudian

jumlah penduduk Kota Bukittinggi per kelurahan dapat dilihat pada Tabel 3.4 sedangkan

jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel

3.5.

Gambaran Umum Kota Bukittinggi Bab 3 - 15


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 3. 3
Penyebaran Penduduk di Kota Bukittinggi

No Nama Kecataman Jumlah Penduduk

1 Guguk Panjang 6.240 jiwa per km2

2 Aur Birugo Tigo Baleh 4.070 jiwa per km2

3 Mandiangan Koto Salayan 3.812 jiwa per km2

Sumber : BPS Kota Bukittinggi, 2014

Tabel 3. 4
Jumlah Penduduk Pria Dan Wanita
Kota Bukittinggi per Kelurahan
Jumlah Penduduk Kepadatan
Nama Kelurahan Total
Pria Wanita (jiwa/km2)

Kec. Guguk Panjang

1. Kel. Kayu Kubu 1.941 1.976 3.917 43

2. Kel. Pakan Kurai 2.652 2.839 5.491 63

3. Kel. Benteng Pasar Atas 684 641 1.325 24

4. Kel. Bukit Cangang Kayu 1.219 1.297 2.516 54

Ramang

5. Kel. Aur Tajungkang 3.449 3.634 7.083 103

Tengah Sawah

6. Kel. Tarok Dipo 7.448 7.176 14.624 99

7. Kel. Bukit Apit Puhun 1.880 1.991 3.871 21

Gambaran Umum Kota Bukittinggi Bab 3 - 16


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Jumlah Penduduk Kepadatan


Nama Kelurahan Total
Pria Wanita (jiwa/km2)

Kec. Mandiangin Koto


Selayan
1. Kel. Campago Ipuh 4.638 4.529 9.167 66

2. Kel. Campago Ggk. Bulek 2.883 2.905 5.788 34

3. Kel. Kubu Gulai Bancah 1.944 2.033 3.977 22

4. Kel. Puhun Tembok 2.947 3.367 6.314 89

5. Kel. Puhun Pintu Kabun 2.773 2.959 5.732 16

6. Kel. Manggis Ganting 2.014 1.980 3.994 61

7. Kel. Pulai Anak Air 1.972 2.001 3.973 45

8. Kel. Garegeh 932 1.080 2.012 31

9. Kel. Koto Selayan 559 524 1.083 15

Kec. Aur Birugo Tigo Baleh

1. Kel. Belakang Balok 1.347 1.483 2.830 56

2. Kel. Birugo 2.781 2.804 5.585 217

3. Aur Kuning 2.808 2.877 5.685 60

4. Kel. Sapiran 1.533 1.584 3.117 35

5. Kel. Kubu Tanjung 567 561 1.128 10

6. Kel. Pakan Labuah 1.024 1.086 2.110 23

7. Kel. Ladang Cakiah 777 823 1.600 22

8. Kel. Parit Antang 724 632 1.356 17

Total Jumlah Penduduk 121.845


Kota Bukittinggi
Sumber: BPS Kota Bukittinggi, 2014

Gambaran Umum Kota Bukittinggi Bab 3 - 17


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 3.5
Jumlah Penduduk
Menurut Golongan Umur Dan Jenis Kelamin

Kelompok Jumlah
Laki-laki Perempuan
Umur Total
0-4 5915 5630 11545
5-9 5348 4996 10344
10-14 5271 5008 10279
15-19 6432 6762 13194
20-24 4418 5231 9649
25-29 4454 4878 9332
30-34 4017 4058 8075
35-39 3792 3677 7469
40-44 3258 3128 6386
45-49 2552 2285 4837
50-54 1614 1573 3187
55-59 1332 1470 2802
60-64 1144 1325 2469
>65 1949 2761 4710
Sumber: BPS Kota Bukittinggi, 2014

3.2.2. Pendidikan

Sarana pendidikan di Kota Bukittinggi telah memadai, hal ini terlihat dari jumlah unit dari

masing-masing tingkat pendidikan. Jumlah sarana pendidikan di Kota Bukittinggi tersebut

dapat dilihat pada Gambar 3.6 dan jumlah sarana pendidikan di masing-masing kecamatan

dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Gambaran Umum Kota Bukittinggi Bab 3 - 18


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Taman Kanak-kanak

52 32 Pendidikan Anak Usia


Dini
SD/MI
19 57
SMP / MTS

SMA/SMK/MA
29
16 PTN/PTS
61
Lembaga kursus
Keterampilan

Gambar 3.6
Grafik Jumlah Sarana Pendidikan di Kota Bukittinggi

Tabel 3.6
Jumlah Sarana Pendidikan Per Kecamatan Di Kota Bukittinggi
PT/
Kecamatan TK SD SLTP SLTA
Akademi

Guguak Panjang 14 31 8 14
Mandiangin koto 6 26 1 3
17
selayan
Aur birugo tigo baleh 12 15 1 5
Total 32 72 10 22 17

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Bukittinggi, 2013 dan RTRW Kota


Bukittinggi, 2010

3.2.3. Kesehatan

Dari data Dinas Kesehatan tahun 2014, diketahui bahwa jumlah sarana kesehatan di Kota

Bukittinggi telah memadai, bahkan Kota Bukittinggi merupakan salah satu kota pelayanan

kesehatan di Provinsi Sumatera Barat. Jumlah sarana kesehatan yang ada di Kota

Bukittinggi dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Gambaran Umum Kota Bukittinggi Bab 3 - 19


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 3.7
Jumlah Fasilitas Kesehatan Kota Bukittinggi

Jumlah
Fasilitas
(unit)
Rumah Sakit Tipe B/B 6

Puskesmas 5

Puskesmas Pembantu 15

Puskesmas Keliling 6

Apotek 28

Toko Obat 30

Laboratorium Klinik 4

Laboratorium Air 1

Layanan Fisioterapi 14

Tempat Praktek Dokter 111

Tempat Praktek Bidan 80

Posyandu 118

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi, 2014 dan RTRW Kota


Bukittinggi, 2010

3.2.4. Sosial Masyarakat

Dari sisi sosial masyarakat, mayoritas penduduk Kota Bukittinggi beragama Islam hal ini

juga di dukung dengan jumlah tempat ibadah umat Islam yang lebih banyak dibandingkan

dengan agama lainnya. Jumlah penduduk dan jumlah tempat ibadah menurut agama dapat

dilihat pada Tabel 3.8 dan Tabel 3.9.

Gambaran Umum Kota Bukittinggi Bab 3 - 20


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 3.8
Jumlah Penduduk Menurut Agama Di Kota Bukittinggi

Mandiangin
Guguak Aur Birugo
Agama Koto Total
Panjang Tigo Baleh
Selayan
Islam 37.812 41.541 22.998 102.351
Katolik 421 161 153 735
Protestan 355 300 251 906
Hindu 10 27 0 37
Budha 229 11 0 230
Sumber: BPS Kota Bukittinggi, 2014

Tabel 3.9
Jumlah Tempat Ibadah Menurut Agama, setiap Kecamatan
No Kecamatan Islam Protestan Katolik
Mesjid Mushalla Gereja Kapel Gereja Kapel
1 Guguk Panjang 18 33 1 - 1 -
2 Mandiangin Koto 21 38 - - - -
Selayan
3 Air Birugo Tigobaleh 9 29 - - - -
Sumber: BPS Kota Bukittinggi, 2014

3.2.5. Perekonomian

Industri yang ada di Kota Bukittinggi umumnya berupa industri makanan dan minuman,

hal ini berkaitan karena Kota Bukittinggi merupakan kota tujuan wisata sehingga banyak

memproduksi makanan tradisonal sebagai cendera mata. Jumlah industri kecil makanan

dan minuman yang ada di Kota Bukittinggi dapat dilihat pada Tabel 3.10

Gambaran Umum Kota Bukittinggi Bab 3 - 21


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 3.10
Jumlah Perusahaan Pada Industri Kecil Makanan Dan Minuman

Sudah Belum
Jenis industri
Memilki Izin Memiliki Izin
Mie dan sejenisnya 1 1
Roti/kue kering 7 34
Kembang gula 1 9
Kopi 9 51
Kerupuk dan sejenisnya 19 97
Makanan ternak 0 0
Tahu 4 17
Es dan sejenisnya 0 0
Minuman ringan 7 11
Kue basah 21 107
Pelumat buah-buahan 0 0
Bakso sapi 0 0
Kacang balado 2 11
Sumber: BPS Kota Bukittinggi, 2014

3.2.6. Potensi Unggulan Kota Bukittinggi

Kota Bukittinggi memiliki banyak potensi unggulan yang bisa menambah pendapatan

daerah misalnya potensi sebagai kota wisata, banyak turis mancanegara yang berkunjung

ke Bukittinggi.

Gambaran Umum Kota Bukittinggi Bab 3 - 22


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

POTENSI
POTENSI UNGGULAN
UNGGULAN KOTA
KOTABUKITTINGI
BUKITTINGI

KOTA KOTA
KOTA KOTAPELAYANAN
PELAYANAN KOTAPELAYANAN
KOTA PELAYANAN
KOTA KOTA
WISATA PERDAGANGAN
PERDAGANGAN PENDIDIKAN KESEHATANDAN
KESEHATAN DAN
WISATA PENDIDIKAN
DANJASA
DAN JASA PERISTIRAHATAN
PERISTIRAHATAN

• Wisata Alam • Pasar Atas • Perguruan Tinggi • RSAM


• Wisata Budaya • Pasar Bawah • SLTA • P3SN/RSUP
• Wisata Sejarah • Pasar Banto • SLTP • RS Yarsi
• Wisata Belanja • Pasar Simp.Aur • SD • Rumkit TNI AD
ditunjang oleh (Pasar Regional • TK • RS Medina
sarana & prasarana Sumatera Bagian • Play Group • Hotel Berbintang
Kepariwisataan. Tengah dan Bagian • Lembaga Kursus • Hotel Non
Utara Keterampilan Berbintang
• Wisma
• Home Stay

Gambaran Umum Kota Bukittinggi Bab 3 - 23


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

4.1. UMUM

.
Dalam pengelolaan sampah di suatu daerah/wilayah

terdapat 5 (lima) aspek yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Aspek Teknis

2. Aspek Kelembagaan

3. Aspek Hukum

4. Aspek Biaya

5. Aspek Peran Serta Masyarakat

Kelima aspek tersebut adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya

dalam pengelolaan sampah. Khusus untuk di Indonesia, umumnya tiga aspek yang pertama

telah tersedia cukup memadai namun kedua aspek yang terakhir, yaitu Aspek Biaya dan

Aspek Peran Serta Masyarakat masih belum optimal. Dengan semakin meningkatnya

jumlah penduduk dan peningkatan ekonomi masyarakat, namun di lain pihak ketersediaan

lahan yang makin terbatas mengharuskan pemerintah daerah menyediakan anggaran yang

memadai untuk persampahan dan mensosialisasikan program 3R (Reduce, Reuse,Recycle)

secara optimal, agar persampahan tidak menjadi masalah di kemudian hari.

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 1


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Pengelolaan sampah di Kota Bukittinggi dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan dan

Pertamanan dengan dibantu oleh beberapa SKPD terkait seperti :

1. Dinas Pasar, mengelola sampah di pasar;

2. Dinas PU, mengelola sampah di saluran drainase;

3. Dinas Pariwisata, mengelola sampah yang berada di lokasi objek wisata;

4. Dinas Perhubungan mengelola sampah terminal;

5. Dinas Kesehatan.

Pengelolaan sampah di Kota Bukittinggi didukung oleh pegawai administrasi dan pegawai

lapangan. Jumlah pegawai di Dinas Kebersihan dan Pertamanan sebanyak 215 orang,

terdiri dari 55 orang pegawai administrasi dan 160 orang petugas lapangan. Jumlah

pegawai di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi berdasarkan latar belakang

pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1
Jumlah Personil pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kota Bukittinggi

Jumlah Personil
No. Tingkat Pendidikan
(orang)
I Pegawai Negeri Sipil (PNS) 137
1 S3 -
2 S2 4
3 S1 14
4 D III 4
5 D II -
6 DI -
7 SLTA 38
8 SLTP 13
9 SD 64

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 2


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Jumlah Personil
No. Tingkat Pendidikan
(orang)
II Pegawai Non PNS 78
1 Pegawai Kontrak 59
2 Pegawai Kontrak 19
Total Jumlah Pegawai 215
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Bukittinggi, 2014

4.2. ASPEK TEKNIS

4.2.1. Data Timbulan, Komposisi dan Berat Jenis Sampah

Timbulan sampah perkotaan dapat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain tersedianya

prasarana dan sarana yang dipergunakan penduduk dalam kegiatan sehari-hari guna

memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan Standar SK. SNI S - 04 – 1991- 03 Spesifikasi

Timbulan Sampah untuk kota kecil dan sedang di Indonesia adalah antara 2,75 - 3,25

lt/org/hari. Menurut data Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) tahun 2013, total

timbulan sampah Kota Bukittinggi sebanyak 693 m3/hari atau 20.790 m3/bulan. Kemudian

mengacu pada data UPTD TPA Sampah Regional Provinsi Sumatra Barat, timbulan

sampah Kota Bukittinggi yang masuk ke TPA Regional Payakumbuh tahun 2014 adalah

108 ton/hari, seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut

Tabel 4.2 Rata-rata Berat Timbulan Sampah Kota Bukittinggi


di TPA Regional Payakumbuh Januari s/d November 2014

Rata-Rata
No. Bulan
(Ton/Hari)
1 Januari 114

2 Februari 94

3 Maret 109

4 April 124

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 3


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Rata-Rata
No. Bulan
(Ton/Hari)
5 Mei 114

6 Juni 101

7 Juli 116

8 Agustus 109

9 September 90

10 Oktober 94

11 November 118

Rata-rata 108

Sumber: UPTD TPA Sampah Regional Provinsi Sumatra Barat, 2014

Timbulan sampah untuk pasar di Kota Bukittinggi menurut data dari Dinas Pasar (2013)

berkisar antara 6 m3/hari. Puncak timbulan sampah pasar terjadi saat libur dan lebaran,

yakni mencapai 8 m3/hari. Pasar Kota Bukittinggi terdiri atas 3 pasar yakni Pasar Atas,

Pasar Bawah dan Pasar Simpang Aur, dimana ketiga pasar ini dilengkapi dengan masing-

masing 1 (satu) kontainer.

Pariwisata di Kota Bukittinggi juga mengalami puncak timbulan sampah di kala liburan

dan lebaran. Rata-rata lokasi objek wisata di Kota Bukittinggi disediakan oleh pihak DKP

berupa tong sampah kembar terpilah sampah organik dan sampah anorganik berkapasitas

masing-masing wadahnya 0,03 m3.

Dinas Perhubungan Kota Bukittinggi dalam menangani persampahan terminal

menempatkan 24 drum sampah dan 1 (satu) unit kontainer untuk Terminal Aur Kuning.

Pada terminal tipe C hanya tersedia 1 tempat sampah berbahan fiber untuk kantor petugas

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 4


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

di terminal. Data volume timbulan sampah terminal tidak ada terdata oleh dinas

perhubungan karena sampah terminal tercampur dengan sampah pasar.

Selama ini belum pernah dilakukan survey mengenai timbulan sampah keseluruhan untuk

skala kawasan Kota Bukittinggi. Begitu pula tidak pernah diadakan survey mengenai

timbulan sampah di saat hari/ perayaan khusus seperti Hari Besar Idul fitri, Tahun Baru

dan sebagainya, dimana Kota Bukittinggi dibanjiri oleh pendatang baik para pemudik

maupun wisatawan dari berbagai daerah. Pihak DKP, Dinas Pasar, Dinas Perhubungan dan

Dinas Pariwisata Kota Bukittinggi selama ini menentukan timbulan sampah kota melalui

rata-rata besaran kapasitas wadah sampah yang terisi, volume angkut sarana pengumpul

sampah kota dan yang terangkut ke TPA Regional Payakumbuh.

4.2.2. Sistem Sumber dan Pewadahan

Sumber sampah di Kota Bukittinggi terdiri atas pemukiman/ domestik maupun non

pemukiman/ non domestik. Sumber sampah di Kota Bukittinggi rata-rata masih belum

melakukan pemilahan. Pewadahan yang disediakan oleh pemerintah berupa TPS (Tempat

Penampungan Sampah) berbahan plastik, kayu, batu dan kontainer. Hanya TPS berbahan

plastik yang menerapkan pemilahan sampah, yakni sampah organik/ sampah basah maupun

sampah anorganik/ sampah kering. Meskipun sudah dipisahkan wadahnya, namun hasil

pengamatan di lapangan melalui uji petik, sampah masih dalam kondisi tercampur.

Pewadahan serta volume wadah yang digunakan dalam pengelolaan sampah Kota

Bukittinggi dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 5


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 4.3
Jumlah dan Kapasitas Wadah Sampah Kota Bukittinggi

No Jenis TPS Volume (m3) Jumlah (unit)


1 TPS Kembar Plastik 0,06 80
2 TPS Kayu 1 78
3 TPS Batu/ Beton 3 37
4 TPS Kontainer 6 13
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi,
2014

Beragamnya sumber sampah Kota Bukittinggi, maka pihak pemerintah kota melalui DKP

melakukan penyebaran TPS. TPS kembar diletakkan di jalan-jalan utama dan fasilitas

umum yang identik dengan keramaian. Sementara itu lokasi penempatan TPS Kayu, TPS

Batu dan Kontainer di Kota Bukittinggi biasa dipusatkan untuk melayani suatu kawasam.

Lokasi penempatan TPS Kembar, TPS Kayu dan TPS Batu Kota Bukittinggi dapat dilihat

pada Tabel 4.4 sampai Tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.4
Lokasi Penempatan TPS Kembar di Kota Bukittinggi

No Lokasi TPS Jumlah (unit)


1 Jl Sudirman 14
2 Jl Perintis Kemerdekaan 4
3 Jl Lenggogeni 2
4 Jl Agus Salim 9
5 Jl Yos Sudarso 6
6 Jl A Karim 3
7 Jl Istana 6
8 Jl Minangkabau 6
9 Jl Panorama 8
10 Taman SBY 5
11 Pedistrian 8
12 Jam Gadang 9
Total 80
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Bukittinggi, 2014

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 6


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 4.5
Lokasi Penempatan TPS Kayu di Kota Bukittinggi

No Lokasi TPS Jumlah (unit)


1 Jl Sudirman 4
2 Jl Panorama 5
3 Jl Kesehatan 2
4 Jl pemuda 2
5 Jl Dr A Rivai 1
6 Jl Benteng 3
7 Jl Setia Budi 1
8 Jl Agus Salim 1
9 Jl A Karim 1
10 Jl A Yani 2
11 JL Minangkabau 2
12 Jl Kesuma Bakti 2
13 Jl Perintis Kemerdekaan 3
14 Jl Veteran 4
15 Jl Pintu Kabun 2
16 Jl Luak Anyia 2
17 Jl Palolok 3
18 Jl Ipuah 3
19 Jl Sarojo 2
20 Jl Sanjai 1
21 Jl Syech M Jamil Jambek 3
22 Jl Soekarno Hatta 3
23 Jl By Pass 1
24 Jl M Yamin 4
25 Jl Tangah Jua 3
26 Jl Stasiun 7
27 Jl Perwira 1
28 Jl Batang Agam 3
29 Jl Nawawi 2
30 JL Jembatan Besi 2
31 Jl Panorama Baru 3
Total 78
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Bukittinggi, 2014

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 7


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 4.6
Lokasi Penempatan TPS Batu di Kota Bukittinggi

No Lokasi TPS Jumlah (unit)


1 Jl Agus Salim 1
2 Jl Yos Sudarso 1
3 Jl Panorama 2
4 Jl Belakang PLN 2
5 Jl By Pass 1
6 Depan Kantor DPRD 1
7 Belakang BNI 46 1
8 Jl Soekarno Hatta 1
9 Jl Kesehatan 1
10 Jl Pintu Kabun 2
11 Jl Kesuma Bakti 2
12 Guguak Bulek 1
13 Jl Soekarno Hatta 2
14 Ipuah 1
15 By Pass 3
16 Koto Dalam 1
17 Pulai Anak Aia 1
18 Tangah Jua 2
19 Belakang Balok 5
20 Asrama KODIM 1
21 Stasiun 1
22 Dekat Xaverius 1
23 By Pass 2
24 Tarok 1
Total 37
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Bukittinggi, 2014

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 8


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 4.7
Lokasi Penempatan Kontainer Sampah di Kota Bukittinggi

No Lokasi Kontainer

1 Pasar Putih
2 Kebun Binatang
3 Ramayana
4 RSAM
5 Simpang Kapalo Birugo
6 Jembatan Besi
7 Simpang Aur Kuning
8 Gudang Sayur Aur
9 Simpang Mandiangin
10 SMA 1 Pasar Bawah
11 Pintu Keluar Terminal
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi,
2014

Gambar TPS Kembar

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 9


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar TPS Kayu

Gambar TPS Batu

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 10


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar Kontainer

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 11


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 4.1
Peta Penempatan TPS dan Kontainer

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 12


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

4.2.3. Pengumpulan dan Pengangkutan

Pola Pengumpulan Sampah

Jenis pola pengumpulan sampah bergantung pada daerah pelayanan, tingkat sosial-

ekonomi, sarana dan prasarana yang dilayani. Masyarakat Kota Bukittinggi dihimbau

untuk mengumpulkan sampah pada pukul 18.00 – 06.00 WIB setiap harinya. Sistem

pengumpulan sampah di Kota Bukittinggi terbagi atas beberapa pola sebagai berikut.

 Pola Individual Langsung

Masyarakat membuang langsung ke TPS terdekat yang kemudian sampah dari TPS

tersebut dikumpulkan oleh truk sampah diangkut ke TPA Regional. Biasanya pola

ini umum di daerah perumahan seperti di Perumahan Guguak Bulek.

 Pola Individual Tidak Langsung

Masyarakat memanfaatkan jasa petugas yang mengambil sampah dari rumah ke

rumah dengan memakai alat pengumpul dan pengangkut (gerobak sampah/ becak

sampah/ gerobak motor/ truk sampah). Sampah yang sudah dijemput kemudian

dibawa ke TPS dan/ atau langsung diangkut menuju TPA Regional Payakumbuh.

Pola ini selain di komplek pemukiman juga dilakukan pada komplek non

pemukiman. Komplek Cendana Garegeh contohnya, memakai gerobak sampah

untuk mengangkut sampah. Kota Bukittinggi lebih banyak menerapkan pola seperti

ini dari pada memperbanyak TPS. Masyarakat akan meletakkan sampahnya di

pinggir jalan atau di luar halaman, kemudian truk sampah akan berkeliling

mengumpulkan sampah dari rumah ke rumah. Tujuan pemerintah kota menerapkan

ini agar bisa mengurangi jumlah sampah dari masyarakat luar (Kabupaten Agam)

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 13


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

yang cukup sering membuang sampah dengan memanfaatkasn fasilitas wadah

sampah di Kota Bukittinggi.

 Pola Penyapuan Jalan

Pihak DKP telah menyebarkan penyapu jalan di tiap kecamatan. Hasil sapuan jalan

akan dikumpulkan dengan gerobak sampah/ becak sampah/ becak motor yang akan

dibawa ke kontainer terdekat dan nantinya untuk dibawa menuju TPA Regional

oleh truk sampah.

Jadwal penyapuan jalan terdiri atas 2 (dua) shift. Waktu penyapuan jalan dapat

dilihat pada Tabel 4.7 sedangkan jumlah tenaga penyapu jalan yang disediakan oleh

pihak DKP dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.7a
Jadwal Harian Penyapuan Jalan Kota Bukittinggi
Shift Penyapuan Jalan Waktu (WIB)
1 06.00 – 11.00
2 14.0 – 16.00
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Bukittinggi, 2014

Tabel 4.8
Jumlah Tenaga Penyapu Jalan per Kecamatan Kota Bukittinggi
Jumlah Penyapu
No Kecamatan
(orang)
1 Guguk Panjang 18
2 Mandiangin Koto Selayan 12
3 Aur Birugo Tigo Baleh 14
Total 44
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi, 2014

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 14


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Total panjang jalan yang dilayani penyapuan jalan lebih kurang 45 km. Lokasi penyapuan
jalan dapat dilihat pada tabel 4.9 dan Gambar 4.1a berikut ini.

Tabel 4.9
Lokasi Penyapuan Jalan Kota Bukittinggi
No. Lokasi Penyapuan Jalan No. Lokasi Penyapuan Jalan
1 Jl. Kereta Api-Simp. Kapela 23 Simp. RSAM s/d Simp. Atas Ngarai
2 Simp. Tugu Polwan s/d Batas Kota 24 Jl. Yos Sudarso, Jl. Teuku Nan Renceh,
Penurunan Benteng
3 Tugu Polwan - Jl. M. Syafei, Jl. 25 Jl. Bukit Apit
Nawawi-Jl. Melati
4 Simp. Yarsi-Jl. Batang Masang 26 Jl. Soekarno Hatta
5 Jl. Perwira s/d Villa 2000 27 Jl. Pemuda
6 Jl. Kejaksaan s/d Depan Kantor 28 Jl. Ngarai
Pariwisata
7 Seputaran Lapangan Kantin 29 Jl. Pendakian Bioskop Sovia- Jl. Setia
Budi
8 Jl. Simp. Kantor SPM s/d Tarok 30 Jln. Panganak
9 Jl. Bagindo Azis Chan 31 Jl. Kesehatan- Jl. Angku Basa
10 Simp. Tugu Polwan s/d Batas Kota 32 Jl. Ngarai
11 Jl. Kesuma Bakti 33 Jl. Istana-depan tri arga - depan sovia
12 Simp. Limau, Jl. Soekarno Hatta, Batas 34 Depan Simp. Raya- Pendistrian- Simp.
Kota DPRD
13 Simp. Jirek s/d Bukit Ambacang 35 Jenjang 40, jenjang pesanggrahan,
jenjang gudang, jenjang Pasar Lereng
14 Jl. Balai Kota Baru 36 Aur Kuning
15 Simp. Limau s/d Batas Kota simp. 37 By Pass Aur kuning
Kapau
16 Simp. Mandiangin s/d Simp. Surau 38 SMA 3 - Aur Atas
Gadang
17 Jl. Palolok 39 Simp. Tarok -Simp. Aur
18 Simp. Mandiangin, Jl. Soekarno Hatta, 40 SMA 1 - Simp. Mandiangin
Simp Limau
19 Jl. Yos Sudarso - Jl. A. Karim 41 Gurun Panjang
20 Simp. DPR s/d Simp. Atas Ngarai 42 Depan STM Negeri
21 Jl. Tangah Sawah s/d Jl. Stasiun 43 Jln. Tangah Jua
22 Jl. Perintis Kemerdekaan
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi Tahun 2014

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 15


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 4.1a Peta Lokasi Penyapuan Jalan

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 16


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Sarana Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah Kota Bukittinggi

Sarana pengumpulan dan pengangkutan yang disediakan oleh Pemerintah Kota Bukittinggi

berupa gerobak sampah, becak sampah, becak motor dan truk sampah. Biasanya sarana

pengumpulan dan pengangkutan ini beroperasi sebanyak 2 (dua) trip/ ritasi. Jumlah sarana

angkut dalam pengumpulan sampah Kota Bukittinggi baik untuk pola individual tidak

langsung dan pola penyapuan jalan yang tersedia dapat dilihat pada Tabel 4.10

Tabel 4.10
Jumlah Sarana Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah Kota Bukittinggi

No Jenis Alat Jumlah (unit)


1 Gerobak Sampah 34
2 Becak Sampah 25
3 Becak Motor 13
4 Truk Sampah 16
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi, 2014

Sampah yang sudah dikumpulkan di TPS akan diangkut menuju TPA Regional dengan

truk sampah. Pihak DKP Kota Bukittinggi menyediakan 16 truk sampah, dengan kapasitas

truk 6 m3 per ritasi. Rute tiap truk sampah tersebut berbeda tiap unitnya guna mengangkut

sampah tersebut. Jalur yang ditempuh truk sampah dalam mengumpulkan sampah Kota

Bukittinggi tiap harinya dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut. Untuk lebih jelasnya terkait

rute pengumpulan sampah oleh truk sampah dapat dilihat pada Peta Jalur Pengangkutan

Sampah Kota Bukittinggi.

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 17


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 4.11
Jalur Pengumpulan oleh Truk Sampah di Kota Bukittinggi

No Rute Pengumpulan Keterangan


1 DPRD, Jl. Nawawi, Lapau Panjang, Jl St. Syahrir, Simp. Tarok, Aur Gambar 4.2
Kuning, Simp. Tigo Baleh, Balai Banyak, Sumurapak, Padang Ngamuak
2 Belakang RSAM, Sanjai, Guguak Randah, Sanjai Dalam, STAIN, Koto Gambar 4.3
Selayan, Ladang Cakiah Tigo Baleh, Kubu Tanjuang
3 Jl Soekarno Hatta, Jl Pemuda, Jl Perintis Kemerdekaan, Jl Panorama, Jl Gambar 4.4
Dr A. Rivai, Jl Kesehatan, Jl Panganak
4 Jembatan Besi, Simp Kapela, Kampung Dalam, Terminal Aur Kuning, Gambar 4.5
M. Yamin, Pasar Sayur Aur Kuning
5 Auri, Jl Pabidikan, Perumahan Tangah Jua, Jl Parak Kubang, Jl Bonjo Gambar 4.6
Baru, Jl Barumbung 1;2;3, Perumahan Gantiang Permai, Perumahan
Mahkota Mas, STAIN
6 Jl Veteran, Jl Palolok, Simp Surau Gadang, Jl Mandiangin, Jl Soekarno Gambar 4.7
Hatta
7 Simp Lambau, Simp tarok, Tangah Jua, Tigo Baleh, Jl By Pass Anak Air Gambar 4.8
8 DPR, Jl Yos Sudarso, Jl Melati, Jl St. Sayhrir (Simp Bengkel), Jl Gambar 4.9
Pendidikan (SMPN 02), Jl Havid Abd Jalil, Stasiun Jl Nawawi
9 Belakang Mesjid Agung, Jl Tengah Sawah, Jl Ibrahim Musa, Jl Sy. Gambar 4.10
Jamil Jambek, Jl Hamka (Simp Lambau, Gulai Bancah, Jirek, Pintu
Kabun)
10 Pasar Pagi, Jl Jangkak, By Pass Gadut, Jl Pacuan Kuda, Pintu Kabun, Gambar 4.11
Bukit Apit, Panganak, Jl Panorama Baru
11 Belakang SMP 1, RS Yarsi, Hotel Agung, Jl Ombilin, Jl Kejaksaan, Gambar 4.12
Bukit Cangang, JL Batang Agam, Jl Perwira, Pasar Pagi Birugo
12 Aur Atas, Tangah Jua, Depan Kantor Pajak Gambar 4.13
13 Jl Jend A.Yani, Jl A Karim, Sekitar Jam Gadang, Jl Minangkabau, Lap Gambar 4.14
Parkir Pasar Atas
14 Jl Perintis Kemerdekaan, Jl Sudirman, Asrama Kodim, Kel. Sapiran, Gambar 4.15
Asrama Polisi, Pasar Pagi Tembok, Jl Angku Basa, Ambacang Gata
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi, 2014

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 18


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Dikarenakan keterbatasan jumlah wadah sampah, sehingga kurang berimbang dengan total

timbulan sampah per harinya di Kota Bukittinggi, maka untuk mengatasinya 16 truk

pengangkut sampah menuju TPA Regional Payakumbuh melaksanakan ritasi pengangkutan

sebanyak 2 (dua) kali dalam sehari. Waktu ritasi yakni pagi hari untuk keseluruhan truk

sampah, dan sebagian truk melakukan waktu ritasi kedua di siang hari, dan sebagiannya

lagi melakukan ritasi kedua di malam hari. Jadwal pengangkutan dapat dilihat pada

Tabel 4.12 berikut

Tabel 4.12
Waktu Pengangkutan Sampah ke TPA Regional Payakumbuh
Ritasi Waktu (WIB) Jumlah Truk (unit)
Pengangkutan
1 (pagi) 07.00 – 14.00 16
2 (siang) 14.00 – 18.00 10
(malam) 19.00 – 22.00 6
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi, 2014

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 19


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar Becak Sampah

Gambar Becak Motor Sampah Gambar Truk Sampah

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 20


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 4.2
Peta Pengangkutan Sampah Dalam Kota
Rute 1

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 21


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 4.3
Peta Pengangkutan sampah dalam kota
Rute 2

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 22


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 4.4
Peta Rute Pengangkutan sampah
Rute 3

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 23


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 4.5
Peta Rute Pengangkutan sampah
Rute 4

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 24


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 4.6
Peta Rute Pengangkutan sampah
Rute 5

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 25


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 4.7
Peta Rute Pengangkutan sampah
Rute 6

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 26


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 4.8
Peta Rute Pengangkutan sampah
Rute 7

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 27


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 4.9
Peta Rute Pengangkutan sampah
Rute 8

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 28


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 4.10
Peta Rute Pengangkutan sampah
Rute 9

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 29


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 4.11
Peta Rute Pengangkutan sampah
Rute 10

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 30


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 4.12
Peta Rute Pengangkutan sampah
Rute 11

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 31


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 4.13
Peta Rute Pengangkutan sampah
Rute 12

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 32


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 4.14
Peta Rute Pengangkutan sampah
Rute 13

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 33


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 4.15
Peta Rute Pengangkutan sampah
Rute 14

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 34


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

4.2.4. Sistem Pengelolaan 3R

Pemerintah Kota Bukittinggi hingga 2014 belum melaksanakan pengelolaan sampah 3R

secara menyeluruh. Fasilitas kota terkait 3R yang sudah ada yaitu gedung fisik TPST

(Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) yang berlokasi di Aur Kuning. Gedung ini

merupakan milik Provinsi Sumatera Barat yang rencananya akan diberdayakan ke pihak

DKP Kota Bukittinggi. Hingga 2014 sekarang, belum ada serah terima antara pihak

Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dengan Pemerintah Kota Bukittinggi, sehingga

kegiatan 3R belum terlaksana.

