BAB I
P E N D A H U L UA N
Sampah merupakan hal yang sangat kompleks dewasa ini, menurunnya kualitas
pengelolaan sampah nasional secara signifikan umumnya mulai terjadi sejak
krisis ekonomi yang berkepanjangan menimpa seluruh kota di indonesia,
sehingga berdampak pada penurunan kinerja sarana dan prasarana
persampahan serta menurunnya kapasitas pembiayaan dan retribusi.
Adanya berbagai komitmen internasional seperti pemenuhan target MDGs yang
mensyaratkan peningkatan pelayanan separuh dari jumlah penduduk yang
belum mempunyai akses pelayanan persampahan sampai tahun 2015 (kurang
lebih 70 % pada tahun 2015) dan pengurangan emisi berdasarkan Kyoto
Protocol, menuntut kesungguhan semua stakeholders persampahan baik di
tingkat pusat, daerah, dunia usaha dan masyarakat untuk meningkatkan system
pengelolaan persampahan agar berkelanjutan.
Hal ini menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi pemerintah Kota Bandung
untuk memulai membenahi manajemen persampahan secara lebih modern atau
‘terpadu’ dan meninggalkan pola-pola konvensional yang sebelumnya
dipraktekkan. Hal tersebut menggariskan kebijakan pengelolaan persampahan
Kota Bandung yang termasuk dalam Peraturan Daerah No 09 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Sampah, antara lain menegasnya adanya tugas dan
kewenangan pemerintah daerah antara lain untuk :
Peraturan Daerah No. 18 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah
Kota Bandung, Pada Pasal 84 mengamanatkan bahwa perwujudan prasarana
pengelolaan lingkungan dalam peningkatan system persampahan kota, antara
lain terdiri atas: Menyusun masterplan persampahan kota dan melakukan studi
lokasi untuk implementasi pengelolaan sampah terpadu 3R skala kawasan dan
skala kota, sehingga ketetapan target pengurangan sampah (Pasal 19), sebesar
20% pada tiga tahun pertama; 30% pada lima tahun berikutnya dan 5%
kenaikkan setiap lima tahun sampai dengan tahun 2025 semoga bisa
terlaksanakan.
1.2.2. Sasaran
Pekerjaan ini mempunyai sasaran sebagai berikut :
1. Tersedianya rencana peningkatan sistem pengelolaan persampahan secara
terperinci dalam kurun waktu ± 20 tahun kedepan , baik diihat dari aspek
teknis operasional, aspek ekonomis (pembiayaan), aspek kelembagaan,
pengaturan/hukum, dan aspek peran serta masyarakat, sehingga sistem
tersebut dapat dipertanggungjawabkan, fleksibel, aplikatif, mudah dipahami
dan siap untuk diterapkan secara bertahap sesuai kemampuan pemerintah
daerah.
2. Tersedianya acuan bagi para pengambil keputusan berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan, operasi dan pemeliharaan serta pengelolaan
prasarana dan sarana persampahan serta meningkatkan kemampuan
instansi pengelola dalam melaksanakan kegiatan operasi dan pemeliharaan.
3. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengelola sampah secara
mandiri berbasis 3R.
4. Dari hasil diagnosis dan analisis SWOT, maka disusun suatu Rencana Induk
(Master Plan) persampahan Kota Bandung melalui pentahapan berdasarkan
periode jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Dalam
Rencana Induk tersebut dikembangkan pula konsep-konsep yang
mengakomodasi prinsip kemitraan (partnership) antara berbagai
stakeholders persampahan, skenario-skenario pembiayaan, pengembangan
strategi penerapan teknologi pengelolaan persampahan dan akseptansi
politis dan sosial terhadap Rencana Induk tersebut.
Secara garis besar sistematika pembahasan pada laporan akhir ini adalah
sebagai berikut berikut :
BAB 1 : PENDAHULUAN
Berisi uraian latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup wilayah
dan kegiatan, serta sistematika pembahasan
Berisi tentang gambaran Kota Bandung yang meliputi aspek fisik, sosial
budaya, dan sosial ekonomi