Anda di halaman 1dari 14

BENTUK LEMBAGA YANG IDEAL DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DAERAH

(STUDI DI KOTA MALANG DAN KABUPATEN GIANYAR)

An Ideal Institution of Waste Management in The Region


(Study in Malang City and Gianyar District)

Sri Nurhayati Qodriyatun


Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI

Naskah diterima: 14 Februari 2015


Naskah dikoreksi: 1 Mei 2015
Naskah diterbitkan: 30 Juni 2015

Abstract: Waste is common problem faced by many cities in Indonesia, but not all cities have provided a good
waste services. One of the factors that affect the low level waste services in a city is a form of waste management
agency or institution. In general, the capacity or the ability of the waste service institutions in many cities are
smaller than the amount of waste that should they manage. The research has been done in 2013, by using
qualitative methods. It is concluded that the institution of waste management needs to be split between the
regulator and the operator. Dinas works as regulator and BLUD as operator. The separation of role on institution
of the waste management will lead the institutions work getting more effective and efficient.
Keywords: Waste management institution, waste management, waste services.

Abstrak: Sampah termasuk permasalahan lingkungan yang dihadapi banyak kota di Indonesia, namun belum
semua kota telah memberikan pelayanan persampahan dengan baik. Salah satu faktor yang memengaruhi
rendahnya tingkat pelayanan persampahan di suatu daerah adalah bentuk lembaga atau institusi pengelola
sampah yang pada umumnya kapasitas atau kemampuan institusi atau pengelola di daerah lebih kecil jika
dibandingkan dengan jumlah sampah yang harus mereka kelola. Melalui penelitian yang dilakukan pada tahun
2013, dengan menggunakan metode kualitatif disimpulkan bahwa institusi pengelola sampah di daerah perlu
memisahkan antara regulator dan operator sehingga pengelolaan sampah di daerah dapat berjalan efisien dan
efektif. Regulator dijalankan oleh Dinas dan operator dijalankan oleh Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Kata kunci: Lembaga pengelola sampah, pengelolaan sampah, pelayanan persampahan.

Pendahuluan daerah di Indonesia masih jauh dari pengelolaan


Lingkungan hidup memiliki peranan sampah yang baik. Berdasarkan Riset Kesehatan
penting dalam kehidupan manusia, yaitu dalam Dasar (Riskesdas) tahun 2013, hanya 24,9% rumah
memengaruhi kesejahteraan manusia. Negara tangga di Indonesia yang pengelolaan sampahnya
Indonesia telah memerhatikan arti pentingnya diangkut oleh petugas. Sebagian besar rumah
lingkungan hidup dalam menunjang kesejahteraan tangga mengelola sampah dengan cara dibakar
manusia, yaitu seperti yang tertuang dalam Pasal (50,1%), ditimbun dalam tanah (3,9%), dibuat
28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara kompos (0,9%), dibuang ke sungai, parit, atau
Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam pasal laut (10,4%) dan dibuang sembarangan (9,7%)
tersebut dinyatakan bahwa negara memberikan hak (Riskesdas, 2013; 91).
kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan Metode tradisional dalam pembuangan sampah
hidup yang baik dan sehat. Sampah merupakan seperti tersebut di atas tidak akan menimbulkan
salah satu permasalahan dalam lingkungan hidup, masalah bagi lingkungan ketika populasi penduduk
yang dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang tidak terlalu padat dan kandungan organik
Pengelolaan Sampah (UU Pengelolaan Sampah), dari sampah yang masih tinggi. Namun ketika
mengamanatkan pemerintah dan pemerintah jumlah penduduk terus bertambah dan budaya
daerah wajib memberikan pelayanan publik dalam konsumsi terus meningkat, metode tradisional
pengelolaan sampah. dan pembuangan sampah secara informal (dibuang
Namun dalam realitanya, penanganan sampah ke sungai, parit, laut, atau dibuang sembarangan)
oleh pemerintah dan pemerintah daerah di berbagai menimbulkan masalah terhadap lingkungan,

Sri Nurhayati Qodriyatun, Bentuk Lembaga yang Ideal dalam Pengelolaan Sampah | 13
karena volume sampah terus meningkat dengan c. Dinas Kebersihan, merupakan SKPD yang
komposisi sampah non-organik yang juga terus akan memberikan percepatan dan pelayanan
bertambah, terutama di kawasan perkotaan. pada masyarakat dan bersifat nirlaba. Dinas
Masalah lingkungan yang muncul antara lain ini dibentuk karena aktivitas dan volume
adalah penyumbatan sungai dan saluran air akibat pekerjaan yang sudah meningkat;
sampah, menjadi sumber penyakit, menimbulkan d. Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan,
polusi pada air tanah, lapisan tanah, juga polusi merupakan organisasi pengelola yang dibentuk
udara. bila permasalahan di kota tersebut sudah
Rendahnya sampah yang diangkut oleh cukup luas dan kompleks. Pada prinsipnya
petugas kebersihan memperlihatkan masih PD Kebersihan ini tidak lagi disubsidi oleh
rendahnya tingkat pelayanan persampahan yang pemerintah daerah sehingga efektivitas
ada. Rendahnya tingkat pelayanan persampahan penarikan retribusi akan lebih menentukan.
yang ada di suatu daerah salah satunya dipengaruhi Bentuk ini sesuai untuk kota metropolitan.
oleh bentuk lembaga atau instansi yang mengelola
Beragamnya bentuk lembaga atau instansi
persampahan yang ada. Lembaga atau instansi
pengelola sampah terjadi setelah PP No. 8 Tahun
pengelola persampahan merupakan motor
2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat
penggerak seluruh kegiatan pengelolaan sampah dari
Daerah dikeluarkan. Peraturan tersebut
sumber sampai TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
dikeluarkan dalam rangka efisiensi sumber daya
Kondisi kebersihan suatu daerah merupakan output
sehingga jumlah dinas di daerah dibatasi. Setelah
dari rangkaian pekerjaan manajemen pengelolaan
dikeluarkannya peraturan tersebut, pengelola
persampahan yang keberhasilannya juga ditentukan
sampah di kota/kabupaten yang semula umumnya
oleh faktor-faktor lain. Kapasitas dan kewenangan
telah berbentuk Dinas Kebersihan kemudian
instansi pengelola persampahan menjadi sangat
terpaksa digabung dengan berbagai Dinas lainnya
penting karena berdasarkan UU Pengelolaan
yang pemilihannya ditentukan oleh kota/kabupaten
Sampah dan UU Pemerintahan Daerah (UU No.
sendiri sejalan dengan misi otonomi. Sebagai
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah),
akibatnya ada yang berbentuk Dinas Kebersihan,
masalah persampahan merupakan tanggung jawab
Sub-Dinas Kebersihan, Seksi Kebersihan, Sub-
pemerintah kabupaten/kota dan menjadi urusan
Seksi Kebersihan, Unit Kebersihan, Kantor
wajib dari pemerintah kabupaten/kota (Lampiran
Kebersihan, dan lain-lain. Bahkan saat ini masih
huruf C dan huruf K, UU No. 23 Tahun 2014
terdapat bentuk Perusahaan Daerah Kebersihan,
tentang Pemerintahan Daerah). Besar tanggung
seperti yang ada di Kota Bandung.
jawab yang harus dipikul pemerintah kabupaten/
Menurut Saraswati (2007:29) pada umumnya
kota dalam menjalankan roda pengelolaan sampah
kapasitas atau kemampuan instansi atau pengelola
biasanya tidak sederhana bahkan cenderung cukup
sampah di daerah lebih kecil jika dibandingkan
rumit sejalan dengan makin besarnya kategori
dengan jumlah sampah yang harus mereka
suatu daerah.
kelola. Dalam Profil Investasi Infrastruktur
Bentuk lembaga atau instansi pengelola
Bidang Pekerjaan Umum (Pusat Kajian Strategis
sampah di daerah saat ini masih beragam. Menurut
Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan
Damanhuri dan Padmi (2011:11) bentuk lembaga
Umum, 2014:15) diungkapkan bahwa adanya
pengelolaan persampahan kota yang dianut di
beragam bentuk lembaga pengelola persampahan
Indonesia selama ini antara lain:
menyulitkan pembinaan yang dilakukan oleh
a. Seksi Kebersihan di bawah satu dinas,
pemerintah pusat. Kapasitas unit kebersihan
misal Dinas Pekerjaan Umum terutama
juga mengalami penurunan kewenangannya
apabila masalah kebersihan kota masih bisa
karena merupakan bagian dari dinas induknya
ditanggulangi oleh suatu seksi di bawah dinas
sehingga semakin sulit untuk membuat rencana
tersebut;
pengembangan. Selain itu seringkali tidak
b. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) di
didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang
bawah suatu dinas, misalnya Dinas Pekerjaan
memadai baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.
Umum terutama apabila dalam struktur
Banyak upaya pelatihan yang dilakukan oleh
organisasi belum ada seksi khusus di bawah
pemerintah pusat atau pihak-pihak lain, baik di
dinas yang mengelola kebersihan sehingga
dalam maupun luar negeri, tidak ditindaklanjuti
lebih memberikan tekanan pada masalah
oleh pemerintah daerah secara memadai. Para
operasional, dan lebih mempunyai otonomi
tenaga terdidik dan terlatih tersebut umumnya
daripada seksi;
telah menempati tugas di luar sektor persampahan.

