Abstract: Waste is common problem faced by many cities in Indonesia, but not all cities have provided a good
waste services. One of the factors that affect the low level waste services in a city is a form of waste management
agency or institution. In general, the capacity or the ability of the waste service institutions in many cities are
smaller than the amount of waste that should they manage. The research has been done in 2013, by using
qualitative methods. It is concluded that the institution of waste management needs to be split between the
regulator and the operator. Dinas works as regulator and BLUD as operator. The separation of role on institution
of the waste management will lead the institutions work getting more effective and efficient.
Keywords: Waste management institution, waste management, waste services.
Abstrak: Sampah termasuk permasalahan lingkungan yang dihadapi banyak kota di Indonesia, namun belum
semua kota telah memberikan pelayanan persampahan dengan baik. Salah satu faktor yang memengaruhi
rendahnya tingkat pelayanan persampahan di suatu daerah adalah bentuk lembaga atau institusi pengelola
sampah yang pada umumnya kapasitas atau kemampuan institusi atau pengelola di daerah lebih kecil jika
dibandingkan dengan jumlah sampah yang harus mereka kelola. Melalui penelitian yang dilakukan pada tahun
2013, dengan menggunakan metode kualitatif disimpulkan bahwa institusi pengelola sampah di daerah perlu
memisahkan antara regulator dan operator sehingga pengelolaan sampah di daerah dapat berjalan efisien dan
efektif. Regulator dijalankan oleh Dinas dan operator dijalankan oleh Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Kata kunci: Lembaga pengelola sampah, pengelolaan sampah, pelayanan persampahan.
Sri Nurhayati Qodriyatun, Bentuk Lembaga yang Ideal dalam Pengelolaan Sampah | 13
karena volume sampah terus meningkat dengan c. Dinas Kebersihan, merupakan SKPD yang
komposisi sampah non-organik yang juga terus akan memberikan percepatan dan pelayanan
bertambah, terutama di kawasan perkotaan. pada masyarakat dan bersifat nirlaba. Dinas
Masalah lingkungan yang muncul antara lain ini dibentuk karena aktivitas dan volume
adalah penyumbatan sungai dan saluran air akibat pekerjaan yang sudah meningkat;
sampah, menjadi sumber penyakit, menimbulkan d. Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan,
polusi pada air tanah, lapisan tanah, juga polusi merupakan organisasi pengelola yang dibentuk
udara. bila permasalahan di kota tersebut sudah
Rendahnya sampah yang diangkut oleh cukup luas dan kompleks. Pada prinsipnya
petugas kebersihan memperlihatkan masih PD Kebersihan ini tidak lagi disubsidi oleh
rendahnya tingkat pelayanan persampahan yang pemerintah daerah sehingga efektivitas
ada. Rendahnya tingkat pelayanan persampahan penarikan retribusi akan lebih menentukan.
yang ada di suatu daerah salah satunya dipengaruhi Bentuk ini sesuai untuk kota metropolitan.
oleh bentuk lembaga atau instansi yang mengelola
Beragamnya bentuk lembaga atau instansi
persampahan yang ada. Lembaga atau instansi
pengelola sampah terjadi setelah PP No. 8 Tahun
pengelola persampahan merupakan motor
2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat
penggerak seluruh kegiatan pengelolaan sampah dari
Daerah dikeluarkan. Peraturan tersebut
sumber sampai TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
dikeluarkan dalam rangka efisiensi sumber daya
Kondisi kebersihan suatu daerah merupakan output
sehingga jumlah dinas di daerah dibatasi. Setelah
dari rangkaian pekerjaan manajemen pengelolaan
dikeluarkannya peraturan tersebut, pengelola
persampahan yang keberhasilannya juga ditentukan
sampah di kota/kabupaten yang semula umumnya
oleh faktor-faktor lain. Kapasitas dan kewenangan
telah berbentuk Dinas Kebersihan kemudian
instansi pengelola persampahan menjadi sangat
terpaksa digabung dengan berbagai Dinas lainnya
penting karena berdasarkan UU Pengelolaan
yang pemilihannya ditentukan oleh kota/kabupaten
Sampah dan UU Pemerintahan Daerah (UU No.
