P
Pengelolaan sampah suatu kota bertujuan untuk melayani sampah
seperti pedesaan memiliki kepadatan penduduk yang masih sangat rendah. Secara alami
tanah/alam masih dapat mengatasi pembuangan sampah yang dilakukan secara sederhana
(gali urug). Makin padat penduduk suatu pemukiman atau kota dengan segala aktivitasnya,
sampah tidak dapat lagi diselesaikan di tempat; sampah harus dibawa keluar dari
lingkungan hunian atau lingkungan lainnya. Permasalahan sampah semakin perlu untuk
Saat ini pengelolaan persampahan menghadapi banyak masalah terutama akibat semakin
besarnya timbulan sampah yang dihasilkan masyarakat baik produsen maupun konsumen.
Hal ini menjadi semakin berat dengan masih dimilikinya paradigma lama pengelolaan
kesemuanya membutuhkan anggaran yang semakin besar dari waktu ke waktu; yang bila
tidak tersedia akan menimbulkan banyak masalah operasional seperti sampah yang tidak
Pendahuluan Bab 1 - 1
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI
terangkut, fasilitas yang tidak memenuhi syarat, cara pengoperasian fasilitas yang tidak
Pada akhirnya berbagai masalah tersebut akan bermuara pada rendahnya kuantitas dan
Bila hal ini tidak segera dilakukan perbaikan akan berdampak buruk terhadap kepercayaan
dan kerjasama masyarakat yang sangat diperlukan untuk menunjang pelayanan publik yang
mensejahterakan masyarakat. Untuk dapat mengelola sampah pemukiman atau kota yang
sampahnya semakin banyak dengan masalah yang kompleks, diperlukan adanya suatu
sistem pengelolaan yang mencakup lembaga atau institusi yang dilengkapi dengan
Sampah merupakan salah satu isu perkotaan yang perlu mendapatkan perhatian serius dari
seluruh pemangku kepentingan tak terkecuali Pemerintah Kota Bukittinggi. Seiring dengan
masyarakat terus mengalami peningkatan. Ditambah lagi dengan kondisi Kota Bukittingi
sebagai kota wisata, jasa dan perdagangan, pendidikan dan kesehatan yang menyebabkan
Kota Bukitinggi sering dikunjungi oleh masyarakat luar. Besarnya jumlah kunjungan ke
akan berimplikasi pada peningkatan pelayanan pengelolaan sampah perkotaan yang efektif,
Pendahuluan Bab 1 - 2
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI
Hingga saat ini, pengelolaan sampah di Kota Bukittinggi masih dilakukan dengan cara-cara
sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga dikumpulkan tanpa melalui tahap pemisahan
jenis sampah terlebih dahulu. Sampah ini selanjutnya di bawa ke TPS (Tempat
diangkut ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir). Padahal idealnya TPA digunakan sebagai
tempat penampungan akhir dari sampah-sampah yang tidak bisa diolah kembali (di daur
ulang atau dikonversikan menjadi energi). Namun dalam konteks pengelolaan sampah di
Kota Bukittinggi, TPA masih digunakan sebagai tempat untuk menampung seluruh
lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pemerintah Pusat dan
dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini. Keterbatasan lahan menjadi permasalahan utama bagi Kota Bukittinggi dalam
melakukan pengelolaan sampah. Mengatasi permasalahan ini Kota Bukittinggi sejak tahun
2013 telah melakukan pembuangan sampah ke TPA Regional yang terletak di Kota
kendala seperti belum siapnya sarana prasarana penunjang ke lokasi TPA, kurangnya
armada truk pengangkut sampah yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Bukittinggi, serta
Pendahuluan Bab 1 - 3
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI
membengkaknya anggaran untuk pengelolaan sampah. Hal ini menuntut Pemerintah Kota
Bukittinggi harus mencari solusi terbaik agar pengelolaan sampah benar-benar efektif dan
Kota Bukittinggi belum memiliki data persampahan yang akurat dan valid. Sehingga hal
ini berimplikasi pada terkendalanya penyusunan dan pengambilan keputusan yang tepat
dalam menangani persoalan sampah. Untuk mewujudkan konsep pengelolaan sampah yang
ideal di Kota Bukittinggi maka diperlukan suatu perencanaan umum atau strategi yang
diharapkan menjadi acuan dalam pengelolaan sampah di Kota Bukittinggi. Sesuai dengan
penyelenggaraan pengelolaan sampah untuk kota sedang dan kecil disusun dalan bentuk
umum kondisi kota/kawasan, wilayah dan tingkat pelayanan, program dan kegiatan
aspek pengaturan dan kelembagaan, pembiayaan dan peran serta masyarakat dan swasta.
Lebih lanjut, pedoman ini kemudian menjadi acuan bagi pemerintah kota bersama seluruh
stakeholders, untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan sampah sehingga akan terwujud
jawab ini, agar dikemudian hari tidak terjadi persoalan-persoalan antara pemerintah,
masyarakat, dan dunia usaha terkait hak dan kewajiban di dalam pengelolaan sampah.
Pendahuluan Bab 1 - 4
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI
Berdasarkan hal tersebut di atas Pemerintah Kota Bukittinggi telah menganggarkan dana
APBD melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan pada tahun 2014 untuk menyusun
bentuk tanggung jawab dan keseriusan pemerintah kota dalam menjamin terselenggaranya
pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai amanat Undang-
Lingkungan Hidup.
Ruang.
Pendahuluan Bab 1 - 5
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan
Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan
12. Peraturan Daerah Kota Bukittinggi Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
13. Peraturan Daerah Kota Bukittinggi Nomor 8 Tahun 2006, tentang Rencana
14. Peraturan Daerah Kota Bukittinggi Nomor 13 Tahun 2011, tentang Rencana
2015.
15. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Retribusi Pelayanan
Persampahan/Kebersihan.
Maksud
kebijakan dan strategi pengelolaan persampahan di Kota Bukittinggi untuk jangka waktu
Pendahuluan Bab 1 - 6
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI
Tujuan
pengelolaan sampah yang sehat dan memenuhi kaidah nasional dalam pengelolaan
persampahan.
persampahan baik jangka pendek, menengah dan jangka panjang meliputi: kelayakan
Sebagai pedoman teknis bagi pemerintah Kota Bukittinggi agar dapat memiliki
perencanaan teknis dan managemen persampahan yang dapat dijadikan panduan untuk
Sasaran
Pendahuluan Bab 1 - 7
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI
penyelenggara PSP
(lima) tahun kedepan berikut konsep perhitungan tarif retribusi yang perlu dibayar
masyarakat.
8. Tersedianya konsep, jenis, bentuk dan pola peran serta masyarakat, berikut teknik,
Pendahuluan Bab 1 - 8
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI
TPA, SPA (Stasiun Peralihan Antara) dan TPST (Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu), pemanfaatan sampah sebagai sumber daya melalui kegiatan 3R, pewadahan,
yang disusun berdasarkan hasil evaluasi terhadap permasalahan yang ada dan
kebutuhan pengembangan dimasa depan. Program dan kegiatan ini memuat rencana
4. Rencana alokasi lahan transfer depo, TPS 3R yang berlokasi di Kelurahan Aur
Kuning, transfer depo dan SPA yang berlokasi di Talao. Rencana alokasi lahan TPS
3R dan SPA mencakup gambar rencana detail (DED), rencana anggaran, SOP
5. Rencana pembiayaan dan pola investasi berupa indikasi besar biaya tingkat awal,
sumber, dan pola pembiayaan. Perhitungan biaya tingkat awal mencakup seluruh
dan perizinan.
Pendahuluan Bab 1 - 9
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI
pendidikannya.
perda tentang K3 dengan kajian materi muatan yang disesuaikan dengan kondisi
wilayah pelayanan dengan biaya retribusi yang terjangkau oleh masyarakat. Sasaran
pelayanan pada tahap awal, prioritas harus ditujukan pada kawasan yang telah
mendapatkan pelayanan saat ini, kawasan berkepadatan tinggi serta kawasan strategis.
prasarana dan sarana persampahan yang diproyeksikan setiap interval 5 (lima) tahun
Pendahuluan Bab 1 - 10
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI
pengembangan peran serta masyarakat dibutuhkan konsep, bentuk dan pola peran serta
masyarakat dengan teknik, metode dan materi yang sesuai. Seperti pada program
Pendahuluan Bab 1 - 11
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI
system, dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang harus diangkut dan dibuang
ke TPA dan memanfaatkan semaksimal mungkin material yang dapat di daur ulang.
Pengurangan sampah tersebut selain dapat menghemat lahan TPA juga dapat mengurangi
jumlah angkutan sampah dan menghasilkan kualitas bahan daur ulang yang cukup baik
karena tidak tercampur dengan sampah lain. Potensi pengurangan sampah di sumber dapat
1. Pengumpulan sampah dari sumber dilakukan secara langsung dengan alat angkut
(untuk sumber sampah besar atau daerah yang memiliki kemiringan lahan cukup
tinggi) atau tidak langsung dengan menggunakan gerobak (untuk daerah teratur) dan
2. Pengangkutan secara langsung dari setiap sumber harus dibatasi pada daerah
pelayanan yang tidak memungkinkan cara operasi lainnya atau pada daerah
memperhitungkan besarnya biaya operasi yang harus dibayar oleh pengguna jasa.
1. Pemindahan sampah dari alat pengumpul (gerobak) ke alat angkut (truk) dilakukan di
2. Lokasi pemindahan harus dekat dengan daerah pelayanan atau radius 500 m.
3. Pemindahan skala kota ke stasiun transfer diperlukan bila jarak ke lokasi TPA lebih
4. Jenis truk yang digunakan minimal dump truck yang memiliki kemampuan
kemampuan pemeliharaan.
Tingkat pelayanan yang 40% pada saat ini menyebabkan banyak dijumpai TPS yang tidak
peningkatan pelayanan nasional pada tahun 2015 yang mengarah pada pencapaian 70%
Motor penggerak pengelolaan persampahan adalah institusi yang diberi kewenangan untuk
persampahan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Untuk itu diperlukan suatu
Perkuatan kelembagaan tersebut ditinjau dari bentuk institusi yang memiliki kewenangan
yang sesuai dengan tanggung jawabnya, memiliki fungsi perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian serta didukung oleh tenaga yang terdidik dibidang manajemen persampahan.
kelemahan tersebut misalnya dapat dilihat pada beberapa contoh berikut: Pengelola
Kebersihan (Pemerintah Daerah) belum mengangkut sampah dari TPS sesuai ketentuan;
memiliki andil kelemahan misalnya dalam hal tidak membayar retribusi sesuai ketentuan,
kebutuhan minimal yang harus disediakan. Pemerintah Pusat belum mampu menyediakan
Untuk mengatasi hal tersebut maka sangat diperlukan adanya kebijakan agar aturan-aturan
hukum dapat disediakan dan diterapkan sebagaimana mestinya untuk menjamin semua
“Perusahaan Daerah” untuk kota besar dan metropolitan didasarkan pada kebutuhan
komplek. Sedangkan untuk kota sedang dan kota kecil diperlukan institusi setingkat
lainnya.
Pengelolaan persampahan memang bagian dari pelayanan publik yang harus disediakan
kebutuhan masyarakat. Salah satu bentuk sharing dari masyarakat adalah melalui
pembayaran retribusi kebersihan yang diharapkan mampu mencapai tingkat yang dapat
prasarana dan sarana yang memadai untuk mewujudkan pelayanan tersebut; dan
pengelolaannya.
Kebijakan peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra
pengelolaan :
masyarakat bukan lagi hanya sebagai obyek tetapi lebih sebagai mitra yang mengandung
makna kesetaraan. Tanpa ada peran aktif masyarakat akan sangat sulit mewujudkan kondisi
Di samping masyarakat, pihak swasta / dunia usaha juga memiliki potensi yang besar untuk
dapat berperan serta menyediakan pelayanan publik ini. Beberapa pengalaman buruk
dimasa lalu yang sering membebani dunia usaha sehingga tidak berkembang perlu
lain, tetapi perlu dilihat sebagai mitra untuk bersama mewujudkan pelayanan kepada
umum
sampah
5. Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi dunia usaha/swasta
Menurut U.S Environmental Protection Agency (EPA) (1996), zero waste merupakan
sistem terpadu terdiri dari beberapa elemen yang mencakup pengurangan sampah dari
bahwa pengelolaan sampah harus dilakukan secarah komprehensif sejak hulu sampai
hilir. Pada tingkat perumahan atau kelurahan, dilakukan kegiatan pengurangan sampah
melalui program 3R. Dalam pengelolaan menuju zero waste, proses pemilahan dan
Pengelolaan sampah diawali dari lokasi timbulan sampah atau produsen sampah.
Sampah dipisah antara sampah organik dan sampah nonorganik, dan ditempatkan pada
wadah sampah yang berbeda. Sampah organik untuk diproses menjadi kompos,
pengangkutan sampah yang telah terpilah diusahakan jangan tercampur kembali. Upaya
Dalam penerapan konsep zero waste, sistem terpadu yang ditangani hanya sebatas hingga
proses pengolahan sampah, sehingga penggunaan lahan di TPA dapat dikurangi atau
mengurangi beban pada sistem pengelolaan secara keseluruhan, sehingga akan terjadi
2.5.1. Pengomposan
organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba
dalam kendisi lingkungan yang hangat, lembab dan aerobik atau anaerobik. Pengomposan
merupakan bentuk stabilisasi dari limbah padat organik yang membutuhkan kondisi
1. Mengubah bahan organik yang terurai secara alami menjadi bahan yang secara
biologi bersifat stabil dan dapat mengurangi volume asli dari sampah.
2. Bila proses pembuatannya sesara aerob, maka proses ini akan m embunuh bakteri
pathogen, telur, serangga dan mikroorganisme yang terdapat dalam limbah padat
kota.
Sampah yang dapat dikomposkan adalah limbah organik rumah tangga, sampah-
sampah organik pasar, kertas dalam jumlah kecil, limbah peternakan, limbah
Jenis sampah organik yang bisa diolah menjadi kompos antara lain sampah sayur
baru, sisa sayur basi, sisa nasi, sisa ikan, ayam, kulit telur dan sampah buah tetapi
Daur ulang atau recycle adalah proses untuk menjadikan suatu barang bekas atau
sampah menjadi barang baru yang bemilai ekonomis. Manfaat ekonomi daur ulang adalah
mengurangi biaya pembuangan akhir sampah kota, terutama karena semakin terbatasnya
Secara umum sampah terdiri dari sampah organik dan nonorganik. Sampah nonorganik
adalah sampah yang tersusun dari senyawa anorganik dan yang berasal dari sumber daya
alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi atau dari proses industri. Sampah
jenis ini dapat didaur ulang menjadi suatu barang baru atau bahan baku prosuk lainnya,
Daur ulang merupakan salah satu bentuk pengolahan sampah yang utama terdiri dari
3.1.1. Geografis
.
Secara geografis Kota Bukittinggi dibatasi oleh wilayah
Pembentukan Daerah Otonom Kota Besar Dalam Lingkungan Daerah Sumatera Tengah.
Selatan : Berbatasan dengan Nagari Kubang Putih dan Nagari Taluak IV Suku
Barat : Berbatasan dengan Dengan Nagari Sianok, Guguk dan Koto Gadang
Timur : Berbatasan dengan Nagari Tanjung Alam dan Nagari Ampang Gadang
Secara administrasi Kota Bukittinggi terdiri atas 3 (tiga) kecamatan dan 24 kelurahan,
yaitu:
1. Kecamatan Guguk Panjang dengan luas areal 6,831 km2 (683,10 ha) atau 27,06 % dari
2. Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dengan luas areal 12,156 km2 (1.215,60 ha)
3. Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh dengan luas areal 6,252 km2 (625,20 ha) atau
Gambar 3.1
Rincian luas Kota Bukittinggi per kelurahan dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut
3.1.2. Topografi
Kota Bukittinggi terletak pada ketinggian antara 780-950 m diatas permukaan laut yang
memiliki kondisi topografi yang beragam yaitu relatif datar, berbukit-bukit dan di beberapa
kawasan memiliki keterjalan hampir vertikal seperti di kawasan sepanjang Ngarai Sianok.
Beberapa wilayah yang relatif berbukit terletak sekitar Kelurahan Benteng Pasar Atas,
Kelurahan Campago Ipuh, Kelurahan Kubu Gulai Bancah dan Kelurahan Pulai Anak Air.
Wilayah yang relatif curam terdapat di sepanjang Ngarai Sianok yang membentang dari
Utara sampai bagian Selatan di sebelah Barat Kota Bukittinggi. Daya dukung tanah di
wilayah berbukit dan curam di sekitar Ngarai ini relatif kurang stabil dan dapat
menimbulkan longsor.
Tabel 3.2
Kemiringan Lahan/Lereng Wilayah Kota Bukittinggi
Kecamatan
Jumlah
No Lereng ABTB % GP % MKS % %
(ha)
(ha) (ha) (ha)
1 0–2% 430,22 68,81 369,77 54,313 584,27 49,06 1384,26 54,59
Peta Topografi Kota Bukittinggi dapat dilihat pada gambar 3.2 dan Peta Kelerengan Kota
Gambar 3.2
Gambar 2.3
3.1.3. Hidrologi
Tipologi hidrologi wilayah Kota Bukittinggi merupakan tipologi wilayah aliran pada
dataran tinggi. Mayoritas merupakan daerah hulu sungai (up stream) dengan pola
Dendrtik, aliran air yang relatif deras. Selain itu kondisi kelerengan Kota Bukittinggi yang
banyak membentuk aliran-aliran air (raven) menyebabkan banyak terjadi penyusupan air
Permunculan air tanah (mata air) yang berasal dari satuan tufa batu apung banyak terdapat
di kaki Gunung Singgalang dan Gunung Merapi, yaitu di daerah dataran timur laut Kota
Bukittinggi, diantaranya mata air Sungai Tanang (150 l/detik) dan mata air Cingkariang
(150 l/detik).
Gambar 3.4
Dari pengamatan fisik dapat diindikasikan struktur ruang kota dalam kategori
lingkup pelayanan nasional, regional wilayah kota dan daerah pinggiran. Kegiatan ini
berada di Kelurahan Benteng Pasar Atas, Aur Tajungkang Tengah Sawah, Kayu Kubu,
Bukit Cangang Kayu Ramang, Tarok Dipo, Belakang Balok, Birugo, serta Aur
Kuning.
b. Kawasan pariwisata dan kegiatan pendukungnya yaitu sepanjang Ngarai Sianok, dari
c. Kawasan perumahan yang menyebar dengan intensitas yang semakin tinggi ke arah
pusat kota. Bagian timur dan tenggara kota merupakan daerah perkembangan
permukiman yang antara lain di Kelurahan Birugo, Aur Kuning, Kubu Tanjung,
d. Kawasan pertanian yang berkembang pada kawasan timur dan tenggara kota yang
permukiman.