14 | Aspirasi Vol. 6 No. 1, Juni 2015


Akibatnya pemerintah pusat sulit untuk melakukan Pengelolaan Sampah Berdasarkan UU
pembinaan. Hingga saat inipun belum ada acuan Pengelolaan Sampah
baku bentuk lembaga pengelola sampah di daerah. Sampah menurut UU Pengelolaan Sampah
Beberapa PP yang dikeluarkan sebagai peraturan adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses
pelaksana UU Pengelolaan Sampah tidak secara alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa
tegas mengharuskan bentuk lembaga pengelolaan zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai
sampah di daerah dalam bentuk Dinas, Sub-Dinas, atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak
ataupun bentuk lembaga lainnya. berguna lagi dan dibuang ke lingkungan. Sumber
Berdasarkan latar belakang tersebut, timbulan sampah dapat dari permukiman penduduk,
permasalahannya adalah bentuk lembaga pengelola dari tempat-tempat umum dan perdagangan, dari
sampah didaerah masih beragam. Bentuk lembaga sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah,
pengelola sampah memengaruhi pelayanan dari industri ataupun dari pertanian.
persampahan di daerah. Di sisi lain, belum ada Pengelolaan sampah berdasarkan UU
acuan baku bentuk lembaga pengelolaan sampah Pengelolaan Sampah meliputi kegiatan pengurangan
di daerah berdasarkan UU Pengelolaan Sampah. dan penanganan sampah. Kedua kegiatan ini
Berdasarkan permasalahan tersebut, tulisan merupakan tugas dari pemerintah dan pemerintah
yang merupakan hasil penelitian tahun 2013 ini, daerah untuk menjamin terselenggaranya
dan dilakukan di Kota Malang dan Kabupaten pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan
Gianyar ingin menjawab beberapa pertanyaan: (1) lingkungan sesuai dengan tujuan yang dimaksud
Bagaimana bentuk lembaga pengelolaan sampah dalam UU Pengelolaan Sampah.
di Kota Malang dan Kabupaten Gianyar dan apa Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah,
keuntungan serta kerugian dari bentuk-bentuk pemerintah kabupaten/kota mempunyai kewenangan
lembaga tersebut dalam pengelolaan sampah di di antaranya menyelenggarakan pengelolaan
daerah?; dan (2) Apa lembaga atau instansi daerah sampah skala kabupaten/kota sesuai dengan norma,
yang ideal untuk melakukan pengelolaan sampah? standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemilihan Kota Malang dan Kabupaten Pemerintah pusat.
Gianyar sebagai lokasi penelitian karena kedua Penanganan sampah yang menjadi tugas
daerah tersebut memiliki bentuk lembaga dari pemerintah kabupaten/kota sebagaimana
pengelolaan sampah yang berbeda. Bentuk lembaga yang dimaksud dalam UU Pengelolaan Sampah
pengelolaan sampah yang ada akan memengaruhi yang diturunkan dalam PP Nomor 81 Tahun 2012
pelayanan persampahan yang diberikan oleh tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
pemerintah daerah kepada masyarakatnya. Sejenis Sampah Rumah Tangga, dan didetailkan
Penelitian dilakukan dengan menggunakan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
metode penelitian kualitatif. Dalam metode 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Persampahan
penelitian kualitatif, pengambilan data dilakukan Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
melalui wawancara, Forum Group Discussion Rumah Tangga meliputi:
FGD, studi pustaka, dan observasi lapangan. Untuk a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan
itu, pengambilan data di dua daerah penelitian dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis,
dilakukan melalui wawancara dan FGD dengan jumlah, dan/atau sifat sampah;
beberapa pihak seperti dengan Dinas Kebersihan b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan
dan Pertamanan Kota Malang, Dinas Kebersihan pemindahan sampah dari sumber sampah ke
dan Pertamanan Kabupaten Gianyar, Pengelola TPA tempat penampungan sementara atau tempat
Supiturang, Pengelola TPA Temesi. Studi pustaka pengolahan sampah terpadu;
dilakukan dengan menelusuri berbagai buku dan c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah
dokumen termasuk peraturan perundangan terkait dari sumber dan/atau tempat penampungan
kelembagaan pengelolaan sampah. Observasi sampah sementara atau dari tempat pengolahan
dilakukan di lokasi-lokasi pengelolaan sampah di sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan
masyarakat, di TPS, hingga di TPA. akhir;
Berbagai data yang terkumpul kemudian d. pengolahan dalam bentuk mengubah
dilakukan analisa dengan mengacu pada pendapat karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah;
Neuman (2006:157), yaitu dengan menggunakan e. pemrosesan sampah dalam bentuk
teknik koding dan formulasi konsep yang di pengembalian sampah dan/atau residu hasil;
dalamnya mencakup konseptualisasi, koding data dan
kualitatif, pencatatan memo, dan outcroppings f. pengolahan sebelum di buang ke media
sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian. lingkungan secara aman.