Kegiatan persampahan 3R di Kota Bukittinggi yang ada dan sudah berjalan adalah

pengolahan persampahan berbasis masyarakat. Kegiatan ini meliputi pengadaan Bank

Sampah, pembuatan kerajinan dari bahan daur ulang dan pengomposan. Ini dapat dilihat

pada Tabel 4.13 berikut.

Tabel 4.13
Kegiatan 3R Berbasis Masyarakat di Kota Bukittinggi
No Jenis Kegiatan Lokasi
 Kelurahan Campago Guguk Bulek;
1 Pengomposan  Kelurahan Benteng Pasar Atas,
 Kelurahan Pulai Anak Aia
 Kelurahan Pulai Anak aia;
2 Kerajinan Daur Ulang  Kelurahan Belakang Balok;
 Kelurahan Aur Kuning,
 Kelurahan Bukit Cangang
3 Bank Sampah  Kelurahan Aur Kuning
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi, 2014
dan Badan Lingkungan Hidup Kota Bukittinggi, 2014

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 35


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

4.2.5. Sistem Pembuangan/ Pemrosesan Akhir

4.2.5.1. TPA Sampah Regional Kota Payakumbuh sebagai Tempat Pembuangan


Akhir Sampah Kota Bukittinggi

Dalam membuang sampah, Kota Bukittinggi tidak memiliki TPA (Tempat Pemrosesan

Akhir). Pemerintah kota sempat mencoba opsi Panorama Baru sebagai lokasi TPA, namun

pengoperasian TPA tersebut dilakukan secara open dumping yang tidak sesuai kaidahnya

dengan pelaksanaan UU no 18 tahun 2008. Menanggapi keadaan tersebut, melalui

Pemerintah Provinsi Sumatra Barat mencoba membangun TPA Regional Payakumbuh

yang akan dimanfaatkan oleh 5 (lima) kota/ kabupaten, salah satunya adalah Kota

Bukittinggi.

TPA Regional berlokasi di Kelurahan Kapalokoto, Kecamatan Payakumbuh Selatan, Kota

Payakumbuh. Jarak TPA Regional Payakumbuh ke Kota Bukittinggi ±30 Km.

Pembangunan TPA ini dimulai pada tahun 2009 hingga tahun 2011. Data TPA Regional

Payakumbuh dapat dilihat pada Tabel 4.14 berikut ini.

Tabel 4.14
Data Kondisi TPA Regional Payakumbuh
No Indiator Keterangan
1 Nama TPA Regional Payakumbuh
2 Sistem Pengelolaan : Penimbunan 1 kali seminggu
Sanitary Landfill
3 Luas 16,76 Ha, terpakai ±8 Ha,
sel sampah 2,5 Ha
4 Wilayah Pelayanan 5 Kabupaten/Kota
5 Volume sampah (m3/tahun) ± 60.000

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 36


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

6 Volume maksimal (m3) 400.000 m3


7 Mulai operasional (tahun) 2009
8 Jarak dengan 2 Km
perumahan/permukiman terdekat
9 Jarak dengan sungai atau badan 0,5 Km
air terdekat
Sumber : UPTD TPA Sampah Regional Dinas Prasjaltarkim Sumbar, 2014

Hingga saat ini TPA Regional baru menampung sampah dari Kota Payakumbuh, Kota

Bukittinggi dan Kabupaten Limapuluh Kota. Rencana awalnya, daerah pelayanan TPA

Regional meliputi Kota Payakumbuh, Kota Bukittinggi, Kabupaten Lima Puluh Kota,

Kabupaten Agam dan Kota Padang Panjang. Volume sampah yang ditampung oleh TPA

Regional dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut

Tabel 4.15
Volume Sampah dari Kota/Kabupaten
No Sumber Volume (m3/hari)
1 Kota Payakumbuh 89,2
2 Kota Bukittinggi 287,9
3 Kabupaten Limapuluh Kota 11,5
Total 388,61
Sumber: KL Kota Bukittinggi, 2009 & TPA Regional Payakumbuh, 2014

4.2.5.2. Kondisi Teknis TPA Regional Payakumbuh

Aspek teknis dan kinerja pengelolaan sampah sangat ditentukan oleh pelaksanaan dan

perawatan seluruh elemen pengelolaan sampah, perlengkapan dan fasilitas yang

digunakan, cara mendisain, tujuan, kesesuaiannya dengan kondisi kota.

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 37


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Pengelolaan sampah pada TPA Regional membutuhkan keterlibatan beragam teknologi.

Termasuk di dalamnya teknologi-teknologi yang terkait dengan bagaimana mengontrol

timbulan (generation), pengumpulan (collection), pemindahan (transfer), pengangkutan

(transportation), pemrosesan (processing), pembuangan akhir (final disposal) sampah yang

dihasilkan pada masyarakat tersebut.

Seluruh proses tersebut hendaknya diselesaikan dalam rangka bagaimana melindungi

kesehatan masyarakat, pelestarian lingkungan hidup, namun secara estetika dan juga secara

ekonomi dapat diterima.

Penanganan sampah yang terintegrasi ini bertujuan untuk meminimalkan atau mengurangi

sampah yang terangkut menuju pemrosesan akhir. Pengelolaan sampah yang hanya

mengandalkan proses kumpul-angkut-buang menyisakan banyak permasalahan dan

kendala, antara lain ketersediaan lahan untuk pembuangan akhirnya.

Permasalahan yang dihadapi dalam teknis operasional penanganan persampahan di

antaranya :

 Kapasitas peralatan yang belum memadai

 Pemeliharaan alat yang kurang

 Lemahnya pembinaan tenaga pelaksana khususnya tenaga harian lepas

 Terbatasnya metode operasional yang sesuai dengan kondisi daerah

 Siklus operasi persampahan tidak lengkap/terputus karena berbedanya

penanggungjawab

 Koordinasi sektoral antar birokrasi pemerintah seringkali lemah

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 38


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

 Manajemen operasional lebih dititikberatkan pada aspek pelaksanaan, sedangkan

aspek

 Pengendaliannya lemah

 Perencanaan operasional seringkali hanya untuk jangka pendek

Teknologi pengolahan sampah di UPDT TPA Regional Payakumbuh terdiri dari proses

pemilahan, pencacahan sampah organik dan penghamparan residu ke lokasi landfill.

Teknologi pengolahan sampah kering (anorganik) dilakukan setelah proses pemilahan.

Penimbunan lahan landfill dilakukan untuk pelestarian lingkungan. Berikut ini gambar

prasarana dan sarana TPA Regional Payakumbuh yang sudah ada

Keterangan gambar dari Kiri ke kanan :

Gambar atas : Jalan masuk lokasi TPA, Jembatan Timbang, Bangunan Bengkel

Gambar bawah : Bangunan & Mesin Pencacah, Jalan dan Drainase Dalam Lokasi
TPA, Sel Sampah

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 39


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Keterangan Gambar : dari kiri ke kanan

Gambar atas : Dok Pencucian Truk, Rumah Gen set, Kolam Lindi

Gambar bawah : Kolam An Aerobic, Kolam Maturasi, Sumur Uji/Pantau

Gambar atas : Dump Truck, Bulldozer

Gambar bawah : Excavator

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 40


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Lebih jelasnya berikut dapat dilihat peralatan yang dimiliki oleh TPA Regional
Payakumbuh dan Fungsinya.

Tabel 4.16
Jumlah Peralatan, Umur Ekonomis dan Harga perolehan peralatan yang dimiliki TPA
Regional Payakumbuh

Harga
No Umur
Uraian Jumlah Perolehan Fungsi
Ekonomis
(HP)
1 Escavator Caterpilar 1 5 1,850,000,000 Untuk memindahkan
320 D material (angkat/turun
tanah) untuk
pengambilan material
tanah yang akan
dibawa oleh truck ke
lokasi land fill
2 Buldozer Caterpilar 1 5 1,860,000,000 untuk pekerjaan serba
type D6G2 guna yang memiliki
kemampuan yang
tinggi. Bisa digunakan
untuk, mendorong,
menggusur,
meratakan, menarik
beban dan menimbun
(Digging,
cutting/filling,
pushing, spreading,
grading, skidding dll).
Mampu beroperasi
didaerah yang lunak
sampai yang keras
3 Dump truk Merk 1 8 402,627,000 Alat yang dapat
Toyota memindahkan
material pada jarak
pendek menengah
sampai jarak jauh
4 Pengayak kompos 1 5 31,850,000 fungsi dari pengayak
rotary Type RS-3 untuk memisah kan
bahan yang sudah
halus dan bahan yang
masih kasar atau dapat
juga memisahkan
bahan organik dan

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 41


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Harga
No Umur
Uraian Jumlah Perolehan Fungsi
Ekonomis
(HP)
bahan an-organik
(plastik) sehingga
didapatkan kompos
yang halus.

5 Mesin Mixser 1 4 39,000,000 mesin mixser type


Kompos Type (MK- MK-1000 adalah
1000)/ (MK -500) mesin yang berguna
untuk mencampur
bahan kompos dengan
bahan lain sehingga
campuran menjadi
merata.biasannya
pencampuran bahan
dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas
kompos sehingga
mempunyai kualitas
unsur hara yang lebih
baik dibandingkan
dengan kompos yang
belum diperkaya.

6 Mesin hidrolik/ 1 4 mesin ini berfungsi


mesin Press mempres limbah padat
sehingga menjadi
mudah dalam proses
selanjutnya,dengan
melakukan pres
limbah padat
mempunyai
keuntungan yaitu
volume bahan yang
dipres menjadi lebih
kecil dan air limbah
dapat keluar.bahan
yang sudah dipres
menjadi lebih
kering.mesin pres ini
merupakan satu
kesatuan dalam proses
pengelolaan sampah
sehingga produk kami
merupakan satu
kesatuan dalam proses

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 42


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Harga
No Umur
Uraian Jumlah Perolehan Fungsi
Ekonomis
(HP)
pengelolahan sampah
organik dan non
organik.
7 Conveyor pemilah 1 4 122,000,000 conveyor feeder type
type(TS-3M/30 dan TS-3M/30 dan
TS-5M) conveyor pemilih type
TS-5M berfungsi
untuk memberi umpan
sampah organik
kemesin pencacah
sampah organik type
ADK-1500,ADK-
1500-1 dan ADK-
3000 konstruksi
conveyor feeder ini
sudah disesuaikan
dengan ketinggian
inlet dari mesin
pencacah di
atas,sehingga produk
kami merupakan satu
kesatuan dalam
pengelolaan sampah
organik.
8 Mesin Pencacah 1 4 50,050,000 mesin pencacah
sampah organik type sampah organik,type
ADK-400 ADK-400 dirancang
untuk mencacah
sampah organik baik
kering maupun
basah,yang berasal
dari pasar,dan rumah
tangga.mesin ini
sudah didisain dengan
baik untuk keperluan
mencacah sampah
organik atau
melembutkan
kompos.kandungan
bahan an-organik
yang tidak dapat di
toleransi adalah
batu,logam,tulang
(ukuran besar) dan
botol kaca atau

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 43


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Harga
No Umur
Uraian Jumlah Perolehan Fungsi
Ekonomis
(HP)
lembaran kaca.
kandungan bahan an-
organik seperti
tersebut di atas,bila
masuk kedalam mesin
dapat mengurangi usia
mesin dan
menyebabkan resiko
kerusakan pada pisau
9 Mesin Pencacah 1 4 140,790,000 mesin pencacah
sampah organik Adk sampah Organik,type
3000 ADK-3000 dirancang
untuk mencacah
sampah organik baik
kering maupun
basah,yang berasal
dari pasar,dan rumah
tangga.mesin ini
sudah didisain dengan
baik untuk keperluan
mencacah sampah
organik dan
melembutkan
kompos.kandungan
bahan an-organik
yang tidak dapat
ditoleransi adalah
batu,logam,tulang
(ukuran besar) dan
botol kaca atau
lembaran
kaca.kandungan bahan
an-organik seperti
tersebut diatas bila
masuk kedalam mesin
dapat mengurangi usia
mesin dan
menyebabkan resiko
kerusakan pada pisau
10 Mesin Pencacah 1 4 64.350.000 Fungsi mesin ini
botol plastik JT 500 adalah memeperkecil
ukuran dari botol
plastik atau produk
dari bahan baku
plastik sehingga dapat

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 44


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Harga
No Umur
Uraian Jumlah Perolehan Fungsi
Ekonomis
(HP)
dijadikan bahan baku
untuk proses
selanjutnya
Sumber : Penelitian/Studi/Survey Pemanfaatan Tpa Regional Payakumbuh, 2011

4.3. Aspek Kelembagaan

Pengelolaan dan penyelenggaraan sistem persampahan Kota Bukittinggi secara institusi

dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi yang didukung oleh

Dinas Pekerjaan Umum Kota Bukittinggi, Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bukittinggi,

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi, Dinas Perhubungan Komunikasi dan

Informasi Kota Bukittinggi, Kantor Lingkungan Hidup Kota Bukittinggi, Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olah Raga Kota Bukittinggi dan Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi.

Struktur Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi digambarkan

berikut ini .

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 45


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 3.22
Struktur Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 46


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Berikut dijabarkan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota

Bukittinggi. Sesuai dengan Peraturan Walikota Bukittinggi nomor 47 tahun 2009 tentang

Tugas Pokok dan Fungsi Eselon II, III dan Unit Pelaksana Teknis serta Rincian Tugas

Eselon IV dan Fungsional Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi antara lain :

a. Rincian Tugas Sub Bagian Perencanaan

(1). Sub Bagian Perencanaan mempunyai tugas menyelenggarakan program

perencanaan dalam arti menyiapkan bahan penyusunan rencana kerja,

mengumpulkan, menghimpun, menginventarisasi data-data masing-masing

bidang, sebagai bentuk progran perencanaan dinas, dokumentasi kegiatan,

koordinasi penyusunan program, penyajian data, informasi, sinkronisasi dan

analisis data, menyiapkan perumusan program rencana kepegawaian,

pembinaan pelaksanaan program, melaksanakan monitoring dan evaluasi

dalam pembuatan laporan.

(2). Rincian Tugas Sub Bagian Perencanaan adalah sebagai berikut :

a. Menghimpun, mencari, mengumpulkan, mengolah data dan informasi yang

berhubungan dengan urusan perencanaan serta menyiapkan bahan

kebijakan pelaksanaan sebagai pedoman dan landasan kerja;

b. Menyusun rencana kegiatan tahunan Sub Bagian sesuai program dan

urusan dengan mempedomani rencana strategis Dinas Kebersihan dan

Pertamanan;

c. Menyusun program dan rencana kerja dengan anggaran berbasis kinerja

berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Sub Bagian Perencanaan;

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 47


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

d. Menyiapkan pedoman pelaksanaan tugas dan bahan fasilitasi pelaksanaan

tugas;

e. Mengumpulkan, menyusun rencana kerja tahunan dinas

(Renstra/Renja/Lakip/LPPD dan LKPJ) sesuai program dan urusan dengan

mempedomani kebijakan teknis Dinas Kebersihan dan Pertamanan;

f. Menyiapkan pedoman pelaksanaan tugas dan kegiatan yang berkaitan dengan

Kebijakan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan;

g. Melaksanakan dan mengkoordinasikan kegiatan dengan unit kerja terkait;

h. Mengumpulkan, mengkoordinir pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan;

i. Menginventarisir permasalahan yang berhubungan dengan urusan

perencanaan serta menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah;

j. Melaksanakan inventarisasi dan dokumentasi, pengawasan pelaksanaan

kegiatan pembangunan dinas;

k. Melaksanakan penyimpanan berkas kerja, data dan bahan sebagai dokumen

kerja;

l. Menyusun laporan berkala pelaksanaan tugas yang te1ah dilaksanakan sebagai

dokumen kerja;

m. Menyiapkan bahan serta memberikan pelayanan pemeriksaan perencanaan

kegiatan;

n. Mempertanggungjawabkan kegiatan yang telah dilaksanakan. sesuai aturan;

o. Melaksanakan tugas penunjang dan tugas yang bersifat rutinitas;

p. Melaksanakan dan membantu tugas lain yang diberikanoleh pimpinan,

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 48


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

b. Tugas Pokok Dan Fungsi Bidang Kebersihan

(1). Bidang Kebersihan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan-urusan

pemerintahan dan melaksanakan, mengkoordinasikan program kebersihan

dalam arti melaksanakan pembinaan, pengawasan, pengendalian dan

pelaksanaan kegiatan penyapuan, pengangkatan sampah dari TPS ke TPSA,

perawatan / pemeliharaan tempat pembuangan sampah sementara maupun

tempat pembuangan sampah akhir, perbaikan/pemeliharaan dan penjagaan

kebersihan aliran drainase dari kotoran sampah dalam kota.

(2). Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang

Kebersihan mempunyai fungsi :

a. Merumuskan, melaksanakan serta mengkoordinasikan kebijakan

pedoman dan petunjuk teknis penyelenggaraan bidang kebersihan sebagai

urusan/kewenangan pemerintah daerah;

b. Merumuskan, malaksanakan serta mengkoordinasikan kebijakan pedoman

dan petunjuk teknis penyelenggaraan tugas pemerintahan bidang program

operasional sampah dan limbah tinja, program pengawasan kebersihan,

pemeliharaan sarana dan prasarana serta pengelolaan pengolahan sampah;

c. Merumuskan, melaksanakan, mengkoordinasikan kebijakan pedoman dan

petunjuk teknis pembinaan administrasi penyelenggaraan operasional

lapangan bidang kebersihan;

d. Melakukan pengumpulan data sebagai bahan penyusunan pedoman dan

petunjuk teknis penyelenggarakan kerjasama bidang kebersihan sesuai

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 49


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

norma, standar dan prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang

undangan;

e. Merumuskan, menganalisa, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program

pengelolaan kebersihan wilayah kota;

f. Pelaksanaan dan pengkoordinasian perencanaan pembangunan di bidang

pengelolaan sarana dan prasaran;

g. Bertanggungjawab atas perencanaan dan pelaksanaan serta pencapaian

target program dan atau kegiatan/tugas bidang kebersihan;

h. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan tugas dengan unit kerja terkait;

i. Melaksanakan dan membantu tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

c. Rincian Tugas Seksi Operasional Sampah dan Limbah Tinja

(1). Seksi Operasional Sampah dan Limbah Tinja mempunyai tugas

menyelenggarakan program penanggulangan persampahan dan limbah

perkotaan dalam arti melaksanakan penyusunan, perencanaan, dan

pengkoordinasian serta mernberikan bantuan-bantuan teknis proses

penanggulangan sampah dan limbah tinja dalam kota,

(2). Rincian Tugas Seksi Operasional Sampah dan Limbah Tinja adalah sebagai

berikut :

a. Menghimpun, mencari, mengumpulkan dan mengolah data serta informasi

yang berhubungan dengan urusan bidang Operasional Sampah dan

Limbah Tinja sebagai pedoman dan landasan kerja;

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 50


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

b. Menyusun rencana kegiatan tahunan seksi Operasional Sampah dan

Lumpur Tinja sesuai program dan urusan dengan mempedomani

rencana strategis Dinas Kebersihan dan Pertamanan;

c. Menyusun rencana dan program kerja dengan Anggaran Berbasis Kinerja

berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Operasional Sampah dan

Limbah Tinja;

d. Menginventarisir permasalahan yang berhubungan dengan urusan

Operasional Sampah dan Limbah Tinja serta menyiapkan bahan petunjuk

pemecahan masalah;

e. Menyiapkan pedoman kegiatan dan bahan fasilitasi pelaksanaan tugas;

f. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kebersihan lingkungan

dengan mengadakan penyuluhan kepada masyarakat;

g. Mengawasi dan mengendalikan kebersihan kota (lingkungan masyarakat)

dan pusat kota (wilayah pertokoan/pasar);

h. Melaksanakan pengelolaan sampah dalam Kota Bukittinggi;

i. Melaksanakan dan mengkoordinasikan kegiatan dengan unit kerja terkait;

j. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan;

k. Melaksanakan penyimpanan berkas, bahan data kerja sebagai dokumen

kerja;

l. Menyusun laporan berkala pelaksanaan tugas dan kegiatan yang telah

dilaksanakan sebagai dokumen kerja;

m. Menyiapkan bahan dan memberikan pelayanan pemeriksaan perencanaan

kegiatan;

n. Mempertanggungjawabkan kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai aturan;

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 51


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

o. Melaksanakan tugas penunjang dan tugas yang bersifat rutinitas;

p. Melaksanakan dan membantu tugas lain yang diber,ikan oleh pimpinan.

d. Rincian Tugas Seksi Sarana dan Prasarana

(1). Seksi Sarana dan Prasarana mempunyai tugas menyelenggarakan program

perencanaan, pengadaan, operasionalisasi dan perawatan, pemeliharaan sarana

dan prasarana penanggulangan sampah dan limbah sebagai asset dinas.

(2). Rincian Tugas Seksi Sarana dan Prasarana adalah sebagai berikut :

a. Menghimpun, mencari, mengumpulkan dan mengolah data serta informasi

yang berhubungan dengan bidang Sarana dan Prasarana serta menyiapkan

bahan kebijakan pelaksanaan urusan sarana dan prasarana sebagai pedoman

dan landasan kerja;

b. Menyusun rencana kegiatan tahunan Seksi Sarana dan Prasarana sesuai

program dan urusan dengan mempedomani rencana strategis Dinas

Kebersihan dan Pertamanan;

c. Menyusun rencana dan program kerja dengan anggaran berbasis kinerja

berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Sarana dan Prasarana;

d. Menginventarisir permasalahan yang berhubungan dengan Seksi Sarana dan

Prasarana serta menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah;

e. Menyiapkan pedoman kegiatan dan bahan fasilitasi pelaksanaan tugas;

f. Melaksanakan dan mengkoordinasikan kegiatan dengan unit kerja terkait;

g. Melaksanakan pemeliharaan, perawatan alat-alat kebutuhan operasional

lapangan;

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 52


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

h. Melaksanakan pengendalian dan pertanggungjawaban asset-asset dinas;

i. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan;

j. Melaksanakan penyimpanan berkas kerja, bahan data sebagai dokumen

kerja;

k. Penyusunan dan pengkoordinasian perencanaan pembangunan bidang

pengelolaan sarana dan prasaran dinas;

l. Menyiapkan alat/perlengkapan serta memberikan pelayanan dalam rangka

pemeriksaan asset aktif/pasif;

m. Menyusun Iaporan berkala pelaksanaan tugas dan kegiatan yang telah

dilaksanakan sebagai dokumen kerja;

n. Menyiapkan bahan serta memberikan pelayanan dalam rangka pemeriksaan

perencanaan kegiatan;

o. Mempertanggungjawabkan kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai aturan;

p. Melaksanakan tugas penunjang dan tugas yang bersifat rutinitas;

q. Melaksanakan dan membantu tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

e. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Pertamanan

(1). Bidang Pertamanan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di

bidang pertamanan dalam arti melaksanakan pembinaan, pengawasan,

pengendalian, penyelenggaraan program dan pemeliharaan taman-taman

kota/perawatan berupa pembibitan tanaman, penempatan, pengendalian

taman-taman hijau dalam kota serta melakukan dekorasi taman kota.

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 53


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

(2). Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Bidang Pertamanan mempunyai fungsi :

a. Merumuskan, melaksanakan serta mengkoordinasikan kebijakan pedoman

dan petunjuk teknis penyelenggaraan bidang pertamanan sebagai

urusan/kewenangan pemerintah daerah;

b. Merumuskan, malaksanakan serta mengkoordinasikan kebijakan pedoman dan

petunjuk teknis penyelenggaraan tugas pemerintahan bidang program

pembangunan taman kota, program pemeliharaan taman kota dan pembibitan,

penghijauan kota, perawatan dan dekorasi taman kota;

c. Merumuskan,melaksanakan, mengkoordinasikan kebijakan pedoman dan

petunjuk teknis pembinaan administrasi penyelenggaraan operasional

lapangan bidang pertamanan;

d. Melakukan pengumpulan data sebagai bahan penyusunan pedoman dan

petunjuk teknis penyelenggarakan kerjasama bidang pertamanan sesuai

norma, standar dan prosedur yang telah ditetapkan;

e. Merumuskan, menganalisa, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program

pengelolaan pertamanan dan penghijauan kota;

f. Bertanggungjawab atas perencanaan dan pelaksanaan serta pencapaian target

program dan atau kegiatan/tugas bidang pertamanan;

g. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan tugas dengan unit kerja terkait;

h. Melaksanakan dan membantu tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 54


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

f. Rincian Tugas Seksi Pembibitan dan Penghijauan Kota

(1). Seksi Pembibitan dan Penghijauan Kota mempunyai tugas menyelenggarakan

program pertamanan dalam arti melaksanakan penyelenggaraan penyediaan,

melakukan pembibitan pohon lindung dan tanaman hias taman kota dan

penghijauan kota,

(2). Rincian Tugas Seksi Pembibitan dan Penghijauan Kota adalah sebagai berikut :

a. Menghimpun, mencari, mengumpulkan dan mengolah data serta informasi

yang berhubungan dengan urusan bidang Pembibitan dan Penghijauan Kota

serta menyiapkan bahan kebijakan pelaksanaan urusan Pembibitan dan

Penghijauan Kota sebagai pedoman dan landasan kerja;

b. Menyusun rencana kegiatan tahunan Seksi Pembibitan dan Penghijauan Kota

sesuai program dan urusan dengan mempedomani rencana strategis Dinas

Kebersihan dan Pertamanan;

c. Menyusun rencana dan program kerja dengan Anggaran Berbasis Kinerja

berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Pembibitan dan Penghijauan

Kota;

d. Menginventarisir permasalahan yang berhubungan dengan urusan

pembibitan dan penghijauan kota serta menyiapkan bahan petunjuk

pemecahan masalah;

e. Menyiapkan pedoman kegiatan dan bahan fasilitasi pelaksanaan tugas;

f. Melaksanakan dan mengkoordinasikan kegiatan dengan unit kerja terkait;

g. Melakukan menangkaran, penyelamatan tanaman hias dan tanaman lindung

asli daerah melalui pembibitan;

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 55


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

h. Melaksanakan pengelolaan taman-taman mini dengan sistem

pengelompokan jenis-jenis tanaman hias sekitar pusat-pusat kota;

i. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan;

j. Melaksanakan penyimpanan berkas kerja, bahan data sebagai dokumen kerja;

k. Menyusun laporan berkala pelaksanaan tugas dan kegiatan yang telah

dilaksanakan sebagai dokumen kerja;

l. Menyiapkan bahan serta memberikan pelayanan daIam rangka pemeriksaan

perencanaan kegiatan;

m. Mempertanggungjawabkan kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai aturan;

n. Melaksanakan tugas penunjang dan tugas yang bersifat rutinitas;

o. Melaksanakan dan membantu tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

g. Rincian Tugas Seksi Perawatan dan Dekorasi Kota

(1). Seksi Perawatan dan Dekorasi Kota mempunyai tugas menyelenggarakan

program pemeliharaan dan perawatan taman-taman kota dan melakukan dekorasi

taman kota dan ruang kota terbuka hijau.

(2). Rincian Tugas Seksi Perawatan dan Dekorasi Kota adalah sebagai berikut :

a. Menghimpun, mencari, mengumpulkan dan mengolah data serta informasi

yang berhubungan dengan bidang Seksi Perawatan dan Dekorasi Kota serta

menyiapkan bahan kebijakan pelaksanaan urusan perawatan dan dekorasi

kota sebagai pedoman dan landasan kerja;

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 56


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

b. Menyusun rencana kegiatan tahunan Seksi Perawatan dan Dekorasi Kota sesuai

program dan urusan dengan mempedomani rencana strategis Dinas Kebersihan

dan Pertamanan;

c. Menyusun rencana dan program kerja dengan Anggaran Berbasis Kinerja

berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Perawatan dan Dekorasi Kota;

d. Menginventarisir permasalahan yang berhubungan dengan Perawatan dan

Dekorasi Kota serta menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah;

e. Menyiapkan pedoman kegiatan dan bahan fasilitasi pelaksanaan tugas;

f. Menyusun rencana penataan taman dalam kota;

g. Melaksanakan pemeliharaan kehidupan taman dalam kota;

h. Melakukan pembinaan, pengawasan dan penyuluhan umum kepada

masyarakat tentang kelestarian dan keindahan lingkungan kota;

i. Menyusun rencana kerjasama antar instansi/SKPD Pemerintah, instansi

Vertikal lainnya dalam program penetapan pembuatan taman-taman mini

instansi pada lokasi taman hijau sepanjang jalan By-Pass;

j. Melakukan koordinasi sepanjang perawatan, penyelaniatan kehidupan

tanaman taman-taman mini kota;

k. Melaksanakan dan mengkoordinasikan kegiatan dengan unit kerja terkait;

l. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan;

m. Melaksanakan penyimpanan berkas kerja, bahan data sebagai dokumen kerja;

n. Menyusun laporan berkala pelaksanaan tugas dan kegiatan yang telah

dilaksanakan sebagai dokumen kerja;

o. Menyiapkan bahan serta memberikan pelayanan dalam pemeriksaan

kegiatan;

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 57


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

p. Mempertanggungjawabkan kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai aturan;

q. Melaksanakan tugas penunjang dan tugas yang bersifat rutinitas;

r. Melaksanakan dan membantu tugas lain yang diberikan oleh pimpman.

h. Rincian Tugas Bidang Penyuluhan d an Sanitasi

(1). Bidang Penyuluhan dan Sanitasi mempunyai melaksanakan sebagian tugas

Dinas Kebersihan dan Pertamanan di bidang penyuluhan dan sanitasi.

(2). Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang

Penyuluhan dan Sanitasi mempunyai fungsi :

a. Merumuskan, melaksanakan serta mengkoordinasikan kebijakan pedoman

dan petunjuk teknis penyelenggaraan bidang penyuluhan dan sanitasi sebagai

urusan/kewenangan pemerintah daerah;

b. Merumuskan, malaksanakan serta mengkoordinasikan kebijakan pedoman

dan petunjuk teknis penyelenggaraan tugas pemerintahan bidang Penyuluhan

dan Sanitasi, program penyuluhan, penghijauan kota, perawatan dan dekorasi

taman-taman kota.

c. Merumuskan, melaksanakan, mengkoordinasikan kebijakan pedoman

dan petunjuk teknis pembinaan administrasi penyelenggaraan operasional

lapangan bidang penyuluhan dan sanitasi;

d. Melakukan pengumpulan data sebagai bahan penyusunan pedoman dan

petunjuk teknis penyelenggarakan kerjasama bidang Penyuluhan dan

Sanitasi sesuai norma, standar dan prosedur yang ditetapkan dalam peraturan

perundang undangan;

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 58


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

e. Bertanggungjawab atas perencanaan dan pelaksanaan serta pencapaian

target program dan atau kegiatan/tugas bidang pertamanan;

f. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan tugas dengan unit kerja terkait;

g. Melaksanakan dan membantu tugas lain yang diberikan oleh p impinan;

i. Rincian Tugas Seksi Penyuluhan dan Pengendalian

(1). Seksi Penyuluhan dan Pengendalian mempunyai tugas menyelenggarakan

program penyuluhan dan pengendalian kebersihan, keindahan taman kota dalam

arti melaksanakan perencanaan, pembinaan, pengawasan, penyuluhan

penanggulangan persampahan, kebersihan serta pelestarian taman kota.

(2). Rincian Tugas Seksi Penyuluhan dan Pengendalian adalah sebagai berikut :

a. Menghimpun, mencari, mengumpulkan dan mengolah data serta informasi

yang berhubungan dengan bidang penyuluhan, pengendalian serta

menyiapkan bahan kebijakan pelaksanaan urusan penyuluhan dan

pengendalian sebagai pedoman dan landasan kerja;

b. Menyusun rencana kegiatan tahunan Seksi Penyuluhan dan Pengendalian

sesuai program dan urusan dengan mempedomani rencana strategis Dinas

Kebersihan dan Pertamanan;

c. Menyusun rencana dan program kerja dengan anggaran berbasis kinerja

berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Penyuluhan dan

pengendalian;

d. Menginventarisir permasalahan yang berhubungan dengan Seksi

Penyuluhan dan Pengendalian serta menyiapkan bahan petunjuk

pemecahan masalah;

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 59


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

e. Menyiapkan pedoman kegiatan dan bahan fasilitasi pelaksanaan tugas;

f. Melaksanakan dan mengkoordinasikan kegiatan dengan unit kerja

terkait;

g. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan;

h. Melaksanakan penyimpanan berkas kerja, bahan data sebagai dokumen

kerja;

i. Menyusun laporan berkala pelaksanaan tugas dan kegiatan yang telah

dilaksanakan sebagai dokumen kerja;

j. Menyiapkan bahan serta memberikan pelayanan dalam rangka

pemeriksaan perencanaan kegiatan;

k. Mempertanggungjawabkan kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai

aturan;

l. Melaksanakan tugas penunjang dan tugas yang bersifat rutinitas;

m. Melaksanakan dan membantu tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

j. Rincian Tugas Seksi Sanitasi dan Penyemprotan TPA

(1). Seksi Sanitasi dan Penyemprotan TPA mempunyai tugas melaksanakan

program sanitasi dan penyemprotan TPA dalam arti menyusun, melaksanakan

program dan mengendalikan, pelaksanaan program kebersihan dan

penyemprotan TPA.