Perkembangan fisik ruang kota dari awal hingga mencapai besaran luas seperti sekarang
berawal dari lingkungan pusat kota meliputi Benteng Fort de Kock, Pasar Atas dan Pasar
Bawah. Perkembangan ke arah utara, selatan dan timur mengikuti pola jaringan jalan
utama yaitu poros jalan Medan - Bukittinggi - Padang dan poros jalan Bukittinggi -
pola pembauran sektoral yang terintegrasi tanpa zonasi yang jelas batasnya. Terjadi
dan kepariwisataan, pendidikan, dan kesehatan dengan konsentrasi tinggi pada pusat
kota. Peta tata guna lahan Kota Bukittinggi dapat dilihat pada Gambar 3.5 berikut.
Gambar 3.5
Peta Tata Guna Lahan Kota Bukittinggi
Struktur ruang Kota Bukittinggi eksisting sebagian besar terbentuk dari kegiatan-kegiatan
yang bersifat perkotaan dan sebagian kecil bersifat perdesaan yang merupakan lahan-lahan
pertanian serta kegiatan kepariwisataan dan jaringan jalan kota. Kegiatan perkotaan yang
internasional, nasional maupun regional antara lain berupa fasilitas akomodasi (hotel
objek wisata baik yang berada di dalam kota ataupun yang terletak di luar kota dan daerah
3.2.1. Kependudukan
Mayoritas penduduk Kota Bukittinggi adalah pemeluk agama Islam yang taat dan
pemegang adat yang kuat. Karakter masyarakatnya yang mandiri, dinamis, kritis dan
Walaupun sampai saat ini Kota Bukittinggi telah menjadi kawasan urban namun secara
budaya masyarakat Kota Bukittinggi masih memegang teguh adat-istiadat yang dapat
dilihat dari kehidupan sehari-hari dimana prinsip utama masayarakat Minangkabau “Adaik
Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” sangat menonjol. Kaitan budaya dan agama
dapat juga dilihat dari ungkapan “Syarak Mangato Adaik Mamakai”. Hal tersebut terlihat
dari banyak dan semaraknya kegiatan yang berbau keagamaan dan sudah mengental dalam
bentuk kegiatan budaya seperti Khatam Qur’an dan perayaan hari besar Islam. Saat ini
dengan adanya gerakan kembali ke Nagari maka kehidupan sosial budaya masyarakat yang
Tahun 2013, jumlah penduduk Kota Bukittinggi sebanyak 121.845 jiwa dengan laju
pertumbuhan penduduk 1,93 % per tahun (BPS Kota Bukittinggi, 2014). Untuk lebih
jelasnya, penyebaran penduduk tiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 3.3, kemudian
jumlah penduduk Kota Bukittinggi per kelurahan dapat dilihat pada Tabel 3.4 sedangkan
jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel
3.5.
Tabel 3. 3
Penyebaran Penduduk di Kota Bukittinggi
Tabel 3. 4
Jumlah Penduduk Pria Dan Wanita
Kota Bukittinggi per Kelurahan
Jumlah Penduduk Kepadatan
Nama Kelurahan Total
Pria Wanita (jiwa/km2)
Ramang
Tengah Sawah
Tabel 3.5
Jumlah Penduduk
Menurut Golongan Umur Dan Jenis Kelamin
Kelompok Jumlah
Laki-laki Perempuan
Umur Total
0-4 5915 5630 11545
5-9 5348 4996 10344
10-14 5271 5008 10279
15-19 6432 6762 13194
20-24 4418 5231 9649
25-29 4454 4878 9332
30-34 4017 4058 8075
35-39 3792 3677 7469
40-44 3258 3128 6386
45-49 2552 2285 4837
50-54 1614 1573 3187
55-59 1332 1470 2802
60-64 1144 1325 2469
>65 1949 2761 4710
Sumber: BPS Kota Bukittinggi, 2014
3.2.2. Pendidikan
Sarana pendidikan di Kota Bukittinggi telah memadai, hal ini terlihat dari jumlah unit dari
dapat dilihat pada Gambar 3.6 dan jumlah sarana pendidikan di masing-masing kecamatan
Taman Kanak-kanak
SMA/SMK/MA
29
16 PTN/PTS
61
Lembaga kursus
Keterampilan
Gambar 3.6
Grafik Jumlah Sarana Pendidikan di Kota Bukittinggi
Tabel 3.6
Jumlah Sarana Pendidikan Per Kecamatan Di Kota Bukittinggi
PT/
Kecamatan TK SD SLTP SLTA
Akademi
Guguak Panjang 14 31 8 14
Mandiangin koto 6 26 1 3
17
selayan
Aur birugo tigo baleh 12 15 1 5
Total 32 72 10 22 17
3.2.3. Kesehatan
Dari data Dinas Kesehatan tahun 2014, diketahui bahwa jumlah sarana kesehatan di Kota
Bukittinggi telah memadai, bahkan Kota Bukittinggi merupakan salah satu kota pelayanan
kesehatan di Provinsi Sumatera Barat. Jumlah sarana kesehatan yang ada di Kota
Tabel 3.7
Jumlah Fasilitas Kesehatan Kota Bukittinggi
Jumlah
Fasilitas
(unit)
Rumah Sakit Tipe B/B 6
Puskesmas 5
Puskesmas Pembantu 15
Puskesmas Keliling 6
Apotek 28
Toko Obat 30
Laboratorium Klinik 4
Laboratorium Air 1
Layanan Fisioterapi 14
Posyandu 118
Dari sisi sosial masyarakat, mayoritas penduduk Kota Bukittinggi beragama Islam hal ini
juga di dukung dengan jumlah tempat ibadah umat Islam yang lebih banyak dibandingkan
dengan agama lainnya. Jumlah penduduk dan jumlah tempat ibadah menurut agama dapat
Tabel 3.8
Jumlah Penduduk Menurut Agama Di Kota Bukittinggi
Mandiangin
Guguak Aur Birugo
Agama Koto Total
Panjang Tigo Baleh
Selayan
Islam 37.812 41.541 22.998 102.351
Katolik 421 161 153 735
Protestan 355 300 251 906
Hindu 10 27 0 37
Budha 229 11 0 230
Sumber: BPS Kota Bukittinggi, 2014
Tabel 3.9
Jumlah Tempat Ibadah Menurut Agama, setiap Kecamatan
No Kecamatan Islam Protestan Katolik
Mesjid Mushalla Gereja Kapel Gereja Kapel
1 Guguk Panjang 18 33 1 - 1 -
2 Mandiangin Koto 21 38 - - - -
Selayan
3 Air Birugo Tigobaleh 9 29 - - - -
Sumber: BPS Kota Bukittinggi, 2014
3.2.5. Perekonomian
Industri yang ada di Kota Bukittinggi umumnya berupa industri makanan dan minuman,
hal ini berkaitan karena Kota Bukittinggi merupakan kota tujuan wisata sehingga banyak
memproduksi makanan tradisonal sebagai cendera mata. Jumlah industri kecil makanan
dan minuman yang ada di Kota Bukittinggi dapat dilihat pada Tabel 3.10
Tabel 3.10
Jumlah Perusahaan Pada Industri Kecil Makanan Dan Minuman
Sudah Belum
Jenis industri
Memilki Izin Memiliki Izin
Mie dan sejenisnya 1 1
Roti/kue kering 7 34
Kembang gula 1 9
Kopi 9 51
Kerupuk dan sejenisnya 19 97
Makanan ternak 0 0
Tahu 4 17
Es dan sejenisnya 0 0
Minuman ringan 7 11
Kue basah 21 107
Pelumat buah-buahan 0 0
Bakso sapi 0 0
Kacang balado 2 11
Sumber: BPS Kota Bukittinggi, 2014
Kota Bukittinggi memiliki banyak potensi unggulan yang bisa menambah pendapatan
daerah misalnya potensi sebagai kota wisata, banyak turis mancanegara yang berkunjung
ke Bukittinggi.
POTENSI
POTENSI UNGGULAN
UNGGULAN KOTA
KOTABUKITTINGI
BUKITTINGI
KOTA KOTA
KOTA KOTAPELAYANAN
PELAYANAN KOTAPELAYANAN
KOTA PELAYANAN
KOTA KOTA
WISATA PERDAGANGAN
PERDAGANGAN PENDIDIKAN KESEHATANDAN
KESEHATAN DAN
WISATA PENDIDIKAN
DANJASA
DAN JASA PERISTIRAHATAN
PERISTIRAHATAN
4.1. UMUM
.
Dalam pengelolaan sampah di suatu daerah/wilayah
1. Aspek Teknis
2. Aspek Kelembagaan
3. Aspek Hukum
4. Aspek Biaya
Kelima aspek tersebut adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya
dalam pengelolaan sampah. Khusus untuk di Indonesia, umumnya tiga aspek yang pertama
telah tersedia cukup memadai namun kedua aspek yang terakhir, yaitu Aspek Biaya dan
Aspek Peran Serta Masyarakat masih belum optimal. Dengan semakin meningkatnya
jumlah penduduk dan peningkatan ekonomi masyarakat, namun di lain pihak ketersediaan
lahan yang makin terbatas mengharuskan pemerintah daerah menyediakan anggaran yang
5. Dinas Kesehatan.
Pengelolaan sampah di Kota Bukittinggi didukung oleh pegawai administrasi dan pegawai
lapangan. Jumlah pegawai di Dinas Kebersihan dan Pertamanan sebanyak 215 orang,
terdiri dari 55 orang pegawai administrasi dan 160 orang petugas lapangan. Jumlah
pegawai di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi berdasarkan latar belakang
Tabel 4.1
Jumlah Personil pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kota Bukittinggi
Jumlah Personil
No. Tingkat Pendidikan
(orang)
I Pegawai Negeri Sipil (PNS) 137
1 S3 -
2 S2 4
3 S1 14
4 D III 4
5 D II -
6 DI -
7 SLTA 38
8 SLTP 13
9 SD 64
Jumlah Personil
No. Tingkat Pendidikan
(orang)
II Pegawai Non PNS 78
1 Pegawai Kontrak 59
2 Pegawai Kontrak 19
Total Jumlah Pegawai 215
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Bukittinggi, 2014
Timbulan sampah perkotaan dapat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain tersedianya
prasarana dan sarana yang dipergunakan penduduk dalam kegiatan sehari-hari guna
Timbulan Sampah untuk kota kecil dan sedang di Indonesia adalah antara 2,75 - 3,25
lt/org/hari. Menurut data Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) tahun 2013, total
timbulan sampah Kota Bukittinggi sebanyak 693 m3/hari atau 20.790 m3/bulan. Kemudian
mengacu pada data UPTD TPA Sampah Regional Provinsi Sumatra Barat, timbulan
sampah Kota Bukittinggi yang masuk ke TPA Regional Payakumbuh tahun 2014 adalah
108 ton/hari, seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut
Rata-Rata
No. Bulan
(Ton/Hari)
1 Januari 114
2 Februari 94
3 Maret 109
4 April 124
Rata-Rata
No. Bulan
(Ton/Hari)
5 Mei 114
6 Juni 101
7 Juli 116
8 Agustus 109
9 September 90
10 Oktober 94
11 November 118
Rata-rata 108
Timbulan sampah untuk pasar di Kota Bukittinggi menurut data dari Dinas Pasar (2013)
berkisar antara 6 m3/hari. Puncak timbulan sampah pasar terjadi saat libur dan lebaran,
yakni mencapai 8 m3/hari. Pasar Kota Bukittinggi terdiri atas 3 pasar yakni Pasar Atas,
Pasar Bawah dan Pasar Simpang Aur, dimana ketiga pasar ini dilengkapi dengan masing-
Pariwisata di Kota Bukittinggi juga mengalami puncak timbulan sampah di kala liburan
dan lebaran. Rata-rata lokasi objek wisata di Kota Bukittinggi disediakan oleh pihak DKP
berupa tong sampah kembar terpilah sampah organik dan sampah anorganik berkapasitas
menempatkan 24 drum sampah dan 1 (satu) unit kontainer untuk Terminal Aur Kuning.
Pada terminal tipe C hanya tersedia 1 tempat sampah berbahan fiber untuk kantor petugas
di terminal. Data volume timbulan sampah terminal tidak ada terdata oleh dinas
Selama ini belum pernah dilakukan survey mengenai timbulan sampah keseluruhan untuk
skala kawasan Kota Bukittinggi. Begitu pula tidak pernah diadakan survey mengenai
timbulan sampah di saat hari/ perayaan khusus seperti Hari Besar Idul fitri, Tahun Baru
dan sebagainya, dimana Kota Bukittinggi dibanjiri oleh pendatang baik para pemudik
maupun wisatawan dari berbagai daerah. Pihak DKP, Dinas Pasar, Dinas Perhubungan dan
Dinas Pariwisata Kota Bukittinggi selama ini menentukan timbulan sampah kota melalui
rata-rata besaran kapasitas wadah sampah yang terisi, volume angkut sarana pengumpul
Sumber sampah di Kota Bukittinggi terdiri atas pemukiman/ domestik maupun non
pemukiman/ non domestik. Sumber sampah di Kota Bukittinggi rata-rata masih belum
melakukan pemilahan. Pewadahan yang disediakan oleh pemerintah berupa TPS (Tempat
Penampungan Sampah) berbahan plastik, kayu, batu dan kontainer. Hanya TPS berbahan
plastik yang menerapkan pemilahan sampah, yakni sampah organik/ sampah basah maupun
sampah anorganik/ sampah kering. Meskipun sudah dipisahkan wadahnya, namun hasil
pengamatan di lapangan melalui uji petik, sampah masih dalam kondisi tercampur.
Pewadahan serta volume wadah yang digunakan dalam pengelolaan sampah Kota
Tabel 4.3
Jumlah dan Kapasitas Wadah Sampah Kota Bukittinggi
Beragamnya sumber sampah Kota Bukittinggi, maka pihak pemerintah kota melalui DKP
melakukan penyebaran TPS. TPS kembar diletakkan di jalan-jalan utama dan fasilitas
umum yang identik dengan keramaian. Sementara itu lokasi penempatan TPS Kayu, TPS
Batu dan Kontainer di Kota Bukittinggi biasa dipusatkan untuk melayani suatu kawasam.
Lokasi penempatan TPS Kembar, TPS Kayu dan TPS Batu Kota Bukittinggi dapat dilihat
Tabel 4.4
Lokasi Penempatan TPS Kembar di Kota Bukittinggi
Tabel 4.5
Lokasi Penempatan TPS Kayu di Kota Bukittinggi
Tabel 4.6
Lokasi Penempatan TPS Batu di Kota Bukittinggi
Tabel 4.7
Lokasi Penempatan Kontainer Sampah di Kota Bukittinggi
No Lokasi Kontainer
1 Pasar Putih
2 Kebun Binatang
3 Ramayana
4 RSAM
5 Simpang Kapalo Birugo
6 Jembatan Besi
7 Simpang Aur Kuning
8 Gudang Sayur Aur
9 Simpang Mandiangin
10 SMA 1 Pasar Bawah
11 Pintu Keluar Terminal
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi,
2014
Gambar Kontainer
Gambar 4.1
Peta Penempatan TPS dan Kontainer
Jenis pola pengumpulan sampah bergantung pada daerah pelayanan, tingkat sosial-
ekonomi, sarana dan prasarana yang dilayani. Masyarakat Kota Bukittinggi dihimbau
untuk mengumpulkan sampah pada pukul 18.00 – 06.00 WIB setiap harinya. Sistem
pengumpulan sampah di Kota Bukittinggi terbagi atas beberapa pola sebagai berikut.
Masyarakat membuang langsung ke TPS terdekat yang kemudian sampah dari TPS
tersebut dikumpulkan oleh truk sampah diangkut ke TPA Regional. Biasanya pola
rumah dengan memakai alat pengumpul dan pengangkut (gerobak sampah/ becak
sampah/ gerobak motor/ truk sampah). Sampah yang sudah dijemput kemudian
dibawa ke TPS dan/ atau langsung diangkut menuju TPA Regional Payakumbuh.
Pola ini selain di komplek pemukiman juga dilakukan pada komplek non
untuk mengangkut sampah. Kota Bukittinggi lebih banyak menerapkan pola seperti
pinggir jalan atau di luar halaman, kemudian truk sampah akan berkeliling
ini agar bisa mengurangi jumlah sampah dari masyarakat luar (Kabupaten Agam)
Pihak DKP telah menyebarkan penyapu jalan di tiap kecamatan. Hasil sapuan jalan
akan dikumpulkan dengan gerobak sampah/ becak sampah/ becak motor yang akan
dibawa ke kontainer terdekat dan nantinya untuk dibawa menuju TPA Regional
Jadwal penyapuan jalan terdiri atas 2 (dua) shift. Waktu penyapuan jalan dapat
dilihat pada Tabel 4.7 sedangkan jumlah tenaga penyapu jalan yang disediakan oleh
Tabel 4.7a
Jadwal Harian Penyapuan Jalan Kota Bukittinggi
Shift Penyapuan Jalan Waktu (WIB)
1 06.00 – 11.00
2 14.0 – 16.00
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Bukittinggi, 2014
Tabel 4.8
Jumlah Tenaga Penyapu Jalan per Kecamatan Kota Bukittinggi
Jumlah Penyapu
No Kecamatan
(orang)
1 Guguk Panjang 18
2 Mandiangin Koto Selayan 12
3 Aur Birugo Tigo Baleh 14
Total 44
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi, 2014
Total panjang jalan yang dilayani penyapuan jalan lebih kurang 45 km. Lokasi penyapuan
jalan dapat dilihat pada tabel 4.9 dan Gambar 4.1a berikut ini.