Sri Nurhayati Qodriyatun, Bentuk Lembaga yang Ideal dalam Pengelolaan Sampah | 15
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Berikut peraturan perundangan terkait kelembagaan
pemerintah kabupaten/kota memerlukan suatu persampahan di daerah.
kelembagaan pengelolaan sampah yang tepat Pertama, Peraturan Menteri Dalam Negeri
sesuai dengan karakteristik timbulan sampah yang Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman
ada di wilayahnya. Pengelolaan Sampah (Permendagri No. 33 Tahun
2010). Berdasarkan Permendagri No. 33 Tahun
Kelembagaan Pengelolaan Sampah 2010, dalam rangka melakukan pengurangan dan
Kelembagaan pengelolaan sampah merupakan penanganan sampah sebagaimana diamanatkan
salah satu aspek yang memengaruhi bagaimana UU Pengelolaan Sampah, pemerintah kabupaten/
pengelolaan sampah dilakukan di suatu wilayah. kota dapat membentuk lembaga pengelola sampah
Kelembagaan pengelolaan sampah dapat diartikan atau membentuk BLU (Badan Layanan Umum)
secara luas dan sempit. Dalam arti luas, kelembagaan setingkat unit kerja pada SKPD (Satuan Kerja
pengelolaan sampah meliputi bagaimana peraturan, Perangkat Daerah) untuk mengelola sampah (Pasal
norma, dan etika dari berbagai aktor yang terlibat 14 ayat (2)). Lembaga pengelola sampah tersebut
dalam pengelolaan sampah dapat berjalan mempunyai tugas yang berbeda-beda. Untuk yang
secara terpadu, terintegrasi dalam pengelolaan merupakan unit kerja di SKPD, baik setingkat
sampah. Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam Seksi, Sub-Dinas, atau SKPD khusus menangani
pengelolaan sampah meliputi pemerintah pusat, persampahan, mempunyai tugas menyusun
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, kebijakan dan/atau melaksanakan kebijakan,
swasta dan masyarakat. Sedangkan kelembagaan strategi, dan rencana SKPD yang membidangi
pengelolaan sampah dalam arti sempit adalah persampahan. Sedangkan untuk yang merupakan
organisasi yang bertanggung jawab langsung dalam BLU, tugasnya melaksanakan kebijakan, strategi,
pelaksanaan pengelolaan sampah di suatu daerah. dan rencana SKPD yang membidangi persampahan,
Dalam penelitian ini kelembagaan pengelolaan juga dapat memungut dan mengelola biaya atas
sampah fokus pada kelembagaan pengelolaan barang/layanan pengelolaan sampah sesuai tarif
sampah dalam arti sempit. Dasar pembatasan yang ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.
fokus penelitian ini adalah adanya ketentuan Kedua, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dalam UU Pemerintahan Daerah bahwa Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
persampahan merupakan suburusan pemerintahan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam
bidang pekerjaan umum dan penataan ruang, Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
dan suburusan pemerintahan bidang lingkungan Sejenis Sampah Rumah Tangga (Permen PU No.
hidup di tingkat kabupaten/kota (Lampiran huruf 3 Tahun 2013). Dalam lampiran I Permen PU
C dan huruf K, UU No. 23 Tahun 2014 tentang No. 3 Tahun 2013 disebutkan bahwa kebutuhan
Pemerintahan Daerah). Selain ketentuan dalam UU pengembangan organisasi pengelola sampah
Pengelolaan Sampah sebagaimana telah disebutkan secara umum harus didasarkan pada kompleksitas
di atas tentang penanganan sampah yang menjadi permasalahan persampahan yang dihadapi oleh
tugas pemerintah kabupaten/kota. pemerintah kota/kabupaten dengan mengacu
Dalam kelembagaan pengelolaan sampah, pada peraturan perundangan yang berlaku. Acuan
tercakup suatu kegiatan yang multidisiplin yang peraturan dan perundangan yang berkaitan dengan
bertumpu pada prinsip teknik dan manajemen yang masalah kelembagaan adalah:
menyangkut aspek-aspek ekonomi, sosial-budaya a. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
dan kondisi fisik suatu wilayah serta memerhatikan Pemerintahan Daerah (yang sudah direvisi
pihak yang dilayani, yakni masyarakat kota. dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Perancangan dan pemilihan organisasi yang Pemerintahan Daerah);
melayani persampahan di suatu wilayah harus b. PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
disesuaikan dengan peraturan pemerintah yang Urusan Pemerintahan antara Pemerintah
membinanya, pola sistem operasional yang Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
diterapkan, kapasitas kerja sistem dan lingkup Kabupaten/Kota;
tugas pokok dan fungsi yang harus ditangani c. PP Nomor 41 Tahun 2007 tentang Struktur
(Rahardyan dan Widagdo, 2005; Damanhuri dan Organisasi Dinas Daerah; dan
Padmi, 2011:11). d. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Ada beberapa peraturan perundangan yang Keuangan Badan Layanan Umum, Jo PP Nomor
mengatur tentang kelembagaan persampahan di 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
daerah. Peraturan-peraturan tersebut merupakan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
aturan pelaksana dari UU Pengelolaan Sampah. Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

16 | Aspirasi Vol. 6 No. 1, Juni 2015


Makin kompleks skala pelayanan, diperlukan DKP Kota Malang merupakan SKPD gabungan
suatu organisasi yang lebih memadai dan untuk dari dua dinas yaitu Dinas Kebersihan dan Dinas
menjamin terlaksananya pola pelaksanaan dan Pertamanan. Penggabungan dua dinas ini dilakukan
pengawasan yang baik. Untuk itu perlu ada setelah dikeluarkan PP No. 41 Tahun 2007 tentang
pemisahan peran operator dan regulator dalam Organisasi Perangkat Daerah (perubahan dari PP
kelembagaan persampahan suatu daerah. Operator No. 8 Tahun 2003 tentang Organisasi Perangkat
persampahan diarahkan menjadi BLU. Daerah) dan PP No. 38 Tahun 2007 tentang
Kedua peraturan tersebut tidak memberikan Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
acuan secara tegas bahwa lembaga pengelola Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
sampah di daerah itu harus berbentuk SKPD Kabupaten/Kota. Struktur organisasi DKP Kota
tersendiri atau tidak. Namun hanya memberikan Malang pada awal penggabungan (berdasarkan
arahan bahwa lembaga pengelola sampah di Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 6 Tahun 2008
daerah sebaiknya memisahkan peran regulator dan tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah)
operator dalam kelembagaan persampahan. seperti yang terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang


Berdasarkan Perda Kota Malang No. 6 Tahun 2008

Kelembagaan Pengelolaan Sampah di Kota Dalam struktur organisasi DKP berdasarkan


Malang dan Kabupaten Gianyar Perda Kota Malang No. 6 Tahun 2008, masalah
Kelembagaan pengelolaan sampah di Kota Malang persampahan ditangani oleh Bidang Pelayanan
dan Kabupaten Gianyar berdasarkan kesesuaian dengan Kebersihan, Bidang Pengelolaan Kebersihan, dan
peraturan perundangan pemerintah yang membina, UPT Pengolahan Sampah dan Air Limbah. Bidang
pola sistem operasional yang diterapkan, kapasitas Pelayanan menangani masalah penyediaan sarana
kerja sistem dan lingkup tugas pokok dan fungsi yang dan prasarana persampahan, pemungutan retribusi
harus ditangani adalah sebagai berikut: sampah, serta penyuluhan dan pengaduan apabila
a. Bentuk Lembaga Pengelola Sampah ada permasalahan sampah. Bidang Pengelolaan
Lembaga atau organisasi persampahan di dua Kebersihan menangani kebersihan jalan, taman, dan
daerah penelitian memiliki bentuk yang berbeda. makam, pengangkutan sampah, dan pengelolaan
Untuk Kota Malang, masalah persampahan TPS dan TPA. Sedangkan UPT Pengolahan
ditangani oleh Bidang Kebersihan di Dinas Sampah dan Air Limbah menangani pelaksanaan
Kebersihan dan Pertamanan (DKP), dibantu 2 UPT kegiatan daur ulang sampah menjadi kompos;
di DKP (UPT Pengelolaan Sampah dan Air Limbah pembudidayaan, pengelolaan, dan pemanfaatan
dan UPT TPA Supiturang). air limbah rumah tangga maupun limbah industri;
sosialisasi ke masyarakat dan pengusaha dalam

Sri Nurhayati Qodriyatun, Bentuk Lembaga yang Ideal dalam Pengelolaan Sampah | 17
hal pembuangan dan pemanfaatan sampah dan air pengelolaan sampah berdasarkan UU Pengelolaan
limbah; memasarkan hasil daur ulang sampah dan Sampah dan peraturan pelaksananya (Lihat
air limbah; dan mengelola pengaduan masyarakat. Gambar 2). Dilakukan efisiensi struktur organisasi

KEPALA DINAS

SEKRETARIAT
Perda Kota Malang No. 06 Tahun 2012
Peraturan Walikota Malang No. 81 Sub Bag Sungram
Tahun 2012

Sub Bag Keuangan

Sub Bag Umum

Bid. Kebersihan Bid. PJU dan Dekorasi Kota Bid. Pertamanan Bid. Pemakaman

Seksi Kebersihan dan Seksi Pendataan dan


Seksi PJU Seksi Taman
Retribusi Registrasi

Seksi Penataan &


Seksi Pengangkutan Seksi Dekorasi Kota Seksi Penghijauan Kota
Perawatan

Seksi Perawatan
Seksi Hutan Kota
Kendaraan Ops.