(2). Rincian Tugas Seksi Sanitasi dan Penyemprotan TPA adalah sebagai berikut :

a. Menghimpun, mencari, mengumpulkan dan mengolah data serta informasi

yang berhubungan dengan urusan sanitasi dan penyemprotan TPA serta

menyiapkan bahan kebijakan pelaksanaan urusan Sanitasi dan

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 60


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Penyemprotan sebagai pedoman dan landasan kerja;

b. Menyusun rencana kegiatan tahunan Seksi Sanitasi dan Penyemprotan

TPA sesuai program dan urusan dengan mempedomani rencana strategis

Dinas Kebersihan dan Pertamanan;

c. Menyusun rencana dan program kerja dengan anggaran berbasis kinerja

berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Sanitasi dan Penyemprotan TPA;

d. Menginventarisir permasalahan yang berhubungan dengan Sanitasi dan

penyemprotan TPA serta menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah;

e. Menyiapkan pedoman kegiatan dan bahan fasilitasi pelaksanaan tugas;

f. Melaksanakan dan mengkoordinasikan kegiatan dengan unit kerja terkait;

g. Penyusunan kebijakan teknis dan penyelenggaraan program sanitasi dan

penyemprotan TPA.

h. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan;

i. Melaksanakan penyimpanan berkas kerja, bahan data sebagai kerja;

j. Menyusun laporan berkala pelaksanaan tugas dan kegiatan yang telah

dilaksanakan sebagai dokumen kerja;

k. Menyiapkan bahan serta memberikan pelayanan dalam pemeriksaan

kegiatan;

l. Mempertanggungjawabkan kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai aturan;

m. Melaksanakan tugas penunjang dan tugas yang bersifat rutinitas;

n. Melaksanakan dan membantu tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 61


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Disamping pengelolaan persampahan yang dilakukan oleh SKPD di lingkungan

Pemerintah Kota Bukittinggi, secara kelembagaan Pemerintah Kota Bukittinggi

juga melakukan kerja sama pengelolaan persampahan dengan Pemerintah Provinsi

Sumatera Barat dalam hal penggunaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah

Regional yang berlokasi di Kota Payakumbuh.

Ruang lingkup kerjasama ini adalah :

1. Melakukan pengelolaan dan pemeliharaan TPA Sampah Regional

2. Melakukan pengembangan teknologi pengelolaan persampahan

3. Melakukan pengelolaan lingkungan dan mengendalikan dampak yang timbul

sebagai akibat pengelolaan persampahan

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 62


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

4.4. Aspek Pembiayaan

Biaya pengelolaan sampah Kota Bukittinggi berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah Kota Bukittinggi. Anggaran yang berasal dari APBD Kota Bukittinggi melalui

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi dapat dilihat dari tabel 4.17 berikut

ini.

Tabel 4.17
Anggaran Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi
Pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi

Plafon Anggaran (Rp.)


No Kegiatan
2012 2013 2014
1 Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan 1.894.070.000 3.367.540.000 2.790.860.000
Perizinan Kendaraan Dinas/Operasional
2 Pengadaan Kendaraan 250.000.000 1.002.000 -
Dinas/Operasional
3 Pengadaan Sarana dan Prasarana 256.900.000 748.360.000 300.000.000
Pengelolaan Persampahan
4 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana 175.000.000 222.500.000 160.000.000
Pengelolaan Persampahan
5 Penunjang Operasional Pengelolaan 2.097.785.000 2.180.660.000 2.981.850.000
Sampah dan Kebersihan Kota
6 Sosialisasi Peningkatan Peran Serta 63.103.500 103.682.500 76.538.000
Masyarakat dalam Pengelolaan
Persampahan
7 Pengendalian dan Penyemprotan Lalat 200.866.500 241.902.500 233.660.000
di TPA
8 Sosialisasi Peningkatan Peran Serta 57.884.950 57.450.000 71.070.000
Anak Didik dalam Pengelolaan
Persampahan
9 Penyebarluasan Informasi tentang K3 84.330.000 116.590.000 136.175.000
dan Penyuluhan Keliling pada
Masyarakat
10 Pengelolaan Persampahan di Perkotaan 173.250.000 - -

11 Pemberdayaan Masyarakat dalam - 95.380.000 169.350.500


Pengelolaan Persampahan
12 Penunjang Operasional Pengelolaan - 88.000.000 49.267.000
Rumah Kompos
13 Sosialisasi Kebijakan Pemerintah dalam - 80.249.500 84.199.500
Pengelolaan Persampahan
14 Peningkatan Kapasitas Aparatur - 995.525.000 -
Pengelolaan Persampahan dan
Pertamanan
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 63


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Pendapatan dari pengelolaan sampah berasal dari retribusi yang ditarik sesuai jenis

pelayanan. Berikut ini ditampilkan tabel tarif retribusi sesuai jenis pelayanan berdasarkan

Perda Kota Bukittinggi Nomor 5 Tahun 2014.

Tabel 4.18
Tarif Retribusi Pengelolaan Sampah Kota Bukittinggi

BESARAN TARIF
No JENIS PELAYANAN KETERANGAN
RETRIBUSI (Rp)
I SAMPAH RUMAH TANGGA
a. Rumah tangga yang mendapatkan
5.000/bln
pelayanan langsung oleh Petugas
b. Rumah tangga yang tidak mendapatkan
4.000/bln
pelayanan langsung oleh Petugas
c. Rumah kos
- Per-keluarga 3.000/bln
- Per-petak 3.000/bln
II SAMPAH USAHA MAKANAN
a. Rumah makan
- Kelas I 200.000/bln
- Kelas II 100.000/bln
- Kelas III 50.000/bln
b. Warung
- Kelas I 30.000/bln
- Kelas II 20.000/bln
- Kelas III 10.000/bln
SAMPAH INDUSTRI DAN
III
PENGINAPAN
Omset 10 juta s/d
a. Home Industri 5.0000/bln
100 juta
Omset 101 juta
b. Industri kecil 10.000/bln
s/d 200 juta
c. Industri menengah 20.000/bln Omset > 200 juta
d. Hotel Melati 50.000/bln
e. Hotel Bintang 1 85.000/bln
f. Hotel Bintang 2 100.000/bln
g. Hotel Bintang 3 150.000/bln

h. Hotel Bintang 4 200.000/bln

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 64


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

BESARAN TARIF
No JENIS PELAYANAN KETERANGAN
RETRIBUSI (Rp)
SAMPAH PERDAGANGAN BARANG/
IV
JASA
a. Kelontong
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
b. Alat Elektronik
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
c. Perabot Rumah Tangga
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
d. Pecah Belah
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
e. Alat Bangunan/ Kendaraan
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
f. Salon/Tukang Pangkas
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
g. Toko Emas 5.500/bln
h. Tukang Jahit
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
i. Tekstil
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
j. Rumah Obat/Apotek/Optikal
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
k. Sepatu/Sandal, Reparasi Jam/ Mesin Jahit

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 65


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

BESARAN TARIF
No JENIS PELAYANAN KETERANGAN
RETRIBUSI (Rp)
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
l. Toko Buku/ Alat Tulis
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
m. Barang Antik/ Batu Cincin
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
n. Pedagang Sayur/ Jualan Mudo/ Buah-
Buahan
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
o. Pedagang Ikan/ Daging
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
SAMPAH TOSERBA/ SUPERMARKET/
V
DEPT STORE/ MINI MARKET
a. Toserba/ Supermarket/Dept Store 100.000/bln
b. Mini Market 50.000/bln

VI SAMPAH TERMINAL
1.000/setiap kali
a. Bus besar antar kota antar propinsi
masuk
500/setiap kali
b. Bus sedang antar kota antar propinsi
masuk
VII SAMPAH SARANA KESEHATAN
a. Puskesmas 20.000/bln
b. Puskesmas pembantu 15.000/bln
c. Pos kesehatan kelurahan 10.000/bln
d. RS dengan tingkat kunjungan tinggi 100.000/bln
e. RS dengan tingkat kunjungan rendah -
50.000/bln
sedang
f. Klinik
40.000/bln

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 66


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

BESARAN TARIF
No JENIS PELAYANAN KETERANGAN
RETRIBUSI (Rp)
VIII PEMBUANGAN LANGSUNG KE TPA
setiap membuang
a. Volume sampah kurang dari 1 m3 10.000/bln
sampah
setiap membuang
b. Volume sampah 1 m3 s/d 5 m3 50.000/bln
sampah
setiap membuang
c. Volume sampah lebih dari 5 m3 100.000/bln
sampah
IX PERKANTORAN
a. Perkantoran pemerintah 30.000/bln
b. Perkantoran swasta nasional 25.000/bln
c. Perkantoran swasta komersil 75.000/bln
KEGIATAN INSIDENTIL DAN TEMPAT
X
HIBURAN
- Keramaian umum:
a. dalam ruangan 100.000/keg
b. luar ruangan 200.000/keg
- Tenpat hiburan 15.000/keg
XI SARANA OLAH RAGA KOMERSIL
a. Dalam ruangan 100.000/bln
b. Luar ruangan 200.000/bln
XII PKL
a. Tempat Usaha Bergerak
1. tidak bermotor 500/hari
2. bermotor
- roda 2 1.000/hari
- roda 3 2.000/hari
- roda 4 4.000/hari
b. Tempat Usaha Tidak Bergerak
1. gelaran 1.000/hari
2. lesehan 2.000/hari
3. tenda 4.000/hari
4. selter 5.000/hari
Sumber: Peraturan Daerah Kota Bukittinggi Nomor 5 Tahun 2014

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 67


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

4.5. Aspek Hukum/Peraturan

Pengelolaan sampah sangat ditentukan oleh dukungan peraturan yang meliputi

pembentukan institusi pengelola, penetapan/pengaturan kebersihan termasuk didalamnya

penetapan retribusi. Dasar hukum pengelolaan kebersihan yang telah diterbitkan oleh

Pemerintah Kota Bukittinggi dalam bentuk Peraturan Daerah, Peraturan Walikota dan

Keputusan Walikota.

Beberapa produk hukum yang melingkupi penyelenggaraan pengelolaan persampahan di

Kota Bukittinggi adalah :

1. Peraturan Walikota Bukittinggi Nomor 47 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan

Fungsi Eselon II, III, serta Rincian Tugas Eselon IV pada Dinas Kebersihan dan

Pertamanan Kota Bukittinggi.

2. Keputusan Walikota Bukittinggi Nomor 188.45-367-2013 tentang Penetapan

Fasilitator Lingkungan Tingkat Kelurahan Se-Kota Bukittinggi.

3. Perjanjian Kerja Sama antara Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dengan Pemerintah

Kota Payakumbuh, Pemerintah Kota Bukittinggi Nomor 120/8/GSB-2013, Nomor

9/PK/2013, Nomor 180/12/Huk-F/2013 tentang Pengelolaan Tempat Pemrosesan

Akhir (TPA) Sampah Regional Provinsi Sumatera Barat.

4. Peraturan Daerah Kota Bukittinggi No. 5 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan

Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan.

5. Peraturan Walikota Bukittinggi Nomor 37 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Pemungutan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 68


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

4.6. Aspek Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat dalam bidang persampahan adalah keterlibatan masyarakat dalam

memangku tanggung jawab baik pasif maupun aktif secara individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat yang merupakan bagian dari penyelenggaraan pengelolaan sampah kota

untuk mewujudkan kebersihan bagi diri sendiri dan lingkungan. Peran serta masyarakat

sangat berpengaruh terhadap proses pengelolaan persampahan kota, namun peran serta

masyarakat ini sangat tergantung kepada kondisi sosial budaya masyarakat yang

membentuk karakter masyarakat itu sendiri.

Untu meningkatkan peran serta masyarakat ini maka Pemerintah Kota Bukittinggi telah

melakukan beberapa kegiatan terkait pengelolaan sampah ini, hal ini dapat dilihat pada

tabel 4.19. Sedangkan kegiatan pengolahan sampah dapat dilihat pada tabel 4.20.

Tabel 4.19
Kegiatan Pemerintah kepada Masyarakat terkait
Pengelolaan Sampah Kota Bukittinggi
No Jenis Kegiatan Sasaran
Penyuluhan pengolahan sampah menjadi kompos dan Tiap Kelurahan
1
kegiatan 3R
2 Penyuluhan retribusi sampah sesuai Perda Tiap Kelurahan
Pelatihan dan Pembentukan Fasilitator Lingkungan terkait Tiap RW
3
Pengelolaan Sampah
Pelatihan dan Pembentukan Kader Lingkungan terkait Tiap RT
4
Pengelolaan Sampah
5 Imbauan pembuangan sampah pukul 18.00 – 06.00 WIB Tiap Kelurahan
Pemasangan slebaran, baliho dan poster dan kampanye Kota
6 melalui media cetak, radio dan televisi terkait pelarangan
buang sampah tidak pada tempatnya
 Kelurahan Pulai Anak
Aia,
7 Pelatihan Kerajinan Bahan Daur Ulang
 Kelurahan Belakang
Balok,

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 69


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

No Jenis Kegiatan Sasaran


 Kelurahan Aur Kuning,
 Kelurahan Bukit
Cangang
 Kelurahan Tarok Dipo,
Pelatihan Peran Serta Peningkatan Masyarakatdalam  Kelurahan Pakan
8 Kurai,
Pemilahan Sampah (3R)
 Kelurahan Mandi
Gantiang
Sekolah Adiwiyata Kota
9 Pelatihan Pemilahan Sampah dan Kegiatan 3R
Bukittinggi
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi, 2014

Tabel 4.20
Pengolahan Sampah Kota Bukittinggi
No Jenis Fasilitas Lokasi
 Kelurahan Campago Guguk Bulek;
1 Pengomposan*  Kelurahan Benteng Pasar Atas,
 Kelurahan Pulai Anak Aia
 Kelurahan Pulai Anak Aia;
2 Kerajinan Daur Ulang*  Kelurahan Belakang Balok;
 Kelurahan Aur Kuning,
 Kelurahan Bukit Cangang
3 Insinerator  Kelurahan Campago Guguk Bulek
*keterangan kegiatan berbasis masyarakat
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi, 2014

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 70


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

5.1. ASPEK TEKNIS

5.1.1. Daerah Pelayanan Dan Tingkat Pelayanan

Daerah Pelayanan untuk persampahan Kota Bukittinggi

. adalah semua cakupan wilayah pemerintah Kota Bukittinggi.

Daerah pelayanan persampahan Kota Bukittinggi menurut

pihak DKP Kota Bukittinggi dinilai telah mencapai 80%

menilik dari perletakan wadah sampah. Meskipun begitu, pola yang dilakukan berupa pola

kumpul-angkut-buang yang masih belum mengikuti peraturan pemerintah. Tingkat

pelayanan pengelolaan persampahan kota menurut pihak DKP Kota Bukittinggi masih

belum mencakupi semua daerah pelayanan tersebut.

Hal ini disebabkan karena perubahan lokasi TPA dalam pengelolaan persampahan Kota

Bukittinggi. Awalnya dengan fasilitas persampahan yang ada dengan memanfaatkan opsi

Panorama Baru sebagai TPA, maka daerah dan tingkat pelayanan persampahan kota cukup

tinggi. Bahkan dalam sehari, truk sampah bisa melakukan trip 5 (lima) kali sehari. Namun

karena sistem open dumping pada Panorama Baru tersebut tidak memenuhi persyaratan

dalam pengelolaan persampahan UU No 18 Tahun 2008, maka peralihan pembuangan

Identifikasi Permasalahan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 5 - 1


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

sampah ke TPA Regional mengakibatkan menurunnya daerah dan tingkat pelayanan

persampahan Kota Bukittinggi.

5.1.2. Sistem Sumber Dan Pewadahan

5.1.2.1. Sumber Sampah

Beberapa permasalahan yang dihadapi Kota Bukittinggi terkait sumber sampah, komposisi

dan total timbulan sampahnya adalah sebagai berikut:

1. Total timbulan sampah Kota Bukittinggi meningkat akibat adanya masyarakat luar

kota (perbatasan) yang ikut membuang sampah di TPS dan Kontainer Kota

Bukittinggi

2. Masih adanya TPS liar (masyarakat menumpuk sampah pada suatu lahan yang

bukan merupakan titik TPS). Lokasi TPS liar Kota Bukittinggi dengan rincian

sebagai berikut:

 Jl By Pass Gulai Bancah

 Jl By Pass Simpang Taluak

 Jl By Pass Aur Kuning

 Tambuo

 Jl Pemuda

 Jl Veteran (menuju Kantor Walikota)

 Jl Jangkak Mandiangin

Identifikasi Permasalahan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 5 - 2


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

3. Masih adanya perilaku masyarakat Kota Bukittinggi yang melakukan penimbunan

sampah dan membakar sampah. Lalu belum adanya kepedulian masyarakat untuk

memanfaatkan sampah yang masih bisa digunakan. Hal ini dapat dilihat dari hasil

kuesioner melalui survey konsultan pada Tabel 5.1, diketahui masih terdapat ± 25%

masyarakat menimbun dan membakar sampah.

Tabel 5.1
Hasil Kuesioner Terkait Perlakuan Sampah
oleh Masyarakat Kota Bukittinggi

No Jenis Perlakuan Persentase (%)


1 Dibuang ke sungai 0,00
2 Dibakar 20,83
3 Ditimbun tanah 4,17
4 Dikumpulkan petugas 74,00
5 Didaur ulang 1,04
Sumber: Hasil Survey Konsultan, 2014

4. Masyarakat belum berpartisipasi dalam pemilahan di sumber. Mengacu pada Tabel

5.1 dapat dilihat, perlakuan sampah oleh masyarakat hanya sekitar 1% yang mau

melakukan daur ulang. Pemilahan sampah di sumber merupakan hal yang

menunjang daur ulang. Ini menunjukkan rendahnya partispasi masyarakat dalam

pemilahan sampah di sumber.

5. Masih tingginya persentase sampah Kota Bukittinggi yang belum terangkut ke TPA

Regional Payakumbuh

Identifikasi Permasalahan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 5 - 3


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

5.1.2.2. Pola Pewadahan

1. Proses pemilahan sampah organik (basah) dan anorganik (kering) belum dilakukan

secara menyeluruh, sehingga rata-rata sampah kota tercampur dan menyulitkan

proses pemilahan. Hal ini bisa saja diakibatkan karena kurangnya informasi ke

masyarakat manfaat ekonomis dari pemilahan sampah.

2. Selain itu adanya pihak yang terkadang suka memulung sampah daur ulang di bak

sampah yang tidak dipilah, sehingga membuat sampah makin bercampur karena

sampah tersebut dibongkar dan diacak-acak. Hal ini mengakibatkan sampah

menjadi berserakan dan mengundang kerumunan lalat serta bau yang tak sedap.

Andaikan sampah sudah dipilah, maka pihak pemulung tadi hanya akan memungut

dan membongkar sampah kering, sehingga sampah tidak berserakan.

5.1.2.3. Sarana Pewadahan

1. Permasalahan yang muncul berdasarkan kondisi eksisting pewadahan sampah Kota

Bukittinggi adalah keterbatasan fisik bak sampah seperti tidak adanya penyekat

pada tempat sampah, sehingga meskipun ada warga yang memilah sampah dengan

menggunakan kantong plastik tetap akan tercampur dalam 1 bak sampah.

Persentase masyarakat yang memilah sampah dari sumber dapat dilihat dari hasil

survey melalui sebaran kuesioner pada Tabel 5.2 berikut:

Identifikasi Permasalahan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 5 - 4


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 5.2
Persentase Upaya Masyarakat
dalam Memilah Sampah di Sumber

Upaya Pemilahan di
No Persentase (%)
Sumber

1 Ya 8,33

2 Tidak 91,67

Total 100

Sumber: Hasil Survey Konsultan, 2014

Sistem pewadahan yang disediakan oleh pemerintah di Kota Bukittinggi terbagi

atas dua jenis yakni pewadahan tercampur dan pewadahan yang sudah terpilah.

Pewadahan terpilah tersebut berupa TPS Kembar berbahan plastik dengan kapasitas

0,03 m3 per bak, dimana pemilahannya berupa sampah organik (sampah basah) dan

sampah anorganik (sampah kering). TPS jenis ini tersebar di jalan-jalan utama

Kota Bukittinggi. Sedangkan TPS Kayu dan TPS batu serta Kontainer yang

disediakan oleh pemerintah kota masih bersifat tercampur. Ditempatkan di daerah

komersil, fasilitas umum dan kawasan perumahan Kota Bukittinggi.

2. Selain keterbatasan fisik wadah sampah, jumlah wadah sampah Kota Bukittinggi

juga menjadi kendala. Berdasarkan jumlah wadah yang sudah disediakan oleh

Pemerintah Kota Bukittinggi untuk menampung sampah kota, maka diperoleh daya

tampung sistem pewadahan Kota Bukitinggi adalah sebesar 271,8 m 3/hari. Rincian

wadah beserta total volume tampung sampah Kota Bukittinggi dapat dilihat pada

Tabel 5.3 berikut

Identifikasi Permasalahan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 5 - 5


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 5.3
Total Daya Tampung Sistem Pewadahan Sampah Kota Bukittinggi

Jumlah Total Volume


No Jenis TPS Volume (m3)
(unit)* (m3)

1 TPS Kembar Plastik 0,06 80 4,8

2 TPS Kayu 1 78 78

3 TPS Batu/ Beton 3 37 111

4 TPS Kontainer 6 13 78

Total 271,8

* Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi, 2014

5.1.3. Sistem Pengumpulan

5.1.3.1. Pola Pengumpulan dan Pengangkutan

Beberapa permasalahan yang dihadapi terkait sistem pengumpulan sampah di Kota

Bukittinggi antara lain:

1. Sarana angkut pengumpul sampah (seperti gerobak sampah) belum tercukupi, karena

tak adanya standar yang mengatur jumlah penduduk yang dilayani oleh 1 (satu)

gerobak sampah. Ini dapat dilihat dari hasil sebaran kuesioner seperti terlihat pada

Tabel 5.4 berikut. Sekitar ± 83% masyarakat yang menjadi responden tidak

menerima fasilitas angkut untuk pengumpulan sampah, sehingga menggunakan pola

individual langsung

Identifikasi Permasalahan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 5 - 6


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 5. 4
Persentase Masyarakat yang Menggunakan Gerobak Sampah
dalam Pengumpulan Sampah Kota Bukittinggi

Ketersediaan Gerobak Sampah Persentase (%)

Tidak Ada 83,33

Ada tapi Rusak 0,00

Ada tapi Hanya untuk beberapa RT 8,33

Ada dan Terawat 8,33

Total 100

Sumber: Hasil Survey Konsultan, 2014

2. Pengumpulan sampah di jalan dan fasilitas umum belum optimal sehingga terkadang

sampah berserakan karena melebihi kapasitas wadah pengumpulan

Beberapa masyarakat yang memakai pola individual langsung ke TPS, terkadang

membuang sampah secara sembarangan tanpa menghiraukan apakah sampahnya masuk ke

dalam TPS atau tidak. Akibatnya sampah tercecer, mengganggu keindahan dan berpotensi

menimbulkan lalat serta bau. Hal ini berdasarkan uji petik yang dilakukan di Jl Kusuma

Bakti maupun di Tanah Jua.

5.1.3.2. Sarana Pengumpul dan Pengangkut Sampah

Permasalahan sarana pengumpul dan pengangkut sampah di Kota Bukittinggi antara lain :

1. Sampah Kota Bukittinggi belum sepenuhnya dapat terangkut ke TPA Regional, karena

jarak angkut yang > 25 km, keterbatasan armada dan SDM (sumber daya manusia)

serta anggaran dana.

Identifikasi Permasalahan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 5 - 7


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

2. Waktu pengambilan sampah dari TPS terkadang sering tidak sesuai dengan edaran/

pemberitahuan terkait jadwal pengangkutan, sehingga banyak sampah yang tidak

terangkut ke TPA Regional Payakumbuh.

3. Pengawasan dan sarana kontrol terkait pengumpulan dan pengangkutan sampah belum

optimal dilakukan.

5.1.4. Sistem Pengolahan Sampah

Permasalahan sistem pengolahan sampah di Kota Bukittinggi antara lain :

1. Belum adanya pengolahan sampah berskala kota yang menerapkan prinsip

pemanfaatan sampah (recycle).

2. Ketersediaan sarana pengolahan sampah Kota Bukittinggi berupa insinerator hanya

untuk mengolah sampah dari puskemas kota yang dioperasikan 2 (dua) kali sebulan

dengan volume sampah yang diolah berkisar 2 – 5 kg

3. Sarana pengolahan sampah seperti komposter tidak tersedia. TPST di Aur Kuning

memang telah mempunyai sarana fisik yang diarahkan sebagai komposter, namun

belum beroperasi.

4. Kegiatan pengomposan dan daur ulang masih sebatas kelurahan dan berbasis

masyarakat. Kegiatan serupa ini masih perlu sokongan dari pemerintah kota.

Identifikasi Permasalahan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 5 - 8


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

5.1.5. TPA (Tempat Pemrosesan Akhir)

Permasalahan TPA :

1. Keberadaan TPA Panorama Baru dengan sistem open dumping tidak sesuai

pelaksanaannya dengan kaidah UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

yakni dengan sistem sanitary landfill.Hal ini mengakibatkan Kota Bukittinggi tidak

mempunyai TPA sendiri.

2. Kota Bukittinggi dengan luas lahan ± 25 km 2 sangat tidak memungkinkan untuk

penyediaan lokasi TPA. Keterbatasan lahan tidak bisa membuat Kota Bukittinggi

mempunyai TPA sendiri.

3. Butuh dana operasional yang besar dalam mengangkut sampah ke TPA Regional

Payakumbuh. Menimbang sampah Kota Bukittinggi dengan beragam sumber sampah

dan ditambah dengan masyarakat dari luar kota (perbatasan) ikut memanfaatkan wadah

sampah kota untuk membuang sampah. Sehingga jumlah timbulan sampah yang

dibawa untuk dibuang ke TPA Regional Payakumbuh menjadi besar. Selain itu jarak

antara Kota Bukittinggi ke TPA Regional > 25 km.

Identifikasi Permasalahan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 5 - 9


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

5.2. ASPEK KELEMBAGAAN

Permasalahan aspek kelembagaan antara lain :

1. Belum optimalnya koordinasi antar SKPD terkait dalam pengelolaan

persampahan.

2. Belum optimalnya peran dan fungsi Pokja Sanitasi Kota Bukittinggi dalam

pengelolaan persampahan.

3. Belum adanya perjanjian kerjasama pengelolaan persampahan dengan

Kabupaten Agam.

5.3. ASPEK HUKUM DAN PERATURAN

Permasalahan aspek hukum dan peraturan antara lain :

1. Belum dilakukannya sosialisasi kepada stakeholder tentang Peraturan Daerah

Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Retribusi Pelayanan

Persampahan/Kebersihan.

2. Tidak maksimalnya kebijakan pengaturan pengelolaan di daerah yang mampu

memberikan motivasi kesadaran peran serta masyarakat untuk ikut secara utuh

dalam pengelolaan baik menyangkut pembiayaan maupun teknik operasional.

5.4. ASPEK PEMBIAYAAN

Permasalahan aspek pembiayaan antara lain :

1. Tidak seimbangnya antara besarnya biaya operasional-pemeliharaan (OP) dengan

besarnya biaya penerimaan retribusi sebagai konsekuensi logis pelayanan akibat

mekanisme penarikan retribusi yang kurang memadai.

2. Sistem pemungutan retribusi persampahan yang belum optimal.

Identifikasi Permasalahan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 5 - 10


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

5.5. ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT

Permasalahan aspek peran serta masyarakat antara lain :

1. Masih belum melembaganya keinginan untuk menjaga kebersihan di lingkungan

masing-masing.

2. Belum ada pola baku bagi pembinaan masyarakat yang dapat dijadikan pedoman

pelaksanaan.

3. Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang mengelola

persampahan masih belum terkoordinasi dengan baik terhadap peningkatan

pemahaman masyarakat dalam pengelolaan persampahan.

4. Masih rendahnya persepsi dan pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan

sampah yang tertib dan lancar.

Identifikasi Permasalahan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 5 - 11


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

6.1. ASPEK TEKNIS

6.1.1. Penentuan Data Timbulan, Berat Jenis dan Komposisi Sampah

Sumber sampah Kota Bukittinggi umumnya didominasi oleh

, sampah yang berasal dari kegiatan rumah

(perumahan) yang merupakan sampah basah, selain juga dari

kegiatan lain (non perumahan) seperti pasar, industri,

perkantoran, jalan, fasilitas umum, pusat perdagangan dan lain-lain.


tangga

a. Pemukiman

Kondisi perekonomian sangat berpengaruh pada besarnya timbulan sampah, Semakin

tinggi standar ekonomi, maka jumlah timbulan sampah yang dihasilkan cenderung

semakin besar (Damanhuri, 2004). Berdasarkan hasil survey konsultan di lapangan,

maka diperoleh timbulan sampah perumahan baik timbulan volume (l/o/h) maupun

timbulan berat (kg/o/h) di Kota Bukittinggi berdasarkan klasifikasi ekonominya (high

income/ ekonomi atas; medium income/ ekonomi menengah dan low income/ ekonomi

bawah) dapat dilihat pada Tabel 6.1. Survey dilakukan sesuai dengan SNI-19-3694-

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 1


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Kompos.

Survey dilakukan selama 8 hari berturut-turut dari hari selasa ke selasa minggu

berikutnya sehingga terlihat fluktuasi timbulan sampah Kota Bukittinggi baik pada

hari normal (Senin sampai dengan Kamis) dan Hari Khusus (Jumat sampai dengan

Minggu). Survey dilakukan dengan mengumpulkan sampah dari sumber sampah

domestik dan non domestik. Tingginya satuan timbulan sampah untuk masyarakat

medium income dikarenakan berdasarkan hasil kuesioner, masyarakat Bukittinggi

hampir 60% berada pada tingkatan tersebut sehingga mempengaruhi populasi sampel.

Tabel 6.1
Timbulan Sampah Perumahan Kota Bukittinggi Berdasarkan Ekonomi

Timbulan (volume) Timbulan (berat)


Klasifikasi
(l/o/h) (kg/o/h)
High Income(HI) 2,33 0,17
Medium Income(MI) 3,83 0,26
Low Income(LI) 2,07 0,23
Sumber: Hasil Survey Konsultan, 2014

Sedangkan satuan timbulan sampah per orang berdasarkan kecamatan di Kota

Bukittinggi dapat dilihat pada Tabel 6.2 berikut. Berdasarkan kedua tabel tersebut

dapat disimpulkan bahwa rata-rata timbulan sampah domestik Kota Bukittinggi adalah

2,90 l/o/h atau 0, 22 kg/o/h.

Tabel 6.2
Timbulan Sampah Perumahan per Kecamatan Kota Bukittinggi

Timbulan (volume) Timbulan (berat)


Kecamatan
(l/o/h) (kg/o/h)
Guguk Panjang 2,31 0,22
Mandiangin Koto Selayan 3,63 0,15
Aur Birugo Tigo Baleh 2,75 0,28
Rata-rata 2,90 0,22
Sumber: Hasil Survey Konsultan, 2014

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 2


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

b. Non Pemukiman

Timbulan sampah non pemukiman adalah jumlah sampah yang dihasilkan dari pasar,

perkantoran dan fasilitas umum, industri, jalan dan rumah sakit. Berdasarkan hasil

survey konsultan di lapangan, diperoleh satuan timbulan sampah baik timbulan

volume (l/o/h) maupun timbulan berat (kg/o/h) untuk masing-masing jenis sumber

dapat dilihat pada Tabel 6.3 berikut.

Tabel 6.3
Timbulan Sampah Non Perumahan Kota Bukittinggi
Klasifikasi Timbulan (volume) Timbulan (berat)
Perkantoran & Fasilitas Umum 0,14 l/o/h 0,07 kg/o/h
Sekolah 0,02 l/o/h 0,07 kg/o/h
Restoran & Rumah Makan 0,08 l/k/h* 0,12 kg/k/h*
Hotel & Penginapan 0,182 l/tt/h* 0,02 kg/tt/h*
Jalan 0,02 l/m/h 0,01 kg/m/h
Rumah Sakit 0,06 l/tt/h* 0,01 kg/tt/h*
Pasar 0,48 l/m2/h 2,92 kg/m2/h
Pertokoan & Perindustrian 0,024 m3/unit/h 3,22 kg/unit/h
* Ket k = kursi; tt = tempat tidur
Sumber: Hasil Survey Konsultan, 2014

Berdasarkan satuan timbulan sampah berdasarkan sumber sampah, dapat diperkirakan total

timbulan sampah Kota Bukittinggi pada tahun 2014 adalah sekitar 466,95 m3/hari atau

129,61 ton/hari. Diketahui sumber sampah perumahan merupakan penyumbang terbesar

dari total sampah kota. Rincian timbulan sampah Kota Bukittinggi berdasarkan hasil

survey konsultan ini dapat dilihat pada Tabel 6.4 dan Tabel 6.5 berikut. Pada Tabel 6.6

akan terlihat timbulan sampah Kota Bukittinggi per kelurahan di tiap kecamatan. Dimana

ini juga sejalan dengan luas wilayah kelurahan serta jumlah penduduk dan beragamnya

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 3


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

aktivitas pada kelurahan tersebut, akan mempengaruhi pada jumlah timbulan sampah yang

dihasilkan per harinya.