Tabel 4.9
Lokasi Penyapuan Jalan Kota Bukittinggi
No. Lokasi Penyapuan Jalan No. Lokasi Penyapuan Jalan
1 Jl. Kereta Api-Simp. Kapela 23 Simp. RSAM s/d Simp. Atas Ngarai
2 Simp. Tugu Polwan s/d Batas Kota 24 Jl. Yos Sudarso, Jl. Teuku Nan Renceh,
Penurunan Benteng
3 Tugu Polwan - Jl. M. Syafei, Jl. 25 Jl. Bukit Apit
Nawawi-Jl. Melati
4 Simp. Yarsi-Jl. Batang Masang 26 Jl. Soekarno Hatta
5 Jl. Perwira s/d Villa 2000 27 Jl. Pemuda
6 Jl. Kejaksaan s/d Depan Kantor 28 Jl. Ngarai
Pariwisata
7 Seputaran Lapangan Kantin 29 Jl. Pendakian Bioskop Sovia- Jl. Setia
Budi
8 Jl. Simp. Kantor SPM s/d Tarok 30 Jln. Panganak
9 Jl. Bagindo Azis Chan 31 Jl. Kesehatan- Jl. Angku Basa
10 Simp. Tugu Polwan s/d Batas Kota 32 Jl. Ngarai
11 Jl. Kesuma Bakti 33 Jl. Istana-depan tri arga - depan sovia
12 Simp. Limau, Jl. Soekarno Hatta, Batas 34 Depan Simp. Raya- Pendistrian- Simp.
Kota DPRD
13 Simp. Jirek s/d Bukit Ambacang 35 Jenjang 40, jenjang pesanggrahan,
jenjang gudang, jenjang Pasar Lereng
14 Jl. Balai Kota Baru 36 Aur Kuning
15 Simp. Limau s/d Batas Kota simp. 37 By Pass Aur kuning
Kapau
16 Simp. Mandiangin s/d Simp. Surau 38 SMA 3 - Aur Atas
Gadang
17 Jl. Palolok 39 Simp. Tarok -Simp. Aur
18 Simp. Mandiangin, Jl. Soekarno Hatta, 40 SMA 1 - Simp. Mandiangin
Simp Limau
19 Jl. Yos Sudarso - Jl. A. Karim 41 Gurun Panjang
20 Simp. DPR s/d Simp. Atas Ngarai 42 Depan STM Negeri
21 Jl. Tangah Sawah s/d Jl. Stasiun 43 Jln. Tangah Jua
22 Jl. Perintis Kemerdekaan
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi Tahun 2014
Sarana pengumpulan dan pengangkutan yang disediakan oleh Pemerintah Kota Bukittinggi
berupa gerobak sampah, becak sampah, becak motor dan truk sampah. Biasanya sarana
pengumpulan dan pengangkutan ini beroperasi sebanyak 2 (dua) trip/ ritasi. Jumlah sarana
angkut dalam pengumpulan sampah Kota Bukittinggi baik untuk pola individual tidak
langsung dan pola penyapuan jalan yang tersedia dapat dilihat pada Tabel 4.10
Tabel 4.10
Jumlah Sarana Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah Kota Bukittinggi
Sampah yang sudah dikumpulkan di TPS akan diangkut menuju TPA Regional dengan
truk sampah. Pihak DKP Kota Bukittinggi menyediakan 16 truk sampah, dengan kapasitas
truk 6 m3 per ritasi. Rute tiap truk sampah tersebut berbeda tiap unitnya guna mengangkut
sampah tersebut. Jalur yang ditempuh truk sampah dalam mengumpulkan sampah Kota
Bukittinggi tiap harinya dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut. Untuk lebih jelasnya terkait
rute pengumpulan sampah oleh truk sampah dapat dilihat pada Peta Jalur Pengangkutan
Tabel 4.11
Jalur Pengumpulan oleh Truk Sampah di Kota Bukittinggi
Dikarenakan keterbatasan jumlah wadah sampah, sehingga kurang berimbang dengan total
timbulan sampah per harinya di Kota Bukittinggi, maka untuk mengatasinya 16 truk
sebanyak 2 (dua) kali dalam sehari. Waktu ritasi yakni pagi hari untuk keseluruhan truk
sampah, dan sebagian truk melakukan waktu ritasi kedua di siang hari, dan sebagiannya
lagi melakukan ritasi kedua di malam hari. Jadwal pengangkutan dapat dilihat pada
Tabel 4.12
Waktu Pengangkutan Sampah ke TPA Regional Payakumbuh
Ritasi Waktu (WIB) Jumlah Truk (unit)
Pengangkutan
1 (pagi) 07.00 – 14.00 16
2 (siang) 14.00 – 18.00 10
(malam) 19.00 – 22.00 6
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi, 2014
Gambar 4.2
Peta Pengangkutan Sampah Dalam Kota
Rute 1
Gambar 4.3
Peta Pengangkutan sampah dalam kota
Rute 2
Gambar 4.4
Peta Rute Pengangkutan sampah
Rute 3
Gambar 4.5
Peta Rute Pengangkutan sampah
Rute 4
Gambar 4.6
Peta Rute Pengangkutan sampah
Rute 5
Gambar 4.7
Peta Rute Pengangkutan sampah
Rute 6
Gambar 4.8
Peta Rute Pengangkutan sampah
Rute 7
Gambar 4.9
Peta Rute Pengangkutan sampah
Rute 8
Gambar 4.10
Peta Rute Pengangkutan sampah
Rute 9
Gambar 4.11
Peta Rute Pengangkutan sampah
Rute 10
Gambar 4.12
Peta Rute Pengangkutan sampah
Rute 11
Gambar 4.13
Peta Rute Pengangkutan sampah
Rute 12
Gambar 4.14
Peta Rute Pengangkutan sampah
Rute 13
Gambar 4.15
Peta Rute Pengangkutan sampah
Rute 14
secara menyeluruh. Fasilitas kota terkait 3R yang sudah ada yaitu gedung fisik TPST
(Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) yang berlokasi di Aur Kuning. Gedung ini
merupakan milik Provinsi Sumatera Barat yang rencananya akan diberdayakan ke pihak
DKP Kota Bukittinggi. Hingga 2014 sekarang, belum ada serah terima antara pihak
Kegiatan persampahan 3R di Kota Bukittinggi yang ada dan sudah berjalan adalah
Sampah, pembuatan kerajinan dari bahan daur ulang dan pengomposan. Ini dapat dilihat
Tabel 4.13
Kegiatan 3R Berbasis Masyarakat di Kota Bukittinggi
No Jenis Kegiatan Lokasi
Kelurahan Campago Guguk Bulek;
1 Pengomposan Kelurahan Benteng Pasar Atas,
Kelurahan Pulai Anak Aia
Kelurahan Pulai Anak aia;
2 Kerajinan Daur Ulang Kelurahan Belakang Balok;
Kelurahan Aur Kuning,
Kelurahan Bukit Cangang
3 Bank Sampah Kelurahan Aur Kuning
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi, 2014
dan Badan Lingkungan Hidup Kota Bukittinggi, 2014
Dalam membuang sampah, Kota Bukittinggi tidak memiliki TPA (Tempat Pemrosesan
Akhir). Pemerintah kota sempat mencoba opsi Panorama Baru sebagai lokasi TPA, namun
pengoperasian TPA tersebut dilakukan secara open dumping yang tidak sesuai kaidahnya
yang akan dimanfaatkan oleh 5 (lima) kota/ kabupaten, salah satunya adalah Kota
Bukittinggi.
Pembangunan TPA ini dimulai pada tahun 2009 hingga tahun 2011. Data TPA Regional
Tabel 4.14
Data Kondisi TPA Regional Payakumbuh
No Indiator Keterangan
1 Nama TPA Regional Payakumbuh
2 Sistem Pengelolaan : Penimbunan 1 kali seminggu
Sanitary Landfill
3 Luas 16,76 Ha, terpakai ±8 Ha,
sel sampah 2,5 Ha
4 Wilayah Pelayanan 5 Kabupaten/Kota
5 Volume sampah (m3/tahun) ± 60.000
Hingga saat ini TPA Regional baru menampung sampah dari Kota Payakumbuh, Kota
Bukittinggi dan Kabupaten Limapuluh Kota. Rencana awalnya, daerah pelayanan TPA
Regional meliputi Kota Payakumbuh, Kota Bukittinggi, Kabupaten Lima Puluh Kota,
Kabupaten Agam dan Kota Padang Panjang. Volume sampah yang ditampung oleh TPA
Tabel 4.15
Volume Sampah dari Kota/Kabupaten
No Sumber Volume (m3/hari)
1 Kota Payakumbuh 89,2
2 Kota Bukittinggi 287,9
3 Kabupaten Limapuluh Kota 11,5
Total 388,61
Sumber: KL Kota Bukittinggi, 2009 & TPA Regional Payakumbuh, 2014
Aspek teknis dan kinerja pengelolaan sampah sangat ditentukan oleh pelaksanaan dan
kesehatan masyarakat, pelestarian lingkungan hidup, namun secara estetika dan juga secara
Penanganan sampah yang terintegrasi ini bertujuan untuk meminimalkan atau mengurangi
sampah yang terangkut menuju pemrosesan akhir. Pengelolaan sampah yang hanya
antaranya :
penanggungjawab
aspek
Pengendaliannya lemah
Teknologi pengolahan sampah di UPDT TPA Regional Payakumbuh terdiri dari proses
Penimbunan lahan landfill dilakukan untuk pelestarian lingkungan. Berikut ini gambar
Gambar atas : Jalan masuk lokasi TPA, Jembatan Timbang, Bangunan Bengkel
Gambar bawah : Bangunan & Mesin Pencacah, Jalan dan Drainase Dalam Lokasi
TPA, Sel Sampah
Gambar atas : Dok Pencucian Truk, Rumah Gen set, Kolam Lindi
Lebih jelasnya berikut dapat dilihat peralatan yang dimiliki oleh TPA Regional
Payakumbuh dan Fungsinya.
Tabel 4.16
Jumlah Peralatan, Umur Ekonomis dan Harga perolehan peralatan yang dimiliki TPA
Regional Payakumbuh
Harga
No Umur
Uraian Jumlah Perolehan Fungsi
Ekonomis
(HP)
1 Escavator Caterpilar 1 5 1,850,000,000 Untuk memindahkan
320 D material (angkat/turun
tanah) untuk
pengambilan material
tanah yang akan
dibawa oleh truck ke
lokasi land fill
2 Buldozer Caterpilar 1 5 1,860,000,000 untuk pekerjaan serba
type D6G2 guna yang memiliki
kemampuan yang
tinggi. Bisa digunakan
untuk, mendorong,
menggusur,
meratakan, menarik
beban dan menimbun
(Digging,
cutting/filling,
pushing, spreading,
grading, skidding dll).
Mampu beroperasi
didaerah yang lunak
sampai yang keras
3 Dump truk Merk 1 8 402,627,000 Alat yang dapat
Toyota memindahkan
material pada jarak
pendek menengah
sampai jarak jauh
4 Pengayak kompos 1 5 31,850,000 fungsi dari pengayak
rotary Type RS-3 untuk memisah kan
bahan yang sudah
halus dan bahan yang
masih kasar atau dapat
juga memisahkan
bahan organik dan
Harga
No Umur
Uraian Jumlah Perolehan Fungsi
Ekonomis
(HP)
bahan an-organik
(plastik) sehingga
didapatkan kompos
yang halus.
Harga
No Umur
Uraian Jumlah Perolehan Fungsi
Ekonomis
(HP)
pengelolahan sampah
organik dan non
organik.
7 Conveyor pemilah 1 4 122,000,000 conveyor feeder type
type(TS-3M/30 dan TS-3M/30 dan
TS-5M) conveyor pemilih type
TS-5M berfungsi
untuk memberi umpan
sampah organik
kemesin pencacah
sampah organik type
ADK-1500,ADK-
1500-1 dan ADK-
3000 konstruksi
conveyor feeder ini
sudah disesuaikan
dengan ketinggian
inlet dari mesin
pencacah di
atas,sehingga produk
kami merupakan satu
kesatuan dalam
pengelolaan sampah
organik.
8 Mesin Pencacah 1 4 50,050,000 mesin pencacah
sampah organik type sampah organik,type
ADK-400 ADK-400 dirancang
untuk mencacah
sampah organik baik
kering maupun
basah,yang berasal
dari pasar,dan rumah
tangga.mesin ini
sudah didisain dengan
baik untuk keperluan
mencacah sampah
organik atau
melembutkan
kompos.kandungan
bahan an-organik
yang tidak dapat di
toleransi adalah
batu,logam,tulang
(ukuran besar) dan
botol kaca atau
Harga
No Umur
Uraian Jumlah Perolehan Fungsi
Ekonomis
(HP)
lembaran kaca.
kandungan bahan an-
organik seperti
tersebut di atas,bila
masuk kedalam mesin
dapat mengurangi usia
mesin dan
menyebabkan resiko
kerusakan pada pisau
9 Mesin Pencacah 1 4 140,790,000 mesin pencacah
sampah organik Adk sampah Organik,type
3000 ADK-3000 dirancang
untuk mencacah
sampah organik baik
kering maupun
basah,yang berasal
dari pasar,dan rumah
tangga.mesin ini
sudah didisain dengan
baik untuk keperluan
mencacah sampah
organik dan
melembutkan
kompos.kandungan
bahan an-organik
yang tidak dapat
ditoleransi adalah
batu,logam,tulang
(ukuran besar) dan
botol kaca atau
lembaran
kaca.kandungan bahan
an-organik seperti
tersebut diatas bila
masuk kedalam mesin
dapat mengurangi usia
mesin dan
menyebabkan resiko
kerusakan pada pisau
10 Mesin Pencacah 1 4 64.350.000 Fungsi mesin ini
botol plastik JT 500 adalah memeperkecil
ukuran dari botol
plastik atau produk
dari bahan baku
plastik sehingga dapat
Harga
No Umur
Uraian Jumlah Perolehan Fungsi
Ekonomis
(HP)
dijadikan bahan baku
untuk proses
selanjutnya
Sumber : Penelitian/Studi/Survey Pemanfaatan Tpa Regional Payakumbuh, 2011
dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi yang didukung oleh
Dinas Pekerjaan Umum Kota Bukittinggi, Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bukittinggi,
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi, Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informasi Kota Bukittinggi, Kantor Lingkungan Hidup Kota Bukittinggi, Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olah Raga Kota Bukittinggi dan Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi.
berikut ini .
Gambar 3.22
Struktur Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi
Berikut dijabarkan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Bukittinggi. Sesuai dengan Peraturan Walikota Bukittinggi nomor 47 tahun 2009 tentang
Tugas Pokok dan Fungsi Eselon II, III dan Unit Pelaksana Teknis serta Rincian Tugas
Eselon IV dan Fungsional Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi antara lain :
Pertamanan;
tugas;
kerja;
dokumen kerja;
kegiatan;
(2). Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang
undangan;
(2). Rincian Tugas Seksi Operasional Sampah dan Limbah Tinja adalah sebagai
berikut :
Limbah Tinja;
pemecahan masalah;
kerja;
kegiatan;
(2). Rincian Tugas Seksi Sarana dan Prasarana adalah sebagai berikut :
lapangan;
kerja;
perencanaan kegiatan;
melakukan pembibitan pohon lindung dan tanaman hias taman kota dan
penghijauan kota,
(2). Rincian Tugas Seksi Pembibitan dan Penghijauan Kota adalah sebagai berikut :
Kota;
pemecahan masalah;
perencanaan kegiatan;
(2). Rincian Tugas Seksi Perawatan dan Dekorasi Kota adalah sebagai berikut :
yang berhubungan dengan bidang Seksi Perawatan dan Dekorasi Kota serta
b. Menyusun rencana kegiatan tahunan Seksi Perawatan dan Dekorasi Kota sesuai
dan Pertamanan;
berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Perawatan dan Dekorasi Kota;
kegiatan;
(2). Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang
taman-taman kota.
Sanitasi sesuai norma, standar dan prosedur yang ditetapkan dalam peraturan
perundang undangan;
(2). Rincian Tugas Seksi Penyuluhan dan Pengendalian adalah sebagai berikut :
pengendalian;
pemecahan masalah;
terkait;
kerja;
aturan;
penyemprotan TPA.
(2). Rincian Tugas Seksi Sanitasi dan Penyemprotan TPA adalah sebagai berikut :
berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Sanitasi dan Penyemprotan TPA;
penyemprotan TPA.
kegiatan;
Sumatera Barat dalam hal penggunaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah
Biaya pengelolaan sampah Kota Bukittinggi berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kota Bukittinggi. Anggaran yang berasal dari APBD Kota Bukittinggi melalui
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi dapat dilihat dari tabel 4.17 berikut
ini.
Tabel 4.17
Anggaran Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi
Pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi
Pendapatan dari pengelolaan sampah berasal dari retribusi yang ditarik sesuai jenis
pelayanan. Berikut ini ditampilkan tabel tarif retribusi sesuai jenis pelayanan berdasarkan
Tabel 4.18
Tarif Retribusi Pengelolaan Sampah Kota Bukittinggi
BESARAN TARIF
No JENIS PELAYANAN KETERANGAN
RETRIBUSI (Rp)
I SAMPAH RUMAH TANGGA
a. Rumah tangga yang mendapatkan
5.000/bln
pelayanan langsung oleh Petugas
b. Rumah tangga yang tidak mendapatkan
4.000/bln
pelayanan langsung oleh Petugas
c. Rumah kos
- Per-keluarga 3.000/bln
- Per-petak 3.000/bln
II SAMPAH USAHA MAKANAN
a. Rumah makan
- Kelas I 200.000/bln
- Kelas II 100.000/bln
- Kelas III 50.000/bln
b. Warung
- Kelas I 30.000/bln
- Kelas II 20.000/bln
- Kelas III 10.000/bln
SAMPAH INDUSTRI DAN
III
PENGINAPAN
Omset 10 juta s/d
a. Home Industri 5.0000/bln
100 juta
Omset 101 juta
b. Industri kecil 10.000/bln
s/d 200 juta
c. Industri menengah 20.000/bln Omset > 200 juta
d. Hotel Melati 50.000/bln
e. Hotel Bintang 1 85.000/bln
f. Hotel Bintang 2 100.000/bln
g. Hotel Bintang 3 150.000/bln
BESARAN TARIF
No JENIS PELAYANAN KETERANGAN
RETRIBUSI (Rp)
SAMPAH PERDAGANGAN BARANG/
IV
JASA
a. Kelontong
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
b. Alat Elektronik
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
c. Perabot Rumah Tangga
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
d. Pecah Belah
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
e. Alat Bangunan/ Kendaraan
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
f. Salon/Tukang Pangkas
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
g. Toko Emas 5.500/bln
h. Tukang Jahit
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
i. Tekstil
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
j. Rumah Obat/Apotek/Optikal
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
k. Sepatu/Sandal, Reparasi Jam/ Mesin Jahit
BESARAN TARIF
No JENIS PELAYANAN KETERANGAN
RETRIBUSI (Rp)
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
l. Toko Buku/ Alat Tulis
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
m. Barang Antik/ Batu Cincin
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
n. Pedagang Sayur/ Jualan Mudo/ Buah-
Buahan
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
o. Pedagang Ikan/ Daging
Kecil 5.500/bln
Sedang 8.500/bln
Besar 26.500/bln
SAMPAH TOSERBA/ SUPERMARKET/
V
DEPT STORE/ MINI MARKET
a. Toserba/ Supermarket/Dept Store 100.000/bln
b. Mini Market 50.000/bln
VI SAMPAH TERMINAL
1.000/setiap kali
a. Bus besar antar kota antar propinsi
masuk
500/setiap kali
b. Bus sedang antar kota antar propinsi
masuk
VII SAMPAH SARANA KESEHATAN
a. Puskesmas 20.000/bln
b. Puskesmas pembantu 15.000/bln
c. Pos kesehatan kelurahan 10.000/bln
d. RS dengan tingkat kunjungan tinggi 100.000/bln
e. RS dengan tingkat kunjungan rendah -
50.000/bln
sedang
f. Klinik
40.000/bln
BESARAN TARIF
No JENIS PELAYANAN KETERANGAN
RETRIBUSI (Rp)
VIII PEMBUANGAN LANGSUNG KE TPA
setiap membuang
a. Volume sampah kurang dari 1 m3 10.000/bln
sampah
setiap membuang
b. Volume sampah 1 m3 s/d 5 m3 50.000/bln
sampah
setiap membuang
c. Volume sampah lebih dari 5 m3 100.000/bln
sampah
IX PERKANTORAN
a. Perkantoran pemerintah 30.000/bln
b. Perkantoran swasta nasional 25.000/bln
c. Perkantoran swasta komersil 75.000/bln
KEGIATAN INSIDENTIL DAN TEMPAT
X
HIBURAN
- Keramaian umum:
a. dalam ruangan 100.000/keg
b. luar ruangan 200.000/keg
- Tenpat hiburan 15.000/keg
XI SARANA OLAH RAGA KOMERSIL
a. Dalam ruangan 100.000/bln
b. Luar ruangan 200.000/bln
XII PKL
a. Tempat Usaha Bergerak
1. tidak bermotor 500/hari
2. bermotor
- roda 2 1.000/hari
- roda 3 2.000/hari
- roda 4 4.000/hari
b. Tempat Usaha Tidak Bergerak
1. gelaran 1.000/hari
2. lesehan 2.000/hari
3. tenda 4.000/hari
4. selter 5.000/hari
Sumber: Peraturan Daerah Kota Bukittinggi Nomor 5 Tahun 2014
penetapan retribusi. Dasar hukum pengelolaan kebersihan yang telah diterbitkan oleh
Pemerintah Kota Bukittinggi dalam bentuk Peraturan Daerah, Peraturan Walikota dan
Keputusan Walikota.