UPT Pengolahan UPT Kebun Pembibitan


UPT TPA Supiurang
Sampah & Air Limbah & Tananam

Gambar 2. Struktur Organisasi DKP Kota Malang Berdasarkan Perda Kota Malang Nomor 6 Tahun 2012

Dengan memisahkan kegiatan teknis yang mengelola persampahan. Pada mulanya ada
pengolahan sampah melalui UPT Pengolahan dua bidang yang menangani persampahan dan
Sampah dan Air Limbah, kegiatan pengurangan satu UPT. Tetapi dalam Perda terbaru penanganan
sampah melalui 3R di Kota Malang berkembang persampahan ditangani oleh satu bidang
dengan baik. Hal ini didorong oleh adanya (Bidang Kebersihan) dan 2 UPT DKP (UPT
kesadaran masyarakat untuk melakukan 3R yang Pengelolaan Sampah dan Air Limbah dan UPT
terus meningkat karena masyarakat mendapatkan TPA Supiturang). Bidang Kebersihan berdasarkan
banyak manfaat1 (Wasto, Kepala DKP Kota Malang, Peraturan Walikota Malang Nomor 49 Tahun 2012
Wawancara, Kantor Bappeda Kota Malang, 28 Mei tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas
2013, pukul 09.00). Seiring dengan berkembangnya Kebersihan dan Pertamanan mempunyai tugas
kegiatan pengelolaan sampah dengan baik, yaitu pokok menyelenggarakan pelayanan kebersihan,
berkembangnya kegiatan 3R di masyarakat, pengangkutan sampah, pemeliharaan kendaraan
semakin banyaknya TPS yang melakukan daur operasional sampah dan TPS, serta penarikan
ulang, dan pengelolaan TPA yang sudah mengarah retribusi. Tugas pokok Bidang Kebersihan tersebut
pada sanitary landfill, Pemerintah Kota Malang dilaksanakan oleh 3 seksi yaitu:
melakukan perubahan struktur organisasi DKP 1. Seksi Kebersihan dan Retribusi, mempunyai
Melalui Perda Kota Malang Nomor 6 Tahun tugas pokok menyelenggarakan pelayanan
2012 tentang Organisasi Tata Kerja Dinas Daerah, kebersihan jalan-jalan umum, TPS dan tempat-
struktur organisasi DKP diperbaharui, termasuk tempat umum, pengangkutan sampah hasil
UPT-UPTnya, disesuaikan dengan kegiatan penyapuan di jalan-jalan umum dan tempat-
tempat umum ke TPS, serta pendataan potensi

1
Kegiatan 3R yang dikembangkan oleh Pemerintah
dan pemungutan retribusi;
Kota Malang memberikan banyak manfaat bagi
masyarakat. Selain kondisi lingkungan yang semakin 2. Seksi Pengangkutan, mempunyai tugas pokok
bersih, masyarakat juga mendapatkan manfaat ekonomi pengangkutan sampah; dan
dari kegiatan 3R. Inilah yang kemudian mendorong
berkembangnya Bank Sampah Malang kedepannya.

18 | Aspirasi Vol. 6 No. 1, Juni 2015


3. Seksi Perawatan Kendaraan Operasional, karena setiap hari juga melayani sampah dari
mempunyai tugas pokok pemeliharaan Kabupaten Malang, seperti daerah Wagir dan Pakis
kendaraan operasional sampah. (Lanto, Kepala UPT TPA Supiturang, Wawancara,
TPA Supiturang, 30 Mei 2013, pukul 13.00).
UPT Pengelolaan Sampah dan Air Limbah
Untuk di Kabupaten Gianyar, masalah
dibentuk berdasarkan Peraturan Walikota Malang
persampahan juga ditangani oleh salah satu
Nomor 82 Tahun 2012 tentang Pembentukan
bidang di suatu dinas, yaitu Bidang Persampahan
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
di Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP).
Pengelolaan Sampah dan Air Limbah pada Dinas
Dasar pembentukannya adalah Peraturan Daerah
Kebersihan dan Pertamanan. Adapun tugas UPT
Kabupaten Gianyar Nomor 6 Tahun 2008
Pengelolaan Sampah dan Air Limbah terkait
tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat
sampah adalah: (1) melaksanakan kegiatan daur
Daerah Kabupaten Gianyar. Tugas pokoknya
ulang sampah menjadi kompos;2 (2) melaksanakan
adalah merumuskan kebijakan teknis di bidang
penelitian dan pengembangan pengolahan sampah;
persampahan, menyelenggarakan urusan
(3) melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat
pemerintahan dan pelayanan umum persampahan,
dan pengusaha dalam hal pembuangan sampah
membina dan melaksanakan tugas sesuai lingkup
serta pemanfaatan sampah; (4) melaksanakan
tugasnya, dan melaksanakan tugas lain yang
pemasaran hasil daur ulang sampah, dan (5)
diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
mengelola pengaduan masyarakat.
fungsinya. Pelaksanaan tugas Bidang Persampahan
UPT TPA Supiturang dibentuk berdasarkan
dilakukan oleh Seksi Pembuangan Sampah, Seksi
Peraturan Walikota Malang Nomor 84 Tahun
Pemusnahan Sampah, dan Seksi Pengolahan
2012 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Sampah dan Air Limbah. Namun di Kabupaten
Kerja Unit Pelaksana Teknis Tempat Pemrosesan
Gianyar dalam pelaksanaan pengelolaan sampah
Akhir pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan.
tidak dibentuk UPT untuk membantu pelaksanaan
Tugas UPT TPA Supiturang antara lain adalah (1)
teknis dalam pengelolaan sampah. Ada Fasilitas
melaksanakan, mengendalikan, dan mengawasi
Pengolahan Sampah Temesi (FPST) yang dibentuk
pelaksanaan pengelolaan sampah di TPA; (2)
oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang
melaksanakan penyiapan, pemanfaatan, perawatan,
bernama Rotary Club of Bali bekerjasama dengan
dan pemeliharaan serta pengamanan lahan TPA; (3)
Pemerintah Kabupaten Gianyar. Kerja sama
melaksanakan penyiapan, pemanfaatan, perawatan
dilakukan dalam jangka waktu 10 tahun (dari
dan pemeliharaan serta pengamanan sarana dan
11 Maret 2010 sampai dengan 11 Maret 2020).
prasarana TPA; (4) melaksanakan pemantauan dan
FPST berbentuk Yayasan yang bertanggung jawab
pengawasan dampak lingkungan yang diakibatkan
terhadap pengelolaan TPA Temesi. FPST yang pada
keberadaan TPA; dan (5) mengelola pengaduan
mulanya dirancang secara sanitary landfill pada
masyarakat.
kenyataannya hanya dapat melakukan pemrosesan
Pada tahun 2013, TPA Supiturang telah
akhir sampah secara control landfill (Ketua Yayasan
berkembang menjadi TPA yang pengelolaannya
FPST, FGD, TPA Temesi Gianyar, 23 April 2013,
mengarah pada sistem sanitary landfill. Luas
pukul 10.00).
areanya pun sudah bertambah dan sudah dilengkapi
dengan berbagai fasilitas sesuai kriteria TPA b. Kelebihan dan Kekurangan
dengan sistem Sanitary Landfill. Bahkan di TPA Kelembagaan persampahan antara di Kota
Supiturang juga telah dilakukan pengelolaan gas Malang dan di Kabupaten Gianyar sangat berbeda.
methan dari sampah yang ada dan pada tahun Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
2014 sudah dimanfaatkan oleh sekitar 408 KK Pada kelembagaan persampahan di Kota Malang
(Kepala Keluarga) yang berada di sekitar TPA. telah dilakukan pemisahan antara regulator dengan
TPA Supiturang3 juga telah menjadi TPA bersama operator, meski belum sepenuhnya. Operasionalisasi
pengangkutan dan retribusi sampah masih ditangani

2
Terkait kegiatan daur ulang sampah menjadi kompos, oleh Bidang Kebersihan DKP. Namun untuk
pada tahun 2013 dari 68 TPS yang ada sudah 13 TPS
kegiatan pengolahan sampah baik di TPS maupun
yang melakukan daur ulang. Daur ulang sampah menjadi
kompos juga dilakukan di TPA Supiturang. TPA sudah dilakukan oleh lembaga operator yaitu

3
Muhammad Aminudin, Warga Sekitar TPA Supiturang UPT Pengelolaan Sampah dan Air Limbah dan UPT
Memanfaatkan Gas Metan untuk Memasak, 8 Januari TPA Supiturang. Kedua UPT tersebut merupakan
2014, detiknews, http://news.detik.com/surabaya/read UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) yang berada
/2014/01/08/085317/2461211/475/warga-sekitar-tpa- di bawah dan bertanggung jawab pada DKP Kota
supiturang-manfaatkan-gas-metan-untuk-memasak.
Diakses 26 Maret 2014.
Malang.