Tabel 6.4
Total Timbulan Volume Sampah Kota Bukittinggi Tahun 2014
Satuan Timbulan Total Sampah
Jenis Sumber Sampah Jumlah*
Volume (m3/hr)
Perumahan 2,90 l/o/hr 121,845 orang 352,94
Kantor dan Fasilitas
0,14 l/o/hr
Umum 2,091 orang 0,30
Sekolah 0,02 l/o/hr 18,100 orang 0,35
Hotel & Penginapan 0,18 l/tt/hr 3,138 Tt 0,57
Restoran & Rumah
0,08 l/k/hr
Makan 61680 kursi 4,75
Jalan 0,02 l/m/hr 198,000 M 3,17
Rumah Sakit 0,06 l/tt/hr 274,785 Tt 17,58
2 2
Pasar 0,48 l/m /hr 27,222 m 13,07
3
Toko & Industri 0,024 m /unit/hr 3,092 unit 74,21
Total Timbulan 466,95
*berdasarkan Data BPS, Dinas Pariwisata , Dinas Pasar Kota Bukittinggi, 2014 dan
RTRW Kota Bukittinggi, 2010
Sumber: Hasil Survey Konsultan, 2014

Tabel 6.5
Total Timbulan Berat Sampah Kota Bukittinggi Tahun 2014
Satuan Timbulan Total Sampah
Jenis Sumber Sampah Jumlah*
Volume (ton/hr)
Perumahan 0,218 kg/o/hr 121,845 orang 26,61
Kantor dan Fasilitas
Umum 0,07 kg/o/hr 2,091 orang 0,15
Sekolah 0,07 kg/o/hr 18,100 orang 1,27
Hotel 0,02 kg/tt/hr 3,138 tt 0,06
Restoran& Rumah Makan 0,12 kg/k/hr 61680 kursi 7,40
Jalan 0,01 kg/m/hr 198,000 M 1,74
Rumah Sakit 0,01 kg/tt/hr 274,785 tt 1,41
2 2
Pasar 2,92 kg/m /hr 27,222 m 79,49
Toko& Industri 3,12 kg/unit/hr 3,092 unit 9,96
Total Timbulan 129,61
*berdasarkan Data BPS, Dinas Pariwisata , Dinas Pasar Kota Bukittinggi, 2014 dan
RTRW Kota Bukittinggi, 2010
Sumber: Hasil Survey Konsultan, 2014

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 4


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 6.6 Timbulan Sampah Kota Bukittinggi Tahun 2014 di Kecamatan dan
Kelurahan
Timbulan Sampah
No Kelurahan
m3/hari ton/hari
I KEC. GUGUK PANJANG 122,27 27,71

1 Bukit Cangang K, Ramang 8,40 1,90

2 Tarok Dipo 26,48 6,00

3 Pakan Kurai 15,59 3,53

4 Aur Tajungkang T, Sawah 12,34 2,80

5 Benteng Pasar Atas 10,03 2,27

6 Kayu Kubu 16,31 3,70

7 Bukit Apit Puhun 33,12 7,51

II KEC. MANDIANGIN KOTO SELAYAN 217,57 49,30

1 Pulai Anak Air 15,77 3,57

2 Koto Selayan 13,06 2,96

3 Garegeh 11,66 2,64

4 Manggis Ginting 11,66 2,64

5 Campago Ipuh 24,94 5,65

6 Puhun Tembok 12,70 2,88

7 Puhun Pintu Kabun 64,62 14,64

8 Kubu Gulai Bancah 32,40 7,34

9 Campago Guguk Bulek 30,77 6,97

III KEC. AUR BIRUGO TIGO BALEH 111,97 25,37

1 Belakang Balok 9,04 2,05

2 Sapiran 4,61 1,04

3 Birugo 16,81 3,81

4 Aur Kuning 16,13 3,66

5 Pakan Labuah 21,15 4,79

6 Kubu Tanjung 16,31 3,70

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 5


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Timbulan Sampah
No Kelurahan
m3/hari ton/hari
7 Ladang Caklah 13,24 3,00

8 Parit Antang 14,69 3,33

Sumber: Hasil Survey Konsultan, 2014

Timbulan Sampah Kota Bukittinggi Saat Lebaran

Kota Bukittinggi dengan potensinya di bidang pariwisata dan perdagangan, membuat kota

ini mendapat kunjungan yang sangat ramai dari pendatang, Apalagi saat momen Idul Fitri,

dimana tidak hanya pendatang yang ingin menikmati pariwisata dan perdagangan, namun

juga banyaknya perantau dari luar kota dan luar provinsi berkunjung, Hal ini tentu

berpengaruh terhadap jumlah timbulan sampah Kota Bukittinggi,

Berdasarkan survey yang dilakukan selama 8 (delapan) hari yaitu H-3 dan H+4 Idul Fitri

1435H lalu, maka terlihat jumlah timbulan sampah kota mengalami peningkatan, Jika hasil

timbulan sampah kota sesuai survey hari normal adalah sekitar 466,95 m3/hari, maka pada

momen lebaran bisa mencapai 489,14 m3/hari, Ini dapat dilihat pada Tabel 6.7 berikut. Jika

dibandingkan antara timbulan sampah domestik saat hari normal dengan timbulan sampah

domestik saat momen lebaran, diperoleh rasio perbandingan 1 : 1,06. Sementara itu, untuk

timbulan sampah non domestik diperoleh rasio perbandingan 1 : 1,02 antara hari normal

dengan periode lebaran. Ini bisa dilihat pada Tabel 6.8

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 6


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 6.7
Total Timbulan Volume Sampah Kota Bukittinggi Saat Lebaran
Satuan Timbulan Total
Sumber Sampah Jumlah*
Volume (m3/hari)
Perumahan 3,06 l/o/hr 121,845 Orang 372,85
Kantor & Fasilitas Umum 0,14 l/o/hr 2,091 Orang 0,30
Hotel & Penginapan 0,18 l/tt/hr 3,138 Tt 0,57
Restoran & Rumah Makan 0,08 l/k/hr 61,680 Kursi 4,753
Jalan 0,02 l/m/hr 198,000 M 3,17
Rumah Sakit 0,05 l/tt/hr 274,785 Tt 13,74
Pasar 0,61 l/m2/hr 27,222 m2 16,61
Toko & Industri 0,03 m3/toko/hr 3,092 Toko 61,36
Total Timbulan 489,14
*berdasarkan Data BPS, Dinas Pariwisata , Dinas Pasar Kota Bukittinggi, 2014 dan RTRW
Kota Bukittinggi, 2010
Sumber: Hasil Survey Konsultan, 2014

Tabel 6.8
Perbandingan Timbulan Sampah Kota Bukittinggi Saat Hari Normal dan Hari Raya

Sampah Domestik
Normal 352,94 (m3/hari)
Lebaran 372,85 (m3/hari)
Rasio Perbandingan 1 : 1,06

Sampah Non Domestik


Normal 114,01 (m3/hari)
Lebaran 116,29 (m3/hari)
Rasio Perbandingan 1 : 1,02

Meskipun sudah bisa diperkirakan berapa berat timbulan sampah Kota Bukittinggi, namun

terdapat perbedaan dari berat sampah yang terangkut dari Kota Bukittinggi ke TPA

Regional Payakumbuh. Dengan pelayanan Kota Bukittinggi yang mencapai 80%, maka

sampah yang terangkut ke TPA Regional Payakumbuh adalah 80% dari 129,61 ton/hari

yakni 103,19 ton/hari. Namun mengacu pada data UPTD Provinsi Sumatra Barat tahun

2014 sesuai Tabel 4.2 pada Bab IV, maka perbedaan berat timbulan yang terjadi mencapai

4,4%. Seperti yang sudah diketahui terkait permasalahan sampah di Kota Bukittinggi, ini

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 7


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

merupakan potensi kiriman sampah dari penduduk sekitar (Kabupaten Agam). Oleh

karenanya diperlukan upaya dalam secepatnya untuk menekan jumlah kiriman sampah dari

luar ini sehingga pengelolaan sampah Kota Bukittinggi bisa dioptimalkan. Target

pengurangan sampah dari luar ini merupakan program jangka pendek yang harus

diselesaikan. Ini bisa kita lihat perbandingannya antara hasil survey dengan data hasil

penimbangan TPA Regional Payakumbuh di Tabel 6.9

Tabel 6.9
Perbandingan Berat Timbulan Sampah Rata-Rata Kota Bukittinggi

Berat
No Sumber Pengukuran
(ton/hari)

1 [Survey] Timbulan Sampah Kota Bukittinggi 129,61

[Survey] Timbulan Sampah Kota Bukittinggi yang


2 103,19
terangkut ke TPA Regional Payakumbuh

[Data UPTD] Timbulan Sampah Kota Bukittinggi


2 108
yang terangkut ke TPA Regional Payakumbuh

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 8


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar Kondisi Sampah saat Lebaran di Tanah Jua

Gambar Kondisi Sampah saat Lebaran di Simpang Inkorba

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 9


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar Kondisi Sampah saat Lebaran di Pintu Kabun

Gambar Kondisi Sampah saat Lebaran di Pasar Atas

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 10


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar Kondisi Sampah saat Lebaran di MAN Model

Berat Jenis Sampah Kota Bukittinggi

Berat jenis merupakan perbandingan berat material sampah dengan unit volume sampah

dalam satuan kg/liter. Berat jenis rata-rata untuk sampah domestik Kota Bukittinggi adalah

0,08 kg/liter. Sedangkan berat jenis rata-rata sampah non domestik Kota Bukittinggi adalah

0,07 kg/liter. Rincian berat jenis sampah Kota Bukittinggi dengan klasifikasi jenis

kegiatannya dapat dilihat pada Tabel 6.10 berikut.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 11


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 6.10
Berat Jenis Sampah Kota Bukittinggi 2014
Klasifikasi Berat Jenis (kg/l)
Perumahan/ Domestik
High Income 0,17
Medium Income 0,17
Low Income 0,11
Non Perumahan/ Non Domestik
Perkantoran 0,04
Sekolah 0,03
Pertokoan & Perindustrian 0,01
Restoran & Rumah Makan 0,27
Hotel & Penginapan 0,01
Jalan 0,2
Pasar 3,5
Rumah Sakit 0,08
Sumber: Hasil Survey Konsultan, 2014

Komposisi Sampah Kota Bukittinggi

Mengkaji hasil survey lapangan, diperoleh komposisi sampah Kota Bukittinggi didominasi

oleh sampah organik 73,06% untuk sampah domestik dan 41,60% untuk sampah non

domestik. Secara keseluruhan dari semua sumber sampah tersebut, persentase sampah

organik mencapai 63,83% dari komposisi total timbulan sampah Kota Bukittinggi. Sampah

ini meliputi sisa makanan, sampah dari taman dan jalan. Sebagai kota yang identik dengan

perdagangan, Kota Bukittinggi juga cukup tinggi menghasilkan sampah yang berpotensi

untuk didaur ulang seperti kertas, karton dan plastik. Sampah lain-lain sebesar 6% bisa

berupa sampah yang tidak terkategrikan sesuai SNI 1994, bisa juga sebagai sampah B3.

Disini akan difokuskan pengelolaan sampah yang bisa dikompos dan daur ulang. Sampah

lain-lain akan diangkut ke TPA untuk dikelola. Hasil persentase komposisi sampah Kota

Bukittinggi dapat dilihat perincian pada Tabel 6.11 sampai Tabel 6.13 berikut.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 12


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 6.11
Komposisi Sampah Domestik Kota Bukittinggi
Komposisi Sampah (%)
No
Jenis Sampah Kota
HI MI LI
Bukittinggi
1 Makanan dan sisa makanan 62,13 68,412 88,70 72,55
2 Daun (Sampah dari taman, jalanan, dll) 2,41 0,680 0,00 0,51
3 Kayu dan produk dari kayu 0,00 0,000 0,00 0,00
4 Kertas, Karton 15,03 10,118 2,59 8,03
5 Kain 0,03 0,329 0,00 0,14
6 Kaca dan Sejenisnya 0,00 0,219 0,74 0,12
7 Plastik 17,29 13,778 7,96 12,59
8 Besi dan metal lainnya 0,00 0,066 0,00 0,06
9 Sampah lain-lain 3,11 6,398 0,00 6,00
Sumber: Hasil Survey Konsultan, 2014

Tabel 6.12
Komposisi Sampah Non Domestik Kota Bukittinggi
Komposisi (%)
No, Jenis Sampah
1 2 3 4 5 6 7 8 Kota
1 Makanan dan sisa makanan 26,16 27,78 20,71 100 9,84 8,33 22,14 4,07 36,45
Daun (Sampah dari taman,
2 15,50 8,77 0,03 0,00 0,00 33,33 5,63 0,00 5,15
jalanan, dll)
3 Kayu dan produk dari kayu 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
4 Kertas, Karton 33,17 28,19 40,93 0,00 0,00 25,00 30,02 31,40 27,34
5 Kain 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 11,26 0,00 1,14
6 Kaca dan Sejenisnya 0,00 0,00 5,87 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,71
7 Plastik 24,86 35,27 32,30 0,00 90,16 33,33 30,96 25,00 24,88
8 Besi dan metal lainnya 0,31 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05
9 Sampah lain-lain 0,00 0,00 0,16 0,00 0,00 0,00 0,00 39,53 3,28
Ket 1 = Perkantoran 5 = Hotel & Penginapan
2 = Sekolah 6 = Jalan
3 = Toko & Industri 7 = Pasar
4 = Restoran & Rumah Makan 8 = Rumah Sakit
Sumber: Hasil Survey Konsultan, 2014

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 13


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 6.13
Komposisi Sampah Kota Bukittinggi
No Jenis Sampah Komposisi (%)
1 Makanan dan sisa makanan 61,96
2 Daun (Sampah dari taman, jalanan, dll) 1,87
3 Kayu dan produk dari kayu 0,00
4 Kertas, Karton 13,70
5 Kain 0,44
6 Kaca dan Sejenisnya 0,59
7 Plastik 16,19
8 Besi dan metal lainnya 0,06
9 Sampah lain-lain 5,20
Total 100
Sumber: Hasil Survey Konsultan, 2014

Gambar Persentase Komposisi Sampah Kota Bukittinggi

6.1.2. Karakteristik Sampah Kota Bukittinggi

Berdasarkan hasil analisis laboratorium, diperoleh karakteristik kimia sampah Kota

Bukittinggi. Karakteristik kimia yang dianalisis adalah kadar air, kadar volatil dan kadar

abu sampah. Berikut pada Tabel 6.14 diperlihatkan karakteristik sampah Kota Bukittinggi

berdasarkan jenis sumber sampahnya.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 14


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 6.14
Karakteristik Kimia Sampah Kota Bukittinggi

No Kode sampel Kadar Air (%) Kadar Volatil (%) Kadar Abu (%)
Domestik
1 HI (High Income) 48,90 27,87 9,46
2 MI (Medium Income) 39,21 47,42 7,90
3 LI (Low Income) 52,16 37,86 6,24
Non Domestik
4 Kantor 42,95 37,85 6,40
5 Sekolah 60,94 20,45 6,25
6 Toko & Industri 38,10 40,77 13,38
7 Pasar 81,47 17,79 0,09
8 Lainnya 53,48 24,24 10,13

6.1.3. Proyeksi Timbulan Kota Bukittinggi

Dalam merancang pengelolaan persampahan Kota Bukittinggi dalam memenuhi strategi

jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang maka dilakukan proyeksi penduduk

Kota Bukittinggi sehingga bisa diprediksi berapa total timbulan sampah domestik kota

untuk masa 20 tahun ke depan. Dengan memperhatikan laju pertumbuhan penduduk Kota

Bukittinggi mencapai 1,97% (BPS, 2014) dan dengan memanfaatkan data jumlah

penduduk Kota Bukittinggi dalam sepuluh tahun (2005 – 2014), dilakukan proyeksi

penduduk dengan menggunakan metode aritmatika, metode eksponensial dan metode

logaritma, Hasil analisis menunjukkan metode yang tepat untuk proyeksi penduduk Kota

Bukittinggi adalah metode eksponensial dengan r = 0,96.

Berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Bukittinggi juga dilakukan

analisis proyeksi terkait sarana dan prasarana Kota Bukittinggi. Sehingga bisa dilakukan

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 15


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

juga prediksi timbulan sampah non domestik baik dalam satuan liter per orang per hari,

liter per meter persegi per hari maupun liter per meter per hari.

Mengkaji hasil proyeksi tersebut, maka bisa diprediksi total timbulan sampah Kota

Bukittinggi untuk perencanaan 20 tahun. Perencanaan ini dibagi atas rencana jangka

pendek (2015-2019); rencana jangka menengah (2020-2024) dan rencana jangka panjang

(2025-2034) Ini dapat dilihat pada Tabel 6.15 berikut untuk timbulan sampah berdasarkan

jenis sumber sampah, dimana total timbulan sampah Kota Bukittinggi diperkirakan

mencapai 1097,85 m3/hari atau sekitar 558,52 ton/hari pada tahun 2034. Pada Tabel 6.16

dan Tabel 6.17 merupakan proyeksi dari volume dan berat timbulan sampah per kelurahan

di Kota Bukittinggi.

Tabel 6.15
Proyeksi Timbulan Sampah Kota Bukittinggi

2019 2024 2029 2034


Sumber Sampah
m3/h ton/h m3/h ton/h m3/h ton/h m3/h ton/h
Domestik 389,11 29,28 428,97 32,28 472,92 35,59 521,38 39,24

Perkantoran 0,45 0,22 0,67 0,33 1,01 0,49 1,51 0,74

Sekolah 0,47 1,69 0,63 2,25 0,83 3,00 1,11 4,00

Hotel & Penginapan 0,86 0,09 1,29 0,14 1,93 0,21 2,89 0,32

Restoran & Rumah Makan 7,13 11,10 10,70 16,65 16,04 24,98 24,06 37,47

Jalan 4,75 2,97 7,13 4,46 10,69 6,68 16,04 10,02

Rumah sakit 26,38 4,12 39,57 6,18 59,35 9,27 89,03 13,91

Pasar 19,60 119,23 29,40 178,85 44,10 268,27 66,15 402,41

Toko & Industri 111,31 14,93 166,97 22,40 250,45 33,60 375,68 50,40

Total 560,05 183,65 685,32 263,55 857,33 382,11 1097,85 558,52

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 16


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 6.16
Proyeksi Volume Timbulan Sampah per Kelurahan Kota Bukittinggi

Volume Timbulan (m3/hari)


No Kelurahan 2014* 2019 2024 2029 2034
I GUGUK PANJANG 122,27 145,43 176,26 218,21 276,41

1 Bukit Cangang K, Ramang 8,40 10,00 12,12 15,00 19,00

2 Tarok Dipo 26,48 31,49 38,17 47,26 59,86

3 Pakan Kurai 15,59 18,54 22,47 27,82 35,24

4 Aur Tajungkang T, Sawah 12,34 14,67 17,78 22,01 27,89

5 Benteng Pasar Atas 10,03 11,93 14,46 17,90 22,68

6 Kayu Kubu 16,31 19,40 23,51 29,11 36,87

7 Bukit Apit Puhun 33,12 39,39 47,74 59,11 74,87

II MANDIANGIN KOTO SELAYAN 217,57 258,77 313,63 388,28 491,83

1 Pulai Anak Air 15,77 18,76 22,73 28,14 35,65

2 Koto Selayan 13,06 15,53 18,82 23,31 29,52

3 Garegeh 11,66 13,87 16,81 20,81 26,35

4 Manggis Ginting 11,66 13,87 16,81 20,81 26,35

5 Campago Ipuh 24,94 29,67 35,96 44,51 56,38

6 Puhun Tembok 12,70 15,10 18,30 22,66 28,70

7 Puhun Pintu Kabun 64,62 76,85 93,14 115,32 146,07

8 Kubu Gulai Bancah 32,40 38,53 46,70 57,82 73,24

9 Campago Guguk Bulek 30,77 36,60 44,36 54,92 69,56

III AUR BIRUGO TIGO BALEH 111,97 133,17 161,41 199,83 253,12

1 Belakang Balok 9,04 10,75 13,03 16,13 20,43

2 Sapiran 4,61 5,48 6,64 8,23 10,42

3 Birugo 16,81 19,99 24,23 30,00 38,00

4 Aur Kuning 16,13 19,19 23,25 28,79 36,47

5 Pakan Labuah 21,15 25,15 30,48 37,74 47,80

6 Kubu Tanjung 16,31 19,40 23,51 29,11 36,87

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 17


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Volume Timbulan (m3/hari)


No Kelurahan 2014* 2019 2024 2029 2034
7 Ladang Caklah 13,24 15,75 19,08 23,63 29,93

8 Parit Antang 14,69 17,47 21,17 26,21 33,20

*kondisi eksisting

Tabel 6.17
Proyeksi Berat Timbulan Sampah per Kelurahan Kota Bukittinggi

Berat Timbulan (ton/hr)


No Kelurahan
2014* 2019 2024 2029 2034
I GUGUK PANJANG 27,71 38,65 54,74 78,54 113,84

1 Bukit Cangang K. Ramang 1,90 2,66 3,76 5,40 7,83

2 Tarok Dipo 6,00 8,37 11,85 17,01 24,65

3 Pakan Kurai 3,53 4,93 6,98 10,01 14,51

4 Aur Tajungkang T. Sawah 2,80 3,90 5,52 7,92 11,49

5 Benteng Pasar Atas 2,27 3,17 4,49 6,44 9,34

6 Kayu Kubu 3,70 5,16 7,30 10,48 15,19

7 Bukit Apit Puhun 7,51 10,47 14,83 21,27 30,84

II MANDIANGIN KOTO SELAYAN 49,30 68,77 97,41 139,75 202,57

1 Pulai Anak Air 3,57 4,98 7,06 10,13 14,68

2 Koto Selayan 2,96 4,13 5,85 8,39 12,16

3 Garegeh 2,64 3,68 5,22 7,49 10,85

4 Manggis Ginting 2,64 3,68 5,22 7,49 10,85

5 Campago Ipuh 5,65 7,88 11,17 16,02 23,22

6 Puhun Tembok 2,88 4,01 5,68 8,16 11,82

7 Puhun Pintu Kabun 14,64 20,42 28,93 41,50 60,16

8 Kubu Gulai Bancah 7,34 10,24 14,50 20,81 30,16

9 Campago Guguk Bulek 6,97 9,73 13,78 19,77 28,65

III AUR BIRUGO TIGO BALEH 25,37 35,39 50,13 71,92 104,25

1 Belakang Balok 2,05 2,86 4,05 5,80 8,41

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 18


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Berat Timbulan (ton/hr)


No Kelurahan
2014* 2019 2024 2029 2034
2 Sapiran 1,04 1,46 2,06 2,96 4,29

3 Birugo 3,81 5,31 7,53 10,80 15,65

4 Aur Kuning 3,66 5,10 7,22 10,36 15,02

5 Pakan Labuah 4,79 6,68 9,47 13,58 19,69

6 Kubu Tanjung 3,70 5,16 7,30 10,48 15,19

7 Ladang Cakiah 3,00 4,18 5,93 8,50 12,33

8 Parit Antang 3,33 4,64 6,57 9,43 13,67

*kondisi eksisting

Menimbang aspek yang ingin dicapai adalah 3R sampah dimulai dari sumber serta

pemisahan sampah bisa dilakukan, maka diperlukan juga rencana proyeksi komposisi

sampah Kota Bukittinggi, Proyeksi komposisi sampah kota ini bisa membantu dalam

memperkirakan potensi pengelolaan sampah berbasis 3R Kota Bukittinggi baik itu

pengomposan maupun daur ulang sampah, Rincian proyeksi komposisi sampah Kota

Bukittinggi dapat dilihat pada Tabel 6.18 berikut

Tabel 6.18
Proyeksi Komposisi Sampah Kota Bukittinggi

Persentase Volume (m3)


Jenis Sampah
(%) 2014* 2019 2024 2029 2034
Makanan dan sisa makanan 61,96 289,32 347,00 424,62 531,20 680,22

Daun (Sampah dari taman, jalanan, dll) 1,87 8,75 10,49 12,84 16,06 20,57

Kayu dan produk dari kayu 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Kertas, Karton 13,70 63,95 76,70 93,86 117,41 150,35

Kain 0,44 2,03 2,44 2,98 3,73 4,78

Kaca dan Sejenisnya 0,59 2,74 3,28 4,02 5,03 6,44

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 19


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Persentase Volume (m3)


Jenis Sampah
(%) 2014* 2019 2024 2029 2034
Plastik 16,19 75,61 90,69 110,97 138,83 177,77

Besi dan metal lainnya 0,06 0,26 0,31 0,38 0,48 0,61

Sampah lain-lain 5,20 24,29 29,13 35,65 44,60 57,11

Total 100 466,95 560,05 685,32 857,33 1097,85

*kondisi eksisting

6.1.4. Pengembangan Pelayanan

Tingkat Pelayanan Sampah Kota Bukittinggi

Total timbulan sampah Kota Bukittinggi pada Tahun 2014 adalah 466,95 m3/hari dan total

timbulan sampah dari Kota Bukittinggi yang masuk ke TPA adalah 287,9 m 3/hari (KLH

Kota Bukittinggi, 2014). Dengan daerah pelayanan telah mencapai 80% dan dari hasil

kuesioner diperoleh persentase masyarakat yang telah terlayani sekitar 74%, maka bisa

ditentukan tingkat pelayanan Kota Bukittinggi seperti pada perhitungan di bawah ini.

Tabel 6.19
Penentuan Timbulan Sampah yang Terlayani Tahun 2014
Total Timbulan Total Timbulan
Sumber Sampah Kota Bukittinggi yang Terlayani
(m3/h) (m3/h)
Domestik 352,94 261,18
Perkantoran 0,30 0,30
Sekolah 0,35 0,35
Hotel & Penginapan 0,57 0,57
Restoran & Rumah Makan 4,75 4,75
Jalan 3,17 3,17
Rumah sakit 17,59 17,59
Pasar 13,07 13,07
Toko & Industri 74,21 61,84

Total 466,95 360,09

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 20


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tingkat Pelayanan Sampah Kota Bukittinggi = 80,01 %

Tingkat pelayanan 80,1% ini berarti sejalan dengan hasil kuesioner yang menyatakan

masih ada sekitar 20% masyarakat yang masih melakukan pengolahan sampah tidak

semestinya, yakni dengan membakar atau menimbun sampah. Daerah pelayanan dan

tingkat pelayanan yang telah mencapai 80% perlu ditingkatkan lagi agar seluruh daerah

cakupan Kota Bukittinggi bisa terlayani dalam pengelolaan sampah dan tingkat

pelayanan pengangkutan sampah bisa 100%. Selain itu, sesuai dengan Permen PU no

03/PRT/M/2013 bahwa target 3R di Indonesia adalah sebesar 20%. Ini akan dijadikan

sebagai target 3R yang harus dicapai dalam persampahan Kota Bukittinggi. Berikut

pada Tabel 6.20 disajikan perencanaan peningkatan daerah dan tingkat pelayanan Kota

Bukittinggi yang juga disertai dengan target 3R.

Tabel 6.20
Rencana Peningkatan Daerah dan Tingkat Pelayanan Kota Bukittinggi

2014 2019 2024 2029 2034


Eksis- Jangka Jangka
Jangka Panjang
Aspek ting Pendek Menengah
Daerah Pelayanan (%) 80 100 100 100 100

Tingkat Pelayanan (%) 80 100 100 100 100


Timbulan Sampah
466,95 560,05 685,32 857,33 1097,85
(m3/hari)
Target 3R (%) -- 16 20 20 20
Timbulan Sampah yang
terangkut setelah 3R 466,95 473,53 540,84 652,21 873,18
(m3/hari)

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 21


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

6.1.5. Sistem Pewadahan

6.1.5.1. Pola Pewadahan

Pengelolaan Sampah Konvensional (Kumpul-Angkut-Buang)

Pola pewadahan dengan pengelolaan sampah secara konvensional (kumpul-angkut-buang)

bisa dilakukan seperti yang sudah diterapkan oleh Pemerintah Kota Bukittinggi saat ini.

Sumber sampah akan mengumpulkan sampah pada wadah yang sudah mereka sediakan/

disediakan oleh pemerintah kota tanpa dilakukan pemilahan. Kemudian sampah tercampur

tersebut akan dikumpulkan oleh petugas sampah dan diangkut ke TPA Regional. Pada

TPA barulah dilakukan kegiatan pemilahan berdasarkan komposisi dan karakteristik

sampah. Diagram alir pola konvensional ini dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 6.1. Diagram Alir Pola Konvensional (Kumpul-Angkut-Buang)

Pengelolaan Sampah 3R

Pola pewadahan sampah berbasis 3R akan menggunakan wadah tercampur yang

disediakan oleh pemerintah kota. Pola berbasis 3R akan lebih dititikberatkan pada berbasis

institusi sebagai langkah awal untuk memicu kepedulian masyarakat dalam pengelolaan

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 22


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

sampah. Berbasis institusi ini akan mengoptimalkan peran TPST (Tempat Pengolahan

Sampah Terpadu) sebagai suatu unit pengolahan sampah dan peran SPA (Stasiun Peralihan

Antara) sebagai suatu unit penampung sementara dalam mereduksi jumlah trip angkut

sampah ke TPA Regional Payakumbuh. Pada gambar dapat dilihat diagram alir pola

pengelolaan sampah berbasis 3R yang akan direncanakan di Kota Bukittinggi.

Gambar 6.2 Diagram Alir Pola Kumpul-Angkut-Buang + 3R

6.1.5.2. Sarana Pewadahan

Pengelolaan Sampah Konvensional (Kumpul-Angkut-Buang)

Jika pelaksanaan pengelolaan persampahan dengan metode kumpul-angkut-buang

diterapkan dengan metode pewadahan seperti yang dijelaskan sebelumnya, maka

berdasarkan Tabel 6.21 berikut bisa diperkirakan jumlah kebutuhan wadah sampah untuk

Kota Bukittinggi, Pada perkiraan jumlah wadah ini, dianggap umur pakai wadah sekitar 5

(lima) tahun, sehingga perlu dilakukan penggantian dan penambahan wadah setiap periode

perencanaan (5 tahun) oleh pemerintah kota. Jumlah wadah sampah disesuaikan dengan

kebutuhan timbulan sampah yang sebelumnya telah diproyeksikan dan tidak ada sistem

pemilahan sampah sama sekali.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 23


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 6.21
Proyeksi Kebutuhan Pewadahan Kota Bukittinggi

` Volume Jumlah (unit)


Jenis TPS (m3) 2014* 2019 2024 2029 2034
TPS Kembar 0,06 80 100 100 120 120
TPS Kayu 1 78 80 100 150 150
TPS Batu 3 37 50 50 75 75
TPS Kontainer 6 13 20 30 45 45
*kondisi eksisting
asumsi umur wadah 5 tahun

Pengelolaan Sampah 3R

Pelaksanaan pengelolaan persampahan berbasis 3R secara bertahap akan memberikan

pengaruh kepada jumlah timbulan yang akan diangkut ke TPA Regional Payakumbuh.

Aspek-aspek perencanaan pengelolaan sampah Kota Bukittinggi berbasis 3R serta

peningkatan dan target 3R dapat dilihat pada Tabel 6.22. Dengan metode pewadahan untuk

pengelolaan sampah berbasis 3R seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka pada

Tabel 6.23 dapat kita lihat jumlah wadah sampah yang perlu diadakan oleh pemerintah

kota yang disesuaikan dengan proyeksi timbulan sampah Kota Bukittinggi dan

perencanaan peningkatan target 3R tiap periode bertahap hingga mencapai 10%.