sendiri sejalan dengan misi otonomi. Sebagai
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah),
akibatnya ada yang berbentuk Dinas Kebersihan,
masalah persampahan merupakan tanggung jawab
Sub-Dinas Kebersihan, Seksi Kebersihan, Sub-
pemerintah kabupaten/kota dan menjadi urusan
Seksi Kebersihan, Unit Kebersihan, Kantor
wajib dari pemerintah kabupaten/kota (Lampiran
Kebersihan, dan lain-lain. Bahkan saat ini masih
huruf C dan huruf K, UU No. 23 Tahun 2014
terdapat bentuk Perusahaan Daerah Kebersihan,
tentang Pemerintahan Daerah). Besar tanggung
seperti yang ada di Kota Bandung.
jawab yang harus dipikul pemerintah kabupaten/
Menurut Saraswati (2007:29) pada umumnya
kota dalam menjalankan roda pengelolaan sampah
kapasitas atau kemampuan instansi atau pengelola
biasanya tidak sederhana bahkan cenderung cukup
sampah di daerah lebih kecil jika dibandingkan
rumit sejalan dengan makin besarnya kategori
dengan jumlah sampah yang harus mereka
suatu daerah.
kelola. Dalam Profil Investasi Infrastruktur
Bentuk lembaga atau instansi pengelola
Bidang Pekerjaan Umum (Pusat Kajian Strategis
sampah di daerah saat ini masih beragam. Menurut
Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan
Damanhuri dan Padmi (2011:11) bentuk lembaga
Umum, 2014:15) diungkapkan bahwa adanya
pengelolaan persampahan kota yang dianut di
beragam bentuk lembaga pengelola persampahan
Indonesia selama ini antara lain:
menyulitkan pembinaan yang dilakukan oleh
a. Seksi Kebersihan di bawah satu dinas,
pemerintah pusat. Kapasitas unit kebersihan
misal Dinas Pekerjaan Umum terutama
juga mengalami penurunan kewenangannya
apabila masalah kebersihan kota masih bisa
karena merupakan bagian dari dinas induknya
ditanggulangi oleh suatu seksi di bawah dinas
sehingga semakin sulit untuk membuat rencana
tersebut;
pengembangan. Selain itu seringkali tidak
b. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) di
didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang
bawah suatu dinas, misalnya Dinas Pekerjaan
memadai baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.
Umum terutama apabila dalam struktur
Banyak upaya pelatihan yang dilakukan oleh
organisasi belum ada seksi khusus di bawah
pemerintah pusat atau pihak-pihak lain, baik di
dinas yang mengelola kebersihan sehingga
dalam maupun luar negeri, tidak ditindaklanjuti
lebih memberikan tekanan pada masalah
oleh pemerintah daerah secara memadai. Para
operasional, dan lebih mempunyai otonomi
tenaga terdidik dan terlatih tersebut umumnya
daripada seksi;
telah menempati tugas di luar sektor persampahan.
Sri Nurhayati Qodriyatun, Bentuk Lembaga yang Ideal dalam Pengelolaan Sampah | 15
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Berikut peraturan perundangan terkait kelembagaan
pemerintah kabupaten/kota memerlukan suatu persampahan di daerah.