Sri Nurhayati Qodriyatun, Bentuk Lembaga yang Ideal dalam Pengelolaan Sampah | 19
Kelebihan pemisahan antara regulator dibayar dan dikelola oleh masyarakat pada tingkat
dan operator di DKP Kota Malang menjadikan RT/RW. Selain itu DKP juga mempunyai tanggung
struktur organisasi DKP tidak gemuk dan tidak jawab untuk mengumpulkan, memindahkan, dan
memboroskan anggaran daerah. Pengelolaan mengangkut sampah di jalan raya protokol, fasilitas
sampah dapat berjalan secara optimal dan efektif, umum dan fasilitas sosial, kawasan niaga, sekolah,
karena pengawasan dan pembinaan dalam kegiatan perkantoran dan sumber nondomestik lainnya
pengelolaan sampah dapat berjalan dengan menuju TPS terdekat. Untuk itu DKP menyediakan
baik. Pembentukan UPTD sebagai operator 50 mandor dan 731 orang pasukan kuning, dengan
dalam pelaksanaan pengelolaan sampah dan 17 unit drump truck, 19 unit arm roll truck, 2 bachoe
TPA mempunyai kelebihan yaitu sesuai dengan loading, 2 pick up, 106 container, dan bengkel
struktur pemerintahan saat ini, mudah dibentuk, (Wasto, Kepala DKP Kota Malang, Wawancara,
kegiatan 3R berkembang, dan pengolahan sampah Kantor Bappeda Kota Malang, 28 Mei 2013, pukul
dapat berjalan dengan baik. Karena UPTD hanya 09.00). Namun berdasarkan data yang ada kondisi
menerima anggaran operasional dari pemerintah kendaraan pengangkut sudah banyak yang tua.
Kabupaten/Kota, maka tantangan berikutnya Data DKP Kota Malang tahun 2012
adalah bagaimana membuat pendapatan UPTD memperlihatkan 10 dari 17 unit dump truck dalam
ini dapat menutup semua biaya operasionalnya kondisi kurang baik, 12 dari 19 unit arm roll
sebelum UPTD nantinya dikembangkan menjadi truck dalam kondisi kurang baik, 1 dari 2 bachoe
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Inilah loader rusak, 2 pick up dalam kondisi kurang
permasalahan yang dihadapi oleh UPT TPA baik, 60 dari 106 unit container dalam kondisi
Supiturang saat ini, ketika TPA Supiturang telah kurang baik, dan bengkel hanya ada 1 dalam
mampu mengembangkan berbagai inovasi dalam kondisi kurang memadai (LAKIP DKP Kota
pengelolaan pemrosesan akhir sampah. Saat ini Malang TA 2012). Semakin banyaknya sarana dan
TPA Supiturang telah mampu memanfaatkan gas prasarana persampahan yang rusak ini nantinya
methannya sebagai sumber energi bagi masyarakat akan membebani anggaran daerah. Di sisi lain,
dan rencananya akan dikembangkan menjadi TPA pemungutan retribusi sampah yang dilakukan
regional bagi wilayah sekitarnya (Malang Raya).4 DKP belum berjalan secara optimal. Ada dua jalur
Dalam rangka pengembangannya tersebut TPA sistem pemungutan retribusi sampah, yaitu melalui
Supiturang membutuhkan investasi yang cukup penagihan yang ditempelkan pada rekening PDAM
besar. Namun pengembangan TPA Supiturang dan penarikan langsung melalui RT-RT dan RW-
terkendala pada sulitnya dilakukan kerja sama RW. Berdasarkan hasil penelitian Wulandari dan
dengan pihak swasta dalam rangka investasi karena Prasetyia (2011:766), jalur pertama belum berjalan
lembaga pengelola TPA Supiturang masih berbentuk optimal karena baru 30% wajib retribusi sampah
UPTD. Berdasarkan hasil kajian Kementerian yang merupakan pengguna PDAM. Sedangkan
Pekerjaan Umum, bentuk kelembagaan yang jalur kedua belum optimal karena panjangnya
sesuai ketika suatu TPA dijadikan TPA regional jalur yang dilalui sehingga memperbesar potensi
adalah Badan Layanan Umum/BLU (Balitbang kebocoran. Selain itu, setiap RT/RW memiliki
Kementerian Pekerjaan Umum, 2011). Bentuk petugas kebersihan sendiri yang dibiayai dengan
lembaga BLU memungkinkan dilakukan kerja sama iuran warga. Seharusnya iuran warga tersebut
antara pemerintah daerah dengan pihak swasta atau masuk ke DKP, namun kenyataaanya penerimaan
masyarakat. DKP dari jalur kedua jauh dari yang seharusnya.
Kekurangan lain dari bentuk kelembagaan Padahal UU Pengelolaan Sampah memungkinkan
persampahan di Kota Malang adalah pemisahan bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan kerja
regulator dan operator yang dilakukan belum secara sama dengan lembaga masyarakat termasuk dalam
keseluruhan. Masih ditanganinya operasionalisasi sistem pengangkutan dan pemungutan retribusi.
pengangkutan sampah dan retribusi sampah oleh Untuk kelembagaan persampahan di
DKP Kota Malang menjadi kelemahan secara Kabupaten Gianyar tidak ada pemisahan
kelembagaan. Pengangkutan sampah yang menjadi antara regulator dengan operator. Pengelolaan
tanggung jawab DKP dimulai dari TPS ke TPA. Ada persampahan di Kabupaten Gianyar, mulai
68 TPS dan 13 TPST (TPS dengan fasilitas 3R). dari penyusunan kebijakan hingga pelaksanaan
Pengangkutan sampah dari warga ke TPS menjadi kebijakan dilaksanakan oleh Bidang Persampahan
tanggung jawab petugas RT/RW yang iurannya DKP Kabupaten Gianyar. Konsekuensi dari bentuk
kelembagaan seperti ini mengakibatkan organisasi

4
Malang Raya meliputi Kota Malang, Kabupaten Malang,
dan Kota Batu.
menjadi gemuk, membutuhkan anggaran daerah
cukup besar, namun pengawasan dan efisiensi