Tabel 6.22
Perencanaan Pengelolaan Sampah Berbasis 3R

Perencanaan 2014* 2019 2024 2029 2034


Timbulan (m3) 451,86 537,42 651,36 806,40 1021,46
Sampah yang 3R (m3) 85,99 104,22 129,02 163,43
Sampah yang terangkut
444,51 547,14 677,38 858,03
TPA Payakumbuh (m3)
Target 3R (%) 16 20 20 20
*kondisi eksisting

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 24


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 6.23
Proyeksi Kebutuhan Pewadahan 3R Kota Bukittinggi

Volume Jumlah (unit)


Jenis TPS
(m3) 2014* 2019 2024 2029 2034
TPS Kembar 0,06 80 20 20 20 20
TPS Kayu 1 78 0 0 0 0
TPS Batu 3 37 0 0 0 0
TPS Kontainer 6 13 7 10 12 12
*kondisi eksisting
asumsi umur wadah 5 tahun

6.1.6. Sistem Pengumpulan dan Pengangkutan

Pengelolaan Sampah Konvensional (Kumpul-Angkut-Buang)

Dalam menunjang pengangkutan sampah yang sudah dikumpulkan menuju TPA Regional

Payakumbuh, maka perlu dilakukan proyeksi perencanaan truk pengangkut sampah,

Dengan pola kumpul-angkut-buang, direncanakan pengumpulan sampah Kota Bukittinggi

menggunakan gerobak sampah/becak sampah untuk mengumpulkan sampah jalan dan

sampah perumahan. Kemudian dengan pengembangan sistem yang sudah ada di Kota

Bukittinggi saat ini, truk sampah bisa juga dimanfaatkan sebagai sarana untuk

mengumpulkan sampah. Jika berpatokan pada pola ini dalam pengelolaan sampah,

kebutuhan truk untuk mengumpulkan sampah Kota Bukittinggi dapat dilihat pada Tabel

6.24. Meningkatnya jumlah timbulan sampah kota hingga 20 tahun ke depan, tentu

diperlukan juga penambahan jumlah ritasi sehingga sampah kota dapat terlayani dan

terangkut secara optimal ke TPA.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 25


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 6.24
Perencanaan Kebutuhan Kendaraan Pengumpul dan Pengangkut Sampah

Tahun
Perencanaan
2014* 2019 2024 2029 2034
Jumlah Gerobak Sampah (unit) 34 50 75 120 180
Jumlah Becak Sampah (unit) 25 40 60 90 135
Jumlah Becak Motor (unit) 13 20 30 50 75
Jumlah Ritasi Becak Motor 2 3 3 4 4
Jumlah Truk Sampah (unit) 16 24 30 40 45
Jumlah Ritasi Truk Sampah 2 2 2 2 2
* kondisi eksisting
asumsi umur sarana 8 tahun

Pengelolaan Sampah 3R

Pengangkutan sampah berbasis 3R dengan mengoptimalkan TPST, maka akan berdampak

kepada jumlah sampah yang akan diangkut ke TPA Regional. TPST akan menangani

pengolahan sampah skala kota berupa pengomposan dan daur ulang. Ditunjang dengan

pengoptimalan fungsi SPA dimana pada SPA juga diberikan fasilitas pemadatan sampah

sehingga junlah sampah yang bisa diangkut ke TPA Regional dari sisi volume lebih

sedikit. Maka jumlah kebutuhan truk sampah sebagai sarana angkut sampah dapat ditekan

dan jumlah ritasi untuk mengangkut timbulan sampah kota ke TPA dapat diminimalisir.

TPST dan SPA ini akan berpengaruh besar dalam penanganan persampahan Kota

Bukittinggi saat kondisi puncak, misalnya saat Hari Raya Idul Fitri atau Perayaan Tahun

Baru.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 26


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Penggunaan SPA yang memiliki fasilitas dan teknologi pengolahan sampah berbasis 3R

serta TPST direncanakan memakai sistem zona, Penentuan zona ini dirancang dengan

mepertimbangkan rencana awal posisi SPA dan TPST yang telah dilakukan oleh

Pemerintah Kota Bukittinggi. Lokasi perencanaan SPA dan TPST oleh pemerintah kota

adalah di Talao, ini akan dibahas pada subbab berikutnya. Rancangan umum yang

direncanakan terkait pengumpulan dan pengangkutan Kota Bukittinggi adalah untuk

sampah dari zona A yaitu Kelurahan Belakang Balok, Sapiran, Birugo, Bukit Cangang

Kayu Ramang, Kayu Kubu, Benteng Pasar Atas, Aur Tajungkang Tengah sawah, Puhun

Tembok dan Campago Ipuh. Pemilihan kelurahan ini di zona A karena kemudahan akses

yang dekat dengan jalan utama kota kemudian kepadatan penduduk serta beragamnya

aktivitas di kelurahan ini. Pada zona A akan dilakukan penjemputan sampah dengan becak

sampah, gerobak sampah dan becak motor ke rumah-rumah. Penjemputan ini juga

memberdayakan peranan kelurahan dan pihak RW. Kemudian dilakukan pengumpulan dan

pengolahan terlebih dahulu di SPA. Sementara untuk sampah dari zona B, selain dari 9

kelurahan di zona A sebelumnya, akan dikumpulkan melalui pewadahan sampah dan

langsung diangkut menuju TPA Regional Payakumbuh.

Tabel 6.25
Perencanaan Kebutuhan Kendaraan Pengumpul dan Pengangkut Sampah

Tahun
Perencanaan
2014* 2019 2024 2029 2034
Jumlah Gerobak Sampah bersekat (unit) 34 35 45 50 50
Jumlah Becak Sampah bersekat (unit) 25 30 40 50 50
Jumlah Becak Motor bersekat (unit) 13 40 60 60 70
Jumlah Ritasi Becak Motor 2 3 3 3 3
Jumlah Truk Sampah (unit) 16 18 25 10 12
Jumlah Ritasi Truk Sampah 2 2 2 2 2
*kondisi eksisting
asumsi umur sarana 8 tahun

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 27


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Pada Tabel 6.25 dapat kita lihat, penggunaan gerobak sampah, becak sampah dan becak

motor sangat dioptimalkan. Karena direncanakan untuk pengelolaan sampah 3R ini,

keungkinan sampah yang akan diolah akan dijemput dari rumah ke rumah. Untuk

memperbesar volume yang terkumpul ke SPA-TPST maka dilakukan peningkatan trip

angku becak motor tersebut dari rumah-rumah ke SPA-TPST.

Pengadaan gerobak sampah bersekat, becak sampah bersekat dan becak motor bersekat ini

bisa dikembangkan dengan kerjasama pengelolaan oleh pihak RT/RW dan kelurahan.

Selain itu pihak swasta seperti perhotelan dan industri juga hendaknya dibebankan terkait

pengumpulan sampah dengan menggunakan sarana angkut ini. Sehingga ini nantinya akan

ada pengurangan kepada dana pembayaran sampah yang ditimbun ke TPA Regional

Payakumbuh.

Dari jabaran yang sudah dilakukan antara pengelolaan sampah secara konvensional dengan

pengelolaan sampah yang dipadukan dengan sistem 3R, maka dapat kita bandingkan

seperti pada Tabel 6.26 berikut. Dimana dapat dilihat, bahwa pengelolaan sampah yang

dipadukan dengan sistem 3R akan lebih hemat dalam pengadaan dan penggunaan sarana

prasarana. Baik dari segi pewadahan, pengumpulan hingga pengangkutan. Meskipun ada

kenaikan pengadaan sarana, hal ini diakibatkan karena jumlah pertambahan penduduk

tidak sebanding dengan percepatan jumlah pengurangan sampah. Selain itu pada Gambar

6.3 dapat kita bandingkan besaran sampah yang terangkut ke TPA Regional Payakumbuh

jika dikelola hanya dengan metode kumpul-angkut-buang dibandingkan dengan metode

kumpul-angkut-buang yang ditambahkan dengan pengelolaan berbasis 3R.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 28


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 6.26
Perbandingan Kebutuhan Sarana Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi antara
Metode Konvensional dngan Metode 3R

Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang Jangka Panjang


Perencanaan
(2019) (2024) (2029) (2034)
Pengumpulan Tercampur Terpilah di SPA

Sarana Wadah, Kumpul dan Angkut

TPS Kembar 100 20 100 20 120 20 120 20

TPS Kayu 80 0 100 0 150 0 150 0

TPS Batu 50 0 50 0 75 0 75 0

TPS Kontainer 20 7 30 10 45 12 45 12

Gerobak Sampah 50 35 75 45 120 50 180 50

Becak Sampah 40 30 60 40 90 50 135 50

Becak Motor (Betor) 20 40 30 60 50 60 75 70

Jumlah Truk Sampah 24 18 30 25 40 10 45 12

Jumlah Ritasi

Ritasi Kumpul (Betor) 3 3 3 3 4 3 4 3

Ritasi Angkut (Truk) 2 2 2 2 2 2 2 2

Tidak ada, Langsung diangkut ke TPA Pengolahan di TPST dan SPA sebelum ke
Pengolahan
Regional Payakumbuh TPA Regional Payakumbuh

Kumpul Angkut Buang Kumpul Angkut Buang + 3R

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 29


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Metode Kumpul-Angkut-
Buang
Metode Kumpul-Angkut-
Buang +3R

Gambar 6.3 Perbandingan Jumlah Sampah Kota Bukittinggi dengan 2 Metode


Pengelolaan Sampah

Metode Kumpul-
Angkut-Buang

Metode Kumpul-Angkut-
Buang + 3R

Gambar 6.4 Perbandingan Jumlah Kebutuhan Truk Sampah Kota Bukittinggi


dengan 2 Metode Pengelolaan Sampah

Jika pengelolaan sampah di Kota Bukittinggi diterapkan menggunakan sistem berbasis 3R,

maka akan terjadi pengurangan sampah yang terangkut ke TPA Regional Payakumbuh

seperti yang terlihat pada Gambar 6.3. untuk lebih rincinya di setiap peripde perencanaan,

ini bisa dilihat pada Tabel 6.27 sampai dengan Tabel 6.29 berikut

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 30


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 6.27
Pengurangan Sampah Kota Bukittinggi yang Terangkut ke TPA Regional
Payalumbuh pada Jangka Pendek (2015 – 2019) dengan Metode 3R

Indikator Eksisting Jangka Pendek


2014 2015 2016 2017 2018 2019
Timbulan Kota (m3/h) 466,95 473,90 537,93 545,16 552,54 560,05

Timbulan Zona A (m3/h) 158,68 161,13 182,90 185,36 187,86 190,32

Timbulan Zona B (m3/h) 308,26 312,77 355,04 359,81 364,67 369,73

Tingkat Pelayanan Zona A (%) 80,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Tingkat Pelayanan Zona B (%) 60,00 65,00 70,00 80,00 90,00 100,00

Total Sampah Zona A yang


126,95 161,13 182,90 185,36 187,86 190,32
terlayani
Total Sampah Zona B yang
184,96 203,30 248,53 287,85 328,21 369,73
terlayani
Total Sampah Kota yang 311,91 364,43 431,42 473,20 516,07 560,05
terlayani (m3/h)
Pengurangan Sampah dari:
a. 2 unit TPS 3R Binaan DKP di -- 1,36 2,71 4,07 5,43 5,43
Zona B (m3/h)
b. 1 unit SPA + TPST untuk -- -- -- 51,09 66,09 81,09
Sampah di Zona A (m3/h)
Total Pengurangan (m3/h) -- 1,36 2,71 55,16 71,52 86,52

Persentase Pengurangan (%) -- 0,30 0,53 10,69 13,66 16,29


Persentase pengurangan zona A -- 0,00 0,00 29,11 37,13 44,94
(%)
Persentase pengurangan zona B -- 0,45 0,81 1,20 1,57 1,55
(%)
Total Sampah ke TPA 466,95 363,07 428,71 418,04 444,55 473,53
Payakumbuh (m3/h)

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 31


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 6.28
Pengurangan Sampah Kota Bukittinggi yang Terangkut ke TPA Regional
Payalumbuh pada JangkaMenengah (2020 – 2024) dengan Metode 3R
Indikator 2020 2021 2022 2023 2024
Timbulan Kota (m3/h) 653,11 660,93 668,90 677,03 685,32

Timbulan Zona A (m3/h) 222,06 224,72 227,43 230,19 232,89

Timbulan Zona B (m3/h) 431,05 436,21 441,47 446,84 452,42

Pengurangan Sampah dari:


a. 4 unit TPS 3R Binaan DKP di Zona 6,79 8,14 9,50 10,86 10,86
B (m3/h)
b. 2 unit SPA-TPST untuk Sampah di 88,62 88,62 103,62 118,62 133,62
Zona A (m3/h)
Total Pengurangan (m3/h) 95,41 96,76 113,12 129,48 144,48
Persentase Pengurangan (%) 15,65 15,67 18,09 20,44 22,51
Persentase pengurangan zona A (%) 42,76 42,22 48,73 55,07 61,27
Persentase pengurangan zona B (%) 1,69 2,00 2,30 2,60 2,56
Total Sampah ke TPA Payakumbuh 557,71 564,17 555,78 547,55 540,84
(m3/h)

Tabel 6.29
Pengurangan Sampah Kota Bukittinggi yang Terangkut ke TPA Regional
Payalumbuh pada Jangka Panjang (2025 – 2034) dengan Metode 3R
Indikator 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034
Timbulan Kota 821,83 830,45 839,24 848,20 857,33 1058,72 1068,22 1077,90 1087,78 1097,85
(m3/h)
Timbulan Zona 279,42 282,35 285,34 288,39 291,35 359,96 363,19 366,49 369,85 373,27
A (m3/h)
Timbulan Zona 542,41 548,10 553,90 559,81 565,98 698,75 705,02 711,42 717,94 724,58
B (m3/h)
Pengurangan
Sampah dari:
a. 8 unit TPS 3R 12,22 13,57 14,93 16,29 16,29 17,65 19,00 20,36 21,72 21,72
Binaan DKP di
Zona B (m3/h)

b. 3 unit SPA- 143,83 143,83 158,83 173,83 188,83 202,96 202,96 202,96 202,96 202,96
TPST untuk
Sampah di Zona
A (m3/h)

Total 156,05 157,41 173,76 190,12 205,12 220,61 221,96 223,32 224,68 224,68
Pengurangan
(m3/h)

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 32


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Persentase 20,63 20,57 22,45 24,28 25,90 22,96 22,88 22,79 22,70 22,47
Pengurangan
(%)
Persentase 55,92 55,29 60,36 65,30 70,16 62,13 61,52 60,91 60,31 59,70
pengurangan
zona A (%)
Persentase 2,45 2,69 2,92 3,15 3,12 2,78 2,97 3,15 3,32 3,29
pengurangan
zona B (%)
Total Sampah
ke TPA
Payakumbuh 665,78 673,04 665,47 658,08 652,21 838,11 846,25 854,58 863,10 873,18
(m3/h)

6.1.7. Sistem Pengolahan Sampah 3R


6.1.7.1. Stasiun Peralihan Antara (SPA)

Keberadaan SPA skala kawasan direncanakan akan berdampak pada penurunan biaya

pengangkutan sampah Kota Bukittinggi ke TPA Regional Payakumbuh. Sampah yang

dapat ditangani di SPA skala kawasan adalah sejenis sampah rumah tangga, diperbolehkan

dalam kondisi tercampur dan atau residu olahan. SPA disini berperan seperti transfer depo,

sebagaimana yang dimaksudkan Permen PU no 03 tahun 2013. Syarat perlu dibangunnya

SPA Kota Bukittinggi antara lain sebagai berikut :

 Beban pelayanan di Kota Bukittinggi telah melebihi 20 - 30 ton/hari

 Waktu operasi pengangkutan lebih lama karena jarak dari Kota Bukittinggi ke TPA

Regional melebihi 25 km

Kriteria Pemilihan Lokasi SPA

1. Lokasi SPA ditetapkan dengan mempertimbangkan faktor teknis, ekonomi, sosial dan

lingkungan

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 33


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

2. SPA harus ditempatkan pada suatu lokasi dengan akses langsung ke jalur utama

pengangkutan

3. SPA ditempatkan pada titik pusat area pengumpulan

4. SPA tidak ditempatkan di area banjir, cagar alam dan budaya

5. Luas lahan peruntukan SPA minimal 600 m 2 untuk penanganan sampah 20 – 30

ton/hari

Fasilitas dan Teknologi SPA

Sarana dan prasana SPA Kota Bukittinggi

1. Fasilitas Utama

Terdiri atas:

a. Area transfer sampah masuk dan keluar

b. Unit pemilahan sampah;

c. Unit pereduksi sampah

d. Unit pengomposan dengan estimasi waktu 15 hari

2. Fasilitas Perlindungan Lingkungan

Terdiri atas:

a. Area drainase

b. Area penghijauan

3. Fasilitas Pendukung

Terdiri atas:

a. Unit pencatatan data sampah masuk dan keluar

b. Pos jaga

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 34


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

c. Kantor pengelola

d. Area parkir

e. Rambu keselamatan

f. Pintu masuk

g. Pagar keliling

h. Papa nama

i. Instalasi air bersih

j. Toilet

k. Truk pengangkut sampah

l. Gudang B3 rumah tangga

6.1.7.2. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)

Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) atau Material Recovery Facility (MRF)

didefinisikan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pemisahan dan pengolahan sampah

secara terpusat. TPST dikategorikan sebagai sarana pengolahan sampah sehingga

mereduksi timbulan sebelum dilakukan pembuangan ke TPA.

Persyaratan Lokasi TPST

Jarak TPST ke pemukiman paling sedikit 500 m

Kegiatan pokok di TPST antara lain:

1. Pengolahan lebih lanjut sampah yang telah dipilah di sumbernya

2. Pemisahan & pengolahan langsung komponen sampah kota

3. Peningkatan mutu produk recovery/recycling

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 35


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Fasilitas dalam TPST

1. Fasilitas pre-processing, merupakan tahap awal pemisahan sampah, mengetahui

jenis sampah yang masuk

2. Fasilitas pemilahan, bisa secara manual maupun mekanis,

3. Fasilitas pengolahan sampah secara fisik

Fasilitas pengolahan yang lain seperti komposting, ataupun RDF

6.1.7.3 Pemilihan Lokasi SPA dan TPST Kota Bukittinggi

Pemerintah Kota Bukittinggi telah menetapkan Kelurahan Talao sebagai wilayah SPA

skala kawasan kota. SPA di Talao mempunyai luas ± 7000 m2. SPA yang akan diterapkan

di sini tidak hanya sebagai tempat penampung sementara karena jarak daerah pelayanan

yang terlalu jauh dengan TPA, namun di SPA ini direncanakan akan memiliki sistem

pengolahan sampah berbasis 3R yakni TPST sesuai dengan Permen PU No 03/2013. SPA-

TPST ini akan diadakan di setiap kecamatan seiring perkembangan tahun perencanaan.

Sehingga nantinya setiap kecamatan punya semacam SPA yang bisa berperan sebagai

transfer depo sampah.

Total berat timbulan sampah Kota Bukittinggi pada akhir periode desain tahun 2034 adalah

sebesar 420,71 ton/hari, Jika dikaji luas lahan peruntukan SPA yakni 600 m 2 untuk

pengolahan 20 – 30 ton/hari (Permen PU No 3 tahun 2013), berarti dibutuhkan lahan SPA

Kota Bukittinggi lebih dari 600 m 2 . Apalagi pada SPA Kota Bukittinggi direncanakan

akan ditunjang dengan pengolahan sampah pengomposan dan daur ulang. Lama

pengomposan direncanakan selama 6 -8 hari menggunakan alat Rotary Kiln dengan potensi

produksi hasil kompos dari SPA ini sekitar 32 ton pada akhir tahun perencanaan (Tahun

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 36


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

2034). SPA Kota Bukittinggi direncanakan tidak mempunyai fasilitas untuk pemadatan

sampah, karena akan terkendala pada masalah pengolahan lindi dari sampah yang telah

terpadatkan tersebut. Maka kebutuhan lahan SPA yang diintegrasikan dengan TPST adalah

sekitar 2.000 m2 dengan perkiraan rincian peruntukan lahan seperti terlihat pada Tabel 6.30

berikut.

Tabel 6.30
Rancangan Peruntukan Lahan SPA-TPST Talao Kota Bukittinggi

Peruntukan Lahan Luas Lahan (m2)

Pencurahan dan Pemilahan Sampah Organik untuk Kompos 500

Pencurahan dan Pemilahan Sampah untuk Daur Ulang 100

Pencacahan Organik 200

Pengomposan 120

Pengemasan Hasil Kompos 100

Pencucian Sampah Daur Ulang 103

Pengeringan dan Pengepakan Sampah Daur Ulang 103

Gudang Kompos 24

Gudang Sampah Daur Ulang 24

Area Kontainer dan Area Parkir 157

Pos Jaga, Kantor Pengelola dan Toilet 10

Bak Penampung Lindi 15

Drainase dan Area Hijau lainnya 400

Ruang Pemadat 70

Ruang Genset 20

Ramp untuk Sampah Masuk 50

Ramp untuk Sampah Keluar 10

Total 2006

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 37


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Seiring upaya peningkatan pengurangan sampah, yang telah dijelaskan sebelumnya

haruslah mencapai target 20%, maka direncanakan akan dibangun TPST yang terintegrasi

dengan SPA di tiap kecamatan. SPA-TPST ini akan menampung sampah dan diolah

dengan pengomposan serta daur ulang untuk kawasan tertentu seperti pengoperasian di

SPA-TPST Talao.

6.1.7.4 TPS 3R Binaan DKP

Untuk meningkatkan peran serta masyarakat, maka pihak DKP perlu dan wajib

mengadakan pembinaan dalam bentuk TPS 3R (yang selanjutnya akan disebut sebagai TPS

3R Binaan DKP). TPS 3R Binaan DKP ini akan memanfaatkan sarana yang telah

disediakan pihak Pemerintah Provinsi Sumatra Barat di Kelurahan Aur Kuning. TPS 3R

Binaan DKP ini direncanakan untuk 1 unitnya akan mengelola dan melayani 200 KK (

1000 orang). kegiatan yang dilakukan disini adalah pengomposan (direncanakan kegiatan

pengomposan lebih kurang 12-14 hari dengan metode cetakan, menimbang ini diperlukan

partisipasi masyarakat) dan penjualan sampah daur ulang yang akan dituangkan dalam

bentuk Bank Sampah, dengan nasabah 200 KK yang terlayani oleh TPS 3R Binaan DKP

yang bersangkutan. Bank sampah ini sistemnya seperti bank, dimana KK yang terlayani

oleh TPS 3R Binaan DKP akan mengumpulkan sampah yang bisa dijual ke lapak/

pengepul/ swasta oleh pihak pengelola (DKP). Sampah yag sudah dikumpulkan tadi, akan

diganti berupa uang sesuai denga hasil penjualan ke lapak/ pengepul tadi, pelaksanaan ini

sesuai dengan Permen LH no 13 tahun 2012 tentang Bank Sampah. Berikut pada gambar

di bawah ini dapat dilihat peruntukan lahan sebesar 50 m 2 dan layout untuk TPS 3R Binaan

DKP.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 38


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar Lay Out TPS 3R Binaan DKP Kota Bukittinggi

6.2. ASPEK KELEMBAGAAN

Pengelolaan dan penyelenggaraan sistem persampahan Kota Bukittinggi secara institusi

dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi sesuai dengan Peraturan

Walikota Bukittinggi nomor 44 tahun 2009 tentang Tugas Pokok Dan Fungsi Eselon II, III

dan Unit Pelaksana Teknis yang didukung oleh Dinas Pasar, Dinas Pendidikan Olah Raga,

Dinas Pariwisata, Dinas Kesehatan dan Kantor Lingkungan Hidup, Kantor Pemberdayaan

Masyarakat, Pemerintahan Kelurahan dan Nagari serta Dinas Pendapatan Keuangan dan

Aset Daerah. Peran masing masing Dinas/Kantor dalam pengelolaan persampahan dapat

dilihat pada tabel 6.29 dan 6.30

Kelembagaan akan ditunjang dengan penambahan personil sehingga bisa mengoptimalkan

operasional pengelolaan sampah. Apalagi disini direncanakan akan adanya pengoperasian

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 39


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

SPA terintegrasi TPST dan TPS 3R binaan DKP, maka diprediksi penambahan personil

pada jangka pendek adalah 30 orang. Kelak hendaknya ini bisa diwujudkan dalam bentuk

Unit Pelayanan Teknis terkait pengelolaan persampahan.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 40


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 6.31
Instansi dan kegiatan penanganan persampahan berbasis masyarakat,
sekolah dan dunia usaha yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan sampah

Kegiatan Penanganan Persampahan Berbasis Masyarakat, Sekolah dan Dunia Usaha


No Institusi Lokasi
3R
Sosialisasi Kampanye 3 R Institusi Pembinaan Teknis
Masyarakat

1 Dinas Kebersihan dan Pertamanan Permukiman

2 Kantor Lingkungan Hidup Sekolah

3 Dinas Pasar Pasar

4 Dinas Pekerjaan Umum Drainase

5 Dinas Perhubungan Terminal

6 Dinas Pariwisata Tempat Wisata

7 Dinas Kesehatan Permukiman

8 Kantor Pemberdayaan Masyarakat Permukiman

9 Dinas Pendidikan Pemuda dan Sekolah


Olah Raga

10 Dinas Pendapatan Keuangan dan Kawasan Komersial


Aset Daerah

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 40


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 6.32
Kegiatan instansi dalam kegiatan penanganan persampahan

Kegiatan Penanganan Persampahan


No Institusi Sumber Sampah Pengolahan
Pemilahan Pengumpulan Pengangkutan (Kompos/Daur Pemrosesan Akhir
Ulang)

1 Dinas Kebersihan dan Perumahan


Pertamanan
Ruang Terbuka Hijau
Perkantoran
Sekolah
Fasilitas Umum dan Sosial
Kawasan Perdagangan
Pasar
Drainase
Terminal
Tempat Wisata
2 Dinas Pasar Pasar
3 Dinas Pekerjaan Umum Drainase
4 Dinas Perhubungan Terminal
5 Dinas Pariwisata Tempat Wisata
6 Dinas Kesehatan -
7 Kantor Pemberdayaan -
Masyarakat, Pemerintahan
Kelurahan dan Nagari
8 Kantor Lingkungan Hidup -

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 41


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Dinas Kebersihan dan Pertamanan adalah instansi inti yang mengelola

terlaksananya masalah kebersihan di Kota Bukittinggi. Kedudukan ini ditunjukkan

melalui Peraturan Walikota Bukittinggi nomor 44 tahun 2009 yang mengatur tentang

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Peraturan Walikota

menyebutkan bahwa Dinas Kebersihan dan Pertamanan merupakan unsur pelaksana

otonomi daerah di bidang kebersihan. Dinas Kebersihan dan Pertamanan mempunyai

tugas melaksanakan pengelolaan kebersihan. Sedangkan dalam penyelenggaraan

tugasnya tersebut, Dinas Kebersihan dan Pertamanan mempunyai fungsi:

- Penyusunan dan pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Dinas Kebersihan

dan Pertamanan;

- Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan pengelolaan kebersihan dan pertamanan;

- Pengelolaan sampah padat dan air limbah septik tank;

- Penyediaan parasarana dan sarana penanggulangan kebersihan;

- Pembinaan dan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan

kebersihan lingkungan dan permukiman;

- Pembinaan pengelolaan sampah padat dan air limbah septik tank;

- Pelayanan, pembinaan dan pengendalian rekomendasi, standardisasi dan perijinan di

bidang jasa kebersihan;

- Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kebersihan;

- Pemungutan, penata-usahaan, penyetoran, pelaporan dan

- Penyediaan, penata-usahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan

sarana kebersihan;

- Pemberian dukungan teknis kepada masyarakat dan Perangkat Daerah;

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 42


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

- Pengelolaan kepegawaian, keuangan, barang dan ketata-usahaan Dinas Kebersihan dan

Pertamanan; dan

- Pelaporan dan pertanggung-jawaban pelaksanaan tugas dan fungsi.

Implikasi Perda Pengelolaan dan Retibusi Pelayanan Kota Bukittinggi Tahun 2014 :

1. Telah diterbitkannya Peraturan Walikota Bukittinggi Nomor 37 Tahun 2014

tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Retribusi Pelayanan Persampahan Kota

Bukittinggi.

2. Struktur Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan perlu ditambah dengan

Seksi Pendataan dan Pemungutan Retribusi Pelayanan Sampah sehinggga peraturan

Walikota Bukittinggi nomor 44 tahun 2009 yang mengatur tentang Organisasi dan

Tata Kerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan harus disesuaikan.

3. Sesuai dengan kajian teknis pengelolaan persampahan Kota Bukittinggi akan

dibangun konsep penanganan sampah dengan Konsep 3R berbasis kelembagaan

dimana Dinas Kebersihan dan Pertamanan akan mengelola dan mengoperasikan

TPST 3R. Oleh karenanya diperlukan suatu Unit Teknis dibawah Dinas Kebersihan

dan Pertamanan. Unit teknis tersebut berupa Unit Pengelola Teknis Daerah

Persampahan.

4. Sumber sampah Kota Bukittingi ada juga yang berasal dari daerah hinterland

khususnya dari Kabupaten Agam yang menjadi beban bagi Kota Bukittinggi dalam

penanganan persampahan. Oleh karenan itu diperlukan kerjasama dengan

Kabupaten Agam dalam pengelolaan persampahan melalui TKKSD berdasarkan

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 43


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang tata cara

kerjasama daerah.

5. Untuk lebih meningkatkan koordinasi antar SKPD dilingkungan Kota Bukittinggi

dan antara Pemerintah Kota Bukittinggi dengan level pemerintah yang lebih tinggi

atau sederajat maka perlu dibentuk Kelompok Kerja Sanitasi sesuai dengan Surat

Edaran Menteri Dalam Negeri nomor 660/4919/SJ Tahun 2012 Tentang Pedoman

Pengelolaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) di

Daerah.

6.3. ASPEK HUKUM/PERATURAN

6.3.1. Aspek Regulasi

Regulasi-regulasi yang ada dan masih berlaku hingga saat ini tentang Sistem Pengelolaan

Sampah yang menjadi pegangan pelaksanaan penanganan sampah di Kota Bukittinggi

antara lain:

1. Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;

2. Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup;

3. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom;

4. Peraturan Menteri PU No. 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan;

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 44


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2010 tentangPedoman Pengelolaan

Sampah;

6. Peraturan Daerah Kota Bukittinggi Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan dan

Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;

7. Peraturan Walikota Bukittinggi Nomor 37 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Pelaksanaan

Pemungutan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan.

Intisari ketentuan pasal per pasal dalam regulasi dapat dikelompokan menjadi beberapa

poin-poin pengelolaan persampahan sebagai berikut :

6.3.1.1. Definisi, Ruang Lingkup Pengelolaan & Tujuan Pengelolaan Sampah

Definisi –Istilah

Pasal 1 UU No. 18 Tahun 2008, menyebutkan :

Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk

padat.

Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya

memerlukan pengelolaan khusus.

Tempat penampungan sementara adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat

pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.

Tempat pengolahan sampah terpadu adalah tempat dilaksanakannya kegiatan

pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan

pemrosesan akhir sampah.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 45


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah

ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.

Pasal 1 Definisi Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 33 Tahun 2010

Tempat sampah rumah tangga adalah wadah penampungan sampah yang berupa

bak/bin/tong/kantong/keranjang sampah.

Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan

berkesinambungan yang meliputi perencanaan, pengurangan, dan penanganan sampah.

Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin

tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau badan.

Satuan Kerja Perangakat Daerah atau SKPD adalah satuan kerja perangkat

daerah yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan tugas pemerintahan di bidang

persampahan di daerah.

Badan Layanan Umum Daerah Persampahan atau BLUD Persampahan, adalah Unit

Kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa

mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada

prinsip efisiensi dan produktivitas.

Ruang Lingkup Pengelolaan Sampah

Pasal 2 UU No. 18 Tahun 2008

Sampah yang dikelola berdasarkan Undang-Undang ini terdiri atas :

a. sampah rumah tangga;

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 46


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

b. sampah sejenis sampah rumah tangga; dan

c. sampah spesifik.

Sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada huruf a berasal dari kegiatan sehari-

hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.

Sampah sejenis sampah rumah tangga (atau sampah yang tidak berasal dari rumah tangga)

sebagaimana dimaksud pada huruf b berasal dari kawasan komersial (pusat perdagangan,

pasar, pertokoan, hotel, perkantoran, restoran, dan tempat hiburan), kawasan industri

(kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana

penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah

memiliki izin usaha kawasan industri), kawasan khusus (merupakan wilayah yang

bersifat khusus yang digunakan untuk kepentingan nasional/berskala nasional, misalnya,

kawasan cagar budaya, taman nasional, pengembangan industri strategis, dan

pengembangan teknologi tinggi), fasilitas sosial (antara lain, rumah ibadah, panti asuhan,

dan panti sosial), fasilitas umum (antara lain, terminal angkutan umum, stasiun kereta

api, pelabuhan laut, pelabuhan udara, tempat pemberhentian kendaraan umum, taman,

jalan, dan trotoar), dan/atau fasilitas lainnya (Yang termasuk fasilitas lain yang tidak

termasuk kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas

umum antara lain rumah tahanan, lembaga pemasyarakatan, rumah sakit, klinik, pusat

kesehatan masyarakat, kawasan pendidikan, kawasan pariwisata, kawasan berikat, dan

pusat kegiatan olah raga).

Sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada huruf c meliputi :

a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 47


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

b. sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;

c. sampah yang timbul akibat bencana;

d. puing bongkaran bangunan;

e. sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau

f. sampah yang timbul secara tidak periodik.

Tujuan Pengelolaan Sampah

Pasal 4 UU No. 18 Tahun 2008

Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas

lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.

6.3.1.2 . Regulasi Yang Berkaitan dengan Pengaturan Aspek Kelembagaan

Tugas Pemerintah

Pasal 5 & 6 UU No. 18 Tahun 2008

Pemerintah dan pemerintahan daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan

sampah yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Tugas Pemerintah dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud atas :

a. menumbuh-kembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan

sampah;

b. melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan, dan penanganan

sampah;

c. memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan, penanganan,

dan pemanfaatan sampah;

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 48


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

d. melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan

sarana pengelolaan sampah;

e. mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan sampah;

f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada masyarakat

setempat untuk mengurangi dan menangani sampah; dan

g. melakukan koordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha agar

terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.