kelembagaan pengelolaan sampah yang tepat Pertama, Peraturan Menteri Dalam Negeri
sesuai dengan karakteristik timbulan sampah yang Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman
ada di wilayahnya. Pengelolaan Sampah (Permendagri No. 33 Tahun
2010). Berdasarkan Permendagri No. 33 Tahun
Kelembagaan Pengelolaan Sampah 2010, dalam rangka melakukan pengurangan dan
Kelembagaan pengelolaan sampah merupakan penanganan sampah sebagaimana diamanatkan
salah satu aspek yang memengaruhi bagaimana UU Pengelolaan Sampah, pemerintah kabupaten/
pengelolaan sampah dilakukan di suatu wilayah. kota dapat membentuk lembaga pengelola sampah
Kelembagaan pengelolaan sampah dapat diartikan atau membentuk BLU (Badan Layanan Umum)
secara luas dan sempit. Dalam arti luas, kelembagaan setingkat unit kerja pada SKPD (Satuan Kerja
pengelolaan sampah meliputi bagaimana peraturan, Perangkat Daerah) untuk mengelola sampah (Pasal
norma, dan etika dari berbagai aktor yang terlibat 14 ayat (2)). Lembaga pengelola sampah tersebut
dalam pengelolaan sampah dapat berjalan mempunyai tugas yang berbeda-beda. Untuk yang
secara terpadu, terintegrasi dalam pengelolaan merupakan unit kerja di SKPD, baik setingkat
sampah. Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam Seksi, Sub-Dinas, atau SKPD khusus menangani
pengelolaan sampah meliputi pemerintah pusat, persampahan, mempunyai tugas menyusun
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, kebijakan dan/atau melaksanakan kebijakan,
swasta dan masyarakat. Sedangkan kelembagaan strategi, dan rencana SKPD yang membidangi
pengelolaan sampah dalam arti sempit adalah persampahan. Sedangkan untuk yang merupakan
organisasi yang bertanggung jawab langsung dalam BLU, tugasnya melaksanakan kebijakan, strategi,
pelaksanaan pengelolaan sampah di suatu daerah. dan rencana SKPD yang membidangi persampahan,
Dalam penelitian ini kelembagaan pengelolaan juga dapat memungut dan mengelola biaya atas
sampah fokus pada kelembagaan pengelolaan barang/layanan pengelolaan sampah sesuai tarif
sampah dalam arti sempit. Dasar pembatasan yang ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.
fokus penelitian ini adalah adanya ketentuan Kedua, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dalam UU Pemerintahan Daerah bahwa Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
persampahan merupakan suburusan pemerintahan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam
bidang pekerjaan umum dan penataan ruang, Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
dan suburusan pemerintahan bidang lingkungan Sejenis Sampah Rumah Tangga (Permen PU No.
hidup di tingkat kabupaten/kota (Lampiran huruf 3 Tahun 2013). Dalam lampiran I Permen PU
C dan huruf K, UU No. 23 Tahun 2014 tentang No. 3 Tahun 2013 disebutkan bahwa kebutuhan
Pemerintahan Daerah). Selain ketentuan dalam UU pengembangan organisasi pengelola sampah
Pengelolaan Sampah sebagaimana telah disebutkan secara umum harus didasarkan pada kompleksitas
di atas tentang penanganan sampah yang menjadi permasalahan persampahan yang dihadapi oleh
tugas pemerintah kabupaten/kota. pemerintah kota/kabupaten dengan mengacu
Dalam kelembagaan pengelolaan sampah, pada peraturan perundangan yang berlaku. Acuan
tercakup suatu kegiatan yang multidisiplin yang peraturan dan perundangan yang berkaitan dengan
bertumpu pada prinsip teknik dan manajemen yang masalah kelembagaan adalah:
menyangkut aspek-aspek ekonomi, sosial-budaya a. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
dan kondisi fisik suatu wilayah serta memerhatikan Pemerintahan Daerah (yang sudah direvisi
pihak yang dilayani, yakni masyarakat kota. dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Perancangan dan pemilihan organisasi yang Pemerintahan Daerah);
melayani persampahan di suatu wilayah harus b. PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
disesuaikan dengan peraturan pemerintah yang Urusan Pemerintahan antara Pemerintah
membinanya, pola sistem operasional yang Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
diterapkan, kapasitas kerja sistem dan lingkup Kabupaten/Kota;
tugas pokok dan fungsi yang harus ditangani c. PP Nomor 41 Tahun 2007 tentang Struktur
(Rahardyan dan Widagdo, 2005; Damanhuri dan Organisasi Dinas Daerah; dan
Padmi, 2011:11). d. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Ada beberapa peraturan perundangan yang Keuangan Badan Layanan Umum, Jo PP Nomor
mengatur tentang kelembagaan persampahan di 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
daerah. Peraturan-peraturan tersebut merupakan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
aturan pelaksana dari UU Pengelolaan Sampah. Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
Sri Nurhayati Qodriyatun, Bentuk Lembaga yang Ideal dalam Pengelolaan Sampah | 17
hal pembuangan dan pemanfaatan sampah dan air pengelolaan sampah berdasarkan UU Pengelolaan
limbah; memasarkan hasil daur ulang sampah dan Sampah dan peraturan pelaksananya (Lihat
air limbah; dan mengelola pengaduan masyarakat. Gambar 2). Dilakukan efisiensi struktur organisasi
KEPALA DINAS
SEKRETARIAT
Perda Kota Malang No. 06 Tahun 2012
Peraturan Walikota Malang No. 81 Sub Bag Sungram
Tahun 2012
Bid. Kebersihan Bid. PJU dan Dekorasi Kota Bid. Pertamanan Bid. Pemakaman
Seksi Perawatan
Seksi Hutan Kota
Kendaraan Ops.