20 | Aspirasi Vol. 6 No. 1, Juni 2015


tenaga kerja kecil. Bentuk kelembagaan yang tidak arah sanitary landfill. DKP Kabupaten Gianyar
mendukung ini berpengaruh terhadap bagaimana terkendala pada operasionalisasi TPA yang
operasional pengelolaan sampah dan pembiayaan memerlukan biaya tinggi tetapi anggaran yang
yang harus ditanggung oleh pemerintah daerah disediakan APBD minim sehingga TPA Temesi
dalam pelaksanaan operasional pengelolaan yang sudah disiapkan dengan sistem sanitary
sampah. Seperti ketika DKP Kabupaten Gianyar landfill tidak dapat berjalan dengan baik (hanya
harus melaksanakan kewajibannya untuk dilakukan secara control landfill). Di sisi lain FPST
mengangkut sampah dari TPS ke TPA yang tidak selaku lembaga yang mengelola TPA Temesi yang
dapat dijalankan dengan baik karena adanya bekerja sama dengan DKP Kabupaten Gianyar
keterbatasan armada/peralatan untuk operasional tidak dapat beroperasi secara optimal karena
kebersihan. FPST merupakan badan usaha yang berbentuk
Berdasarkan data yang ada di DKP Kabupaten yayasan, yang pendiriannya jelas bukan untuk
Gianyar tahun 2012, armada atau peralatan tujuan komersial atau mencari keuntungan. FPST
operasional kebersihan yang ada di DKP Kabupaten merupakan yayasan yang dibentuk masyarakat
Gianyar adalah sebagai berikut: desa adat Temesi pada tahun 2008 dengan inisiator
a. Gerobak/becak pengangkut sampah sebanyak LSM Rotary Club of Bali yang pada saat itu sedang
31 unit; membangun model fasilitas pengolahan sampah
b. Dump truck sebanyak 9 unit; di Indonesia (Ketua Yayasan FPST, FGD, TPA
c. Arm Roll Truck sebanyak 3 unit; Temesi Gianyar, 23 April 2013, pukul 10.00).
d. Truck tangki sebanyak 4 unit; Badan hukum yang berbentuk yayasan lebih
e. Kijang pick up sebanyak 2 unit; berorientasi untuk kegiatan sosial. Mengacu UU
f. Colt pick up sebanyak 4 unit; No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan sebagaimana
g. Escavator sebanyak 1 unit; telah diubah dengan UU No. 28 Tahun 2004,
h. Buldoser sebanyak 2 unit; dan FPST dimungkinkan untuk membentuk badan
i. Willoder sebanyak 1 unit. usaha guna mencari keuntungan. Tetapi FPST
tidak dapat digunakan sebagai wadah usaha dan
Sementara itu perkiraan total timbulan
tidak dapat melakukan kegiatan usaha secara
sampah rumah tangga yang ada di Kabupaten
langsung, tetapi harus melalui badan usaha yang
Gianyar sebesar 1.790,90 m3/hari dengan rincian
didirikannya atau melalui badan usaha lain di mana
perkiraan total timbulan sampah sejenis sampah
yayasan menyertakan kekayaannya. FPST tidak
rumah tangga 89,54 m3/hari, sampah spesifik 89,54
mendirikan unit usaha tersendiri dalam yayasan
m3/hari, sampah organik 1.522,26 m3/hari, dan
untuk menangani pemilahan dan pengolahan
sampah non-organik 268,63 m3/hari. Kapasitas
sampah. Kegiatan pemilahan dan pengolahan
armada hanya dapat melayani pengangkutan
sampah di FPST merupakan kegiatan utama FPST
sebanyak 216 m3/hari dengan jangkauan pelayanan
yang orientasinya lebih untuk memberdayakan
hanya wilayah perkotaan di Kabupaten Gianyar,
masyarakat sekitar TPA Temesi. Sementara itu,
serta sampah pasar yang ada di masing-masing
APBD Kabupaten Gianyar tidak dimungkinkan
kecamatan (I Wayan Suambe, Plt. DKP Kabupaten
untuk memberikan bantuan dana kepada FPST
Gianyar, Wawancara, DKP Kabupaten Gianyar, 25
karena PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
April 2013, pukul 13.00). Akibatnya keterbatasan
Keuangan Daerah dan Permendagri No. 13 Tahun
armada DKP disikapi oleh masyarakat dengan
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
mengembangkan armada pelayanan angkutan
Daerah, tidak memperbolehkan APBD untuk
sampah secara mandiri di wilayahnya masing-
memberikan bantuan dana kepada yayasan.
masing. Ada beberapa desa ataupun kelurahan
yang menyediakan armada pengangkut sampah
Lembaga Pengelolaan Sampah di Daerah yang
sendiri, yaitu di Kelurahan Ubud, Desa Peliatan,
Ideal
Celuk, Keramas, Mas, Tegalalang, Kemenuh,
Mengacu pendapat Rahardyan dan Widagdo
Serongga, Batuan, Kedewatan, Guwang, Sukawati
(2005) serta Damanhuri dan Padmi (2011), lembaga
dan Blahbatuh. Armada dari masyarakat ini mampu
pengelolaan sampah di daerah sebaiknya sesuai
mengangkut sampah sebanyak 450 m3/hari atau
dengan peraturan pemerintah yang membinanya,
sekitar 25% dari total timbulan sampah yang ada
pola sistem operasional yang diterapkan, dan
(Pokja Sanitasi Gianyar, 2012:I-8).
kapasitas kerja sistem dan lingkup tugas pokok
Demikian juga ketika DKP Kabupaten
dan fungsi yang harus ditangani. Dengan demikian
Gianyar harus melaksanakan kewajibannya
lembaga pengelolaan sampah di daerah yang ideal
untuk menyediakan dan mengoperasikan TPA ke
adalah:

Sri Nurhayati Qodriyatun, Bentuk Lembaga yang Ideal dalam Pengelolaan Sampah | 21
Pertama, harus sesuai dengan peraturan d. Melakukan pembinaan dan pengawasan
perundangan yang membinanya yaitu peraturan pengelolaan sampah yang diselenggarakan
perundangan yang dikeluarkan oleh Kementerian oleh pihak swasta.
Lingkungan Hidup dan Kementerian Pekerjaan
Kewenangan tersebut akan dapat dilaksanakan
Umum selaku kementerian yang membina
oleh Dinas Daerah dan BLU. Karena Dinas Daerah
permasalahan pengelolaan sampah, dan Kementerian
merupakan organisasi perangkat daerah yang
Dalam Negeri selaku kementerian yang membina
dapat menjalankan fungsi regulator. Berdasarkan
pemerintahan di daerah. Untuk itu lembaga
PP No. 41 Tahun 2007, Dinas Daerah mempunyai
pengelolaan sampah di daerah harus sesuai dengan
kewenangan:
UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
a. merumuskan kebijakan teknis sesuai dengan
beserta aturan pelaksananya (Permendagri No. 33
lingkup tugasnya. Jika dikaitkan dengan
Tahun 2010 dan PermenPU No. 3 Tahun 2013), UU
kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
untuk mengembangkan sistem pengelolaan
yang sudah direvisi dengan UU No. 23 Tahun
sampah di daerahnya seperti yang tertuang
2014 tentang Pemerintahan Daerah beserta aturan
dalam Lampiran UU No. 23 Tahun 2014,
pelaksananya (PP No. 38 Tahun 2007, jo. Lampiran
maka Dinas yang ditunjuk akan melaksanakan
huruf C dan huruf K UU No.23 Tahun 2014, PP
perumusan kebijakan teknis pengelolaan
No. 41 Tahun 2007) dan PP No. 23 Tahun 2005
sampah guna membangun sistem pengelolaan
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
sampah di daerah.
Umum, Jo. PP No. 74 Tahun 2012). Berdasarkan
b. menyelenggarakan urusan pemerintahan
berbagai peraturan perundangan tersebut, lembaga
dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup
pengelolaan sampah di daerah yang ideal adalah
tugasnya. Jika dikaitkan dengan kewenangan
yang memisahkan antara regulator dan operator.
kabupaten/kota untuk melakukan pengelolaan
Kedua, harus sesuai dengan pola sistem
sampah di daerah, maka Dinas yang ditunjuk
operasional yang diterapkan, dan kapasitas kerja
akan membentuk BLU persampahan. Karena
sistem dan lingkup tugas pokok dan fungsi yang
berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
harus ditangani.
Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman
Untuk mengakomodir persyaratan tersebut
Teknis Pengelolaan Badan Layanan Umum
maka harus ada pemisahan lembaga pengelolaan
Daerah, Dinas Daerah dapat membentuk
sampah yang berfungsi sebagai regulator dan
BLUD sebagai unit kerja di Dinas tersebut
pengelola sampah yang berfungsi sebagai operator.
yang dibentuk untuk memberikan pelayanan
Berdasarkan PP No. 41 Tahun 2007 tentang
umum pada masyarakat.
Organisasi Perangkat Daerah, organisasi perangkat
c. pembinaan serta pelaksanaan tugas dengan
daerah yang sesuai sebagai regulator adalah Dinas
lingkup tugasnya. Jika dikaitkan dengan
daerah, dan berdasarkan Permendagri No. 33 Tahun
kewenangan kabupaten/kota untuk melakukan
2010 dan PermenPU No. 3 Tahun 2013 lembaga
pembinaan dan pengawasan pengelolaan
daerah yang sesuai sebagai operator adalah Badan
sampah yang diselenggarakan oleh swasta,
Layanan Umum (BLU).
maka Dinas yang ditunjuk akan melakukan
Dinas berdasarkan PP No. 41 Tahun 2007
pembinaan dan pengawasan pengelolaan
tentang Organisasi Perangkat Daerah merupakan
sampah yang diselenggarakan oleh pihak swasta.
unsur pelaksana otonomi daerah yang tugasnya
Karena Dinas Daerah dapat menerbitkan izin
melaksanakan urusan pemerintahan daerah.
untuk pendaurulangan sampah, pengangkutan
Sesuai Lampiran huruf C (urusan pemerintahan
sampah, ataupun pemrosesan akhir sampah
bidang pekerjaan umum dan penataan ruang) dan
yang diselenggarakan oleh swasta.
Lampiran huruf K (urusan pemerintahan bidang
lingkungan hidup) UU No. 23 Tahun 2014 tentang Adanya aturan pembatasan jumlah Dinas yang
Pemerintahan Daerah, Pemerintah Kabupaten/ ada di daerah, maka Dinas daerah yang menangani
Kota mempunyai kewenangan untuk: persampahan dapat digabungkan dengan Dinas
a. Mengembangkan sistem pengelolaan lainnya yang serumpun. Penggabungan beberapa
persampahan dalam daerah kabupaten/kota; Dinas daerah yang serumpun memungkinkan
b. Melakukan pengelolaan sampah; terjadinya efisiensi, baik dari sisi anggaran ataupun
c. Menerbitkan izin pendaurulangan sampah/ SDM. Selain untuk memudahkan dalam melakukan
pengolahan sampah, pengangkutan sampah koordinasi.
dan pemrosesan akhir sampah yang Terkait BLU sebagai lembaga operator
diselenggarakan oleh swasta; dan persampahan, berdasarkan UU Nomor 17