Wewenang Pemerintah Provinsi

Pasal 8 UU No. 18 Tahun 2008

Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintahan provinsi mempunyai

kewenangan:

a. menetapkan kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah sesuai dengan kebijakan

Pemerintah;

b. memfasilitasi kerja sama antardaerah dalam satu provinsi, kemitraan, dan jejaring

dalam pengelolaan sampah;

c. menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, dan pengawasan kinerja kabupaten/kota

dalam pengelolaan sampah; dan

d. memfasilitasi penyelesaian perselisihan pengelolaan sampah antar kabupaten/antar kota

dalam 1 (satu) provinsi.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 49


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Pembagian Wewenang

Pasal 10 UU No. 18 Tahun 2008

Pembagian kewenangan pemerintahan di bidang pengelolaan sampah dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Hak Setiap Orang

Pasal 11 UU No. 18 Tahun 2008

Setiap orang berhak :

a. mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan sampah secara baik dan berwawasan

lingkungan dari Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau pihak lain yang diberi

tanggung jawab untuk itu;

b. berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan, dan

pengawasan di bidang pengelolaan sampah;

c. memperoleh informasi yang benar, akurat, dan tepat waktu mengenai penyelenggaraan

pengelolaan sampah;

d. mendapatkan pelindungan dan kompensasi karena dampak negatif dari kegiatan

tempat pemrosesan akhir sampah; dan

e. memperoleh pembinaan agar dapat melaksanakan pengelolaan sampah secara baik

dan berwawasan lingkungan.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 50


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Kewajiban Setiap Orang

Pasal 12 UU No. 18 Tahun 2008

Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah

tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan

lingkungan.

Pasal 18 ayat 2 Perda Kota Bukittinggi nomor 4 Tahun 2014

1. Mengelola sampah berwawasan lingkungan;

2. Mengelola sampah dengan cara pengurangan dan pemilahan sesuai sifat dan jenis

sampah;

3. Menyediakan tempat sampah rumah tangga dan/atau TPS esuai dengan ketentuan yang

berlaku.

4. Berperan serta dalam membiayai pengelolaan persampahan.

5. Memberikan informasi secara akurat tentang pengelolaan sampah

6. Membayar retribusi pengelolaan persampahan.

Kewajiban Pengelola Kawasan

Pasal 13 UU No. 18 Tahun 2008

Pengelola kawasan permukiman (meliputi kawasan pemukiman dalam bentuk klaster,

apartemen, kondominium, asrama dan sejenisnya), kawasan komersial, kawasan industri,

kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan

fasilitas pemilahan sampah (diletakan pada tempat yang mudah dijangkau oleh

masyarakat).

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 51


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Kewajiban Produsen

Pasal 14 & 15 UU No. 18 Tahun 2008

Setiap produsen harus mencantumkan label atau tanda yang berhubungan dengan

pengurangan dan penanganan sampah pada kemasan dan/atau produknya. Penjelasan

untuk produk tertentu yang karena ukuran kemasannya tidak memungkinkan

mencantumkan label atau tanda, penempatan label atau tanda dapat dicantumkan pada

kemasan induknya.

Produsen wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang diproduksinya yang tidak dapat

atau sulit terurai oleh proses alam. Penjelasan yang dimaksud dengan mengelola kemasan

berupa penarikan kembali kemasan untuk didaur ulang dan/atau diguna ulang.

Pengelolaan Sampah Spesifik

Pasal 23 UU No. 18 Tahun 2008

Pengelolaan sampah spesifik adalah tanggung jawab Pemerintah.

Kerjasama Antar Daerah

Pasal 26 UU No. 18 Tahun 2008

Pemerintah daerah dapat melakukan kerja sama antarpemerintah daerah dalam melakukan

pengelolaan sampah. Kerja sama dapat diwujudkan dalam bentuk kerja sama dan/atau

pembuatan usaha bersama pengelolaan sampah.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 52


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Pasal 26 Permendagri No. 33 Tahun 2010

Pemerintah daerah dapat melakukan kerja sama antarpemerintah daerah atau pemerintah

daerah bermitra dengan badan usaha dalam pengelolaan sampah.

Pasal 15 Perda Kota Bukittinggi nomor 4 Tahun 2014

1. Pemerintah Daerah dapat melakukan kerjasama antar Pemerintah daerah dalam

melakukan pengelolaan sampah

2. Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwujudkan dalam melakukan

pengelolaan sampah.

3. Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan berdasarkan

peraturan perundang-undangan dibidang kerjasama daerah

Kemitraan

Pasal 27 UU No. 18 Tahun 2008

Pemerintah daerah kabupaten/kota secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat

bermitra dengan badan usaha pengelolaan sampah dalam penyelenggaraan pengelolaan

sampah.

Kemitraan dituangkan dalam bentuk perjanjian antara pemerintah daerah kabupaten/kota

dan badan usaha yang bersangkutan.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 53


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Pasal 27, 28 & 29 Permendagri No. 33 Tahun 2010

Pasal 27

(1). Kerja sama antar pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dapat

melibatkan dua atau lebih daerah kabupaten/kota pada satu provinsi atau antar

provinsi.

(2). Lingkup kerja sama bidang pengelolaan sampah mencakup :

a. penyediaan/pembangunan TPA;

b. sarana dan prasarana TPA;

c. pengangkutan sampah dari TPS/TPST ke TPA;

d. pengelolaan TPA; dan/atau pengolahan sampah menjadi produk lainnya yang

ramah lingkungan.

Pasal 28

(1). Pemerintah daerah dapat bermitra dengan badan usaha dalam pengelolaan sampah.

(2). Lingkup kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain:

a. penarikan retribusi pelayanan persampahan;

b. penyediaan/pembangunan TPS atau TPST, TPA, serta sarana dan

c. prasarana pendukungnya;

d. pengangkutan sampah dari TPS/TPST ke TPA;

e. pengelolaan TPA; dan/atau

f. pengelolaan produk olahan lainnya.

Pasal 29

Pelaksanaan kerja sama antar daerah dan kemitraan dengan badan usaha dilakukan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 54


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Pasal 16 Perda Kota Bukittinggi nomor 4 Tahun 2014

1. Pemerintah Daerah dapat bermitra dengan Badan Usaha pengelolaan sampah dalam

penyelenggaraan pengelolaan sampah.

2. Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk perjanjian

antara pemerintah daerah dengan badan usaha yang bersangkutan.

3. Pelaksanaan kemitraan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pengawasan & Pembinaan

Pasal 30 UU No. 18 Tahun 2008

Pengawasan pelaksanaan pengelolaan sampah pada tingkat kabupaten/kota dilakukan oleh

gubernur.

Pasal 36, 37, 38, 39 & 40 Permendagri No. 33 Tahun 2010

Pasal 36 Pengawasan Dan Pembinaan

(1). Menteri mengkoordinasikan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan sampah

secara nasional.

(2). Gubernur mengkoordinasikan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan sampah

di kabupaten/kota.

(3). Bupati/Walikota melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan sampah di

kabupaten/kota.

Pasal 37

(1). Menteri melakukan pembinaan atas pengelolaan sampah secara nasional.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 55


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

(2). Gubernur melakukan pembinaan atas pengelolaan sampah di wilayahnya.

(3). Bupati/Walikota melakukan pembinaan pengelolaan sampah di kabupaten/kota.

Pasal 38

Pembinaan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) meliputi :

a. koordinasi pemerintahan antarsusunan pemerintahan;

b. pemberian pedoman dan standar pengelolaan sampah;

c. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pengelolaan sampah;

d. pendidikan dan pelatihan di bidang pengelolaan sampah; dan

e. perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, dan evaluasi pengelolaan

sampah.

Pasal 39

Pembinaan Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) meliputi:

a. koordinasi pemerintahan antarsusunan pemerintahan;

b. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pengelolaan sampah;

c. pendidikan dan pelatihan di bidang pengelolaan sampah; dan

d. perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, dan evaluasi pengelolaan

sampah.

Pasal 40

Pembinaan Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (3) meliputi

perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, dan evaluasi pengelolaan sampah.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 56


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Pasal 57 Perda Kota Bukittinggi nomor 4 Tahun 2014

1. Pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan

pengelolaan persampahan dilakukan oleh instansi teknis yang ditetapkan oleh

Walikota.

2. Pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan melalui kegiatan, antara lain :

a. Penyuluhan dan pembinaan teknis pengelolaan sampah

b. Memeriksa instalasi dan/atau alat transportasi; dan

c. Meminta laporan/keterangan dari pihak yang bertanggung jawab atas kegiatan

pengelolaan sampah.

3. Tata cara pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Walikota.

Pelaporan

Pasal 41 Permendagri No. 33 Tahun 2010

(1). Gubernur melaporkan pengelolaan sampah dan pembinaan terhadap

pengelolaan sampah di kabupaten/kota kepada Menteri.

(2). Bupati/Walikota melaporkan pengelolaan sampah kepada Gubernur dengan

tembusan kepada Menteri.

(3). Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan paling

sedikit 1 (satu) kali dalam setahun.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 57


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Penyidikan

Pasal 38 UU No. 1 Tahun 2008

Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, pejabat pegawai negeri

sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung

jawabnya di bidang pengelolaan persampahan diberi wewenang khusus sebagai

penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Penyidik pegawai negeri sipil berwenang :

a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan

dengan tindak pidana di bidang pengelolaan sampah;

b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana di

bidang pengelolaan sampah;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang berkenaan dengan peristiwa

tindak pidana di bidang pengelolaan sampah;

d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain berkenaan

dengan tindak pidana di bidang pengelolaan sampah;

e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan bukti,

pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap

bahan dan barang hasil kejahatan yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak

pidana di bidang pengelolaan sampah; dan

f. meminta bantuan ahli dalam pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang

pengelolaan sampah.

Penyidik pejabat pegawai negeri sipil memberitahukan dimulainya penyidikan dan

hasil penyidikannya kepada Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 58


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Penyidik pejabat pegawai negeri sipil menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut

umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.

Pasal 58 Perda Kota Bukittinggi nomor 4 Tahun 2014

1. Penyiidik pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi

wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana

dibidang retribusi, sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Hukum Acara

Pidana.

2. Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil

tertentu dilingkungan Pemerintah daerah yang diangkat oleh Pejabat yang berwenang

sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.

3. Wewenamg Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan

berkenan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan atau

laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas.

b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau

Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak

pidana Ritribusi Daerah.

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan

dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah.

d. Memeriksa buku, catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana

dibidang Retribusi Daearah.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 59


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,

pencatatan dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti

tersebut.

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan

tindak pidana dibidang retribusi daerah.

g. Menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang mininggalkan ruangan atau

atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas

orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa.

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah.

i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai

tersangka atau saksi

j. Menghentikan penyidikan dan/atau

k. Melakukan tindaka lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana

dibidang Retribusi Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

4. Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan

dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat

Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-

Undang Hukum Acara Pidana.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 60


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Lembaga Pengelola Sampah

Pasal 13, 14,15,16,17,18 & 19 Permendagri No. 33 Tahun 2010

Pasal 13 Lembaga Pengelola

Pemerintah daerah dalam melakukan pengurangan dan penanganan sampah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 dapat membentuk lembaga pengelola sampah.

Pasal 14 Peran Pemerintah Daerah

(1). Pemerintah daerah memfasilitasi pembentukan lembaga pengelola sampah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 di desa/kelurahan atau nama lainnya,

kawasan komersial, kawasan industri, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas

lainnya, sesuai dengan kebutuhan.

(2). Pemerintah daerah dapat membentuk BLUD Persampahan setingkat unit kerja pada

SKPD untuk mengelola sampah.

Pasal 15 Tugas RT

(1). Lembaga pengelola sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1)

tingkat rukun tetangga (RT) mempunyai tugas :

a. memfasilitasi tersedianya tempat sampah rumah tangga di masing- masing rumah

tangga dan alat angkut dari tempat sampah rumah tangga ke TPS; dan

b. menjamin terwujudnya tertib pemilahan sampah di masing-masing rumah tangga.

(2). Lembaga pengelola sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) tingkat

rukun warga (RW) mempunyai tugas :

a. mengkoordinasikan lembaga pengelolaan sampah tingkat rukun tetangga; dan

b. mengusulkan kebutuhan tempat penampungan sementara ke lurah.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 61


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

(3). Lembaga pengelola sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) tingkat

kelurahan mempunyai tugas :

a. mengkoordinasikan lembaga pengelolaan sampah tingkat rukun warga;

b. mengawasi terselenggaranya tertib pengelolaan sampah mulai dari tingkat rukun

tetangga sampai rukun warga; dan

c. mengusulkan kebutuhan tempat penampungan sementara dan tempat pengolahan

sampah terpadu ke camat.

(4). Lembaga pengelola sampah tingkat kecamatan mempunyai tugas :

a. mengkoordinasikan lembaga pengelolaan sampah tingkat kelurahan;

b. mengawasi terselenggaranya tertib pengelolaan sampah mulai dari tingkat rukun

warga sampai kelurahan dan lingkungan kawasan; dan

c. mengusulkan kebutuhan tempat penampungan sementara dan tempat pengolahan

sampah terpadu ke SKPD atau BLUD yang membidangi persampahan.

Pasal 16 Tugas LPS Kawasan

Lembaga pengelola sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) pada

kawasan komersial, kawasan industri, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya

mempunyai tugas :

a. menyediakan tempat sampah rumah tangga di masing-masing kawasan;

b. mengangkut sampah dari sumber sampah ke TPS/TPST atau ke TPA; dan

c. menjamin terwujudnya tertib pemilahan sampah.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 62


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Pasal 17 Tugas BLUD

(1). BLUD Persampahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) mempunyai

tugas melaksanakan kebijakan, strategi, dan rencana SKPD yang membidangi

persampahan.

(2). BLUD Persampahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

didasarkan atas:

a. terlaksananya pengelolaan sampah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

b. tersedianya barang dan/atau jasa layanan untuk meningkatkan kualitas dan

kuantitas pelayanan pengelolaan persampahan;

c. tertib administrasi pengelolaan persampahan dan pertanggungjawaban kepada

SKPD yang membidangi persampahan.

Pasal 18 Tugas BLUD

BLUD Persampahan dapat memungut dan mengelola biaya atas barang dan/atau

jasa layanan pengelolaan sampah sesuai tarif yang ditetapkan dengan keputusan

kepala daerah.

Pasal 19 Ketentuan Lanjut BLUD

Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan dan pengelolaan BLUD

Persampahan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 63


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tim Penilaian Pengelolaan Sampah

Pasal 24 Permendagri No. 33 Tahun 2010

(1). Kepala daerah melakukan penilaian kepada perseorangan, lembaga, dan badan

usaha terhadap:

a. inovasi pengelolaan sampah;

b. pelaporan atas pelanggaran terhadap larangan;

c. pengurangan timbulan sampah;

d. tertib penanganan sampah;

e. pelanggaran terhadap larangan; dan/atau

f. pelanggaran tertib penanganan sampah.

(2). Dalam melakukan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dibentuk Tim Penilai dengan keputusan kepala daerah.

Pasal 44 Ketentuan Penutup

(1). Bupati/Walikota menetapkan Peraturan Daerah tentang pengelolaan sampah

dengan berpedoman pada Peraturan Menteri ini paling lambat 2 (dua) tahun sejak

ditetapkan.

(2). Peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat :

a. pengurangan dan penanganan;

b. lembaga pengelola;

c. hak dan kewajiban;

d. perizinan;

e. insentif dan disinsentif;

f. kerjasama dan kemitraan;

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 64


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

g. retribusi;

h. pembiayaan dan kompensasi;

i. peran masyarakat;

j. mekanisme pengaduan dan penyelesaian sengketa;

k. pengawasan dan pengendalian; dan

l. larangan dan sanksi.

6.3.1.3. Regulasi Yang Berkaitan Pengaturan Ketentuan Hukum

Perizinan

Pasal 17 & 18 UU No. 18 Tahun 2008

Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha pengelolaan sampah wajib memiliki

izin dari kepala daerah sesuai dengan kewenangannya.

Keputusan mengenai pemberian izin pengelolaan sampah harus diumumkan kepada

masyarakat.

Pemberian Insentif

Pasal 21 UU No. 18 Tahun 2008

Pemerintah memberikan:

a. insentif kepada setiap orang yang melakukan pengurangan sampah; dan

b. disinsentif kepada setiap orang yang tidak melakukan pengurangan sampah.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 65


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Pasal 20, 22 & 25 Permendagri No. 33 Tahun 2010

(1). Pemerintah daerah dapat memberikan insentif kepada lembaga dan badan usaha

yang melakukan :

a. inovasi terbaik dalam pengelolaan sampah;

b. pelaporan atas pelanggaran terhadap larangan;

c. pengurangan timbulan sampah; dan/atau

d. tertib penanganan sampah.

(2). Pemerintah daerah dapat memberikan insentif kepada perseorangan yang

melakukan :

a. inovasi terbaik dalam pengelolaan sampah; dan/atau

b. pelaporan atas pelanggaran terhadap larangan.

Pasal 22 Insentif

(1). Insentif kepada lembaga dan perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

20 ayat (1) dan ayat (2) dapat berupa:

a. pemberian penghargaan; dan/atau

b. pemberian subsidi.

(2). Insentif kepada badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dapat

berupa :

a. pemberian penghargaan;

b. pemberian kemudahan perizinan dalam pengelolaan sampah;

c. pengurangan pajak daerah dan retribusi daerah dalam kurun waktu tertentu;

d. penyertaan modal daerah; dan/atau

e. pemberian subsidi.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 66


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Pasal 25

Pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dan Pasal 21

disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan kearifan lokal.

Disinsentif

Pasal 21, 22 dan 23 Permendagri No. 33 Tahun 2010

Pasal 21

Pemerintah daerah memberikan disinsentif kepada lembaga, badan usaha, dan

perseorangan yang melakukan :

a. pelanggaran terhadap larangan; dan/atau

b. pelanggaran tertib penanganan sampah.

Pasal 23 Disinsentif

(1). Disinsentif kepada lembaga dan perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21

dapat berupa :

a. penghentian subsidi; dan/atau

b. denda dalam bentuk uang/barang/jasa.

(2). Disinsentif kepada badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dapat

berupa :

a. a.penghentian subsidi;

b. b.penghentian pengurangan pajak daerah dan retribusi daerah; dan/atau

c. c.denda dalam bentuk uang/barang/jasa.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 67


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Kompensasi

Pasal 25 UU No. 18 Tahun 2008

Pemerintah dan pemerintah daerah secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat

memberikan kompensasi kepada orang sebagai akibat dampak negatif yang ditimbulkan

oleh kegiatan penanganan sampah di tempat pemrosesan akhir sampah.

Kompensasi berupa:

a. relokasi;

b. pemulihan lingkungan;

c. iaya kesehatan dan pengobatan; dan/atau

d. kompensasi dalam bentuk lain.

Pasal 31 & 32 Permendagri No. 33 Tahun 2010

Pasal 31 Kompensasi

(1). Pemerintah daerah memberikan kompensasi kepada orang sebagai akibat dampak

negatif yang ditimbulkan oleh penanganan sampah di tempat pemrosesan akhir

sampah.

(2). Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :

a. relokasi;

b. pemulihan lingkungan;

c. biaya kesehatan dan pengobatan;

d. ganti rugi; dan/atau

e. bentuk lain.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 68


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Pasal 32

Tata cara pemberian kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2)

sebagai berikut :

a. pengajuan surat pengaduan kepada pemerintah daerah;

b. pemerintah daerah melakukan investigasi atas kebenaran aduan dan dampak

negatif pengelolaan sampah;

c. menetapkan bentuk kompensasi yang diberikan berdasarkan hasil investigasi

dan hasil kajian.

Larangan

Pasal 29 UU No. 18 Tahun 2008

Setiap orang dilarang:

a. memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. mengimpor sampah;

c. mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun;

d. mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan;

e. membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan;

f. melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat pemrosesan

akhir; dan/atau

g. membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan

sampah.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 69


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Pasal 20 Perda Kota Bukittinggi No. 5 Tahun 2014

Setiap orang dan atau badan dilarang :

a. Memasukkan sampah tanpa izin ke daerah Kota Bukittinggi.

b. Mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun.

c. Mengelola sampah tidak pada tempat dan waktu yang telah disediakan dan ditentukan.

d. Membuang sampah tidak pada tempat dan waktu yang telah disediakan dan

ditentukan.

e. Melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat pemrosesan

akhir; dan /atau

f. Membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah

Sanksi Administratif

Pasal 31 UU No. 18 Tahun 2008

Bupati/walikota dapat menerapkan sanksi administratif kepada pengelola sampah

yang melanggar ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam perizinan.

Sanksi administratif dapat berupa:

a. paksaan pemerintahan;

b. uang paksa; dan/atau

c. pencabutan izin.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 70


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Ketentuan Pidana

Pasal 39, 40 & 41 UU No. 18 Tahun 2008

Setiap orang yang secara melawan hukum memasukkan dan/atau mengimpor sampah

rumah tangga dan/atau sampah sejenis sampah rumah tangga ke dalam wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia diancam dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga)

tahun dan paling lama 9 (sembilan) tahun dan denda paling sedikit Rp100.000.000,00

(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Setiap orang yang secara melawan hukum memasukkan dan/atau mengimpor sampah

spesifik ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia diancam dengan pidana

penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda

paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak

Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pengelola sampah yang secara melawan hukum dan dengan sengaja melakukan

kegiatan pengelolaan sampah dengan tidak memperhatikan norma, standar, prosedur,

atau kriteria yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat,

gangguan keamanan, pencemaran lingkungan, dan/atau perusakan lingkungan diancam

dengan pidana penjara paling singkat

4 (empat) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp

100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima

miliar rupiah).

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 71


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Jika tindak pidana mengakibatkan orang mati atau luka berat, pengelola sampah

diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima

belas) tahun dan denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan

paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pengelola sampah yang karena kealpaannya melakukan kegiatan pengelolaan sampah

dengan tidak memperhatikan norma, standar, prosedur, atau kriteria yang dapat

mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat, gangguan keamanan, pencemaran

lingkungan, dan/atau perusakan lingkungan diancam dengan pidana penjara paling lama

3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Jika

tindak pidana mengakibatkan orang mati atau luka berat, pengelola sampah diancam

dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 59 Perda Kota Bukittinggi No. 5 Tahun 2014

1. Setiap orang atau badan yang melakukan pelanggaran terhadap larangan sebagaimana

dimaksud pada pasal 20 diancam dan dipidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan

atau pidana denda paling banyak Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah).

2. Penyedia jasa pelayanan persampahan yang melakukan pelanggaran terhadap

perizinan sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (2) diancam dengan pidana

kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 10.000.000

(sepuluh juta rupiah).

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 72


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Pasal 60 Perda Kota Bukittinggi No. 5 Tahun 2014

3. Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud

dalam pasal 41, sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan

paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 10.000.000 (sepuluh

juta rupiah).

6.3.1.4 Regulasi Yang Berkaitan Pengaturan Ketentuan Pendanaan

Pembiayaan

Pasal 24 UU No. 18 Tahun 2008

Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membiayai penyelenggaraan pengelolaan

sampah.

Pembiayaan bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta anggaran

pendapatan dan belanja daerah.

Pasal 42 Permendagri No. 33 Tahun 2010

(1). Pembinaan Menteri dalam pengelolaan sampah di daerah dibiayai dari anggaran

pendapatan dan belanja negara dan/atau pembiayaan lainnya yang sah dan tidak

mengikat.

(2). Pembinaan Gubernur terhadap kabupaten/kota dalam pengelolaan sampah di

kabupaten/kota dibiayai dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi

dan/atau pembiayaan lainnya yang sah dan tidak mengikat.

(4). Pengelolaan sampah di kabupaten/kota dibiayai dari anggaran pendapatan dan belanja

daerah kabupaten/kota dan/atau pembiayaan lainnya yang sah dan tidak mengikat.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 73


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Retribusi Pelayanan Persampahan

Pasal 30 Permendagri No. 33 Tahun 2010

(1). Pemerintah daerah dapat mengenakan retribusi atas pelayanan persampahan.

(2). Retribusi pelayanan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digolongkan

pada retribusi jasa umum.

(3). Komponen biaya perhitungan retribusi pelayanan persampahan meliputi :

a. biaya pengumpulan dan pewadahan dari sumber sampah ke TPS/TPST;

b. biaya pengangkutan dari TPS/TPST ke TPA;

c. biaya penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah;dan

d. biaya pengelolaan.

(4). Penyelenggaraan retribusi atas pelayanan persampahan berpedoman pada

peraturan perundang-undangan.

6.3.1.5 Regulasi Yang Berkaitan Pengaturan Ketentuan Peran Serta

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga & Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

Pasal 19 UU No. 18 Tahun 2008

Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas :

a. pengurangan sampah; dan

b. penanganan sampah

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 74


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Pengurangan Sampah

Pasal 20 UU No. 18 Tahun 2008

Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a meliputi kegiatan :

a. pembatasan timbulan sampah;

b. pendauran ulang sampah; dan/atau

c. pemanfaatan kembali sampah.

Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan sebagai berikut :

a. menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu;

b. memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;

c. memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;

d. memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan

e. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.

Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan menggunakan bahan produksi yang

menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang,

dan/atau mudah diurai oleh proses alam.

Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah menggunakan bahan yang

dapat diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.

Peran Masyarakat

Pasal 28 UU No. 18 Tahun 2008

Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.

Peran dapat dilakukan melalui :

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 75


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

a. pemberian usul, pertimbangan, dan saran kepada Pemerintah dan/atau pemerintah

daerah;

b. perumusan kebijakan pengelolaan sampah; dan/atau

c. pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa persampahan.

Pasal 33, 34 & 35 Permendagri No. 33 Tahun 2010

Pasal 33 Peran Serta

Pemerintah kabupaten/kota meningkatkan peran masyarakat dalam pengelolaan

sampah.

Pasal 34

Bentuk peran masyarakat dalam pengelolaan sampah meliputi:

a. menjaga kebersihan lingkungan;

b. aktif dalam kegiatan pengurangan, pengumpulan, pemilahan, pengangkutan, dan

pengolahan sampah; dan

c. pemberian saran, usul, pengaduan, pertimbangan, dan pendapat dalam upaya

peningkatan pengelolaan sampah di wilayahnya.

Pasal 35

(1). Peningkatan peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf a

dilaksanakan dengan cara:

a. sosialisasi;

b. mobilisasi;

d. kegiatan gotong royong; dan/atau

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 76


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

e. pemberian insentif.

(2). Peningkatan peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf b

dilaksanakan dengan cara:

a. mengembangkan informasi peluang usaha di bidang persampahan;

b. dan/atau pemberian insentif.

(3). Peningkatan peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf c

dilaksanakan dengan cara:

a. penyediaan media komunikasi;

b. aktif dan secara cepat memberi tanggapan; dan/atau

c. melakukan jaring pendapat aspirasi masyarakat.

Pasal 21 Perda Kota Bukittinggi No. 5 Tahun 2014

1. Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh

Pemerintah Daerah.

2. Peran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui :

a. Pemberian usul, pertimbangan dan saran kepada Pemerintah Daerah dalam

perumusan kebijakan pengelolaan sampah dan/atau

b. Pemberian saran dan pendapat dalam penyeleseian sengketa persampahan.

6.3.1.6 Regulasi Yang Berkaitan Pengaturan Ketentuan Teknis Operasional

Penanganan Sampah

Pasal 22 UU No. 18 Tahun 2008

Kegiatan penanganan sampah sebagaimana meliputi :

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 77


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis,

jumlah, dan/atau sifat sampah;

b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber

sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu;

b. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat

penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu

menuju ke tempat pemrosesan akhir;

c. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah;

dan/atau

d. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil

pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Penutupan Sistem Pembuangan Terbuka

Pasal 44 & 45 UU No. 18 Tahun 2008 Ketentuan Peralihan

Pemerintah daerah harus membuat perencanaan penutupan tempat pemrosesan akhir

sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka paling lama 1 (satu) tahun

terhitung sejak berlakunya Undang-Undang ini.

Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan

sistem pembuangan terbuka paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak berlakunya

Undang-Undang ini.

Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan

khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya yang belum memiliki

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 78


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

fasilitas pemilahan sampah pada saat diundangkannya Undang-Undang ini wajib

membangun atau menyediakan fasilitas pemilahan sampah paling lama 1 (satu) tahun.

Perencanaan Pengelolaan Sampah

Pasal 2 PerMenDagri No. 33 Tahun 2010

1) Pemerintah daerah menyusun rencana pengurangan dan penanganan sampah yang

dituangkan dalam rencana strategis dan rencana kerja tahunan SKPD.

2) Rencana pengurangan dan penanganan sampah sekurang-kurangnya memuat:

a. target pengurangan sampah;

b. target penyediaan sarana dan prasarana pengurangan dan penanganan sampah

mulai dari sumber sampah sampai dengan TPA;

c. pola pengembangan kerjasama daerah, kemitraan, dan partisipasi masyarakat;

d. kebutuhan penyediaan pembiayaan yang ditanggung oleh pemerintah daerah dan

masyarakat; dan

e. rencana pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan

dalam memenuhi kebutuhan mengguna ulang, mendaur ulang, dan penanganan akhir

sampah.

Pelaksanan Pengelolaan Sampah

Pasal 3 PerMenDagri No. 33 Tahun 2010

(1). Pemerintah daerah dalam mengurangi sampah dilakukan dengan cara pembatasan

timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan/atau pemanfaatan kembali sampah.

(2). Pengurangan sampah dilakukan melalui kegiatan:

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 79


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

a. Pemantauan dan supervisi pelaksanaan rencana pemanfaatan bahan produksi

ramah lingkungan oleh pelaku usaha; dan

b. Fasilitasi kepada masyarakat dan dunia usaha dalam mengembangkan dan

memanfaatkan hasil daur ulang, pemasaran hasil produk daur ulang, dan guna

ulang sampah.

Cara Penanganan Sampah

Pasal 4 PerMenDagri No. 33 Tahun 2010

Pemerintah daerah dalam menangani sampah dilakukan dengan cara:

a. pemilahan;

b. pengumpulan;

c. pengangkutan;

d. pengolahan; dan

e. pemrosesan akhir sampah.

Pemilahan Sampah

Pasal 5 PerMenDagRi No. 33 Tahun 2010

1. Pemilahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a dilakukan melalui

memilah sampah rumah tangga sesuai dengan jenis sampah.

2. Pemilahan sampah dilakukan dengan menyediakan fasilitas tempat sampah organik

dan anorganik di setiap rumah tangga, kawasan permukiman, kawasan komersial,

kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas

lainnya.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 80


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Pengumpulan Sampah

Pasal 6 PerMenDagri No. 33 Tahun 2010

Pengumpulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b dilakukan sejak pemindahan

sampah dari tempat sampah rumah tangga ke TPS/TPST sampai ke TPA dengan tetap

menjamin terpisahnya sampah sesuai dengan jenis sampah.

Pengangkutan Sampah

Pasal 7 Permendagri No. 33 Tahun 2010

a.i.1. Pengangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c dilaksanakan

dengan cara:

a. sampah rumah tangga ke TPS/TPST menjadi tanggung jawab lembaga

pengelola sampah yang dibentuk oleh RT/RW;

b. sampah dari TPS/TPST ke TPA, menjadi tanggung jawab pemerintah

daerah;

c. sampah kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, dan

kawasan khusus, dari sumber sampah sampai ke TPS/TPST dan/atau TPA,

menjadi tanggung jawab pengelola kawasan; dan

d. sampah dari fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya dari sumber

sampah dan/atau dari TPS/TPST sampai ke TPA, menjadi tanggung jawab

pemerintah daerah.

a.i.2. Pelaksanaan pengangkutan sampah tetap menjamin terpisahnya sampah sesuai

dengan jenis sampah.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 81


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

a.i.3. Alat pengangkutan sampah harus memenuhi persyaratan keamanan, kesehatan

lingkungan, kenyamanan, dan kebersihan.

Pengolahan Sampah

Pasal 8 Permendagri No. 33 Tahun 2010

1) Pengolahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d dilakukan dengan

mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah yang dilaksanakan di

TPS/TPST dan di TPA.

2) Pengolahan sampah memanfaatkan kemajuan teknologi yang ramah lingkungan.

Pemrosesan Akhir Sampah

Pasal 9 Permendagri No. 33 Tahun 2010

Pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf e dilakukan

dengan pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan ke media lingkungan

secara aman.

Ketentuan Tentang TPS/RPST dan TPA

Pasal 10, 11 dan 12 Permendagri No. 33 Tahun 2010

Pasal 10

1) Pemerintah daerah menyediakan TPS/TPST dan TPA sesuai dengan kebutuhan.

2) Penyediaan TPS/TPST dan TPA memenuhi persyaratan teknis sistem pengolahan

sampah yang aman dan ramah lingkungan sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 82


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

3) Penyediaan TPS/TPST dan TPA sesuai dengan rencana tata ruang wilayah

kabupaten/kota.

Pasal 11

1) Pemerintah daerah memfasilitasi pengelola kawasan untuk menyediakan TPS/TPST

di kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, dan kawasan khusus.

2) Penyediaan TPS/TPST memenuhi persyaratan teknis sistem pengolahan sampah

yang aman dan ramah lingkungan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

3) Penyediaan TPS/TPST sesuai dengan rencana tata ruang kawasan.

Pasal 12

TPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal 11 dapat diubah menjadi TPST

dengan pertimbangan efektif dan efisien.

Pasal 23 Perda Kota Bukittinggi No. 5 Tahun 2014

1. Sampah yang dihasilkan dari suatu kegiatan, wajib dipilah antara sampah organik,

sampah non organik, serta sampah bahan-bahan berbahaya.

2. Sampah yang sudah dipilah wajib ditampung pada TPS atau TPS B3 ditempat yang

terpisah

Pasal 24 Perda Kota Bukittinggi No. 5 Tahun 2014

1. TPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) dibuat sekurang-kurangnya

dengan 2 (dua) kompartemen untuk menampung sampah yang sudah dipilah.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 83


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

2. TPS ditempatkan pada lokasi yang mudah dicapai oleh petugas sampah dan terlindung

sehingga tidak mengganggu kebersihan, ketertiban dan keindahan lingkungan.