1. Peraturan Walikota Bukittinggi Nomor 47 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan
Fungsi Eselon II, III, serta Rincian Tugas Eselon IV pada Dinas Kebersihan dan
3. Perjanjian Kerja Sama antara Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dengan Pemerintah
4. Peraturan Daerah Kota Bukittinggi No. 5 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan
Peran serta masyarakat dalam bidang persampahan adalah keterlibatan masyarakat dalam
memangku tanggung jawab baik pasif maupun aktif secara individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat yang merupakan bagian dari penyelenggaraan pengelolaan sampah kota
untuk mewujudkan kebersihan bagi diri sendiri dan lingkungan. Peran serta masyarakat
sangat berpengaruh terhadap proses pengelolaan persampahan kota, namun peran serta
masyarakat ini sangat tergantung kepada kondisi sosial budaya masyarakat yang
Untu meningkatkan peran serta masyarakat ini maka Pemerintah Kota Bukittinggi telah
melakukan beberapa kegiatan terkait pengelolaan sampah ini, hal ini dapat dilihat pada
tabel 4.19. Sedangkan kegiatan pengolahan sampah dapat dilihat pada tabel 4.20.
Tabel 4.19
Kegiatan Pemerintah kepada Masyarakat terkait
Pengelolaan Sampah Kota Bukittinggi
No Jenis Kegiatan Sasaran
Penyuluhan pengolahan sampah menjadi kompos dan Tiap Kelurahan
1
kegiatan 3R
2 Penyuluhan retribusi sampah sesuai Perda Tiap Kelurahan
Pelatihan dan Pembentukan Fasilitator Lingkungan terkait Tiap RW
3
Pengelolaan Sampah
Pelatihan dan Pembentukan Kader Lingkungan terkait Tiap RT
4
Pengelolaan Sampah
5 Imbauan pembuangan sampah pukul 18.00 – 06.00 WIB Tiap Kelurahan
Pemasangan slebaran, baliho dan poster dan kampanye Kota
6 melalui media cetak, radio dan televisi terkait pelarangan
buang sampah tidak pada tempatnya
Kelurahan Pulai Anak
Aia,
7 Pelatihan Kerajinan Bahan Daur Ulang
Kelurahan Belakang
Balok,
Tabel 4.20
Pengolahan Sampah Kota Bukittinggi
No Jenis Fasilitas Lokasi
Kelurahan Campago Guguk Bulek;
1 Pengomposan* Kelurahan Benteng Pasar Atas,
Kelurahan Pulai Anak Aia
Kelurahan Pulai Anak Aia;
2 Kerajinan Daur Ulang* Kelurahan Belakang Balok;
Kelurahan Aur Kuning,
Kelurahan Bukit Cangang
3 Insinerator Kelurahan Campago Guguk Bulek
*keterangan kegiatan berbasis masyarakat
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi, 2014
menilik dari perletakan wadah sampah. Meskipun begitu, pola yang dilakukan berupa pola
pelayanan pengelolaan persampahan kota menurut pihak DKP Kota Bukittinggi masih
Hal ini disebabkan karena perubahan lokasi TPA dalam pengelolaan persampahan Kota
Bukittinggi. Awalnya dengan fasilitas persampahan yang ada dengan memanfaatkan opsi
Panorama Baru sebagai TPA, maka daerah dan tingkat pelayanan persampahan kota cukup
tinggi. Bahkan dalam sehari, truk sampah bisa melakukan trip 5 (lima) kali sehari. Namun
karena sistem open dumping pada Panorama Baru tersebut tidak memenuhi persyaratan
Beberapa permasalahan yang dihadapi Kota Bukittinggi terkait sumber sampah, komposisi
1. Total timbulan sampah Kota Bukittinggi meningkat akibat adanya masyarakat luar
kota (perbatasan) yang ikut membuang sampah di TPS dan Kontainer Kota
Bukittinggi
2. Masih adanya TPS liar (masyarakat menumpuk sampah pada suatu lahan yang
bukan merupakan titik TPS). Lokasi TPS liar Kota Bukittinggi dengan rincian
sebagai berikut:
Tambuo
Jl Pemuda
Jl Jangkak Mandiangin
sampah dan membakar sampah. Lalu belum adanya kepedulian masyarakat untuk
memanfaatkan sampah yang masih bisa digunakan. Hal ini dapat dilihat dari hasil
kuesioner melalui survey konsultan pada Tabel 5.1, diketahui masih terdapat ± 25%
Tabel 5.1
Hasil Kuesioner Terkait Perlakuan Sampah
oleh Masyarakat Kota Bukittinggi
5.1 dapat dilihat, perlakuan sampah oleh masyarakat hanya sekitar 1% yang mau
5. Masih tingginya persentase sampah Kota Bukittinggi yang belum terangkut ke TPA
Regional Payakumbuh
1. Proses pemilahan sampah organik (basah) dan anorganik (kering) belum dilakukan
proses pemilahan. Hal ini bisa saja diakibatkan karena kurangnya informasi ke
2. Selain itu adanya pihak yang terkadang suka memulung sampah daur ulang di bak
sampah yang tidak dipilah, sehingga membuat sampah makin bercampur karena
menjadi berserakan dan mengundang kerumunan lalat serta bau yang tak sedap.
Andaikan sampah sudah dipilah, maka pihak pemulung tadi hanya akan memungut
Bukittinggi adalah keterbatasan fisik bak sampah seperti tidak adanya penyekat
pada tempat sampah, sehingga meskipun ada warga yang memilah sampah dengan
Persentase masyarakat yang memilah sampah dari sumber dapat dilihat dari hasil
Tabel 5.2
Persentase Upaya Masyarakat
dalam Memilah Sampah di Sumber
Upaya Pemilahan di
No Persentase (%)
Sumber
1 Ya 8,33
2 Tidak 91,67
Total 100
atas dua jenis yakni pewadahan tercampur dan pewadahan yang sudah terpilah.
Pewadahan terpilah tersebut berupa TPS Kembar berbahan plastik dengan kapasitas
0,03 m3 per bak, dimana pemilahannya berupa sampah organik (sampah basah) dan
sampah anorganik (sampah kering). TPS jenis ini tersebar di jalan-jalan utama
Kota Bukittinggi. Sedangkan TPS Kayu dan TPS batu serta Kontainer yang
2. Selain keterbatasan fisik wadah sampah, jumlah wadah sampah Kota Bukittinggi
juga menjadi kendala. Berdasarkan jumlah wadah yang sudah disediakan oleh
Pemerintah Kota Bukittinggi untuk menampung sampah kota, maka diperoleh daya
tampung sistem pewadahan Kota Bukitinggi adalah sebesar 271,8 m 3/hari. Rincian
wadah beserta total volume tampung sampah Kota Bukittinggi dapat dilihat pada
Tabel 5.3
Total Daya Tampung Sistem Pewadahan Sampah Kota Bukittinggi
2 TPS Kayu 1 78 78
4 TPS Kontainer 6 13 78
Total 271,8
1. Sarana angkut pengumpul sampah (seperti gerobak sampah) belum tercukupi, karena
tak adanya standar yang mengatur jumlah penduduk yang dilayani oleh 1 (satu)
gerobak sampah. Ini dapat dilihat dari hasil sebaran kuesioner seperti terlihat pada
Tabel 5.4 berikut. Sekitar ± 83% masyarakat yang menjadi responden tidak
individual langsung
Tabel 5. 4
Persentase Masyarakat yang Menggunakan Gerobak Sampah
dalam Pengumpulan Sampah Kota Bukittinggi
Total 100
2. Pengumpulan sampah di jalan dan fasilitas umum belum optimal sehingga terkadang
dalam TPS atau tidak. Akibatnya sampah tercecer, mengganggu keindahan dan berpotensi
menimbulkan lalat serta bau. Hal ini berdasarkan uji petik yang dilakukan di Jl Kusuma
Permasalahan sarana pengumpul dan pengangkut sampah di Kota Bukittinggi antara lain :
1. Sampah Kota Bukittinggi belum sepenuhnya dapat terangkut ke TPA Regional, karena
jarak angkut yang > 25 km, keterbatasan armada dan SDM (sumber daya manusia)
2. Waktu pengambilan sampah dari TPS terkadang sering tidak sesuai dengan edaran/
3. Pengawasan dan sarana kontrol terkait pengumpulan dan pengangkutan sampah belum
optimal dilakukan.
untuk mengolah sampah dari puskemas kota yang dioperasikan 2 (dua) kali sebulan
3. Sarana pengolahan sampah seperti komposter tidak tersedia. TPST di Aur Kuning
memang telah mempunyai sarana fisik yang diarahkan sebagai komposter, namun
belum beroperasi.
4. Kegiatan pengomposan dan daur ulang masih sebatas kelurahan dan berbasis
masyarakat. Kegiatan serupa ini masih perlu sokongan dari pemerintah kota.
Permasalahan TPA :
1. Keberadaan TPA Panorama Baru dengan sistem open dumping tidak sesuai
yakni dengan sistem sanitary landfill.Hal ini mengakibatkan Kota Bukittinggi tidak
penyediaan lokasi TPA. Keterbatasan lahan tidak bisa membuat Kota Bukittinggi
3. Butuh dana operasional yang besar dalam mengangkut sampah ke TPA Regional
dan ditambah dengan masyarakat dari luar kota (perbatasan) ikut memanfaatkan wadah
sampah kota untuk membuang sampah. Sehingga jumlah timbulan sampah yang
dibawa untuk dibuang ke TPA Regional Payakumbuh menjadi besar. Selain itu jarak
persampahan.
2. Belum optimalnya peran dan fungsi Pokja Sanitasi Kota Bukittinggi dalam
pengelolaan persampahan.
Kabupaten Agam.
Persampahan/Kebersihan.
memberikan motivasi kesadaran peran serta masyarakat untuk ikut secara utuh
masing-masing.
2. Belum ada pola baku bagi pembinaan masyarakat yang dapat dijadikan pedoman
pelaksanaan.
3. Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang mengelola
a. Pemukiman
tinggi standar ekonomi, maka jumlah timbulan sampah yang dihasilkan cenderung
maka diperoleh timbulan sampah perumahan baik timbulan volume (l/o/h) maupun
income/ ekonomi atas; medium income/ ekonomi menengah dan low income/ ekonomi
bawah) dapat dilihat pada Tabel 6.1. Survey dilakukan sesuai dengan SNI-19-3694-
1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Kompos.
Survey dilakukan selama 8 hari berturut-turut dari hari selasa ke selasa minggu
berikutnya sehingga terlihat fluktuasi timbulan sampah Kota Bukittinggi baik pada
hari normal (Senin sampai dengan Kamis) dan Hari Khusus (Jumat sampai dengan
domestik dan non domestik. Tingginya satuan timbulan sampah untuk masyarakat
hampir 60% berada pada tingkatan tersebut sehingga mempengaruhi populasi sampel.
Tabel 6.1
Timbulan Sampah Perumahan Kota Bukittinggi Berdasarkan Ekonomi
Bukittinggi dapat dilihat pada Tabel 6.2 berikut. Berdasarkan kedua tabel tersebut
dapat disimpulkan bahwa rata-rata timbulan sampah domestik Kota Bukittinggi adalah
Tabel 6.2
Timbulan Sampah Perumahan per Kecamatan Kota Bukittinggi
b. Non Pemukiman
Timbulan sampah non pemukiman adalah jumlah sampah yang dihasilkan dari pasar,
perkantoran dan fasilitas umum, industri, jalan dan rumah sakit. Berdasarkan hasil
volume (l/o/h) maupun timbulan berat (kg/o/h) untuk masing-masing jenis sumber
Tabel 6.3
Timbulan Sampah Non Perumahan Kota Bukittinggi
Klasifikasi Timbulan (volume) Timbulan (berat)
Perkantoran & Fasilitas Umum 0,14 l/o/h 0,07 kg/o/h
Sekolah 0,02 l/o/h 0,07 kg/o/h
Restoran & Rumah Makan 0,08 l/k/h* 0,12 kg/k/h*
Hotel & Penginapan 0,182 l/tt/h* 0,02 kg/tt/h*
Jalan 0,02 l/m/h 0,01 kg/m/h
Rumah Sakit 0,06 l/tt/h* 0,01 kg/tt/h*
Pasar 0,48 l/m2/h 2,92 kg/m2/h
Pertokoan & Perindustrian 0,024 m3/unit/h 3,22 kg/unit/h
* Ket k = kursi; tt = tempat tidur
Sumber: Hasil Survey Konsultan, 2014
Berdasarkan satuan timbulan sampah berdasarkan sumber sampah, dapat diperkirakan total
timbulan sampah Kota Bukittinggi pada tahun 2014 adalah sekitar 466,95 m3/hari atau
dari total sampah kota. Rincian timbulan sampah Kota Bukittinggi berdasarkan hasil
survey konsultan ini dapat dilihat pada Tabel 6.4 dan Tabel 6.5 berikut. Pada Tabel 6.6
akan terlihat timbulan sampah Kota Bukittinggi per kelurahan di tiap kecamatan. Dimana
ini juga sejalan dengan luas wilayah kelurahan serta jumlah penduduk dan beragamnya
aktivitas pada kelurahan tersebut, akan mempengaruhi pada jumlah timbulan sampah yang
Tabel 6.4
Total Timbulan Volume Sampah Kota Bukittinggi Tahun 2014
Satuan Timbulan Total Sampah
Jenis Sumber Sampah Jumlah*
Volume (m3/hr)
Perumahan 2,90 l/o/hr 121,845 orang 352,94
Kantor dan Fasilitas
0,14 l/o/hr
Umum 2,091 orang 0,30
Sekolah 0,02 l/o/hr 18,100 orang 0,35
Hotel & Penginapan 0,18 l/tt/hr 3,138 Tt 0,57
Restoran & Rumah
0,08 l/k/hr
Makan 61680 kursi 4,75
Jalan 0,02 l/m/hr 198,000 M 3,17
Rumah Sakit 0,06 l/tt/hr 274,785 Tt 17,58
2 2
Pasar 0,48 l/m /hr 27,222 m 13,07
3
Toko & Industri 0,024 m /unit/hr 3,092 unit 74,21
Total Timbulan 466,95
*berdasarkan Data BPS, Dinas Pariwisata , Dinas Pasar Kota Bukittinggi, 2014 dan
RTRW Kota Bukittinggi, 2010
Sumber: Hasil Survey Konsultan, 2014
Tabel 6.5
Total Timbulan Berat Sampah Kota Bukittinggi Tahun 2014
Satuan Timbulan Total Sampah
Jenis Sumber Sampah Jumlah*
Volume (ton/hr)
Perumahan 0,218 kg/o/hr 121,845 orang 26,61
Kantor dan Fasilitas
Umum 0,07 kg/o/hr 2,091 orang 0,15
Sekolah 0,07 kg/o/hr 18,100 orang 1,27
Hotel 0,02 kg/tt/hr 3,138 tt 0,06
Restoran& Rumah Makan 0,12 kg/k/hr 61680 kursi 7,40
Jalan 0,01 kg/m/hr 198,000 M 1,74
Rumah Sakit 0,01 kg/tt/hr 274,785 tt 1,41
2 2
Pasar 2,92 kg/m /hr 27,222 m 79,49
Toko& Industri 3,12 kg/unit/hr 3,092 unit 9,96
Total Timbulan 129,61
*berdasarkan Data BPS, Dinas Pariwisata , Dinas Pasar Kota Bukittinggi, 2014 dan
RTRW Kota Bukittinggi, 2010
Sumber: Hasil Survey Konsultan, 2014
Tabel 6.6 Timbulan Sampah Kota Bukittinggi Tahun 2014 di Kecamatan dan
Kelurahan
Timbulan Sampah
No Kelurahan
m3/hari ton/hari
I KEC. GUGUK PANJANG 122,27 27,71
Timbulan Sampah
No Kelurahan
m3/hari ton/hari
7 Ladang Caklah 13,24 3,00
Kota Bukittinggi dengan potensinya di bidang pariwisata dan perdagangan, membuat kota
ini mendapat kunjungan yang sangat ramai dari pendatang, Apalagi saat momen Idul Fitri,
dimana tidak hanya pendatang yang ingin menikmati pariwisata dan perdagangan, namun
juga banyaknya perantau dari luar kota dan luar provinsi berkunjung, Hal ini tentu
Berdasarkan survey yang dilakukan selama 8 (delapan) hari yaitu H-3 dan H+4 Idul Fitri
1435H lalu, maka terlihat jumlah timbulan sampah kota mengalami peningkatan, Jika hasil
timbulan sampah kota sesuai survey hari normal adalah sekitar 466,95 m3/hari, maka pada
momen lebaran bisa mencapai 489,14 m3/hari, Ini dapat dilihat pada Tabel 6.7 berikut. Jika
dibandingkan antara timbulan sampah domestik saat hari normal dengan timbulan sampah
domestik saat momen lebaran, diperoleh rasio perbandingan 1 : 1,06. Sementara itu, untuk
timbulan sampah non domestik diperoleh rasio perbandingan 1 : 1,02 antara hari normal
Tabel 6.7
Total Timbulan Volume Sampah Kota Bukittinggi Saat Lebaran
Satuan Timbulan Total
Sumber Sampah Jumlah*
Volume (m3/hari)
Perumahan 3,06 l/o/hr 121,845 Orang 372,85
Kantor & Fasilitas Umum 0,14 l/o/hr 2,091 Orang 0,30
Hotel & Penginapan 0,18 l/tt/hr 3,138 Tt 0,57
Restoran & Rumah Makan 0,08 l/k/hr 61,680 Kursi 4,753
Jalan 0,02 l/m/hr 198,000 M 3,17
Rumah Sakit 0,05 l/tt/hr 274,785 Tt 13,74
Pasar 0,61 l/m2/hr 27,222 m2 16,61
Toko & Industri 0,03 m3/toko/hr 3,092 Toko 61,36
Total Timbulan 489,14
*berdasarkan Data BPS, Dinas Pariwisata , Dinas Pasar Kota Bukittinggi, 2014 dan RTRW
Kota Bukittinggi, 2010
Sumber: Hasil Survey Konsultan, 2014
Tabel 6.8
Perbandingan Timbulan Sampah Kota Bukittinggi Saat Hari Normal dan Hari Raya
Sampah Domestik
Normal 352,94 (m3/hari)
Lebaran 372,85 (m3/hari)
Rasio Perbandingan 1 : 1,06
Meskipun sudah bisa diperkirakan berapa berat timbulan sampah Kota Bukittinggi, namun
terdapat perbedaan dari berat sampah yang terangkut dari Kota Bukittinggi ke TPA
Regional Payakumbuh. Dengan pelayanan Kota Bukittinggi yang mencapai 80%, maka
sampah yang terangkut ke TPA Regional Payakumbuh adalah 80% dari 129,61 ton/hari
yakni 103,19 ton/hari. Namun mengacu pada data UPTD Provinsi Sumatra Barat tahun
2014 sesuai Tabel 4.2 pada Bab IV, maka perbedaan berat timbulan yang terjadi mencapai
4,4%. Seperti yang sudah diketahui terkait permasalahan sampah di Kota Bukittinggi, ini
merupakan potensi kiriman sampah dari penduduk sekitar (Kabupaten Agam). Oleh
karenanya diperlukan upaya dalam secepatnya untuk menekan jumlah kiriman sampah dari
luar ini sehingga pengelolaan sampah Kota Bukittinggi bisa dioptimalkan. Target
pengurangan sampah dari luar ini merupakan program jangka pendek yang harus
diselesaikan. Ini bisa kita lihat perbandingannya antara hasil survey dengan data hasil
Tabel 6.9
Perbandingan Berat Timbulan Sampah Rata-Rata Kota Bukittinggi
Berat
No Sumber Pengukuran
(ton/hari)
Berat jenis merupakan perbandingan berat material sampah dengan unit volume sampah
dalam satuan kg/liter. Berat jenis rata-rata untuk sampah domestik Kota Bukittinggi adalah
0,08 kg/liter. Sedangkan berat jenis rata-rata sampah non domestik Kota Bukittinggi adalah
0,07 kg/liter. Rincian berat jenis sampah Kota Bukittinggi dengan klasifikasi jenis
Tabel 6.10
Berat Jenis Sampah Kota Bukittinggi 2014
Klasifikasi Berat Jenis (kg/l)
Perumahan/ Domestik
High Income 0,17
Medium Income 0,17
Low Income 0,11
Non Perumahan/ Non Domestik
Perkantoran 0,04
Sekolah 0,03
Pertokoan & Perindustrian 0,01
Restoran & Rumah Makan 0,27
Hotel & Penginapan 0,01
Jalan 0,2
Pasar 3,5
Rumah Sakit 0,08
Sumber: Hasil Survey Konsultan, 2014
Mengkaji hasil survey lapangan, diperoleh komposisi sampah Kota Bukittinggi didominasi
oleh sampah organik 73,06% untuk sampah domestik dan 41,60% untuk sampah non
domestik. Secara keseluruhan dari semua sumber sampah tersebut, persentase sampah
organik mencapai 63,83% dari komposisi total timbulan sampah Kota Bukittinggi. Sampah
ini meliputi sisa makanan, sampah dari taman dan jalan. Sebagai kota yang identik dengan
perdagangan, Kota Bukittinggi juga cukup tinggi menghasilkan sampah yang berpotensi
untuk didaur ulang seperti kertas, karton dan plastik. Sampah lain-lain sebesar 6% bisa
berupa sampah yang tidak terkategrikan sesuai SNI 1994, bisa juga sebagai sampah B3.