22 | Aspirasi Vol. 6 No. 1, Juni 2015


Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU Daerah melalui Kepala SKPD. Jika disetujui
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Kepala Daerah mengeluarkan surat keputusan,
Negara memungkinkan pemerintah daerah untuk apakah UPTD tersebut akan melakukan
membentuk BLU (Badan Layanan Umum) penerapan secara bertahap ataukah penuh. Jika
dengan tujuan untuk memberikan pelayanan bertahap, maka BLUD UPTD tersebut diberi
kepada masyarakat dengan diberikan fleksibilitas kesempatan hingga 3 tahun untuk mengajukan
dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip menjadi BLUD UPTD penuh.
ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktik c. Adapun struktur organisasi dari BLUD UPTD
bisnis yang sehat. Dalam PP Nomor 23 Tahun 2005 persampahan tersebut adalah sebagai berikut:
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Adapun tugas dan wewenang dari masing-
Umum jo. PP Nomor 74 Tahun 2012, disebutkan masing pejabat tersebut adalah sebagai berikut:
bahwa BLU merupakan instansi di lingkungan a. Kepala BLUD UPTD persampahan adalah
pemerintah/pemerintah daerah yang dibentuk menyiapkan rencana strategis bisnis BLUD
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat UPTD persampahan, menyiapkan Rencana
dalam bentuk penyediaan barang/jasa yang dijual Bisnis dan Anggaran (RBA) tahunan dan
tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan anggaran pendapatan dan belanja BLUD
dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada UPTD, mengadakan koordinasi dengan SKPD
prinsip efisiensi dan produktivitas. induknya atau dengan Litbang/Perguruan
Kemudian dalam Peraturan Menteri Dalam Tinggi, dan menjelaskan prosedur dan tata
Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Petunjuk cara pengelolaan persampahan sesuai dengan
Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan lingkup kegiatan yang telah ditetapkan.
Umum Daerah, disebutkan bahwa Dinas daerah b. Pejabat Keuangan dan Administrasi adalah
dapat membentuk BLUD. Khusus untuk menyiapkan dokumen pelaksanaan anggaran
persampahan, Ditjen PLP (Penyehatan Lingkungan BLUD UPTD; melakukan pengelolaan
Pemukiman) Kementerian Pekerjaan Umum pendapatan dan belanja BLUD UPTD;
kemudian mengeluarkan Pedoman Penyelenggaraan menyelenggarakan pengelolaan kas dan
Pengelolaan Persampahan dengan menerapkan pembukuan; melakukan pengelolaan utang
PPK-BLU. Pedoman ini dimaksudkan untuk piutang; menyusun kebijakan pengelolaan
memberikan arahan kepada perangkat Pemerintah barang, aset tetap dan investasi BLUD
daerah terkait dalam pembentukan BLUD bidang UPTD; menyelenggarakan sistem informasi
persampahan sehingga profesional, efektif dan manajemen keuangan; menyelenggarakan
efisien serta memenuhi persyaratan yang berlaku. akuntansi dan penyusunan laporan keuangan;
Adapun tata cara pembentukan BLUD menyelenggarakan layanan konsumen; dan
persampahan sesuai Peraturan Menteri Dalam menyelenggarakan administrasi personalia.
Negeri Nomor 61 Tahun 2007 serta Surat Edaran c. Pejabat Teknis adalah menyusun perencanaan
Menteri Dalam Negeri Nomor 900/25759/SJ dan pengawasan kegiatan pengelolaan
tanggal 10 September 2008 tentang Pedoman persampahan; melaksanakan kegiatan teknis
Penilaian Penerapan PPK-BLUD (Pola Pengelolaan sesuai RBA (teknik operasional, pemeliharaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah) adalah dan rehabilitasi sarana dan prasarana);
sebagai berikut: dan menyusun laporan kinerja operasional
a. Pemerintah kabupaten/kota menyiapkan penyelenggaraan pengelolaan persampahan.
pembentukan kelembagaannya terlebih dahulu
SDM BLUD UPTD harus sesuai kualifikasinya
dalam bentuk UPTD (Unit Pelaksana Teknis
agar organisasi berjalan secara efisien dan efektif,
Dinas) yang nantinya akan menerapkan PPK-
serta memberikan pelayanan persampahan secara
BLUD. Pembentukan UPTD tersebut harus
profesional.
sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Jika melihat struktur organisasi BLUD UPTD
Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
persampahan di atas maka keseluruhan kegiatan
Penataan Organisasi Perangkat Daerah, yaitu
pengelolaan sampah dapat dilakukan oleh BLUD.
dapat dilakukan dengan Peraturan Kepala Daerah.
Mulai dari pengumpulan sampah, pengangkutan
b. UPTD yang telah dibentuk kemudian
dari TPS ke TPA, pengelolaan TPA, retribusi,
menyiapkan dokumen administrasi untuk
pemeliharaan sarana dan prasarana, hingga hal-hal
menerapkan PPK-BLUD. Apabila semua
lain yang berhubungan dengan pengolahan sampah
persyaratan administrasi telah disiapkan maka
dalam rangka mengurangi sampah yang dibuang ke
UPTD yang akan menerapkan PPK-BLUD
TPA.
mengajukan permohonan kepada Kepala

Sri Nurhayati Qodriyatun, Bentuk Lembaga yang Ideal dalam Pengelolaan Sampah | 23
BUPATI/WALIKOTA