Gambar 2. Struktur Organisasi DKP Kota Malang Berdasarkan Perda Kota Malang Nomor 6 Tahun 2012
Dengan memisahkan kegiatan teknis yang mengelola persampahan. Pada mulanya ada
pengolahan sampah melalui UPT Pengolahan dua bidang yang menangani persampahan dan
Sampah dan Air Limbah, kegiatan pengurangan satu UPT. Tetapi dalam Perda terbaru penanganan
sampah melalui 3R di Kota Malang berkembang persampahan ditangani oleh satu bidang
dengan baik. Hal ini didorong oleh adanya (Bidang Kebersihan) dan 2 UPT DKP (UPT
kesadaran masyarakat untuk melakukan 3R yang Pengelolaan Sampah dan Air Limbah dan UPT
terus meningkat karena masyarakat mendapatkan TPA Supiturang). Bidang Kebersihan berdasarkan
banyak manfaat1 (Wasto, Kepala DKP Kota Malang, Peraturan Walikota Malang Nomor 49 Tahun 2012
Wawancara, Kantor Bappeda Kota Malang, 28 Mei tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas
2013, pukul 09.00). Seiring dengan berkembangnya Kebersihan dan Pertamanan mempunyai tugas
kegiatan pengelolaan sampah dengan baik, yaitu pokok menyelenggarakan pelayanan kebersihan,
berkembangnya kegiatan 3R di masyarakat, pengangkutan sampah, pemeliharaan kendaraan
semakin banyaknya TPS yang melakukan daur operasional sampah dan TPS, serta penarikan
ulang, dan pengelolaan TPA yang sudah mengarah retribusi. Tugas pokok Bidang Kebersihan tersebut
pada sanitary landfill, Pemerintah Kota Malang dilaksanakan oleh 3 seksi yaitu:
melakukan perubahan struktur organisasi DKP 1. Seksi Kebersihan dan Retribusi, mempunyai
Melalui Perda Kota Malang Nomor 6 Tahun tugas pokok menyelenggarakan pelayanan
2012 tentang Organisasi Tata Kerja Dinas Daerah, kebersihan jalan-jalan umum, TPS dan tempat-
struktur organisasi DKP diperbaharui, termasuk tempat umum, pengangkutan sampah hasil
UPT-UPTnya, disesuaikan dengan kegiatan penyapuan di jalan-jalan umum dan tempat-
tempat umum ke TPS, serta pendataan potensi
1
Kegiatan 3R yang dikembangkan oleh Pemerintah
dan pemungutan retribusi;
Kota Malang memberikan banyak manfaat bagi
masyarakat. Selain kondisi lingkungan yang semakin 2. Seksi Pengangkutan, mempunyai tugas pokok
bersih, masyarakat juga mendapatkan manfaat ekonomi pengangkutan sampah; dan
dari kegiatan 3R. Inilah yang kemudian mendorong
berkembangnya Bank Sampah Malang kedepannya.