Disini akan difokuskan pengelolaan sampah yang bisa dikompos dan daur ulang. Sampah
lain-lain akan diangkut ke TPA untuk dikelola. Hasil persentase komposisi sampah Kota
Bukittinggi dapat dilihat perincian pada Tabel 6.11 sampai Tabel 6.13 berikut.
Tabel 6.11
Komposisi Sampah Domestik Kota Bukittinggi
Komposisi Sampah (%)
No
Jenis Sampah Kota
HI MI LI
Bukittinggi
1 Makanan dan sisa makanan 62,13 68,412 88,70 72,55
2 Daun (Sampah dari taman, jalanan, dll) 2,41 0,680 0,00 0,51
3 Kayu dan produk dari kayu 0,00 0,000 0,00 0,00
4 Kertas, Karton 15,03 10,118 2,59 8,03
5 Kain 0,03 0,329 0,00 0,14
6 Kaca dan Sejenisnya 0,00 0,219 0,74 0,12
7 Plastik 17,29 13,778 7,96 12,59
8 Besi dan metal lainnya 0,00 0,066 0,00 0,06
9 Sampah lain-lain 3,11 6,398 0,00 6,00
Sumber: Hasil Survey Konsultan, 2014
Tabel 6.12
Komposisi Sampah Non Domestik Kota Bukittinggi
Komposisi (%)
No, Jenis Sampah
1 2 3 4 5 6 7 8 Kota
1 Makanan dan sisa makanan 26,16 27,78 20,71 100 9,84 8,33 22,14 4,07 36,45
Daun (Sampah dari taman,
2 15,50 8,77 0,03 0,00 0,00 33,33 5,63 0,00 5,15
jalanan, dll)
3 Kayu dan produk dari kayu 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
4 Kertas, Karton 33,17 28,19 40,93 0,00 0,00 25,00 30,02 31,40 27,34
5 Kain 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 11,26 0,00 1,14
6 Kaca dan Sejenisnya 0,00 0,00 5,87 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,71
7 Plastik 24,86 35,27 32,30 0,00 90,16 33,33 30,96 25,00 24,88
8 Besi dan metal lainnya 0,31 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05
9 Sampah lain-lain 0,00 0,00 0,16 0,00 0,00 0,00 0,00 39,53 3,28
Ket 1 = Perkantoran 5 = Hotel & Penginapan
2 = Sekolah 6 = Jalan
3 = Toko & Industri 7 = Pasar
4 = Restoran & Rumah Makan 8 = Rumah Sakit
Sumber: Hasil Survey Konsultan, 2014
Tabel 6.13
Komposisi Sampah Kota Bukittinggi
No Jenis Sampah Komposisi (%)
1 Makanan dan sisa makanan 61,96
2 Daun (Sampah dari taman, jalanan, dll) 1,87
3 Kayu dan produk dari kayu 0,00
4 Kertas, Karton 13,70
5 Kain 0,44
6 Kaca dan Sejenisnya 0,59
7 Plastik 16,19
8 Besi dan metal lainnya 0,06
9 Sampah lain-lain 5,20
Total 100
Sumber: Hasil Survey Konsultan, 2014
Bukittinggi. Karakteristik kimia yang dianalisis adalah kadar air, kadar volatil dan kadar
abu sampah. Berikut pada Tabel 6.14 diperlihatkan karakteristik sampah Kota Bukittinggi
Tabel 6.14
Karakteristik Kimia Sampah Kota Bukittinggi
No Kode sampel Kadar Air (%) Kadar Volatil (%) Kadar Abu (%)
Domestik
1 HI (High Income) 48,90 27,87 9,46
2 MI (Medium Income) 39,21 47,42 7,90
3 LI (Low Income) 52,16 37,86 6,24
Non Domestik
4 Kantor 42,95 37,85 6,40
5 Sekolah 60,94 20,45 6,25
6 Toko & Industri 38,10 40,77 13,38
7 Pasar 81,47 17,79 0,09
8 Lainnya 53,48 24,24 10,13
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang maka dilakukan proyeksi penduduk
Kota Bukittinggi sehingga bisa diprediksi berapa total timbulan sampah domestik kota
untuk masa 20 tahun ke depan. Dengan memperhatikan laju pertumbuhan penduduk Kota
Bukittinggi mencapai 1,97% (BPS, 2014) dan dengan memanfaatkan data jumlah
penduduk Kota Bukittinggi dalam sepuluh tahun (2005 – 2014), dilakukan proyeksi
logaritma, Hasil analisis menunjukkan metode yang tepat untuk proyeksi penduduk Kota
Berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Bukittinggi juga dilakukan
analisis proyeksi terkait sarana dan prasarana Kota Bukittinggi. Sehingga bisa dilakukan
juga prediksi timbulan sampah non domestik baik dalam satuan liter per orang per hari,
liter per meter persegi per hari maupun liter per meter per hari.
Mengkaji hasil proyeksi tersebut, maka bisa diprediksi total timbulan sampah Kota
Bukittinggi untuk perencanaan 20 tahun. Perencanaan ini dibagi atas rencana jangka
pendek (2015-2019); rencana jangka menengah (2020-2024) dan rencana jangka panjang
(2025-2034) Ini dapat dilihat pada Tabel 6.15 berikut untuk timbulan sampah berdasarkan
jenis sumber sampah, dimana total timbulan sampah Kota Bukittinggi diperkirakan
mencapai 1097,85 m3/hari atau sekitar 558,52 ton/hari pada tahun 2034. Pada Tabel 6.16
dan Tabel 6.17 merupakan proyeksi dari volume dan berat timbulan sampah per kelurahan
di Kota Bukittinggi.
Tabel 6.15
Proyeksi Timbulan Sampah Kota Bukittinggi
Hotel & Penginapan 0,86 0,09 1,29 0,14 1,93 0,21 2,89 0,32
Restoran & Rumah Makan 7,13 11,10 10,70 16,65 16,04 24,98 24,06 37,47
Rumah sakit 26,38 4,12 39,57 6,18 59,35 9,27 89,03 13,91
Toko & Industri 111,31 14,93 166,97 22,40 250,45 33,60 375,68 50,40
Tabel 6.16
Proyeksi Volume Timbulan Sampah per Kelurahan Kota Bukittinggi
III AUR BIRUGO TIGO BALEH 111,97 133,17 161,41 199,83 253,12
*kondisi eksisting
Tabel 6.17
Proyeksi Berat Timbulan Sampah per Kelurahan Kota Bukittinggi
III AUR BIRUGO TIGO BALEH 25,37 35,39 50,13 71,92 104,25
*kondisi eksisting
Menimbang aspek yang ingin dicapai adalah 3R sampah dimulai dari sumber serta
pemisahan sampah bisa dilakukan, maka diperlukan juga rencana proyeksi komposisi
sampah Kota Bukittinggi, Proyeksi komposisi sampah kota ini bisa membantu dalam
pengomposan maupun daur ulang sampah, Rincian proyeksi komposisi sampah Kota
Tabel 6.18
Proyeksi Komposisi Sampah Kota Bukittinggi
Daun (Sampah dari taman, jalanan, dll) 1,87 8,75 10,49 12,84 16,06 20,57
Kayu dan produk dari kayu 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Besi dan metal lainnya 0,06 0,26 0,31 0,38 0,48 0,61
*kondisi eksisting
Total timbulan sampah Kota Bukittinggi pada Tahun 2014 adalah 466,95 m3/hari dan total
timbulan sampah dari Kota Bukittinggi yang masuk ke TPA adalah 287,9 m 3/hari (KLH
Kota Bukittinggi, 2014). Dengan daerah pelayanan telah mencapai 80% dan dari hasil
kuesioner diperoleh persentase masyarakat yang telah terlayani sekitar 74%, maka bisa
ditentukan tingkat pelayanan Kota Bukittinggi seperti pada perhitungan di bawah ini.
Tabel 6.19
Penentuan Timbulan Sampah yang Terlayani Tahun 2014
Total Timbulan Total Timbulan
Sumber Sampah Kota Bukittinggi yang Terlayani
(m3/h) (m3/h)
Domestik 352,94 261,18
Perkantoran 0,30 0,30
Sekolah 0,35 0,35
Hotel & Penginapan 0,57 0,57
Restoran & Rumah Makan 4,75 4,75
Jalan 3,17 3,17
Rumah sakit 17,59 17,59
Pasar 13,07 13,07
Toko & Industri 74,21 61,84
Tingkat pelayanan 80,1% ini berarti sejalan dengan hasil kuesioner yang menyatakan
masih ada sekitar 20% masyarakat yang masih melakukan pengolahan sampah tidak
semestinya, yakni dengan membakar atau menimbun sampah. Daerah pelayanan dan
tingkat pelayanan yang telah mencapai 80% perlu ditingkatkan lagi agar seluruh daerah
cakupan Kota Bukittinggi bisa terlayani dalam pengelolaan sampah dan tingkat
pelayanan pengangkutan sampah bisa 100%. Selain itu, sesuai dengan Permen PU no
03/PRT/M/2013 bahwa target 3R di Indonesia adalah sebesar 20%. Ini akan dijadikan
sebagai target 3R yang harus dicapai dalam persampahan Kota Bukittinggi. Berikut
pada Tabel 6.20 disajikan perencanaan peningkatan daerah dan tingkat pelayanan Kota
Tabel 6.20
Rencana Peningkatan Daerah dan Tingkat Pelayanan Kota Bukittinggi
bisa dilakukan seperti yang sudah diterapkan oleh Pemerintah Kota Bukittinggi saat ini.
Sumber sampah akan mengumpulkan sampah pada wadah yang sudah mereka sediakan/
disediakan oleh pemerintah kota tanpa dilakukan pemilahan. Kemudian sampah tercampur
tersebut akan dikumpulkan oleh petugas sampah dan diangkut ke TPA Regional. Pada
sampah. Diagram alir pola konvensional ini dapat dilihat pada gambar berikut
Pengelolaan Sampah 3R
disediakan oleh pemerintah kota. Pola berbasis 3R akan lebih dititikberatkan pada berbasis
institusi sebagai langkah awal untuk memicu kepedulian masyarakat dalam pengelolaan
sampah. Berbasis institusi ini akan mengoptimalkan peran TPST (Tempat Pengolahan
Sampah Terpadu) sebagai suatu unit pengolahan sampah dan peran SPA (Stasiun Peralihan
Antara) sebagai suatu unit penampung sementara dalam mereduksi jumlah trip angkut
sampah ke TPA Regional Payakumbuh. Pada gambar dapat dilihat diagram alir pola
berdasarkan Tabel 6.21 berikut bisa diperkirakan jumlah kebutuhan wadah sampah untuk
Kota Bukittinggi, Pada perkiraan jumlah wadah ini, dianggap umur pakai wadah sekitar 5
(lima) tahun, sehingga perlu dilakukan penggantian dan penambahan wadah setiap periode
perencanaan (5 tahun) oleh pemerintah kota. Jumlah wadah sampah disesuaikan dengan
kebutuhan timbulan sampah yang sebelumnya telah diproyeksikan dan tidak ada sistem
Tabel 6.21
Proyeksi Kebutuhan Pewadahan Kota Bukittinggi
Pengelolaan Sampah 3R
pengaruh kepada jumlah timbulan yang akan diangkut ke TPA Regional Payakumbuh.
peningkatan dan target 3R dapat dilihat pada Tabel 6.22. Dengan metode pewadahan untuk
pengelolaan sampah berbasis 3R seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka pada
Tabel 6.23 dapat kita lihat jumlah wadah sampah yang perlu diadakan oleh pemerintah
kota yang disesuaikan dengan proyeksi timbulan sampah Kota Bukittinggi dan
Tabel 6.22
Perencanaan Pengelolaan Sampah Berbasis 3R
Tabel 6.23
Proyeksi Kebutuhan Pewadahan 3R Kota Bukittinggi
Dalam menunjang pengangkutan sampah yang sudah dikumpulkan menuju TPA Regional
sampah perumahan. Kemudian dengan pengembangan sistem yang sudah ada di Kota
Bukittinggi saat ini, truk sampah bisa juga dimanfaatkan sebagai sarana untuk
mengumpulkan sampah. Jika berpatokan pada pola ini dalam pengelolaan sampah,
kebutuhan truk untuk mengumpulkan sampah Kota Bukittinggi dapat dilihat pada Tabel
6.24. Meningkatnya jumlah timbulan sampah kota hingga 20 tahun ke depan, tentu
diperlukan juga penambahan jumlah ritasi sehingga sampah kota dapat terlayani dan
Tabel 6.24
Perencanaan Kebutuhan Kendaraan Pengumpul dan Pengangkut Sampah
Tahun
Perencanaan
2014* 2019 2024 2029 2034
Jumlah Gerobak Sampah (unit) 34 50 75 120 180
Jumlah Becak Sampah (unit) 25 40 60 90 135
Jumlah Becak Motor (unit) 13 20 30 50 75
Jumlah Ritasi Becak Motor 2 3 3 4 4
Jumlah Truk Sampah (unit) 16 24 30 40 45
Jumlah Ritasi Truk Sampah 2 2 2 2 2
* kondisi eksisting
asumsi umur sarana 8 tahun
Pengelolaan Sampah 3R
kepada jumlah sampah yang akan diangkut ke TPA Regional. TPST akan menangani
pengolahan sampah skala kota berupa pengomposan dan daur ulang. Ditunjang dengan
pengoptimalan fungsi SPA dimana pada SPA juga diberikan fasilitas pemadatan sampah
sehingga junlah sampah yang bisa diangkut ke TPA Regional dari sisi volume lebih
sedikit. Maka jumlah kebutuhan truk sampah sebagai sarana angkut sampah dapat ditekan
dan jumlah ritasi untuk mengangkut timbulan sampah kota ke TPA dapat diminimalisir.
TPST dan SPA ini akan berpengaruh besar dalam penanganan persampahan Kota
Bukittinggi saat kondisi puncak, misalnya saat Hari Raya Idul Fitri atau Perayaan Tahun
Baru.
Penggunaan SPA yang memiliki fasilitas dan teknologi pengolahan sampah berbasis 3R
serta TPST direncanakan memakai sistem zona, Penentuan zona ini dirancang dengan
mepertimbangkan rencana awal posisi SPA dan TPST yang telah dilakukan oleh
Pemerintah Kota Bukittinggi. Lokasi perencanaan SPA dan TPST oleh pemerintah kota
adalah di Talao, ini akan dibahas pada subbab berikutnya. Rancangan umum yang
sampah dari zona A yaitu Kelurahan Belakang Balok, Sapiran, Birugo, Bukit Cangang
Kayu Ramang, Kayu Kubu, Benteng Pasar Atas, Aur Tajungkang Tengah sawah, Puhun
Tembok dan Campago Ipuh. Pemilihan kelurahan ini di zona A karena kemudahan akses
yang dekat dengan jalan utama kota kemudian kepadatan penduduk serta beragamnya
aktivitas di kelurahan ini. Pada zona A akan dilakukan penjemputan sampah dengan becak
sampah, gerobak sampah dan becak motor ke rumah-rumah. Penjemputan ini juga
memberdayakan peranan kelurahan dan pihak RW. Kemudian dilakukan pengumpulan dan
pengolahan terlebih dahulu di SPA. Sementara untuk sampah dari zona B, selain dari 9
Tabel 6.25
Perencanaan Kebutuhan Kendaraan Pengumpul dan Pengangkut Sampah
Tahun
Perencanaan
2014* 2019 2024 2029 2034
Jumlah Gerobak Sampah bersekat (unit) 34 35 45 50 50
Jumlah Becak Sampah bersekat (unit) 25 30 40 50 50
Jumlah Becak Motor bersekat (unit) 13 40 60 60 70
Jumlah Ritasi Becak Motor 2 3 3 3 3
Jumlah Truk Sampah (unit) 16 18 25 10 12
Jumlah Ritasi Truk Sampah 2 2 2 2 2
*kondisi eksisting
asumsi umur sarana 8 tahun
Pada Tabel 6.25 dapat kita lihat, penggunaan gerobak sampah, becak sampah dan becak
keungkinan sampah yang akan diolah akan dijemput dari rumah ke rumah. Untuk
Pengadaan gerobak sampah bersekat, becak sampah bersekat dan becak motor bersekat ini
bisa dikembangkan dengan kerjasama pengelolaan oleh pihak RT/RW dan kelurahan.