KEPALA SKPD PENGELOLA


PENGAWAS PEMDA
PERSAMPAHAN

KEPALA BLUD-UPTD
PERSAMPAHAN

PEJABAT KEUANGAN DAN


PEJABAT TEKNIS
ADMINISTRASI

PENGELOLA TARIF PENGUMPULAN &


BLUD PENGANGKUTAN

KAS DAN
PENGELOLAAN TPA
PEMBUKUAN

ADMINISTRASI & PERENCANAAN &


UMUM PENGAWASAN

PELAYANAN
PEMELIHARAAN
KONSUMEN

Gambar 3. Contoh Struktur Organisasi BLUD UPTD Persampahan Kabupaten/Kota


Ada beberapa keuntungan ketika lembaga ekonomis, serta sesuai dengan praktik bisnis
operator persampahan berbentuk BLU, yaitu: yang sehat; dan
a. dapat menerima anggaran dari APBD sebagai g. dapat mengalihkan atau menghapus barang
pendapatan BLU; inventaris - asalkan bukan yang tetap - kepada
b. dapat menarik retribusi sampah kepada pihak lain atas pertimbangan ekonomi dengan
masyarakat sebagai pendapatan operasional cara dijual, dipertukarkan, atau dihibahkan.
BLU, meskipun dalam penetapan retribusi Hasil penjualan barang inventaris merupakan
harus mempertimbangkan kontinuitas dan pendapatan bagi BLU.
pengembangan layanan, daya beli masyarakat,
asas keadilan dan kepatutan, dan kompetisi Penutup
yang sehat; Simpulan
c. dapat menerima dana hibah yang tidak terikat Lembaga atau instansi pengelola sampah
yang diperoleh dari masyarakat atau badan di daerah penelitian masih menyatukan peran
lain sebagai pendapatan operasional BLU, regulator dan operator dalam pengelolaan sampah.
yang perlakuannya harus disesuaikan dengan Di Kota Malang, pemerintah daerahnya berupaya
peruntukan; melakukan pemisahan antara regulator dan operator
d. dapat bekerja sama dengan pihak lain atau dalam pengelolaan sampah. Namun pemisahannya
hasil usaha lainnya sebagai pendapatan bagi tidak dilakukan pada semua aspek teknis dalam
BLU. ; pengelolaan sampah. DKP Kota Malang selaku
e. dapat melakukan investasi jangka panjang SKPD yang diberikan tugas untuk mengelola
atas persetujuan dari bupati/walikotanya. persampahan di Kota Malang, masih memasukkan
Keuntungan yang diperoleh dari investasi kegiatan pengangkutan dan retribusi dalam lingkup
jangka panjang tersebut merupakan pendapatan tugasnya. Sementara pengelolaan TPS dan TPA
bagi BLU; sudah dilakukan oleh dua UPT yang dibentuk
f. dapat melakukan pengadaan barang/jasa oleh DKP. Akibatnya pelayanan persampahan
dengan berdasarkan pada prinsip efisiensi dan oleh Pemerintah Daerah Kota Malang tidak dapat

24 | Aspirasi Vol. 6 No. 1, Juni 2015


berjalan secara optimal. Ada beberapa kendala yang DAFTAR PUSTAKA
dihadapi, yaitu pengangkutan dan retribusi sampah
masih dilakukan oleh DKP dan pengelola TPA
masih dalam bentuk UPTD. Hal ini mengakibatkan
anggaran yang harus disediakan pemerintah Kota Buku
Malang cukup besar, karena penarikan retribusi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
tidak optimal dan investasi di TPA tidak dapat Kementerian Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan
dilakukan. Dasar (Riskesdas) 2013, Jakarta: Kementerian
Sementara di Kabupaten Gianyar, lembaga Kesehatan,.
pengelolaan sampahnya masih menggabungkan Damanhuri, Enri., dan Padmi, Tri. 2010. Pengelolaan
antara regulator dan operator. Pengelolaan sampah Sampah Diktat Kuliah TL-3104 Edisi Semester
ditangani oleh DKP Kabupaten Gianyar, yang I 2010/2011, Bandung: Program Studi Teknik
berperan tidak hanya sebagai regulator tetapi juga Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan,
operator. Akibatnya organisasi menjadi gemuk, Institut Teknologi Bandung,.
membutuhkan anggaran daerah cukup besar, sulit Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Gianyar.
dilakukan pengawasan dan perlu tenaga kerja yang 2013. Laporan Pengelolaan Persampahan di
banyak. Pengelolaan TPA dilakukan oleh FPST Kabupaten Gianyar Tahun 2012, Gianyar.
yang berbentuk yayasan, yang menyulitkan bagi Neuman, W.L. 2006. Social Research Method:
pengelola TPA untuk mengoperasionalisasikan Qualitative and Quantitative Approaches, sixth
kegiatan pengelolaan TPA. Karena yayasan lebih edition, USA: Person International Edition, Inc.
berorientasi untuk kegiatan sosial, sedangkan
Pokja Sanitasi Gianyar. 2012. Memorandum Program
APBD secara pengelolaan keuangan daerah tidak Sektor Sanitasi Kabupaten Gianyar, Gianyar: Dinas
dibolehkan memberikan bantuan dana kepada Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Gianyar.
yayasan.
Pusat Kajian Strategis Sekretariat Jenderal Kementerian
Saran Pekerjaan Umum. 2014. Profil Investasi
Berdasarkan hasil penelitian di dua daerah Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum, Jakarta:
tersebut dan berdasarkan telaahan terhadap Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan
berbagai peraturan yang mengatur tentang Umum.
kelembagaan sampah di daerah serta teori terkait Rahardyan B., dan A.S, Widagdo. 2005. Peningkatan
kelembagaan pengelola sampah memperlihatkan Pengelolaan Persampahan Perkotaan Melalui
bahwa lembaga pengelolaan sampah di daerah Pengem-bangan Daur Ulang, Materi Lokakarya 2
sebaiknya berbentuk Dinas Daerah dan BLUD. Pengelolaan Persampahan di Propinsi DKI Jakarta.
Dinas Daerah menjadi regulator atau yang
Saraswati, Endang. 2007. Model Pengembangan
menyusun kebijakan dalam persampahan, dan Kelembagaan Pengelolaan Persampahan Berbasis
BLUD yang melaksanakan kebijakan atau sebagai Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus Kota
operator. Ada beberapa keuntungan ketika operator Bandung), Disertasi, Program Studi Pengelolaan
persampahan berbentuk BLUD, yaitu sumber Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah
pendapatannya dapat dari berbagai macam. Selain Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
dari APBD, BLUD dapat menerima pendapatan
Wulandari WP, Farrah., dan Prasetyia, Ferry. 2011.
dari retribusi, dana hibah, investasi dari swasta, Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di
hasil usaha lainnya dari kegiatan pengelolaan Kota Malang (Studi pada Retribusi Sampah dan
sampah, seperti dari penjualan hasil daur ulang Layanan Kebersihan), Jurnal Aplikasi Manajemen,
sampah, pemanfaatan gas methan sampah, dan Volume 9 Nomor 3 Mei 2011, p. 762-774
lain sebagainya. Dengan pemisahan regulator
LAKIP DKP Kota Malang Tahun Anggaran 2012.
dan operator dalam kelembagaan pengelolaan
sampah, pemerintah daerah mendapatkan banyak
keuntungan. Dari sisi organisasi terjadi efisiensi, Peraturan
dan dari sisi anggaran dapat menghemat APBD. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara.

Sri Nurhayati Qodriyatun, Bentuk Lembaga yang Ideal dalam Pengelolaan Sampah | 25
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010
Perbendaharaan Negara. tentang pedoman Pengelolaan Sampah.
Lampiran UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007
Pemerintahan Daerah. tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang
Pedoman Organisasi Perangkat Daerah. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 6 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sejenis Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 6 Tahun 2012
Sampah Rumah Tangga. tentang Organisasi Tata Kerja Dinas Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Struktur Organisasi Dinas Daerah. Internet
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Muhammad Aminudin, Warga Sekitar TPA Supiturang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Memanfaatkan Gas Metan untuk Memasak, 8
Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 Januari 2014, detiknews, http://news.detik.com/
tentang Perubahan Atas Peraturan Peraturan surabaya/read/2014/01/08/085317/2461211/475/
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang warga-sekitar-tpa-supiturang-manfaatkan-gas-
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. metan-untuk-memasak, diakses 26 Maret 2014.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3 Tahun


2013 tentang Pengelolaan Persampahan Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga.

26 | Aspirasi Vol. 6 No. 1, Juni 2015

Anda mungkin juga menyukai