Sri Nurhayati Qodriyatun, Bentuk Lembaga yang Ideal dalam Pengelolaan Sampah | 19
Kelebihan pemisahan antara regulator dibayar dan dikelola oleh masyarakat pada tingkat
dan operator di DKP Kota Malang menjadikan RT/RW. Selain itu DKP juga mempunyai tanggung
struktur organisasi DKP tidak gemuk dan tidak jawab untuk mengumpulkan, memindahkan, dan
memboroskan anggaran daerah. Pengelolaan mengangkut sampah di jalan raya protokol, fasilitas
sampah dapat berjalan secara optimal dan efektif, umum dan fasilitas sosial, kawasan niaga, sekolah,
karena pengawasan dan pembinaan dalam kegiatan perkantoran dan sumber nondomestik lainnya
pengelolaan sampah dapat berjalan dengan menuju TPS terdekat. Untuk itu DKP menyediakan
baik. Pembentukan UPTD sebagai operator 50 mandor dan 731 orang pasukan kuning, dengan
dalam pelaksanaan pengelolaan sampah dan 17 unit drump truck, 19 unit arm roll truck, 2 bachoe
TPA mempunyai kelebihan yaitu sesuai dengan loading, 2 pick up, 106 container, dan bengkel
struktur pemerintahan saat ini, mudah dibentuk, (Wasto, Kepala DKP Kota Malang, Wawancara,
kegiatan 3R berkembang, dan pengolahan sampah Kantor Bappeda Kota Malang, 28 Mei 2013, pukul
dapat berjalan dengan baik. Karena UPTD hanya 09.00). Namun berdasarkan data yang ada kondisi
menerima anggaran operasional dari pemerintah kendaraan pengangkut sudah banyak yang tua.
Kabupaten/Kota, maka tantangan berikutnya Data DKP Kota Malang tahun 2012
adalah bagaimana membuat pendapatan UPTD memperlihatkan 10 dari 17 unit dump truck dalam
ini dapat menutup semua biaya operasionalnya kondisi kurang baik, 12 dari 19 unit arm roll
sebelum UPTD nantinya dikembangkan menjadi truck dalam kondisi kurang baik, 1 dari 2 bachoe
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Inilah loader rusak, 2 pick up dalam kondisi kurang
permasalahan yang dihadapi oleh UPT TPA baik, 60 dari 106 unit container dalam kondisi
Supiturang saat ini, ketika TPA Supiturang telah kurang baik, dan bengkel hanya ada 1 dalam
mampu mengembangkan berbagai inovasi dalam kondisi kurang memadai (LAKIP DKP Kota
pengelolaan pemrosesan akhir sampah. Saat ini Malang TA 2012). Semakin banyaknya sarana dan
TPA Supiturang telah mampu memanfaatkan gas prasarana persampahan yang rusak ini nantinya
methannya sebagai sumber energi bagi masyarakat akan membebani anggaran daerah. Di sisi lain,
dan rencananya akan dikembangkan menjadi TPA pemungutan retribusi sampah yang dilakukan
regional bagi wilayah sekitarnya (Malang Raya).4 DKP belum berjalan secara optimal. Ada dua jalur
Dalam rangka pengembangannya tersebut TPA sistem pemungutan retribusi sampah, yaitu melalui
Supiturang membutuhkan investasi yang cukup penagihan yang ditempelkan pada rekening PDAM
besar. Namun pengembangan TPA Supiturang dan penarikan langsung melalui RT-RT dan RW-
terkendala pada sulitnya dilakukan kerja sama RW. Berdasarkan hasil penelitian Wulandari dan
dengan pihak swasta dalam rangka investasi karena Prasetyia (2011:766), jalur pertama belum berjalan
lembaga pengelola TPA Supiturang masih berbentuk optimal karena baru 30% wajib retribusi sampah
UPTD. Berdasarkan hasil kajian Kementerian yang merupakan pengguna PDAM. Sedangkan
Pekerjaan Umum, bentuk kelembagaan yang jalur kedua belum optimal karena panjangnya
sesuai ketika suatu TPA dijadikan TPA regional jalur yang dilalui sehingga memperbesar potensi
adalah Badan Layanan Umum/BLU (Balitbang kebocoran. Selain itu, setiap RT/RW memiliki
Kementerian Pekerjaan Umum, 2011). Bentuk petugas kebersihan sendiri yang dibiayai dengan
lembaga BLU memungkinkan dilakukan kerja sama iuran warga. Seharusnya iuran warga tersebut
antara pemerintah daerah dengan pihak swasta atau masuk ke DKP, namun kenyataaanya penerimaan
masyarakat. DKP dari jalur kedua jauh dari yang seharusnya.