Selain itu pihak swasta seperti perhotelan dan industri juga hendaknya dibebankan terkait
pengumpulan sampah dengan menggunakan sarana angkut ini. Sehingga ini nantinya akan
ada pengurangan kepada dana pembayaran sampah yang ditimbun ke TPA Regional
Payakumbuh.
Dari jabaran yang sudah dilakukan antara pengelolaan sampah secara konvensional dengan
pengelolaan sampah yang dipadukan dengan sistem 3R, maka dapat kita bandingkan
seperti pada Tabel 6.26 berikut. Dimana dapat dilihat, bahwa pengelolaan sampah yang
dipadukan dengan sistem 3R akan lebih hemat dalam pengadaan dan penggunaan sarana
prasarana. Baik dari segi pewadahan, pengumpulan hingga pengangkutan. Meskipun ada
kenaikan pengadaan sarana, hal ini diakibatkan karena jumlah pertambahan penduduk
tidak sebanding dengan percepatan jumlah pengurangan sampah. Selain itu pada Gambar
6.3 dapat kita bandingkan besaran sampah yang terangkut ke TPA Regional Payakumbuh
Tabel 6.26
Perbandingan Kebutuhan Sarana Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi antara
Metode Konvensional dngan Metode 3R
TPS Batu 50 0 50 0 75 0 75 0
TPS Kontainer 20 7 30 10 45 12 45 12
Jumlah Ritasi
Tidak ada, Langsung diangkut ke TPA Pengolahan di TPST dan SPA sebelum ke
Pengolahan
Regional Payakumbuh TPA Regional Payakumbuh
Metode Kumpul-Angkut-
Buang
Metode Kumpul-Angkut-
Buang +3R
Metode Kumpul-
Angkut-Buang
Metode Kumpul-Angkut-
Buang + 3R
Jika pengelolaan sampah di Kota Bukittinggi diterapkan menggunakan sistem berbasis 3R,
maka akan terjadi pengurangan sampah yang terangkut ke TPA Regional Payakumbuh
seperti yang terlihat pada Gambar 6.3. untuk lebih rincinya di setiap peripde perencanaan,
ini bisa dilihat pada Tabel 6.27 sampai dengan Tabel 6.29 berikut
Tabel 6.27
Pengurangan Sampah Kota Bukittinggi yang Terangkut ke TPA Regional
Payalumbuh pada Jangka Pendek (2015 – 2019) dengan Metode 3R
Tingkat Pelayanan Zona A (%) 80,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Tingkat Pelayanan Zona B (%) 60,00 65,00 70,00 80,00 90,00 100,00
Tabel 6.28
Pengurangan Sampah Kota Bukittinggi yang Terangkut ke TPA Regional
Payalumbuh pada JangkaMenengah (2020 – 2024) dengan Metode 3R
Indikator 2020 2021 2022 2023 2024
Timbulan Kota (m3/h) 653,11 660,93 668,90 677,03 685,32
Tabel 6.29
Pengurangan Sampah Kota Bukittinggi yang Terangkut ke TPA Regional
Payalumbuh pada Jangka Panjang (2025 – 2034) dengan Metode 3R
Indikator 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034
Timbulan Kota 821,83 830,45 839,24 848,20 857,33 1058,72 1068,22 1077,90 1087,78 1097,85
(m3/h)
Timbulan Zona 279,42 282,35 285,34 288,39 291,35 359,96 363,19 366,49 369,85 373,27
A (m3/h)
Timbulan Zona 542,41 548,10 553,90 559,81 565,98 698,75 705,02 711,42 717,94 724,58
B (m3/h)
Pengurangan
Sampah dari:
a. 8 unit TPS 3R 12,22 13,57 14,93 16,29 16,29 17,65 19,00 20,36 21,72 21,72
Binaan DKP di
Zona B (m3/h)
b. 3 unit SPA- 143,83 143,83 158,83 173,83 188,83 202,96 202,96 202,96 202,96 202,96
TPST untuk
Sampah di Zona
A (m3/h)
Total 156,05 157,41 173,76 190,12 205,12 220,61 221,96 223,32 224,68 224,68
Pengurangan
(m3/h)
Persentase 20,63 20,57 22,45 24,28 25,90 22,96 22,88 22,79 22,70 22,47
Pengurangan
(%)
Persentase 55,92 55,29 60,36 65,30 70,16 62,13 61,52 60,91 60,31 59,70
pengurangan
zona A (%)
Persentase 2,45 2,69 2,92 3,15 3,12 2,78 2,97 3,15 3,32 3,29
pengurangan
zona B (%)
Total Sampah
ke TPA
Payakumbuh 665,78 673,04 665,47 658,08 652,21 838,11 846,25 854,58 863,10 873,18
(m3/h)
Keberadaan SPA skala kawasan direncanakan akan berdampak pada penurunan biaya
dapat ditangani di SPA skala kawasan adalah sejenis sampah rumah tangga, diperbolehkan
dalam kondisi tercampur dan atau residu olahan. SPA disini berperan seperti transfer depo,
Waktu operasi pengangkutan lebih lama karena jarak dari Kota Bukittinggi ke TPA
Regional melebihi 25 km
1. Lokasi SPA ditetapkan dengan mempertimbangkan faktor teknis, ekonomi, sosial dan
lingkungan
2. SPA harus ditempatkan pada suatu lokasi dengan akses langsung ke jalur utama
pengangkutan
ton/hari
1. Fasilitas Utama
Terdiri atas:
Terdiri atas:
a. Area drainase
b. Area penghijauan
3. Fasilitas Pendukung
Terdiri atas:
b. Pos jaga
c. Kantor pengelola
d. Area parkir
e. Rambu keselamatan
f. Pintu masuk
g. Pagar keliling
h. Papa nama
j. Toilet
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) atau Material Recovery Facility (MRF)
Pemerintah Kota Bukittinggi telah menetapkan Kelurahan Talao sebagai wilayah SPA
skala kawasan kota. SPA di Talao mempunyai luas ± 7000 m2. SPA yang akan diterapkan
di sini tidak hanya sebagai tempat penampung sementara karena jarak daerah pelayanan
yang terlalu jauh dengan TPA, namun di SPA ini direncanakan akan memiliki sistem
pengolahan sampah berbasis 3R yakni TPST sesuai dengan Permen PU No 03/2013. SPA-
TPST ini akan diadakan di setiap kecamatan seiring perkembangan tahun perencanaan.
Sehingga nantinya setiap kecamatan punya semacam SPA yang bisa berperan sebagai
Total berat timbulan sampah Kota Bukittinggi pada akhir periode desain tahun 2034 adalah
sebesar 420,71 ton/hari, Jika dikaji luas lahan peruntukan SPA yakni 600 m 2 untuk
Kota Bukittinggi lebih dari 600 m 2 . Apalagi pada SPA Kota Bukittinggi direncanakan
akan ditunjang dengan pengolahan sampah pengomposan dan daur ulang. Lama
pengomposan direncanakan selama 6 -8 hari menggunakan alat Rotary Kiln dengan potensi
produksi hasil kompos dari SPA ini sekitar 32 ton pada akhir tahun perencanaan (Tahun
2034). SPA Kota Bukittinggi direncanakan tidak mempunyai fasilitas untuk pemadatan
sampah, karena akan terkendala pada masalah pengolahan lindi dari sampah yang telah
terpadatkan tersebut. Maka kebutuhan lahan SPA yang diintegrasikan dengan TPST adalah
sekitar 2.000 m2 dengan perkiraan rincian peruntukan lahan seperti terlihat pada Tabel 6.30
berikut.
Tabel 6.30
Rancangan Peruntukan Lahan SPA-TPST Talao Kota Bukittinggi
Pengomposan 120
Gudang Kompos 24
Ruang Pemadat 70
Ruang Genset 20
Total 2006
haruslah mencapai target 20%, maka direncanakan akan dibangun TPST yang terintegrasi
dengan SPA di tiap kecamatan. SPA-TPST ini akan menampung sampah dan diolah
dengan pengomposan serta daur ulang untuk kawasan tertentu seperti pengoperasian di
SPA-TPST Talao.
Untuk meningkatkan peran serta masyarakat, maka pihak DKP perlu dan wajib
mengadakan pembinaan dalam bentuk TPS 3R (yang selanjutnya akan disebut sebagai TPS
3R Binaan DKP). TPS 3R Binaan DKP ini akan memanfaatkan sarana yang telah
disediakan pihak Pemerintah Provinsi Sumatra Barat di Kelurahan Aur Kuning. TPS 3R
Binaan DKP ini direncanakan untuk 1 unitnya akan mengelola dan melayani 200 KK (
1000 orang). kegiatan yang dilakukan disini adalah pengomposan (direncanakan kegiatan
pengomposan lebih kurang 12-14 hari dengan metode cetakan, menimbang ini diperlukan
partisipasi masyarakat) dan penjualan sampah daur ulang yang akan dituangkan dalam
bentuk Bank Sampah, dengan nasabah 200 KK yang terlayani oleh TPS 3R Binaan DKP
yang bersangkutan. Bank sampah ini sistemnya seperti bank, dimana KK yang terlayani
oleh TPS 3R Binaan DKP akan mengumpulkan sampah yang bisa dijual ke lapak/
pengepul/ swasta oleh pihak pengelola (DKP). Sampah yag sudah dikumpulkan tadi, akan
diganti berupa uang sesuai denga hasil penjualan ke lapak/ pengepul tadi, pelaksanaan ini
sesuai dengan Permen LH no 13 tahun 2012 tentang Bank Sampah. Berikut pada gambar
di bawah ini dapat dilihat peruntukan lahan sebesar 50 m 2 dan layout untuk TPS 3R Binaan
DKP.
dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi sesuai dengan Peraturan
Walikota Bukittinggi nomor 44 tahun 2009 tentang Tugas Pokok Dan Fungsi Eselon II, III
dan Unit Pelaksana Teknis yang didukung oleh Dinas Pasar, Dinas Pendidikan Olah Raga,
Dinas Pariwisata, Dinas Kesehatan dan Kantor Lingkungan Hidup, Kantor Pemberdayaan
Masyarakat, Pemerintahan Kelurahan dan Nagari serta Dinas Pendapatan Keuangan dan
Aset Daerah. Peran masing masing Dinas/Kantor dalam pengelolaan persampahan dapat
SPA terintegrasi TPST dan TPS 3R binaan DKP, maka diprediksi penambahan personil
pada jangka pendek adalah 30 orang. Kelak hendaknya ini bisa diwujudkan dalam bentuk
Tabel 6.31
Instansi dan kegiatan penanganan persampahan berbasis masyarakat,
sekolah dan dunia usaha yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan sampah
Tabel 6.32
Kegiatan instansi dalam kegiatan penanganan persampahan
melalui Peraturan Walikota Bukittinggi nomor 44 tahun 2009 yang mengatur tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Peraturan Walikota
- Penyusunan dan pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Dinas Kebersihan
dan Pertamanan;
sarana kebersihan;
Pertamanan; dan
Implikasi Perda Pengelolaan dan Retibusi Pelayanan Kota Bukittinggi Tahun 2014 :
Bukittinggi.
Walikota Bukittinggi nomor 44 tahun 2009 yang mengatur tentang Organisasi dan
TPST 3R. Oleh karenanya diperlukan suatu Unit Teknis dibawah Dinas Kebersihan
dan Pertamanan. Unit teknis tersebut berupa Unit Pengelola Teknis Daerah
Persampahan.
4. Sumber sampah Kota Bukittingi ada juga yang berasal dari daerah hinterland
khususnya dari Kabupaten Agam yang menjadi beban bagi Kota Bukittinggi dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang tata cara
kerjasama daerah.
dan antara Pemerintah Kota Bukittinggi dengan level pemerintah yang lebih tinggi
atau sederajat maka perlu dibentuk Kelompok Kerja Sanitasi sesuai dengan Surat
Edaran Menteri Dalam Negeri nomor 660/4919/SJ Tahun 2012 Tentang Pedoman
Daerah.
Regulasi-regulasi yang ada dan masih berlaku hingga saat ini tentang Sistem Pengelolaan
antara lain:
Hidup;
Sampah;
6. Peraturan Daerah Kota Bukittinggi Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan dan
Intisari ketentuan pasal per pasal dalam regulasi dapat dikelompokan menjadi beberapa
Definisi –Istilah
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk
padat.
Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya
Tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah
Pasal 1 Definisi Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 33 Tahun 2010
Tempat sampah rumah tangga adalah wadah penampungan sampah yang berupa
bak/bin/tong/kantong/keranjang sampah.
Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
Satuan Kerja Perangakat Daerah atau SKPD adalah satuan kerja perangkat
persampahan di daerah.
Badan Layanan Umum Daerah Persampahan atau BLUD Persampahan, adalah Unit
Kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
c. sampah spesifik.
Sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada huruf a berasal dari kegiatan sehari-
hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
Sampah sejenis sampah rumah tangga (atau sampah yang tidak berasal dari rumah tangga)
sebagaimana dimaksud pada huruf b berasal dari kawasan komersial (pusat perdagangan,
pasar, pertokoan, hotel, perkantoran, restoran, dan tempat hiburan), kawasan industri
(kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah
memiliki izin usaha kawasan industri), kawasan khusus (merupakan wilayah yang
pengembangan teknologi tinggi), fasilitas sosial (antara lain, rumah ibadah, panti asuhan,
dan panti sosial), fasilitas umum (antara lain, terminal angkutan umum, stasiun kereta
api, pelabuhan laut, pelabuhan udara, tempat pemberhentian kendaraan umum, taman,
jalan, dan trotoar), dan/atau fasilitas lainnya (Yang termasuk fasilitas lain yang tidak
termasuk kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas
umum antara lain rumah tahanan, lembaga pemasyarakatan, rumah sakit, klinik, pusat
Tugas Pemerintah
sampah yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan sebagaimana
sampah;
sampah;
g. melakukan koordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha agar
kewenangan:
a. menetapkan kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah sesuai dengan kebijakan
Pemerintah;
b. memfasilitasi kerja sama antardaerah dalam satu provinsi, kemitraan, dan jejaring
Pembagian Wewenang
lingkungan dari Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau pihak lain yang diberi
c. memperoleh informasi yang benar, akurat, dan tepat waktu mengenai penyelenggaraan
pengelolaan sampah;
Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan
lingkungan.
2. Mengelola sampah dengan cara pengurangan dan pemilahan sesuai sifat dan jenis
sampah;
3. Menyediakan tempat sampah rumah tangga dan/atau TPS esuai dengan ketentuan yang
berlaku.
kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan
fasilitas pemilahan sampah (diletakan pada tempat yang mudah dijangkau oleh
masyarakat).
Kewajiban Produsen
Setiap produsen harus mencantumkan label atau tanda yang berhubungan dengan
mencantumkan label atau tanda, penempatan label atau tanda dapat dicantumkan pada
kemasan induknya.
Produsen wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang diproduksinya yang tidak dapat
atau sulit terurai oleh proses alam. Penjelasan yang dimaksud dengan mengelola kemasan
berupa penarikan kembali kemasan untuk didaur ulang dan/atau diguna ulang.
Pemerintah daerah dapat melakukan kerja sama antarpemerintah daerah dalam melakukan
pengelolaan sampah. Kerja sama dapat diwujudkan dalam bentuk kerja sama dan/atau
Pemerintah daerah dapat melakukan kerja sama antarpemerintah daerah atau pemerintah
2. Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwujudkan dalam melakukan
pengelolaan sampah.
3. Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan berdasarkan
Kemitraan
sampah.
Pasal 27
(1). Kerja sama antar pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dapat
melibatkan dua atau lebih daerah kabupaten/kota pada satu provinsi atau antar
provinsi.
a. penyediaan/pembangunan TPA;
ramah lingkungan.
Pasal 28
(1). Pemerintah daerah dapat bermitra dengan badan usaha dalam pengelolaan sampah.
(2). Lingkup kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain:
c. prasarana pendukungnya;
Pasal 29
Pelaksanaan kerja sama antar daerah dan kemitraan dengan badan usaha dilakukan
1. Pemerintah Daerah dapat bermitra dengan Badan Usaha pengelolaan sampah dalam
2. Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk perjanjian
berlaku.
gubernur.
secara nasional.
di kabupaten/kota.
kabupaten/kota.
Pasal 37
Pasal 38
sampah.
Pasal 39
sampah.
Pasal 40
Walikota.
pengelolaan sampah.
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Walikota.
Pelaporan
(3). Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan paling
Penyidikan
Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, pejabat pegawai negeri
sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang berkenaan dengan peristiwa
bahan dan barang hasil kejahatan yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak
f. meminta bantuan ahli dalam pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang
pengelolaan sampah.
Penyidik pejabat pegawai negeri sipil menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut
Pidana.
2. Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil
tertentu dilingkungan Pemerintah daerah yang diangkat oleh Pejabat yang berwenang
berkenan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan atau
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan
d. Memeriksa buku, catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana
pencatatan dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti
tersebut.
atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas
k. Melakukan tindaka lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana
undangan.
dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat
Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-
dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 dapat membentuk lembaga pengelola sampah.
kawasan komersial, kawasan industri, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas
(2). Pemerintah daerah dapat membentuk BLUD Persampahan setingkat unit kerja pada
Pasal 15 Tugas RT
(1). Lembaga pengelola sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1)
tangga dan alat angkut dari tempat sampah rumah tangga ke TPS; dan
(2). Lembaga pengelola sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) tingkat
(3). Lembaga pengelola sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) tingkat
Lembaga pengelola sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) pada
kawasan komersial, kawasan industri, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya
mempunyai tugas :
(1). BLUD Persampahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) mempunyai
persampahan.
(2). BLUD Persampahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didasarkan atas:
undangan;
BLUD Persampahan dapat memungut dan mengelola biaya atas barang dan/atau
jasa layanan pengelolaan sampah sesuai tarif yang ditetapkan dengan keputusan
kepala daerah.