3. Bentuk dan ukuran serta penempatan TPS ditentukan oleh instansi teknis.

6.4. ASPEK PEMBIAYAAN

Aspek pembiayaan merupakan aspek yang sangat penting dalam pengelolaan sampah,

Aspek pembiayaan dapat dikatakan sebagai ujung tombak dalam pengelolaan sampah

karena akan sangat mempengaruhi aspek lainnya terutama aspek teknis operasional seperti

dalam penyediaan sarana prasarana pengelolaan sampah seperti wadah sampah, dan truk

pengangkut sampah. Pada umumnya sumber pembiayaan pengelolaan sampah berasal dari

retribusi yang dibebankan kepada masyarakat dan berasal dari pemerintah (melalui

subsidi). Dana untuk pengelolaan persampahan/ kebersihan suatu kota besarnya 5-10%

dari APBD. Selain itu, diusahakan agar biaya pengelolaan sampah dapat diperoleh dari

masyarakat (± 80%), dan Pemerintah Daerah menyediakan ± 20% untuk pelayanan umum

antara lain penyapuan jalan, pembersihan saluran dan tempat-tempat umum.

Untuk Kota Bukittinggi, biaya pengelolaan persampahan dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) Kota Bukittinggi melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota

Bukittinggi mengalami fluktuasi karena kegiatan pengadaan sarana dan prasarana

pengelolaan persampahan disesuaikan dengan kebutuhan tiap tahunnya, Namum untuk

biaya operasional pengelolaan persampahan mengalami tren kenaikan setiap tahunnya

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 84


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

yakni pada tahun 2012 sebesar Rp, 4,166,855,000, tahun 2013 sebesar Rp 5,770,700,000

dan tahun 2014 sebesar Rp, 5,932,710,000.

Penerimaan daerah dari retibusi persampahan mengalami fluktuasi setiap tahunnya yakni

pada tahun 2009 sebesar Rp 524,891,100, tahun 2010 sebesar Rp 581,678,500, tahun 2011

sebesar Rp 565,461,400, tahun 2012 sebesar Rp 563,827,700, tahun 2013 sebesar Rp

558,267,100, Hal ini terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6.33
Penerimaan Retribusi Sampah Kota Bukittinggi

Penerimaan Retribusi Sampah Total


Pedagang Penerimaan
No. Tahun Dinas Pasar PDAM DPKAD Retribusi
Malam
(Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.)

1 2013 308.632.500.00 223.018.500.00 19.132.500.00 7.483.600.00 558.267.100.00

2 2012 298.852.500.00 225.643.600.00 20.390.400.00 18.941.200.00 563.827.700.00

3 2011 308.470.000.00 231.393.500.00 19.842.500.00 5.755.400.00 565.461.400.00

4 2010 322.132.500.00 227.778.000.00 19.280.000.00 12.488.000.00 581.678.500.00

5 2009 255.347.500.00 234.280.600.00 18.730.000.00 16.533.000.00 524.891.100.00

Sumber : Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bukittinggi Tahun 2014

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 85


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

6.5. ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT

Berdasarkan survey melalui penyebaran kuesioner kepada 96 KK di Kota Bukittinggi,

diperoleh hasil melalui analisis korelasi statistik bahwa faktor status hak kepemilikan

rumah memberikan pengaruh yang lebih nyata terkait perlakuan masyarakat terhadap

sampah. Jika hak milik rumah pribadi, maka tingkat kepedulian terhadap pengelolaan

sampah bisa diarahkan dan dibina baik melalaui institusi maupun berbasis masyarakat.

Seperti yang diketahui sebelumnya ada sekitar ± 25% masyarakat yang masih melakukan

upaya yang dilarang dalam mengolah sampah (menimbun dan/ atau membakar sampah),

Pada Tabel 6.34 berikut diperlihatkan bahwa sekitar ± 58% masyarakat Kota Bukittinggi

mempunyai status kepemilikan rumah pribadi.

Tabel 6.34
Persentase Status Kepemilikan Rumah Masyarakat
Kota Bukittinggi

Persentase
No Hak Milik Rumah
(%)
1 Diwariskan 0,00
2 Milik Pribadi 58,33
3 Milik Keluarga 16,67
4 Kontrak 25,00
Total 100
Sumber: Hasil Survey Konsultan, 2014

Sedangkan faktor pekerjaan dan lama tinggal menjadi faktor yang berperan nyata terkait

tingkat peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan Kota Bukittinggi. Semakin

lama masyarakat tersebut berdomisili, maka kepedulian terhadap lingkungan semakin

tinggi. Kemudian jenis pekerjaan akan berpengaruh terhadap kemampuan masyarakat

untuk meluangkan waktu sehingga ikut andil dalam persampahan lingkungan tempat

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 86


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

tinggal. Hasil analisis statistik hubungan antara variabel karakteristik masyarakat terhadap

perlakuan sampah dan tingkat peran serta, dapat dilihat pada Tabel 6.35 berikut

Tabel 6.35
Hubungan Variabel Karakteristik Masyarakat Terhadap Perlakuan Sampah
dan Tingkat Peran Serta Masyarakat

No Perlakuan Tingkat Peran


Karakteristik Sampah Serta
1 Tingkat Pendidikan 0,475 0,536
2 Pekerjaan 0,063 0,045*
3 Penghasilan 0,205 0,377
4 Hak Milik Rumah 0,003* 0,241
5 Lama Tinggal 0,146 0,027*
*Keterangan hasil memberikan pengaruh nyata jika nilai signifikan < 0,05
Sumber: Hasil Survey Konsultan, 2014

Mengacu pada Permen PU No,21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi

Nasional Pengembangan Pengelolaan Persampahan terutama yang berkaitan dengan

kebijakan pengurangan sampah sejak dari sumbernya dengan program unggulan 3R serta

sasaran yang harus dicapai pada tahun 2014 sebesar 20%, pada dasarnya merupakan tugas

yang berat bagi semua pihak dalam mewujudkan upaya tersebut. Mengingat kondisi

yang ada saat ini, baru sekitar kurang dari 3% sampah yang dapat dikurangi atau

dimanfaatkan. Namun demikian dengan berbagai gerakan yang ada di tingkat masyarakat

baik melalui peranan tokoh masyarakat, LSM, fasilitator dan kader Lingkungan ataupun

pemerintah kota, telah banyak praktek-praktek unggulan (best practice) 3R yang cukup

sukses dan dapat direplikasikan di tempat lain, sehingga target pengurangan 20%

bukan mustahil akan dapat dicapai.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 87


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

6.6. TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH

TPA Panorama Baru dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi.

Sampah yang dibuang ke TPA Panorama Baru adalah berasal dari sampah permukiman,

pertokoan, pasar, perkantoran, penyapuan jalan serta sampah dari sarana umum lainnya.

Berdasarkan jadwal/rute pengambilan sampah TPS dan Kontainer yang dilayani, wilayah

pengelolaan sampah mencakup seluruh wilayah administrasi Kota Bukittinggi dengan luas
2
lahan secara keseluruhan TPA Panorama Baru adalah ± 35.000m yang sebagian besarnya

adalah sudah dimanfaatkan untuk pembuangan sampah.

Meskipun begitu, pengolahan sampah di TPA Panorama Baru tidak sesuai dengan kaidah

pengolahan sampah sesuai dengan UU no 18 tahun 2008. TPA Panorama Baru masih

menerapkan sistem open dumping. Padahal yang disarankan adalah sistem sanitary

landfill. Oleh sebab itu dilakukan kegiatan penutupan TPA Panorama Baru. Selanjutnya

perlu dilakukan kegiatan pemantauan pasca penutupan TPA.

6.6.1 Rekomendasi Pengelolaan TPA Panorama Baru Sebelum Penutupan

Operasional.

TPA Panorama Baru dalam hal kondisi eksisting dan pengoperasiannya saat ini memiliki

sangat banyak kelemahan dan kekurangan, selain sistemnya yang menggunakan sistem

terbuka, dari segi kelengkapan sarana dan fasilitaspun TPA Panorama Baru sangat minim

sekali. Seperti; tidak adanya pagar keliling, tidak adanya bangunan workshop,

pengaliran air hujan yang tidak difasilltasi dengan saluran drainase yang mengakibatkan

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 88


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

leachate yang terjadi pada musim hujan akan semakin besar, serta tidak adanya saluran

leachate, dimana leachate yang dihasilkan lang sung mengalir ke aliran sungai terdekat,

dan sebagian meresap ke dalam tanah.

Jadi ditinjau dari aspek teknisnya, TPA Panorama Baru sebenarnya tidak layak beroperasi.

Jika TPA Panorama Baru masih tetap dioperasikan hingga tahun 2013, maka diperlukan

penambahan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan pembuangan sampah

tersebut. Sarana yang dibutuhkan seperti pagar keliling, bangunan workshop, saluran

drainase, dan saluran leachate. Berikut beberapa aspek perencanaan yang diperlukan dalam

meminjang kegiatan dan aktifitas pada TPA :

Jalan Operasi

1) Adalah jalan yang diperlukan untuk operasional pembongkaran, perataan tanah,

pengurukan tanah dan pemadatan sampah didalam lokasi TPA.

2) Jalan operasi yang diperlukan adalah mulai dari jalan masuk sekunder sampai ke lokasi

terdekat pembuangan sampah.

3) Konstruksi jalan operasi menggunakan konstruksi McAdam lebar perkerasan 5 meter

dengan bahu jalan kanan dan kiri 2 x 2 meter, sebagaimana terlihat pada album gambar.

Pagar Keliling

a. Pagar keliling direncanakan sebagai pengaman lokasi TPA dari gangguan orang-orang

yang tidak berkepentingan. Hal ini dimaksudkan agar operasional penimbunan sampah

dapat berjalan lancar tanpa gangguan.

b. Konstruksi pagar keliling menggunakan kawat berduri yang dilengkapi dengan tiang

penyangga setinggi 2 meter dan pondasi dari pasangan batu kali.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 89


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

c. Pagar direncanakan rnengelilingi lokasi TPA, disamping itu pagar juga dilengkapi

dengan pintu masuk selebar 7 meter yang diletakkan di dua lokasi yaitu pada pintu

masuk utama dan pintu pada jalan tembus belakang.

d. Detail gambar paqar keliling TPA sebagaimana terlihat pada Lampiran gambar.

Tanggul Penyangga Sampah

a. Tanggul penyangga sampah dibuat untuk menyangga sampah yang dibuang agar tidak

menyebar ke luar areal TPA khususnya di lokasi TPA yang elevasinya lebih rendah.

b. Letak tanggul di sekeliling batas luar TPA dengan elevasi atas tanggul menyesuaikan

dengan elevasi ketinggian timbulan sampah.

c. Konstruksi tanggul dibuat dari pasangan batu kali, dikarenakan mempunyai ketinggian

lebih dari 5 meter, maka tanggul diberi penguat dari beton bertulang berupa kolom

20/20 cm dan balok 20/30 cm.

d. Pembangunan tanggul tidak dilakukan sekaligus sampai dengan ketinggian maksimum,

tetapi dibuat bertahap setiap ketinggian 4 meter. Setelah terisi sampah kemudian

dilanjutkan pembangunanya dengan penambahan ketingian 4 meter lagi,demikian

setrusnya sampai mencapai ketinggian yang di rencanakan.

e. Gambar detail tanggul pengaman sebagaimana trlihat pada lampiran gambar.

Bangunan Kantor

Bangunan kantor merupakan fasilitas penunjang yang ada di lokasi TPA, yang bertujuan

sebagai ruang kerja dan ruang penyimpan dan peralatan ringan. Bangunan kantor

menempati luas tapak bangunan 4 m x 3 m, terdiri dari:

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 90


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

1. Ruang kerja staff

2. Ruang utama dan tamu

Bangunan kantor ini tidak dilengkapi dengan sarana sanitasi karnar mandi dan WC serta

pengolahan limbah cair baik tangki septik dan sarana peresapannya.

Workshop

Workshop direncanakan berfungsi sebagai bengkel kerja dan pekerjaan pemisahan sampah

untuk pengelolaan khusus sampah. Bangunan workshop terdiri dari rangka baja dan lantai

dari beton.

6.6.2 Rekomendasi Pengelolaan dan Pemantauan Pasca Penutupan TPA

Mengacu pada UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah pasal 44 ayat 2

"Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan sampah yang menggunakan sistem

pembuangan terbuka paling lama 5 (lima) tahun sejak berlakunya Undang-Undang ini",

maka TPA Panorama Baru Kota Bukittinggi sudah harus ditutup. Tapi karena belum

tersedianya lahan TPA yang baru maka untuk operasional pembuangan sampah Kota

Bukittinggi masih menggunakan TPA Panorama Baru sampai dengan Tahun 2013 dengan

perbaikan beberapa fasilitas di TPA Panorama Baru tersebut untuk meminimalisir dampak

lingkungan yang akan terjadi. Upaya-upaya yang harus dilakukan setelah penutupan akhir

TPA diantaranya yaitu dengan menutup tumpukan sampah dengan penutup tanah akhir,

pembuatan sumur monitoring untuk memantau kemungkinan terjadinya pencemaran

leachate, adanya daerah penyangga, dan reklamasi lahan, serta monitoring kualitas

lingkungan sekitar TPA.

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 91


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tanah Penutup Akhir

Sumber terbesar dari timbulnya leachate adalah akibat infiltrasi air melalui bagian atas

landfill, baik melalui presipitasi langsung atau melalui limpasan yang masuk. Oleh

karenanya aplikasi penutup akhir pada landfill memiliki peranan yang sangat penting.

Rancangan penutup akhir hendaknya mempertimbangkan aspek kesehatan, keselamatan,

estetika, permeabilitas, kekuatan dan pemanfaatan lahan setelah ditutup kelak.

Ketebalan penutup akhir ini berkisar 50 – 100 cm. Penutup akhir ini diharapkan tetap

berfungsi walaupun sarana ini sudah tidak digunakan lagi yang mungkin membutuhkan

waktu sampai 30 tahun (pasca operasi). Kemiringan tanah penutup akhir hendaknya tidak

lebih dari 30° (perbandingan 1:3) untuk menghindari erosi. Diatas tanah penutup akhir

harus dilapisi dengan tanah media tanam (top soil/vegetable earth).

Fungsi dari tanah penutup akhir yang diharapkan adalah:

 Pengontrol gerakan air ke sarana supaya timbulan leachate dibatas;

 Pengontrol limpasan air agar ke luar sarana;

 Pengontrol binatang atau vektor penyakit;

 Pengamanan terhadap adanya kontak langsung limbah terhadap manusia;

 Pengontrolan terhadap gas yang terbentuk sehingga tidak menurunkan kualitas udara;

 Mengurangi kemungkinan kebakaran dengan mencegah emisi udara;

 Menjamin stabilitas lahan-urug akibat kemungkinan bergeraknya massa limbah;

 Pengontrol debu;

 Pengatur tarnpilan landfill ditinjau dari sudut estetika;

 Menjamin agar tanaman atau tumbuhan dapat tumbuh secara baik setelah

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 92


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

saran ditutup.

Adapun komponen penyusun lapisan penutup akhir, yaitu:

 Lapisan permukaan, berupa tanah setempat sebagai media tanam bagi tanaman (±1-2

ft) ;

 Lapisan pelindung, dapat digunakan tanah setempat atau didatangkan dari tempat lain;

 Lapisan drainase, biasanya menggunakan material pasir, kerikil, atau geonet/geotekstil

(± 1 ft);

 Lapisan penghalang, misalnya geomembran;

 Subbase, berupa tanah liat yang dipadatkan (±2 ft).

Sumur Monitoring

Sumur monitoring berfungsi untuk memantau kemungkinan terjadinya pencemaran

leachate terhadap air tanah di sekitar TPA dengan ketentuan sebagai berikut :

 Terletak pada area pos jaga (sebelum lokasi pengurugan sampah), di lokasi sekitar

pengurugan sampah dan pada lokasi setelah penimbunan;

 Kedalaman sumur 20 - 25 m dengan luas 1 m2

Konstruksi dari sumur monitoring harus didasarkan pada data ketinggian muka air. Selain

itu sumur monitoring juga harus memperhatikan komposisi dari material yang akan

dipergunakan, material yang biasa digunakan untuk pemasangan dan konstruksi adalah

PVC, teflon, lapisan seng, stainless stell dan beton. Pemilihan material konstruksi harus

didasarkan pada kekuatan, kemudahan dalam pemasangan, biaya dan karakteristik

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 93


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

geofisika. Pada tabel 5.15 diperlihatkan keuntungan dan kerugian dari material yang

digunakan.

Daerah Penyangga (Buffer Zone)

Daerah penyangga dapat berfungsi untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan

oleh kegiatan-kegiatan yang ada pada TPA terhadap lingkungan sekitarnya. Daerah

penyangga dapat berupa [alur hijau atau pagar tanaman di sekelilinq TPA, dengan

beberapa ketentuan sebagai berikut:

 Jenis tanaman yang digunakan adalah tanaman tinggi yang dikombinasikan dengan

tanaman perdu yang mudah tumbuh dan rimbun. Jenis pohon dapat memenuhi

kebutuhan ini antara lain jenis pohon angsana, seperti acasia;

 Kerapatan pohon adalah 2 - 5 m untuk tanaman keras;

 Tebal buffer zone ini ± 10 m (canopi).

Secara keseluruhan, kontrol terhadap kondisi TPA yang meliputi kontrol leachate, gas,

Run-off, dan lain-lain dilakukan secara periodik 1 x 3 bulan selama 20 tahun secara

kontiniu.

Reklamasi Lahan Bekas TPA

Untuk menghindari terjadinya dampak negatif karena dekomposisi sampah menjadi

leachate dan gas berlangsung dalam waktu yang sangat lama ± 30 tahun (Tchobanoglous,

1993), maka lahan bekas TPA direkomendasikan untuk lahan terbuka hijau atau sesuai

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 94


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

dengan rencana tata guna lahannya. Reklamasi lahan bekas TPA berkaitan dengan

konstruksi tanah penutup akhir. Untuk lahan terbuka hijau, ketebalan tanah penutup

disyaratkan adalah 1 meter (tergantung jenis tanaman yang akan ditanam) ditambah

lapisan top soil. Sedangkan untuk peruntukkan bangunan, persyaratan penutupan tanah

akhir harus disesuaikan dengan konstruksi jalan dan faktor keamanan sesuai dengan

peraturan konstruksi yang berlaku.

6.6.2 Monitoring Pasca Operasi TPA

Monitoring kualitas pasca operasi TPA diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya

pencemaran baik karena kebocoran lapisan dasar TPA, jaringan pipa penyalur dan

pengumpul leachate, proses pengolahan leachate yang tidak memadai maupun kebocoran

pipa ventilasi gas. Fasilitas yang diperlukan untuk monitoring adalah sumur monitoring

dan pipa ventilasi gas yang terlindung.

Parameter monitoring yang diperlukan antara lain :

 Kualitas air permukaan maupun air tanah dengan parameter BOD/COD, Sulfat,

Chlorida;

 Kualitas udara, meliputi debu, COx, NOx, H2S, CH4;

 Kepadatan lalat.

Periode pemantauan sebaiknya dilakukan secara berkala terutama parameter kunci,

sedangkan untuk parameter yang lebih lengkap dapat dilakukan 1-2 kali setahun (musim

hujan dan musim kemarau).

Analisis Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 6 - 95


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

7.1. REKAPITULASI PROGRAM DAN KEGIATAN

Dalam pengelolaan persampahan perlu adanya metode

. pengolahan sampah yang lebih baik, peningkatan peran serta

dari lembaga-lembaga terkait dalam meningkatkan efisiensi

dan efektivitas pengelolaan sampah,

pemberdayaan masyarakat, peningkatan aspek pendanaan yang mencakup upaya


meningkatkan

meningkatkan retribusi sampah dan mengurangi beban pendanaan pemerintah serta

peningkatan aspek legal/ hukum dalam pengelolaan persampahan.

Hal tersebut bisa dicapai dengan melakukan beberapa usaha. Usaha-usaha yang dilakukan

akan terangkum dalam program penanganan persampahan. Tak terkecuali di Kota

Bukittinggi. Program bisa dipahami sebagai kumpulan beberapa kegiatan yang mengarah

kepada sebuah perubahan sesuai dengan strategi yang telah disusun. Tidak hanya terbatas

pada implementasi fisik, tetapi juga mencakup usaha menjaga keberlangsungan operasi

infrastruktur yang ada. Bisa dari sisi keuangan (tersedianya biaya Operasi dan

Pemeliharaan – O & M yang memadai), dan meningkatkan kesadaran dan kebutuhan

masyarakat akan pengelolaan persampahan yang baik.

Program dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 7 - 1


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Penyusunan program dan kegiatan pengelolaan persampahan harus berdasarkan kondisi

eksisting yang menjadi bahan acuan untuk perencanaaan. Program dan kegiatan yang

dituangkan dan akan direncanakan jangka pendek dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dan

jangka menengah dalam kurun waktu 6 (enam) sampai 10 (sepuluh tahun) serta jangka

panjang dalam kurun waktu 11 (sebelas) sampai 20 (dua puluh tahun) harus berdasarkan

sasaran yang akan dicapai dalam kurun waktu tersebut sehingga terjadi keselarasan antara

sasaran dengan kegiatan yang akan direncanakan.

Tahapan kegiatan yang senantiasa harus dilakukan secara simultan dan berkelanjutan

dengan melibatkan semua stakeholder yang terkait dalam pengelolaan sampah antara lain

koordinasi, diseminasi, law enforcement dan kebijakan politik. Beberapa keuntungan yang

dapat diperoleh dari pelaksanaan program ini adalah tidak memerlukan lahan TPA, dapat

menghasilkan nilai tambah hasil pemanfaatan sampah menjadi barang yang memiliki nilai

ekonomis, dapat lebih mensejahterakan petugas pengelolaan kebersihan, dapat menambah

lapangan kerja dengan berdirinya badan usaha yang mengelola sampah menjadi bahan

bermanfaat, dapat memberdayakan masyarakat dalam mengelola kebersihan kota serta

biaya pengangkutan sampah dapat ditekan.

Program dan kegiatan yang menjadi prioritas pembangunan pengelolaan persampahan

Kota Bukittinggi tahun 2015 – 2034 ini disusun untuk menjawab permasalahan dan strategi

pengelolaan sampah dalam jangka pendek, menengah dan panjang. Program ini mencakup

pengelolaan persampahan kota baik secara teknis maupun non teknis termasuk perlunya

disepakati bagaimana kesepahaman dalam penggunaan TPA Regional Payakumbuh (yang

Program dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 7 - 2


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

bisa beroperasi/ masa layan TPA sampai pada tahun 2039), jikalau terjadi sesuatu hal yang

mengakibatkan TPA Regional tersebut tidak bisa beroperasi optimal serta upaya penutupan

TPA Panorama Baru Kota Bukittinggi yang dahulunya bertentangan dengan kaidah

pengelolaan sampah.

Program dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 7 - 3


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 7.1 Rekapitulasi Rencana Program Dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2015 - 2019

Indikasi Pembiayaan Jumlah Sumber Pembiayaan Jumlah


(Juta Rupiah) (Juta Rupiah)
(Juta (Juta
No Sub Komponen
Rupiah) Rupiah)
SWASTA MASYA
2015 2016 2017 2018 2019 KOTA PROV. APBN RAKAT
/CSR

I ASPEK TEKNIS 4.774 11.146 8.668 8.012 8.658 41.258 37.726 - 3.532 - - 41.258

II ASPEK PERATURAN DAN 50 200 220 242 266 978 978 - - - - 978
PERUNDANG-UNDANGAN

III ASPEK KELEMBAGAAN 200 523 575 682 695 2.675 2.675 - - - - 2.675

IV ASPEK KEUANGAN 300 - - - - 300 300 - - - - 300

V ASPEK PERAN SERTA 475 1.210 1.331 1.464 1.611 6.091 6.091 - - - - 6.091
MASYARAKAT DAN
DUNIA USAHA

5.799 13.079 10.794 10.400 11.230 51.302 47.770 - 3.532 - - 50.623


TOTAL PEMBIAYAAN

Program dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 7 - 4


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 7.2 Rekapitulasi Rencana Program Dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2020 - 2024
Indikasi Pembiayaan Sumber Pembiayaan
(Juta Rupiah) Jumlah (Juta Rupiah) Jumlah
(Juta (Juta
No Sub Komponen
Rupiah) Rupiah)
SWASTA MASYA
2020 2021 2022 2023 2024 KOTA PROV. APBN RAKAT
/CSR

I ASPEK TEKNIS 8.391 11.725 11.793 15.449 13.486 60.843 57.693 - 3.150 - - 60.843

II ASPEK PERATURAN DAN 300 330 363 399 439 1.832 1.832 - - - - 1.832
PERUNDANG-UNDANGAN

III ASPEK KELEMBAGAAN 25 193 212 233 256 918 918 - 3.150 - - 918

IV ASPEK KEUANGAN 150 165 182 200 220 916 916 - 6.300 - - 916

V ASPEK PERAN SERTA 1.735 1.909 2.099 2.309 2.540 10.592 10.592 - 9.450 - - 10.592
MASYARAKAT DAN
DUNIA USAHA

10.601 14.321 14.648 18.590 16.941 75.101 71.951 - 18.900 - - 75.101


TOTAL PEMBIAYAAN

Program dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 7 - 5


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 7.3 Rekapitulasi Rencana Program Dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2025 - 2029
Indikasi Pembiayaan Sumber Pembiayaan
(Juta Rupiah) Jumlah (Juta Rupiah) Jumlah
(Juta (Juta
No Sub Komponen
Rupiah) Rupiah)
SWASTA MASYA
2025 2026 2027 2028 2029 KOTA PROV. APBN
/CSR RAKAT

I ASPEK TEKNIS 10.723 12.510 12.963 18.744 17.881 72.822 72.822 - - - - 72.822

II ASPEK PERATURAN DAN 400 440 484 532 586 2.442 2.442 - - - - 2.442
PERUNDANG-UNDANGAN

III ASPEK KELEMBAGAAN 175 175 175 175 175 875 875 - - - - 875

IV ASPEK KEUANGAN 300 330 363 399 439 1.832 1.832 - - - - 1.832

V ASPEK PERAN SERTA 1.650 1.815 1.997 2.196 2.416 10.073 10.073 - - - - 10.073
MASYARAKAT DAN
DUNIA USAHA

13.348 15.380 16.102 22.180 21.643 88.654 88.654 - - - - 88.654


TOTAL PEMBIAYAAN

Program dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 7 - 6


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 7.4 Rekapitulasi Rencana Program Dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2030 - 2034
Indikasi Pembiayaan Sumber Pembiayaan
(Juta Rupiah) Jumlah (Juta Rupiah) Jumlah
(Juta (Juta
No Sub Komponen
Rupiah) Rupiah)
PROV SWASTA MASYA
2020 2021 2022 2023 2024 KOTA APBN
. /CSR RAKAT

I ASPEK TEKNIS 17.055 18.211 20.637 23.000 24.348 103.250 103.250 - - - - 103.250

II ASPEK PERATURAN DAN 600 660 726 799 878 3.663 3.663 - - - - 3.663
PERUNDANG-UNDANGAN

III ASPEK KELEMBAGAAN 550 605 666 732 805 3.358 3.358 - - - - 3.358

IV ASPEK KEUANGAN 450 495 545 599 659 2.747 2.747 - - - - 2.747

V ASPEK PERAN SERTA 1.900 2.750 3.025 3.328 3.660 14.663 14.663 - - - - 14.663
MASYARAKAT DAN
DUNIA USAHA

20.655 22.831 25.719 28.590 30.497 128.291 128.291 - - - - 128.291


TOTAL PEMBIAYAAN

Program dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 7 - 7


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

7.2. Uraian Program dan Kegiatan Jangka Pendek Tahun 2015 sampai 2019

Pada program dan kegiatan jangka pendek, ditargetkan bahwa pengelolaan persampahan

Kota Bukittinggi akan terbagi atas dua zona, yakni zona A dan zona B. Pembagian zona ini

dapat dilihat pada gambar 7.1. Pada akhir jangka pendek, zona A ditargetkan bebas dari

kontainer di jalan utama dan pengangkutan sampah 100% dengan metode door to door

menggunakan gerobak sampah bersekat, becak sampah bersekat dan becak motor bersekat.

Sekat yang digunakan ada 2 (dua) buah yakni sampah yang bisa dikompos dan sampah

yang tidak bisa dikompos. Hal ini kemungkinan besar bisa diterapkan setelah tahun 2016,

menimbang pembangunan SPA yang terintegrasi TPST sebagai sentral dalam pengolahan

sampah di zona A ini baru bisa beroperasi pada tahun 2017. Sampah zona A yang

terangkut ini nantinya akan dibawa dan dikumpulkan di SPA-TPST untuk dilakukan

pengolahan berupa kompos dan penjualan sampah daur ulang. Pengomposan menggunakan

teknologi Rotary Kiln yang mampu menghasilkan kompos dalam waktu 6-8 hari.

Keunggulan teknologi rotary kiln adalah tidak menggunakan lahan yang luas serta hasil

kompos diperoleh lebih cepat, sehingga memungkinkan semakina banyaknya sampah yang

bisa diolah. Semakin banyak sampah yang bisa diolah, maka potensi pengurangan sampah

yang terangkut ke TPA Regional semakin besar. Selain itu, juga pertimbangan target 3R

yang dituju dalam pengelolaan persampahan kota, dan keinginan pemerintah kota agar

sampah yang terangkut ke TPA bisa dikurangi.

Setiap tahunnya pada jangka pendek ini, dilakukan peningkatan kemampuan pengomposan

sampah dengan melakukan penambahan alat pengomposan yaitu Rotary Kiln tersebut.

Untuk ke depannya kegiatan pengolahan ini akan dikaitkan dengan istilah sistem 3R dalam

Program dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 7 - 8


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

persampahan kota. Residu dari SPA-TPST ini akan dibawa ke TPA Regional Payakumbuh.

Rute pengangkutan sampah dari zona A ke SPA-TPST dapat dilihat pada gambar 7.2.

Mengenai zona B, ditargetkan pada akhir jangka pendek yaitu pendirian TPS 3R binaan

DKP. Pada TPS 3R ini selain berbasis institusi akan dikembangkan dengan

mengoptimalkan peran serta masyarakat. Pihak DKP akan mengadakan kerjasama dengan

struktur pemerintahan terendah, yakni RT/RW dan melakukan perekrutan operator serta

melakukan pelatihan untuk operasional TPS 3R binaan DKP tersebut. Pada tahun pertama,

mungkin pelayanan akan mencakup 100 KK yang kemudian akan dikembangkan setiap

tahunnya. TPS 3R binaan DKP ini akan dimulai di Kelurahan Aur Kuning menimbang

adanya bantuan prasarana berupa gedung TPS dari pihak pemerintah provinsi. Sampah dari

KK di zona B yang tidak terlayani oleh TPS 3R binaan DKP ini akan diangkut langsung ke

TPA Regional Payakumbuh.

Teknologi pengomposan yang diterapkan di TPS 3R adalah dengan metode cetakan yang

bisa menghasilkan kompos dalam waktu 12-14 hari. Metode ini dipilih karena ini adalah

metode yang cukup murah-menimbang ini akan dikaitkan dengan peran serta masyarakat.

Selain itu, dengan metode cetakan, volume sampah yang bisa diolah bisa dilakukan lebih

banyak karena metode cetakan ini bisa ditumpuk dalam satu ruangan. Mengenai penjualan

sampah daur ulang, akan dilaksanakan dalam bentuk bank sampah, dimana nasabahnya

adalah masyarakat yang dilayani oleh TPS 3R Binaan DKP tersebut. Sebelumnya, pihak

DKP tentu perlu mengadakan kesepakatan dengan bandar/ lapak/ swasta guna

Program dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 7 - 9


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

menyalurkan sampah yang potensi daur ulang tersebut untuk dijual, sehingga

menghasilkan keuntungan.

Terkait pengumpulan di masing-masing zona, memanfaatkan becak motor. Pengelolaan

sarana ini dilakukan lewat menjalin kerjasama dengan RT/RW hingga kelurahan. Selain itu

juga dilakukan pemberdayan pihak swasta untuk mengelola dan mengangkut sampahnya

ke SPA-TPST seperti perhotelan di zona A. Uraian secara detail program dan kegiatan

pengelolaan persampahan yang dilengkapi dengan tahun pelaksanaan, alokasi pembiayaan

dan penanggung jawab pelaksanaan kegiatan serta penanggung setelah pelaksanaan

kegiatan diuraikan pada tabel 7.5. Sedangkan pada Gambar 7.3 dapat dilihat simulasi

sebaran SPA-TPST serta TPS 3R binaan DKP Kota Bukittinggi di akhir jangka pendek

yakni tahun 2019.

Program dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 7 - 10


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 7.1

Program dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 7 - 11


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 7,2

Program dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 7 - 12


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 7.5

Program dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 7 - 13


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Program dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 7 - 14


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Program dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 7 - 15


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 7.3

Program dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 7 - 16


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

7.3. Uraian Program dan Kegiatan Jangka Menengah Tahun 2020 sampai 2024

Jangka menengah diperlukan kegiatan pengulangan dari kegiatan di jangka pendek yang

sudah mulai terbentuk. Kegiatan ini berupa pengadaan SPA-TPST untuk zona A yang baru

agar pengurangan sampah dari timbulan total Kota Bukittinggi bisa dipertahankan dan

ditingkatkan. Kalau hanya mengandalkan sistem pengurangan sampah yakni SPA-TPST

yang sudah ada pada jangka pendek, maka hal ini tidak akan mampu mengimbangi

pertumbuhan sampah yang sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk Kota

Bukittinggi. Alhasil, kalau ini dibiarkan maka persentase pengurangan sampah bisa

menurun. Setelah ada duplikasi SPA-TPST maka dilakukan juga peningkatan kemampuan

pengomposan sampah di SPA-TPST setiap tahunnya dengan melakukan penambahan unit

mesin pengomposan.