Kekurangan lain dari bentuk kelembagaan Padahal UU Pengelolaan Sampah memungkinkan
persampahan di Kota Malang adalah pemisahan bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan kerja
regulator dan operator yang dilakukan belum secara sama dengan lembaga masyarakat termasuk dalam
keseluruhan. Masih ditanganinya operasionalisasi sistem pengangkutan dan pemungutan retribusi.
pengangkutan sampah dan retribusi sampah oleh Untuk kelembagaan persampahan di
DKP Kota Malang menjadi kelemahan secara Kabupaten Gianyar tidak ada pemisahan
kelembagaan. Pengangkutan sampah yang menjadi antara regulator dengan operator. Pengelolaan
tanggung jawab DKP dimulai dari TPS ke TPA. Ada persampahan di Kabupaten Gianyar, mulai
68 TPS dan 13 TPST (TPS dengan fasilitas 3R). dari penyusunan kebijakan hingga pelaksanaan
Pengangkutan sampah dari warga ke TPS menjadi kebijakan dilaksanakan oleh Bidang Persampahan
tanggung jawab petugas RT/RW yang iurannya DKP Kabupaten Gianyar. Konsekuensi dari bentuk
kelembagaan seperti ini mengakibatkan organisasi
4
Malang Raya meliputi Kota Malang, Kabupaten Malang,
dan Kota Batu.
menjadi gemuk, membutuhkan anggaran daerah
cukup besar, namun pengawasan dan efisiensi
Sri Nurhayati Qodriyatun, Bentuk Lembaga yang Ideal dalam Pengelolaan Sampah | 21
Pertama, harus sesuai dengan peraturan d. Melakukan pembinaan dan pengawasan
perundangan yang membinanya yaitu peraturan pengelolaan sampah yang diselenggarakan
perundangan yang dikeluarkan oleh Kementerian oleh pihak swasta.
Lingkungan Hidup dan Kementerian Pekerjaan
Kewenangan tersebut akan dapat dilaksanakan
Umum selaku kementerian yang membina
oleh Dinas Daerah dan BLU. Karena Dinas Daerah
permasalahan pengelolaan sampah, dan Kementerian
merupakan organisasi perangkat daerah yang
Dalam Negeri selaku kementerian yang membina
dapat menjalankan fungsi regulator. Berdasarkan
pemerintahan di daerah. Untuk itu lembaga
PP No. 41 Tahun 2007, Dinas Daerah mempunyai
pengelolaan sampah di daerah harus sesuai dengan
kewenangan:
UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
a. merumuskan kebijakan teknis sesuai dengan
beserta aturan pelaksananya (Permendagri No. 33
lingkup tugasnya. Jika dikaitkan dengan
Tahun 2010 dan PermenPU No. 3 Tahun 2013), UU
kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
untuk mengembangkan sistem pengelolaan
yang sudah direvisi dengan UU No. 23 Tahun
sampah di daerahnya seperti yang tertuang
2014 tentang Pemerintahan Daerah beserta aturan
dalam Lampiran UU No. 23 Tahun 2014,
pelaksananya (PP No. 38 Tahun 2007, jo. Lampiran
maka Dinas yang ditunjuk akan melaksanakan
huruf C dan huruf K UU No.23 Tahun 2014, PP
perumusan kebijakan teknis pengelolaan
No. 41 Tahun 2007) dan PP No. 23 Tahun 2005
sampah guna membangun sistem pengelolaan
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
sampah di daerah.
Umum, Jo. PP No. 74 Tahun 2012). Berdasarkan
b. menyelenggarakan urusan pemerintahan
berbagai peraturan perundangan tersebut, lembaga
dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup
pengelolaan sampah di daerah yang ideal adalah
tugasnya. Jika dikaitkan dengan kewenangan
yang memisahkan antara regulator dan operator.
kabupaten/kota untuk melakukan pengelolaan
Kedua, harus sesuai dengan pola sistem
sampah di daerah, maka Dinas yang ditunjuk
operasional yang diterapkan, dan kapasitas kerja
akan membentuk BLU persampahan. Karena
sistem dan lingkup tugas pokok dan fungsi yang
berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
harus ditangani.
Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman
Untuk mengakomodir persyaratan tersebut
Teknis Pengelolaan Badan Layanan Umum
maka harus ada pemisahan lembaga pengelolaan
Daerah, Dinas Daerah dapat membentuk
sampah yang berfungsi sebagai regulator dan
BLUD sebagai unit kerja di Dinas tersebut
pengelola sampah yang berfungsi sebagai operator.
yang dibentuk untuk memberikan pelayanan
Berdasarkan PP No. 41 Tahun 2007 tentang
umum pada masyarakat.
Organisasi Perangkat Daerah, organisasi perangkat
c. pembinaan serta pelaksanaan tugas dengan
daerah yang sesuai sebagai regulator adalah Dinas
lingkup tugasnya. Jika dikaitkan dengan
daerah, dan berdasarkan Permendagri No. 33 Tahun
kewenangan kabupaten/kota untuk melakukan
2010 dan PermenPU No. 3 Tahun 2013 lembaga
pembinaan dan pengawasan pengelolaan
daerah yang sesuai sebagai operator adalah Badan
sampah yang diselenggarakan oleh swasta,
Layanan Umum (BLU).
maka Dinas yang ditunjuk akan melakukan
Dinas berdasarkan PP No. 41 Tahun 2007
pembinaan dan pengawasan pengelolaan
tentang Organisasi Perangkat Daerah merupakan
sampah yang diselenggarakan oleh pihak swasta.
unsur pelaksana otonomi daerah yang tugasnya
Karena Dinas Daerah dapat menerbitkan izin
melaksanakan urusan pemerintahan daerah.
untuk pendaurulangan sampah, pengangkutan
Sesuai Lampiran huruf C (urusan pemerintahan
sampah, ataupun pemrosesan akhir sampah
bidang pekerjaan umum dan penataan ruang) dan
yang diselenggarakan oleh swasta.
Lampiran huruf K (urusan pemerintahan bidang
lingkungan hidup) UU No. 23 Tahun 2014 tentang Adanya aturan pembatasan jumlah Dinas yang
Pemerintahan Daerah, Pemerintah Kabupaten/ ada di daerah, maka Dinas daerah yang menangani
Kota mempunyai kewenangan untuk: persampahan dapat digabungkan dengan Dinas
a. Mengembangkan sistem pengelolaan lainnya yang serumpun. Penggabungan beberapa
persampahan dalam daerah kabupaten/kota; Dinas daerah yang serumpun memungkinkan
b. Melakukan pengelolaan sampah; terjadinya efisiensi, baik dari sisi anggaran ataupun
c. Menerbitkan izin pendaurulangan sampah/ SDM. Selain untuk memudahkan dalam melakukan
pengolahan sampah, pengangkutan sampah koordinasi.
dan pemrosesan akhir sampah yang Terkait BLU sebagai lembaga operator
diselenggarakan oleh swasta; dan persampahan, berdasarkan UU Nomor 17
Sri Nurhayati Qodriyatun, Bentuk Lembaga yang Ideal dalam Pengelolaan Sampah | 23
BUPATI/WALIKOTA
KEPALA BLUD-UPTD
PERSAMPAHAN
KAS DAN
PENGELOLAAN TPA
PEMBUKUAN
PELAYANAN
PEMELIHARAAN
KONSUMEN
Sri Nurhayati Qodriyatun, Bentuk Lembaga yang Ideal dalam Pengelolaan Sampah | 25
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010
Perbendaharaan Negara. tentang pedoman Pengelolaan Sampah.
Lampiran UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007
Pemerintahan Daerah. tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang
Pedoman Organisasi Perangkat Daerah. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 6 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sejenis Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 6 Tahun 2012
Sampah Rumah Tangga. tentang Organisasi Tata Kerja Dinas Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Struktur Organisasi Dinas Daerah. Internet
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Muhammad Aminudin, Warga Sekitar TPA Supiturang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Memanfaatkan Gas Metan untuk Memasak, 8
Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 Januari 2014, detiknews, http://news.detik.com/
tentang Perubahan Atas Peraturan Peraturan surabaya/read/2014/01/08/085317/2461211/475/
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang warga-sekitar-tpa-supiturang-manfaatkan-gas-
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. metan-untuk-memasak, diakses 26 Maret 2014.