(1). Kepala daerah melakukan penilaian kepada perseorangan, lembaga, dan badan
usaha terhadap:
dengan berpedoman pada Peraturan Menteri ini paling lambat 2 (dua) tahun sejak
ditetapkan.
(2). Peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat :
b. lembaga pengelola;
d. perizinan;
g. retribusi;
i. peran masyarakat;
Perizinan
Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha pengelolaan sampah wajib memiliki
masyarakat.
Pemberian Insentif
Pemerintah memberikan:
(1). Pemerintah daerah dapat memberikan insentif kepada lembaga dan badan usaha
yang melakukan :
melakukan :
Pasal 22 Insentif
(1). Insentif kepada lembaga dan perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
b. pemberian subsidi.
(2). Insentif kepada badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dapat
berupa :
a. pemberian penghargaan;
c. pengurangan pajak daerah dan retribusi daerah dalam kurun waktu tertentu;
e. pemberian subsidi.
Pasal 25
Pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dan Pasal 21
Disinsentif
Pasal 21
Pasal 23 Disinsentif
(1). Disinsentif kepada lembaga dan perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
dapat berupa :
(2). Disinsentif kepada badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dapat
berupa :
a. a.penghentian subsidi;
Kompensasi
memberikan kompensasi kepada orang sebagai akibat dampak negatif yang ditimbulkan
Kompensasi berupa:
a. relokasi;
b. pemulihan lingkungan;
Pasal 31 Kompensasi
(1). Pemerintah daerah memberikan kompensasi kepada orang sebagai akibat dampak
sampah.
a. relokasi;
b. pemulihan lingkungan;
e. bentuk lain.
Pasal 32
Tata cara pemberian kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2)
sebagai berikut :
Larangan
b. mengimpor sampah;
e. membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan;
akhir; dan/atau
sampah.
c. Mengelola sampah tidak pada tempat dan waktu yang telah disediakan dan ditentukan.
d. Membuang sampah tidak pada tempat dan waktu yang telah disediakan dan
ditentukan.
f. Membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah
Sanksi Administratif
a. paksaan pemerintahan;
c. pencabutan izin.
Ketentuan Pidana
Setiap orang yang secara melawan hukum memasukkan dan/atau mengimpor sampah
rumah tangga dan/atau sampah sejenis sampah rumah tangga ke dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia diancam dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga)
tahun dan paling lama 9 (sembilan) tahun dan denda paling sedikit Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Setiap orang yang secara melawan hukum memasukkan dan/atau mengimpor sampah
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda
paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
Pengelola sampah yang secara melawan hukum dan dengan sengaja melakukan
4 (empat) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp
miliar rupiah).
Jika tindak pidana mengakibatkan orang mati atau luka berat, pengelola sampah
diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima
belas) tahun dan denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan
dengan tidak memperhatikan norma, standar, prosedur, atau kriteria yang dapat
lingkungan, dan/atau perusakan lingkungan diancam dengan pidana penjara paling lama
3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Jika
tindak pidana mengakibatkan orang mati atau luka berat, pengelola sampah diancam
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
1. Setiap orang atau badan yang melakukan pelanggaran terhadap larangan sebagaimana
dimaksud pada pasal 20 diancam dan dipidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan
perizinan sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (2) diancam dengan pidana
kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 10.000.000
dalam pasal 41, sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan
paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 10.000.000 (sepuluh
juta rupiah).
Pembiayaan
sampah.
Pembiayaan bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta anggaran
(1). Pembinaan Menteri dalam pengelolaan sampah di daerah dibiayai dari anggaran
pendapatan dan belanja negara dan/atau pembiayaan lainnya yang sah dan tidak
mengikat.
(4). Pengelolaan sampah di kabupaten/kota dibiayai dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah kabupaten/kota dan/atau pembiayaan lainnya yang sah dan tidak mengikat.
(2). Retribusi pelayanan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digolongkan
d. biaya pengelolaan.
peraturan perundang-undangan.
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga & Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas :
b. penanganan sampah
Pengurangan Sampah
a. menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu;
menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang,
dapat diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.
Peran Masyarakat
daerah;
sampah.
Pasal 34
Pasal 35
a. sosialisasi;
b. mobilisasi;
e. pemberian insentif.
Pemerintah Daerah.
Penanganan Sampah
a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis,
b. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat
dan/atau
d. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil
sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka paling lama 1 (satu) tahun
Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan
sistem pembuangan terbuka paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak berlakunya
Undang-Undang ini.
khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya yang belum memiliki
membangun atau menyediakan fasilitas pemilahan sampah paling lama 1 (satu) tahun.
masyarakat; dan
dalam memenuhi kebutuhan mengguna ulang, mendaur ulang, dan penanganan akhir
sampah.
(1). Pemerintah daerah dalam mengurangi sampah dilakukan dengan cara pembatasan
memanfaatkan hasil daur ulang, pemasaran hasil produk daur ulang, dan guna
ulang sampah.
a. pemilahan;
b. pengumpulan;
c. pengangkutan;
d. pengolahan; dan
Pemilahan Sampah
kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas
lainnya.
Pengumpulan Sampah
sampah dari tempat sampah rumah tangga ke TPS/TPST sampai ke TPA dengan tetap
Pengangkutan Sampah
dengan cara:
daerah;
d. sampah dari fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya dari sumber
pemerintah daerah.
Pengolahan Sampah
secara aman.
Pasal 10
sampah yang aman dan ramah lingkungan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3) Penyediaan TPS/TPST dan TPA sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota.
Pasal 11
Pasal 12
TPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal 11 dapat diubah menjadi TPST
1. Sampah yang dihasilkan dari suatu kegiatan, wajib dipilah antara sampah organik,
2. Sampah yang sudah dipilah wajib ditampung pada TPS atau TPS B3 ditempat yang
terpisah
2. TPS ditempatkan pada lokasi yang mudah dicapai oleh petugas sampah dan terlindung
3. Bentuk dan ukuran serta penempatan TPS ditentukan oleh instansi teknis.
Aspek pembiayaan merupakan aspek yang sangat penting dalam pengelolaan sampah,
Aspek pembiayaan dapat dikatakan sebagai ujung tombak dalam pengelolaan sampah
karena akan sangat mempengaruhi aspek lainnya terutama aspek teknis operasional seperti
dalam penyediaan sarana prasarana pengelolaan sampah seperti wadah sampah, dan truk
pengangkut sampah. Pada umumnya sumber pembiayaan pengelolaan sampah berasal dari
retribusi yang dibebankan kepada masyarakat dan berasal dari pemerintah (melalui
subsidi). Dana untuk pengelolaan persampahan/ kebersihan suatu kota besarnya 5-10%
dari APBD. Selain itu, diusahakan agar biaya pengelolaan sampah dapat diperoleh dari
masyarakat (± 80%), dan Pemerintah Daerah menyediakan ± 20% untuk pelayanan umum
Untuk Kota Bukittinggi, biaya pengelolaan persampahan dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Kota Bukittinggi melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
yakni pada tahun 2012 sebesar Rp, 4,166,855,000, tahun 2013 sebesar Rp 5,770,700,000
Penerimaan daerah dari retibusi persampahan mengalami fluktuasi setiap tahunnya yakni
pada tahun 2009 sebesar Rp 524,891,100, tahun 2010 sebesar Rp 581,678,500, tahun 2011
Tabel 6.33
Penerimaan Retribusi Sampah Kota Bukittinggi
Sumber : Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bukittinggi Tahun 2014
diperoleh hasil melalui analisis korelasi statistik bahwa faktor status hak kepemilikan
rumah memberikan pengaruh yang lebih nyata terkait perlakuan masyarakat terhadap
sampah. Jika hak milik rumah pribadi, maka tingkat kepedulian terhadap pengelolaan
sampah bisa diarahkan dan dibina baik melalaui institusi maupun berbasis masyarakat.
Seperti yang diketahui sebelumnya ada sekitar ± 25% masyarakat yang masih melakukan
upaya yang dilarang dalam mengolah sampah (menimbun dan/ atau membakar sampah),
Pada Tabel 6.34 berikut diperlihatkan bahwa sekitar ± 58% masyarakat Kota Bukittinggi
Tabel 6.34
Persentase Status Kepemilikan Rumah Masyarakat
Kota Bukittinggi
Persentase
No Hak Milik Rumah
(%)
1 Diwariskan 0,00
2 Milik Pribadi 58,33
3 Milik Keluarga 16,67
4 Kontrak 25,00
Total 100
Sumber: Hasil Survey Konsultan, 2014
Sedangkan faktor pekerjaan dan lama tinggal menjadi faktor yang berperan nyata terkait
tingkat peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan Kota Bukittinggi. Semakin
untuk meluangkan waktu sehingga ikut andil dalam persampahan lingkungan tempat
tinggal. Hasil analisis statistik hubungan antara variabel karakteristik masyarakat terhadap
perlakuan sampah dan tingkat peran serta, dapat dilihat pada Tabel 6.35 berikut
Tabel 6.35
Hubungan Variabel Karakteristik Masyarakat Terhadap Perlakuan Sampah
dan Tingkat Peran Serta Masyarakat
kebijakan pengurangan sampah sejak dari sumbernya dengan program unggulan 3R serta
sasaran yang harus dicapai pada tahun 2014 sebesar 20%, pada dasarnya merupakan tugas
yang berat bagi semua pihak dalam mewujudkan upaya tersebut. Mengingat kondisi
yang ada saat ini, baru sekitar kurang dari 3% sampah yang dapat dikurangi atau
dimanfaatkan. Namun demikian dengan berbagai gerakan yang ada di tingkat masyarakat
baik melalui peranan tokoh masyarakat, LSM, fasilitator dan kader Lingkungan ataupun
pemerintah kota, telah banyak praktek-praktek unggulan (best practice) 3R yang cukup
sukses dan dapat direplikasikan di tempat lain, sehingga target pengurangan 20%
TPA Panorama Baru dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi.
Sampah yang dibuang ke TPA Panorama Baru adalah berasal dari sampah permukiman,
pertokoan, pasar, perkantoran, penyapuan jalan serta sampah dari sarana umum lainnya.
Berdasarkan jadwal/rute pengambilan sampah TPS dan Kontainer yang dilayani, wilayah
pengelolaan sampah mencakup seluruh wilayah administrasi Kota Bukittinggi dengan luas
2
lahan secara keseluruhan TPA Panorama Baru adalah ± 35.000m yang sebagian besarnya
Meskipun begitu, pengolahan sampah di TPA Panorama Baru tidak sesuai dengan kaidah
pengolahan sampah sesuai dengan UU no 18 tahun 2008. TPA Panorama Baru masih
menerapkan sistem open dumping. Padahal yang disarankan adalah sistem sanitary
landfill. Oleh sebab itu dilakukan kegiatan penutupan TPA Panorama Baru. Selanjutnya
Operasional.
TPA Panorama Baru dalam hal kondisi eksisting dan pengoperasiannya saat ini memiliki
sangat banyak kelemahan dan kekurangan, selain sistemnya yang menggunakan sistem
terbuka, dari segi kelengkapan sarana dan fasilitaspun TPA Panorama Baru sangat minim
sekali. Seperti; tidak adanya pagar keliling, tidak adanya bangunan workshop,
pengaliran air hujan yang tidak difasilltasi dengan saluran drainase yang mengakibatkan
leachate yang terjadi pada musim hujan akan semakin besar, serta tidak adanya saluran
leachate, dimana leachate yang dihasilkan lang sung mengalir ke aliran sungai terdekat,
Jadi ditinjau dari aspek teknisnya, TPA Panorama Baru sebenarnya tidak layak beroperasi.
Jika TPA Panorama Baru masih tetap dioperasikan hingga tahun 2013, maka diperlukan
tersebut. Sarana yang dibutuhkan seperti pagar keliling, bangunan workshop, saluran
drainase, dan saluran leachate. Berikut beberapa aspek perencanaan yang diperlukan dalam
Jalan Operasi
2) Jalan operasi yang diperlukan adalah mulai dari jalan masuk sekunder sampai ke lokasi
dengan bahu jalan kanan dan kiri 2 x 2 meter, sebagaimana terlihat pada album gambar.
Pagar Keliling
a. Pagar keliling direncanakan sebagai pengaman lokasi TPA dari gangguan orang-orang
yang tidak berkepentingan. Hal ini dimaksudkan agar operasional penimbunan sampah
b. Konstruksi pagar keliling menggunakan kawat berduri yang dilengkapi dengan tiang
c. Pagar direncanakan rnengelilingi lokasi TPA, disamping itu pagar juga dilengkapi
dengan pintu masuk selebar 7 meter yang diletakkan di dua lokasi yaitu pada pintu
d. Detail gambar paqar keliling TPA sebagaimana terlihat pada Lampiran gambar.
a. Tanggul penyangga sampah dibuat untuk menyangga sampah yang dibuang agar tidak
menyebar ke luar areal TPA khususnya di lokasi TPA yang elevasinya lebih rendah.
b. Letak tanggul di sekeliling batas luar TPA dengan elevasi atas tanggul menyesuaikan
c. Konstruksi tanggul dibuat dari pasangan batu kali, dikarenakan mempunyai ketinggian
lebih dari 5 meter, maka tanggul diberi penguat dari beton bertulang berupa kolom
tetapi dibuat bertahap setiap ketinggian 4 meter. Setelah terisi sampah kemudian
Bangunan Kantor
Bangunan kantor merupakan fasilitas penunjang yang ada di lokasi TPA, yang bertujuan
sebagai ruang kerja dan ruang penyimpan dan peralatan ringan. Bangunan kantor
Bangunan kantor ini tidak dilengkapi dengan sarana sanitasi karnar mandi dan WC serta
Workshop
Workshop direncanakan berfungsi sebagai bengkel kerja dan pekerjaan pemisahan sampah
untuk pengelolaan khusus sampah. Bangunan workshop terdiri dari rangka baja dan lantai
dari beton.
Mengacu pada UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah pasal 44 ayat 2
"Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan sampah yang menggunakan sistem
pembuangan terbuka paling lama 5 (lima) tahun sejak berlakunya Undang-Undang ini",
maka TPA Panorama Baru Kota Bukittinggi sudah harus ditutup. Tapi karena belum
tersedianya lahan TPA yang baru maka untuk operasional pembuangan sampah Kota
Bukittinggi masih menggunakan TPA Panorama Baru sampai dengan Tahun 2013 dengan
perbaikan beberapa fasilitas di TPA Panorama Baru tersebut untuk meminimalisir dampak
lingkungan yang akan terjadi. Upaya-upaya yang harus dilakukan setelah penutupan akhir
TPA diantaranya yaitu dengan menutup tumpukan sampah dengan penutup tanah akhir,
leachate, adanya daerah penyangga, dan reklamasi lahan, serta monitoring kualitas
Sumber terbesar dari timbulnya leachate adalah akibat infiltrasi air melalui bagian atas
landfill, baik melalui presipitasi langsung atau melalui limpasan yang masuk. Oleh
karenanya aplikasi penutup akhir pada landfill memiliki peranan yang sangat penting.
Ketebalan penutup akhir ini berkisar 50 – 100 cm. Penutup akhir ini diharapkan tetap
berfungsi walaupun sarana ini sudah tidak digunakan lagi yang mungkin membutuhkan
waktu sampai 30 tahun (pasca operasi). Kemiringan tanah penutup akhir hendaknya tidak
lebih dari 30° (perbandingan 1:3) untuk menghindari erosi. Diatas tanah penutup akhir
Pengontrolan terhadap gas yang terbentuk sehingga tidak menurunkan kualitas udara;
Pengontrol debu;
Menjamin agar tanaman atau tumbuhan dapat tumbuh secara baik setelah
saran ditutup.
Lapisan permukaan, berupa tanah setempat sebagai media tanam bagi tanaman (±1-2
ft) ;
Lapisan pelindung, dapat digunakan tanah setempat atau didatangkan dari tempat lain;
(± 1 ft);
Sumur Monitoring
leachate terhadap air tanah di sekitar TPA dengan ketentuan sebagai berikut :
Terletak pada area pos jaga (sebelum lokasi pengurugan sampah), di lokasi sekitar
Konstruksi dari sumur monitoring harus didasarkan pada data ketinggian muka air. Selain
itu sumur monitoring juga harus memperhatikan komposisi dari material yang akan
dipergunakan, material yang biasa digunakan untuk pemasangan dan konstruksi adalah
PVC, teflon, lapisan seng, stainless stell dan beton. Pemilihan material konstruksi harus
geofisika. Pada tabel 5.15 diperlihatkan keuntungan dan kerugian dari material yang
digunakan.
Daerah penyangga dapat berfungsi untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan
oleh kegiatan-kegiatan yang ada pada TPA terhadap lingkungan sekitarnya. Daerah
penyangga dapat berupa [alur hijau atau pagar tanaman di sekelilinq TPA, dengan
Jenis tanaman yang digunakan adalah tanaman tinggi yang dikombinasikan dengan
tanaman perdu yang mudah tumbuh dan rimbun. Jenis pohon dapat memenuhi
Secara keseluruhan, kontrol terhadap kondisi TPA yang meliputi kontrol leachate, gas,
Run-off, dan lain-lain dilakukan secara periodik 1 x 3 bulan selama 20 tahun secara
kontiniu.
leachate dan gas berlangsung dalam waktu yang sangat lama ± 30 tahun (Tchobanoglous,
1993), maka lahan bekas TPA direkomendasikan untuk lahan terbuka hijau atau sesuai
dengan rencana tata guna lahannya. Reklamasi lahan bekas TPA berkaitan dengan
konstruksi tanah penutup akhir. Untuk lahan terbuka hijau, ketebalan tanah penutup
disyaratkan adalah 1 meter (tergantung jenis tanaman yang akan ditanam) ditambah
lapisan top soil. Sedangkan untuk peruntukkan bangunan, persyaratan penutupan tanah
akhir harus disesuaikan dengan konstruksi jalan dan faktor keamanan sesuai dengan
Monitoring kualitas pasca operasi TPA diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya
pencemaran baik karena kebocoran lapisan dasar TPA, jaringan pipa penyalur dan
pengumpul leachate, proses pengolahan leachate yang tidak memadai maupun kebocoran
pipa ventilasi gas. Fasilitas yang diperlukan untuk monitoring adalah sumur monitoring
Kualitas air permukaan maupun air tanah dengan parameter BOD/COD, Sulfat,
Chlorida;
Kepadatan lalat.
sedangkan untuk parameter yang lebih lengkap dapat dilakukan 1-2 kali setahun (musim
Hal tersebut bisa dicapai dengan melakukan beberapa usaha. Usaha-usaha yang dilakukan
Bukittinggi. Program bisa dipahami sebagai kumpulan beberapa kegiatan yang mengarah
kepada sebuah perubahan sesuai dengan strategi yang telah disusun. Tidak hanya terbatas
pada implementasi fisik, tetapi juga mencakup usaha menjaga keberlangsungan operasi
infrastruktur yang ada. Bisa dari sisi keuangan (tersedianya biaya Operasi dan
eksisting yang menjadi bahan acuan untuk perencanaaan. Program dan kegiatan yang
dituangkan dan akan direncanakan jangka pendek dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dan
jangka menengah dalam kurun waktu 6 (enam) sampai 10 (sepuluh tahun) serta jangka
panjang dalam kurun waktu 11 (sebelas) sampai 20 (dua puluh tahun) harus berdasarkan
sasaran yang akan dicapai dalam kurun waktu tersebut sehingga terjadi keselarasan antara
Tahapan kegiatan yang senantiasa harus dilakukan secara simultan dan berkelanjutan
dengan melibatkan semua stakeholder yang terkait dalam pengelolaan sampah antara lain
koordinasi, diseminasi, law enforcement dan kebijakan politik. Beberapa keuntungan yang
dapat diperoleh dari pelaksanaan program ini adalah tidak memerlukan lahan TPA, dapat
menghasilkan nilai tambah hasil pemanfaatan sampah menjadi barang yang memiliki nilai
lapangan kerja dengan berdirinya badan usaha yang mengelola sampah menjadi bahan
Kota Bukittinggi tahun 2015 – 2034 ini disusun untuk menjawab permasalahan dan strategi
pengelolaan sampah dalam jangka pendek, menengah dan panjang. Program ini mencakup
pengelolaan persampahan kota baik secara teknis maupun non teknis termasuk perlunya
bisa beroperasi/ masa layan TPA sampai pada tahun 2039), jikalau terjadi sesuatu hal yang
mengakibatkan TPA Regional tersebut tidak bisa beroperasi optimal serta upaya penutupan
TPA Panorama Baru Kota Bukittinggi yang dahulunya bertentangan dengan kaidah
pengelolaan sampah.