Sementara itu pada zona B, maka perlu ditingkatkan lagi TPS 3R binaan DKP. Jika pada

jangka pendek difokuskan pada Kelurahan Aur Kuning, maka berikutnya perlu

dikembangkan ke kelurahan di kecamatan lain. Sehingga semangat pemberdayaan

masyarakat dalam pengelolaan persampahan Kota Bukittinggi dapat tertularkan ke

kecamatan-kelurahan lain. Jika pada jangka pendek mungkin melayani 400 KK, maka

perlu dikembangkan lagi, yakni 100 KK per tahun di keluarahan lainnya di Kota

Bukittinggi. Ini dilakukan dengan mengadakan sosialisasi pihak pemerintah kota dan

adanya peranan masyarakat yang telah dilayani oleh TPS 3R binaan pada periode

sebelumnya untuk menularkan keaktifan dan keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan

persampahan.

Program dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 7 - 17


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Uraian secara detail program dan kegiatan pengelolaan persampahan yang dilengkapi

dengan tahun pelaksanaan, alokasi pembiayaan dan penanggung jawab pelaksanaan

kegiatan serta penanggung setelah pelaksanaan kegiatan diuraikan pada tabel 7.6.

Kemudian pada Gambar 7.4 dapat dilihat simulasi sebaran SPA-TPST serta TPS 3R binaan

DKP Kota Bukittinggi di tahun 2019 sebagai akhir dari jangka menengah.

Program dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 7 - 18


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 7.6

Program dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 7 - 19


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Program dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 7 - 20


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 7.4

Program dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 7 - 21


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

7.4. Uraian Program dan Kegiatan Jangka Panjang Tahun 2025 sampai 2034

Pada jangka panjang untuk zona A, dilakukan pembangunan SPA-TPST sehingga tetap

bisa dipertahankan target 3R sampah Kota Bukittinggi sebesar 20%. Pembangunan ini

mungkin dilakukan di kecamatan di Kota Bukittinggi yang belum memiliki SPA-TPST.

Keberadaan duplikat SPA-TPST ini akan membantu kinerja SPA-TPST pada periode

perencanaan sebelumnya sehingga mengurangi jumlah timbulan yang diangkut ke TPA

Regional Payakumbuh. Pembangunan SPA-TPST duplikat ini akan dibarengi dengan

pengoptimalan kemampuan pengomposan dengan melakukan penambahan unit mesin

pengompos pada SPA-TPST yang baru tersebut.

Pada zona B akan terjadi penularan pembinaan TPS 3R di kelurahan-kecamatan lain,

sehingga bisa diperkirakan jumlah TPS 3R binaan DKP mencapai 8 unit dengan pelayanan

untuk sekitar 44% warga Kota Bukittinggi. Ini diharapkan akan meringankan jumlah

sampah yang perlu diangkut ke TPA regional Payakumbuh dan meningkatkan peran serta

masyarakat dalam pengelolaan sampah kota.

Uraian secara detail program dan kegiatan pengelolaan persampahan yang dilengkapi

dengan tahun pelaksanaan, alokasi pembiayaan dan penanggung jawab pelaksanaan

kegiatan serta penanggung setelah pelaksanaan kegiatan diuraikan pada tabel 7.7. dan 7.8.

Gambar 7.5 akan memperlihatkan simulasi sebaran SPA-TPST serta TPS 3R binaan DKP

Kota Bukittinggi di akhir jangka panjang, yaitu tahun 2034.

Program dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 7 - 22


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 7.7

Program dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 7 - 23


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Program dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 7 - 24


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 7.8

Program dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 7 - 25


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 7.5

Program dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 7 - 26


.0

PEKERJAAN

PERENCANAAN TEKNIS
MANAJEMEN PERSAMPAHAN

LOKASI
KOTA BUKITTINGGI

TAHUN 2014
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1– 1


1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1– 1
1.2. Dasar Hukum .............................................................................. 1– 5
1.3. Maksud, Tujuan dan Sasaran ....................................................... 1– 6
1.4. Lingkup Pekerjaan ....................................................................... 1– 8
BAB 2. TINJAUAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI PERSAMPAHAN .. 2– 1
2.1. Aspek Teknis ............................................................................... 2– 1
2.1.1. Sumber dan Pewadahan Sampah ..................................... 2– 1
2.1.2. Sistem Pengumpulan dan Pengangkutan ......................... 2– 2
2.1.3. Sistem Pengolahan dan Pengelolaan Persampahan ......... 2– 3
2.2. Aspek Kelembagaan .................................................................... 2– 4
2.3. Aspek Pembiayaan ....................................................................... 2– 6
2.4. Aspek Peran Serta Masyarakat .................................................... 2– 7
2.5. Konsep Pengelolaan Sampah Menggunakan Zero Waste ........... 2– 8
2.5.1. Pengomposan ................................................................... 2– 9
2.5.2. Daur Ulang ....................................................................... 2– 10
BAB 3. GAMBARAN UMUM KOTA BUKITTINGGI ............................... 3– 1
3.1. Kondisi Fisik ................................................................................ 3– 1
3.1.1. Geografis .......................................................................... 3– 1
3.1.2. Topografi ......................................................................... 3– 5
3.1.3. Hidrologi .......................................................................... 3– 9
3.1.4. Tata Guna Lahan .............................................................. 3– 11
3.1.5. Tata Ruang Wilayah ........................................................ 3– 14

Daftar Isi ii
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

3.2. Aspek Non Fisik .......................................................................... 3– 15


3.2.1. Kependudukan ................................................................. 3– 15
3.2.2. Pendidikan ....................................................................... 3– 18
3.2.3. Kesehatan ......................................................................... 3– 19
3.2.4. Sosial Masyarakat ............................................................ 3– 20
3.2.5. Perekonomian .................................................................. 3– 21
3.2.6. Potensi Unggulan Kota Bukittinggi ................................. 3– 22

BAB 4. KONDISI EKSISTING PENGELOLAAN PERSAMPAHAN


KOTA BUKITTINGGI ..................................................................... 4– 1
4.1. Umum .......................................................................................... 4– 1
4.2. Aspek Teknis ............................................................................... 4– 3
4.2.1. Data Timbulan, Komposisi dan Berat Jenis ..................... 4– 3
4.2.2. Sistem Sumber dan Pewadahan ....................................... 4– 5
4.2.3. Pengumpulan dan Pengangkutan ..................................... 4– 13
4.2.4. Sistem Pengelolaan 3R .................................................... 4– 35
4.2.5. Sistem Pembuangan/Pemrosesan Akhir .......................... 4– 36
4.2.5.1. TPA Sampah Regional Kota Payakumbuh
sebagai Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Kota Bukittinggi ............................................... 4– 36
4.2.5.2. Kondisi Teknis TPA Regional Payakumbuh .... 4– 37
4.3. Aspek Kelembagaan .................................................................... 4– 45
4.4. Aspek Pembiayaan ....................................................................... 4– 63
4.5. Aspek Hukum/Peraturan .............................................................. 4– 68
4.6. Aspek Peran Serta Masyarakat .................................................... 4– 69

BAB 5. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PERSAMPAHAN


KOTA BUKITTINGGI ...................................................................... 5– 1
5.1. Aspek Teknis ............................................................................... 5– 1
5.1.1. Daerah Pelayaan dan Tingkat Pelayanan ........................ 5– 1
5.1.2. Sistem Sumber dan Pewadahan ....................................... 5– 2
5.1.2.1. Sumber Sampah ................................................ 5– 2
5.1.2.2. Pola Pewadahan ................................................ 5– 4

Daftar Isi iii


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

5.1.2.3. Sarana Pewadahan ............................................ 5– 4


5.1.3. Sistem Pengumpulan........................................................ 5– 6
5.1.3.1. Pola Pengumpulan dan Pengangkutan .............. 5– 6
5.1.3.2. Sarana Pengumpul dan Pengangkut Sampah .... 5– 7
5.1.4. Sistem Pengolahan Sampah ............................................. 5– 8
5.1.5. TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) .................................... 5– 9
5.2. Aspek Kelembagaan .................................................................... 5– 10
5.3. Aspek Hukum/Peraturan .............................................................. 5– 10
5.4. Aspek Pembiayaan ....................................................................... 5– 10
5.5. Aspek Peran Serta Masyarakat .................................................... 5– 11

BAB 6. ANALISIS KEBUTUHAN PENANGANAN PERSAMPAHAN


KOTA BUKITTINGGI ...................................................................... 6– 1
6.1. Aspek Teknis ............................................................................... 6– 1
6.1.1. Penentuan Data Timbulan, Berat Jenis dan
Komposisi Sampah .......................................................... 6– 1
6.1.2. Karakteristik Sampah Kota Bukittinggi ........................... 6– 14
6.1.3. Proyeksi Penduduk Kota Bukittinggi .............................. 6– 15
6.1.4. Pengembangan Pelayanan................................................ 6– 20
6.1.5. Sistem Pewadahan ........................................................... 6– 22
6.1.5.1. Pola Pewadahan ................................................ 6– 22
6.1.5.2. Sarana Pewadahan ............................................ 6– 23
6.1.6. Sistem Pengumpulan dan Pengangkutan ......................... 6– 25
6.1.7. Sistem Pengolahan Sampah 3R ....................................... 6– 33
6.1.7.1. Stasiun Peralihan Antara (SPA) ........................ 6– 33
6.1.7.2. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) . 6– 35
6.1.7.3. Pemilihan Lokasi SPA dan TPST
Kota Bukittinggi ............................................... 6– 36
6.1.7.4. TPS 3R Binaan DKP ......................................... 6– 38
6.2. Aspek Kelembagaan .................................................................... 6– 39
6.3. Aspek Hukum/Peraturan .............................................................. 6– 44
6.4. Aspek Pembiayaan ....................................................................... 6– 84
6.5. Aspek Peran Serta Masyarakat .................................................... 6– 86

Daftar Isi iv
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

6.6. Tempat Pembuangan Akhir Sampah ........................................... 6– 88


6.6.1. Rekomendasi Pengelolaan dan Pemantauan Pasca
Penutupan TPA ................................................................ 6– 91
6.6.2. Monitoring Pasca Operasi TPA ....................................... 6– 95

BAB 7. PROGRAM DAN KEGIATAN PENANGANAN PERSAMPAHAN


KOTA BUKITTINGGI ...................................................................... 7– 1
7.1. Rekapitulasi Program dan Kegiatan ............................................ 7– 1
7.2. Skenario Pengelolaan Sampah Kota Bukittinggi Jangka Pendek
Tahun 2015 sampai 2019 ............................................................. 7– 8
7.3. Uraian Program dan Kegiatan Jangka Pendek
Tahun 2015 sampai 2019 ............................................................. 7– 13
7.4. Skenario Pengelolaan Sampah Kota Bukittinggi Jangka Menengah
Tahun 2020 sampai 2024 ............................................................. 7– 21
7.5. Uraian Program dan Kegiatan Jangka Menengah
Tahun 2020 sampai 2024 ............................................................. 7– 22
7.6. Skenario Pengelolaan Sampah Kota Bukittinggi Jangka Panjang
Tahun 2025 sampai 2034 ............................................................. 7– 28
7.7. Uraian Program dan Kegiatan Jangka Panjang
Tahun 2025 sampai 2034 ............................................................. 7– 29

Daftar Isi v
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 3.1 Luas Wilayah Kota Bukittinggi Per Kelurahan ........................... 3– 4


Tabel 3.2 Kemiringan Lahan/Lereng Wilayah Kota Bukittinggi ................ 3– 6
Tabel 3.3 Penyebaran Penduduk di Kota Bukittinggi .................................. 3– 16
Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Pria Dan Wanita Kota Bukittinggi
per Kelurahan............................................................................... 3– 16
Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin 3– 18
Tabel 3.6 Jumlah Sarana Pendidikan Per Kecamatan Di Kota Bukittinggi . 3– 19
Tabel 3.7 Jumlah Fasilitas Kesehatan Kota Bukittinggi .............................. 3– 20
Tabel 3.8 Jumlah Penduduk Menurut Agama Di Kota Bukittinggi............. 3– 21
Tabel 3.9 Jumlah Tempat Ibadah menurut Agama, setiap Kecamatan........ 3– 21
Tabel 3.10 Jumlah Perusahaan pada Industri Kecil Makanan Dan Minuman 3– 22
Tabel 4.1 Jumlah Personil pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kota Bukittinggi .......................................................................... 4– 2
Tabel 4.2 Rata-rata Berat Timbulan Sampah Kota Bukittinggi di
TPA Regional Payakumbuh Januari s/d November 2014 ........... 4– 3
Tabel 4.3 Penempatan dan Kapasitas Wadah Sampah Kota Bukittinggi .... 4– 6
Tabel 4.4 Lokasi Penempatan TPS Kembar di Kota Bukittinggi ................ 4– 6
Tabel 4.5 Lokasi Penempatan TPS Kayu di Kota Bukittinggi .................... 4– 7
Tabel 4.6 Lokasi Penempatan TPS Batu di Kota Bukittinggi ..................... 4– 8
Tabel 4.7 Lokasi Penempatan Kontainer Sampah di Kota Bukittinggi ....... 4– 9
Tabel 4.7a Jadwal Harian Penyapuan Jalan Kota Bukittinggi ....................... 4– 14
Tabel 4.8 Jumlah Tenaga Penyapu Jalan per Kecamatan Kota Bukittinggi 4– 14
Tabel 4.9 Lokasi Penyapuan Jalan Kota Bukittinggi ................................... 4– 15
Tabel 4.10 Jumlah Sarana Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah
Kota Bukittinggi .......................................................................... 4– 17

Daftar Isi vi
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Tabel 4.11 Jalur Pengumpulan oleh Truk Sampah di Kota Bukittinggi ........ 4– 18
Tabel 4.12 Waktu Pengangkutan Sampah ke TPA Regional Payakumbuh... 4– 19
Tabel 4.13 Kegiatan 3R Berbasis Masyarakat di Kota Bukittinggi ............... 4– 35
Tabel 4.14 Data Kondisi TPA Regional Payakumbuh .................................. 4– 36
Tabel 4.15 Volume Sampah dari Kota/Kabupaten ........................................ 4– 37
Tabel 4.16 Jumlah Peralatan, Umur Ekonomis dan Harga Perolehan
Peralatan Yang Dimiliki TPA Regional Payakumbuh ................ 4– 41
Tabel 4.17 Anggaran Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi
Pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi ......... 4– 63
Tabel 4.18 Tarif Retribusi Pengelolaan Sampah Kota Bukittinggi ............... 4– 64
Tabel 4.19 Kegiatan Pemerintah kepada Masyarakat terkait
Pengelolaan Sampah Kota Bukittinggi ........................................ 4– 69
Tabel 4.20 Pengolahan Sampah Kota Bukittinggi ......................................... 4– 70
Tabel 5.1 Hasil Kuesioner Terkait Perlakuan Sampah oleh Masyarakat
Kota Bukittinggi .......................................................................... 5– 3
Tabel 5.2 Persentase Upaya Masyarakat dalam Memilah Sampah
di Sumber ..................................................................................... 5– 5
Tabel 5.3 Total Daya Tampung Sistem Pewadahan Sampah
Kota Bukittinggi .......................................................................... 5– 6
Tabel 5.4 Persentase Masyarakat yang Menggunakan Gerobak Sampah
dalam Pengumpulan Sampah Kota Bukittinggi ........................... 5– 7
Tabel 6.1 Timbulan Sampah Perumahan Kota Bukittinggi
Berdasarkan Ekonomi .................................................................. 6– 2
Tabel 6.2 Timbulan Sampah Perumahan per Kecamatan
Kota Bukittinggi .......................................................................... 6– 2
Tabel 6.3 Timbulan Sampah Non Perumahan Kota Bukittinggi ................. 6– 3
Tabel 6.4 Total Timbulan Volume Sampah Kota Bukittinggi
Tahun 2014 .................................................................................. 6– 4
Tabel 6.5 Total Timbulan Berat Sampah Kota Bukittinggi Tahun 2014 ..... 6– 4
Tabel 6.6 Timbulan Sampah Kota Bukittinggi Tahun 2014
di Kecamatan dan Kelurahan ...................................................... 6– 5
Tabel 6.7 Total Timbulan Volume Sampah Kota Bukittinggi

Daftar Isi vi i
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Saat Lebaran ................................................................................ 6– 7


Tabel 6.8 Perbandingan Timbulan Sampah Kota Bukittinggi
Saat Hari Normal dan Hari Raya ................................................. 6– 7
Tabel 6.9 Perbandingan Berat Timbulan Sampah Rata-Rata
Kota Buktinggi ............................................................................. 6– 8
Tabel 6.10 Berat Jenis Sampah Kota Bukittinggi 2014 ................................. 6– 12
Tabel 6.11 Komposisi Sampah Domestik Kota Bukittinggi .......................... 6– 13
Tabel 6.12 Komposisi Sampah Non Domestik Kota Bukittinggi .................. 6– 13
Tabel 6.13 Komposisi Sampah Kota Bukittinggi .......................................... 6– 14
Tabel 6.14 Karakteristik Kimia Sampah Kota Bukittinggi ............................ 6– 15
Tabel 6.15 Proyeksi Timbulan Sampah Kota Bukittinggi ............................. 6– 16
Tabel 6.16 Proyeksi Volume Timbulan Sampah per Kelurahan
Kota Bukittinggi .......................................................................... 6– 17
Tabel 6.17 Proyeksi Berat Timbulan Sampah per Kelurahan
Kota Bukittinggi .......................................................................... 6– 18
Tabel 6.18 Proyeksi Komposisi Sampah Kota Bukittinggi ........................... 6– 19
Tabel 6.19 Penentuan Timbulan Sampah yang Terlayani Tahun 2014 ......... 6– 20
Tabel 6.20 Rencana Peningkatan Daerah dan Tingkat Pelayanan
Kota Bukittinggi .......................................................................... 6– 21
Tabel 6.21 Proyeksi Kebutuhan Pewadahan Kota Bukittinggi ...................... 6– 24
Tabel 6.22 Perencanaan Pengelolaan Sampah Berbasis 3R .......................... 6– 24
Tabel 6.23 Proyeksi Kebutuhan Pewadahan 3R Kota Bukittinggi ................ 6– 25
Tabel 6.24 Perencanaan Kebutuhan Kendaraan Pengumpul dan
Pengangkut Sampah..................................................................... 6– 26
Tabel 6.25 Perencanaan Kebutuhan Kendaraan Pengumpul dan
Pengangkut Sampah Sistem 3R ................................................... 6– 27
Tabel 6.26 Perbandingan Kebutuhan Sarana Pengelolaan Persampahan
Kota Bukittinggi Antara MetodeKonvensional dengan 3R ......... 6– 29
Tabel 6.27 Pengurangan Sampah Kota Bukittinggi yang Terangkut
ke TPA Regional Payalumbuh pada Jangka Pendek (2015 – 2019)
dengan Metode 3R ....................................................................... 6– 31
Tabel 6.28 Pengurangan Sampah Kota Bukittinggi yang Terangkut

Daftar Isi vi i i
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

ke TPA Regional Payalumbuh pada Jangka Menengah


(2020 – 2024) dengan Metode 3R ............................................... 6– 32
Tabel 6.29 Pengurangan Sampah Kota Bukittinggi yang Terangkut
ke TPA Regional Payalumbuh pada Jangka Panjang (2025 – 2034)
dengan Metode 3R ....................................................................... 6– 32
Tabel 6.30 Rancangan Peruntukan Lahan SPA Kota Bukittinggi ................. 6– 37
Tabel 6.31 Instansi dan kegiatan penanganan persampahan berbasis
masyarakat, sekolah dan dunia usaha yang terlibat dalam
kegiatan pengelolaan sampah ...................................................... 6– 40
Tabel 6.32 Kegiatan instansi dalam kegiatan penanganan persampahan ..... 6– 41
Tabel 6.33 Penerimaan Retribus Sampah Kota Bukittinggi .......................... 6– 85
Tabel 6.34 Persentase Status Kepemilikan Rumah Masyarakat
Kota Bukittinggi .......................................................................... 6– 86
Tabel 6.35 Hubungan Variabel Karakteristik Masyarakat terhadap
Perlakuan Sampah dan Tingkat Peran Serta Masyarakat ............ 6– 87
Tabel 7.1 Rekapitulasi Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan
Persampahan Tahun 2015 - 2019................................................. 7– 4
Tabel 7.2 Rekapitulasi Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan
Persampahan Tahun 2020 - 2024................................................. 7– 5
Tabel 7.3 Rekapitulasi Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan
Persampahan Tahun 2025 - 2029................................................. 7– 6
Tabel 7.4 Rekapitulasi Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan
Persampahan Tahun 2030 - 2034................................................. 7– 7
Tabel 7.5 Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan
Persampahan Tahun 2015 - 2019................................................. 7– 17
Tabel 7.6 Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan
Persampahan Tahun 2020 - 2024................................................. 7– 25
Tabel 7.7 Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan
Persampahan Tahun 2025 - 2029................................................. 7– 32
Tabel 7.8 Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan
Persampahan Tahun 2030 - 2034................................................. 7– 34

Daftar Isi ix
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 3.1 Peta Administrasi Kota Bukittinggi ............................................. 3– 3


Gambar 3.2 Peta Topografi Kota Bukittinggi.................................................. 3– 7
Gambar 3.3 Peta Kelerengan Kota Bukittinggi ............................................... 3– 8
Gambar 3.4 Peta Hidrogeologi Kota Bukittinggi ............................................ 3– 10
Gambar 3.5 Peta Tata Guna Lahan Kota Bukittinggi ...................................... 3– 13
Gambar 3.6 Grafik Jumlah Sarana Pendidikan di Kota Bukittinggi ............... 3– 19
Gambar 4.1 Peta Lokasi Penempatan Wadah Sampah Kota Bukittinggi ........ 4– 12
Gambar 4.1a Peta Lokasi Penyapuan Jalan Kota Bukittinggi ........................... 4– 16
Gambar 4.2 Peta Pengangkutan Sampah Dalam Kota Rute 1 ......................... 4– 21
Gambar 4.3 Peta Pengangkutan Sampah Dalam Kota Rute 2 ......................... 4– 22
Gambar 4.4 Peta Pengangkutan Sampah Dalam Kota Rute 3 ......................... 4– 23
Gambar 4.5 Peta Pengangkutan Sampah Dalam Kota Rute 4 ......................... 4– 24
Gambar 4.6 Peta Pengangkutan Sampah Dalam Kota Rute 5 ......................... 4– 25
Gambar 4.7 Peta Pengangkutan Sampah Dalam Kota Rute 6 ......................... 4– 26
Gambar 4.8 Peta Pengangkutan Sampah Dalam Kota Rute 7 ......................... 4– 27
Gambar 4.9 Peta Pengangkutan Sampah Dalam Kota Rute 8 ......................... 4– 28
Gambar 4.10 Peta Pengangkutan Sampah Dalam Kota Rute 9 ......................... 4– 29
Gambar 4.11 Peta Pengangkutan Sampah Dalam Kota Rute 10 ....................... 4– 30
Gambar 4.12 Peta Pengangkutan Sampah Dalam Kota Rute 11 ....................... 4– 31
Gambar 4.13 Peta Pengangkutan Sampah Dalam Kota Rute 12 ....................... 4– 32
Gambar 4.14 Peta Pengangkutan Sampah Dalam Kota Rute 13 ....................... 4– 33
Gambar 4.15 Peta Pengangkutan Sampah Dalam Kota Rute 14 ....................... 4– 34
Gambar 4.16 Struktur Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kota Bukittinggi .......................................................................... 4– 44
Gambar 6.1 Diagram Alir Pola Konvensional (Kumpul - Angkut – Buang) .. 6– 22

Daftar Isi x
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 6.2 Diagram Alir Pola 3R (Kumpul - Angkut – Buang) .................... 6– 23


Gambar 6.3 Perbandingan Jumlah Sampah Kota Bukittinggi dengan
2 Metode Pengelolaan Sampah .................................................... 6– 30
Gambar 6.4 Perbandingan Jumlah Kebutuhan Truk Sampah Kota Bukittinggi
Dengan 2 Metode Pengelolaan Sampah ...................................... 6– 30
Gambar 7.1 Peta Pembagian Zona Pelayanan Persampahan ........................... 7– 11
Gambar 7.2 Peta Rute Pengumpulan Sampah Zona A ke SPA ....................... 7– 12
Gambar 7.3 Peta Simulasi Pengadaan SPA, TPST dan TPS 3R
Akhir Jangka Pendek (2019)........................................................ 7– 20
Gambar 7.4 Peta Simulasi Pengadaan SPA, TPST dan TPS 3R
Akhir Jangka Menengah (2024) .................................................. 7– 27
Gambar 7.5 Peta Simulasi Pengadaan SPA, TPST dan TPS 3R
Akhir Jangka Panjang (2034) ...................................................... 7– 35

Daftar Isi xi
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Gambar 4.16
STRUKTUR ORGANISASI
DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA BUKITTINGGI

KEPALA DINAS

SEKRETARIS

SUB BAGIAN UMUM SUB BAGIAN SUB BAGIAN


DAN KEPEGAWAIAN KEUANGAN PERENCANAAN

BIDANG SANITASI DAN


BIDANG KEBERSIHAN BIDANG PERTAMANAN PENYULUHAN

SEKSI OPERASIONAL SEKSI PEMBIBITAN DAN SEKSI PENYULUHAN


SAMPAH PENGHIJAUAN KOTA DAN PENGENDALIAN

SEKSI SARANA DAN SEKSI PERAWATAN DAN SEKSI SANITASI DAN


PRASARANA DEKORASI KOTA PENYEMPROTAN TPA

Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi Bab 4 - 46


PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI

Sampah merupakan salah satu isu perkotaan yang perlu mendapatkan perhatian serius dari
seluruh pemangku kepentingan tak terkecuali Pemerintah Kota Bukittinggi. Seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya aktivitas sosial dan ekonomi
masyarakat mengakibatkan volume sampah, khususnya sampah padat yang dihasilkan
masyarakat terus mengalami peningkatan. Ditambah lagi dengan kondisi Kota Bukittinggi
sebagai kota wisata, pusat jasa dan perdagangan, pusat pendidikan dan kesehatan yang
menyebabkan Kota Bukitinggi sering dikunjungi oleh masyarakat luar. Besarnya jumlah
kunjungan ke Kota Bukittinggi menyebabkan melonjaknya volume sampah. Peningkatan
ini tentunya akan berimplikasi pada peningkatan pelayanan pengelolaan sampah perkotaan
yang efektif, efisien dan berkelanjutan. Untuk menghadapi hal tersebut, Dinas Kebersihan
dan Pertamanan Kota Bukittinggi membuat kegiatan Penyusunan Perencanaan Teknis
Manajemen Persampahan Kota Bukittinggi Tahun 2014 yang dalam hal ini dilaksanakan
oleh Konsultan CV. Ketsu Utama.

Laporan ini merupakan Laporan Akhir yang berisikan Pendahuluan, Tinjauan Kebijakan
dan Strategi Persampahan, Gambaran Umum Kota Bukittinggi, Kondisi Eksisting
Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi, Identifikasi Permasalahan Persampahan Kota
Bukittinggi, Analisa Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi dan Program
dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi.

Kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Laporan Akhir ini.

Padang, Desember 2014

Tim Penyusun

Kata Pengantar i
Tabel 7.8 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN TAHUN 2030 - 2034

KEBUTUHAN PENANGANAN MENYELURUH INDIKASI BIAYA (Juta Rp.) RESUME SUMBER PENDANAAN/PEMBIAYAAN (X Juta Rupaih)
PROGRAM / KEGIATAN SKPD Penanggungjawab SKPD/Badan Pengelola Pasca
NO DETAIL VOLUME TOTAL TAHUN ANGGARAN TOTAL SWASTA MASYAR TOTAL
SAT KOTA PROV. APBN Pelaksanaan Konstruksi
(Output / Sub Output / Komponen ) LOKASI 2030 2031 2032 2033 2034 VOL. 2030 2031 2032 2033 2034 BIAYA /CSR AKAT BIAYA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

I ASPEK TEKNIS

A Sarana Pengumpulan Sampah - - - - - - -


Dinas Kebersihan dan Dinas Kebersihan dan
1 Penggantian Gerobak Sampah - unit 6 6 6 6 6 30 48 53 58 64 70 293 293 293
Pertamanan Kota Bukittinggi Pertamanan Kota Bukittinggi
2 Dinas Kebersihan dan Dinas Kebersihan dan
Penggantian Becak Sampah - unit 6 6 6 6 6 30 30 33 36 40 44 183 183 183
Pertamanan Kota Bukittinggi Pertamanan Kota Bukittinggi
Dinas Kebersihan dan Dinas Kebersihan dan
3 Penggantian Becak Motor - unit 10 10 10 10 10 50 400 440 484 532 586 2,442 2,442 2,442
Pertamanan Kota Bukittinggi Pertamanan Kota Bukittinggi
Dinas Kebersihan dan Dinas Kebersihan dan
4 Penambahan Becak Motor - unit 1 1 1 1 1 5 40 44 48 53 59 244 244 244
Pertamanan Kota Bukittinggi Pertamanan Kota Bukittinggi

B ZONA B

Sarana Pewadahan Sampah


Dinas Kebersihan dan Dinas Kebersihan dan
1 Penggantian Kontainer - unit 2 2 2 3 3 12 50 55 61 100 110 375 375 375
Pertamanan Kota Bukittinggi Pertamanan Kota Bukittinggi
Dinas Kebersihan dan Dinas Kebersihan dan
2 Penggantian TPS Kembar - unit 4 4 4 4 4 20 12 13 15 16 18 73 73 73
Pertamanan Kota Bukittinggi Pertamanan Kota Bukittinggi
C Sarana Pengangkutan Sampah
Dinas Kebersihan dan Dinas Kebersihan dan
1 Penggantian Gerobak Sampah - unit 4 4 4 4 4 20 20 22 24 27 29 122 122 122
Pertamanan Kota Bukittinggi Pertamanan Kota Bukittinggi
Dinas Kebersihan dan Dinas Kebersihan dan
2 Penggantian Becak Sampah - unit 4 4 4 4 4 20 20 22 24 27 29 122 122 122
Pertamanan Kota Bukittinggi Pertamanan Kota Bukittinggi
Dinas Kebersihan dan Dinas Kebersihan dan
3 Penggantian Becak Motor - unit 2 2 2 2 2 10 90 99 109 120 132 549 549 549
Pertamanan Kota Bukittinggi Pertamanan Kota Bukittinggi
Dinas Kebersihan dan Dinas Kebersihan dan
4 Penambahan Becak Motor - unit 1 1 1 1 1 5 45 50 54 60 66 275 275 275
Pertamanan Kota Bukittinggi Pertamanan Kota Bukittinggi
Dinas Kebersihan dan Dinas Kebersihan dan
5 Penggantian Truk - unit 1 1 1 1 1 5 500 550 605 666 732 3,053 3,053 3,053
Pertamanan Kota Bukittinggi Pertamanan Kota Bukittinggi
Dinas Kebersihan dan Dinas Kebersihan dan
6 Penambahan Truk Sampah - unit - - 1 1 - 2 - - 605 666 - 1,271 1,271 1,271
Pertamanan Kota Bukittinggi Pertamanan Kota Bukittinggi

D Sarana Pengangkutan Sampah dari SPA ke TPA Regional


Dinas Kebersihan dan Dinas Kebersihan dan
1 Penambahan Truk Sampah - unit 1 - - - - 1 500 - - - - 500 500 500
Pertamanan Kota Bukittinggi Pertamanan Kota Bukittinggi

E Operasi Pengelolaan Persampahan Skala Kota


Dinas Kebersihan dan Dinas Kebersihan dan
1 Biaya operasional pengelolaan persampahan Kota Bukittinggi - Paket 1 1 1 1 1 5 15,300 16,830 18,513 20,364 22,401 93,408 93,408 93,408
Pertamanan Kota Bukittinggi Pertamanan Kota Bukittinggi
Kontribusi pembayaran pengelolaan persampahan pada TPA Dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Kebersihan dan Pertamanan
2 - Paket 1 1 1 1 1 5 2,864 3,150 3,465 3,812 4,193 17,485 17,485 17,485
Sampah regional Payakumbuh Kota Bukittinggi Kota Bukittinggi
Biaya pemeliharaan setelah penutupan TPA Sampah Panorama Dinas Kebersihan dan Dinas Kebersihan dan
3 - Paket 1 1 - - - 200 - 200 200 200
Baru Pertamanan Kota Bukittinggi Pertamanan Kota Bukittinggi
Dinas Kebersihan dan Dinas Kebersihan dan
4 Pemantauan lingkungan TPA Sampah panorama Baru - Paket 1 1 2 - - - 67 73 140 140 140
Pertamanan Kota Bukittinggi Pertamanan Kota Bukittinggi

JUMLAH ASPEK TEKNIS 19,919 21,361 24,102 26,812 28,541 120,735 120,735 - - - - 120,735

Anda mungkin juga menyukai