Tabel 7.1 Rekapitulasi Rencana Program Dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2015 - 2019
I ASPEK TEKNIS 4.774 11.146 8.668 8.012 8.658 41.258 37.726 - 3.532 - - 41.258
II ASPEK PERATURAN DAN 50 200 220 242 266 978 978 - - - - 978
PERUNDANG-UNDANGAN
III ASPEK KELEMBAGAAN 200 523 575 682 695 2.675 2.675 - - - - 2.675
V ASPEK PERAN SERTA 475 1.210 1.331 1.464 1.611 6.091 6.091 - - - - 6.091
MASYARAKAT DAN
DUNIA USAHA
Tabel 7.2 Rekapitulasi Rencana Program Dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2020 - 2024
Indikasi Pembiayaan Sumber Pembiayaan
(Juta Rupiah) Jumlah (Juta Rupiah) Jumlah
(Juta (Juta
No Sub Komponen
Rupiah) Rupiah)
SWASTA MASYA
2020 2021 2022 2023 2024 KOTA PROV. APBN RAKAT
/CSR
I ASPEK TEKNIS 8.391 11.725 11.793 15.449 13.486 60.843 57.693 - 3.150 - - 60.843
II ASPEK PERATURAN DAN 300 330 363 399 439 1.832 1.832 - - - - 1.832
PERUNDANG-UNDANGAN
III ASPEK KELEMBAGAAN 25 193 212 233 256 918 918 - 3.150 - - 918
IV ASPEK KEUANGAN 150 165 182 200 220 916 916 - 6.300 - - 916
V ASPEK PERAN SERTA 1.735 1.909 2.099 2.309 2.540 10.592 10.592 - 9.450 - - 10.592
MASYARAKAT DAN
DUNIA USAHA
Tabel 7.3 Rekapitulasi Rencana Program Dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2025 - 2029
Indikasi Pembiayaan Sumber Pembiayaan
(Juta Rupiah) Jumlah (Juta Rupiah) Jumlah
(Juta (Juta
No Sub Komponen
Rupiah) Rupiah)
SWASTA MASYA
2025 2026 2027 2028 2029 KOTA PROV. APBN
/CSR RAKAT
I ASPEK TEKNIS 10.723 12.510 12.963 18.744 17.881 72.822 72.822 - - - - 72.822
II ASPEK PERATURAN DAN 400 440 484 532 586 2.442 2.442 - - - - 2.442
PERUNDANG-UNDANGAN
III ASPEK KELEMBAGAAN 175 175 175 175 175 875 875 - - - - 875
IV ASPEK KEUANGAN 300 330 363 399 439 1.832 1.832 - - - - 1.832
V ASPEK PERAN SERTA 1.650 1.815 1.997 2.196 2.416 10.073 10.073 - - - - 10.073
MASYARAKAT DAN
DUNIA USAHA
Tabel 7.4 Rekapitulasi Rencana Program Dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2030 - 2034
Indikasi Pembiayaan Sumber Pembiayaan
(Juta Rupiah) Jumlah (Juta Rupiah) Jumlah
(Juta (Juta
No Sub Komponen
Rupiah) Rupiah)
PROV SWASTA MASYA
2020 2021 2022 2023 2024 KOTA APBN
. /CSR RAKAT
I ASPEK TEKNIS 17.055 18.211 20.637 23.000 24.348 103.250 103.250 - - - - 103.250
II ASPEK PERATURAN DAN 600 660 726 799 878 3.663 3.663 - - - - 3.663
PERUNDANG-UNDANGAN
III ASPEK KELEMBAGAAN 550 605 666 732 805 3.358 3.358 - - - - 3.358
IV ASPEK KEUANGAN 450 495 545 599 659 2.747 2.747 - - - - 2.747
V ASPEK PERAN SERTA 1.900 2.750 3.025 3.328 3.660 14.663 14.663 - - - - 14.663
MASYARAKAT DAN
DUNIA USAHA
7.2. Uraian Program dan Kegiatan Jangka Pendek Tahun 2015 sampai 2019
Pada program dan kegiatan jangka pendek, ditargetkan bahwa pengelolaan persampahan
Kota Bukittinggi akan terbagi atas dua zona, yakni zona A dan zona B. Pembagian zona ini
dapat dilihat pada gambar 7.1. Pada akhir jangka pendek, zona A ditargetkan bebas dari
kontainer di jalan utama dan pengangkutan sampah 100% dengan metode door to door
menggunakan gerobak sampah bersekat, becak sampah bersekat dan becak motor bersekat.
Sekat yang digunakan ada 2 (dua) buah yakni sampah yang bisa dikompos dan sampah
yang tidak bisa dikompos. Hal ini kemungkinan besar bisa diterapkan setelah tahun 2016,
menimbang pembangunan SPA yang terintegrasi TPST sebagai sentral dalam pengolahan
sampah di zona A ini baru bisa beroperasi pada tahun 2017. Sampah zona A yang
terangkut ini nantinya akan dibawa dan dikumpulkan di SPA-TPST untuk dilakukan
pengolahan berupa kompos dan penjualan sampah daur ulang. Pengomposan menggunakan
teknologi Rotary Kiln yang mampu menghasilkan kompos dalam waktu 6-8 hari.
Keunggulan teknologi rotary kiln adalah tidak menggunakan lahan yang luas serta hasil
kompos diperoleh lebih cepat, sehingga memungkinkan semakina banyaknya sampah yang
bisa diolah. Semakin banyak sampah yang bisa diolah, maka potensi pengurangan sampah
yang terangkut ke TPA Regional semakin besar. Selain itu, juga pertimbangan target 3R
yang dituju dalam pengelolaan persampahan kota, dan keinginan pemerintah kota agar
Setiap tahunnya pada jangka pendek ini, dilakukan peningkatan kemampuan pengomposan
sampah dengan melakukan penambahan alat pengomposan yaitu Rotary Kiln tersebut.
Untuk ke depannya kegiatan pengolahan ini akan dikaitkan dengan istilah sistem 3R dalam
persampahan kota. Residu dari SPA-TPST ini akan dibawa ke TPA Regional Payakumbuh.
Rute pengangkutan sampah dari zona A ke SPA-TPST dapat dilihat pada gambar 7.2.
Mengenai zona B, ditargetkan pada akhir jangka pendek yaitu pendirian TPS 3R binaan
DKP. Pada TPS 3R ini selain berbasis institusi akan dikembangkan dengan
mengoptimalkan peran serta masyarakat. Pihak DKP akan mengadakan kerjasama dengan
struktur pemerintahan terendah, yakni RT/RW dan melakukan perekrutan operator serta
melakukan pelatihan untuk operasional TPS 3R binaan DKP tersebut. Pada tahun pertama,
mungkin pelayanan akan mencakup 100 KK yang kemudian akan dikembangkan setiap
tahunnya. TPS 3R binaan DKP ini akan dimulai di Kelurahan Aur Kuning menimbang
adanya bantuan prasarana berupa gedung TPS dari pihak pemerintah provinsi. Sampah dari
KK di zona B yang tidak terlayani oleh TPS 3R binaan DKP ini akan diangkut langsung ke
Teknologi pengomposan yang diterapkan di TPS 3R adalah dengan metode cetakan yang
bisa menghasilkan kompos dalam waktu 12-14 hari. Metode ini dipilih karena ini adalah
metode yang cukup murah-menimbang ini akan dikaitkan dengan peran serta masyarakat.
Selain itu, dengan metode cetakan, volume sampah yang bisa diolah bisa dilakukan lebih
banyak karena metode cetakan ini bisa ditumpuk dalam satu ruangan. Mengenai penjualan
sampah daur ulang, akan dilaksanakan dalam bentuk bank sampah, dimana nasabahnya
adalah masyarakat yang dilayani oleh TPS 3R Binaan DKP tersebut. Sebelumnya, pihak
DKP tentu perlu mengadakan kesepakatan dengan bandar/ lapak/ swasta guna
menyalurkan sampah yang potensi daur ulang tersebut untuk dijual, sehingga
menghasilkan keuntungan.
sarana ini dilakukan lewat menjalin kerjasama dengan RT/RW hingga kelurahan. Selain itu
juga dilakukan pemberdayan pihak swasta untuk mengelola dan mengangkut sampahnya
ke SPA-TPST seperti perhotelan di zona A. Uraian secara detail program dan kegiatan
kegiatan diuraikan pada tabel 7.5. Sedangkan pada Gambar 7.3 dapat dilihat simulasi
sebaran SPA-TPST serta TPS 3R binaan DKP Kota Bukittinggi di akhir jangka pendek
Gambar 7.1
Gambar 7,2
Tabel 7.5
Gambar 7.3
7.3. Uraian Program dan Kegiatan Jangka Menengah Tahun 2020 sampai 2024
Jangka menengah diperlukan kegiatan pengulangan dari kegiatan di jangka pendek yang
sudah mulai terbentuk. Kegiatan ini berupa pengadaan SPA-TPST untuk zona A yang baru
agar pengurangan sampah dari timbulan total Kota Bukittinggi bisa dipertahankan dan
yang sudah ada pada jangka pendek, maka hal ini tidak akan mampu mengimbangi
Bukittinggi. Alhasil, kalau ini dibiarkan maka persentase pengurangan sampah bisa
menurun. Setelah ada duplikasi SPA-TPST maka dilakukan juga peningkatan kemampuan
mesin pengomposan.
Sementara itu pada zona B, maka perlu ditingkatkan lagi TPS 3R binaan DKP. Jika pada
jangka pendek difokuskan pada Kelurahan Aur Kuning, maka berikutnya perlu
kecamatan-kelurahan lain. Jika pada jangka pendek mungkin melayani 400 KK, maka
perlu dikembangkan lagi, yakni 100 KK per tahun di keluarahan lainnya di Kota
Bukittinggi. Ini dilakukan dengan mengadakan sosialisasi pihak pemerintah kota dan
adanya peranan masyarakat yang telah dilayani oleh TPS 3R binaan pada periode
persampahan.
Uraian secara detail program dan kegiatan pengelolaan persampahan yang dilengkapi
kegiatan serta penanggung setelah pelaksanaan kegiatan diuraikan pada tabel 7.6.
Kemudian pada Gambar 7.4 dapat dilihat simulasi sebaran SPA-TPST serta TPS 3R binaan
DKP Kota Bukittinggi di tahun 2019 sebagai akhir dari jangka menengah.
Tabel 7.6
Gambar 7.4
7.4. Uraian Program dan Kegiatan Jangka Panjang Tahun 2025 sampai 2034
Pada jangka panjang untuk zona A, dilakukan pembangunan SPA-TPST sehingga tetap
bisa dipertahankan target 3R sampah Kota Bukittinggi sebesar 20%. Pembangunan ini
Keberadaan duplikat SPA-TPST ini akan membantu kinerja SPA-TPST pada periode
sehingga bisa diperkirakan jumlah TPS 3R binaan DKP mencapai 8 unit dengan pelayanan
untuk sekitar 44% warga Kota Bukittinggi. Ini diharapkan akan meringankan jumlah
sampah yang perlu diangkut ke TPA regional Payakumbuh dan meningkatkan peran serta
Uraian secara detail program dan kegiatan pengelolaan persampahan yang dilengkapi
kegiatan serta penanggung setelah pelaksanaan kegiatan diuraikan pada tabel 7.7. dan 7.8.
Gambar 7.5 akan memperlihatkan simulasi sebaran SPA-TPST serta TPS 3R binaan DKP
Tabel 7.7
Tabel 7.8
Gambar 7.5
PEKERJAAN
PERENCANAAN TEKNIS
MANAJEMEN PERSAMPAHAN
LOKASI
KOTA BUKITTINGGI
TAHUN 2014
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI
Daftar Isi ii
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI
Daftar Isi iv
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI
Daftar Isi v
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI
Daftar Isi vi
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI
Tabel 4.11 Jalur Pengumpulan oleh Truk Sampah di Kota Bukittinggi ........ 4– 18
Tabel 4.12 Waktu Pengangkutan Sampah ke TPA Regional Payakumbuh... 4– 19
Tabel 4.13 Kegiatan 3R Berbasis Masyarakat di Kota Bukittinggi ............... 4– 35
Tabel 4.14 Data Kondisi TPA Regional Payakumbuh .................................. 4– 36
Tabel 4.15 Volume Sampah dari Kota/Kabupaten ........................................ 4– 37
Tabel 4.16 Jumlah Peralatan, Umur Ekonomis dan Harga Perolehan
Peralatan Yang Dimiliki TPA Regional Payakumbuh ................ 4– 41
Tabel 4.17 Anggaran Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi
Pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi ......... 4– 63
Tabel 4.18 Tarif Retribusi Pengelolaan Sampah Kota Bukittinggi ............... 4– 64
Tabel 4.19 Kegiatan Pemerintah kepada Masyarakat terkait
Pengelolaan Sampah Kota Bukittinggi ........................................ 4– 69
Tabel 4.20 Pengolahan Sampah Kota Bukittinggi ......................................... 4– 70
Tabel 5.1 Hasil Kuesioner Terkait Perlakuan Sampah oleh Masyarakat
Kota Bukittinggi .......................................................................... 5– 3
Tabel 5.2 Persentase Upaya Masyarakat dalam Memilah Sampah
di Sumber ..................................................................................... 5– 5
Tabel 5.3 Total Daya Tampung Sistem Pewadahan Sampah
Kota Bukittinggi .......................................................................... 5– 6
Tabel 5.4 Persentase Masyarakat yang Menggunakan Gerobak Sampah
dalam Pengumpulan Sampah Kota Bukittinggi ........................... 5– 7
Tabel 6.1 Timbulan Sampah Perumahan Kota Bukittinggi
Berdasarkan Ekonomi .................................................................. 6– 2
Tabel 6.2 Timbulan Sampah Perumahan per Kecamatan
Kota Bukittinggi .......................................................................... 6– 2
Tabel 6.3 Timbulan Sampah Non Perumahan Kota Bukittinggi ................. 6– 3
Tabel 6.4 Total Timbulan Volume Sampah Kota Bukittinggi
Tahun 2014 .................................................................................. 6– 4
Tabel 6.5 Total Timbulan Berat Sampah Kota Bukittinggi Tahun 2014 ..... 6– 4
Tabel 6.6 Timbulan Sampah Kota Bukittinggi Tahun 2014
di Kecamatan dan Kelurahan ...................................................... 6– 5
Tabel 6.7 Total Timbulan Volume Sampah Kota Bukittinggi
Daftar Isi vi i
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI
Daftar Isi vi i i
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI
Daftar Isi ix
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI
Daftar Isi x
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI
Daftar Isi xi
PERENCANAAN TEKNIS MANAJEMEN PERSAMPAHAN KOTA BUKITTINGGI
Gambar 4.16
STRUKTUR ORGANISASI
DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA BUKITTINGGI
KEPALA DINAS
SEKRETARIS
Sampah merupakan salah satu isu perkotaan yang perlu mendapatkan perhatian serius dari
seluruh pemangku kepentingan tak terkecuali Pemerintah Kota Bukittinggi. Seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya aktivitas sosial dan ekonomi
masyarakat mengakibatkan volume sampah, khususnya sampah padat yang dihasilkan
masyarakat terus mengalami peningkatan. Ditambah lagi dengan kondisi Kota Bukittinggi
sebagai kota wisata, pusat jasa dan perdagangan, pusat pendidikan dan kesehatan yang
menyebabkan Kota Bukitinggi sering dikunjungi oleh masyarakat luar. Besarnya jumlah
kunjungan ke Kota Bukittinggi menyebabkan melonjaknya volume sampah. Peningkatan
ini tentunya akan berimplikasi pada peningkatan pelayanan pengelolaan sampah perkotaan
yang efektif, efisien dan berkelanjutan. Untuk menghadapi hal tersebut, Dinas Kebersihan
dan Pertamanan Kota Bukittinggi membuat kegiatan Penyusunan Perencanaan Teknis
Manajemen Persampahan Kota Bukittinggi Tahun 2014 yang dalam hal ini dilaksanakan
oleh Konsultan CV. Ketsu Utama.
Laporan ini merupakan Laporan Akhir yang berisikan Pendahuluan, Tinjauan Kebijakan
dan Strategi Persampahan, Gambaran Umum Kota Bukittinggi, Kondisi Eksisting
Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi, Identifikasi Permasalahan Persampahan Kota
Bukittinggi, Analisa Kebutuhan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi dan Program
dan Kegiatan Penanganan Persampahan Kota Bukittinggi.
Kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Laporan Akhir ini.
Tim Penyusun
Kata Pengantar i
Tabel 7.8 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN TAHUN 2030 - 2034
KEBUTUHAN PENANGANAN MENYELURUH INDIKASI BIAYA (Juta Rp.) RESUME SUMBER PENDANAAN/PEMBIAYAAN (X Juta Rupaih)
PROGRAM / KEGIATAN SKPD Penanggungjawab SKPD/Badan Pengelola Pasca
NO DETAIL VOLUME TOTAL TAHUN ANGGARAN TOTAL SWASTA MASYAR TOTAL
SAT KOTA PROV. APBN Pelaksanaan Konstruksi
(Output / Sub Output / Komponen ) LOKASI 2030 2031 2032 2033 2034 VOL. 2030 2031 2032 2033 2034 BIAYA /CSR AKAT BIAYA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
I ASPEK TEKNIS
B ZONA B
JUMLAH ASPEK TEKNIS 19,919 21,361 24,102 26,812 28,541 120,735 120,735 - - - - 120,735